Anda di halaman 1dari 22

GEOGRAFI TANAH

PENGELOLAAN LAHAN

“KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN”

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Sumargana, M.Si

DISUSUN OLEH

Octa Marga Mustofa (1912100004)

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GEOGRAFI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha
penyayang, Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Drs.
Sumargana, M.Si selaku dosen yang telah membimbing dalam menyelesaikan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami dapat melakukan perbaikan
terhadap makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Klaten, 7 Juni 2021

Daftar Isi

2|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 KEMAMPUAN LAHAN (LAND CAPABILITY)................................................................6
2.1.1 Pengertian Kemampuan Lahan...............................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Kemampuan Lahan.................................................................................6
2.1.3 Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan...................................................................7
2.1.4 Metode klasifikasi kemampuan lahan...................................................................12
2.1.5 Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan...................................................................13
3.1 EVALUASI DAN KESESUAIAN LAHAN.......................................................................16
3.1.1 Pengertian Evaluasi dan Kesesuaian lahan............................................................16
3.1.2 Struktur Kesesuaian Lahan....................................................................................17
3.1.3 Kualitas Dan Karakteristik Lahan..........................................................................18

3|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lahan merupakan suatu area di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu


yaitu dalam hal sifat atmosfer, geologi, geomorfologi, pedologi, hidrologi, vegetasi
dan pengelolaan. Pengelolaan lahan diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia
terhadap lahan. Langkah awal dalam proses pengelolaan lahan yang rasional adalah
dengan cara melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuannya.
Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan
lahan (sumber daya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian potensi lahan sangat
diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan lahan dan
pengolahan lahan secara berkesinambungan. Salah satu bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh manusia adalah dengan memanfaatkan lahan yang ada secara optimal
dengan cara menyesuaikan penggunaan lahannya dengan kemampuan tanah dan
memberikan perlakuan sesuai dengan syarat syarat yang diperlukan, agar tanah dapat
berfungsi tanpa mengurangi tingkat kesuburannya yang dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Kemampuan Lahan?
2. Apa itu Kesesuaian Lahan

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari seluk beluk Kemampuan Lahan .
2. Mengetahui dan mempelajari seluk beluk Kesesuaian Lahan

4|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


5|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEMAMPUAN LAHAN (LAND CAPABILITY)


2.1.1 Pengertian Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai
usaha pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan pengelolaannya
tanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam jangka waktu yang terbatas.
Lahan yang mempunyai kemampuan yang baik memiliki sifat fisik dan kimia
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga akan mampu mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal dan berkesinambungan.
2.1.2 Klasifikasi Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan kedalam satuan-
satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif untuk perlakuan
yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus-menerus. Dengan kata lain,
klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan
yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari.
Klasifikasi kemampuan lahan ditujukan kepada pencegahan erosi, pengawetan
tanah, mempertahankan dan memperbaiki kesuburan tanah. Klasifikasi kemampuan
lahan untuk keperluan penggunaan lahan, pertama kali dibuat secara eksplisit oleh
USDA.
Dalam klasifikasi pengelompokan utama didasarkan pada satuan peta tanah,
tetapi sifat fisik tanah lainnya seperti kemiringan lereng, banjir dan iklim juga
diperhitungkan. Konsep utama yang dipergunakan adalah ada-tidaknya faktor
penghambat yaitu sifat-sifat lahan yang membatasi pengunaan lahan. Pembatas
permanen adalah faktor pembatas yang sulit diperbaiki seperti kedalaman tanah,
iklim dan sebagainya. Pembatas sementara adalah faktor pembatas yang dapat

6|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


diperbaiki dalam pengelolan lahan seperti kandungan unsur hara, kemasaman dan
sebagainya. Lahan diklasifikasikan terutama berdasarkan pembatas yang permanen
2.1.3 Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan
Salah satu sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak digunakan adalah
sistem USDA. Sistem ini mengenal tiga kategori, yaitu ; (1) kelas (2) sub kelas (3)
satuan kemampuan. Penggolongan ke dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor
pembatas yang permanen atau sulit dirubah, penggolongan kedalam sub kelas
didasarkan atas jenis faktor pembatas tersebut dan satuan kemampuan merupakan
paket usaha dan perlakuan yang diperlukan atau disarankan.
1. Kelas
Kelas merupakan tingkat yang tertinggi dan bersifat luas dalam struktur
kemampuan lahan. Penggolongan kedalam kelas didasarkan atas intensitas
faktor-faktor penghambat yang permanen atau sulit diubah.
Pengelompokan tanah di dalam kelas terbagi ke dalam 8 kelas yang
ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII. Ancaman kerusakan atau
hamabatan meningkat berturut-turut dari kelas I sampai VIII. Tanah pada kelas
I sampai kelas IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan
sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertanian
umumnya (tanaman semusim dan tanaman tahunan), rumput untuk makanan
ternak, padang rumput dan hutan. Sedangkan tanah pada kelas V sampai kelas
VII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi
untuk pengelolaannya.
Kelas I, tanah pada kelas ini tidak mempunyai penghambat atau ancaman
kerusakan yang berarti dan sangat cocok untuk usaha tani yang intensif.
Menurut Suripin, bahwa tanah pada kelas ini umumnya datar, solum dalam,
tekstur agak halus sampai sedang, drainase baik, memiliki curah hujan dan
musim yang cocok untuk hampir semua tanaman dengan hasil yang
memuaskan, tidak memperlihatkan gejala erosi geologis, dan mudah diolah.

7|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


Yang perlu diperhatikan adalah bahwa tanah-tanah ini menghadapi resiko
penurunan kesuburan dan pemadatan, maka diperlukan usaha-usaha pemupukan
dan pemeliharan struktur agar lahan tetap produktif. Usaha-usaha lain yang
dapat dilakukan adalah pemupukan, pengapuran, penggunaan tanaman penutup
tanah dan pupuk hijau, penggunaan sisa-sisa tanaman dan pupuk kandang serta
pergiliran tanaman. Biasanya dalam peta klasifikasi kemampuan lahan, tanah
pada kelas I diberi warna hijau.
Kelas II, tanah pada kelas ini memiliki sedikit faktor pembatas yang dapat
merupakan salah satu atau kombinasi dari faktor seperti lereng yang landai
(sekitar 5 %), kepekaan erosi atau ancaman erosi sedang atau telah mengalami
erosi sedang, kedalaman efektif agak dalam (90 cm), struktur tanah dan daya
olah kurang baik dengan tekstur agak kasar sampai halus, salinitas ringan
sampai sedang atau terdapat garam natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi
besar kemungkinan timbul kembali, kadang-kadang terkena banjir yang
merusak, kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase tetapi tetap ada sebagai
pembatas yang sedang tingkatannya, keadaan iklim agak kurang sesuai bagi
tanaman dan pengelolaannya. Tanah pada kelas ini sesuai untuk penggunaan
tanaman semusim, tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi,
hutan lindung dan cagar alam. Di dalam peta klasifikasi kemampuan lahan
biasanya diberi warna kuning. Penggunaan lahan pada kelas ini memerlukan
tindakan-tindakan pengawetan yang ringan seperti pengolahan tanah menurut
kontur, penanaman dalam jalur(strip cropping), pergiliran tanaman dengan
tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan, pemupukan dan pengapuran.
Kelas III, bahwa tanah pada lahan kelas ini mempunyai lebih banyak
faktor pembatas dari pada tanah di lahan kelas II dan apabila digunakan untuk
usaha pertanian akan memerlukan tindakan konservasi yang serius yang
umumnya akan lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Kondisi lahan pada kelas ini miring atau bergelombang (8-15 %), sangat peka
terhadap erosi, solum dangkal, berdrainase buruk, permeabilitas lambat,

8|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


kapasitas menahan air lambat, kesuburan tanah rendah dan tidak mudah
diperbaiki. Apabila lahan ini diusahakan maka akan membutuhkan tindakan
pengawetan khusus seperti perbaikan drainase, system penanaman dalam jalur
atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah, pembuatan teras disamping
tindakan-tindakan untuk meningkatkan kesuburan tanah seperti penambahan
bahan organik, pupuk dan sebagainya. Pada lahan kelas ini dapat dipergunakan
untuk tanaman semusim dan usaha pengolahan tanah, tanaman rumput, padang
rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka margasatwa. Di dalam
kemampuan lahan biasanya diberi warna merah.
Kelas IV, bahwa tanah pada lahan kelas ini mempunyai penghambat yang
lebih besar dibandingkan dengan kelas III sehingga pemilihan jenis penggunaan
atau jenis tanaman juga semakin terbatas. Apabila diusahakan maka akan
membutuhkan tindakan pengawetan khusus yang relatif lebih sulit
pelaksanaannya dan pemeliharaannya dibandingkan kelas-kelas sebelumnya.
Jika dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan teras bangku, saluran
bervegetasi atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah atau makanan ternak
atau pupuk hijau selama beberapa tahun misalnya 3-5 tahun. Hambatan yang
terdapat dalam tanah dalam kelas IV adalah lereng yang miring atau berbukit
(15-25 %), kepekaan erosi yang besar, solum dangkal, kapasitas menahan air
rendah, daerah yang sering tergenang yang menimbulkan kerusakan berat pada
tanaman, drainase buruk, salinitas atau kandungan natrium yang tinggi atau
keadaan iklim yang kurang menguntungkan. Tanah pada kelas IV ini dapat
digunakan untuk tanaman semusim atau tanaman pertanian pada umumnya
dengan usaha-usaha pengawetan yang sulit seperti tanaman rumput, hutan
produksi, ladang penggembalaan, hutan lindung dan suaka alam. Dalam peta
klasifikasi kemampuan lahan diberi warna biru.
Kelas V, tanah-tanah di dalam kelas ini tidak terancam erosi akan tetapi
mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga
membatasi pilihan penggunaannya. Tanah-tanah ini terletak pada daerah

9|GEOGRAFI TANAH PENGELOLAAN LAHAN


topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang air, sering dilanda banjir,
berbatu-batu atau mempunyai iklim yang tidak sesuai dan didalam peta
klasifikasi kemampuan lahan biasanya diberi warna hijau tua. Contoh tanah-
tanah lahan kelas V adalah tanah di daerah cekungan yang sering tergenang air
sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, tanah berbatu, tanah di daerah
rawa-rawa atau di daerah yang sering dilanda banjir sehingga sulit di
drainasekan. Ditambahkan pula bahwa tanah dalam lahan kelas V ini tidak
sesuai untuk tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk ditanami dengan
vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak atau dihutankan.
Kelas VI, tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng yang agak curam
dengan kemiringan 25-45 % sehingga sangat sensitif terhadap erosi sangat
berbatu-batu atau berpasir dan mengandung banyak kerikil, tanahnya sangat
dangkal atau telah mengalami erosi berat. Pada kelas VI ini tidak dapat
digunakan untuk usaha tani tanaman semusim, namun lebih sesuai untuk
vegetasi permanen seperti padang rumput atau makanan ternak atau dijadikan
untuk hutan produksi. Jika digunakan untuk padang rumput sebaiknya
penggembalaan tidak merusak rumput penutup tanah sedangkan jika digunakan
untuk hutan, maka penebangan harus selektif dan mengikuti kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air.
Kelas VII, tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng dengan
kemiringan yang curam (45-65 %) dan memiliki solum yang sangat dangkal
serta telah mengalami erosi yang sangat berat. Lahan kelas VII ini tidak cocok
untuk budidaya pertanian. Jika dipergunakan untuk padang rumput dan hutan
produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang sangat berat.
Tanah-tanah pada kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika dipergunakan
untuk tanaman pertanian harus dibuatkan teras bangku yang ditunjang dengan
cara-cara vegetatif untuk konservasi tanah serta tindakan pemupukan. Pada
peta klasifikasi kemampuan lahan, lahan kelas VII biasa diberi warna coklat.

10 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
Kelas VIII, tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam (>
65 %), permukaannya sangat berbatu karena tertutup batuan lepas atau batuan
singkapan atau tanah pasir di pantai. Lahan ini tidak sesuai untuk budidaya
pertanian, tetapi lebih sesuai dibiarkan dalam keadaan alami dan dapat
digunakan sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam. Pada peta
klasifikasi kemampuan lahan, lahan kelas VIII ini biasanya diberi warna putih
atau tidak berwarna.
2. Sub Kelas
Sub kelas adalah pembagian lebih lanjut dari kelas berdasarkan atas jenis
faktor pembatas yang sama. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam empat jenis, yaitu : ancaman erosi (e), keadaan drainase atau kelebihan
air atau ancaman banjir (w), hambatan daerah perakaran (s) dan hambatan iklim
(c).
Suripin (2002) menjelaskan sub kelas klasifikasi kemampuan lahan adalah
sebagai berikut :
 Subkelas e terdapat pada lahan yang menunjukkan erosi atau tingkat erosi
yang telah terjadi merupakan masalah utama yang di dapatkan dari
kecuraman lereng dan kepekaan erosi tanah.
 Subkelas w terdapat pada lahan dimana kelebihan air merupakan faktor
penghambat utama yang timbul akibat drainase buruk, air tanah yang
dangkal atau tinggi dan bahaya banjir yang merusak tanaman.
 Subkelas s meliputi lahan yang lapisan tanahnya dangkal, banyak terdapat
batuan di permukaan, kapasitas menahan air rendah, kesuburan rendah yang
sulit diperbaiki, sifat-sifat kimia sulit diperbaiki misalnya salinitas dan
kandungan garam natrium atau senyawa-senyawa kimia yang lain yang
menghambat pertumbuhan tanaman atau tidak praktis dihilangkan.
 Subkelas c meliputi lahan dimana iklim (suhu dan curah hujan) merupakan
pembatas penggunaan lahan.

11 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
3. Satuan Kemampuan
Kemampuan lahan dalam tingkat satuan kemampuan memberikan
keterangan yang lebih spesifik dan detail dari pada sub kelas. Tanah yang
termaksud dalam satuan kemampuan lahan mempunyai kemampuan dan
memerlukan cara pengolahan (pemupukan dan lain sebagainya) yang sama
untuk pertumbuhan tanaman. Lahan dalam satuan kemampuan yang sama harus
seragam dalam produksi tanaman pertanian atau rumput di bawah tindakan
pengolahaan yang sama, kebutuhan akan tindakan konservasi dan pengelolaan
yang sama di bawah vegetasi penutup yang sama dan mempunyai produksi
potensial yang setara atau perbedaan hasil dibawah system pengelolaan yang
sama.
Satuan kemampuan diberi tanda dengan menambahkan angka-angka ini
menunjukan besarnya tingkat dari faktor penghambat yang ditunjukkan dalam
subkelas. Satuan kemampuan merupakan kelompok lahan yang mempunyai
potensi, faktor pembatas dan satuan pengelolaan yang sama. Satuan
dilambangkan dengan angka. Misalnya IIIe-1, IIIe-2 dan sebagainya. Lahan
dalam satuan yang sama dapat dipergunakan untuk budidaya tanaman yang
sama, memerlukan pengelolaan dan konservasi yang tidak berbeda, serta
potensi produksi yang sebanding.

2.1.4 Metode klasifikasi kemampuan lahan


Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan
adalah sebagai berikut.

1. Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung
dilapangan dengan cara mendiskripsikan lahan. Metode ini bersifat subyektif dan
tergantung pada kemampuan peneliti dalam analisis.
2. Metode statistik

12 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
Metode ini didasarkan pada analisis statistik variabel penentu kualitas lahanyang
disebut diagnostic land characteristic (variabel X) terhadap kualitas lahannya
(variabel y)
3. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan antara kriteria kesesuaian lahan dengan
data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara matching dilakukan
dengan mencocokkan antara karakteristik lahan dengan syarat penggunaan lahan
tertentu.
4. Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini didasarkan pemberian nilai pada masingmasing satuan lahansesuai
dengan karakteristiknya

2.1.5 Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan


Kriteria pembatas klasifikasi kemampuan lahan antara lain :
1. Iklim
Dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu
temperature dan curah hujan. Temperatur yang rendah mempengaruhi jenis dan
pertumbuhan tanaman. Di daerah tropika yang paling penting mempengaruhi
temperatur udara adalah ketinggian letak suatu tempat dari permukaan laut. Udara
yang bebas bergerak akan turun temperaturnya pada umumnya dengan 1 0C untuk
setiap 100 m naik di atas permukaan laut. Penyediaan air secara alami berupa
curah hujan yang terbatas atau rendah di daerah agak basah (sub humid), agak
kering (semi arid), dan kering (arid) mempengaruhi kemampuan tanah.

2. Lereng, Ancaman Erosi dan Erosi yang Telah Terjadi


Kerusakan tanah oleh erosi sangat nyata mempengaruhi penggunaan
tanah, cara pengelolaan atau keragaan (kinerja) tanah disebabkan oleh alasan-
alasan berikut:

13 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
 Suatu kedalaman tanah yang cukup harus dipelihara agar didapatkan
produksi tanaman yang sedang sampai tinggi.
 Kehilangan lapisan tanah oleh erosi mengurangi hasil tanaman.
 Kehilangan unsur hara oleh erosi adalah penting tidak saja oleh karena
pengaruhnya terhadap hasil tanaman akan tetapi juga oleh karena diperlukan
biaya penggantian unsur hara tersebut untuk dapat memelihara hasil
tanaman yang tinggi.
 Kehilangan lapisan permukaan tanah merubah sifat-sifat fisik lapisan olah
yang akan sangat jelas kelihatan pada tanah yang lapisan bawah bertekstur
lebih halus.
 Kehilangan tanah oleh erosi menyingkap lapisan bawah yang memerlukan
waktu dan perlakuan yang baik untuk dapat menjadi media pertumbuhan
yang baik bagi tanaman.
 Bangunan-bangunan pengendalian air dapat rusak oleh sedimen yang
berasal dari erosi.
 Jika terbentuk parit-parit oleh erosi (gully) maka akan lebih sulit pemulihan
tanah untuk menjadi produktif kembali.
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya
mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng tercacat
atau dapat diketahui pada peta tanah.
Kelas Erosi Kriteria Deskripsi
Tanah
e0 Tidak ada erosi Tidak ada lapisan atas yang hilang

e1 Ringan < 25% tanah lapisan atas hilang

e2 Sedang 25 – 75% tanah lapisan atas hilang

e3 Berat > 75% lapisan tanah atas hilang dan < 25%
lapisan tanah bawah hilang

14 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
e4 Sangat berat > 25% lapisan tanah bawah hilang

3. Kedalaman Tanah (k)


Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh
akar tanaman. Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah
dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air dan hara, umumnya dibatasi adanya
kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang lain, sehingga tidak lagi dapat
ditembus akar tanaman (Utomo, 1989).

4. Tekstur Tanah (t)


Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat
fisik dan kimia tanah lainnya.

5. Permeabilitas (p)
Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan
udara (Utomo, 1989).

6. Drainase (d)
Drainase adalah kondisi mudah tidaknya air menghilang dari permukaan
tanah yang mengalir melalui aliran permukaan atau melalui peresapan ke dalam
tanah (Utomo, 1989).

15 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
3.1 EVALUASI DAN KESESUAIAN LAHAN
3.1.1 Pengertian Evaluasi dan Kesesuaian lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan
tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil
evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai
dengan keperluan.

Tujuan daripada evaluasi kesesuaian lahan adalah untuk memberikan


penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan-tujuan yang telah dipertimbangkan. Manfaat
evaluasi kesesuaian lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-
hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya, serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil.

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan


tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian
lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat


biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan
masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan


dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa
hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang

16 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat
ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

3.1.2 Struktur Kesesuaian Lahan


Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo
adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan
dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak
sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat
ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala
pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat
semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo
sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak
sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau
(skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S),
sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

 Kelas S1 Sangat Sesuai : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang


berarti
 Atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor
 Pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap
 produktivitas lahan secara nyata.
 Kelas S2 Cukup Sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor
 pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,
 memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya
 dapat diatasi oleh petani sendiri.
 Kelas S3 Sesuai Marginal : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan

17 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
 faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya,
 memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan
yang
 tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan
 Modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan
 (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

 Kelas N Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang

 sangat berat dan/atau sulit diatasi.



Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi
faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas
kondisi perakaran (rc=rooting condition).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh
kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama
dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor
kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1
kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50
Cm). Dalam Praktek evaluasi kesesuaian Lahan pada kategori unit ini jarang di
gunakan.

3.1.3 Kualitas Dan Karakteristik Lahan


Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat kompleks dari
sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (Perfomance ) yang
berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri

18 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
atas satu atau lebih karakteristik lahan (Land Characteristics ). Kualitas lahan ada
yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya
ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan diberikan pada Tabel 1

Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat
dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim.
Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur
pembentuk satuan peta tanah.

1. Topografi

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah


(relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat
hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor
ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh

19 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan
kelas lereng disajikan pada Tabel 2.

Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam
kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah
( 700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat
berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas
permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi
matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian
tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina
lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran tinggi. Sedangkan tanaman karet,
sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah.

2. Iklim
1) Suhu udara

Tanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai dataran tinggi atau suhu
rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa sesuai untuk dataran rendah.
Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan
berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat,
semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Braak (1928):

26,3 C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6 C)

Suhu udara rata-rata di tepi pantai berkisar antara 25-27 C.

20 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
2) Curah Hujan

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar


hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili
suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara
manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah
hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi
bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan
alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu,
misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.

Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan


dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan
basah. Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan
basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang
mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah
hujan 100 mm) dan bulan kering (<60 mm). Kriteria Terakhir adalah bersifat
umum untuk pertanian dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman
tahunan.

3. Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat
atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan
retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas,
bahaya erosi, dan banjir/genangan.
4. Drainase
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Kelas

21 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN
drainase tanah disajikan pada Tabel 3. Kelas drainase tanah yang sesuai untuk
sebagian besar tanaman, terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada
kelas 3 dan 4. Drainase tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5, 6 dan 7 kurang sesuai
untuk tanaman tahunan karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air,
sedangkan kelas 5, 6 dan 7 sering jenuh air dan kekurangan oksigen.

22 | G E O G R A F I T A N A H PENGELOLAAN LAHAN

Anda mungkin juga menyukai