Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BEDAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS

“ Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia”

DOSEN PEMBIMBING
Melania S.R. S.Pd., M.Sc

DISUSUN OLEH
Nama : Galuh Prastiwi
NIM : 1912100005
Prodi : Pendidikan Geografi

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas Bedah Kurikulum dan buku teks “Sejarah
Perkembangan Kurikulum di Indonesia”.Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan dan untuk menambah wawasan bagi para pembaca.
     Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Melania S.R. S.Pd., M.Sc selaku dosen Bedah Kurikulum dan buku teks yang
telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini.
2) Orang tua yang telah memberi semangat dan bantuan kepada saya dalam mengerjakan
tugas ini.
   Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran untuk lebih baik lagi dalam tugas kedepannya. Akhir kata
saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu saya dalam
menyelesaikan tugas ini.

Klaten, 27 Maret 2020

Galuh Prastiwi

2
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan & Manfaat................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KURIKULUM..........................................................................................
2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA.........
A. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran (1947-1968)..............
B. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952.................................
C. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964...........................................
D. Kurikulum 1968.......................................................................................
E. Kurikulum 1975.......................................................................................
F. Kurikulum 1984.......................................................................................
G. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999...................................
H. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)....................
I. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).........
J. Kurikulum 2013......................................................................................
2.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KURIKULUM 2013..................
2.4 TAHAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013...................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat. Hal ini mengakibatkan


semakin cepatnya perkembangan pemikiran peserta didik terutama peserta didik di Indonesia.
Perkembangan pesat dari teknologi ini juga berdampak pada kualitas pendidikan yang
diberikan oleh guru kepada para peserta didik yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi
pendidikan juga sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu kurikulum di indonesia juga
sudah kesekian kali diubah untuk menyesuaikan perkembangan pendidikan dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan peserta didik.
Perubahan-perubahan yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia bertujuan untuk
menyesuaikan dan mengembangkan pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum juga
ditujukan untuk menyesuaikan perkembangan peserta didik.
Namun dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di indonesia tidak selalu
berdampak positif, namun juga ada yang bersifat negatif sehingga diperlukan adanya
perbaikan kembali pada sistem pendidikan yang diterapkan pada saat itu.

B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perkembangan kurikulum di Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang?

C.     TUJUAN

Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KURIKULUM
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan
hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus
dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.
 Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai
dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
yang senantiasa cenderung berubah.
Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum
menyangkut komponen kurikulum yakni:
1. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup
masyarakat dan falsafah bangsa.
2. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran.
3. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu
sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem
administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.
4. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi
kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti
laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.
5. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara
yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif
dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu
sistem dari kurikulum.

5
2.2  SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berganti berkali-kali sejak merdeka. Berikut adalah
perkembangan kurikulum di Indonesia sampai Kurikulum 2013 (K13) :

A. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran (1947-1968)


Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan
sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem
pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang
diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda
pun bersifat diskriminatif. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut
(Sanjaya, 2007:207):
a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar
bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.
b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan
pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda
selama 7 tahun.
c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi,
yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6
tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah
kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

6
Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum “Rencana
Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan
beralih pada masa orde baru.

Rencana pelajaran 1947


Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”, artinya rencana
pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikannya
lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
2. Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun yang
diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :
1. Kesadaran bernegara dan bermasyarakat;
2. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
3. Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Fokus pelajarannya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :
1) Daya cipta,
2) Rasa,
3) Karsa,
4) Karya,
5) Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1) Moral
2) Kecerdasan
3) Emosional/artistik
4) Keprigelan (keterampilan)
5) Jasmaniah.

7
B. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952

Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pada masa itu juga dibentuk
Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke
SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat (SD)
menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut
1) Bahasa Indonesia 9) Menulis
2) Bahasa Daerah 10) Seni Suara
3) Berhitung 11) Pekerjaan Tangan
4) Ilmu Alam 12) Pekerjaan kepurtian
5) Ilmu Hayat 13) Gerak Badan
6) Ilmu Bumi 14) Kebersihan dan kesehatan
7) Sejarah 15) Didikan budi pekerti
8) Menggambar 16) Pendidikan agama

C. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah mempunyai


keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD.
Kurikulum 1964 juga menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan
dengan perkembangan anak.
Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004),
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu
pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa
diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan,
sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang
sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.

8
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran
berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata Pelajaran yang ada pada
Kurikulum 1964 adalah:
1. Pengembangan Moral
a)   Pendidikan kemasyarakatan
b)   Pendidikan agama/budi pekerti
2. Perkembangan kecerdasan
a)   Bahasa Daerah
b)   Bahasa Indonesia
c)   Berhitung
d)   Pengetahuan Alamiah
3. Pengembangan emosional atau Artistik
a) Pendidikan kesenian
4. Pengembangan keprigelan
a) Pendidikan keprigelan
5. Pengembangan jasmani
a) Pendidikan jasmani/Kesehatan

D. Kurikulum 1968

Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat politis
dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.

Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari


Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 bertujuan agar  pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.

9
Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum bulat. Karena kurikulum ini
hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada
tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada
kurikulum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yakni:
1)      Pembinaan Jiwa Pancasila
a) Pendidikan agama
b) Pendidikan kewarganegaraan
c) Bahasa Indonesia
d) Bahasa Daerah
e) Pendidikan olahraga
2)      Pengembangan pengetahuan dasar
a) Berhitung
b) IPA
c) Pendidikan kesenian
d) Pendidikan kesejahteraan keluarga
3)      Pembinaan kecakapan khusus
a) Pendidikan kejuruan

E. Kurikulum 1975

Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan


pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD
Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di
bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah
satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.

10
Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran
di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:
1. Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru
tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
2. Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan
dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.
3. Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan
pendidikan nasional.
4. Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan
efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5. Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang
kini sedang berlaku.
6. Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di
antaranya sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti
dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan
teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

11
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
1) Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang
hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
2) Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap
sekolah.
3) Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan program
pengajaran, yaitu.
a. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
b. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan
pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
c. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para
siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
d. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran
berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.
4) Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang
senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling
berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu
dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai
pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran.
Komponen PPSI meliputi:
a. Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk
bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.
b. Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan dalam PPSI
disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur
efektifitas program/ pelaksanaan pengajaran.
c. Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar siswa
merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan

12
belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan
khusus instruksional yang harus dicapai oleh para siswa
d. Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru merupakan
petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan
sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
e. Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan
petunjuk-petunjuk dari program yang telah disusun.
f. Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan
pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.
5)      Sistem Penilaian
Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir
satuan pelajaran tertentu.
6)      Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka
memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu
meraih masa depan yang lebih baik.
7)      Supervisi dan Administrasi
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang
digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah
menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman
pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama 6. IPA
2. Pendidikan Moral Pancasila 7. Olah raga dan kesehatan
3. Bahasa Indonesia 8. Kesenian
4. IPS 9. Keterampilan khusus
5. Matematika

F. Kurikulum 1984

Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan
keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat

13
dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi . Secara umum dasar perubahan kurikulum
1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan
yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat
atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
2. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajarinya.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak,
dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke
kesimpulan.

14
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.


1. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki
enam belas mata pelajaran inti.
2. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3. Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan
di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan
dalam program A dan B. Program A terdiri dari.
a. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
b. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
c. A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
d. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
e. B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B memerlukan
sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.
4. Pentahapan waktu pelaksanaan
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun
berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

G. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan


kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan
antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan
oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan


pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang

15
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic
Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini
memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa,
sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi
pelajaran yang cukup banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya


sebagai berikut.

1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Diharapkan agar


siswa memperoleh materi yang cukup banyak.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah siswa.
6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, di antaranya


sebagai berikut:
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.

Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum dengan
diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.

16
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu :

1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan


kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan
kebutuhan masyarakat.
2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara
tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan


bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

H. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis


Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No 2 1999
tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah
kebijakan pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang
merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik
mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill, value,
attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami,
mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah
dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan (dimilik
setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran),
kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi akademik
(pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional
(kesiapan dan kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi
terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal
(memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa

17
Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sedangkan Kurkikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pebelajar, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3).
1)      Kompetensi Utama
Anderson dan Krathwhol (2001:ii), Kompetensi Utama dapat dikelompok menjadi 4
(empat) gugus, yaitu:
a)  Factual knowledge,
Menyangkut pengetahuan tentang fitur-fitur dasar pebelajar dalam disiplin keilmuan
dan dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Jenis kompetensi ini, yaitu: pengetahuan
tentang terminologi, dan pengetahuan tentang detil spesifik (specific details) serta fiturfitur
dasar (basic elements).
b) Conceptual knowledge,
  Meliputi kompetensi yang menunjukkan pemahaman tata hubungan antar fitur dasar
dalam suatu struktur yang lebih luas dan yang memungkinkan berfungsinya fitur-fitur
tersebut. Termasuk ke dalam kompetensi ini adalah, pengetahuan tentang klasifikasi dan
kategori, pengetahuan tentang prinsi-prinsip kerja dan generalisasinya, serta pengetahuan
tentang teori, model, paradigma dan struktur dasar.
c) Procedural knowledge, 
Meliputi pengetahuan dan pemahaman bagaimana melakukan sesuatu (technical
know how), metode inkuiri, dan kriteria dalam menggunakan keterampilan, algotima, teknik,
dan metode. Termasuk dalam kompetensi ini, yaitu pengetahuan tentang keterampilan khusus
(subject-specific skills) dan perhitungan-perhitungan (algorithm), pengetahuan tentang teknik
dan metode khusus (subject-specific techniques and methods), serta pengetahuan tentang
kriteria penggunaan sebuah prosedur yang tepat.
d) Metacognitive knowledge,
Merupakan kompetensi yang menyangkut tentang pengetahuan terhadap kognisi secara
umum dan kesadaran serta memahami kognisi diri sendiri. Kompetensi ini meliputi 3 hal,
yaitu: pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk pengetahuan
tentang kontekstualitas dan kondisi khusus, dan pengetahuan tentang diri sendiri.
Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan lima unsur pokok
yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu: Pengembangan kepribadian (MK),
18
pengembangan keahlian dan keterampilan (MKK), pengemabngan keahlian berkarya (MKB),
pengembangan perilaku berkarya (PPB), dan pengembangan berkehidupan bermasyarakat
(PBB).
Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah
1. KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi Paradigma
pembelajaran versi UNESCO: learning to know,learning to do, learning to live
together, dan learning to be.
2. Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
3. Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah mata
pelajaran belum bisa dikurangi.
4. Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode pembelajaran
PAKEM dan CTL,
5. Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian
berbasis kelas.
6. KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian
berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah (PKBS).

I. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional


pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai
tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP
mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

19
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum,
b. Beban belajar,
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan, dan
d. Kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang
telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh
kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah.
Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam
arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional.
Dengan demikian diharapkan KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat,
situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut
berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
1)      Tujuan diadakannya KTSP
a)      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.

20
b)      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c)      Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai. Mulyasa (2006: 22-23)
KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal berikut :
a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang
akan dikembangkan.
c. Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri
yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.
d. Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
e. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing.
f. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
g. Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakatdan lingkungan yang berubah secara
cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun
2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan.
e. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut
dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan.
g. Belajar sepanjang hayat,
h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.

2)      Komponen KTSP
Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut.
a. Visi dan misi satuan pendidikan

21
Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa
yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah pada masa yang
akan datang.
b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Kalender pendidikan
Kalender pendidikan untuk pengembang kurikulum jam belajar efektif untuk
pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.
d. Struktur muatan KTSP
Struktur muatan KTSP terdiri atas.
1. Mata pelajaran
2. Muatan lokal
3. Kegiatan pengembangan diri
4. Pengaturan beban belajar
5. Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
6. Pendidikan kecakapan hidup
7. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
e. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan.
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

J. Kurikulum 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa

22
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses,
maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan
pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum
sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus
mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa
lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah;
2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta didik
akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang
dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi
Dasar (KD).
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

23
4. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran
ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap
menjadi kepedulian utama kurikulum.
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi,
topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based curriculum” atau
“content-based curriculum”.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
7. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang
memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana
pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan
psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan.
Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit
dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
8. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan
hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan
kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat
dijadikan tingkat memuaskan).
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata
pelajaran.
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat
dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah
kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

24
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan..
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi.
Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
a. Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
b. Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
c. Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014
4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari
bulan Januari – Desember 2013
5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan
dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016.

2.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KURIKULUM 2013


Pengamat Pendidikan, Dharmaningtyas, mencoba memaparkan secara rinci kelebihan
dan kekurangan kurikulum 2013 dalam diskusi bertajuk Akses Pendidikan Berkualitas untuk
Semua besutan Network for Education Watch (NEW) atau Jaringan Pemantau Pendidikan
Indonesia (JPPI):
1. Kelebihan:
a. Memiliki konsep yang jelas terhadap lulusan yang ingin dicapai.

25
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), kompetensi ditentukan masing-masing di tiap mata pelajaran. Sehingga, ibarat baju,
semua bagiannya berasal dari bahan berbeda. Tapi kurikulum 2013 tidak dimulai dari
potongan tapi sudah ada model lulusan yang ditetapkan. Sehingga kompetensi masing-
masing mata pelajaran menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai

b. Mengemas mata pelajaran menjadi lebih maknawi dalam kehidupan sehari-hari


dengan model pembelajaran tematik integratif dan pendekatan saintifik. Dalam kurikulum
2013 proses pembelajaran murid aktif, guru sebagai fasilitator maupun motivator, semua
aspek kehidupan bisa menjadi sumber pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar

2. Kekurangan
a. Adanya kontradiksi, karena mau melahirkan manusia yang kreatif, kritis, inovatif,
tapi penuh materi yang normatif karena ada penambahan jam belajar agama
b. Kedua, berharap proses pembelajaran lebih leluasa tapi ada penambahan jam pelajaran.
c. Ketiga, kurikulum 2013 cocok untuk sekolah yang sudah maju dan gurunya punya
semangat belajar tinggi, masyarakat yang sudah terdidik, muridnya memiliki kemampuan
dan fasilitas setara, serta infrastruktur telekomunikasi dan transportasi sudah merata
sehingga tidak menghambat proses.
d. Kekurangan lainnya terletak pada penggunaan Ujian Nasional (UN) sebagai evaluasi
standar proses pembelajaran siswa aktif.

2.4 TAHAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

26
Sejak tahun 2013/2014, Indonesia mulai menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah di
Indonesia untuk kelas 1, 4, 7 dan 10. Implementasi Kurikulum 2013 ini akan dilakukan
secara bertahap sampai diterapkan seluruh kelas di Indonesia pada tahun 2020. Penerapan
dilakukan bertahap sejalan dengan proses persiapan sekolah dan guru di seluruh Indonesia
untuk dapat menerapkan Kurikulum 2013 secara optimal.

Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari Kurikulum tahun 2006 yang disusun
mengacu pada Tujuan Pendidikan Nasional dan berdasarkan evaluasi kurikulum sebelumnya
dalam menjawab tantangan yang dihadapi bangsa di masa depan.

27
Pengembangan Kurikulum 2013 khususnya terletak pada:
1. Keseimbangan Pengetahuan – Sikap – Keterampilan
2. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
3. Model Pembelajaran (Penemuan, Berbasis Proyek dan Berbasis Masalah)
4. Penilaian Otentik.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan
hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus
dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat. Hal ini mengakibatkan
semakin cepatnya perkembangan pemikiran peserta didik terutama peserta didik di Indonesia.

28
Perkembangan pesat dari teknologi ini juga berdampak pada kualitas pendidikan yang
diberikan oleh guru kepada para peserta didik yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi
pendidikan juga sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu kurikulum di indonesia juga
sudah kesekian kali diubah untuk menyesuaikan perkembangan pendidikan dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan peserta didik.
Perubahan-perubahan yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia bertujuan untuk
menyesuaikan dan mengembangkan pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum juga
ditujukan untuk menyesuaikan perkembangan peserta didik.
Namun dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di indonesia tidak selalu
berdampak positif, namun juga ada yang bersifat negatif sehingga diperlukan adanya
perbaikan kembali pada sistem pendidikan yang diterapkan pada saat itu.
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berganti berkali-kali sejak merdeka. Berikut
adalah perkembangan kurikulum di Indonesia sampai Kurikulum 2013 (K13) :
1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran (1947-1968)
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
4. Kurikulum 1968
5. Kurikulum 1975
6. Kurikulum 1984
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
10. Kurikulum 2013

DAFTAR PUSTAKA

https://gmb-indonesia.com/2018/05/20/perkembangan-kurikulum-di-indonesia-hingga-kurikulum-
2013-k13/
https://www.kompasiana.com/timothymichael/573b15233e23bd9e086ebc19/perkembangan-
kurikulum-di-indonesia-signifikan-kah
http://addinabdulhafid.blogs.uny.ac.id/2015/10/19/perkembangan-pengembangan-kurikulum-di-
indonesia/

29
https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta:
Depdiknas

30

Anda mungkin juga menyukai