Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PETROLOGI
BATUAN METAMORF (FOLIASI DAN NON FOLIASI)
PADA CEKUNGAN PULAU SULASESI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. RIO SETIAWAN 1703054


2. GAGAS SATRIO 1703051
3. WAHYUNI REGINA P 1703052
4. AYU ANISA F H 1703046
5. DWI SYALENDRA 1703063
6. M. TAUFIQ D 1703069

DOSEN PEMBIMBING : SEFILRA ANDALUCIA, S.T.,M.T.

POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................i


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................ii
1.3 Tujuan...................................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peta Geologi Pulau Sulawesi................................................................1
2.2 Setting Geologi Pulau Sulawesi...............................................................2
2.3 Struktur Geologi Pulau Sulawesi............................................................5
2.4 Stratigrafi Pulau Sulawesi.......................................................................9

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan...............................................................................................14

DAFTAR PUSAKA
KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah,Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca untuk
semua..
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 5 APRIL 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

. 1.1 Latar Belakang Masalah


Pengaruh tumbukan lempeng Pasifik, Benua Asia dan Australia terhadap.
Sulawesi adalah bersatunya bagian barat dan bagian timur Sulawesi yang berbentuk K,
terbentuknya jalur gunungapi dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat, serta terjadinya sesar
Palu-Koro yang berarah barat laut – tenggara. Di daerah Kabupaten Mamuju dan Majene
berkembang beberapa sesar ikutan atau sesar sekunder yang berarah hampir barat – timur.
Inventarisasi bahan galian non logam di daerah Kabupaten Majene dilakukan baik melalui
kajian dari laporan penyelidikan terdahulu (data sekunder) maupun pengamatan langsung di
lapangan (data primer). Hasilnya, bahan galian yang terdapat di Kabupaten Majene adalah
dasit, batugamping, lempung, sirtu, zeolit, dan lempung bentonitan. Disamping itu, juga
diketahui adanya indikasi keterdapatan batubara dan pasir besi.

B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan dalam penyusunan
makalah ini, diantaranya :
1. Bagaimana struktur geologi Pulau Sulawesi?
2. Bagaimana stratigrafi Pulau Sulawesi?

C. Tujuan
Dari permasalahan yang diajukan ada beberapa tujuan, antara lain :
1. Untuk mendeskripsikan struktur geologi Pulau Sulawesi
2. Untuk mendeskripsikan stratigrafi Pulau Sulawesi
3. Untuk mengetahui struktur batuan metamorf
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peta Geologi Pulau Sulawesi

Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia
serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi
tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit,
dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses
tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).

B. Setting Geologi Pulau Sulawesi


Sulawesi merupakan pulau yang khas dan terletak di tengah-tengah kawasan Wallacea.
Kawasan ini merupakan wilayah yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia.
Karena posisinya di tengah, maka kawasan ini memiliki tingkat endemisitas yang tinggi
dalam hal flora dan fauna, serta memiliki perbedaan yang sangat jelas dengan Kalimanta n
yang hanya dipisahkan oleh Selat Makassar yang tidak terlalu luas.
Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Alfred Wallace yang melakukan perjalanan keliling
Indonesia pada tahun 1856 sampai 1862. Agar kita dapat lebih memahami keberadaan dan
keistimewaan pulau Sulawesi maka disusunlah suatu essai yang akan menjelaskan bagaimana
sejarah geologi terbentuknya pulau Sulawesi.
Alfred Russel Wallace adalah seorang berkebangsaan Inggris yang melakukan perjalanan
mengelilingi Indonesia dimulai dari Borneo sampai Irian termasuk Sulawesi. Wallace
mengemukakan pandangannya bahwa kepulauan Indonesia dihuni oleh dua fauna yang
berbeda, satu di bagian timur dan yang lainnya di bagian barat. Wilayah ini ditentukan atas
dasar agihan jenis-jenis burung dengan menempatkan batasnya antara Lombok dan Bali
antara Kalimantan dan Sulawesi. Kalimantan dan Sulawesi memiliki burung yang berbeda,
padahal tidak terpisahkan oleh perintang fisik atau iklim yang berarti. Wallace berpendapat
bahwa Kalimantan, Jawa dan Sumatra pernah merupakan bagian Asia dan bahwa Timor,
Maluku, Irian dan barangkali Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia. Fauna
Sulawesi tampak demikian khas, sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik
dengan benua Asia maupun benua Pasifik Australia.
Di Sulawesi Wallace melakukan perjalanannya yang dimulai dari Ujung Pandang (Makassar)
pada bulan September Desember 1856, kemudian pada bulan Juni September 1859 berada di
Manado dan bagian Minahasa serta pulau pulau kecil di sekitarnya. Dari hasil perjalanannya
ini Wallace menyatakan bahwa pulau Sulawesi terletak di tengah-tengah kepulauan yang
sebelah utaranya berbatasan dengan Filipina, sebelah barat dengan Borneo, sebelah timur
dengan pulau Maluku dan sebelah selatan dengan kelompok Timor. Dengan demikian posisi
Sulawesi dapat lebih mudah menerima imigran dari semua sisi jika dibandingkan dengan
pulau Jawa.
1. Zaman Paleozoikum
Pada periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua yaitu benua Pangea.

2. Zaman Mesozoikum
• Pada periode Trias (250 Ma), pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan
Gondwana. Laurasia meliputi Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang.
Sampai beberapa tahun belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah
geologi adalah bahwa Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa, Kalimantan dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia,
yang belum lama berselang masih terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur Sulawesi,
Timor, Seram, Buru, dan seterusnya) yang merupakan bagian benua Gondwana.
• Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera,
Kalimantan, dan daratan yang kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap
terpisahkan dari antartika dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat
Indonesia bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat, terpisah dari
benua Gondwana.
3. Zaman Konozoikum
• Pada kurun Eosen (60 Ma) Australia terpisah dari Antartika, vulkanisme mulai timbul di
bagian barat Sulawesi.
• Pada kurun Oligosen (40 Ma), Posisi Indonesia bagian barat dan Sulawesi bagian barat,
posisinya seperti posisi sekarang.
• Pada kurun Miosen (25 Ma), Australia, Irian dan bagian timur Sulawesi barangkali
terpisahkan dari Irian sebelum bertabrakan dengan Sulawesi bagian barat, pada zaman
pertengahan miosen dimana mulai munculnya daratan. Dimana Australia, Sulawesi Timur
dan Irian terus bergarak ke utara kira kira 10 cm pertahun.
Peristiwa yang paling dramatik dalam sejarah geologi Indonesia terjadi dalam kurun Miosen,
ketika lempeng Australia bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya bagian timur,
lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan desakan ke darat
sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah timur barat, mengubah
kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi yang sekarang.
Diperkirakan tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai Sula
bertabrakan dengan Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak yang masuk ke
Sulawesi barat, yang menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan dengan arah
jarum jam sebesar kira kira 35 derajat, dan bersama itu membuka teluk Bone. Semenanjung
Utara memutar ujung utaranya menurut arah jarum jam hampir sebesar 90 derajat ,yang
menyebabkan terjadinya subduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi di
bawah bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang Alur Sulawesi Utara
dan Teluk Gorontalo. Dan Obduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi diatas
bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik),batuan ultra basis di Sulawesi timur dan
tenggara diatas reruntuhan pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang bercampur
aduk.
Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir
Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka
kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini.
Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa
Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode
permukaan laut rendah, mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di
daerah sebelah barat Majene dan sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang,
penurunan permukaan air laut sampai 100 m. akan menyebabkan munculnya daratan yang
bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian,
suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di sebelah
timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin
selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit.
Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh
gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang
dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro),
serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan
Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya
merupakan bagian Propinsi Maluku)
C. Struktur Geologi Pulau Sulawesi
Peta Litektonik Pulau Sulawesi
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik
(Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan
Sunda;
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Bagian utara
Memanjang dari Buol sampai sekitar Manado. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai
andesitik, terbentuk pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada
Eosen-Oligosen.
SULUT
• Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk cekungan
sedimen Ratatotok.
• Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-
konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung
yang didapatkan di daerah Ratatotok-Basaan, serta breksi andesit piroksen.
• Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar
andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-
trakit.
• Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-
basal, bom, lapili dan abu
• Kelompok batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan
sungai serta endapan alluvium aluvium.
(Sirtu atau batu kali banyak terdapat di daerah sungai Buyat dan saat ini telah diusahakan
oleh penduduk setempat dan perusahaan lokal untuk memenuhi kebutuhan PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR) sebagai bahan pembuatan saluran penghubung antara pit 1 dengan pit
lainya dan sebagai bahan pondasi bangunan.)
GORONTALO
• Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang
dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan.
• Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif
menerus sejak Eosen – Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai
darat, atau merupakan suatu runtunan regresif.
• Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya
pada satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan
tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.
• Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan
gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.

2. Bagian barat
Dari Buol sampai sekitar Makasar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan
penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api-sedimen berumur
Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut
diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit,
stok, dan retas.
ENREKANG SULAWESI SELATAN

Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di
daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:
• Satuan batupasir malih (Kapur Akhir)
• Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
• Satuan batugamping (Eosen)
• Satuan batupasir gampingan (Oligosen-Miosen Tengah)
• Satuan batugamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)

• Satuan klastika gunungapi (Miosen Akhir)


• Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal)
• Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar
normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi
dan sekitarnya.

Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;

Mandala Tengah
Palu-Koro Fault Zone: New target for UHP metamorphic rock (coesite and diamond
discovery)

Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen
dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen.
Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur,
yaitu:
1) Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya merupakan himpunan batuan yang
bercirikan asal paparan benua, sedangkan
2) Lajur Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini, merupakan himpunan batuan
yang bercirikan asal kerak samudera (Rusmana dan Sukarna, 1985). Batuan yang terdapat di
Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.
KENDARI SULTRA
Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar
daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi
daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan
ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui.
Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya
geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
• Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu, Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo
• Cebakan hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah
Kepulauan Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata
Singgere pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain
sebagainya.

Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments


kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah
ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.

PETA GEOLOGI BANGGAI-SULAWESI

D. Stratigrafi Pulau Sulawesi


KABUPATEN DONGGALA DAN TOLITOLI
Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :
• Endapan alluvium,
• Endapan teras (Kuarter),
• Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),
• Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk
Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen Bawah),
• Batuan gunungapi (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi
Tinombo,
• Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan
malihan Formasi Tinombo.

Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan batuan, yang
dikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
1. Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan
kuarsit berwarna kelabu dan kehijauan, berumur Karbon.
2. Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang
alam satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan
permukaan relatif halus membulat
3. Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang
diendapkan tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura
Tengah,
4. Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir
pasiran (relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang
dikandungnya, berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat
di seluruh P. Banggai
5. Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran Formasi
Tems). Kerakal (gravel) yang keras.
6. Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang
penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor
hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
7. Aluvium : Satuan batuan termuda daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir
dan kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di
pantai Lambako–Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu M
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Afred Russel Wallace adalah orang pertama yang melihat keistimewaan dan perbedaan pulau
Sulawesi dibandingkan pulau-pulau lain disekitarnya. Wallace berpendapat bahwa
Kalimantan, Jawa dan Sumatra pernah merupakan bagian Asia dan Timor, Maluku, Irian dan
barangkali Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia. Fauna Sulawesi tampak
demikian khas, sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik dengan benua Asia
maupun benua Pasifik Australia.
Sulawesi meliputi 3 propinsi geologi yang berbeda beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh
patahan barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai
Sula yang mencakup daerahTokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut,
Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kepulauan Sula. Proses penggabungan Sulawesi barat
dan timur diperkirakan terjadi pada 19 – 13 Ma yang lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Sompotan, F.Armstrong, 2012, Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains Kebumian,
Institut Teknologi:Bandung.
Anonim, 2013, Geomorfologi pulau sulawesi . http://fokusgeografi.blogspot.com. (di akses
pada tanggal 18 November 2013)
Anonim, 2013, Sulut Menjadi Pusat Kekayaan alam dengan Sumber Daya.
http://energitoday.com. ( diakses pada tanggal 18 November 2013)
Anonim, 2013, Potensi Bencana Geologi. http://repository.unhas.ac.id. (di akses pada
tanggal 18 November 2013)

Anda mungkin juga menyukai