Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Jawa Timur merupakan salah satu daerah dengan zonasifikasi yang cukup
kompleks. Berdasarkan bentukan geomorfologi, zonasi bentuk fisiografis di Jawa
Timur dibagi kedalam 5 zona di antaranya, Zona Rembang, Zona Randhublatung,
Zona Kendheng, Zona Solo, dan Zona Pegunungan Selatan dengan berbagai macam
karakteristik satuan bentuk lahan yang berbeda-beda. Proses terbentuknya Pulau Jawa
sendiri saling berkesinambungan antara satu wilayah dengan wilayah lain,sehingga
zonasi fisiografis terbentuk secara terintegrasi dan saling menyambung antara satu
wilayah dengan wilayah lain. Seperti pada Zona Fisiografis di Jawa Timur yang
masih terdapat hubungan dengan zona- zona lain yang ada wilayah sebelah barat
Pulau Jawa seperti Jawa Tengah maupun Jawa Barat.
Makalah ini secara spesifik membahas mengenai zonasi fisiografis dan bentuk
morfologi yang ada di Jawa Timur. Pembahasan dijelaskan berdasarkan zona sifikasi
Pulau Jawa menurut Van Bemmelen untuk wilayah Jawa Timur. Makalah ini juga
membahas potensi dan kondisi rawan bencana yang di akibatkan oleh kondisi
morfologi dan topografi wilayah Jawa Timur. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi kepenulisan maupun materi yang di
sampaikan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
perbaikan kepenulisan kami di masa yangakan datang. Akhir kata dari kelompok 6,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk lebih mengetahui
kondisi morfologi wilayah Provinsi Jawa Timur sekaligus potensi dan kondisi
kerawanan bencana sebagai bekal ilmuyang berguna di masa yang akan datang.
Penulis
Kelompok VI
I
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 13
II
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi satuan geomorfologi di Jawa Timur
2. Bagaimana identifikasi potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Jawa
Timur
3. Bagaimana potensi bencana yang dipengaruhi langsung oleh kondisi fisiografi
wilayah Jawa Timur?
4. Bagaimana pegunungan di jawa timur?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami kondisi fisiografi Jawa Timur
2. Mahasiswa mampu menganalisis Sumber Daya Alam yang terdapat di Jawa Timur
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi potensi bencana alam yang dipengaruhi oleh
kondisi fisiografi wilayah Jawa Timur
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pegunungan di Jawa Timur
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada pembagian zona fisiografi Jawa Timur, khususnya pada bagian Utara
Jawa Timur terdiri dari Zona Pusat Depresi Jawa, Kendeng, Depresi Randublatung,
dan Rembang. Pada Pusat Depresi Jawa umumnya menjadi satu dengan Zona
Kendeng yang didominasi oleh sesar-sesar sungkup. Sedangkan pada Zona Pusat
Depresi Jawa ini merupakan daerah depresi (cekungan) yang menjadi pembatas antara
Zona Kendeng dengan Zona Solo (Vulkanik Kuarter) pada bagian Tengah Jawa
Timur. Zona Pusat Depresi Jawa memiliki karakteristik wilayah berupa cekungan
(basin) yang nampak seperti lembah antar perbukitan/pegunungan lipatan yang
pembentukannya di pengaruhi oleh bentuk lahan asal struktural, vulkanik, danfluvial.
Cakupan wilayah yang termasuk pada bagian Pusat Depresi Jawa meliputi Kabupaten
Ngawi, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, dan sebagian wilayah Mojokerto
bagian Utara. Dominasi bentuk lahan merupakan DataranFluvial Vulkanik (V8) yang
secara langsung disebabkan oleh adanya pengaruh dari topografi wilayah Gunung
Lawu dan DAS Bengawan Solo. Zona Depresi Randublatung, zona Zona
Randublatung merupakan suatu depresi atau lembah memanjang yang berada di
antara Perbukitan Kendeng dan Perbukitan Rembang. Zona ini mencakup daerah
Purwodadi, Cepu, Bojonegoro,Lamongan, Gresik, dan Surabaya. Sebagai sebuah
depresi tektonis, sedimentasi Zona Randublatung terusaktif semenjak akhir Tersier
hingga sekarang, dengan menerima pasokan sedimendari Perbukitan Kendeng
maupun Perbukitan Rembang. Sistem pengaliran permukaan (drainage system) di
zona ini terbagi dua, yaitu Sistem Lusi di bagian barat dan Sistem Bengawan Solo di
bagian timur. Di bagian barat, sedimentasi di lakukan oleh Sungai Lusi, yang
kemudian bergabung dengan Sungai Serang, membentuk Delta Serang yang dengan
cepat menjadikan pesisir utara Pulau Jawasebagai pantai maju.
3
Demikian juga di bagian timur, di mana Sungai Bengawan Solo terus mengalir
ke arah timur dan bergabung dengan pesisir utara Pulau Jawa sebagai delta di Ujung
Pangkah, selain itu perkembangan meander yang disusul dengan proses deposisi yang
dapat diketahui dari adanya oxbow lake pada tubuh Sungai Bengawan Solo.
2. Zona Kendeng
Menurut Van Bemmelen Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan
arah memanjang barat-timur yang memanjang mulai dari Semarang dan kemudian
menyempit ke arah timur sampai ujung Jawa Timur di bagian utara, dan pada
umumnya dibentuk oleh endapan vulkanik, batupasir, batu lempung, dan napal.
Pegunungan tersebut tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami
deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium. Zona Kendeng merupakan
terusan dari Zona Pegunungan Serayu Utara yang berkembangdi wilayah Jawa
Tengah. Pembagian Zona Kendeng pada bagian Utara Jawa Timur.
b. Zona Solo
Zona Solo merupakan salah satu karakteristik fisiografi Jawa Timur yang
tersusun atas Gunungapi Kuarter yang memanjang mulai dari Kabupaten Magetan
sampai Kabupaten Banyuwangi. Zona ini termasuk pada busur vulkanik aktif yang di
tandai dengan adanya erupsi mulai dari intensitas kecil dan sedang. Selain itu,bentuk
morfologi di Zona Solo ini juga dikontrol oleh bentuk lahan asal solusional(karst) dan
Fluvial. Zona Solo ini terbentuk karena adanya pergerakan dari lempeng Indo-
Australia di Samudra Hindia yang mendorong kerak benua pada wilayah Jawa Timur
bagian selatan. Sehingga terjadi penunjaman pada kerak samudra yang diikuti dengan
pengangkatan kerak benua sehingga membentuk jalur-jalur magma.
4
c. Zone Pegunungan Selatan
Zona Pegunungan selatan merupakan bentukan lahan yang terdapat di daerah
pesisir selatan Pulau Jawa dan membentang dari Jawa Barat hingga JawaTimur. Di
Provinsi Jawa Timur sendiri Zona Pegunungan Selatan mencakup kawasan geopark
Gunung Sewu di Kabupaten Pacitan, membujur kearah timur hingga Kabupaten
Banyuwangi (mulai Semenanjung Blambangan). Daerah pegunungan selatan
merupakan bagian dari sayap kiri daerah geantiklin besar yang puncaknya diperkiran
berada di sekitar Zona Solo. Daerah geantiklin tersebut yang akhirnya menjadi
daerah yang membatasi Zona Pegunungan Selatan dan Zona Solo yang ada disebelah
utara. Pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam di Selatan Pulau Jawa
membentuk struktur permukaan bumi berupa daerah hasil pengangkatan di zona
penunjaman. Proses inilah yang membentuk struktur atau topografi permukaan bumi
di Zona Pegunungan Selatan.
5
b. Potensi Panas Bumi Pada Bagian Tengah Jawa Timur
Berada pada daerah ring of fire, Indonesia di dominasi oleh gunung api yang
mengakibatkan pada beberapa daerah memiliki sumber daya alam panas
bumi(geothermal). Sumber panas bumi atau geothermal banyak dijumpai pada
Pulau Jawa yang membentang dari barat hingga ke timur. Pulau Jawa termasuk
dalamzona subduksi yang terletak di Selatan Pulau Jawa. Zona subduksi ini
merupakan tumbukan antara kerak samudra (Indo-Australia)dan kerak benua
(Eurasia).Terjadinya tumbukan dua lempeng tersebut mengakibatkan magma naik
kepermukaan dan membentuk pegunungan di sepanjang Pulau Jawa. Jawa Timur
adalah salah satu dari beberapa Provinsi di Indonesia yang dikaruniai potensi
sumber daya energi dan mineral yang berlimpah. Sumber daya tersebut terbentang
dari arah utara hingga ke selatan (mulai dari pesisir dan perairanLaut Jawa sampai
dengan pesisir laut Hindia) dari arah Barat ke Timur (mulai perbatasan Jawa
Timur- jawa Tegah sampai pesisir selat Bali, ditemui sumber dan pusat kekayaan
sumber daya mineral yaitu mineral energi (minyak dan gas bumi serta panas
bumi) dan mineral bahan galian logam atau non logam atau industri(pasir timah,
sulfur, fosfat, mika, belerang, fluorit, felspar, ziolit dan diatomea).
Potensi sumber daya mineral energi di Jawa Timur memberikan pengaruh
yang baik bagi Indonesia karena dengan adanya sumber daya tersebut dapat
menjadi cadangan sumber daya mineral yang saat ini banyak di eksploitasi.
Potensi panas bumi di Jawa Timur terdiri dari sistem geothermal yang berasosiasi
dengan gunung api di anataranya gunungapi kuarter (Gunungapi tua:Ngebel-
Wilis, Gunungapi Pandan, Gunung Arjuno, Argopuro dan Ijen), diikuti oleh
sistem outflow (Gunungapi intermediet: Cangar, Songgoriti, Tritis), sistem
geothermal yang berasosiasi dengan Gunungapi tersier (Gunungapi muda:
Melati,Rejosari) dan satu sistem geothermal non-vulkanik (Tirtosari).
6
C. Potensi bencana Jawa Timur
Bencana merupakan suatu rangkaian atau peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, keruskan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Dalam cakupan wilayah Jawa Timur, bencana alam yang terjadi
lebih di dimonasi oleh bencana hidometeorologi. Beberapa bencana tersebut terjadi
sebagai akibat dari kondisi Geomorfologi nya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Seperti pada kejadian bencana tanah longsor dimana selain di sebabkan
oleh kondisi topografi juga dipengaruhi oleh kondisi cuah hujan. Berikut secara lebih
spesifik di jelaskan beberapa kejadian bencana serta potensi bencana yang ada di Jawa
Timur, di antaranya bencana letusan gunung api, longsor, banjir dan tsunami.
1. Gunung semeru
Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi
kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung
tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari
permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-
Australia kebawah Lempeng Eurasia. Gunung Semeru juga merupakan
gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra
dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Kawah di puncak Gunung
Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua
kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa
Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT. Pada tahun
1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian
3.744,8 m hingga akhir November 1973. Di sebelah selatan, kubah ini
mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan
meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
7
2. Gunung raung
Gunung Raung (puncak tertinggi: 3.344 mdpl) adalah gunung berapi
kerucut yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia. Secara
administratif, kawasan gunung ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di
wilayah Besuki, Jawa Timur, yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.
Secara geografis, lokasi gunung ini berada dalam kawasan kompleks
Pegunungan Ijen dan menjadi puncak tertinggi dari gugusan pegunungan
tersebut. Dihitung dari titik tertinggi, Gunung Raung merupakan gunung
tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno,
serta menjadi yang tertinggi keempat di Pulau Jawa. Kaldera Gunung Raung
juga merupakan kaldera kering yang terbesar di Pulau Jawa dan terbesar kedua
di Indonesia setelah Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Terdapat
empat titik puncak, yaitu Puncak Bendera, Puncak 17/Puncak Bendera (3159
mdpl), Puncak Tusuk Gigi,(3300 mdpl) dan, yang tertinggi, adalah Puncak
Sejati (3.344 mdpl).
Dilihat dari vegetasinya, Gunung Raung memunyai kawasan hutan
Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan
Ericaceous atau hutan gunung.
3. Gunung arjuno
Gunung Arjuno (terkadang dieja Gunung Arjuna) adalah sebuah
gunung berapi kerucut (istirahat) di Jawa Timur, Indonesia dengan ketinggian
3.339 m dpl. Gunung Arjuno secara administratif terletak di perbatasan Kota
Batu, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan dan berada di bawah
pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Gunung Arjuno merupakan
gunung tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Gunung Semeru, serta menjadi
yang tertinggi keempat di Pulau Jawa. Biasanya gunung ini dicapai dari tiga
titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu. Nama
Arjuno berasal dari salah satu tokoh pewayangan Mahabharata, Arjuna.
Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang, Gunung
Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Arjuno terletak pada satu
punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang, sehingga kompleks
ini sering disebut juga dengan Arjuno-Welirang. Kompleks Arjuno-Welirang
sendiri berada di dua gunung berapi yang lebih tua, Gunung Ringgit di timur
dan Gunung Lincing di selatan. Area fumarol dengan cadangan belerang
ditemukan di sejumlah lokasi pegunungan ini, seperti pada puncak Gunung
Welirang, puncak Gunung Kembar II, dan pada sejumlah jalur pendakian.
Gunung Arjuno merupakan salah satu tujuan pendakian. Di samping
tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat
beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun Kakek
Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung
Arjuno.
8
Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun
lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya,
mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung. Di kawasan
lerengnya juga terdapat mata air Sungai Brantas yang berasal dari simpanan
air Gunung Arjuno. Mata air Sungai Brantas terletak di Desa Sumber Brantas,
Bumiaji, Kota Batu yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa
setelah Bengawan Solo.
Beberapa destinasi wisata yang terkenal hingga ke seluruh Indonesia
maupun luar negeri juga terletak di lereng Gunung Arjuno, di antaranya adalah
Tretes, Kota Wisata Batu, dan Taman Safari Indonesia . Gunung Arjuno
mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan
Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Arjuno dapat
didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, dan
arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan
(Karangploso), juga dari Sumberawan, Singosari. Desa Sumberawan adalah
desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan
merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai
pendakian. Bisa juga melewati Purwosari yang lebih gampang dilewati, karena
hanya setengah jam dari jalan raya dan langsung sampai di Tambakwatu.
4. Gunung lamongan
Gunung Lemongan adalah sebuah gunung berapi tipe maar, di Jawa
Timur. Gunung ini merupakan bagian dari kelompok Pegunungan Iyang.
Puncaknya adalah Tarub (1.651 m). Gunung Lemongan termasuk dalam
wilayah kabupaten Lumajang.
Gunung Lemongan dikelilingi 27 maar yang garis tengahnya berkisar
antara 150 dan 700 meter. Beberapa maar mempunyai danau. Gunung
Lemongan juga memiliki 60 puncak. Yang saat ini aktif terletak 650 meter di
sebelah barat daya puncak Tarub. Danau, di antaranya Ranu Pakis, Ranu
Klakah dan Ranu Bedali, terletak di lereng barat dan timur. Maar yang kering
terletak terutama di lereng utara. Tidak diketahui letusan maar yang tercatat
dalam sejarah. Gunung Lemongan sempat sangat aktif dari tahun 1799, letusan
pertamanya yang tercatat dalam sejarah, sampai akhir abad ke-20.
5. Gunung ijen
Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi yang terletak di perbatasan
Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia.
Gunung ini memiliki ketinggian 2.386 mdpl. Gunung Ijen terakhir meletus
pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal dari Gunung
Ijen adalah blue fire (api biru) di dalam kawah yang terletak di puncak gunung
tersebut. Pendakian gunung ini bisa dimulai dari dua tempat, yakni dari
Banyuwangi atau dari Bondowoso.
9
6. Gunung kelud
Gunung Kelud dalam aksara jawa adalah sebuah gunung berapi di
Jawa Timur yang hingga sekarang tergolong aktif. Secara geografis letak
gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar,
dan Kabupaten Malang, namun secara administratif, gunung ini adalah milik
Pemerintah Kabupaten Kediri. Lokasinya kira-kira 45 km sebelah timur pusat
Kota Kediri dan 25 km sebelah utara pusat Kota Blitar. Gunung Kelud
merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun
1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar
berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir Gunung
Kelud terjadi pada tahun 2014.
7. Gunung bromo
Gunung Bromo atau dalam bahasa Tengger dieja "Brama", juga
disebut Kaldera Tengger, adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur,
Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut
dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung
Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Sebagai sebuah
objek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi
yang masih aktif. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru. Nama Bromo berasal dari nama dewa utama dalam
agama Hindu, Brahma.
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai
dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi, Ia
mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan)
dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran
dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
8. Gunung welirang
Gunung Welirang adalah sebuah gunung berapi aktif dengan
ketinggian 3.156 m dpl yang secara administratif terletak di perbatasan Kota
Batu, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.
Gunung Welirang berada dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Raden
Soerjo.
Gunung Welirang bersebelahan dengan Gunung Arjuno, Gunung
Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Welirang terletak pada
satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Arjuno, sehingga
kompleks ini sering disebut juga dengan Arjuno-Welirang. Kompleks Arjuno-
Welirang sendiri berada di dua gunung berapi yang lebih tua, Gunung Ringgit
di timur dan Gunung Lincing di selatan. Area fumarol dengan cadangan
belerang ditemukan di sejumlah lokasi pegunungan ini.
10
"Welirang" atau Walirang (nama kunanya) dalam bahasa Jawa berarti
belerang. Di sekujur lerengnya ditumbuhi tetumbuhan kawasan hutan
Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan
Ericaceous atau hutan gunung. Jalur pendakian dapat dilakukan melalui Desa
Claket, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Di bagian sekitar puncak hidup
tumbuhan endemik yang dinamakan penduduk setempat sebagai manis rejo.
11
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Fisiografi Jawa Timur menurut Van Bemmelen dibagi menjadi 5 zona, yaitu: Zona
Rembang yang meliputi bagian utara Jawa Timur mulai dari Rembang hingga Pulau
Madura yang di dominasi oleh bentuklahan Aluvial: Struktural; dan Marine, Zona
Randublatung yang meliputi Bojonegoro; Lamongan; Gersik: dan Surabaya yang di
dominasi oleh bentuklahan Aluvial dan Solusional. Zona Kendeng yang meliputi
wilayah deretan pegunungan mulai dari Semarang dan kemudian menyempit ke arah
timur sampai ujung Jawa Timur di bagian utara yang di dominasi oleh bentuklahan
Struktural dan Aluvial, Zona Solo yang meliputi yang di dominasi oleh bentuklahan
Vulkan di bagian tengah. Zona Pegunungan Selatan Pacitan hingga Semenanjung
Blambangan yang di dominasi oleh bentuklahan Struktural dan Solusional.
2. Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat di wilayah Jawa Timur berupa pertanian,
perkebunan, perikanan, kehutanan, tambang, dan potensi panas bumi yang
menghasilkan energi gheotermal. Potensi tersebut didukung adanya potensi fisik
wilayah Jawa Timur yang memiliki wilayah volkan dan pantai.
3. Potensi Bencana Alam yang ada di Jawa Timur dipengaruhi oleh proses terbentuknya
Provinsi Jawa Timur yang diawali dengan adanya subduksi antara lempeng benua
dengan lempeng samudra sehingga di wilayah Jawa Timur terbentuk gunungapi aktif.
Adanya gunungapi aktif di wilayah Jawa Timur akan memberikan dampak potensi
bencana berupa gunung meletus/vulkanik. Selain itu di wilayah Jawa Timur juga
terdapat potensi bencana berupa Tanah Longsor yang disebabkan oleh topografi
wilayahnya yang curam hingga sangat curam. Adapun potensi bencana Banjir yang
disebabkan oleh pendangkalan dasar sungai dan cekungan yang terdapat pada wilayah
Jawa Timur serta intensitas curah hujan yang tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13