Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL GENESA MINERAL DAN BATUBARA

BUSUR IRIANJAYA TENGAH

DOSEN PENGAMPU :
Nama : Dr. Ir. Waterman Sulistyana Bargawa, MT.

DISUSUN OLEH :
JEAN TIARA GABRIELLA WENNO 112180044
FAZRIL AHSANU AMALA 112180114
AURORA ANASTASYA FADILLA 112180145
KUNCARA ADI PURBASASMITA 112180147

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua yaitu Asia
dan Australia serta terletak diantara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia.
Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu wilayah yang
mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang komplek dimuka Bumi ini.
Secara tektonik lempeng, Indonesia merupakan lokasi benturan antara tiga
lempeng utama litosfir yaitu Hindia-Australia di bagian selatan, Pasifik di sebelah
timur laut dan Eurasia di barat laut. Karena interaksi antara lempeng-lempeng
tersebut, terjadi berbagai gejala-gejala tektonik yang berkaitan dengan
pembentukan busur kepulauan, kegunungapian, kegempaan, cekungan, dan
struktur geologi yang kompleks.
Secara fisiografis wilayah Indonesia dibatasi di sebelah selatan oleh suatu
palung laut dalam yang memanjang dan dapat diikuti mulai dari Burma-
Andaman-Sumatra-Jawa hingga ke Kepulauan Banda di bagian Timur Indonesia,
yang merupakan jalur penekukan dan penyusupan lempeng Hindia-Australia ke
bawah lempeng Asia Tenggara. Antara Indonesia bagian timur dan barat,
terdapat perbedaan fisiografis yang mencolok.

B. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Adapun maksud dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan
tentang busur magmatic. Terutana Busur Irianjaya Tengah.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Busur Irianjaya Tengah.
2. Untuk mengetahui asal usul Busur Irianjaya Tengah.
3. Untuk mengetahui struktur geologi dan jenis endapan Busur Irianjaya
Tengah
4. Untuk mengetahui tambang apa saja yang ada di sekitas Busur Irianjaya
Tengah.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian Busur Irianjaya Tengah


Busur Irian Jaya Tengah merupakan busur tepi kontinen yang melampar
dari leher kepala burung Irian (sekarang Papua) menerus ke arah Papua New
Guinea. Busur ini merupakan superimpos pada busur New Guinea yang bersifat
mobile, zona pada patahan naik dan perlipatan selatan dari jalur malihan Rouffaer
dan pada ofiolit New Guinea dimana pada kondisi secara struktural lebih tinggi
miring ke arah utara (Dow dkk, 1988). Batuan magmatik yang terkait dengan
penunjaman ke arah selatan yaitu batuan terobosan berupa "stock" pada daerah
mineralisasi Ertsberg yang berumur Akhir Pliosen dan batuan eruptif dan terobosan
pada daerah-daerah tersebar menerus ke arah timur ke daerah Papua New Guinea.
Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif
di Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km
panjang busur tergantung pada masing - masing busur dan kontrol lain yang
berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah
mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.
Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar.
Busur minor tersebut terdiri atas :
1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic - granodioritic
batholiths, early cretaceous)
2. Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)
3. Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic - sedimentary rocks
- intruded dioritic, middle miocene)
4. Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene - pliocene)
5. Busur Northwest Borneo (andesitic, middle miocene)
6. Busur Sumba Timor (andesitic - andesite porphyry intrusions, palaeogene)
7. Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)
8. Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange,
neogene)
BUSUR IRIANJAYA TENGAH

B. Asal Usul Busur Irianjaya Tengah


Di Indonesia bagian barat terdapat busur-busur kepulauan, yang dibatasi
oleh lautan dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter dan
membentuk suatu paparan yang luas yang dikenal dengan Sundaland. Di
Indonesia bagian timur, busur-busur kepulauannya dibatasi oleh lautan dengan
kedalaman mencapai ribuan meter, dengan palung-palung dalam yang terdapat
di antara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Kedua
fisiografi yang berbeda tersebut dibatasi oleh suatu garis imajiner yang
membentang di atara Pulau Bali dan Pulau Lombok di selatan dan menerus ke
utara melalui Selat Makasar. Garis tersebut dikenal sebagai garis Wallace yang
awalnya merupakan garis pembatas yang memisahkan keragaman flora dan
fauna antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Fisiografi
pada dasarnya merupakan pencerminan dari kondisi geologi dan struktur suatu
wilayah.

Adanya perbedaan
tersebut menunjukan
adanya perbedaan
perkembangan tektonik
yang menonjol antara
Indonesia bagian barat dan
bagian timur. Pada Jurasic
Akhir diperkitakan Blok
Banda yang sebelumnya
bergabung dengan Gondawa terpisah dan menjauhi Sula Spur. Blok Argo lalu
terpisah kemudian melalui proses pemekaran (spreading).
Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin
dari Greater India 2. Busur kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak
menjauh dari Gondawa sebagai hasil dari rollback dari subduksi. Lalu 135 juta
tahun yang lalu, India mulai terpisah dari Australia dan Papua yang masih
bergabung dengan Antartika. Pemekaran di Ceno Tethys memiliki orientasi rata-
rata NW-SE. Blok Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia Tenggara. Sekitar 25 juta
tahun kemudian India terpisah dari Australia. Blok Argo
mendekati Sundaland dan pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE
berhenti. Pusat pemekaran antara India-Australia berkembang ke arah utara.
Terjadi subduksi di bagian selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan. Pada 90 juta
tahun yang lalu, Blok Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan
dan Busur Woyla mendekati tepian Sumatra. Koalisi-koalisi tersebut
menyebabkan subduksi yang berlangsung sebelumnya berhenti. India terus
bergerak ke utara melalui subduksi pada Busur Incertus. Australia dan Papua
mulai bergerak perlahan menjauhi Antartika. Pada Kapur Akhir, India bergerak
cepat ke utara dikarenakan pemekaran yang cepat di bagian selatan dan
terbentuk sesar-sesar tranform.
Tidak ada pergerakan yang signifikan antara Australia
dengan Sundaland serta tidak terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan
Jawa. Sekitar 55 juta tahun yang lalu, pergerakan Australia-
Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi sepanjang barat tepi Sundaland,
di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi Barat, dan mungkin menerus ke utara. Batas
antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona
strike-slip sedangkan pada selatan Sumatra berupa zona strike-slip tangensional.
Busur Incertus dan batas utara dari Greater India bergabung dan terus bergerak
ke utara. Pada 45 juta tahun yang lalu, Australia dan Papua mulai bergerak dengan
cepat menjauhi Antartika. Terbentuk cekungan di sekitar daerah Celebes dan
Filipina serta jalur subduksi yang mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina
Selatan. Pada 35 juta tahun yang lalu, daerah Sundaland mulai berotasi
berlawanan dengan arah jarum jam, bagian timur Kalimantan dan Jawa secara
relatif bergerak ke utara. Rotasi tersebut berlangsung disebabkan karena adanya
interaksi lempeng India ke Asia. Lalu pada 15 juta tahun yang lalu, bagian kerak
samudra pada Blok Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu
mencapai jalur subduksi pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur
sepanjang batas lempeng sampai bagian selatan dari Sula Spur. Australia dan
Papua mendekat ke posisi sekarang ini dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai
bergabung. Lalu 5 juta tahun yang lalu jalur-jalur subduksi dan gunung berapi
berkembang hampir mendekati keadaan saat ini. Australia dan Papua terus
bergerak ke utara.
C. Struktur Geologi dan Jenis Endapan
Struktur Geologi Wilayah Indonesia Timur dihasilkan sebagai akibat
interaksi 4 buah lempeng lithosfer (Eurasia, Laut Philipina, India dan Pasific). Di
wilayah laut Maluku, zona Beniof memanjang berlawanan arah, yaitu ke arah
barat dan timur, dan busur vulkanik yangberkembang, yaitu busur Sangihe
(Morrice, dkk. , 1981). Zona Beniof memanjang 45o sepanjang 230 km di bawah
lempeng laut Philipina dibagian timur, tetapi penajaman (55o - 65o) sedalam 680
km bagian tenggara lempeng Asia yang terletak di atas busur Sangihe (Cardwell,
dkk., 1980). Perbedaan panjangzona seismik antara busur bagian barat dan timur,
mungkin berhubungan denganlamanya tumbukan atau kecepatan tumbukan dari
penajaman ke arah barat di bawah busur Sangihe. Busur Sangihe relatif lurus
berarah utara ± selatan sepanjang 300 km menunjukkan busur khusus. Deretan
vulkanik depan (Tongkoko ± Banua Wuhu) terletak 100 - 200km di atas zona
Beniof, dan gunungapi-gunungapi tumbuh meluas sampai 70 km dibelakang
deretan vulkanik depan, dengan demikian busur vulkanik berada 100 - 180km di
atas sumber gempa. Di kepulauan Sangir terdapat 4 buah gunungapi aktif (Awu,
Banua Wuhu, Api Siau,Raung), yang terletak pada garis sepanjang 50 km.
Disamping itu ada tiga pulaulainnya (Kalama, Makalehi, Tagulandang) yang
memiliki morfologi vulkanik muda. G. Awu merupakan gunungapi aktif di ujung
utara busur Sangir, dan berada dibagianutara pulau Sangihe. Struktur geologi
yang berkembang di daerah G. Awudan sekitarnya, terdiri dari kaldera, kawah,
sesar dan kelurusan vulkanik.
Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa
yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada
Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari
lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan
klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur
Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai + 12.000 meter. Pada Kala
Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan
akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen
pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies
sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur
“Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo" Akibat lebih lanjut
tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur
malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas
tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan
Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau
berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur “Metamorf
Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”. Akibat lebih lanjut tektonik
ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan
membentuk Jalur Ofiolit Papua. Peristiwa tektonik penting kedua yang
melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan
Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan
Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan
sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok
Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini
dicirikan oleh sistem yang komplek dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik
yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke
arah selatan Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada
Pliosen Tengah. Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase
berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan
pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan
sehingga mencapai ketebalan 3.000 – 12.000 meter. Pemetaan Regional yang
dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase
magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme
diperkirakan berkurang ke arah selatan dani utara dengan pola yang dikenali oleh
Davies (1990) di Papua Nugini. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan
gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam
lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit
berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan
Patahan Orogenesa Melanesia Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai
Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik
sampai monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen
Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai
Kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat
terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Hasil Penelitian
yang dilakukan oleh Nabire Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di
Distrik Komopa menghasilkan umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun.
Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh
tipe magma I – suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali
yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok
Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala
burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini
terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara
lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan
dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok
Kemum. Menurut Smith (1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan
Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang
kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan
dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan
mineralisasi dengan tambaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.

Stratigrafi
- Batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz)
Merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan, terdiri dari batu lempung,
batupasir arkosa dan batugamping lapukan. Termasuk dalam kelompok ini adalah
batuan sedimen klastika laut termalihkan rendah, termalihkan menengah dan
termalihkan tinggi. Beberapa batugamping dan marmer yang terhablur ulang,
berlapis terlipat. Sebaran batuan malihan ini menempati bagian tengah, bagian
timur dan bagian tenggara daerah penyelidikan, membentuk morfologi
pegunungan.
- Batuan Plutonik berumur Paleozoikum-Mesozoikum (PTR)
Menerobos batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz).
Batuan ini terdiri dari granit urat dan retas pegmatite mengandung turmalin,
granodiorit, monzonit kuarsa dan granit porfir merah jambu. Sebaran batuan
plutonik ini mengikuti arah dan Sistim Sesar Sorong dan Sistim Sesar Ransiki,
terdapat di Kota Sorong, sebelah barat Manokwari dan daerah Ransiki,
membentuk morfologi pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Paleozoikum (CP)
Secara tidak selaras menutupi batuan malihan tak terpisahkan berumur
Paleozoikum (Pz). Batuan ini berbutir halus sampai menengah, beberapa
konglomerat dan batubara, gampingan, membentuk morfologi pegunungan. Yang
termasuk dalam kelompok batuan ini adalah lapisan merah bukan endapan laut
kebanyakan berbutir halus pada puncaknya gunungapi. Sebaran batuan ini di
bagian tengah daerah Kepala Burung. Batuan ini membentuk morfologi
pegunungan.
- Batuan terobosan ultramafik berumur Jura Bawah (M)
Terdiri dari serpentin, peridotit, piroksenit dan gabro menempati bagian
utara Pulau Waigeo (merupakan batuan tertua di pulau tersebut) dengan
morfologi perbukitan sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Mesozoikum (Kj)
Secara tidak selaras menutupi batuan sedimen klastika laut Palezoikum (CP).
Batuan ini bersifat gampingan, dengan sebaran batuan dibagian utara tengah
Kabupaten Sorong (Sausapor), bagian tengah Kepala Burung (sebelah barat
Ransiki) dileher Kepala Burung (sebelah barat Wassior) membentuk morfologi
perbukitan terjal sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm)
Bersifat gampingan yang secara tidak selaras menutupi batuan klastika laut
berumur Mesozoikum (Kj). Kelompok batuan ini adalah batuan sedimen klastika
laut umumnya berbutir halus dan gunungapi, batupasir kuarsa, setempat
konglomerat, dengan serpih pasiran dan batulanau. Sebarannya menempati
bagian tengah Pulau Misool, bagian baratdaya Pulau Waigeo, bagian utara Pulau
Batanta, bagian tengah daerah Kepala Burung (sekitar Ayamaru) dan bagian leher
Kepala Burung (Teluk Wandamen), membentuk morfologi perbukitan landai
sampai terjal, dengan topografi karst.
- Batuan beku berumur Eosen Bawah sampai Miosen Bawah (TelTml)
Berupa lava basalan hingga andesitan, umumnya terubah, aglomerat, breksi
lava, tufa lava bantal, stok dan retas diorit, andesit dan porfir basalkan gabro.
Sebaran batuan ini terdapat dibagian tengah dan timur Pulau Waigeo, sebagian
besar Pulau Batanta, bagian baratlaut Pulau Salawati, bagian utara Kepala Burung
(Warmare) dan bagian timur Kepala Burung (sebelah utara Ransiki), membentuk
morfologi perbukitan sampai pegunungan.

- Batuan beku berumur Miosen Tengah (Tmm)


Berupa batuan gunungapi andesit, sedikit dasit dan tufa basal, aglomerat,
lava dan tufa padu, sedimen klastika gunungapi tufaan, retas dan stok diorit,
andesit, porfir dasit dan dolesit beberapa sisipan batugamping. Sebaran batuan
ini dibagian utara (daerah Saukorem) dan sebelah tenggara Manokwari
(Pegunungan Arfak), membentuk morfologi pegunungan.
- Bancuh berumur Miosen Atas (Tux)
Serpihan tektonik dengan sedimen klastika laut fasies laut dalam, serpih
karbonan, kalkarenit, batupasir, sedikit batupasir koral-gampingan dan napal.
Sebaran satuan batuan ini mengikuti Sistim Sesar Sorong (dimulai dari bagian
timur laut Pulau Salawati, menerus ke Kota Sorong dan sebelah timur kota
Sorong), membentuk morfologi perbukitan.
- Batuan sedimen klastika laut dan darat berumur Miosen Atas sampai
Plistosen (TmuQp),
Umumnya berbutir halus dan batubara. Sebaran batuan ini menempati
bagian tenggara barat Kepala Burung (Klomosin), sekitar Teminabuan, Bintuni dan
Babo, membentuk morfologi perbukitan landai sampai dataran, secara tidak
selaras menutupi kelompok batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm).
- Batugamping terumbu, batulanau, batupasir dan lignit, berumur Kuarter
(Qm),
Menempati bagian utara Pulau Misool dan bagian timur Manokwari,
membentuk morfologi perbukitan.
- Endapan permukaan berupa endapan sungai, endapan danau dan endapan
pantai, berumur Kuarter (Q),
Merupakan batuan termuda di daerah Kepala Burung, secara tidak selaras
menutupi batuan yang lebih tua, membentuk morfologi dataran. Sebaran
endapan permukaan ini menempati bagian selatan Pulau Salawati dan bagian
selatan daerah Kepala Burung dan sebelah barat Manokwari, membentuk
morfologi dataran. Stratigrafi Lembar Misool secara umum dapat dikelompokkan
atas batuan sedimen, batuan malihan dan batuan piroklastik dengan kisaran umur
mulai dari Paleozoikum hingga Holosen. Batuan Pra Tersier berumur mulai Pra
Trias – Kapur Akhir terdiri atas Batuan Malihan Ligu, Formasi Keskain,
Batugamping Bogal, Batunapal Lios, Serpih Yefbi, Formasi Demu, Serpih Lelinta,
Kelompok Fageo, Batugamping Facet dan Formasi Fafanlap. Batuan Tersier terdiri
atas Formasi Daram, Batugamping Zaag, Batunapal Kasim, Batugamping Openta
dan Batugamping Atkari. Endapan Kuarter adalah Aluvium yang merupakan
endapan permukaan yang tersebar di sepanjang pantai dan aliran sungai utama.
Fokus penyelidikan pada kegiatan ini adalah Batugamping Atkari dan Batunapal
Kasim berumur Plio-Plistosen yang berdasarkan pemerian litologinya dijelaskan
mengandung endapan batubara dari jenis lignit (Rusmana, dkk., 1989)
Struktur Geologi Dari tatanan tektonik Irian Jaya Kepulauan Misool terletak pada
Misool – Onin High yang berbatasan dengan Cekungan Salawati di utaranya.
Struktur geologi Kepulauan Misool membentuk lajur antiklin yang tersesarkan,
dan diduga merupakan suatu antiklinorium dengan arah sumbu sejajar dengan
pantai selatan pulau Misool (Arah Barat – Timur). Berdasarkan penafsiran
tersebut P. Misool diperkirakan merupakan sayap utara antiklinorium dengan
sayap selatannya ditempati oleh pulau – pulau kecil di sebelah selatan dan
tenggara dari P. Misool. Antiklinorium ini dipotong oleh beberapa sesar turun dan
sesar geser yang berarah Timurlaut dan Timur – Tenggara. Disamping itu terdapat
kelurusan-kelurusan berarah Timurlaut dan Utara – Timurlaut di bagian utara.
1. Diastrofisme
Adalah proses pergerakan lempeng muka bumi yang satu terhadap yang lainnya,
mengakibatkan adanya berbagai bentuk di permukaan bumi. Bentuk bentuk
tersebut adalah :
- Sesar
Biasanya terjadi pada batuan beku atau batuan lainnya seperti batuan
metamorfosa. Bagian patahan yang rendah disebut palung (graben). Bagian yang
terangkat istilahnya horst.
- Kekar
Kekar adalah retakan pada batuan yang dibentuk oleh tekanan yang dihasilkan
oleh kejadian-kejadian tektonik, pendinginan, atau pantulan isostasi. Panjangnya
bervariasi mulai dari milimeter hingga kilometer. Pada singkapan batuan kekar
dapat berupa retakan kecil seukuran rambut yang panjangnya hanya beberapa
millimeter atau rekahan terbuka sepanjang satu meter atau lebih. Kekar dapat
terisi atau bisa juga tidak terisi, bila terisi biasanya diisi oleh tanah atau tanah liat.
Mereka dibedakan dari sesar melalui sedikitnya pergerakan antara dua sisi kekar.
- Lipatan
Lipatan adalah struktur yang tadinya datar namun telah dibengkokkan oleh gaya-
gaya horizontal dan vertikal pada kerak bumi. Lipatan dapat 6 dihasilkan dari
berbagai proses: kompresi kerak bumi, pengangkatan balok di bawah selimut
yang terdiri dari batuan sedimen sehingga selimut tersebut tersampir di atas
balok yang terangkat, dan luncuran gravitasional serta pelipatan di mana batuan
berlapis meluncur ke bawah sisi-sisi balok yang terangkat lalu remuk. Bentang
alam lipatan adalah:
1. Antiklin
2. Sinklin
3. Monoklin
4. Asymmetric fold
5. Recumbent fold
- Cembungan (Dome)
Proses terjadinya seperti lipatan namun bentuk yang dihasilkan bukan
memanjang melainkan seperti mangkuk terbalik.
- Cekungan (Basin)
Proses terjadinya sama dengan cembungan, hanya saja berlawanan dengan
cembungan kulit bumi melentur ke bawah seperti sinklinal. Bentuknya seperti
mangkuk yang badannya terkubur.
- Plateau
Permukaan bumi yang datar dan cukup luas dengan tepiannya terjal. Garis tinggi
di permukaan plateau berjarak jauh, tetapi rapat di tepinya yang terjal.
- Volkanisme
Volkanisme adalah bentuk-bentuk di alam yang dihasilkan oleh aktivitas magma
dan gunung api. Bentang alam vulkanisme digolongkan menjadi dua golongan
besar yaitu intrusif dan ekstrusif.
- Antesedensi
7 Lipatan memiliki dampak yang besar terhadap sistem sungai. Apabila terjadi
pengangkatan muka bumi secara bertahap dan pelan-pelan di tempat kikisan
sungai berjalan lebih cepat dari proses pengangkatan sehingga kenampakan yang
terjadi seakan-akan sungai tersebut mengalir ke arah muka bumi yang lebih tinggi,
maka pengangkatan akan membentuk teras atau undak-undak dengan tebing
sungai yang terjal.
- Atol
Atol umumnya adalah cincin setengah lingkaran tersusun dari batu karang
mengelilingi sebuah laguna tanpa ada daratan kering kecuali beberapa pulau
(disebut motu) yang terbuat dari pasir dan detritus berukuran kerikil terlempar ke
atas karang selama badai.
2. Denudasi
Denudasi adalah semua kegiatan yang terjadi di atas muka bumi yang
mengakibatkan terkikisnya lapisan batuan di muka bumi baik secara mekanik
ataupun kimia, baik berupa pengikisan ataupun pelapukan. Peneplain adalah
suatu istilah yang diberikan oleh W.M. Davis untuk menyatakan suatu permukaan
dengan relief rendah yang terkikis hingga mencapai permukaan laut dan
terbentuk melalui erosi pada jangka waktu yang lama. Degradasi Secara
keseluruhan, muka bumi yang dapat dilihat saat ini merupakan hasil degradasi
atau perusakan yang diakibatkan oleh tenaga destruktif. Tenaga destruktif utama
adalah air yang menyebabkan kerusakan karena mengalir dan karena larutnya
berbagai zat di air yang juga mengakibatkan terjadinya peristiwa kimia merusak
batuan tertentu. Di wilayah Nabire yang memiliki vegetasi padat (dengan hampir
seluruh wilayahnya didominasi oleh hutan) dan aliran sungai yang banyak dan
bercabang-cabang, pengikisan yang terjadi dapat dipastikan dilakukan oleh agen
destruktif air. Oleh karena itu, pengikisan mekanik disini adalah pengikisan oleh
aliran air dan pengikisan kimia adalah pengikisan yang diakibatkan oleh zat-zat
yang terlarut dalam air. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pengikisan
dapat dilakukan pula oleh angin atau gletser.
Pengikisan mekanik pada patahan 8 Pola pengairan yang dihasilkan bentuknya
bersudut siku-siku dinamakan rectangular. Namun, apabila topografinya tua
(berarti mengalami pengikisan lebih lanjut) pola pengairannya dendritik yaitu
menyerupai tulang daun. Jenis sungainya subsekuen atau insekuen. Pengikisan
mekanik pada lipatan Pola pengairan yang dihasilkan lazimnya trelis. Jenis
sungainya konsekuen pada topografi muda, resekuen pada topografi dewasa,
serta obsekuen dan subsekuen pada topografi tua.
Pengikisan mekanik pada cembungan (dome) Pola pengairannya anular atau
melingkar untuk kemudian berlanjut menjadi radial sementara anak-anak
sungainya berpola trelis. Jenis sungai pada awalnya subekuen. Apabila sungai
pada cembungan yang kikisannya sudah lanjut, sungai yang mengalir ke arah
pusat cembungan adalah sungai obsekuen. Sedangkan sungai-sungai yang
mengalir ke arah menjauhi pusat cembungan adalah sungai sungai resekuen.
Pengikisan mekanik pada cekungan Pola pengairannya seperti pada lipatan
karena dia menyerupai sinklinal. Jenis sungainya awalnya sungai konsekuen pada
dasar cekungan. Apabila pengikisannya telah lanjut, sungai menjadi obsekuen,
atau resekuen dan subsekuen. Pengikisan mekanik pada plateau Mengingat
bahwa plateau terjadi sebagai akibat proses pengangkatan bagian dari muka bumi
yang cukup luas, dapat dipastikan bahwa plateau itu sendiri terdiri dari lapisan
yang agak keras di permukaannya sedangkan lapisan-lapisan yang di bawah
permukaannya itu memiliki batuan yang sifatnya kurang keras. Pola pengairannya
beragam yaitu:
a. Plateau terangkat tinggi, tata airnya berupa sungai-sungai yang dalam dan
bertebing terjal.
b. Plateau yang tidak terangkat tinggi, pengikisan dasar sungai terhambat oleh
ambang erosi.
c. Plateau di daerah kering, pengikisan membentuk sudut-sudut tajam.
d. Plateau di daerah basah, sudut-sudut kikisan tumpul diakibatkan lebatnya
vegetasi atau tumupukan tanah akibat pelapukan. Plateau yang banyak terkikis
meninggalkan bentuk mesa dan bila pengikisan berlanjut, bentuk mesa
menyempit menjadi butte.
3. Agradasi
Agradasi, atau pengendapan yang dilakukan oleh agen-agen pengerosi seperti
angin, air, dan es. Oleh karena di wilayah Indonesia agradasi aktif dilakukan oleh
air dan khususnya di wilayah Nabire, tidak terjadi agradasi selain yang dilakukan
air, maka hanya akan dipaparkan mengenai agradasi yang dilakukan oleh air.
Agradasi oleh air terjadi apabila daya angkutnya menurun. Penurunan daya
angkut air diakibatkan oleh menurunnya volume air atau menurunnya gradien
lereng.

D. Macam-macam Tambang
a. Tambang Freeport
Tambang paling besar sampai saat ini adalah milik PT Freeport Indonesia.
Berdasarkan data 2018, Freeport memproduksi 6.065 ton konsentrat per hari.Jika
dikonversikan, dalam sehari Freeport menambang 240 kilogram emas.
Tambang bawah tanah Freeport bisa menghasilkan 3 juta ton konsentrat per
tahun. Dari sisi cadangan, ini akan terus ada hingga kontrak Freeport berakhir di
2041.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnbcindonesia.com/news/20191007205114-4-105097/tambang-emas-ri-
di-papua-sampai-ciomas-berapa-produksinya

http://shadowminers.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai