Oleh:
Aditya Bahy Husni Fauzan
NIM A1A016044
Oleh:
Aditya Bahy Husni Fauzan
NIM A1A016044
ii
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Aditya Bahy Husni Fauzan
NIM A1A016044
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... v
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
LAMPIRAN ..................................................................................................... 32
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan
adalah kunci keberhasilan dalam menanggapi perubahan lingkungan bisnis.
Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep
strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan bersifat subyektif atau
berdasarkan institusi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain. Maka dari itu
strategi dibutuhkan untuk penyusunan langkah kedepan dalam mencapai tujuan.
Perkembangan kopi di Indonesia mengalami kenaikan produksi yang cukup
pesat, pada tahun 2007 produksi kopi mencapai sekitar 676.5 ribu ton dan pada
tahun 2013 produksi kopi sekitar 691.16 ribu ton. Sehingga produksi kopi di
Indonesia dari tahun 2007-2013 mengalami kenaikan sekitar 2.17 % (Badan Pusat
Statistik, 2015). Sebagai salah satu negara penghasil kopi, Indonesia memiliki
peran penting dalam kancah perekenomian dunia. Indonesia menjadi negara
pengekspor kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia
(Suwandri & Soetriono, 2010).
Salah satu komoditi ekspor subsektor perkebunan yang memegang peranan
penting adalah kopi. Kopi merupakan komoditi unggulan Indonesia dan merupakan
sumber devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani
dan pelaku ekonomi lainnya yang berhubungan dengan pembudidayaan,
pengolahan, dan pemasaran biji kopi, khususnya di daerah-daerah penghasil kopi
terbesar seperti Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, dan Jawa Timur
(Turnip 2002). Dari lima tahun terakhir volume ekspor kopi Indonesia mengalami
fluktuasi, yaitu pada tahun 2011 volume ekspor kopi Indonesia mengalami
penurunan di bandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 346.062 ton dari
432.721 ton di tahun 2010. Namun kembali mengalami peningkatan hingga
447.010 ton di tahun 2012 dan kembali mengalami peningkatan hingga mencapai
532.139 ton di tahun 2013 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2014
sebesar 382.750 ton namun kembali mengalami peningkatan di tahun 2015 sebesar
499.612 ton (Nopriyandi & Haryadi, 2017). Fluktasi yang tinggi pada nilai ekspor
kopi selain disebabkan oleh hal teknis dan volume ekspor, juga disebabkan karena
terlalu bergantungnya ekspor kopi Indonesia terhadap komoditas (biji kopi).
Komoditas kopi harganya ditentukan secara internasional dan sangat berfluktuasi
2
sehingga hal ini mempengaruhi kinerja ekspor kopi Indonesia secara keseluruhan
(Sahat et al., 2016).
Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang
terkait dalam proses produksi pengolahan kopi dan pemasaran komoditas kopi.
Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya
saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012).
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki berbagai daerah
penghasil kopi dengan mutu terbaik dan cita rasa yang khas. Perkembangan
komoditas kopi di Jawa Tengah masih terus diupayakan, salah satunya dari segi
areal kopi. Daerah penghasil kopi di Jawa Tengah antara lain Kabupaten Semarang,
Kendal, Magelang, Temanggung, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas,
Purbailngga, Brebes dan lainnya. Salah satu daerah penghasil kopi yaitu Kabupaten
Brebes, tahun 2019 total luas areal yaitu 575 hektar dengan total produksi 390 ton
yang artinya rata-rata produksi sebesar 936 kilogram per hektar. Hal ini sudah diatas
rata-rata produksi yaitu sebesar 712 kilogram per hektar di tingkat Provinsi Jawa
Tengah (Direktorat Jendral Perkebunan, 2019)
Badan Pusat Statistik (2018) menyatakan bahwa Kabupaten Brebes
memberikan total produksi kopi sebesar 390 ton. Berikut total produksi kopi di
Kabupaten Brebes dari tahun 2016-2018.
Tabel 1. Data produksi kopi di Kabupaten Brebes.
Kecamatan 2016 2017 2018
Salem 185 471 306
Bantarkawung 10.50 15.25 24
Banjarhejo 5.00 2.94 -
Paguyangan 1.80 3 1
Sirampog 1.35 6.35 8
Tonjong - - 47
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018 (diolah).
3
yang cukup signifikan.
Produksi kopi di Kecamatan Salem yang relatif tinggi dibandingkan dengan
kecamatan lainnya menunjukan bahwa Kecamatan Salem berpotensi untuk
pengembangan kopi, salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam
pengembangan kopi yaitu Desa Salem.
Desa Capar Kecamatan Salem adalah salah satu desa penghasil kopi robusta
di Kabupaten Brebes dengan rata-rata produktivitas sebanyak 1 ton perhektar
pertahun. Menurut Sianturi et al. (2018) Produktivitas tersebut cukup rendah
apabila dibandingkan dengan standar produksi kopi berkualitas baik yang mampu
menghasilkan 1 hingga 2 ton per hektar per tahun. Rendahnya produktivitas kopi di
Desa Capar salah satunya disebabkan oleh penerapan teknik budidaya tanaman
kopi. Kegiatan pertanian kopi di desa ini masih terbatas dengan pengetahuan dan
pengalaman sendiri oleh petani. Kurangnya pengetahuan petani dalam pengelolaan
usahatani kopi robusta meyebabkan kopi yang dihasilkan belum optimal juga,
petani kurang berorientasi pada pasca panen dan pengelolahan, sehingga tidak
mampu memberi nilai tambah pertanian. Persoalan lainnya adalah harga kopi yang
murah dan biaya produksi yang tinggi juga merupakan permasalahan utama yang
dihadapi petani, sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan kegiatan
usahataninya. Selain itu masih rendahnya investasi terhadap pengembangan kopi.
Kondisi ini yang menjadi penyebab petani tidak mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan produksinya. Dengan modal yang terbatas sangat sulit bagi petani
untuk mengelola usahataninya, apalagi untuk menambah lahan pertaniannya. Petani
sangat enggan meminjam modal ke bank dan sejenisnya karena dibutuhkan
prosedur yang rumit dan adanya agunan (Munawwir, 2020).
Munawwir (2020) menyatakan bahwa permasalahan lainnya adalah saluran
pemasaran kopi cukup panjang, dimulai dari petani menjual kopi kepada pengepul
di desa dalam bentuk cherry. Pengepul di desa kemudian mengolahnya menjadi
green bean. Berikutnya dipasarkan ke kedai-kedai kopi yang tersebar di layak,
karena harga dikuasai pedagang pengepul di desa. Artinya petani mempunyai
peluang untuk meningkatkan pendapatan jika petani melakukan pengembangan
usahatani kopinya sendiri.
4
Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan kopi robusta dan strategi utama yang dapat mengembangkan
produktivitas kopi robusta perlu dilakukan penelitian mengenai strategi
pengembangan usahatani kopi robusta di Desa Capar, Kecamatan Salem,
Kabupaten Brebes.
B. Rumusan Masalah
peluang dan ancaman bagi pengembangan usahatani kopi robusta di Desa Capar,
2. Apa saja strategi alternatif yang dapat diterapkan pada usahatani kopi robusta di
3. Apa saja prioritas strategi terbaik yang dapat diterapkan pada usahatani kopi
C. Tujuan Penelitian
yaitu :
kelemahan, peluang dan ancaman bagi usahatani kopi robusta di Desa Capar,
3. Menentukan strategi terbaik yang dapat diterapkan pada usahatani kopi robusta
5
di Desa Capar, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.
D. Manfaat Penelitian
2. Penelitian ini dipakai sebagai bahan rujukan bagi pemerintah dan swasta dalam
6
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Pemikiran
Kopi robusta (Coffea canephora) sudah berada di Indonesia dari tahun 1900,
kopi ini tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan
pemeliharaan yang ringan, sedangkan produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena
itu kopi ini cepat berkembang dan mendesak kopi-kopi lainya. Saat ini lebih dari
90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta (Prastowo et
al., 2010). Kopi Robusta mampu beradaptasi lebih baik dibanding kopi Arabika.
Areal perkebunan kopi Robusta di Indonesia relatif luas karena dapat tumbuh baik
pada daerah yang lebih rendah. Kopi Robusta memiliki karakteristik fisik biji agak
bulat, lengkungan tebal dan garis tengah dari atas kebawah hampir rata (Rukmana,
2014).
Spillane (1993) menyatakan bahwa tanaman kopi robusta tumbuh baik di
dataran rendah sampai pada ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut, di daerah-
daerah dengan suhu 20°C. Tanaman Kopi Arabika menghendaki daerah-daerah
yang lebih tinggi sampai ketinggian sekitar 1.700m diatas permukaan laut, daerah-
daerah yang umummnya dengan suhu sekitar 10 - 16°C.
Desa Capar terletak diwilayah paling tinggi dari Kecamatan Salem, luas Desa
Capar adalah 24,003 Ha/𝑚2 , digunakan untuk pemukiman seluas 5,585 Ha/𝑚2 dan
digunakan sebagai perkebunan seluas 200 Ha, Desa Capar memiliki ketinggian
sekitar 800-1200 meter diatas permukaan laut, dengan ketinggian tersebut maka
desa capar merupakan daerah subur dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Sebagian besar wilayahnya adalah hutan dibawah pengelolaan Perhutani dan
sebagian kecil saja yang dikelola oleh penduduk. Desa Capar memiliki suhu rata-
rata harian antara 21oC hingga 17oC.
David (2006) mengatakan bahwa alat bantu analisis yang digunakan dalam
merumuskan strategi perusahaan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE,
matriks SWOT dan matriks grand strategy (Matrik Diagram SWOT).
7
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi pada usahatani kopi robusta di Desa Capar. Suatu usaha
tidak pernah terlepas dari adanya perubahan pada lingkungan eksternal dan internal
yang mempengaruhi usaha tersebut. Suatu strategi diperlukan untuk merespon
perubahan-perubahan tersebut agar usaha tersebut dapat bertahan
Setelah pengidentifikasian permasalahan akan dilakukan analisis lingkungan
eksternal dan lingkungan internal yang dihadapi oleh usahatani kopi robusta di Desa
Capar. Informasi lingkungan eksternal dan internal didapat dari petani, instansi
terkait, dan konsumen. Peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usahatani kopi
robusta di Desa Capar didapat dari analisis lingkungan eksternal. Analisis
lingkungan internal akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan suatu usahatani.
Berdasarkan dengan penelitian terdahulu Zakaria et al., (2017), dengan judul
Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Arabika (Kasus pada Petani Kopi Di Desa
Sutenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat),
strategi pengembangan usahatani perlu dilakukannya analisis identifikasi faktor
eksternal dan identifikasi faktor internal, maka dari itu variabel-variabel yang
digunakan untuk menduga faktor internal dan faktor eksternal pada penelitian ini
sebagai berikut.
Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan untuk menentukan strategi
dalam prospek pengembangan Kopi Robusta di Kabupaten Brebes Kecamatan
Salem Studi Kasus di Desa Capar. Faktor kekuatan adalah kelebihan yang dimiliki
oleh usaha tani tersebut. Faktor kekuatan dianggap sebagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan usahatani kopi. Faktor-faktor itu terdiri dari
produksi tinggi, teknik budidaya yang mudah, tenaga kerja dari lingkungan sekitar,
hubungan baik dengan LMDH dalam penyewaan lahan Perhutani. Faktor
kelemahan merupakan kendala dalam mengusakan usahatani komoditi kopi robusta
yang terdiri dari kurangan modal untuk pengembangan usahatani kopi robusta,
penggunaan luas lahan kopi robusta, kondisi kelompok tani, penerapan teknologi
dalam kegiatan usahatani kopi robusta.
8
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yang akan
menguntungkan lingkungan usahatani kopi robusta yang ada di Desa Capar yaitu
persyaratan mutu kopi robusta dipenuhi,permintaan kopi robusta sangat besar,
hubungan baik dengan supplier kopi, pemerintah yang mendukung usahatani kopi
robusta. Faktor ancaman antara lain produksi kopi robusta dari daerah lain,
serangan hama dan penyakit dan pengaruh musim.
Langkah-langkah dalam analisis strategi pengembangan terdiri dari tiga tahap
yaitu tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap masukan
dilakukan identifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dengan
mengunakan matriks IFE dan EFE. Hasil dari identifikasi inilah yang menjadi input
dalam penelitian.
Setelah dilakukan analisis identifikasi faktor eksternal dan analisis
identifikasi faktor Internal maka selannjutnya memanfaatkan semua informasi
tersebut dalam model perumusan strategi yaitu Analisis SWOT dan berdasarkan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sianturi et al., (2018) dengan judul
Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Arabika Di Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan strategi pengembangan usahatani menggunakan
analisis metode SWOT.
Metode ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang hubungan
suatu organisasai dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi
yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan
kelemahan dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis
berada diposisi mana (Rangkuti, 2008). Berdasarkan uraian tersebut dapat
digambarkan kerangka pemikiran secara skematis ditunjukan pada Gambar 1.
9
Usahatani Kopi Robusta Desa Capar Kecamatan
Salem Kabupaten Brebes
Identifikasi Permasalahan
Analisis Lingkungan
10
III. METODE PENELITIAN
Sasaran dalam penelitian ini adalah petani kopi yang aktif mengikuti kegiatan
kelompok tani, berpengalaman serta memiliki tanaman kopi yang sudah
menghasilkan di Desa Capar Kecamatan Salam Kabupaten Brebes. .
C. Rancangan Pengambilan Sampel
𝑁. 𝑍 2 . 𝑆 2
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 𝑍 2 . 𝑆 2
Keterangan :
11
N = Jumlah populasi keseluruhan (274 petani)
S2 = Variasi sampel
12
2. Teknik budidaya yang mudah
a. Sangat setuju, apabila biaya produksi Rp. 2jt-3jt/ha maka teknik budidaya kopi
robusta sangat mudah dilaksanakan (Skor 4).
b. Setuju, apabila biaya produksi Rp. 3jt-4jt/ha maka teknik budidaya kopi
robusta sangat mudah dilaksanakan (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila biaya produksi Rp. 4jt-5jt/ha maka teknik budidaya
kopi robusta sangat mudah dilaksanakan (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila biaya produksi Rp. 5jt-6jt/ha maka teknik budidaya kopi
robusta sangat mudah dilaksanakan (Skor 1).
3. Tenaga kerja dari lingkungan sekitar
a. Sangat setuju, apabila tenaga kerja berjumlah >12 orang/ha maka tenaga kerja
dari lingkungan sekitar berpengaruh terhadap usahatani kopi robusta (Skor 4).
b. Setuju, apabila tenaga kerja berjumlah 10-12 orang/ha maka tenaga kerja dari
lingkungan sekitar berpengaruh terhadap kopi robusta (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila tenaga kerja berjumlah 7-9 orang/ha maka tenaga kerja
dari lingkungan sekitar berpengaruh terhadap kopi robusta (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila tenaga kerja berjumlah <7 orang /ha maka tenaga kerja
dari lingkungan sekitar berpengaruh terhadap kopi robusta (Skor 1).
4. Hubungan baik dengan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dalam
penyewaan lahan Perhutani
a. Sangat setuju, apabila terjalin hubungan sangat baik antara petani dengan
LMDH yaitu dilihat dari petani yang merasa sangat diuntungkan dengan biaya
sewa yang dirasa sangat murah, sangat rutin dalam melakukan pembayaran, dan
adanya kesepakatan secara formal diawal kerjasama (Skor 4).
b. Setuju, apabila terjalin hubungan baik antara petani dengan LMDH yaitu
dilihat dari petani yang merasa diuntungkan dengan biaya sewa yang dirasa
murah, rutin dalam melakukan pembayaran, dan adanya kesepakatan secara
formal diawal kerjasama (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila terjalin hubungan kurang baik antara petani dengan
LMDH yaitu dilihat dari petani yang merasa kurang diuntungkan dengan biaya
13
sewa yang dirasa mahal, kurang rutin dalam melakukan pembayaran, dan tidak
adanya kesepakatan secara formal diawal kerjasama (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila terjalin hubungan tidak baik antara petani dengan LMDH
yaitu dilihat dari petani yang merasa tidak diuntungkan dengan biaya sewa yang
dirasa sangat mahal, tidak melakukan pembayaran, dan tidak adanya
kesepakatan secara formal diawal kerjasama (Skor 1).
Faktor yang dapat digunakan mengidentifikasi factor internal yaitu
kelemahan antara lain:
1. Kekurangan modal untuk pengembangan usahatani kopi robusta
a. Sangat setuju, apabila dalam pengembangan usahatani kopi robusta petani
tidak mampu dalam permodalan (Skor 4).
b. Setuju, apabila dalam pengembangan usahatani kurang mampu dalam
permodalan (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila dalam pengembangan usahatani mampu dalam
permodalan (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila dalam pengembangan usahatani sangatmampu dalam
permodalan (Skor 1).
2. Penggunaan luas lahan kopi robusta
a. Sangat setuju, apabila luas lahan tanaman kopi robusta tidak optimal yang
dilihat dari jumlah tanaman kopi robusta tiap hektar tidak optimal (dibawah 500
pohon dengan jarak 2,5 x 2,5 meter) dan jumlah luasan lahan yang tidak
dimanfaatkan secara maksimal (Skor 4).
b. Setuju, apabila hasil luas lahan kopi robusta kurang optimal yang dilihat dari
jumlah tanaman kopi robusta tiap hektar optimal (antara 1000 sampai 500 pohon
dengan jarak 2,5x2,5 meter) dan jumlah luasan lahan yang kurang dimanfaatkan
secara maksimal (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila luas lahan tanaman kopi robusta cukup optimal yang
dilihat dari jumlah tanaman kopi robusta tiap hektar optimal (antara 1200 sampai
1000 pohon dengan jarak 2,5x2,5 meter) dan jumlah luasan lahan yang cukup
dimanfaatkan secara maksimal (Skor 2).
14
d. Tidak setuju, apabila luas lahan tanaman kopi robusta optimal yang dilihat
dari jumlah tanaman kopi robusta tiap hektar optimal (antara 1500 sampai 1200
pohon dengan jarak 2,5x2,5 meter) dan jumlah luasan lahan yang dimanfaatkan
secara maksimal (Skor 1).
3. Penerapan teknologi dalam kegiatan usahatani kopi robusta
a. Sangat setuju, apabila produktivitas <0,8 ton/ha teknologi yang digunakan
dalam pengembangan usahatani kopi robusta masih sangat sederhana (Skor 4).
b. Setuju, apabila produktivitas 0,8-0,9 ton/ha teknologi yang digunakan dalam
pengembangan usahatani kopi robusta masih sangat sederhana (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila produktivitas 1-2 ton/ha teknologi yang digunakan
dalam pengembangan usahatani kopi robusta masih sangat sederhana (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila produktivitas >2 ton/ha teknologi yang digunakan dalam
pengembangan usahatani kopi robusta masih sangat sederhana (Skor 1).
4. Kondisi kelompok tani kopi robusta
a. Sangat setuju, apabila kelompok tani kopi melakukan pertemuan >3 kali
perbulan maka tidak diberdayakan (Skor 4).
b. Setuju, apabila kelompok tani kopi melakukan pertemuan 1-3 kali perbulan
maka tidak diberdayakan (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila kelompok tani kopi melakukan pertemuan 1 kali
perbulan maka tidak diberdayakan (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila kelompok tani kopi tidak melakukan pertemuan perbulan
maka tidak diberdayakan (Skor 1).
Sedangkan factor yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi factor
eksternal yaitu peluang antara lain:
1. Persyaratan mutu kopi robusta dipenuhi
a. Sangat setuju, apabila persyaratan mutu kopi robusta sangat mudah dipenuhi
yang dilihat dari tingkat kekeringan kopi robusta, tingkat kekotoran kopi robusta,
penjemuran tidak dilakukan diatas tanah secara langsung, sortasi, dan grading
(Skor 4).
b. Setuju, apabila persyaratan mutu kopi robusta mudah dipenuhi yang dilihat
dari tingkat kekeringan kopi robusta, tingkat kekotoran kopi robusta,
15
penjemuran tidak dilakukan diatas tanah secara langsung, sortasi, dan grading
(Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila persyaratan mutu kopi robusta sulit dipenuhi yang
dilihat dari tingkat kekeringan kopi robusta, tingkat kekotoran kopi robusta,
penjemuran dilakukan diatas tanah secara langsung, sortasi, dan grading
(Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila persyaratan mutu kopi robusta sangat sulit dipenuhi yang
dilihat dari tingkat kekeringan kopi robusta, tingkat kekotoran kopi robusta,
penjemuran dilakukan diatas tanah secara langsung, sortasi, dan grading
(Skor 4).
2. Permintaan kopi robusta sangat besar
a. Sangat setuju, apabila permintaan kopi sangat besar (Skor 4).
b. Setuju, apabila permintaan kopi besar (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila permintaan kopi kecil (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila permintaan kopi sangat kecil (Skor 1).
3. Hubungan baik dengan supplier kopi
a. Sangat setuju, apabila harga tingkat petani sebesar >Rp. 15.000/kg maka
terjalin hubungan yang sangat baik antara petani dengan supplier kopi robusta
(Skor 4).
b. Setuju, apabila harga tingkat petani sebesar Rp. 7.000 - Rp. 15.000/kg maka
terjalin hubungan yang baik antara petani dengan supplier kopi robusta (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila harga tingkat petani sebesar Rp. 5.000 - Rp. 7.000/kg
maka terjalin hubungan yang kurang baik antara petani dengan supplier kopi
robusta (Skor 2).
d. Tidak setuju, apabila harga tingkat petani sebesar <Rp. 4.000/kg maka terjalin
hubungan yang tidak baik antara petani dengan supplier kopi robusta (Skor 1).
4. Pemerintah yang mendukung usahatani kopi robusta.
a. Sangat setuju, apabila diadakan >4 kali pelatihan/musim maka pemerintah
yang sangat mendukung kegiatan usahatani kopi robusta (Skor 4).
b. Setuju, apabila diadakan 3-4 kali pelatihan/musim maka pemerintah yang
mendukung kegiatan usahatani kopi robusta (Skor 3).
16
c. Kurang setuju, apabila diadakan 1-2 kali pelatihan/musim maka pemerintah
yang kurang mendukung kegiatan usahatani kopi robusta (Skor 2).
d, Tidak setuju, apabila tidak diadakan pelatihan/musim maka pemerintah yang
tidak mendukung kegiatan usahatani kopi robusta (Skor 1).
Faktor yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi factor eksternal ancaman
antara lain:
1. Produksi kopi robusta dari daerah lain.
a. Sangat setuju, apabila pesaing kopi robusta Desa Salem sangat banyak (Skor
4).
b. Setuju, apabila pesaing kopi robusta Desa Salem banyak (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila pesaing kopi robusta Desa Salem sedikit (Skor 2).
d, Tidak setuju, apabila pesaing kopi robusta Desa Salem sangat sedikit
(Skor 1).
2. Serangan hama dan penyakit
a. Sangat setuju, apabila serangan hama dan penyakit terhadap tanaman kopi
robusta sangat tinggi (Skor 4).
b. Setuju, apabila serangan hama dan penyakit terhadap tanaman kopi robusta
tinggi (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila serangan hama dan penyakit terhadap tanaman kopi
robusta rendah (Skor 2).
d, Tidak setuju, apabila serangan hama dan penyakit terhadap tanaman kopi
robusta sangat rendah (Skor 1).
4. Pengaruh musim
a. Sangat setuju, apabila curah hujan antara 2200-3000 mm/tahun, musim sangat
berpengaruh terhadap produktivitas kopi robusta (Skor 4).
b. Setuju, apabila curah hujan antara 1500-2100 mm/tahun, musim berpengaruh
terhadap tanaman kopi robusta (Skor 3).
c. Kurang setuju, apabila curah hujan antara <1500 mm/tahun, musim sangat
berpengaruh terhadap produktivitas kopi robusta (Skor 2).
d, Tidak setuju, apabila curah hujan antara <3000 mm/tahun, musim sangat
berpengaruh terhadap produktivitas kopi robusta (Skor 1).
17
E. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan teknik yang berkaitan dalam
perumusan strategi pengembangan usaha. Analisis yang digunakan yaitu analisis
Internal-Eksternal (IE), dan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats
(SWOT). Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau
perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan Ancaman (threats).
Analisis SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative
strategis. Strategi pertama adalah strategi SO (strength-opportunity) strategi SO
menggunakan kekuatan yang berasal dari internal dan peluang yang berada dari
eksternal. Strategi kegua adalah strategi WO (weakness-opportunity) strategi WO
menggunakan kelemahan yang berasal dari internal dan peluang yang berasal dari
eksternal. Strategi kegtia adalah ST (strength-threat) strategi ini menggunakan
kekuatan yang berasal dari internal dan ancaman yang berasal dari ekstenal. Strategi
keempat adalah WT (weakness-threat) strategi ini menggunakan kelemahan yang
berasal dari internal dan ancaman yang berasal dari eksternal (Rangkuti, 2000).
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan, sedangkan analisis lingkungan eksternal
digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
Apabila faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan telah
diperoleh kemudian dievaluasi dengan menggunakan matrik Internal Faktor
Evalution (IFE), sedangkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman
perusahaan yang telah diperoleh akan dievaluasi dengan menggunakan matriks
Eksternal Faktor Evaluation (EFE).
a. Matrik IFE
18
Tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor internal perusahaan kemudian dilakukan wawancara atau
diskusi dengan manajer operasional untuk menentukan apakah faktor-faktor
tersebut telah sesuai dengan kondisi internal perusahaan saat ini. Faktor
internal meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).
2) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan
metode paired comparition. Metode ini digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor-faktor penentu internal. Untuk
menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3.
1 = jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertical
Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal
Faktor Strategi
Internal A B C D ... Total Bobot
A
B
C
D
...
Total
Sumber : David, 2009
𝑥𝑖
α = ∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
Keterangan:
α = bobot variabel ke-i
xi = nilai varibel ke-i
i = 1,2,3 ... n
n = jumlah varibel
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing
faktor mengidentifikasi tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan
19
perusahaan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0 tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal.
Faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan
harus diberikan bobot paling tinggi.
3) Cara memberikan yaitu peringkat 1 sampai 4 masing-masing faktor untuk
mengidentifikasi apakah faktor-faktor tersebut menunjukan kelemahan utama
(peringkat=1), atau kelemahan minor (peringkat=2) dan kekuatan minor
(peringkat=3) atau kekuatan utama (peringkat=4). Perhatikan bahwa
kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus
mendapat peringkat 1 atau 2.
4) Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua
hasil kali tersebut dijumlah secara vertikal untuk memperoleh total skor
pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan
rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3.0-4,0 berarti kondisi internal
perusahaan tinggi atau kuat, kemudian jika 2.0-2,99 berarti kondisi internal
perusahaan rata-rata atau sedang, dan 1.0-1,99 berarti kondisi internal
perusahaan rendah atau lemah.
Tabel 4. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)
Key Succes Faktor Bobot Rating Nilai
Strengths
1.
2.
3.
Weaknesses
4.
5.
6.
Total Nilai IFE
Sumber: Umar, 2010
b. Matrik EFE
Seperti halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan
tahapan kerja dalam membuat maktriks EFE :
20
1) Identifikasi faktor eksternal perusahaan kemudian melakukan wawancara atau
diskusi dengan manajer operasional untuk melakukan apakah faktor-faktor
tersebut sesuai dengan kondisi eksternal perusahaan saat ini.
2) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan dengan cara
melakukan wawancara dengan responden terpilih dengan menggunakan
metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel
menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting dari pada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertical
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal
Faktor Strategi Internal A B C D ... Total Bobot
A
B
C
D
...
Total
Sumber: David, 2009
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap
variabelterhadap nilai jumlah keseluruhan variabel dengan dengan menggunakan
rumus.
𝑥𝑖
α = ∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
Keterangan:
α = bobot variabel ke-i
xi = nilai varibel ke-i
i = 1,2,3 ... n
n = jumlah varibel
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing paktor. Bobot yang diberikan kepada masing-
masing faktor mengidentifikasi tingkat penting relatif dari faktor terhadap
keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktro kunci itu
21
adalah kekuatan dan kelemehan eksternal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh
paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot paling tinggi. Jumlah
seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang atau
ancaman, yaitu:
1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut rendah.
2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut sangan sedang (respon perusahaan sama dengan rata-rata).
3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman
tersebut diatas rata-rata.
4 = sangat tinggi, respon perusahan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut superior.
4) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor
dari semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memdaat total
skot pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4
dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE 3.0-4.0 berarti
perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi
perusahaan, kemudian jika 2.0-2.99 berarti perusahaan merespon sedang
terhadap peluang dan ancaman yang ada, dan 1.0-1.99 berarti perusahaan tidak
dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.
Tabel 6. Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
Key Succes Faktor Bobot Rating Nilai
Opportunities
1.
2.
3.
Threats
4.
5.
6.
Total Nilai IFE
Sumber: Umar, 2010.
c. Matrik IE
22
Analisis lingkungan pengembangan usaha perusahaan yang telah diperoleh
diatas dan dituangkan dalam matriks IFE dan EFE kemudian akan disajikan dalam
bentuk matriks IE (Internal-Eksternal) dan dikombinasikan matriks SWOT
(Strengths, Weaknesses, Oppotunities, Threats). Matriks IE digunakan untuk
memperoleh alternatif strategi berdasarkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Matriks IE memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda
yang akan ditunjukan pada Gambar 2.
Skor IFE
3,0 – 4,0 2,0 -2,99 1,0 – 1,99
Skor EFE
2,0 – 2,99 IV V VI
23
Matrik IE terdiri atas dua dimensi, yaitu nilai total (total score) dari matriks
IFE pada sumbu Y dan dari nilai total dari EFE pada sumbu X. Pada sumbu X
skornya ada tiga, yaitu skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah
lemah, skor 2,0-2,99 adalah rata-rata dan 3,0-4,0 adalah kuat yang diterapkan dari
sebelah kanan ke sebelah kiri. Cara yang sama untuk sumbu Y skornya ada tiga,
yaitu skor 1,00-1,99 menyatakan bahwa posisi eksternl adalahh rendah, skor 2,00-
2,99 adalah rata-rata dan 3,00-4,0 adalah tinggi yang ditetapkan dari bawah ke atas
(Umar, 2010).
2. Identifikasi alternatif strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat
set kemungkinan alternatif strategi seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Strength, Weaknesses, Opportunities, Threaths (SWOT)
IFE Strengths (S) Weaknesses (W)
24
d. Menentukan kelemahan-kelemahan dominan internal perusahaan.
e. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah
mengkonbinasikan antara kekuatan-kekuatan internal yang perlu dimanfaatkan
dan peluang-peluang eksternal yang dicoba untuk diraih . Mencatat hasilnya
dalam sel SO.
f. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah
mengkombinasikan antara kekuatan-kekuatan internal yang ada dan peluang-
peluang eksternal yang dicoba untuk diraih. Mencatat hasilnya dalam sel WO.
g. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah
mengkombinasikan antara kekuatan-kekuatan internal yang ada dan ancaman-
ancaman yang mungkin timbul. Mencatat hasilnya dalam sel ST.
h. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah
mengkombinasikan antara kelemahan-kelemahan internal yang ada dan
ancaman eksternal yang mungkin timbul. Mencatat hasilnya dalam sel WT.
(Umar,2010).
25
F. Garis Besar Pelaksanaan Penelitian
26
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015. Produksi Kopi Di Indonesia. BPS Indonesia,
Indonesia.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes. 2018. Produksi Tanaman Kopi Menurut
Kecamatan di Kabupaten Brebes, 2016-2018. BPS Indonesia, Indonesia.
David, F.R. 2006. Manajemen Strategis : Konsep Edisi Sepuluh. Salemba Empat.
Jakarta.
Nopriyandi, R. & Haryadi, H., 2017. Analisis ekspor kopi Indonesia. Jurnal
Paradigma Ekonomika, 12(1), pp.1-10.
Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. PT. Argo Media Utama. Jakarta.
Prastowo, B., Karmawati, E., Rubijo, S., Indrawanto, C. & Munarso, S.J., 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor.
28
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Rukmana, R.H. 2014. Untung Selangit Dari Agribisnis Kopi. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Sianturi, R., Ginting. M., & Kesuma,S.I. 2018. Strategi Pengembangan Usahatani
Kopi Arabika (Coffea Arabica L) Di Kecamatan Paranginan Kabupaten
Humbang Hasundutan. Jurnal. Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.
Suwandari, A & Soetriono, S. 2010. Analisis Kebijakan Kopi Robusta dalam Upaya
Meningkatkan Daya Saing dan Penguatan Revitalisasi Perkebunan. Sosial
Ekonomi Pertanian. Jurnal. Universitas Jember, Jember.
29
Umar, H. 2010. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
30
LAMPIRAN
31
Lampiran 1
= 0,2667
Keterangan:
X = Luas lahan petani (ha)
𝑋̅ = Rata-rata luas lahan petani (ha)
𝑛 = Jumlah data yang diambil
𝑆2 = Varians
Perhitungan standar deviasi sebagai berikut :
32
2
∑𝑋 2 −(∑ 𝑋)
Sd =√ 𝑁
𝑁
(11)2
14,5−
=√ 274
274
= 0.05130801
Keterangan :
X = Luas lahan petani (ha)
N = Jumlah populasi
Sd = Standar deviasi
Untuk mengetahui apakah suatu daerah penelitian tersebut
homogen atau tidak maka dapat dilihat dari nilai Coefficient of Variation
(CV) dengan indikator sebagai berikut :
1. Bila CV < 30% maka populasi petani daerah penelitian tersebut homogen
2. Bila CV > 30% maka populasi petani daerah penelitian tersebut heterogen
𝑆𝑑
CV = 𝑥100%
𝑋̅
0.05130801
= x100%
1,1
= 4.66436454
Keterangan :
CV = Coefficient of Variation
X = Luas lahan petani (ha)
Sd = Standar deviasi
(274)(1,96)2 (0,2667)
𝑛=
(274. (0,05)2 + (1,96)2 (0,2667)
33
= 58,56675 =
̃ 59 responden
Keterangan :
S2 = Variasi sampel
34
KUISIONER STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI KOPI
ROBUSTA (STUDI KASUS PETANI KOPI DI DESA CAPAR
KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES
NIM: A1A016044
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ......................................................................
2. Jenis Kelamin : ......................................................................
3. Usia Responden : ......................................................................
4. Alamat : ......................................................................
5. Pendidikan Terakhir : ......................................................................
6. Jumlah Anggota Keluarga : ......................................................................
7. Lama usahatani kopi : ......................................................................
8. Apakah mempunyai usaha lain selain usahatani kopi?
a. Ya b. Tidak
9. Jika Ya, apa usaha lain tersebut?
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. PNS
e. Lain-lain (sebutkan)
.................................................................................
II. PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI
1. Status tempat usahatani kopi
a. Milik Sendiri
b. Sewa
2. Jika yang digunakan lahan sewa, berapa biaya sewanya?
Rp......................./tahun
3. Jika yang digunakan milik pribadi, berapa biaya pajak bumi dan
bangunannya?
Rp......................../tahun
4. Darimana bibit didapat?
a. Hasil pertanian sendiri
35
b. Membeli di warung atau pasar
c. Lain-lain (pemasok) :
...............................................................................
36
a. Input Tenaga Kerja
4
5
10
III. PRODUKSI
1. Berapa kali memproduksi geropak dalam satu tahun ?
........................................................................................................................
2. Berapa jumlah geropak yang dihasilkan dalam satu kali panen ?
........................................................................................................................
3. Berapa harga kopi per kilogram?
a. Tengkulak..................................................................................................
b. Jual Langsung............................................................................................
4. Bagaimana cara pembayaran pembelian kopi?
a. Tunai
b. Non-tunai
c. Lainnya (Mengangsur)
5. Dimana saja pemasaran produksi kopi anda?
a. Lingkup desa
b. Lingkup kecamatan
c. Lingkup kabupaten
d. Lingkup provinsi
e. Ekspor
6. Bagaimana sistem penjualan yang dilakukan?
a. Dijual sendiri
b. Melalui pengepul
c. Lain-lain (dititipkan) : ................................................................................
IV. LAIN-LAIN
1. Apakah usahatani kopi robusta adalah penghasilan utama ? Mengapa demikian?
........................................................................................................................
2. Adakah hambatan yang dihadapi dalam usahatani kopi? Jika iya, sebutkan hambatan tersebut
a. Modal
b. Tenaga kerja
c. Ketersediaan bahan baku
d. Harga bahan baku
e. Teknologi
f. Lain-lain (sebutkan) : ..............................................................................
3. Sebagai pelaku usahatani kopi apa harapan kedepannya untuk usaha anda ?
........................................................................................................................
KUISIONER PENELITIAN
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
USAHATANI KOPI ROBUSTA DI DESA CAPAR
NIM: A1A016044
Kekuatan (Strengths)
Peluang (Opportunities)