Anda di halaman 1dari 2

KONTRIBUSIKU BAGI INDONESIA

Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan


Juli 2015

Mila Irmawati (22 tahun). Perempuan asli Sukoharjo yang mempunyai begitu banyak mimpi
dan percaya penuh pada keyakinan. Dilahirkan dari keluarga sederhana nan bersahaja
membentuk saya menjadi pribadi yang (seolah) mandiri dan berprinsip kuat dalam menjalani
segala aktivitas setiap hari. Perempuan yang selalu menangis ketika mendengar suara Bapak
ini awalnya bukanlah apa-apa, begitu pemalu dan menutup diri. Namun seiring keadaan dan
lingkungan yang mendesak saya akhirnya dapat berdiri menjadi saya seutuhnya dengan
segala kekurangan dan kelebihannya.

Kehidupan akademis saya begitu berjalan aman lancar sejak saya TK hingga menjelang
masuk SMA. Tak pernah absen saya dijajaran tiga besar kelas bahkan sekolah, saya yang
sangat bahagia ketika Bapak tetiba pulang membawa bungkusan buku hadiah dari sekolahan.
Namun layaknya putaran roda, begitu di bangku SMA, prestasi saya meredup, hingga
berujung pada label “anak IPA yang tak mengerti IPA”. Masa itu menjadi titik tolak saya,
saya lebih sibuk dengan kegiatan organisasi di sekolah daripada menghadap buku dan
tumpukan laporan praktikum yang menurut saya saat itu sangat menjenuhkan. Hingga tiba
saatnya selepas lulus, nyatanya saya lebih memilih jalan hidup untuk menghabiskan masa
tiga tahun setengah di program studi Jawa UI, padahal kala itu saya sudah resmi diterima di
jurusan akupunktur Poltekkes Negeri Surakarta. Ya lagi lagi jalan hidup saya hanya tentang
“keyakinan”.

Janji Tuhan memang benar, Ia menjanjikan sesuatu yang terbaik bagi hambaNya. Saya sangat
bersyukur pernah diberi kesempatan merasakan pola pikir scienctist, pun diberi kesempatan
pula menggunakan pola pikir humanis yang justru membentuk pribadi saya sampai detik ini.
Saya tidak membenci sains pun juga tidak mengelukan jiwa humanis, tetapi keduanya
menurut saya sangat penting harus ada di dalam individu, supaya kelak menjadi lebih bijak
menanggapi segala gejala alam semasa hidup ini.

Bersyukur semasa kuliah saya diberi begitu banyak kesempatan untuk berkontribusi kepada
sesama, untuk Indonesia. Dari ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang
memebrikan kesempatan kepada saya untuk terjun langsung ke masyarakat, memberi dampak
yang sangatlah kecil menurut saya, namun sangat berkesan memberi berjuta pengalaman
hidup. Berbagai wadah organisasi yang menampung saya juga sangat berperan sebagai media
saya mengaktualisasi diri. Kebiasaan ilmiah dan manajemen organisasi yang saya pelajari
semasa kuliah nyatanya sangat bermanfaat untuk dunia pasca kampus saya. Terbukti hal-hal
tersebut yang menentukan arah masa depan saya, bukan jurusan saya, bukan lainnya, namun
apa yang telah saya lakukan berulang-ulang dengan penuh ikhlas dan keyakinan.

Pengalaman berkegiatan sosial semasa kuliah membuat saya ingin selalu berperan aktif
sekecil mungkin demi bangsa Indonesia yang lebih baik. Alhasil, selepas lulus kuliah, saya
dan beberapa senior kuliah membentuk suatu komunitas yang menyasar pada masyarakat
pesisir, kami beri label “Rumah Tunas Samudra” (RTS). Saat ini komunitas tersebut masih
menyasar di kawasan Marunda, Jakarta Utara. Berfokus awal pada pendidikan lingkungan
dan moral anak-anak setempat, agar anak-anak terbangun jiwa cinta maritimnya sebagai anak
pesisir. Besar harapan komunitas tersebut akan membuka cabang di kawasan-kawasan pesisir
lain di tanah lain di Indonesia suatu saat nanti.

Sejalan dengan latarbelakang saya dan hal-hal yang telah saya jalani selama ini, bergelut
dengan anak-anak serta mengimbangi pemikiran sains humanis, saya membulatkan mimpi
untuk Indonesia. Kelak, dengan hasil studi saya di Belanda terkait neurolinguistik (ilmu sains
dan humanis) yang akan meneliti spesifik pada gangguan berbahasa pada anak-anak (seperti
aphasia, dislexsia, dll), saya akan kembangkan ilmu-ilmu yang saya peroleh di Indonesia,
khususnya pada anak-anak Indonesia yang mengalami gejala gangguan berbahasa. Dengan
demikian, anak-anak akan tetap dapat memaksimalkan potensi mereka ditengah keterbatasan
yang dimiliki.

Menurut saya, bahasa adalah alat untuk menyalurkan mimpi. Dan mimpi adalah nyawa untuk
tetap bertahan hidup. Saya ingin membingkai mimpi-mimpi generasi penerus bangsa,
terutama yang memiliki kebutuhan khusus dalam berbahasa melalui wadah edukasi atau
pendidikan. Maka cita-cita saya adalah menciptakan sistem pendidikan yang humanis untuk
para anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka akan merasa sama dengan anak normal
lainnya.

Mungkin satu orang ahli neurolinguistik hanya akan menyembuhkan atau paling tidak
meringankan beban satu dua orang penderita gangguan berbahasa, namun semangat dan
mimpi satu atau dua orang berkebutuhan khusus tersebut pasti akan dapat mengubah
Indonesia di masa depan, sekecil apapun itu. Semangat Indonesia! Tetaplah Bermimpi, dan
Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu!

Anda mungkin juga menyukai