Anda di halaman 1dari 4

AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAAN BANGSA INDONESIA

Oleh: Luthfia Norrofifah Fuadiati


(Mahasiswi S1- Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat)

“ Jadikan diri anda sebagai generasi yang selalu dikenang dengan karya-karya dan prestasi
anda. Jangan anda jadikan hidup anda hanya dipenuhi dengan menu-menu dosa dan ego
anda”.

Dua baris kalimat tersebut saya ambil dari buku yang berjudul “The Power of Youth”.
Rangkaian kata-kata tersebut tidak hanya memotivasi para generasi muda, akan tetapi juga
menampar para generasi muda. Seketika mereka akan malu dengan diri sendiri seperti yang
saya alami ketika pertama kali membaca kalimat singkat tersebut. Saya malu karena belum
memberikan seutuhnya karya dan prestasi saya untuk Indonesia, akan tetapi saya sadar
bahwa masa depan Indonesia saat ini sedang berada di dalam genggaman saya dan teman-
teman saya. Nasib Indonesia beberapa tahun ke depan tergantung dengan apa yang generasi
muda lakukan sekarang. Dan untuk itu, sebagai generasi muda yang memikul tanggung jawab
besar atas bangsanya, saya siap untuk mengabdikan diri, memberikan puluhan prestasi dan
melindungi Indonesia yang merupakan tempat berpijak saya untuk pertama kali. Setiap
generasi muda harus menjadi aktor perubahan konstruktif di setiap lini kehidupan.

Para ahli menyebutkan, jantung diciptakan lebih dahulu dibandingkan dengan otak pada
janin, dan mulai berdenyut setelah pembentukkannya sampai manusia mati. DR. Tawfik A.
Al-Kusayer dalam bukunya yang bertajuk “Fannul Istimta” menuliskan: Jantung adalah organ
yang menggerakkan dan menyuplai makanan bagi 300 miliyar lebih sel syaraf pada tubuh
manusia, beratnya mencapai 250-300 gram dan ukurannyaa sekepalan tangan manusia.
Jantung sebuah janin mulai berfungsi sejak usia 21 hari kehamilan untuk memompa darah
keseluruh tubuh. Jika jantung berhenti berdetak maka tubuh akan mati.

Generasi muda laksana jantung yang tanpa ada dirinya, tidak mungkin ada sebuah negara. Ia
mulai berpartisipasi terhadap negara sejak dirinya dilahirkan ke muka bumi ini dengan
melalui akte kelahiran. Generasi muda itu sama seperti jantung yang menyuplai makanan,
akan tetapi yang dia lakukan adalah menyuplai darah,keringat dan air mata kepada negara.
Jika generasi muda sudah pudar akan kesadarannya terhadap negaranya, maka negara itu
perlahan akan mati seperti jantung yang berhenti berdetak.
Energi generasi muda adalah energi yang sangat potensial umtuk merekonstruksi peradaban
umat ini kembali. Pembubadziran energi ini kepada kretivitas-kreativitas dosa akan menyulap
umat ini menjadi umat yang lemas di masa depannya. Akan tetapi, ketika energi ini mampu
di eksploitasi secara arif dan profesional maka akan melahirkan ledakan-ledakan dahsyat di
masa akan datang. Generasi muda adalah aset umat sekaligus tanggung jawab generasi senior
dalam memberikan wejangan-wejangan bijak agar menjadi generasi-generasi tangguh, cerdas
secara intelektual, shaleh secara spiritual dan sehat secara fisik. Integritas ketiga komponen
ini merupakan suatu keniscayaan dalam mendesain generasi muda dewasa ini. Ketika
pendidikan generasi muda lebih memprioritaskan kepada angka-angka (red-intelektual)
dengan mengabaikan kesalehan nilai-nilai moral maka akan melahirkan generasi-generasi
pincang dalam berkreativitas. Oleh karena itu, generasi unggul bukan hanya generasi yang
jenius dalam hal akademik dan lain-lain, kan tetapi ia juga jenius dalam hal bermoral. Itulah
karakteristik generasi yang pantas disebu dengan kata “Generasi Unggul”.

“Kualitas diri anda tergantung dengan pengembangan energi diri and adi waktu muda”

Nama saya Luthfia Norrofifah Fuadiati. Saya lahir di Amuntai yang mana daerah saya sering
disebut dengan satu-satunya daerah tertinggal di Kalimantan Selatan pada tanggal 2
November 2000. Saya pernah menimba ilmu pada tingkat sekolah dasar (SD) di SDN
Murung Sari 1 Amuntai pada tahun 2006. Kemudian saya melanjutkan studi saya di Pondok
Pesantren Modern Nurul Amin Muhammadiyah Alabio, saya memasuki pesantren ini dengan
kemauan diri saya pribadi, saya ingin memperbaiki akhlak, Aqidah dan merasakan manis
pahitnya kehidupan yang sebenarnya. Dari sinilah kemampuan berbahasa inggris dan arab
saya mulai berkembang dan sejak itulah saya aktif mengikuti perlombaan-perlombaan yang
berbasis bilingual. Di samping itu pula, saya menyadari perubahan sikap saya yang drastis
seperti lebih mandiri, pentingnnya tolong menolong dan indahnya sebuah persahabatan
murni. Di tempat itu juga naluri kebangsaan saya muncul dan ingin berjuang bersama teman-
teman saya untuk dapat menjadi generasi muda yang unggul yang pantas berdiri di samping
generasi unggulan senior yang telah membawa Indonesia bangkit dari keterpurukannya.
Setelah lulus di sana, saya melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah Negeri 2 Hulu
Sungai Utara lewat jalur prestasi, saya sangat senang lulus di sekolah favorit saya. Saya lulus
MAN pada tahun 2018 dan di terima di 7 universitas lewat jalur prestasi yaitu Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin prodi Pendidikan dokter, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Akademi Keperawatan Intan
Martapura prodi keperawatan,Universitas Malahayati Bandar Lampung, Univertas
Batam,Universitas Abulyatama Banda Aceh dan Institut Kesehatan Indonesia Jakarta dengan
prodi yang sama yaitu Kedokteran Umum. Dari 7 pilihan di atas saya lebih memilih
Universitas Lambung Mangkurat dengan prodi pendidikan Dokter dikarenakan orang tua
saya ingin saya menjadi sorang dokter karena kurangnya jumlah dokter di daerah saya dan
Pendidikan Dokter di universitas tersebut memiliki biaya UKT yang lebih murah daripada
universitas yang lainnya,hal ini dikarenakan saya memiliki dua orang adik yang juga harus
memperoleh pendidikan sesuai kebutuhannya.

Jauh sebelum saya akan menjalani studi kedokteran di ULM ini, saya sudah sangat tertarik di
bidang kesehatan dan sejak kecil saya memiliki banyak mimpi, salah satunya ingin menjadi
seorang dokter yang akan menjadi relawan ke negara-negara konflik. Akan tetapi,seiring
berjalannya waktu, hati dan mata saya mulai terbuka, bahwa bukan negara konflik tersebut
yang paling membutuhkan saya saat ini, akan tetapi negara saya sendiri yaitu Indonesia.
Rendahnya tingkat kesehatan dan angka kehidupan di Indonesia membuat saya sangat
terpukul, saya seperti orang yang melihat semut di ujung pulau sedangkan gajah di depan
mata tidak terlihat. Oleh karena itu saya memiliki tujuan kuat untuk mengabdi kepada
Indonesia untuk menebus rasa bersalah saya.

Sejak kecil saya sudah aktif mencoba hal-hal yang baru, saya selalu penasaran dengan segala
hal. Saya juga aktif mengikuti beberapa Ekstrakurikuler Kesenian seperti Tari,Teater, Vokal
grup, Kaligrafi, Pidato, Telling Story, KTK dan Drumband. Di samping kesenian saya juga
aktif dalam Olahraga seperti Bridge dan Voli, dan di bidang Akademik seperti Sains Club,
Karya Ilmiah Remaja dan English Club. Teman-teman saya menyebut saya “Multitalent”,
akan tetapi menurut saya semua orang adalah seorang multitalent jika ia ingin
mempelajarinya dan mecoba hal-hal baru, karena dunia itu luas dan keras, tidak sedikit dari
kita yang akan tertinggal dan tenggelam.

Saya juga aktif dalam megikuti perlombaan-perlombaan seperti olimpiade- olimpiade, cerdas
cermat, lomba menulis dan lain-lain yang telah saya lampirkan di kolom prestasi. Di balik
prestasi-prestasi tersebut terdapat ratusan kegagalan yang saya alami, akan tetapi saya
memiliki ambisi “I Don’t Stop When I am Tired, I stop When I am Done” saya tidak akan
berhenti ketika saya merasa lelah dan putus asa, saya kan berhenti ketika saya sudah selesai
mengejarnya. saya pernah mengikuti lomba menulis fiksi islami yang berjudul “Zig Zag” dan
mendapat juara pertama, itu adalah penghargaan saya yang sangat berkesan, saya
mengahabiskan waktu sebulan lebih dengan menulis cerita tersebut yang mana hal itu lebih
sulit daripada menjawab deretan angka-angka di soal olimpiade dan saya akan berniat
menerbitkannya dalam versi sebuah buku.

Saya menyukai organisasi-organisasi dan senang berada di dalamnya, bagi saya itu adalah
sebuah jalan kemandirian dan kedewasaan yang berfaedah walaupun penuh dengan
perjuangan keringat dan bercucuran air mata. Salah satu organisasi nasional yang saya ikuti
adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Nasional yang berpusat di Yogyakarta, dengan ikut
organisasi ini saya ikut serta membantu menyalurkan aspirasi-aspirasi pelajar di daerah saya
khusunya bagi pelajar-pelajar di luar sana yang putus sekolah dikarenakan beberapa faktor
kehidupan.

Berdasarkan lika liku pengalaman dan kehidupan saya tersebut saya menyadari bahwa
generasi tidak dapat unggul hanya perseorangan sama halnya sapu lidi yang tidak akan
menjadi sapu jika hanya ada 1 helai bambu yang menempel, diperlukan puluhan, ratusan
bahkan ribuan helai bambu agar bisa menjadi sebuah sapu yang dapat digunakan untuk
membersihkan suatu halaman layaknya generasi muda yang harus bekerja sama untuk
membangun Indonesia ke arah yang lebih maju.

Saya adalah generasi unggul kebanggaan bangsa indonesia. Kemampuan dan kapabilitas saya
di bidang kesehatan akan menjadi penggerak roda kemajuan dan kesejahteraan bangsa
indonesia.

Inilah saya yang tidak hanya mampu bersaing dengan arus kehidupan, tetapi juga akan
mengahadapi arus tersebut. “Kita boleh melawan arus asal jangan tenggelam dan kita boleh
mengikuti arus asal jangan hanyut”. Walaupun kontribusi saya sebagai generasi muda masih
belum seberapa, saya bertekad di masa depan saya akan menjadi salah satu orang yang
berada di barisan generasi unggul yang patut dibanggakan Indonesia.

“Hidup ini hanyalah sebuah proses dalam pencapaian titik akhir dari kehidupan itu sendiri.
Setiap kita kan berakhir pada titik kemtian. Kualitas kematian di mata Allah sangat
tergantung dengan kualitas karya-karya yang telah kita hasilkandi alam dunia yang mampu
membri manfaat kepada orang lain. Mari kita olah fisik ini dengan aktivitas-aktivitas yang
akan mengantarkan kita kepada kematian yang berkualitas.”

Anda mungkin juga menyukai