Anda di halaman 1dari 8

MINI LITERATUR REVIEW

CYBER BULLYING

MATA KULIAH DATA DAN PUSTAKA A-2.11

DOSEN MATA KULIAH


Ilham Nuralfian, S.Psi., M.Psi

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6

Ambar Sukma W (042111133024)


Jauhar Ramady Agustianto (012111133264)
Nigella Sativa (042111233043)
Mega Ayunita Suprapto (012111133253)
Ella Regita Ardia Febriani (152110713043)
Muhammad Arif Syarifuddin (152110613070)
Fiqih Fathoni (152111913148)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
TINJAUAN LITERATUR TERSTRUKTUR
Nama Mahasiswa:
Pertanyaan penelitian yang ingin diselidiki:
Kata kunci:

Nomor Kutipan lengkap artikel yang ditinjau

Problem Pertanyaan Hipotesis


Penulis Tahun Cakupan Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian

Cantumka Cantumkan Uraikan Apa Apa hipotesis Apakah ada konteks tertentu/cakupan yang berlaku/membatasi s
n nama tahun gappenelitia thesis/problem penelitian yang
penulis penerbitan n yang statement atau diuji dalam
artikel dijelaskan pertanyaan penelitian ini?
disini penulis penelitian yang
dalam sedang anda gali
artikelnya. dari literatur yang
Gap dapat sudah anda cari
berupa gap dan baca?
teoritik atau
gap empirik
(berbasis
data).

Untuk menentukan kata kunci yang akan digunakan sebagai pedoman mencari dan
menemukan jurnal, kami terlebih dahulu melakukan diskusi terfokus guna menemukan topik
yang akan dibahas, sehingga dari topik yang didapat, diharapkan kami dapat menentukan kata
kunci yang akan dijadikan acuan dalam mini literature review ini. Dari hasil diskusi yang kami
lakukan, didapatkan satu topik yang kami gunakan dalam mini literature review ini. Topik yang
kami pilih adalah cyberbullying. Diskusi kemudian dilanjutkan dengan membedah aspek apa saja
yang mungkin memiliki keterkaitan dengan topik cyberbullying. Kami meminta setiap anggota
kelompok untuk memberikan pendapat dan pandangan masing-masing tentang topik yang sedang
dibahas. Setiap anggota kelompok memberikan beberapa masukan kata kunci yang terkait
dengan topik cyberbullying. Seluruh masukan dan pendapat ditampung hingga pada akhirnya
disepakatilah beberapa kata kunci yang akan kami gunakan untuk mencari jurnal terkait.

Pencarian jurnal kami lakukan dengan menggunakan bantuan mesin pencari Google
Scholar atau Google Cendekia. Google Scholar adalah layanan yang memungkinkan pengguna
melakukan pencarian materi-materi pelajaran berupa teks dalam berbagai format publikasi.
Diluncurkan pada tahun 2004, Google Scholar mencakup jurnal-jurnal online dari publikasi
ilmiah. Google Scholar juga menyediakan cara yang mudah untuk mencari literatur akademis
secara luas. Untuk menemukan materi yang diinginkan, kami menggunakan kata kunci yang
telah kami temukan di forum diskusi sebelumnya. Hasil pencarian materi ilmiah juga dibatasi
hingga tujuh tahun kebelakang agar jurnal yang kami himpun merupakan hasil penelitian yang
terbaru pada topik yang kami bahas yaitu cyberbullying. Kami mencari dua jurnal berbahasa
Inggris dan satu berbahasa Indonesia.

Bahan literatur yang kami himpun berasal dari jurnal ilmiah yang diterbitkan dan
dipublikasikan secara terbuka di internet. Ketiga jurnal yang kami himpun cakupan penelitiannya
cukup beragam mulai dari para remaja usia dibawah 18 tahun di Surabaya, remaja usia 15-19
tahun di Indonesia, hingga anak-anak Thailand dan Indonesia secara umum. Namun dari ketiga
sumber kami, semuanya memiliki kesamaan rumusan masalah yaitu remaja yang berada pada
lingkaran cyberbullying baik dari sisi pelaku maupun korban. Baik korban traditional bullying
dan cyberbullying cenderung untuk tetap diam dan tidak melaporkan tindakan perundungan yang
menimpa mereka. Yang menarik dari jurnal yang kami himpun masing-masing memiliki desain
penelitian yang berbeda, deskriptif dan kualitatif.

Literatur yang kami telaah berisi tentang dampak dari cyberbullying pada korban dan apa
yang menyebabkan para korban cyberbullying tidak melaporkan hal tersebut. Dari literatur -
literatur tersebut, kami juga mendapatkan informasi tentang dampak dari media sosial, media
sosial yang merupakan jembatan terjadinya cyberbullying. Problem statement atau pertanyaan
penelitian yang sedang kami gali adalah tentang penyebab terjadinya cyberbullying. Dari
informasi – inforrmasi yang telah digali, kami menemukan sebuah problem statement atau
pertanyaan penelitian yang ingin kami ketahui. Pertanyaan penelitiaan tersebut yaitu apa
penyebab dari terjadinya cyberbullying yang sedang marak saat ini. Pertanyaan tersebut
diharapkan dapat memperjelas tentang penyebab utama seseorang dengan begitu santainya
melakukan tindakan cyberbullying yang tentunya dapat merugikan banyak orang. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kami menelaah beberapa jurnal agar dapat menemukan jawaban
yang ingin kami ketahui. Jurnal yang telah didapat akan ditelaah secara mendalam sehingga
diperoleh informasi – informasi secara akurat. Diharapkan dengan menelaah dan menggali
literatur – literatur yang tersedia, kami dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut.

Informasi yang sudah kami dapatkan dari literatur – literatur yang kami baca adalah
tentang penggunaan internet dan media sosial yang digunakan dalam keseharian para remaja di
Surabaya, ditemukan bahwa rata – rata para remaja mengakses dunia maya sehari minimal 6 jam.
Alat yang sering mereka gunakan untuk mengakses yaitu handphone. Kebiasaan mereka untuk
mengakses media sosial dapat menjadi salah datu kebiasaan yang meningkatkan cyberbullying.
Selain itu, kami juga mendapat informasi tentang wujud perilaku cyberbullying dan dampaknya
baik bagi pelaku maupun korban. Berdasarkan penelitian, sebenarnya cyberbullying sama
dengan traditional bullying, hanya saja dilakukan melalui dunia maya. Alasan para pelaku
melakukan cyberbullying adalah balas dendam, amarah, dan kebencian terhadap korban atau
bahkan hanya untuk bersenang-senang dan menghilangkan kebosanan. Dampak yang timbul
pada korban adalah depresi, kecemasan, kurang menghargai diri sendiri, menjadi kurang aktif di
sekolah, dan mudah tertekan. Terakhir, kami juga mendapat informasi tentang respon sosial
terhadap hukum pencegahan cyberbullying di Indonesia dan Thailand. Berdasarkan penelitian
ditemukan bahwa lebih dari 40% korban cyberbullying tidak akan melakukan apapun. Selain itu
hanya satu dari sepuluh anak yang memberitahukannya kepada orang dewasa. Semua literatur
yang telah kami telaah saling berkaitan dan sama – sama memiliki kata kunci cyberbullying.
Literatur tersebut saling terhubung satu sama lain dikarenakan membahas tentang hal yang sama
yaitu cyberbullying.

Latar belakang yang disampaikan penulis pada literatur - literatur yang kami gunakan
adalah tentang cyberbullying. Dari literatur - literatur yang kami telaah berisikan informasi
tentang dampak yang diberikan media sosial pada remaja yang bisa menyebabkan terjadinya
cyberbullying. Para remaja saat ini dituntut untuk bisa menguasai teknologi agar tidak tertinggal.
Hal tersebut sangatlah bagus, namun dibalik itu semua terdapat dampak negatif, seperti
munculnya cyberbullying. Penggunaan media sosial yang berlebihan dan menyimpang dapat
menyebabkan terjadinya cyberbullying. Pada sejatinya cyberbullying sama dengan traditional
bullying, namun cyberbullying berpusat pada dunia maya atau media sosial. Penulis dari literatur
– literatur yang kami baca melakukan penelitiannya di Indonesia dan Thailand.

Bisa dilihat bagian desain penelitian dan Teknik analisis pada jurnal jurnal Metode/desain
pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang
dikumpulkan dan ditanyakan dalam bentuk kata kata dan gambar. Metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1989:3). Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif, karena ingin memperoleh informasi selengkap mungkin tentang
cyberbullying yang terjadi dikalangan remaja dengan penggalian informasi menggunakan
wawancara mendalam atau indept interview. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan fenomenologis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam atau indept
interview. Hal tersebut digunakan agar informasi yang diperoleh mengenai dapat lebih terperinci.
Informan dapat menceritakan semua informasi yang diketahui dengan secara jelas dan lengkap
sehingga mendapatkan jawaban yang akurat dan unik, dengan melakukan wawancara mendalam
atau indepth interview. Selain itu, menurut spardley 1979 dala (Denzin Dan LincoIn, 2009:508)
untuk mengukuhkan hubungan antara manusia dengan responden dan hasrat untuk memahami
lebih dari sekedar menjelaskan.

Teknik Analisis Data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis transkrip, reduksi
data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Pertama mentranskrip semua data, yang
diperoleh saat melakukan wawancara mendalam, studi literaturdan dokumentasi atau potret yang
didapat. Kedua melakukan reduksi data atau mapping. Ketiga penyajian data, saat melakukan
reduksi data, data yang diperoleh mulai dianalisis dan memberikan hasil wawancara dilapangan.
Keempat mengambil kesimpulan/verivikasi data yang merupakan proses terakhir dari data yang
telah diperoleh.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik pengambilan bola
salju (snowball), alasan pengambilan informan dengan snow ball karena dalam penelitian ini
belum banyak mengetahui populasi informan yang menerima cyberbullying dan peneliti hanya
mendapatkan satu informan kunci. Informan memiliki usia dibawah 18 tahun, dan penelitian ini
dilakukan di surabaya. Jumlah informan yang sesuai dengan kriteria sebanyak empat informan.
Tiga informan adalah perempuan dan satu informan laki-laki.

Temuan penelitian pada jurnal. Penulis menyajikan data berupa narasi dari hasil
penelitian yang dilakukan berupa wawancara dari empat informan dan studi pustaka dari jurnal
terdahulu. Empat informan yaitu RR, AG, AC, MG intensitas mereka yang menggunakan dunia
maya minimal sehari 6 jam dan alat yang digunakan adalah handphone. Intensitas dan motif ini
merupakan kebiasaan (habitus) yang dilakukan oleh para remaja dalam kehidupan sehari-hari.
Habitus atau kebiasaan remaja ini terbentuk karena lamanya siswa tersebut dalam kehidupan
dunia maya. Lingkungan digunakan sebagai tempat untuk melindungi atau meningkatkan posisi
mereka untuk mendapatkan pengakuan. Lingkungan di sekitar mereka yang membuat mereka
membuat account media sosial. Selain itu, lingkungan juga dapat membentuk karakter seseorang
setelah habitus.

Menurut Bourdieu ada empat jenis modal yang dapat mendukung seseorang agar dapat
bertahan pada suatu lingkungan. Keempat jenis modal tersebut yaitu modal ekonomi, modal
kultural, modal sosial, dan modal simbolik. Menurut keempat informan yang telah diwawancarai
cyberbullying adalah mengolok-olok di dunia maya dan mengambil alih account atau bisa
disebut dibajak. Respon dan dampak yang diperlihatkan oleh keempat informan tersebut
merupakan hasil dari kekerasan simbolik, yang menyerang langsung pada psikis atau mental
seseorang. Selain tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib keempat informan juga tidak
menceritakan kejadian tersebut ke orang tua mereka. Alasannya karena hanya masalah sepele
dan tidak perlu orang tua tahu, karena jika mereka tahu masalah akan menjadi semakin besar.

Menurut Olweus (1999), Bullying biasanya terjadi sebagai bentuk agresif, perilaku yang
disengaja di mana dilakukan oleh kelompok atau individu, berulang kali terjadi, terhadap korban
yang tidak dapat dengan mudah membela dirinya yang didasarkan pada ketidakseimbangan
kekuasaan dan juga dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan yang sistematis
(Smith, 2014; Rigby, 2002; Rusdi et al., 2021). Berdasarkan literatur yang telah dibaca,
ditemukan inkonsistensi atau argumen yang bertentangan diantaranya seperti data yang ada di
negara-negara barat, telah dilaporkan bahwa lebih dari 25% remaja pernah mengalami cyber
bullying (Chang et al, 2013; Rusdi et al., 2021). Remaja terpengaruh secara signifikan, dan
dilaporkan bahwa hal itu dapat menyebabkan ketidaksesuaian dengan kehidupan sekolah dan
depresi. Juga telah dilaporkan bahwa mereka dapat melakukan bunuh diri lebih mudah dan
sering daripada orang dewasa (Hinduja, 2010; Rusdi et al., 2021). Secara umum diketahui bahwa
remaja berada dalam masa badai dan stres, yang menyebabkan perubahan fisik, emosi dan
perilaku.

Berdasarkan sumber literatur, terdapat satu hal yang perlu menjadi fokus pembahasan
lebih lanjut lagi yaitu alasan dari para korban bullying yang tidak mau melaporkan kasusnya
terhadap pihak berwenang. Menurut Sartana dan Nelia Afriyani dalam penelitiannya
sebagaimana yang telah dikutip Farah Fauzia (2018), sebagian besar korban sekitar 30%
mengabaikan kejadian tersebut. Total 71 responden atau sekitar 27% yang menjawab kembali.
Ada 35 responden atau sekitar 13% yang memberi tahu teman, 33 responden atau sekitar 13%
memberi tahu orang tua, sedangkan 21 responden atau sekitar 8% memberi tahu guru. Hanya
sebagian kecil, 3% diabaikan, 2% melapor polisi, 2% marah, dan 1% diam saja. Ketika diminta
untuk membandingkan pelecehan di dunia maya dan dunia nyata, 126 responden atau sekitar
73% menyatakan dampak pelecehan virtual lebih serius. Anak-anak lebih suka menceritakan
kepada temannya daripada memberitahu orang tua mereka, jika mereka memberi tahu orang tua
mereka, mereka takut masalahnya akan menjadi lebih besar dan serius.
DAFTAR PUSTAKA

AULIA, A. A. (2019). HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU


CYBERBULLYING DI SMAN 12 PEKANBARU (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU).

FAUZIA, F. (2019). Cyberbullying Behaviors and Impact to Adolescence in Indonesia. Journal


of Asian Review of Public Affairs and Policy, 3(4).

Sumardiana, B., Wicaksono, S. S., & Ramada, D. P. SOCIAL RESPONSE OF LEGAL


PREVENTION FOR CYBERBULLYING TO CHILDREN (A COMPARATIVE STUDIES ON
CYBERBULLYING TO CHILDREN OF INDONESIA AND THAILAND).

Anda mungkin juga menyukai