Anda di halaman 1dari 3

Kolestrol HDL berfungsi mengangkut kembali kolestrol yang menyebar sel-sel tubuh

tersebut ke organ hati. Fungsi lemak baik ini sangat vital dalam menunjang kinjerja tubuh anda
karena HDL dapat menyerap , menghancurkan dan mengeluarkan kolestrol jahat dari organ hati
melalui proses buang air.40 mg/dl adalah angka kadar HDL yang ideal untuk dimiliki kaum
pria, sedangkan untuk wanita adalah minimal 50 mg/dl.

Sedangkan kolestrol LDL yang disebut kadar lemak jahat berfungsi untuk mengangkut
lemak dari organ hati ke berbagai sel-sel tubuh yang dianggap membutuhkan. Kolestrol LDL
ini tetap harus berada didalam tubuh untuk kelangsungan kebutuhan nutrisi tubuh dan proses
pengangkutan lemak dalam tubuh. Kadar LDL didalam darah harus berkisar di angka 100 - 120
mg/dl.

Jika kolestrol LDL berada diatas 120 mg/dl, inilah yang menyebabkan masalah pada
tubuh sehingga menyebabkan penyakit kolestrol tinggi. Apabila angka LDL berada 130-160
mg/dl, maka sebaiknya anda segera untuk mendapatkan pertolongan medis yang lebih
lanjut.Dari kedua jenis kolestrol, tentu saja LDL yang dapat menimbulkan masalah bagi
kesehatan tubuh anda karena dapat menyebabkan penyakit kolestrol tinggi. Kolestrol LDL
membentuk lapisan di dinding dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah menjadi
sempit dan sel-sel darah sulit mengalir.

Jika kolestrol LDL berada diatas 240 mg/dl, inilah yang sering kali menyebabkan sakit
berat muncul seperti stroke, diabetes, hipertensi, hingga penyakit jantung. Kolestrol LDL akan
menyumbat arteri koroner, sehingga jantung hanya mendapatkan terlalu sedikit darah dan
oksigen. Hal ini bisa membuat jantung menjadi lemah dan rusak.

Jika plak pecah, maka gumpalan darah dapat terbentuk diatas penumpukkan sehingga
menghambat aliran darah lebih jauh lagi bahkan dapat mengalir ke arteri dibagian tubuh lain.
Jika sumbatannya menghalangi aliran darah jantung, maka anda dapat terkena penyakit jantung
koroner, jika sumbatannya menghalangi aliran darah ke otak maka akan terjadi stroke.

Kolestrol LDL yang berlebih tidak langsung menunjukkan efeknya karena


kerusakannya biasa terakumulasi selama bertahun-tahum bahkan puluhan tahun baru
menunjukkan gejalanya. Sebagai contoh kalau terkena penyakit kolestrol pada usia 30 tahun,
efeknya bisa saja baru muncul ketika berusia sekitar 50-60 tahun. Alangkah lebih bijaknya jika
mulai mengurangi makanan gorengan dan mengandung banyak minyak dan berolahraga yang
cukup.

Penyakit berat seperti stroke, diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung yang
diakibatkan oleh kolestrol LDL sering kali menyebabkan kerugian ekonomi yang besar
sehingga keluarga harus menjual aset dan mencari pinjaman demi membiayai kesembuhan
penderita.

Gejala kolesterol tinggi yang umumnya kerap keluar adalah terdapatnya benjolan
berwarna merah, atau yang biasa disebut bersama dengan nama xanthomas. Selain itu, tanda-
tanda kolesterol tinggi yang lainnya adalah kesemutan, rasa sakit terhadap persendian dan
mengalami pusing atau migrain yang kerap kambuh. Namun, terhadap beberapa masalah
kolesterol tidak menunjukkan tanda-tanda yang spesifik. Kolesterol pada tubuh manusia
menyebar ke seluruh bagian-bagian tubuh, seperti kulit, otot, saraf, otak, sampai ke anggota
jantung.
Dalam situasi normal, seseorang punyai takaran kolesterol sebanyak 160-200 mg,
namun kolesterol dapat dikatakan berada di dalam fase yang berbahaya jikalau melebihi 240
mg, dikarenakan dapat mengakibatkan orang tersebut terkena stroke.

Hiperkolestrolemia adalah salah satu kondisi yang paling umum ditemui dalam profesi
medis. Ini tetap menjadi salah satu faktor risiko kardiovaskular kunci yang dapat dimodifikasi
dan telah ada kemajuan terbaru dalam metode stratifikasi risiko dan pilihan pengobatan yang
tersedia. Dalam ulasan ini, kami memberikan latar belakang hiperkolesterolemia untuk non-
spesialis dan mempertimbangkan manfaat dari berbagai alat penilaian risiko yang tersedia.
Hiperkolesterolemia adalah salah satu faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi untuk
penyakit kardiovaskular aterosklerotik (CVD), masalah kesehatan global (Soran, et all. 2018).

Penyebab paling umum dari hiperkolesterolemia adalah kelebihan produksi VLDL yang
menyebabkan peningkatan LDL. Varian polimorfik dalam gen tertentu dapat memengaruhi
produksi atau pembersihan lipoprotein dengan adanya kelebihan nutrisi relatif terhadap
pengeluaran energi. Jika mekanisme konversi VLDL ke LDL tidak dikompromikan, LDL-C
saja akan dinaikkan, terutama demikian dengan varian gen yang terkait dengan katabolisme
LDL yang berkurang. VLDL (trigliserida) juga akan meningkat jika varian gen menghambat
konversi VLDL ke LDL. Risiko CVD yang terkait dengan LDL-C meningkat ketika TG juga
dinaikkan. Jika kerabat pasien dengan peningkatan gabungan kolesterol LDL dan trigliserida
diskrining, beberapa akan mengalami hipertrigliseridemia, beberapa meningkatkan LDL saja,
yang lain peningkatan gabungan sementara beberapa akan memiliki lipid yang relatif normal,
tergantung pada kombinasi karakteristik poligenik tertentu yang masing-masing memiliki
mewarisi. Ini disebut hiperlipidemia gabungan familial (FCH). Seringkali hipertrigliseridemia
dikaitkan dengan obesitas sentral, dengan menyebabkan resistensi insulin, bertanggung jawab
atas pengelompokannya dengan faktor risiko lain seperti kadar HDL yang rendah, tekanan
darah tinggi (BP) dan disglikemia yang dimanifestasikan oleh diabetes tipe 2 yang jelas
(T2DM). atau prediabetes. Risiko CVD meningkat pada periode prodromal ini, seringkali
bertahun-tahun sebelum diabetes berkembang. Sindrom metabolik (MetS) sering didefinisikan
sebagai koeksistensi tiga atau lebih dari yang berikut: lingkar pinggang> 102 cm pada pria
atau> 88 cm pada wanita, trigliserida puasa ≥ 1,7 mmol / l (150 mg / dl), kolesterol HDL < 1,0
mmol / l (39 mg / dl) pada pria dan 1,3 mmol / l (50 mg / dl) pada wanita, TD ≥ 130/85 mm Hg
dan / atau glukosa puasa ≥ 5,6 mmol / l (101 mg / dl) atau penggunaan obat untuk hiperglikemia.
Konsep sindrom metabolik mengenali pengelompokan faktor risiko CVD. Hiperlipidemia yang
terkait dengan T2DM sebelumnya digambarkan sebagai sekunder, tetapi sekarang jelas bahwa
diabetes tipe 2 harus dilihat sebagai bagian dari sindrom dislipidaemia. Jelas ada tumpang tindih
antara FCH, sindrom metabolik dan T2DM (Soran, et all. 2018).

Penyakit arteri koroner, bentuk paling umum dari penyakit jantung, disebabkan oleh
akumulasi kolesterol di intimae dan dinding arteri. Itu membunuh lebih banyak dari 370.000
orang setiap tahun. Itu tergantung waktu antara karena itu tergantung pada efek kumulatif kadar
racun kolesterol dalam pembuluh darah. Tingkat kolesterol akumulasi dalam arteri cukup cepat
untuk membuat yang dapat dibuktikan tingkat kerusakan arteri bahkan pada remaja, dan ada
prevalensi koroner yang substansial penyakit arteri di usia paruh baya (sekitar 6% pria dan
wanita). Prevalensi tiga kali lipat untuk pria (20%) dan ganda untuk wanita (10%) pada mereka
yang berusia antara 60 dan 80 tahun dan naik menjadi 32 dan 19% untuk pria dan wanita,
masing-masing, untuk mereka yang berusia 0,80 tahun (Nathan, 2017).
Diabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal.
Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan
berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien
dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes
yang tidak terkonrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar
kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih padat dengan
ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk
kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi
karena lebih bersifat aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah
membentuk plak).
Risiko tinggi untuk mendapatkan PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan stroke erat
berhubungan dengan kadar kolesterol yang tinggi, terlebih mereka yang memiliki faktor risiko
lebih dari dua seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus (kencing manis),
merokok, obesitas (kegemukan) dan seseorang yang memiliki faktor bawaan. Mereka yang
berada dikelompok berisiko tinggi ini harus memperhatikan atau memperbaiki pola hidup
sehari-hari, sehingga dianjurkan untuk diet rendah lemak, berolah raga cukup, menjaga berat
badan yang seimbang dan berhenti merokok. Seseorang dengan kadar kolesterol tinggi memang
kurang merasakan gangguan.

Sekitar 80% dari kolesterol di dalam tubuh diproduksi oleh tubuh sendiri.Ada sebagian
orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkanyang lain, hal ini disebabkan
karena faktor keturunan. Meskipun hanyamengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol
atau lemak jenuh sedikit, namun tubuh tetap saja memproduksi kolesterol dalam jumalah
banyak dan menyebabkan penyakit hiperkolesterolemia.

Anda mungkin juga menyukai