Anda di halaman 1dari 2

Esai Kontribusiku Bagi Indonesia

Saya merupakan salah satu penerima beasiswa bidikmisi S1 tahun 2012, yakni sebuah bantuan
biaya pendidikan bagi mahasiswa yang berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu tetapi
memiliki potensi akademik. Sebagai penerima bidikmisi, saya memanfaatkan kesempatan belajar
dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari bahwa otak bukanlah satu-satunya hal penting yang
harus diutamakan. Kita juga perlu mengasah hati agar peka sosial dan peduli terhadap
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, selain mengikuti kegiatan akademik, saya juga aktif dalam
beberapa organisasi. Di antaranya adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hayamwuruk
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) sebagai Sekretaris Umum dan di Keluarga Mahasiswa Sastra
Indonesia (KMSI) sebagai Sekretaris Departemen Penelitian dan Pengembangan. Pada tahun
berikutnya, yakni 2015, saya diberikan amanah menjadi Pemimpin Umum LPM Hayamwuruk
FIB Undip.

Bersama dengan teman-teman, kami mengadakan kegiatan yang tidak hanya menjadikan
mahasiswa sebagai sasaran, tetapi juga masyarakat. Kegiatan sosial tersebut menjadi sarana
belajar bagi saya untuk mengaplikasikan ilmu dan mengasah kepribadian agar tidak canggung
saat berbaur dengan masyarakat.

Beberapa kegiatan sosial yang saya gelar bersama teman-teman adalah Bakti Sosial dan Buka
Bersama dengan anak-anak Yayasan Islam Hamdan, Sendang Mulyo, Semarang. Kegiatan
tersebut dilaksanakan pada bulan Ramadhan 1436 H/ Juli 2015 M. Dalam acara itu kami tidak
hanya menyalurkan sumbangan yang telah dikumpulkan, tetapi kami juga mengajak anak-anak
untuk mengembangkan diri dengan permainan dan lomba. Sebelum tiba waktu berbuka puasa
kami mengadakan lomba mewarnai, kaligrafi, hafalan surat pendek, dan cerdas cermat yang
diikuti oleh anak-anak Yayasan Islam Hamdan.

Selain bakti sosial, saya juga pernah turut serta menjadi koordinator dalam acara Lomba TPQ
(Taman Pendidikan Quran) se-Kecamatan Tembalang, Semarang. Ada tiga cabang lomba yang
kami adakan, yakni lomba hafalan surat pendek, cerdas cermat dan mewarnai. Kegiatan yang
diadakan pada bulan November 2015 lau terbilang sukses, karena kami dapat mencapai target
jumlah peserta. Lomba TPQ ini bertujuan untuk mengasah bakat anak-anak sejak dini dan
menghasilkan bibit-bibit generasi muda yang prestatif sekaligus religius.
Tidak hanya ketika di kampus, saya juga berusaha untuk berguna bagi masyakarat di sekitar
lingkungan tempat tinggal. Saya dan seorang teman berhasil menghidupkan kembali sebuah
kelompok pengajian Al-Barzanji putri bernama “Sabilun Najah” di desa saya, Medono, Kota
Pekalongan. Jamaah Barzanji putri tersebut sempat vakum sejak tahun 2014 yang lalu. Dengan
jumlah lebih dari anggota 30 orang, saya juga menginisiasi untuk pembentukan pengurus baru
agar kelompok ini tetap berjalan dan tidak terhenti lagi.

Sebagai lulusan Sastra Indonesia khususnya peminatan filologi, saya menaruh perhatian lebih
terhadap naskah kuno atau karya sastra lama. Naskah (manuscript) menjadi salah satu warisan
nenek moyang yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari generasi saat ini. Naskah yang
ditulis tangan pada kulit kayu, bambu, lontar, dan kertas tidak mampu bertahan lama. Oleh
karena itu, diperlukan perawatan dan pemeliharaan naskah untuk tetap menjaga dan
melestarikannya. Cara lain untuk mencegah kemusnahan naskah kuno adalah dengan mengkaji
isinya, sehingga isi naskah kuno dapat terselamatkan dan dipelajari oleh generasi selanjutnya.

Peristiwa bersejarah dan kronologi perkembangan masyarakat yang tertuang di dalam naskah
kuno dapat menjadi bahan rekontruksi untuk memahami situasi dan kondisi yang ada pada masa
kini dan akan ditemukan interpretasi baru yang relevan dengan nilai-pembangunan masa kini.
Hasil kajian juga perlu untuk diinformasikan kepada masyarakat luas guna menghindari
etnosentrisme dan stereotipe yang berlebihan serta prasangka sosial yang buruk.

Sayangnya penelitian terhadap naskah kuno di Indonesia belum terlalu populer. Semakin hari
semakin banyak naskah di Nusantara yang kondisinya lapuk dan tidak terawat. Menyadari
kenyataan yang ironis ini, saya memiliki tekad bulat untuk mempelajari dan menggalakkan
penyelamatan naskah kuno di Indonesia. Sekarang ini kita membutuhkan keseriusan dalam
mencari dan mengkaji naskah kuno. Alangkah baiknya bila tugas ini tidak hanya diemban oleh
lembaga-lembaga yang berkewajiban seperti badan penelitian dan pengembangan, tetapi juga
kesadaran masyarakat untuk turut membantu.

Ilmu dan pengetahuan yang saya dapatkan ketika menempuh pendidikan master dapat membantu
saya mewujudkan mimpi untuk memberikan sumbangsih dalam dunia pernaskahan baik sebagai
peneliti maupun pendidik. Sebuah mimpi besar saya adalah naskah kuno di Nusantara dapat
terkumpul dalam lembaga-lembaga resmi pemerintah serta dapat dikaji dan dipublikasikan
secara luas, sehingga kita tak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mengetahui jati diri.

Anda mungkin juga menyukai