Anda di halaman 1dari 6

MINI RISET PERUBAHAN SOSIAL DI PESANTREN TINGGI QUR’AN

MAQDIS BANDUNG
“Perubahan Sistem Pesantren dan Dampak pada Perilaku Santri”

Dosen Pengampu : Dr. Acep Aripudin

Disusun oleh:
Siti Haditsa Tien Jammaliah 1194030130

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
Masyarakat selalu bergerak, berkembang, dan berubah. Dinamika
masyarakat ini terjadi karena faktor internal masyarakat itu sendiri, bahkan bisa
juga karena faktor eksternal masyarakat. Tidak ada masyarakat yang tidak
mengalami perubahan, walaupun dalam taraf yang paling kecil sekalipun,
masyarakat akan selalu berubah. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang
kecil sampai pada taraf perubahan yang sangat besar yang mampu memberikan
pengaruh yang besar pula bagi aktivitas atau perilaku manusia.
Membahas mengenai perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi
setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang
diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu, untuk dapat
mengetahuinya harus diketahui dengan cermat meski terus berubah. Proses
perubahan masyarakat pada dasarnya merupakan perubahan pola perilaku
kehidupan dari seluruh norma-norma sosial yang baru secara seimbang, adanya
progres/kemajuan dan berkesinambungan. Pola-pola kehidupan masyarakat lama
yang dianggap sudah usang dan tidak relevan lagi akan diganti dengan pola-pola
kehidupan baru yang tidak sesuai dengan kebutuhan sekarang dan masa yang akan
datang.
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan
pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. Jadi, berbagai perubahan
dalam lembaga-lembaga masyarakat yang bisa memengaruhi sistem sosialnya
seperti nilai-nilai, sikap, dan pola tingkah laku antar kelompok di dalam
masyarakat, itu semua bisa dikatakan sebagai konsep dari perubahan sosial.
Adakalanya perubahan hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya,
tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem. Sistem sebagai
keseluruhan tetap utuh, tak terjadi perubahan menyeluruh atas unsur-unsurnya
meski didalamnya terjad perubahan sedikit demi sedikit. Terdapat empat faktor
yang menyebabkan perubahan sosial:

1. Karena adanya proses inovation/pembaruan.


2. Invention: penemuan teknologi di bidang industri, mesin dan sterusnya.
3. Adaptation: adaptasi yaitu suatu proses meniru suatu kultur, gaya yang
ada di masyarakat lain.
4. Adopsim: ikut dalam poenggunaan penemuan teknologi.

Dari keempat faktor tersebut melingkupi berbagai kehidupan, baik di


bidang ekonomi, kebudayaan, nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi,
lembaga kemasyarakatan dan lain sebagainya. Misalnya ada penemuan di bidang
teknologi berpengaruh kepada bidang perekonomian, kemudian adaptation
terjadi karena adanya nilai-nilai baru, kultur baru maupun gaya baru dari
masyarakat, yang ditiru oleh suatu kelompok masyarakat.
Perubahan sosial ini juga terjadi di lingkup Pesantren Tinggi Qur’an
Maqdis Bandung. PTQ Maqdis merupakan salah satu pesantren Qur’an di
bandung yang masih mengembangkan dan mencari sistem seperti apa yang cocok
diterapkan di kondisi latar belakang santri yang heterogen. Setiap tahunnya
pengurus pesantren melakukan perbaikan dan pembaharuan sistem guna
memperbaiki pola pembelajaran dan pola penghafalan Qur’an yang terbaik
sehingga nantinya meningkatklan kualitas lulusan pesantren. Pesantren sendiri
mempunyai visi besar yakni mencetak ulama pemersatu umat, untuk itu
pembaruan harus senantiasa dilakukan.
Sebelum adanya perubahan dari pihak pesantren, para santri terbiasa
dengan pola pembelajaran yang santai dan tidak adanya targetan waktu
penyelesaian hafalan sehingga para santri berada di zona nyaman dan tidak
membuat dirinya berprogres. Selain itu adanya kecemburuan sosial antara santri
takhosus dan santri mahasiswa. Santri mahasiswa yang diperbolehkan keluar-
masuk asrama dan memegang alat komunikasi untuk kebutuhan kampus membuat
santri takhosus berkeinginan juga memiliki kebebasan untuk keluar-masuk asrama
dan memegang alat komunikasi. Oleh karena itu, santri takhosus banyak yang
terbawa oleh santri mahasiswa dalam segi perilaku sehingga mereka lebih sering
keluar dan membuat setoran hafalan menjadi tersendar.
Setelah tahun ajaran baru terjadi invention dalam sistem pengurusan,
kurikulum pembelajaran, dan program santri mahasiswa ditiadakan dan pesantren
hanya menerima santri takhosus. Perubahan tersebut termasuk kepada perubahan
nilai dan normayang dahulunya biasa saja menjadi lebih ketat dan ditambah
adanya sistem baru yang membuat santri tidak memiliki waktu yang sia-sia
sehingga menyebabkan tersendatnya setoran hafalan. santri. Adanya perubahan
yang cepat ini membuat para santri kesulitan beradaptasi dan menyebabkan
perubahan perilaku dan sikap dari para santri, ada yang menerima secara positif
dan terdapat pula santri yang menerima perubahan ini dengan negatif.
Dalam menghadapi sikap santri yang menganggap perubahan sistem ini
secara negatif pihak pengurus pesantren memberitahukan latar belakang adanya
perubahan sistem tersebut dengan baik dan bijaksana. Bahwasanya perubahan
sistem adalah untuk kebaikan para santri itu sendiri bukan untuk mengekang dan
membuat santri tertekan. Tentu perlu waktu yang lama untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma yang baru dan sistem yang baru, tetapi lambat laun para
santri bisa beradaptasi dan semakin berprogres.
Meski demikian karena masih banyak santri angkatan lama yang tersendat
setoran hafalannya, membuat sistem angkatan lama berbeda dengan angkatan
yang baru.Yakni sistem angkatan baru dalam masalah setoran dan selesai hafalan
ditargetkan serempak satu angkatan dan tidak saling mendahului karena sudah
terprogram yakni 10 juz dalam waktu 8 bulan. Sedang angkatan lama, siapa yang
bisa cepat setorannya maka lebih dulu khatam. Tetapi dalam sistem kurikulum
pembelajaran dan pola hafalan tetap sama antara angkatan lama dan angkatan baru.
Ini membuktikan bahwa perubahan adakalanya hanya merubah sebagai tanpa
merubah unsur lain meski didalamnya terjadi perubahan sedikit demi sedikit.
Meski demikian masih ada permasalahan yang terkadang muncul karena
gagalnya proses adaptasi sistem yang baru. Terkadang masih ada santri yang tidak
mematuhi kebijakan yang baru dan melakukan kegiatan dengan sesuai
kehendaknya, tentu saja ini membuat tidak berjalannya sistem baru yang ada dan
dapat menimbulkan permasalah lain yang lebih kompleks.
Kemudian analisa selanjutnya adanya perubahan sosial oleh kemajuan
teknologi dalam sistem di pesantren. Seluruh kegiatan pesantren di publikasikan
di media sosial guna menyokong kegiatan dakwa pesantren di masyarakat. Setiap
harinya santri bergiliran untuk melakukan kultum keagamaan kemudian di siarkan
secara langsung di media sosial. Kondisi ini merupakan hal yang baru bagi para
santri, mereka harus menyiapkan materi kultum dan berbicara di depan umum.
Yang pada awalnya santri hanya melakukan kegiatan menghafal dan setoran lalu
dihadapkan dengan keadaan yang menekan dan merubah pola perilaku mereka.
Ada beberapa alasan mengapa publikasi di media sosial menjadi penting
bagi pesantren, diantaranya:
a) Upaya jalan dakwah Islamiyyah
b) Upaya membagi informasi yang dianggap penting kepada anggota komunitas
sosial lainnya.
c) Menunjukan posisi atau keberpihakan khalayak terhadap sebuah isu atau
informasi yang disebarkan
d) Konten yang disebarkan merupakan sarana untuk menambah informasi atau
data baru lainnya sehingga konten menjadi semakin lengkap (crowdsourching)
e) Langkah-langkah strategis menjaga dan mengkader generasi-generasi muda
agar siap dan matang menghadapi serangan negatif dari media internet .
Perubahan yang terjadi di PTQ Maqdis ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntunan umat dan permasalahan dunia yang semakin kompleks.
Perubahan dalam sistem pengurus, kurikulum pembelajaran serta digitalisasi
seluruh kegiatan pesantren adalah untuk kebaikan orang banyak dan kepentingan
umat.
Untuk menjelaskan lebih lanjut proses perubahan itu, PTQ Maqdis telah
memenuhi 4 fungsi dasar sistem sosial, agar PTQ Maqdis dapat hidup
berkembang. Fungsi dasar ini oleh Parsons diistilahkan dengan functional
prerequisite atau pra sejarah fungsional, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi penyesuaian Diri


PTQ Maqdis telah berkemampuan terus menerus untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan (adaptation).Fungsi adaptasi ini dijabarkan melalui berbagai
perubahan sistem untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang sesuai
dengan tuntutan lingkungan.

2. Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment)


PTQ Maqdis telah memiliki suatu alat atau instrumen untuk memobilisasi sumber
daya yang ada supaya tujuan dari pesantren dapat tercapai. penjabaran fungsi ini
yaitu adanya sistempesantren, serta sistem penyatuan person dan wewenang
masing-masing unsur pengurus pesantren.

3. Fungsi Integrasi
PTQ Maqdis telah berkemampuan mempertahankan koordinasi internal dari
bagian-bagian (sub-subsistemnya), serta membangun cara-cara untuk
mempertahankan kesatuannya (integrasi).
4. Fungsi Pemeliharaan Pola Keseimbangan (Pattern Maintenance)
PTQ Maqdis telah mampu mempertahankan dirinya sedapat mungkin dalam
keadaan yang seimbang. Dalam kehidupan masyarakat, fungsi ini dilakukan
dengan adanya sistem kontrak sosial. penetapan normanorma, serta sistem hukum.
Sebagai contoh dapat dilihat pada perubahan dari sistem pesantren dari mulai
pembelejaran, kurikulum dan program.
Demikian adalah analisis perubahan sosial yang terjadi di ruang lingkup
Pesantren Tinggi Qur’an Maqdis Bandung. Dapat disimpulkan bahwa perubahaan
adalah sebuah keniscayaan masyarakat termasuk pesantren, Terjadinya perubahan
itu adalah (Martono, 2012)untuk senatiasa menuju sebuah kondisi sosial yang
lebih baik dan mempunyai nilai dan norma yang sesuai dengan apa yang menjadi
visi misi pesantren.
Referensi
Amran, A. (2012). Dakwah dan Perubahan Sosial. HIKMAH Vol. VI, No. 01, 7.
Budijarto, A. (2018). Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Nilai-Nilai Yang
Tergandung Dalam Pancasila. Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 34.
Goa, L. (n.d.). Perubahan Sosial Dalam Kehidupan Bermasyarakat. 3.
Iqra, F. (2020). Dakwah Media Sosial. Taushiyah Vol. 15 No. 2 .
Kasnawi, P. D., & Asang, P. (n.d.). Konsep dan Pendekatan Perubahan Sosial.
Modul 1.
Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial "Perspektif Klasik, Modern,
Posmomodern, dan Poskolonial". Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada .
Rosana, E. (2011). Modernisasi dan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIs Vol. 7 No. 12,
4.
Sarkawi, D. (2016). Perubahan Sosial dan Budaya Akibat Media Sosial. Jurnal
Administrasi Kantor Vol.4, No.2, 31.
Shodiq, M. (2018). Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Nilai-nilai Yang
Terkandung Dalam Pancasila. Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 34.
Zakiyah, D. N. (2012). Perubahan Sosial di Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu
Kabupaten Tasikmalaya . Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai