Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : Pengelolaan Pusat Sumber Belajar

CRITICAL BOOK REPORT


TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu : Prof. Dr.Muhammad Badiran, M.Pd

OLEH:
Boby Waldani (8186122005)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNyalah kami mempunyai kekuatan untuk dapat menuangkan pikiran serta
merumuskannya kedalam satu critical book report teori belajar dan pembelajaran.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan dari critical book report ini adalah sebagai
pemenuhan tugas mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang ditugaskan sebagai tugas
individu. Untuk itu, penulis berharap makalah ini dapat dibaca apa adanya sesuai dengan
perspektif masyarakat. Critical book report yang penulis sajikan ini berisi tentang critical
book report teori belajar dan pembelajaran.

Penulis sadar critical book report ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, baik dalam hal substansi maupun penyajiannya. Untuk itu segala kritik, saran
dan pendapat yang membangun dari semua pihak terkhusus dari bapak dosen mata kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran, kami terima dengan senang hati dan dengan penuh
keterbukaan untuk penyempurnaan critical book report kedepannya.

Medan, Desember 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Dalam pembuatan critical book report, kita harus mengetahui mengetahui isi suatu
buku atau kelebihan buku tersebut kita harus melakukan critical book report, dimana kita
membandingkanbuku yang satu dengan yang lain agar membuat kita lebih memahami isi
buku tersebut dan teori belajar mana yang mudah untuk diterapkan. Dan dalam penulisan
critical book report kita akan lebih tahu buku mana yang cocok untuk dipakai.

B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan critical book report ini adalah:
1. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu buku.
2. Untuk mengetahui buku mana yang akan dipakai disaat menggunakan teori belajar
tertentu
3. Menambah wawasan dalam materi teori belajar dan pembelajaran.

C. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan critical book report bagi mahasiswa/i adalah:
1. Sebagai motivasi dalam teknik pembuatan critical book report
2. Sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah atau critical book.

3
BAB II
ISI BUKU

Nama Buku : Teori-teori Belajar dan Pembelajaran


Nama Pengarang : Prof. Dr. Ratna Willis Dahar, Msc
Nama Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : 2006
Halaman : 178 halaman

1. MENGAPA BELAJAR
A. Defenisi Belajar

Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

1) Perubahan tingkah laku

Belajar menyangkutperubahan dalam suatu organisme. Hal ini berarti bahwa belajar
membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisme itu
berperilaku pada waktu 1 dengan cara organisme itu berperilaku pada waktu 2 dalam suasana
yang serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda waktu itu, kita dapat
berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar.

4
2) Perilaku terbuka

Belajar yang kita simpulkan terjadi bila perilaku hewan-hewan, termasuk manusia,
berubah. Perilaku menyangkut aksi atau tindakan, aksi-aksi otot atau aksi-aksi kelenjar, dan
gabungan kedua macam aksi itu. Hal yang menjadi perhatian utama ialah perilaku verbal
manusia sebab dari tindakan-tindakan menulis daan berbicara manusia, dapat kitatentukan
apakah perubahan-perubahan dalam perilaku telah terjadi. Perubahan dari “ba-ba” menjadi
bapak, dari se ko lah menjadi penulis.

3) Belajar dan pengalaman

Belajar ialah “sebagai suatu hasil pengalaman”. Istilah pengalaman membatasi macam-
macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar. Batasan ini penting dan
sulit untuk didefinisikan. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan penyebab-
penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman.

4) Belajar dan kematangan

Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kematangan terjadi bila perilaku itu
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang berlangsung dalam proses pertumbuhan dan
pengembangan organisme-organisme secara fisiologis. Berjalan dan berbicara berkembang
dalam manusia pada umumnya lebih abnyak disebabkan oleh kematangan ini daripada oleh
belajar. Suatu btingkat kematangan tertentu merupakan prasyarat belajar berbicara, walaupun
pengalaman dengan orang dewasa yang berbicara dibutuhkan untuk membantu kesiapan yang
dibawa oleh kematangan.

B. Bentuk-bentuk Belajar
Gagne (1984) mengembangkan ada lima bentuk belajar, yaitu :
1) Belajar responden

Belajar responden adalah suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah
dikenal. Contoh belajar responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli
psikologi Rusia yang terkenal, Ivan Pavlov.

Seekor anjing diberi serbuk daging dan ketika anjing itu memakannya, keluar air liurnya.
Sebuk daging disebut stimulus tak terkondisi (unciditioned-stimulus-US) dan tindakan
mengeluarkan air liur disebut respon tak terkondisi (unconditioned response-UR). Tejadi
respon terhadap stimulus ini tidak merupakan belajar, tetapi terjadi secara instingtif.

Sekarang lampu kita hidupkan ditempat anjing itu. Menghidupka lampu mempunyai efek
yang minimal terhadap keluar air liurnya anjing itu. Kemudian, kita nyalakan lampu tepat
sebelum memberikan serbuk daging itu pada anjing (US). Jika hal ini kita lakukan beberapa
kali, kemudian pada suatu percobaan, tanpa memberikan serbuk daging, kita lihat timbulnya
respons mengeluarkan air liur. Cahaya, yang sebelumnya merupakan stimulus yang netral,

5
sekarang menjadi stimulus terkondisi (conditioned stimulus-US) dan respon yang
ditimbulkan disebut respons terkondisi (conditioned response-CR).

2) Belajar kontiguitas

Beberapa teoritikus belajar mengemukakan bahwa pemasangan kejadian sederhana itu


(kejadian apapun) dapat mengahsilkan belajar. Tidak diperlukan hubunagn stimulus tak
terkondisi-respons. Asosiasi dekat sederhana antara suatu stimulus dan suatu respon dapat
mengahsilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan belajar kontinguitas
sederhanandapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang belum lengkap seperti berikut:

Sembilan kali sembilan ....................................................................................

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di ...................................................

3) Belajar Operant

Belajar sebagaiakibat penguatan merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan
dalam teknologi modifikasi perilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant sebab
perilaku yang diinginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara naluriah oleh
stimulus apapun, saat organisme “beroperasi” terhadap lingkungan. Berbeda dengan belajar
responden, perilaku operant tidak memiliki stimulus fisiologis yang dikenal. Perilaku operant
tidak “dikeluarkan”, tetapi “dipancarkan” , dan konsekuensi atas perilaku itu bagi organisme
merupakan variabel yang penting dalam belajar operant. Perilaku akan diperkuat bila
akibatnya berupa suatu yang terkuatkan. Perilaku mengalami penguatan
mempunyaikecendurungan untuk meningkatkan dalam hal frekuensi, besarnya, atatu
probabilitas terjadinya.

4) Belajar Observasional

Bentuk belajar observasional banyak kita jumpai dalam dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalaha belajar mengendarai mobil, kita akan mengamatis seorang instruktur
untuk mengetahui urutan tindakan-tindakan yang dibutuhkan misalnyamenghidupkan,
kemudan menjalankam mobil. Demikian pula, jika seseorangmulai bermain volli, ia berusaha
meniru temannya yang terkenal sebagai pemain ulung dalam melemparkan bola.

5) Belajar kognitif

Beberapa ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa pada konsepsi-konsepsi


tentang belajar yang telah dikenal, tidak satupun yang mempersoalkan proses kognitif yang
terjadi selama belajar. Proses semacam itu menyangkut antar lain berpikir menggunkan
logika deduktif dan induktif.

2. TEORI, MENGAPA DIBUTUHKAN?


A. Kebutuhan Akan Teori

6
Snelbecker (1974) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting
melainkan juga vital bagi psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang serta
dapat memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu bidang itu. Sekarang kita
menyadari bahwa ilmu apapun untuk dapat berkembang, harus dilandasi teori.

1) Perubahan yang tidak ada hentinya

Bila kita membaca sejarah sains, kemajuan-kemajuan dalam sains telah dicapai karena
para ilmuwan mau menyusun gagasan-gagasan dalam bentuk teori dan emminta orang lain
menilai teori-teori yang telah mereka susun itu. Teori lama menimbulkan teori-teori baru dan
teori-teori baru menyebabkan dilakukannya eksprimen, kemudian eksprimen-eksprimen
menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Walaupun ada kalanya hal yang
dihasilkan kurang menggenparkan dan teori-teori yang disusun tida selalu secar jelas ditnjang
oleh kenyataan empiris, pernyataan-pernyataan teoritis inilah yang lebih emmpunyai dampak
daraipada fakta-fakta yang terpisah-pisah, terlepas dari penelitian yang dilaksanakan.

2) Fungsi-fungsi teori
a. Membuat penemuan-penemuan menjadi sistematis
b. Melahirkan hipotesis
c. Membuat prediksi
d. Memberi penjelasan
B. Defenisi Beberapa Istilah

Snelbecker (1974), untuk defenisis istilah-istilah itu sebenarnay belum ada persetujuan
secara universal diantara para ahli filsafat sains. Untuk keperluan buka ini, akan diberikan
hanya satu defenisi untuk setiap istilah itu.

1. Teori

Dalam penggunaan secara umum, teori-teori berarti sejumlah proposisi yang terintegrasi
secara sintaktik (artinya kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat
menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada
data yang diamati), serta yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-
peristiwa yang diamati. (Snelbecker, 1974)

2. Hipotesis

Suatu hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang hubungan yang diduga antara
variabel-variabel. Tidak seperti teori, hipotesis tidak perlu menyangkut dan juga tidak perlu
merupakan hasil suatu sistem yang tersusun dari proposisi-proposisi, hipotesi itu hanya
menyatakan bahwa suatu observasi mendatang akan emmpunyai suatu bentuk tertentu.

3. Model

Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan


bagaimana sebaiknya meneruskan penelitian empiris tentang suatu masalah. Jadi, model ialah
suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan sekarang

7
diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berfikit dalam bidang lain, biasanya
dalam bidang yang belum bagitu berkembang. (Marx, 1976).

4. Hukum dan prinsip

Suatu hukum merupakan pernyataan entang suatu hubungan antara variabel-variabel dan
kemungkinan terjadinya hubungan ini begitu tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa varabel-
variabel ini sangat saling bergantung (Snelbecker, 1974).

Suatu prinsip merupakan suatu pernyataan tentang hubungan-hubungan yang dapat


dikatakan mempunyai dasar empiris, tetapi belum dapat disebut suatu hukum karena belum
dapat dianggap mendasar atau belum cukup mantap. Banyak penulis psikologi dan
pendidikan menggunakan istilah hukum dan prinsip saling bergantian (Snelbecker, 1974).

C. Kontruksi Teori
1. Kontruksi teori secara deduktif

Teoretikus deduktif bekerja dari atas kebawah. Ia membangun suatu teori yang
kelihatannya logis dengan dasar apriori. Kemudian teori itu diuji melalui eksprimen-
eksprimen yang sifatnya ditentukan oleh teori tersebut.

2. Kontruksi teori sacara induktif

Menurut cara ini, teori menjadi generalisasi fakta empiris. Teoritikus induktif bekerja
dati bahwa keatas, menyusun sistem-sistem (dapat disebut teori-teori mini) yang
memperhasilkan hasil-hasil penelitian ayng telah berkali-kali diuji.

3. Keadaan sekarang

Bila seseorang merasa bahwa dalam fsikologi ada fakta-fakta tetentu yang sudah mantap
sekali dipahami dan sudah ada fakta-fakta tertentu yang sudah mantap sekali dipahami dan
sudah ada cukup pemahaman tentang bekerjanya proses-proses dasar psikologi, penggunaan
metode deduktif dibenarkan. Sebaliknya, bila seseorang kurang yakin akan nilai-nilai ilmiah
data psikologi yang ada, metode induktiflah yang lebih baik.

D. Verifikasi Teori-teori
1. Secara sintaks
2. Secara semantik

3. TEORI-TEORI BELAJAR
Teori Belajar Perilaku
A. Evolusi Teori Perilaku
1. Ivan pavlov : Calassical Conditioning

8
Dalam tahun-tahun terakhir abad ke-19 dan tahun-tahun permulaan abad ke 20, Pavlov
dan kawan-kawan mempelajari proses pencernaan dalam anjing (dalam Bab 2 hal ini
dikemukakan). Selama penelitian mereka, para ahli ini memperhatikan perubahan dalam
waktu dan kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eksprimen ini Pavlov dan akawan-
kawannya menunujukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini
disangka refleksif dan tidak dapat dikendalaikan seperti pengeluaran air liur.

2. E.L. Thorndike : Hukum Pengaruh

Hasil studi Pavlov merangsang para peneliti di Amerika serikat, seperti E.L. Thorndike
(Hilgard and Bower, 1966). Dalam studi Thorndike terdahulu, ia memandang perilaku
sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan (perhatikan kesesuaian
dengan Pavlov). Pandangan ini, yaitu bahwa stimulus dapat mengeluarkan respons,
merupakan titik tolak teori stimulus-respons atau teori S-R yang dikenalm sekarang. Seperti
para ahli teori perilaku sebelumnya, Thorndike menghubungkan perilaku pada refleks fisik.

3. B.F. skinner : Operant Conditioning

Eksprimen Skinner dipusatkan pada penempatan subjek-subjek dalam situasi yang


terkontrol dan mengamati perubahan-perubahan dalam perilaku subjek-subjek itu yang
dihasilkan dengan mengubah secara sistematis konsekuensi-konsekuensi perilaku subjek
tersebut.

B. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Perilaku


1. Konsekuensi-konsekuensi

Konsekuensi yang menyenangkan pada umunya disebut reinforser, sedangkan


konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman. Reinforser dapat dibagi 2
golongan, yaitu : primer dan sekunder.

2. Kesegaran (Immnediacy) Konsekuensi

Prinsip kesegaran konsekuensi ini penting artinya dalam kelas. Khususnya bagi murid-
murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera setelah anak itu melakukan suatu
pekerjaan dengan baik, dapat menjadi suatu reinforser yang lebih kuat daripada angka yang
diberikan kemudian. Konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi
perilaku daripada konsekuensi yang lambat datangnya.

3. Pembentukan

Istilah pembentukan digunakan dalam teori belajar perilaku saat mengajarkan


keterampilan baru atau perilaku dengan memberikan reinforcement pada para siswa dalam
mendekati perilaku akhir yang diinginkan.

C. Teori Belajar Perilaku

9
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh
seseorang melalui perilakunya. Dalam pandangan belajar sosial, “manusia itu tidak didorong
oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungam.
Namun, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari
determinan pribadi dan determinan lingkungan” (bandura, 1977: 11-12).

Konsep-konsep utama teori belajar sosial adalah :

1) Pemodelan (Modelling)
Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut Skinner memberikan penekanan
pada efek konsekuensi terhadap perilaku dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan,
yaitu meniru perilaku orang lain dan pengelaman “vicarious”, yaitu belajar dari
keberhasilan dan kegagalan orang lain. Ia merasa bahwa sebagian besar belajar yang
dialami manusi tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu
belajar dari suatu model.
2) Fase Belajar
Menurut bandura (1977), ada 4 fase belajar melalui model, yaitu :
 Fase perhatian
 Fase retensi
 Fase reproduksi
 Fase motivasi
3) Belajar Vicarious
Jika orang yang belajar dengan melihat orang diberi reinfocement atau dihukum waktu
terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”.
4) Pengaturan Sendiri
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunay sendiri,
memeprtimbangkan perilaku itu terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian
memberi reinforcement atau hukuman pad dirnya sendiri.
D. Kekuatan dan kelemaham Teori-teori Perilaku

Teori-teori belajar dan kognitif kerap kali dikemukakan sebagai teori-teori yang bersaing
dan bertentangan. Sebenarnya, lebih baik melihat kedua macam teori ini sebagai teori-teori
yang menanggapi masalah-masalah yang berbeda, jadi lebih bersifat komplementer daripada
bersaing.

Teori Belajar Kognitif

Teori Pemrosesan-Informasi

1) Suatu model pemrosesan informasi


Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai kumpulan kotak yang
dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu menggambarkan fungsi-sungsi atau
keadaan sistem, dan garis-garis menggambarkan tranformasi yang terjadi dari suatu
keadaan ke keadaan yang lain.
2) Contoh Pemrosesan Informasi

10
Contohnya adalah pada mata pelajaran sains, seorang guru SMP bertanya pada seorang
siswa yang bernama Hadi: “Bagaimana rumus massa jenis?” Hadi menjawab: “tidak tahu
Pak”. Pada waktu yang sama Hadi sudah mempunyai harapan bahwa ia akan memberika
perhatian pada pelajaran ayng akan diberikan. Guru itu kemudian berkata: “Rumus
massa jenis ialah massa/volume”. Telinga Hadi menerima pesan ini bersama dengan
suara-suara lainnya, misalnya percakapan teman-temannya dan suara kendaraan dijalan.

4. PENYAJIAN PENGETAHUAN
A. Proposisi

Proposisi merupakan unit dasra informasi dalam sistem pemrosesan informasi manusia.
Proposis dapat disamakan dengan gagasan, contoh:

a. Tumbuhan
b. Tumbuhan memerlukan air
1) Hubungan dan argumen proposisi

Suatu proposisi selalu terdiaria ats 2 unsur: suatu hubungan dan sekumpulan argumen.
Argumen merupakan topik proposisi yang dapat berupa kata benda atau kata ganti (kadang-
kadang dapat berupa kata kerja atau kata sifat). Hubungan suatu proposisi dapat berupa kata
kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Misalnya dalam proposisi yang dinyatakan oleh
:ahmadbelajar”. Ahmad ialah topik (argumen) dan belajar ialah yang membatasi topik
(hubungan).

2) Dalam bentuk Lingkaran-panah

Suatu propisisi yang terdiri atas suatu relasi dan satua atu lebih argumen dapatdinyatakan
atau digambarkan dengan bentuk lingkaran-panah. Bentuk semacam Proposisi ini lebih
berguna kalau akan menggambarkan kaitan antara beberapa propisisi daripada jika
digambarkan bentuk daftar. Panah mengarah pada setiap unsur proposisi. Setiap panah diberi
nama untuk menyatakan peranan unsur itu dalam proposisi tertentu.

3) Jaringan Proposisi

Keterkaitan antara unit-unit informasi ini merupakan aspek yang penting dari inteligensi,
penting juga untuk mempunyai cara menggambarkannya. Salah satu cara ialah dengan
jaringan proposisi yang merupakan himpunan proposisi yang saling berkaitan. Setiap dua
proposisi yang memiliki bersama satu unsur, saling terkait melalui unsur itu.

B. Pengetahuan Deklaratif dan Prosedural

Proposisi digunakan untuk menyajikan pengetahuan deklaratif, sedangkan pengetahuan


prosedural disajikan oleh produksi.

C. Produksi

11
Prouksi memprogram terjadinya aksi-aksi tertentubpada kondisi tertentu.
1. Aturan kondisi aksi
Produksi merupakan aturan-aturan kondisi-aksi. Artinya produksi memprogram
terjadinya aksi-aksi tertentu pada kondisi-kondisi tertentu.
2. Sistem produksi
Produksi-produksi itu mencoba menyajiakn sejumlah perbuatan, misalnya memuji
seorang angk, menentuka suatu segi tiga. Proposisi dikaitkan melalui gagasan-gagasan
yang dimiliki bersama, sedangkan produksi dikaitkan melalui arus kontrol.
D. Gambaram Mental
Gambaran mental digunakan dalam memori kerja untuk memanipulasi informasi spasial,
yaitu informasi yang menyangkut ruang.
E. Ekonomi Penyajian
Pengetahuan itu disajikan dalam bentuk-bentuk yang mengurangi beban pada memori
kerja. Jaringan proposisi mengurangi beban dengan tersedianya pengetahuan yang
berhubungan. Dengan demikian, bila kita memikirkan gagasan-gagasan tetentu, gagasan-
gagasan yang berhubungan dengan mudah timbul dalam pikiran.

5. BELAJAR PENGETAHAUN DEKLARATIF DAN PROSEDURAL


A. Perolehan Pengetahuan Baru Deklaratif
1) Tingkat Aktivitas dalam Jaringan Proposisi

Anderson (1982) berpendapat bahwa proporsi mempunyai berbagai tingkatan aktivitas.


Pada suatu waktu sebagaian besar proporsi itu tidak aktif. Sebagian kecil proporsi yang aktif
pada waktu-waktu tertentu adalah bagian yang pada waktu itu kita pikirkan. Memori kerja
merupaka wadah yang didalamnya pengetahuan baru ditambahkan pada pengetahuan lama.

2) Beberapa prinsip tentang perolehan pengetahuan deklaratif

Pengetahuan deklaratif baru diperoleh bila suatu proposisi baru disimpan bersama
proposisi yang berhubungan dalam jaringan proposisi.

3) Pemanggilan dan konstruksi pengetahuan deklaratif

Suatu proses pemanggilan biasanya dimulai bila seseorang bertanya pada kita atau bila
kita membaca suatu pertanyaan. Dapat juga suatu pemanggilan dimulai oleh pertanyaan yang
datang dari kita sendiri, misalnay waktu kita memecahkan amsalah dan membutuhkan
informasi yang sudah disimpan sebelumnya. Bila pertanyaan itu datang dari sumber luar,
pertanyaan itu harus diubah dahulu menjadi proposisi, yaitu media penyajian internal.

Pemanggilan dan konstruksi pengetahuan deklaratif keduanya bergantung pada


penyebaran aktivasi. Dalam pemanggilan, aktivasi menyebar dari perangsang ke proposisi
yang akan dipanggil. Dalam konstruksi, aktivasi menyebar dari perangsang ke informasi yang
berhubungan dan proposisi logis beroperasi terhadap informasi ini untuk menghasilkan
jawaban.

12
4) Elaborasi pengetahuan deklaratif

Elaborasi ialah proses penambahan pengetahuan yang berhubungan dengan informasi


yang sedang dipelajari. Elaborasi memperlancar pemanggilan dengan dua cara, pertama,
elaborasi menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar, kedua,
menyediakan informasi tambahan yang berguna untuk mengonstruksi jawaban.

5) Organisasi pengetahuan deklaratif

Organisasi ialah proses pembagian himpunan informasi menjadi sub-sub himpunan dan
penentuan hubungan antara sub-sub himpunan itu. Menurut Reitman dan Rueter (1980),
manusia mengorganisasi informasi secara spontan.

a. Efek organisasi terhadap menghafal


Organisasi sangat menolong pengingatan informasi. baik informasi berupa daftar
berisi kata-kata benda, cerita-cerita, teks pelajaran, maupun data menunjukkan banyak
keuntungan organisasi.
b. Mekanisme organisasi
Organisasi dapat mempengaruhi menghafal dengan berbagai cara.Organisasi dapat
menahan penyebaran aktivasi dalam daerah memori jangka panjang yang relevan dan
organisasi dapat menyediakan sumber perangsang pemanggilan untuk mencari lebih
lanjut dalam memori.
6) Pertolongan elaborasi dan organisasi dalam pembelajaran

Elaborasi dan organisasi bisa memperlancar belajar dan menghafal, sudah sewajarnya
kedua proses ini harus ditingkatkan dalam mengajar.

B. Belajar Pengetahuan Prosedural


1) Prosedur dan pengenalan pola dan urutan aksi
Prosedur pengenalan pola mendasari kemampuan untuk mengenal dan
mengklasifikasikan pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur urutan aksi
mendasari kamampuan untuk melakukan urutan operasi terhadap simbol-simbol.
2) Perolehan prosedur penegnalan-pola
3) Perolehan prosedur-prosedur urutan-aksi
4) Strategi mengajarkan pengetahuan prosedural

6. BELAJAR KONSEP
A. Mengapa Belajar Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu
pembangunan berfikir. Konsepe merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus
mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkann pada konsep-
konsep yang diperolehnya.

13
B. Defenisi dan Berbagai Macam Konsep
Konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus. Menurut
Flavell (1970) konsep-konsep dapat berbeda menjadi 7 dimensi yaitu :
 Atribut
 Struktur
- Konsep konjungtif
- Konsep disjungtif
- Konsep relasional
 Keabstrakan
 Keinklusifan
 Generalitas atau keumuman
 Ketepatan
 Kekuatan
C. Perolehan Konsep
menurut Ausubel (1968), konsep diperoleh dnegan 2 cara, yaitu pembentukan konsep
dan asimilasi konsep.
D. Penjelasan Teoretis tentang Belajar Konsep
Pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep dalam
sifat konsep dan bagaimana konsep itu disajikan dalam struktur kognitif. Ada 2
pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan kognitif.
E. Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier (1977) ada 4 yaitu:
1) Tingkat konkret
2) Tingkat identitas
3) Tingkat klasifikasi
4) Tingkat formal
F. Menentukan Konsep yang Akan Diajarkan
Pengetahuan guru tentang perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa akan
menyediakan informasi tambahan, bukan hanya untuk menentukan konsep yang diajarkan,
melainkan juga untuk menentukan tingkat-tingkat yang dapat kita harapkan dicapai oleh para
siswa.
G. Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran hendaknya dibuat secara tertulis. Hal ini dilakukan agar guru
dapat menilai diri sendiri selama melaksanakan pembelajaran. Atas dasar penilaian itu guru
dapat mengadakan koreksi atas hasil kerjanya, dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugas
sebagai guru dan pendidik makin lama makin menngkat.

7. JEROME BTUNER: BELAJAR PENEMUAN


A. Bruner dan Teorinya
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah ekektik. Penelitiannya yang demikian
banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajari
manusia, ia mengannggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusai dnegan informasi yang

14
diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diterimanya dan
apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman
yang memberikan kemampuan padanya.
1) Empat tema tentang pendidikan
 Struktur pengetahuan
 Kesiapan belajar
 Nilai intuisi
 Motivasi atau keinginan

2) Model dan kategori


Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada 2 asumsi (Rosser:1984). Asumsi
pertama adalah perolehan pengetahuan nerupakan suatu proses interaktif, asumsi kedua
adalah orang mengonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk
dengan informasi yang disimpan yang diperoeh sebelumnya suatu model alammenurut dia.
Model Bruner ini sangan mendekati struktur kognitif Ausubel.
3) Balajar sebagai proses kognitif
Menurut Bruner, terdapat 3 proses yang berlangsung hampir bersamaan:
 Memperoleh informasi baru
 Transformasi informasi
 Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
Tiga sistem keterampilan yang digunakan oleh hampir semua orang dewasa untuk
menyatakan kemapuan-kemampuannya:
 Cara enaktif
 Cara ikonik
 Cara simbolis
4) Belajar penemuan
Salah satu model intruksional kognitif yang sangan berpengaruh ialah model dari Jerome
Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Belajar bermakna dengan arti sempit diberikan diatas merupakan satu-satunay
macam belajar yang mendapat perhatian Bruner.
B. Teori Instruksi Bruner
Menurut Bruner, sesuai teori instruksi (Bruner, 1966) hendaknya meliputi:
 Pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar
 Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
 Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
 Bentuk dan pemberian reinforcement
1) Pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
2) Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
3) Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
4) Bentuk dan pemberian reinforcement
C. Menerapkan Mengajar Penemuan

15
1) Metode dan tujuan
Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang
dapat melatih kemampuan intelektual para siswa serta menrangsang keingintahuan mereka
dan memotivasi kemampaun mereka.
2) Peranan guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru antar lain sebagai berikut:
 Guru merencanakan pelajaran demikain rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
maslah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
 Guru menyajikan materi pelajaran yang duperlukaan sebagai dasa bagi para siswa
untuk memecahkan masalah.
 Guru juga harus memperhatikan 3 cara penyajian yang telah dibahas tedahulu.
 Bila siswa memecahkan maslaah secara teoritis guru berperan sebgai pembimbing
atau tutor.
 Menilai hasil belajar marupakan suatu masalah dalam belajar pen

8. DAVID AUSUBEL: BELAJAR BERMAKNA


A. Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel, belajar dapat dklasifikasikan kedalam dua dimensi, yaitu dimensi
pertama ialah berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kogniitf ialah
fakta, konsep, dan geberalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
1) Belajar Bermakna
Inti teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 19680. Bagi Ausubel
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep
yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitifseseorang.
2) Belajar Hafalan
Bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengaismilassikan pengetahuan baru pada
konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
3) Subsumsi-subsumsi Obileratif
Selama belajar bermakna berlangsung, informasi baru terkait pada konsep-konsep dalam
struktur kognitif.
4) Variabel yanag Mempengaruhi Belajar penerimaan Bermakna
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963)
ialah struktur kogniitf yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu.
B. Menerapkan Teori
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapka teori Ausubel:
1) Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para siswa kemateri yang akan mereka pelajari dan
menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat
digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.
2) Diferensiasi progresif

16
Diferensiasi progresif yaitu proses penyusunan konsep dengan cara mengajarkan konsep
kurang inklusif kemudian konsep kurang inklusif, dan terakhir adalah hal-hal yang paling
khusus.
3) Penyesuaian integratif
Untuk mencapai penyesuaian intergratif, materi pelajaran hendaknya disusun demikian
rupa sehingga kita menggerakkan hierarki-hierarki konseptual “ke atas dan ke bawah” selama
informasi disajikan.
4) Belajar superordinat
Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

9. PETA KONSEP DAN VEE-HEURUSTIKA


A. Peta Konsep
Peta konsep dikembangkan untuk menggali kedalam struktur kognitif pelajar dan untuk
mengetahui baik bagi pelajar maupun guru, melihat apa yang telah diketahui pelajar.
B. Vee-Heurustika Gowin
Gowin (dalam Novak 1985:55) mula-mula mengembangajan suatu pendekatan untuk
menolong para mahasiswa memahami masalah dalam mengungkapkan pengetahuan pada
suatu disiplin ilmu.

10. MODEL PEMBELAJARAN GAGNE


A. Hasil Belajar Menurut Gagne
5 kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar menurut Gagne: keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal dan keteramilan motorik.
1) Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya
dengan penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.
2) Strategi kognitif
Strategi kognitif merupakan keteranpilan khusus yang mempunyai kepentingan tertentu
bagi belajar dan bermakna.

Berbagai macam strategi kognitif:


 Strategi menghafal
 Strategi elaborasi
 Strategi pengaturan
 Strategi metakognitif
 Strategi afektif
3) Informasi Verbal
Informasi verbal disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi.
4) Sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian atau makhluk kejadian-kejadian atau makhluk
hidup lainnya.
5) Keterampilan Motorik

17
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik tetapi juga kegiatan motorik
yang digabung dengan keterampilan intelektual
B. Kejadian Belajar
Fase-fase dalam suatu tindakan belajar :
1) Fase motivasi
2) Fase pengenalan
3) Fase perolehan
4) Fase retensifase
5) Fase pemanggilan
6) Fase generalisasi
7) Fase penampilan
8) Fase umpan balik
C. Kejadian Intruksional
Bukan hanya guru yang dapat mmbereikan instruksi, namun kejadian-kejadian
belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan, belajar diluar kelas, maupun
belajar dalam kelas.
Kejadian-kejadian intruksi adalah:
 Mengaktifkan motivasi
 Memberi tahu tentang tujuan belajar
 Mengarahka perhatian
 Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau.
 Menyediakan bimbingan belajar
 Melancarkan retensi
 Membantu transfer belajar
 Memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik

11. PIAGET DAN TEORINYA


A. Empirime, Rasionalisme, dan Teori Piaget
1) Empirime dan rasionalisme
Para penganut empirisme berpendapat bahwa sesunggguhnya pengetahuan bersumber
dari luar individu dan pengetahuan itu diinternalisasikan oleh indra-indara. Sedangkan
para penganut rasionalisme tidak menolak pentingnya pengalaman-pengalaman indra,
tetapi mereka mempertahankan bahwa penalaran lebih penting daripada pengalaman
indra sebab penalaran membuat kita tahu dengan penuh keyakinan akan banyak
kebenaran yang tidak dapat dicapai oleh pengalaman-pengalaman indra.
2) Munculnya teori Piaget
Teori Piaget muncul karena keberatannya terhadap baik empirisme maupun rasionalisme,
dan menurutnya, teorinya merupakan suatu sintesis keduanya.
3) Hasil pekerjaan Piaget
a. Ia berpendapat bahwa pertanyaan-pertanyaan epistemologi harus dijawab secara
ilmiah daripada secara spekulasi filosofi.
b. Ia merumuskan konstruktivisme sebagai suatu hipotesis.
B. Perkembangan Intelektual

18
1) Struktur
Struktur yang terbentuk ialah memudahkan individu dalam meghadapi tuntutan-tuntutan
yang makin meningkat dan lingkungannya.
2) Isi
Isi adalah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya
terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3) Fungsi
Perkembangan intelektual didasarkan pada 2 fungsi yaitu: organisasi dan adaptasi

C. Tingkat Perkembangan Intelektual


1) Tingkat sensori-motor
2) Tingkat pra-operasional
3) Tingkat operasional konkret
4) Tingkat operasional formal
D. Faktor-fakror yang menunjang Perkembangan Intelektual
1) Kedewasaan
2) Pengalaman fisik
3) Pengalaman logika-matematika
4) Transmisi sosial
5) Pengaturan sendiri
E. Pengetahuan Fisik, Logika Matematika, dan Sosial
1) Pengetahuan fisik dan pengetahuan logika-matematika
2) Pengetahuan sosial

12. KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN


A. Pengetahuan Konteruktivisme dalam Pendidikan
Perbedaan persepsi Piaget dengan perspektif konstruktivisme baru:
 Piaget memfokuskan pada general logical capabilities, sedangkan perspektif baru
menekankan domain specific knowledge structures.
 Penelitian Piaget meliputi knstruksi pengetahuan personal melalui interaksi individual
dengan lingkungan, sedangkan perspektif baru mengikutsertakan juga proses sosial
dalam konstruksi pengetahuan.
B. Konsepsi
1) Miskonsepsi, status, dan sifat
2) Tebentuknya miskonsepsi

C. Proses Perubaha Konseptual


1) Ada beberapa alternatif
2) Proses terjadinay perubahan konseptual
D. Perubahan Konseptual dalam kelas
1) Model Driver
2) Model Lawson
3) Model Glasson
E. Konstruktivisme dan Kurikulum

19
1) Perubahan konseptual dan tingkat sekolah
2) Peranan materi ajar
3) Peranan guru dan siswa

13. TIGA SIKLUS BELAJAR LAWSON


A. Perkembangan Siklus Belajar
1) Miskonsepsi dan pola penalaran
2) Proses peruahan konseptual

B. Pembelajaran dan Siklus Belajar


1) Fase-fase siklus belajar
 Fase eksplorasi
 Fase pengenalan istilah
 Fase aplikasi konsep
C. Tiga Macam Siklus Belajar
1) Siklus belajar deskriptif
2) Siklus belajar empiris-induktif
3) Siklus belajar hipotesis-deduktif
D. Teori Belajar Lawson
1) Postulat-postulat yang melandasi teori
2) Kesimpulan

20
BAB III
PEMBAHASAN
(Teori-teori Belajar dan Pembelajaran oleh Prof. Dr. Ratna Willis dahar, Msc)

A. Keunggulan Buku
Kelebihan-kelebihan dari buku ini adalah pertama dalam buku ini dijelaskan sebelum
memulai kepokok pembahasan (teori belajar dan pembelajaran) dijelaskan pengertian belajar
dan mengapa belajar dengan hal ini kita akan memahami seluk beluk belajar sebelum
mempelajari ke teori belajar dan pembelajaran tersebut sehingga ini akan mempermudah kita
untuk mempelajarinya.
Kedua, pembahasan mengenai teori-teori belajar perilaku dibuku ini lebih lengkap
karena masih dilengkapi dengan prinsip-pronsip teori-teori belajar perilaku, teori belajar
sosial, dan kekuatan dan kelemahan teori-teori perilaku sehingga mempermudah kita untuk
mempelajari mengenai teori-teori belajar perilaku.
Ketiga, pembahasan mengenai penyajian pengetahuan, belajar pengetahuan deklaratif
prosedural, dan belajar konsep juga dijelaskan dalam buku ini sehingga memudahkan kita
untuk memahamipembahasan tersebut.
Keempat, dibuku ini juga dijelaskan mengenai Jerome Bruner, David Ausubel, Gagne,
Piaget sehingga mempermudah kita untuk mengenali para tokoh-tokoh teori belajar tersebut
beserta teori-teori yang diterapkannya.
Kelima, dan terakhir juga dijelaskan mengenai konstruktivisme dalam pendidikan dan
siklus belajar lawson, jadi jika kita ingin mempelajarinya bisa dibaca dibuku ini.

B. Kelemahan Buku
Kelemahan-kelemahan buku ini adalah pertama, dibuku ini tidak semua tokoh-tokoh
teori belajar dijelaskan sehingga untuk mengetahui siapa-siapa saja tokoh-tokoh teori belajar
masih bingung dan teori belajar humanistik tidak ada dijelaskan dalam buku ini jadi jika ingin
mengetahui teori belajar humanistik bisa dipelajari dalam buku teori belajar dan
pembelajaran karangan Abdul Hamid K.
Kedua, pembahasan mengenai teori belajar dan perbedaan antara teori belajar dengan
teori pembalajaran lebih lengkap dalam buku Abdul Hamid K, karena dibuku yang satu lagi
masih kurang lengkap.
Ketiga, dalam buku ini teori pembelajarannya masih kurang jadi jika ingin mempelajari
teori pembelajaran secara mendalam bisa membaca buku karangan Abdul hamid K.
Keempat, untuk mempelajari mengenai hasi pembelajaran kita bisa membaca buku
karangan Abdul Hamid K, karena dibuku yang satu lagi mengenai hasil belajar tidak
dikemukakan dan taksonomi hassil belajar juga tidak ada.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jika kita ingin mempelajari tentang teori-teori belajar perilaku, prinsip-prinsip teori-
teori belajar perilaku, teori belajar sosial, kekuatan dan kelemahan teori-teori perilaku
kita bisa membaca buku karangan Prof. Dr. Ratna WillisDahar, Msc.
2. Jika kita ingin mempelajari lebih mendalam mengenai para tokoh-tokoh teori belajar
Jerome Bruner, David Ausubel, dan Piaget kita bisa mempelajarinya dibuku karangan
Prof. Dr. Ratna WillisDahar, Msc.
3. Dalam buku karangan Prof. Dr. Ratna Willis Dahar, Msc dijelaskan mengenai
konstruktivisme dalam pendidikan, tiga siklus belajar Lawson, peta konsep kita
bisamempelajarinya.
4. Tapi jika ingin memepelajari siapa-siapa saja tokoh-tokoh teori belajar dan
pembelajaran secara lengkap kita bisa membaca dalam buku karangan Abdul Hamid K
karena disitu lengkap siapa saja tokohnya beserta pembagian teori belajar.
5. Jikalau kita ingin mengetahui perbedaan antara teori belajar dengan teori pembelajaran
kita bisa membacanya dalam buku karangan Abdul Hamid K dan dibuku tersebut juga
dijelaskan mengenai teori pembelajaran sehingga memudahkan kita mempelajari teori
pembelajaran tersebut.

B. Saran
Dalam pembuatan critical book report hal mendasar yang harus diketahui adalah isis buku
tersebut, dan mengetahui kelebihan dan kelemahan buku tersebut. Dan diharapkan dalam
pembuatan critical book report ini berguna bagi kita semua dan dapat mengaplikasikannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratan Willis, 2006. Teori-teori Belajar dan pembelajaran. Bandung: Penerbit
Erlangga
K Abdul Hamid, 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Program Pascasarja
UNIMED.

23

Anda mungkin juga menyukai