OLEH:
Boby Waldani (8186122005)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNyalah kami mempunyai kekuatan untuk dapat menuangkan pikiran serta
merumuskannya kedalam satu critical book report teori belajar dan pembelajaran.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan dari critical book report ini adalah sebagai
pemenuhan tugas mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang ditugaskan sebagai tugas
individu. Untuk itu, penulis berharap makalah ini dapat dibaca apa adanya sesuai dengan
perspektif masyarakat. Critical book report yang penulis sajikan ini berisi tentang critical
book report teori belajar dan pembelajaran.
Penulis sadar critical book report ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, baik dalam hal substansi maupun penyajiannya. Untuk itu segala kritik, saran
dan pendapat yang membangun dari semua pihak terkhusus dari bapak dosen mata kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran, kami terima dengan senang hati dan dengan penuh
keterbukaan untuk penyempurnaan critical book report kedepannya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Dalam pembuatan critical book report, kita harus mengetahui mengetahui isi suatu
buku atau kelebihan buku tersebut kita harus melakukan critical book report, dimana kita
membandingkanbuku yang satu dengan yang lain agar membuat kita lebih memahami isi
buku tersebut dan teori belajar mana yang mudah untuk diterapkan. Dan dalam penulisan
critical book report kita akan lebih tahu buku mana yang cocok untuk dipakai.
B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan critical book report ini adalah:
1. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu buku.
2. Untuk mengetahui buku mana yang akan dipakai disaat menggunakan teori belajar
tertentu
3. Menambah wawasan dalam materi teori belajar dan pembelajaran.
C. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan critical book report bagi mahasiswa/i adalah:
1. Sebagai motivasi dalam teknik pembuatan critical book report
2. Sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah atau critical book.
3
BAB II
ISI BUKU
1. MENGAPA BELAJAR
A. Defenisi Belajar
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Belajar menyangkutperubahan dalam suatu organisme. Hal ini berarti bahwa belajar
membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisme itu
berperilaku pada waktu 1 dengan cara organisme itu berperilaku pada waktu 2 dalam suasana
yang serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda waktu itu, kita dapat
berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar.
4
2) Perilaku terbuka
Belajar yang kita simpulkan terjadi bila perilaku hewan-hewan, termasuk manusia,
berubah. Perilaku menyangkut aksi atau tindakan, aksi-aksi otot atau aksi-aksi kelenjar, dan
gabungan kedua macam aksi itu. Hal yang menjadi perhatian utama ialah perilaku verbal
manusia sebab dari tindakan-tindakan menulis daan berbicara manusia, dapat kitatentukan
apakah perubahan-perubahan dalam perilaku telah terjadi. Perubahan dari “ba-ba” menjadi
bapak, dari se ko lah menjadi penulis.
Belajar ialah “sebagai suatu hasil pengalaman”. Istilah pengalaman membatasi macam-
macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar. Batasan ini penting dan
sulit untuk didefinisikan. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan penyebab-
penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman.
Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kematangan terjadi bila perilaku itu
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang berlangsung dalam proses pertumbuhan dan
pengembangan organisme-organisme secara fisiologis. Berjalan dan berbicara berkembang
dalam manusia pada umumnya lebih abnyak disebabkan oleh kematangan ini daripada oleh
belajar. Suatu btingkat kematangan tertentu merupakan prasyarat belajar berbicara, walaupun
pengalaman dengan orang dewasa yang berbicara dibutuhkan untuk membantu kesiapan yang
dibawa oleh kematangan.
B. Bentuk-bentuk Belajar
Gagne (1984) mengembangkan ada lima bentuk belajar, yaitu :
1) Belajar responden
Belajar responden adalah suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah
dikenal. Contoh belajar responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli
psikologi Rusia yang terkenal, Ivan Pavlov.
Seekor anjing diberi serbuk daging dan ketika anjing itu memakannya, keluar air liurnya.
Sebuk daging disebut stimulus tak terkondisi (unciditioned-stimulus-US) dan tindakan
mengeluarkan air liur disebut respon tak terkondisi (unconditioned response-UR). Tejadi
respon terhadap stimulus ini tidak merupakan belajar, tetapi terjadi secara instingtif.
Sekarang lampu kita hidupkan ditempat anjing itu. Menghidupka lampu mempunyai efek
yang minimal terhadap keluar air liurnya anjing itu. Kemudian, kita nyalakan lampu tepat
sebelum memberikan serbuk daging itu pada anjing (US). Jika hal ini kita lakukan beberapa
kali, kemudian pada suatu percobaan, tanpa memberikan serbuk daging, kita lihat timbulnya
respons mengeluarkan air liur. Cahaya, yang sebelumnya merupakan stimulus yang netral,
5
sekarang menjadi stimulus terkondisi (conditioned stimulus-US) dan respon yang
ditimbulkan disebut respons terkondisi (conditioned response-CR).
2) Belajar kontiguitas
3) Belajar Operant
Belajar sebagaiakibat penguatan merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan
dalam teknologi modifikasi perilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant sebab
perilaku yang diinginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara naluriah oleh
stimulus apapun, saat organisme “beroperasi” terhadap lingkungan. Berbeda dengan belajar
responden, perilaku operant tidak memiliki stimulus fisiologis yang dikenal. Perilaku operant
tidak “dikeluarkan”, tetapi “dipancarkan” , dan konsekuensi atas perilaku itu bagi organisme
merupakan variabel yang penting dalam belajar operant. Perilaku akan diperkuat bila
akibatnya berupa suatu yang terkuatkan. Perilaku mengalami penguatan
mempunyaikecendurungan untuk meningkatkan dalam hal frekuensi, besarnya, atatu
probabilitas terjadinya.
4) Belajar Observasional
Bentuk belajar observasional banyak kita jumpai dalam dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalaha belajar mengendarai mobil, kita akan mengamatis seorang instruktur
untuk mengetahui urutan tindakan-tindakan yang dibutuhkan misalnyamenghidupkan,
kemudan menjalankam mobil. Demikian pula, jika seseorangmulai bermain volli, ia berusaha
meniru temannya yang terkenal sebagai pemain ulung dalam melemparkan bola.
5) Belajar kognitif
6
Snelbecker (1974) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting
melainkan juga vital bagi psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang serta
dapat memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu bidang itu. Sekarang kita
menyadari bahwa ilmu apapun untuk dapat berkembang, harus dilandasi teori.
Bila kita membaca sejarah sains, kemajuan-kemajuan dalam sains telah dicapai karena
para ilmuwan mau menyusun gagasan-gagasan dalam bentuk teori dan emminta orang lain
menilai teori-teori yang telah mereka susun itu. Teori lama menimbulkan teori-teori baru dan
teori-teori baru menyebabkan dilakukannya eksprimen, kemudian eksprimen-eksprimen
menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Walaupun ada kalanya hal yang
dihasilkan kurang menggenparkan dan teori-teori yang disusun tida selalu secar jelas ditnjang
oleh kenyataan empiris, pernyataan-pernyataan teoritis inilah yang lebih emmpunyai dampak
daraipada fakta-fakta yang terpisah-pisah, terlepas dari penelitian yang dilaksanakan.
2) Fungsi-fungsi teori
a. Membuat penemuan-penemuan menjadi sistematis
b. Melahirkan hipotesis
c. Membuat prediksi
d. Memberi penjelasan
B. Defenisi Beberapa Istilah
Snelbecker (1974), untuk defenisis istilah-istilah itu sebenarnay belum ada persetujuan
secara universal diantara para ahli filsafat sains. Untuk keperluan buka ini, akan diberikan
hanya satu defenisi untuk setiap istilah itu.
1. Teori
Dalam penggunaan secara umum, teori-teori berarti sejumlah proposisi yang terintegrasi
secara sintaktik (artinya kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat
menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, dan juga pada
data yang diamati), serta yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-
peristiwa yang diamati. (Snelbecker, 1974)
2. Hipotesis
Suatu hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang hubungan yang diduga antara
variabel-variabel. Tidak seperti teori, hipotesis tidak perlu menyangkut dan juga tidak perlu
merupakan hasil suatu sistem yang tersusun dari proposisi-proposisi, hipotesi itu hanya
menyatakan bahwa suatu observasi mendatang akan emmpunyai suatu bentuk tertentu.
3. Model
7
diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berfikit dalam bidang lain, biasanya
dalam bidang yang belum bagitu berkembang. (Marx, 1976).
Suatu hukum merupakan pernyataan entang suatu hubungan antara variabel-variabel dan
kemungkinan terjadinya hubungan ini begitu tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa varabel-
variabel ini sangat saling bergantung (Snelbecker, 1974).
C. Kontruksi Teori
1. Kontruksi teori secara deduktif
Teoretikus deduktif bekerja dari atas kebawah. Ia membangun suatu teori yang
kelihatannya logis dengan dasar apriori. Kemudian teori itu diuji melalui eksprimen-
eksprimen yang sifatnya ditentukan oleh teori tersebut.
Menurut cara ini, teori menjadi generalisasi fakta empiris. Teoritikus induktif bekerja
dati bahwa keatas, menyusun sistem-sistem (dapat disebut teori-teori mini) yang
memperhasilkan hasil-hasil penelitian ayng telah berkali-kali diuji.
3. Keadaan sekarang
Bila seseorang merasa bahwa dalam fsikologi ada fakta-fakta tetentu yang sudah mantap
sekali dipahami dan sudah ada fakta-fakta tertentu yang sudah mantap sekali dipahami dan
sudah ada cukup pemahaman tentang bekerjanya proses-proses dasar psikologi, penggunaan
metode deduktif dibenarkan. Sebaliknya, bila seseorang kurang yakin akan nilai-nilai ilmiah
data psikologi yang ada, metode induktiflah yang lebih baik.
D. Verifikasi Teori-teori
1. Secara sintaks
2. Secara semantik
3. TEORI-TEORI BELAJAR
Teori Belajar Perilaku
A. Evolusi Teori Perilaku
1. Ivan pavlov : Calassical Conditioning
8
Dalam tahun-tahun terakhir abad ke-19 dan tahun-tahun permulaan abad ke 20, Pavlov
dan kawan-kawan mempelajari proses pencernaan dalam anjing (dalam Bab 2 hal ini
dikemukakan). Selama penelitian mereka, para ahli ini memperhatikan perubahan dalam
waktu dan kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eksprimen ini Pavlov dan akawan-
kawannya menunujukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini
disangka refleksif dan tidak dapat dikendalaikan seperti pengeluaran air liur.
Hasil studi Pavlov merangsang para peneliti di Amerika serikat, seperti E.L. Thorndike
(Hilgard and Bower, 1966). Dalam studi Thorndike terdahulu, ia memandang perilaku
sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan (perhatikan kesesuaian
dengan Pavlov). Pandangan ini, yaitu bahwa stimulus dapat mengeluarkan respons,
merupakan titik tolak teori stimulus-respons atau teori S-R yang dikenalm sekarang. Seperti
para ahli teori perilaku sebelumnya, Thorndike menghubungkan perilaku pada refleks fisik.
Prinsip kesegaran konsekuensi ini penting artinya dalam kelas. Khususnya bagi murid-
murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera setelah anak itu melakukan suatu
pekerjaan dengan baik, dapat menjadi suatu reinforser yang lebih kuat daripada angka yang
diberikan kemudian. Konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi
perilaku daripada konsekuensi yang lambat datangnya.
3. Pembentukan
9
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh
seseorang melalui perilakunya. Dalam pandangan belajar sosial, “manusia itu tidak didorong
oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungam.
Namun, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari
determinan pribadi dan determinan lingkungan” (bandura, 1977: 11-12).
1) Pemodelan (Modelling)
Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut Skinner memberikan penekanan
pada efek konsekuensi terhadap perilaku dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan,
yaitu meniru perilaku orang lain dan pengelaman “vicarious”, yaitu belajar dari
keberhasilan dan kegagalan orang lain. Ia merasa bahwa sebagian besar belajar yang
dialami manusi tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu
belajar dari suatu model.
2) Fase Belajar
Menurut bandura (1977), ada 4 fase belajar melalui model, yaitu :
Fase perhatian
Fase retensi
Fase reproduksi
Fase motivasi
3) Belajar Vicarious
Jika orang yang belajar dengan melihat orang diberi reinfocement atau dihukum waktu
terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”.
4) Pengaturan Sendiri
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunay sendiri,
memeprtimbangkan perilaku itu terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian
memberi reinforcement atau hukuman pad dirnya sendiri.
D. Kekuatan dan kelemaham Teori-teori Perilaku
Teori-teori belajar dan kognitif kerap kali dikemukakan sebagai teori-teori yang bersaing
dan bertentangan. Sebenarnya, lebih baik melihat kedua macam teori ini sebagai teori-teori
yang menanggapi masalah-masalah yang berbeda, jadi lebih bersifat komplementer daripada
bersaing.
Teori Pemrosesan-Informasi
10
Contohnya adalah pada mata pelajaran sains, seorang guru SMP bertanya pada seorang
siswa yang bernama Hadi: “Bagaimana rumus massa jenis?” Hadi menjawab: “tidak tahu
Pak”. Pada waktu yang sama Hadi sudah mempunyai harapan bahwa ia akan memberika
perhatian pada pelajaran ayng akan diberikan. Guru itu kemudian berkata: “Rumus
massa jenis ialah massa/volume”. Telinga Hadi menerima pesan ini bersama dengan
suara-suara lainnya, misalnya percakapan teman-temannya dan suara kendaraan dijalan.
4. PENYAJIAN PENGETAHUAN
A. Proposisi
Proposisi merupakan unit dasra informasi dalam sistem pemrosesan informasi manusia.
Proposis dapat disamakan dengan gagasan, contoh:
a. Tumbuhan
b. Tumbuhan memerlukan air
1) Hubungan dan argumen proposisi
Suatu proposisi selalu terdiaria ats 2 unsur: suatu hubungan dan sekumpulan argumen.
Argumen merupakan topik proposisi yang dapat berupa kata benda atau kata ganti (kadang-
kadang dapat berupa kata kerja atau kata sifat). Hubungan suatu proposisi dapat berupa kata
kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Misalnya dalam proposisi yang dinyatakan oleh
:ahmadbelajar”. Ahmad ialah topik (argumen) dan belajar ialah yang membatasi topik
(hubungan).
Suatu propisisi yang terdiri atas suatu relasi dan satua atu lebih argumen dapatdinyatakan
atau digambarkan dengan bentuk lingkaran-panah. Bentuk semacam Proposisi ini lebih
berguna kalau akan menggambarkan kaitan antara beberapa propisisi daripada jika
digambarkan bentuk daftar. Panah mengarah pada setiap unsur proposisi. Setiap panah diberi
nama untuk menyatakan peranan unsur itu dalam proposisi tertentu.
3) Jaringan Proposisi
Keterkaitan antara unit-unit informasi ini merupakan aspek yang penting dari inteligensi,
penting juga untuk mempunyai cara menggambarkannya. Salah satu cara ialah dengan
jaringan proposisi yang merupakan himpunan proposisi yang saling berkaitan. Setiap dua
proposisi yang memiliki bersama satu unsur, saling terkait melalui unsur itu.
C. Produksi
11
Prouksi memprogram terjadinya aksi-aksi tertentubpada kondisi tertentu.
1. Aturan kondisi aksi
Produksi merupakan aturan-aturan kondisi-aksi. Artinya produksi memprogram
terjadinya aksi-aksi tertentu pada kondisi-kondisi tertentu.
2. Sistem produksi
Produksi-produksi itu mencoba menyajiakn sejumlah perbuatan, misalnya memuji
seorang angk, menentuka suatu segi tiga. Proposisi dikaitkan melalui gagasan-gagasan
yang dimiliki bersama, sedangkan produksi dikaitkan melalui arus kontrol.
D. Gambaram Mental
Gambaran mental digunakan dalam memori kerja untuk memanipulasi informasi spasial,
yaitu informasi yang menyangkut ruang.
E. Ekonomi Penyajian
Pengetahuan itu disajikan dalam bentuk-bentuk yang mengurangi beban pada memori
kerja. Jaringan proposisi mengurangi beban dengan tersedianya pengetahuan yang
berhubungan. Dengan demikian, bila kita memikirkan gagasan-gagasan tetentu, gagasan-
gagasan yang berhubungan dengan mudah timbul dalam pikiran.
Pengetahuan deklaratif baru diperoleh bila suatu proposisi baru disimpan bersama
proposisi yang berhubungan dalam jaringan proposisi.
Suatu proses pemanggilan biasanya dimulai bila seseorang bertanya pada kita atau bila
kita membaca suatu pertanyaan. Dapat juga suatu pemanggilan dimulai oleh pertanyaan yang
datang dari kita sendiri, misalnay waktu kita memecahkan amsalah dan membutuhkan
informasi yang sudah disimpan sebelumnya. Bila pertanyaan itu datang dari sumber luar,
pertanyaan itu harus diubah dahulu menjadi proposisi, yaitu media penyajian internal.
12
4) Elaborasi pengetahuan deklaratif
Organisasi ialah proses pembagian himpunan informasi menjadi sub-sub himpunan dan
penentuan hubungan antara sub-sub himpunan itu. Menurut Reitman dan Rueter (1980),
manusia mengorganisasi informasi secara spontan.
Elaborasi dan organisasi bisa memperlancar belajar dan menghafal, sudah sewajarnya
kedua proses ini harus ditingkatkan dalam mengajar.
6. BELAJAR KONSEP
A. Mengapa Belajar Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu
pembangunan berfikir. Konsepe merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus
mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkann pada konsep-
konsep yang diperolehnya.
13
B. Defenisi dan Berbagai Macam Konsep
Konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus. Menurut
Flavell (1970) konsep-konsep dapat berbeda menjadi 7 dimensi yaitu :
Atribut
Struktur
- Konsep konjungtif
- Konsep disjungtif
- Konsep relasional
Keabstrakan
Keinklusifan
Generalitas atau keumuman
Ketepatan
Kekuatan
C. Perolehan Konsep
menurut Ausubel (1968), konsep diperoleh dnegan 2 cara, yaitu pembentukan konsep
dan asimilasi konsep.
D. Penjelasan Teoretis tentang Belajar Konsep
Pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep dalam
sifat konsep dan bagaimana konsep itu disajikan dalam struktur kognitif. Ada 2
pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan kognitif.
E. Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier (1977) ada 4 yaitu:
1) Tingkat konkret
2) Tingkat identitas
3) Tingkat klasifikasi
4) Tingkat formal
F. Menentukan Konsep yang Akan Diajarkan
Pengetahuan guru tentang perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa akan
menyediakan informasi tambahan, bukan hanya untuk menentukan konsep yang diajarkan,
melainkan juga untuk menentukan tingkat-tingkat yang dapat kita harapkan dicapai oleh para
siswa.
G. Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran hendaknya dibuat secara tertulis. Hal ini dilakukan agar guru
dapat menilai diri sendiri selama melaksanakan pembelajaran. Atas dasar penilaian itu guru
dapat mengadakan koreksi atas hasil kerjanya, dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugas
sebagai guru dan pendidik makin lama makin menngkat.
14
diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diterimanya dan
apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman
yang memberikan kemampuan padanya.
1) Empat tema tentang pendidikan
Struktur pengetahuan
Kesiapan belajar
Nilai intuisi
Motivasi atau keinginan
15
1) Metode dan tujuan
Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang
dapat melatih kemampuan intelektual para siswa serta menrangsang keingintahuan mereka
dan memotivasi kemampaun mereka.
2) Peranan guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru antar lain sebagai berikut:
Guru merencanakan pelajaran demikain rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
maslah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
Guru menyajikan materi pelajaran yang duperlukaan sebagai dasa bagi para siswa
untuk memecahkan masalah.
Guru juga harus memperhatikan 3 cara penyajian yang telah dibahas tedahulu.
Bila siswa memecahkan maslaah secara teoritis guru berperan sebgai pembimbing
atau tutor.
Menilai hasil belajar marupakan suatu masalah dalam belajar pen
16
Diferensiasi progresif yaitu proses penyusunan konsep dengan cara mengajarkan konsep
kurang inklusif kemudian konsep kurang inklusif, dan terakhir adalah hal-hal yang paling
khusus.
3) Penyesuaian integratif
Untuk mencapai penyesuaian intergratif, materi pelajaran hendaknya disusun demikian
rupa sehingga kita menggerakkan hierarki-hierarki konseptual “ke atas dan ke bawah” selama
informasi disajikan.
4) Belajar superordinat
Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
17
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik tetapi juga kegiatan motorik
yang digabung dengan keterampilan intelektual
B. Kejadian Belajar
Fase-fase dalam suatu tindakan belajar :
1) Fase motivasi
2) Fase pengenalan
3) Fase perolehan
4) Fase retensifase
5) Fase pemanggilan
6) Fase generalisasi
7) Fase penampilan
8) Fase umpan balik
C. Kejadian Intruksional
Bukan hanya guru yang dapat mmbereikan instruksi, namun kejadian-kejadian
belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan, belajar diluar kelas, maupun
belajar dalam kelas.
Kejadian-kejadian intruksi adalah:
Mengaktifkan motivasi
Memberi tahu tentang tujuan belajar
Mengarahka perhatian
Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau.
Menyediakan bimbingan belajar
Melancarkan retensi
Membantu transfer belajar
Memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik
18
1) Struktur
Struktur yang terbentuk ialah memudahkan individu dalam meghadapi tuntutan-tuntutan
yang makin meningkat dan lingkungannya.
2) Isi
Isi adalah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya
terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3) Fungsi
Perkembangan intelektual didasarkan pada 2 fungsi yaitu: organisasi dan adaptasi
19
1) Perubahan konseptual dan tingkat sekolah
2) Peranan materi ajar
3) Peranan guru dan siswa
20
BAB III
PEMBAHASAN
(Teori-teori Belajar dan Pembelajaran oleh Prof. Dr. Ratna Willis dahar, Msc)
A. Keunggulan Buku
Kelebihan-kelebihan dari buku ini adalah pertama dalam buku ini dijelaskan sebelum
memulai kepokok pembahasan (teori belajar dan pembelajaran) dijelaskan pengertian belajar
dan mengapa belajar dengan hal ini kita akan memahami seluk beluk belajar sebelum
mempelajari ke teori belajar dan pembelajaran tersebut sehingga ini akan mempermudah kita
untuk mempelajarinya.
Kedua, pembahasan mengenai teori-teori belajar perilaku dibuku ini lebih lengkap
karena masih dilengkapi dengan prinsip-pronsip teori-teori belajar perilaku, teori belajar
sosial, dan kekuatan dan kelemahan teori-teori perilaku sehingga mempermudah kita untuk
mempelajari mengenai teori-teori belajar perilaku.
Ketiga, pembahasan mengenai penyajian pengetahuan, belajar pengetahuan deklaratif
prosedural, dan belajar konsep juga dijelaskan dalam buku ini sehingga memudahkan kita
untuk memahamipembahasan tersebut.
Keempat, dibuku ini juga dijelaskan mengenai Jerome Bruner, David Ausubel, Gagne,
Piaget sehingga mempermudah kita untuk mengenali para tokoh-tokoh teori belajar tersebut
beserta teori-teori yang diterapkannya.
Kelima, dan terakhir juga dijelaskan mengenai konstruktivisme dalam pendidikan dan
siklus belajar lawson, jadi jika kita ingin mempelajarinya bisa dibaca dibuku ini.
B. Kelemahan Buku
Kelemahan-kelemahan buku ini adalah pertama, dibuku ini tidak semua tokoh-tokoh
teori belajar dijelaskan sehingga untuk mengetahui siapa-siapa saja tokoh-tokoh teori belajar
masih bingung dan teori belajar humanistik tidak ada dijelaskan dalam buku ini jadi jika ingin
mengetahui teori belajar humanistik bisa dipelajari dalam buku teori belajar dan
pembelajaran karangan Abdul Hamid K.
Kedua, pembahasan mengenai teori belajar dan perbedaan antara teori belajar dengan
teori pembalajaran lebih lengkap dalam buku Abdul Hamid K, karena dibuku yang satu lagi
masih kurang lengkap.
Ketiga, dalam buku ini teori pembelajarannya masih kurang jadi jika ingin mempelajari
teori pembelajaran secara mendalam bisa membaca buku karangan Abdul hamid K.
Keempat, untuk mempelajari mengenai hasi pembelajaran kita bisa membaca buku
karangan Abdul Hamid K, karena dibuku yang satu lagi mengenai hasil belajar tidak
dikemukakan dan taksonomi hassil belajar juga tidak ada.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jika kita ingin mempelajari tentang teori-teori belajar perilaku, prinsip-prinsip teori-
teori belajar perilaku, teori belajar sosial, kekuatan dan kelemahan teori-teori perilaku
kita bisa membaca buku karangan Prof. Dr. Ratna WillisDahar, Msc.
2. Jika kita ingin mempelajari lebih mendalam mengenai para tokoh-tokoh teori belajar
Jerome Bruner, David Ausubel, dan Piaget kita bisa mempelajarinya dibuku karangan
Prof. Dr. Ratna WillisDahar, Msc.
3. Dalam buku karangan Prof. Dr. Ratna Willis Dahar, Msc dijelaskan mengenai
konstruktivisme dalam pendidikan, tiga siklus belajar Lawson, peta konsep kita
bisamempelajarinya.
4. Tapi jika ingin memepelajari siapa-siapa saja tokoh-tokoh teori belajar dan
pembelajaran secara lengkap kita bisa membaca dalam buku karangan Abdul Hamid K
karena disitu lengkap siapa saja tokohnya beserta pembagian teori belajar.
5. Jikalau kita ingin mengetahui perbedaan antara teori belajar dengan teori pembelajaran
kita bisa membacanya dalam buku karangan Abdul Hamid K dan dibuku tersebut juga
dijelaskan mengenai teori pembelajaran sehingga memudahkan kita mempelajari teori
pembelajaran tersebut.
B. Saran
Dalam pembuatan critical book report hal mendasar yang harus diketahui adalah isis buku
tersebut, dan mengetahui kelebihan dan kelemahan buku tersebut. Dan diharapkan dalam
pembuatan critical book report ini berguna bagi kita semua dan dapat mengaplikasikannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratan Willis, 2006. Teori-teori Belajar dan pembelajaran. Bandung: Penerbit
Erlangga
K Abdul Hamid, 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Program Pascasarja
UNIMED.
23