Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUM

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Desain dan Implementasi
Kurikulum Kimia

Dosen Pengampu:
Prof. Edy Cahyono, M.Si
Prof.Dr. Sri Wardani, M.Si

Disusun oleh:
Rizka Indriani Setyaningrum
(0404522009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Model-Model Evaluasi Kurikulum ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Edy Cahyono, M.Si dan
Prof.Dr. Sri Wardani, M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang telah
membantu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 30 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
BAB II ISI .................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum....................................................................................3
2.2 Tujuan Evaluasi Kurikulum..........................................................................................4
2.3 Fungsi Evaluasi Kurikulum ...........................................................................................5
2.4 Pendekatan dalam Evaluasi Kurikulum ......................................................................5
2.5 Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum ............................................................................6
2.6 Peranan Evaluasi Kurikulum ........................................................................................7
2.7 Model Evaluasi Kurikulum ...........................................................................................8
2.8 Teknik-Teknik Pelaksanaan Evaluasi ........................................................................11
2.9 Evaluator Kurikulum ...................................................................................................12
2.10 Implementasi Evaluasi Kurikulum ...........................................................................15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................17
3.2 Saran ..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, kurikulum merupakan aspek yang


sangat penting karena kurikulum menentukan isi dan tujuan akan dibawa ke arah
mana suatu proses pendidikan tersebut. Kurikulum sebagai pedoman penting dalam
proses pendidikan bukanlah merupakan sesuatu yang mutlak, tapi berjalan dan
mengalir selaras dengan kebutuhan proses pendidikan itu sendiri.
Evaluasi dan Kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki hubungan
sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan
prosesnya secara evolusioner. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks
dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem
pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Sebelum suatu kurikulum diberlakukan secara nasional, diperlukan adanya
fase pengembangan di mana kurikulum yang baru tersebut dirancang dengan cermat
dan diuji-cobakan dalam lingkungan terbatas, sebelum akhirnya diputuskan untuk
disebarluaskan ke semua lembaga pendidikan. Ada juga yang menyebutkan fase ini
sebagai fase perintisan (pilot study). Berbagai upaya perlu dilakukan selama fase
pengembangan, termasuk ke dalamnya evaluasi dan perbaikan. Melalui fase
pengembangan, kurikulum yang baru tersebut akan disesuaikan terlebih dahulu
berdasarkan hasil evaluasi, sebelum diberlakukan dalam sistem yang ada. Uraian
singkat diatas mengimplikasikan pentingnya fase ini dalam keseluruhan kegiatan
pengembangan kurikulum. Evaluasi yang tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan
untuk mendukung terwujudnya fase pengembangan ini dengan efektif dan
bermakna. Dari hasil-hasil evaluasi ini lah pihak pengembang dapat mengadakan
perbaikan dan penyesuaian sebelum kurikulum yang baru tersebut terlanjur disebar
luaskan secara nasional.
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen kurikulum yang perlu
dikuasai oleh guru sebagai pelaksana kurikulum. Evaluasi kurikulum memegang
peranan penting dalam proses pendidikan dengan tujuan mengetahui hingga
manakah siswa mencapai kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan (Nasution,
2012). Namun dalam hal evaluasi kurikulum harus dilaksanakan dengan sistematis
yang sesuai dengan konsep dasar evaluasi kurikulum, sehingga hasil evaluasi
kurikulum sesuai
1
dengan kebutuhan dan kemampuan pelaku-pelaku dunia pendidikan dan
masyarakatumum.
Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara komprehensif agar mencapai tujuan
yang maksimal (Berman, 2014). Kegiatan mengeksplorasi dasar-dasar pelaksanaan
evaluasi dalam kurikulum sebagai bagian yang penting dan saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Hal ini tentunya harus dipertimbangkan dalam
perencanaan dan penyusunan evaluasi kurikulum, yaitu berkaitan dengan sejarah
perkembangan evaluasi kurikulum, peran evaluasi kurikulum, tujuan evaluasi
kurikulum, pendekatan dalam evaluasi kurikulum, dan model-model evaluasi
kurikulum (Rusman, 2012).
Makalah evaluasi kurikulum ini akan difokuskan pada uraian tentang
evaluasi dalam fase pengembangan kurikulum, seperti tujuan dari evaluasi
kurikulum, fungsi evaluasi kurikulum, pendekatan dalam evaluasi kurikulum,
prinsip-prinsip evaluasi kurikulum, peran dan bentuk pelaksanaan evaluasi,
berbagai konsep atau model evaluasi yang pernah dikembangkan, tinjauan masing-
masing konsep atau model, dan model evaluasi yang disarankan, teknik
pelaksanaan evaluasi kurikulum, dan implementasi dari evaluasi kurikulum.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum


Ada beberapa pengertian evaluasi menurut beberapa ahli. Wand dan Brown
mendefinisikan evaluasi sebagai “...refer to the act or process to determining the
value of something” kegiatan evaluasi mengacu pada suatu proses untuk
menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Guba
dan Lincoln mendefinisikan evaluasi merupakan suatu proses memberikan
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipetimbangkan (evaluand). Dan
sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau
sesuatu kesatuantertentu (wina, 2010).
Dari kedua pengertian di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik
evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Kedua, evaluasi berhubungan
denganpemberian nilai atau arti.
Sedangkan pengertian kurikulum adalah secara semantik dikelompokkan
menjadi tiga yaitu, tradisional, modern dan masa kini. Adapun pengertian
kurikulum tradisional adalah semua bidang studi yang diajarkan dalam lembaga
pendidikan, pengertian kurikulum secara modern menyebutkan bahwa bidang studi
hanya bagian kecil dari isi kurikulum, yang mana kurikulum itu mencangkup seluruh
kegiatan peserta didik agar mendapatkan pengalaman aktual baik di kelas, sekolah
dan di luar sekolah, yang mana hal tersebut di bawah pengaruh dan tanggung jawab
sekolah. Sedangkan pengertian kurikulum masa kini adalah sebuah sistem yang
mencakup, tujuan, isi, evaluasi dan sebagainya yang saling terkait yang diusahakan
oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi di dalam
maupun di luar sekolah (Sulistyorini & Fathurrohman, 2016).
Sebagaimana yang diungkapkan pengertian evaluasi dan kurikulum
sebelumnya, evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai suatu proses
mempertimbangkan untuk memberi nilai dan arti terhadap tujuan, isi, hasil
pembelajaran yang menyeluruh dan saling keterkaitan, di mana hal ini diusahakan
oleh satuan pendidikan yang dirancang untuk peserta didik baik di dalam kelas,
sekolah maupun di luar sekolah.
Definisi evaluasi memiliki pengertian yang berbeda dengan pengukuran dan
penilaian.Pengukuran berkaitan dengan angka atau kuantitatif, sedangkan penilan

3
bersifat kualitatif. Sedang evaluasi merupakan kegiatan yang sistematis yang
mencakup pengukuran dan penilaian. Evaluasi merupakan tahapan akhir dari
penilaian dan pengukuran dan didalamnya memiliki unsur pertimbangan dan
keputusan terhadap suatu program berdasarkan standar atau kriteria yang telah
ditetapkan sebelum programtersebut dilaksanakan (Fajri, 2014).

2.2 Tujuan Evaluasi Kurikulum


Tujuan evaluasi kurikulum yaitu mengungkapkan proses pelaksanaan
kurikulum secara keseluruhan, ditinjau dari berbagai aspek. Adapun indikator
kinerja yang dievaluasi adalah efektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan
program. hal ini dimaksudkan untuk memberikan acuan dan gambaran program
kedepan. Sementara itu, menurut Ibrahim diadakannya evaluasi kurikulum
dimaksudkan untuk keperluan berikut :
1. Perbaikan Program
Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat konstruktif, informasi hasil evaluasi
dijadikan masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum
yang sedang dikembangkan. Evaluasi kurikulum dipandang sebagai proses
dan hasil yang relevan untuk dijadikan acuan pengembangan kurikulum
yang akandilaksanakan.
2. Pertanggungjawaban Kepada Berbagai Pihak
Evaluasi kurikulum menjadi bentuk laporan yang harus
dipertanggungjawabkan dari pengembang kurikulum kepada pihak-pihak
yang bersangkutan, diantaranya: Pemerintah, orang tua, pelaksana satuan
pendidikan, masyarakat, dan semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung ikut serta dalam pengembangan kurikulum yang
bersangkutan.
3. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembang kurikulum dapat berbentuk jawaban atas
dua kemungkinan pertanyaan. Pertama, apakah kurikulum baru tersebut
akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua,
dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula
kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?
(Rusman, 2012).

4
2.3 Fungsi Evaluasi Kurikulum
Di dalam pendidikan formal evaluasi begitu penting keberadaanya, dengan
adanya evaluasi guru menjadi tahu nilai arti kinerjanya selama melaksanakan
proses belajar mengajar, sedangkan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat
memberikan informasi untuk perencanaan perbaikan kurikulum yang akan
ditetapkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Selain hal tersebut, ada beberapa
fungsi evaluasi kurikulum pendidikan:
1. Sebagai umpan balik bagi peserta didik.
2. Sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian peserta didik mencapai tujuan
yangtelah ditetapkan.
3. Memberi informasi dan acuan untuk pengembangan program kurikulum.
4. Sebaga dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa depan
sehubungan dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir.
5. Untuk pengembang kurikulum dalam khusus yang ingin dicapai.
6. Sebagai umpan balik semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di
sekolah, seperti; orang tua, tenaga pendidik, pengembang kurikulum, untuk
perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan
pendidikan termasuk juga untuk masyarakat.

2.4 Pendekatan dalam Evaluasi Kurikulum


Pendekatan dalam evaluasi kurikulum yang menyediakan cara memusatkan
perhatian pada pertanyaan evaluasi, pendekatan yang digunakan mempengaruhi
pemilihan kriteria dan sumber-sumber data mana yang akan digunakan. Cronbach
menyebutkan ada dua pendekatan dasar evaluasi kurikulum, yaitu pendekatan
scientistic ideal dan pendekatan humanistic ideal.
Evaluasi kurikulum yang menggunakan pendekatan scientistic mencoba
untuk memusatkan perhatian pada siswa. Bentuk skor tes menjadi bagian penting
dari data yang dikumpulkan. Data-data tersebut digunakan untuk
memperbandingkan prestasi siswa dalam situasi yang berbeda, dimana setiap situasi
dikendalikan sedemikian rupa. Kebanyakan informasi yang dikumpulkan adalah
kuantitatif sehingga dapat dianalisis secara statistic. Keputusan tentang program
dibuat berdasarkan informasi komparatif yang diberikan oleh evaluasi.
Mereka yang sangat humanistik menemukan eksperimen yang tidak dapat
diterima. Bagi mereka, studi kasus naturalistik merupakan obat mujarab. Kaum

5
humanis akan mempelajari program yang sudah ada di suatu tempat, tidak
ditentukan oleh evaluator apabila orang ditempatkan/dimasukkan dalam perlakuan,
bisa saja karena kebijakan studi memerlukan untuk menempatkannya, penempatan
tidak dilakukan untuk kepentingan penelitian Program menjadi hal yang dapat
terlihat oleh mata pengembang dan klien. Peneliti naturalistik akan menanyakan
pertanyaan yang berbeda dari program yang berbeda. Manfaat dan kegunaan
dijelaskan, tidak diturunkan dalam bentuk kuantitas. Observasi menjadi yang sesuai
dan responsif terhadap sub lokal, yang tidak terstruktur sebelumnya.

2.5 Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum


Evaluasi kurikulum pada intinya ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan
acuan dari keseluruhan komponen yang ada di dalam kurikulum. Baik komponen
bahan, metode maupun evaluasi. Apa yang dipelajari siswa agar memperoleh
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan tercermin dari isi kurikulum. Bagaimana
Isi kurikulum luas dan dalamnya ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian bila ingin diketahui apakah tujuan itu tercapai seluruhnya atau
tidak, maka seluruh komponen menjadi dasar melakukan evaluasi.
Dalam pelaksanaan evaluasi kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor
subyektif guru. Bila ini terjadi maka hasil evaluasi tidak dapat menggambarkan
keadaan yang sebenarnya dari hasil yang dicapai. Dengan demikian, bila diinginkan
agar hasil evaluasi dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dari hasil belajar atau
hasil kurikulum, maka evaluasi perlu dilakukan secara objektif. Berdasarkan
penjelasan di atas, dalam melakukan evaluasi kurikulum perlu memegang beberapa
prinsip sebagai berikut:
1. Evaluasi mengacu kepada tujuan
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran juga harus selalu mengacu pada
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan merupakan kriteria utama
yang menentukan arah kegiatan evaluasi. Sasaran kegiatan evaluasi adalah
untuk melihat tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Untuk
itu, tujuan pembelajaran merupakan landasan utama yang dijadikan patokan
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
2. Evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh

6
Kegiatan evaluasi pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara
menyeluruh yakni dengan mencakup seluruh aspek pribadi siswa, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Selain itu, evaluasi juga hendaknya
dilakukan baik terhadap proses maupun hasil belajar siswa.
3. Evaluasi dilaksanakan secara objektif
Evaluasi pembelajaran perlu dilaksanakan secara objektif. Objektif
dalam hal ini berarti dilaksanakan sesuai dengan kenyataan. Apabila hasil
evaluasi pembelajaran seorang siswa adalah A, maka siswa tersebut
kemungkinan besar juga memperoleh nilai yang sama bila dievaluasi oleh
pendidik lain. Sebaliknya, apabila seorang siswa mendapat nilai E, maka dia
juga akan mendapatkan nilai yang sama bila dinilai oleh pendidik lain.

2.6 Peranan Evaluasi Kurikulum


Peranan evaluasi dalam kurikulum setidaknya berkenaan dengan tiga hal,
yaitu:
1. Evaluasi sebagai moral judgement
Salah satu peranan evaluasi kurikulum adalah sebagai moral
judgement yang akan digunakan untuk pengambilan dan tindakan
selanjutnya. Dalam hal ini mengandung dua hal, yaitu:
a. Evaluasi berisi suatu skala nilai moral.
b. Evaluasi berisi suatu perangkat criteria kritis.
2. Evaluasi sebagai penentuan keputusan
Evaluasi kurikulum memiliki peran sebagai penentu keputusan
pendidikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti; guru, murid,
orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain
sebagainya. Dengan menggunakan prinsip, setiap individu di atas
menentukan keputusannya sesuai dengan posisinya. Yang mana besar
kecilnya peranan keputusan yang diambil seseorang sesuai lingkup
tanggung jawabnya. Serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu
saat. Adapun beberapa hasil evaluasi dijadikan acuan peserta didik untuk
menentukan sejauh mana ia dapat mencapai tujuan yang telah diharapkan.
Dengan kata lain, keputusan yang diambil peserta didik pasti berkaitan
dengan kepentingan dirinya. Sebagaimana dengan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya.

7
3. Evaluasi sebagai konsensus nilai
Evaluasi sebagai tradisi tes mental serta eksperimen, yang mana
konsensus ini berupa kerangka kerja yang penilaiannya dipusatkan pada
tujuan- tujuan khusus, yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic
dari pre test dan post test dan lainnya.

2.7 Model Evaluasi Kurikulum


Dilihat dari fenomena sejarah dengan segala situasi dan kondisinya, evaluasi
kurikulum berkembang sebagaimana perkembangan dunia pendidikan yang
memilikibanyak segi. Di bawah ini akan disebutkan beberapa model evaluasi
kurikulum,diantaranya:
1. Evaluasi model penelitian
Model evaluasi kurikulum mengacu pada teori dan menggunakan metode
tespsikologis dan eksperimen lapangan.
a. Tes psikologis atau tes psikomotorik, yang pada umumnya memiliki
duabentuk tes yakni tes inteligensi dan tes hasil belajar
b. Eksperimen lapangan, metode ini sudah sejak tahun 1930 yang
biasanya digunakan dalam penelitian botani pertanian. Meskipun
demikian, penelitian model ini dapat digunakan dalam pendidikan.
2. Evaluasi model objektif
Dalam penelitian obyektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya:
a. Adanya kesepakatan tentang tujuan kurikulum.
b. Merumuskan tujuan tersebut dalam perbuatan peserta didik.
c. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
d. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang
diinginkan.
3. Evaluasi model campuran multivariasi
Setiap evaluasi kurikulum diukur dengan kriteria masing-masing kurikulum,
Model ini menyatakan unsur – unsur dari kedua pendekatan tersebut,
memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum (Mukhaeri, 2010).
Selain model yang disebutkan di atas, evaluasi kurikulum juga memiliki
modellainnya, diantaranya:
1. Model Measurement

8
Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur dan menilai kemampuan
peserta didik terhadap tujuan yang telah ditetapkan, yang mana hal tersebut
untuk mengungkapkan perbedaan kemampuan individu dan kelompok.
Adapun hasil penilaian digunakan untuk tindak lanjut peserta didik, untuk
keperluan bimbingan, seleksi, atau perbandingan efektivitas antara program
serta metode pendidikan. Hasil belajar menjadi objek evaluasi kurikulum
yang dititik beratkan, terutama pada aspek kognitif dan sebagainya yang
terkhusus dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dibakukan.
Dalam evaluasi data yang dikumpulkan adalah data objektif berupa skor dan
hasil tes. Dalam ha ini,evaluasi menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a. Setiap siswa ditempatkan pada kedudukan kelompoknya, dengan
melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil
belajar.
b. Melalui analisis kuantitatif, menggunakan metode pengajaran yang
berbeda-beda dan membandingkan hasil belajar antar kelompok.
c. Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam
bentuk objektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat
evaluasi yang reliabel dan valid.
2. Model Congruence
Pemeriksaan kesesuaian congruence atau kesesuaian antara tujuan
dan hasil belajar yang dicapai peserta didik, dan untuk melihat sejauh mana
perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Dalam penyempurnaan program
pendidikan, hasil evaluasi sangat diperlukan, yakni untuk bimbingan
program ke depan, dan pemberian informasi kepada pihak-pihak yang
terkait dan berkepentingan. Adapun dalam hal ini, hasil evaluasi
dititikberatkan pada hasil belajar pada aspek kognitif psikomotorik, dan
pengembangan nilai dan sikap. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung
ditempuh pendekatan cara-cara antara lain:
a. Menggunakan prosedur pre-and post-assessment dengan menempuh
langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan,
pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
b. Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.
c. Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya

9
d. yang cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung
dalam tujuan.
e. Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua
ataulebih program.
3. Illumination
Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan
program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan
program, serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar.
Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan atau cara-cara
berikut:
a. Menggunakan prosedur yang disebut progressive focusing dengan
langkah pokok: orientasi, dengan langkah-langkah pokok orientasi,
pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab akibat
b. Bersifat kualitatif terbuka, dan fleksibel-eklektik
c. Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis
dokumen dan bila perlu mencakup pula tes
4. Educational System Evaluation
Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance
setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu
deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi dimaksudkan untuk
menyempurnakan program dan menyimpulkan program secara keseluruhan.
Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil
yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data yang dikumpulkan
meliputi baik data objektif maupun data subjektif (judgment antara lain
data). Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan di
antaranya:
a. Membandingkan performance setiap dimensi program dengan
kriteriainternal.
b. Membandingkan performance program dengan menggunakan
kriteriaeksternal, yaitu performance program yang lain.
c. Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan
analisis dokumen (Rusman, 2012)
Mempelajari secara cermat tentang berbagai konsep atau model evaluasi

10
kurikulum, pada akhirnya dapat memahami pula bahwa masing-masing konsep atau
model tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Dalam mengevaluasi
kurikulum tentunya diperlukan kecermatan dalam memilih model mana yang
dianggap tepat. Pada uraian berikut dapat dicermati konsep/model yang disarankan
dalam melaksanakan evaluasi kurikulum. Ketepatan suatu model tak dapat
dilepaskan dari tujuan yang ingin

dicapai dari kegiatan evaluasi yang kita adakan. Setiap model, termasuk model yang
keempat (educational system evaluation) memiliki kekuatan dan kelemahan ditinjau
dari berbagai segi. Sehubungan dengan itu, berkenaan dengan model mana yang
akan disarankan, dikemukakan hal-hal sebagai berikut: Untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang sedang dikembangkan, model
educational system evaluation, tampaknya merupakan model yang paling tepat.
Kelemahan masing-masing model yang lain dapat ditanggulangi oleh model yang
keempat ini. Terlepas dari kenyataan tersebut, untuk mencapai tujuan evaluasi yang
bersifat khusus, ketiga modelyang lain pun masih dapat memberikan sumbangan:
1. Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta membandingkan
efektivitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada, model
measurement tepat untuk digunakan.
2. Untuk mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan
untuk menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan
pembelajaran, model congruence tergolong ampuh untuk digunakan.
Akhirnya, bila kita ingin memperoleh gambaran yang lebih
mendalam tentang proses pelaksanaan kurikulum serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya, model illumination akan sangat membantu.

2.8 Teknik-Teknik Pelaksanaan Evaluasi


Pelaksanaan evaluasi kurikulum dapat menggunakan dua macam teknik,
yaitu:
1. Teknik bukan tes
Bukan tes alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai
aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi, ada beberapa jenis
teknik bukan tes seperti:
a. Wawancara atau interview. Teknik wawancara ini dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun

11
b. menggunakan media. Alat yang digunakan adalah pedoman
wawancara. Tentu saja pedoman mengacu pada tujuan yang
ditetapkan.
c. Angket. Angket adalah wawancara yang dilakukan secara
tertulis.
Prinsip penggunaan dan penyusunan alat sama dengan wawancara
d. Pengamatan atau observasi. Dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap kegiatan baik langsung maupun tidak langsung
2. Teknis tes
Tes merupakan teknik yang biasa digunakan untuk mengukur dan
menilai kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi tertentu, yang mana
hasil penilaian berbentuk angka (kuantitatif). Selanjutnya ditafsirkan tingkat
penguasaan kompetensi siswa. Selain hal tersebut, Teknik tes biasanya
digunakan untuk menilai hasil atau produk kurikulum, yang berupa hasil
belajar siswa. Tes dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu tes lisan, tes tulis,
dan tes perbuatan.

2.9 Evaluator Kurikulum


Untuk melaksanakan evaluasi kurikulum, harus dilakukan oleh evaluator
yang telah memenuhi syarat atau kualifikasi. Tidak semua orang boleh menjadi
evaluator, kecuali orang-orang yang memang berkompeten di bidang kurikulum.
Syarat-syarat tersebut antara lain adalah:
1) Orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi baik
secarateoritis maupun keterampilan praktis.
2) Mempunyai kecermatan yang dapat melihat celah-celah dan detail
sertabagian-bagian kurikulum.
3) Bersikap obyektif dan tidak mudah terpengaruh oleh keinginan dan
kepentingan pribadi atau kelompok sehingga dapat mengambil data
dankesimpulan yang sesuai dengan ketentuan.
4) Sabar, tekun, dan tidak gegabah dalam menjalankan tugas. Mulai
perencanaan kegiatan, menyusun instrumen, mengumpulkan data
dan menyusun laporan.
5) Hati-hati dalam menjalankan pekerjaan evaluasi dan bertanggung
jawabterhadap segala tugas dan resiko kesalahan yang diperbuat.

12
Evaluator kurikulum dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai
berikut:
1) Evaluator dalam (internal evaluator)
Evaluator dalam adalah pelaksanaan evaluasi kurikulum yang
sekaligus berasal dari lembaga yang akan dievaluasi. Kelebihan evaluator
dalam adalah evaluasi menjadi tepat sasaran karena evaluator sangat
memahami dan menguasai kurikulum yang akan dievaluasi. Hemat dari segi
pendanaan, karen lembaga yang dievaluasi tidak perlu mengeluarkan banyak
dana untuk membayar evaluator kurikulum. Kelemahan evaluator dalam
adalah adanya
kemungkinan subyektifitas dari evaluator, yang hanya akan menyampaikan
kepentingan pribadi. Kemungkinan adanya sikap tidak cermat evaluasi
menurutversi dirinya.
2) Evaluator luar (external evaluator)
Evaluator luar adalah evaluator yang berasal dan berada di luar
lembaga yang akan dievaluasi dan tidak terlibat dalam implementasi
kurikulum. Diharapkan evaluator ini mampu bertindak dan mampu bersikap
independen, karena tidak memiliki kepentingan pribadi. Kelebihan evaluator
luar adalah lebih obyektif dalam melaksanakan evaluasi karena ia tidak
berkepentingan mengenai kategori keberhasilan atau kegagalan
implementasi kurikulum yang telah berjalan. Apapun hasil evaluasi tidak
akan direspon secara emosional oleh evaluator luar karena ia tidak ingin
memperlihatkan bahwa kurikulum tersebut berhasil dengan baik.
Kesimpulan yang akan diambil dan dibuat lebih sesuai dengan keadaan dan
kenyataan. Kelemahan evaluator luar antara lain adalah kurangnya
pemahaman terhadap seluk beluk dan seluruh aspek kurikulum
memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat. Pemborosan dana
karena pihak pengambil kebijakan harus mengeluarkan dana yang besar
untuk membayar evaluator luar.

Mengingat masing-masing evaluator baik evaluator dalam maupun luar,


memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, maka sebaiknya dianjurkan
evaluator itu gabungan dari dalam dan dari luar. Dengan demikian evaluator
dalam bisa memberikanpenjelasan dan pemahaman kepada evaluator luar

13
tentang segala hal yang berhubungan dengan kurikulum. Hal ini
menguntungkan pengambil kebijakan karena tidak perlu mengeluarkan
banyak dana, dan menguntungkan bagi pelaksana kurikulum atau lembaga
yang dievaluasi karena ada pihak dalam yang terlibat, yang tentu lebih
memahami kurikulum tersebut daripada orang luar. Evaluator hendaknya
terlebih dahulu mempelajari, menelaah dan mendalami seluruh aspek
kurikulum yang akan dievaluasi, agar kesimpulan yang diambil tepat dan
tidak merugikan pihak tertentu. Evaluator sering menghadapi dilema
pertimbangan etis, dalam menjalankan tugasnya seperti yang disinyalir Ronal
G. Schnee dalam buku Muhammad Zaini yang menyebutkan beberapa hal
antara lain:
1) Otonomi yang berkaitan dengan pelaksanaan program kurikulum,
misalnya kepala sekolah dan guru. Mereka tentu akan menyanjung
program kurikulum ketika diminta untuk mengevaluasi.
2) Hubungan dengan klien, artinya evaluator ketika menjalankan
tugasnya harus bekerja sama dengan klien atau pelaksana kurikulum
di suatu sekolah.
3) Evaluator dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh mengabaikan
fakta politik dan konteks sosial, sehingga hasil kerja evaluasi
kurikulum itu dapat bermanfaat.
4) Evaluator dalam melaksanakan evaluasi tidak mungkin melepaskan
diri dari nilai-nilai atau norma yang dianut dan dijadikan pedoman
hidupnya.
5) Evaluator hendaknya memilih dan mempertimbangkan rancangan
dan metodologi, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
6) Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menelaah kembali
(review) terhadap rancangan evaluasi, guna mengurangi adanya bias
danpemborosan.
7) Evaluator hendaknya dengan jujur mencantumkan penjelasan
tentang keterbatasan dan hambatan selama proses evaluasi
berlangsung.
8) Evaluator perlu menyertakan hasil evaluasi negatif agar data yang
dilaporkan bermanfaat bagi peningkatan program berikutnya.

14
9) Penyebarluasan hasil evaluasi, karena tujuan evaluasi adalah untuk
mengumpulkan informasi bagi tindak lanjut program.
10) Evaluasi tidak boleh melanggar hal-hal yang dilindungi sesuai
dengan peraturan yang ada.
11) Pelaksana program boleh menolak evaluator dengan alasan tertentu.

2.10 Implementasi Evaluasi Kurikulum


a. Penelitian yang dilakukan oleh Noviza Rizkia, Sabarni, Azhar, Elita dan
Rahmah Diana Fitri yang berjudul Analisis Evaluasi Kurikulum 2013 Revisi
2018 Terhadap Pembelajaran Kimia SMA pada Lantanida Journal volume 8,
nomor 2, (2020), 96-188. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan
mengetahui implementasi revisi 2013 2018 pembelajaran kurikulum dalam
pembelajaran kimia SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang dibahas objek
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada program perencanaan
kurikulum 2013 revisi 2018 di meningkatkan proses pembelajaran, guru harus
merancang RPP sesuai dengan silabus sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan
optimal. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk dapat mendeteksi pengembangan
prestasi belajar siswa setiap hari melalui identifikasi kompetensi yang telah dicapai
oleh siswa. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi 2018 pembelajaran dikatakan
meningkat bila pada kurikulum 2013 proses pembelajaran melibatkan keterkaitan
Kompetensi Dasar dengan isu terkini, pembelajaran yang kondusif dan nyaman,
sekolah keterlibatan dalam memberikan motivasi dan peran serta orang tua wali
dalam membantu disiplin siswa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Julia Rozanah.MY, Rosa Murwindra, Asregi
Asril yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Autentik Kurikulum
2013 Mata Pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 Benai pada Perspektif
Pendidikan dan Keguruan, Vol X, No. 2, Oktober 2019. Penelitian ini
merupakan penelitian evaluasi dengan pendekatan deskriptif kuantitatif
yang menggunakan model evaluasi Pasak. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui implementasi dari penilaian autentik kurikulum 2013 dan
untuk mengetahui kendala yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian
dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada mata pelajaran kimia di
SMAN 1 Benai
15
1. Subjek penelitian ini adalah 3 orang guru kimia di SMAN 1 Benai 1.
Pengumpulan data Teknik yang digunakan adalah dokumentasi, observasi

2. dan wawancara. Teknik analisis data dalam hal ini penelitian ini
menggunakan deskripsi dan menggunakan rumus persentase untuk
menentukan kriteria penilaian. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tahun 2013 penilaian autentik kurikulum
pada mata pelajaran kimia di SMAN 1 Benai 1 diperoleh persentase
evaluasi pelaksanaan sebesar 79,8% yang dikategorikan terlaksana dengan
baik. Kendala yang dialami oleh guru kimia dalam melaksanakan penilaian
autentik adalah pada pelaksanaan penilaian sikap, guru merasa kesulitan
dalam melaksanakan penilaian di awal semester tepatnya di 2 bulan pertama
sampai 3 bulan karena tidak mengingat nama-nama siswa.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi kurikulum memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi kita tidak akan tahu kelemahan dan kekuatan di dalam perencanaan
maupun proses implementasi kurikulum yang telah digunakan. Dan menjadikan hal
tersebut sebagai umpan balik oleh pihak-pihak yang berkepentingan, seperti halnya;
orang tua, guru, pengembang kurikulum masyarakat, dll. Sehingga hal tersebut bisa
dijadikan acuan untuk perbaikan dan pengembangan kurikulum yang akan datang
sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
dengan seefektif mungkin.
Evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum betujuan untuk :
1. Perbaikan Program.
2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak.
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.
Pendekatan evaluasi kurikulum dengan menggunakan scintistic ideal atau
pendekatan humanistic ideal. Prinsipnya: Evaluasi mengacu kepada tujuan, bersifat,
menyeluruh, dan objektif. Adapun bentuk Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Model evaluasi kurikulum: Measurement, Congruence, congruence, Illumination, dan
Educational System Evaluation Evaluasi. Sedang pelaksanaan evaluasi kurikulum dapat
menggunakan dua macam teknik, yaitu: teknik tes dan teknik bukan tes.
Evaluasi kurikulum dilakukan oleh evaluator yang telah memenuhi syarat atau
kualifikasi. Tidak semua orang boleh menjadi evaluator, kecuali orang-orang yang
memang berkompeten di bidang kurikulum. Evaluator kurikulum dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu Evaluator dalam (internal evaluator) dan Evaluator luar
(external evaluator).

3.2 Saran
Untuk kedepannya dapat ditulis makalah evaluasi yang lebih lengkap dengan
menambah implementasi evaluasi kurikulum yang lebih banyak dan dapat
menambahkan implementasi evaluasi kurikulum merdeka yang saat ini sudah
digunakan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hutahaean, Berman. 2014. Pengembangan Model Kurikulum Evaluasi Kurikulum


Muldimensi untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi. Cakrawala Pendidikan. Juni.
No.2.
Guba, E.G. and Lincoln, Y.S. (1983). Effective Evaluation. San Francisco: Jossey – Bass
Publishers.
Ismail, Fajri. 2014. Model-model Evaluasi Kurikulum, Lentera STIKIP-PGRI
BandarLampung. Vol. 2.
Muhammad, Ali. 2009. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
BaruAlgensindo.
Mukhneri. 2010. Pengawasan Pendidikan. Jakarta: BPJM Press.
Narsoyo, Tedjo Reksoatmojo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Bandung: PT Refika Aditama.
Nasution, S. 2012. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rawamangun.
Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman. 2016. Esensi Manajemen Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Kalimedia.
Traub, R.E. (ed.). (1984). Journal of Educational Measurement (Volume 21 Number
4).
Washington, D.C.: National Council on Measurement in Education, Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai