LEMBAR SOAL
Jawaban
1. Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar” Kata
“media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
FPBS/CM-DEPT/11
Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai
berikut:
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena
itu, jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingin tahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-
gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana
yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan
dan mengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa.
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa
jalan atau tidak. Dan guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan
siswa.
5. Istilah lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan
sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain
sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan
antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya.
Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut setting. Setting adalah
sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-
hubungan face to face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan yang
sudah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai
tersebut yang akan menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan
tingkah-laku mereka.
……
Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami usaha
manusia dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal
budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian tersebut disusun secara
etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan akal pikirnya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil
FPBS/CM-DEPT/11
penilaian terhadap suatu objek atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah
istilah wisdom sering diartikan sebagai kearifan atau kebijaksanaan (Ridwan,
2007: 2-3).
Pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendidikan yang mengajarkan
peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret yang mereka hadapi.
Paulo Freire (Wagiran, 2010) menyebutkan, dengan dihadapkan pada problem
dan situasi konkret yang dihadapi, peserta didik akan semakin tertantang
untuk menanggapinya secara kritis. Hal ini selaras dengan pendapat Suwito
yang mengemukakan pilar pendidikan kearifan lokal meliputi:
1) membangun manusia berpendidikan harus berlandaskan pada pengakuan
eksistensi manusia sejak dalam kandungan,
2) pendidikan harus berbasis kebenaran dan keluhuran budi, menjauhkan dari
cara berpikir tidak benar dan grusa-grusu atau waton sulaya,
3) pendidikan harus mengembangkan ranah moral, spiritual (ranah afektif)
bukan sekedar kognitif dan ranah psikomotorik, dan
4) sinergitas budaya, pendidikan dan pariwisata perlu dikembangkan secara
sinergis dalam pendidikan yang berkarakter (2008).
.
6. A. Media Visual
4. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berpikir abstrak.
5. Penampilan melalui ungkapan perasaan atau simbol analog lainnya dalam
bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog
tersebut pada si penerima.
8. Ada 2 alasan penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar – mengajar, yaitu :
a. Alasan yang pertama yaitu berkenaan dengan menfaat media pengajaran itu sendiri,
antara lain:
1. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi
belajar.
2. Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan
pembelajaran dengan baik.
3. Metode pengajaran akan bervariasi
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
b. Alasan kedua yaitu sesuai dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berfikir
konkret menuju abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks.
Sebab dengan adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan
hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Itulah beberapa alasan mengapa media
pembelajaran dapat mempertinggi keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Arif Sadiman (1996:89) terdapat beberapa alasan orang memilih media
pembelajaran, yaitu :
· Demonstration.
Media dapat digunakan untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek,
kegunaan, cara mengoperasikan dll. Media berfungsi sebagai alat peraga
pembelajaran.
· Familiarity.
Karena sudah terbiasa menggunkaan media tersebut dan merasa sudah menguasai.
· Clarity.
Ingin memberikan gambaran/penjelasan yang lebih konkret.
· Active Learning.
Guru dapat membuat siswa berperan aktif baik secara fisik, mental, emosional.
Jadi, seorang guru sebagai pengguna harus dapat memilih media yang tepat dengan
kebutuhan pembelajran sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi
pembelajaran.