Anda di halaman 1dari 69

Rencana Pengembangan

\
g

\
.-
ET il
K** / f,;t
\

I r:5I

-/

ttemhangun Peradabon
BAB I

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menetapkan bahwa visi Pendidikan Nasional adalah, terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.1 Selanjutnya Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa
“Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian
kepada masyarakat.”2 Hal ini dapat dimanifestasikan melalui penyusunan
kebijakan umum, rencana pengembangan jangka panjang, rencana strategis, dan
rencana lainnya yang lebih operasional. Unhas perlu memaknai kemandirian
sebagai kewenangan untuk merancang dan menentukan arah pengembangan
jangka panjang sesuai jati diri yang dirumuskan dalam visi dan misinya. Adapun
visi Unhas adalah “Pusat unggulan dalam pengembangan insani, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berbasis Benua Maritim Indonesia.”
Unhas bersama perguruan tinggi lain perlu berkontribusi untuk memperkuat daya
saing bangsa, sebagai jawaban atas tantangan yang semakin kompleks, seiring
dengan perkembangan globalisasi.

Sejak tahun 2004, Unhas memiliki rencana strategis lima tahunan yang
secara efektif digunakan dalam pengembangan institusi. Dalam periode
sebelumnya, rencana strategis semacam ini tidak dapat diimplementasikan
dengan baik, karena kebijakan anggaran Pemerintah yang bersifat sentralistis,
sehingga sulit untuk memadukan fokus perencanaan dan anggaran. Adanya
perubahan sistem penganggaran perguruan tinggi ke arah yang lebih otonom,
merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan oleh Unhas untuk menunjukkan
kapasitasnya dalam pengembangan institusi berbasis perencanaan yang lebih

1 Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Penjelasan Umum (I) Paragraf 4.
2 Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
matang. Hasilnya tampak dalam perjalanan sepuluh tahun terakhir, yang bermuara
pada pencapaian akreditasi institusi dengan nilai A pada tahun 2013.

Untuk mencapai cita-cita luhur Unhas sebagai institusi penyelenggara


kegiatan tridharma perguruan tinggi terbaik dan terdepan, Rencana Strategis
Unhas 2011 - 2015 telah memuat serangkaian tonggak capaian yang akan
dilewati sampai dengan tahun 2025. Tonggak capaian ini terdiri atas empat tahap,
yakni: tahap adaptasi-kreatif, kematangan integratif, tranformasi, dan inovasi
berkelanjutan. Dua tahap pertama akan dilampaui sampai tahun 2015, kemudian
Unhas akan memasuki dua tahap berikutnya. Melihat perkembangan akhir-akhir
ini dan proyeksi situasi dua dekade ke depan, Unhas menganggap perlu untuk
memperbaharui kedua tonggak capaian berikutnya.

Kinerja dan reputasi yang telah dicapai Unhas selama ini dapat terwujud
berkat dukungan kapasitas yang tersedia, baik berupa sumberdaya manusia,
manajemen, maupun sarana dan prasarana. Perolehan nilai tinggi untuk tujuh
standar akreditasi institusi, merupakan penilaian objektif atas kapasitas yang
dimiliki Unhas selama ini. Dalam bidang manajemen, Unhas telah menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) sejak tahun 2009,
kemudian memperoleh status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tiga
tahun terakhir dan menjadi rujukan berbagai perguruan tinggi lain di Indonesia.
Kapasitas ini akan dapat mendukung pencapaian cita-cita Unhas tahun 2030,
diperkuat oleh kegiatan pengembangan yang terus ditingkatkan secara
berkelanjutan. Jumlah dan kualitas tenaga pendidik juga merupakan determinan
yang dapat diandalkan, melalui keberadaan 1.727 orang dosen yang tersebar di
14 fakultas dan 59 program studi. Dari jumlah ini, 281 orang diantaranya
menduduki jabatan akademik profesor dan 560 orang lektor kepala. Dosen yang
bergelar Doktor/Spesialis-2 sebanyak 865 orang, dan bergelar Magister/Spesialis-
1 sebanyak 743 orang. Jumlah kegiatan penelitian semakin meningkat dari tahun
ke tahun dengan dukungan dana, sarana dan prasarana, serta laboratorium yang
memadai. Demikian juga dengan jejaring dan kerjasama penelitian pada skala
nasional dan internasional. Selain hibah unggulan perguruan tinggi, sejumlah
Dosen Unhas berhasil memperoleh hibah fundamental, hibah kompetensi,
Stranas, Master Plan Pengembangan dan Percepatan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), dan hibah penelitian publikasi internasional.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menjadi
landasan yuridis dalam menentukan arah pengembangan Unhas ke depan.
Undang-undang ini dengan jelas menempatkan status otonomi (perguruan tinggi
negeri badan hukum) sebagai puncak dari atribut pencapaian manajemen sebuah
perguruan tinggi. Dengan nilai A untuk akreditasi institusi, Unhas dalam waktu
dekat dapat dipertimbangan oleh Pemerintah untuk menjadi institusi mandiri.
Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 Tentang
Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, maka
Unhas harus mampu melakukan antisipasi yang sistematis dan komprehensif
terhadap pelaksanaan peraturan pemerintah ini. Tonggak capaian transformasi ke
depan harus mampu merumuskan langkah strategis, baik dalam transformasi
kegiatan tridharma perguruan tinggi, maupun manajemen universitas yang lebih
efisien dan efektif.

Tujuan transformasi Unhas ke depan hendaknya tidak sekedar mengarah


ke “world class university,” tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi
kemaslahatan Benua Maritim Indonesia (BMI) khususnya, dan pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pada umumnya. Untuk mencapai tujuan
transformasi ini, Unhas perlu menyusun rencana pengembangan jangka panjang
yang lebih komprehensif, sebagai pedoman bagi pimpinan universitas dalam
menyusun rencana yang lebih operasional sampai dengan tahun 2030.
Sehubungan dengan hal ini, maka disusun sebuah dokumen rencana jangka
panjang dengan judul “Rencana Pengembangan Universitas Hasanuddin 2030”,
atau disingkat RP Unhas 2030.

Judul tersebut mengandung makna bahwa dokumen ini berisi rencana


pengembangan Unhas menuju tahun 2030, ketika jati diri Unhas akan mulai
terwujud secara lebih realistis. Arah pengembangan ini menjadi amanah bagi para
pemimpin Unhas di masa datang untuk mewujudkan eksistensi jati diri Unhas
secara kuat, sesuai dengan konteks zamannya. Garis-garis besar haluan dan arah
pengembangan dalam dokumen ini digunakan untuk mengantarkan Unhas
mewujudkan jati dirinya secara utuh, namun tetap memberikan ruang fleksibilitas
untuk berkembang sesuai dengan konteks periode yang dilalui.

Terdapat empat alasan yang mendorong penyusunan RP Unhas 2030,


yaitu sebagai (1) upaya materialisasi jati diri Unhas; (2) pedoman arah
pengembangan Unhas sampai 2030; (3) kendali terhadap rencana strategis; dan
(4) jawaban atas tantangan dinamika lingkungan strategis. Rencana
pengembangan ini disusun atas kesadaran bahwa perubahan yang terjadi dalam
kurun waktu yang panjang, umumnya bersifat diskontinu dan sulit diprediksi. Untuk
menegaskan haluan ke depan, konsep jati diri Unhas yang relatif abstrak perlu
dimaterialisasi ke dalam bentuk yang lebih realistis dan mudah dipahami. Segenap
sivitas akademika dengan demikian dapat menyelaraskan semua upaya dan gerak
langkah menuju ke arah yang sama.

Benua Maritim Indonesia (BMI) yang digunakan sebagai landasan


pengembangan insani dan Ipteksbud oleh Unhas didefinisikan sebagai suatu
kesatuan alamiah antara darat, laut, dan dirgantara. Entitas ini tertata secara unik
dan menampilkan ciri-ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut
pandang iklim, keadaan air, tatanan kerak bumi, keanekaragaman hayati
(biodiversity), serta tatanan sosial budaya. Selain sebagai kesatuan geografis,
tatanan ini juga merupakan wilayah geopolitik yang berada dalam yurisdiksi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keseluruhan aspek itu secara
langsung atau tidak, akan memengaruhi emosi, perilaku, dan sikap mental dalam
menentukan orientasi dan pemanfaatan unsur-unsur maritim-kontinental dalam
semua aspek kehidupan.

Selain dihadapkan pada beberapa alasan di atas, Unhas ditantang untuk


menggunakan, mengadaptasi, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru dalam pembelajaran, agar menghasilkan insani berkualitas yang
mampu meningkatkan nilai tambah perekonomian Indonesia. Peluang untuk
menjawab tantangan tersebut, didukung oleh kakayaan dan keunikan informasi
yang dimiliki Indonesia sebagai benua maritim, terutama di Kawasan Timur
Indonesia (KTI).3 Kekayaan alam Indonesia memiliki tiga dimensi utama, yaitu (a)
posisi geografis yang strategis, (b) sumberdaya alam sebagai faktor produksi, dan
(c) budaya dan keindahan alam.4 Kekayaan alam ini harus dimanfaatkan secara
optimal melalui sinergi insani dan teknologi, dengan tetap menjaga keberlanjutan
pemanfaatannya.

Cita-cita ini akan dicapai bilamana Unhas mampu mengoptimalkan fungsi


dan perannya dalam menghasilkan insan cedekia yang profesional, inovatif,
berbudaya, toleran, demokratis, tangguh, serta berani membela kebenaran untuk

3 B. J. Habibie, Wawancara oleh Tim Unhas, 27 September 2013.


4 Indonesia Economy Outlook 2030 dan Visi Indonesia 2030.
kepentingan bangsa.5 Unhas juga dihadapkan pada tantangan untuk membangun
masyarakat berpengetahuan yang berkontribusi pada munculnya kelas menengah
terdidik dan profesional, sebagai penentu perkembangan perekonomian
Indonesia. Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikonversi menjadi determinan
proses produksi, tidak sekedar menguras sumberdaya alam yang tidak terbarukan.
Tantangan lainnya adalah prestasi dan reputasi yang telah dicapai saat ini perlu
dipertahankan dan terus ditingkatkan, agar Unhas tetap dapat bersaing dengan
perguruan tinggi lain di Indonesia yang juga selalu meningkatkan kemampuannya
dalam berkompetisi.

Dokumen RP Unhas 2030 disusun ke dalam delapan bab. Bab I


Pendahuluan, berisi penjelasan tentang latar belakang penyusunan dan tantangan
Unhas 16 tahun ke depan, serta alasan penyusunannya; Bab II menjelaskan
pendekatan dan metode yang digunakan; Bab III sampai Bab VII memuat lima
tema pokok yang menjadi orientasi perjalanan panjang menuju perwujudan jati diri
Unhas. Kelima bab tersebut secara berurutan menjelaskan tema: Insan cendekia
berkarakter; Ipteks berbasis BMI; Kemaslahatan BMI; Reputasi internasional; dan
Tata kelola kampus modern dan ramah lingkungan. Setiap bab menguraikan arah
masing-masing tema dan faktor pembentuknya yang dibagi ke dalam periode lima
tahunan (2015-2020; 2021-2025; dan 2026-2030). Kelima tema tersebut
membentuk sebuah sistem pencapaian tujuan yang saling terkait satu sama lain
(lihat Gambar 1).

5 Penjelasan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Penjelasan
Umum (I) Paragraf 5.
Gambar 1. Lima Tema Pokok RP Unhas 2030

BAB II

PENDEKATAN DAN METODE

Unhas melalui Senat Universitas bermaksud menyusun rencana


pengembangan ke depan yang lebih inovatif, terlepas dari belenggu situasi saat
ini. Mengikuti falsafah bijak dari para pemimpin terdahulu, seperti Prof. Amiruddin
yang menyatakan bahwa, “bermimpi” dahulu kemudian melihat kenyataan. Dalam
bahasa proses perencanaan, membuat “dream” lebih dahulu kemudian melihat
situasi sekarang, dikenal sebagai backward planning. Bila terlalu terbelenggu pada
situasi sekarang dapat menimbulkan self-imposed constraint. Dengan melakukan
backward planning maka diharapkan self-imposed constraint akan dapat dihindari.

Berdasarkan perspektif tersebut, Unhas dan PPM Manajemen


menyepakati untuk menggunakan pendekatan interactive planning yang
dikembangkan oleh Russell L. Ackoff dari the Wharton School, sebagai proses
untuk melakukan perencanaan. Salah satu proses dalam interactive planning
adalah idealized design yang mengantarkan organisasi membangun mimpi
dengan hanya dibatasi oleh dua kendala umum, yaitu layak secara teknologi dan
memungkinkan secara operasional. Kedua kendala tersebut diperlukan agar
pendekatan desain kita tidak menjadi fiksi sains.

Setelah pandangan tentang bentuk ideal Unhas 2030 dirumuskan dalam


bentuk idealized design, selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor pembentuknya
(formative factor). Selanjutnya, dengan melihat keadaan sekarang, lingkungan
eksternal dan internal, serta kesiapan faktor pembentuk, langkah berikutnya
adalah merumuskan the best approximation to the idealized design. Dengan kata
lain, tahap ini menghasilkan reformulasi idealized design untuk tahun 2030.
Berdasarkan idealized design ini maka dibuat periodisasi capaian strategis untuk
masing-masing desain yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu periode 2015-2020,
2021-2025, dan 2026-2030.
Penyusunan RP Unhas 2030 secara garis besar dilaksanakan melalui
beberapa tahap, yaitu (1) eksplorasi untuk menjaring inspirasi tentang Unhas pada
tahun 2030 melalui lokakarya, FGD, dan wawancara mendalam yang melibatkan
para pemangku kepentingan utama (key stakeholders); (2) formulasi bentuk ideal
Unhas tahun 2030 yang dilakukan dengan pendekatan interactive planning dan
appreciative inquiry; dan (3) penyusunan tahapan pengembangan lima tahunan.
Proses dan tahapan dalam perencanaan dijelaskan secara skematis pada gambar
di bawah ini.

DESAIN IDEAL

APROKSIMASI
TERBAIK

PETA JALAN

POSISI DESAIN
SEKARANG IMPLEMENTASI

Gambar 2. Kerangka Penyusunan RP Unhas 2030.

Prinsip operasional dari interactive planning dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1. P articip ativ e Prin ciple. Interactive planning menganggap proses sebagai


produk yang sangat penting. Melalui partisipasi dalam proses perencanaan
akan terbangun pemahaman dan komunikasi, di mana fasilitator (dalam hal ini
PPM Manajemen) berperan membantu efektivitas proses, sedangkan
substansi ditentukan sepenuhnya oleh Unhas.
2. C o ntin uity Prin ciple. Akan ada kejadian atau perubahan yang terjadi di luar
perhitungan, sehingga berdasarkan realisasi implementasi secara
berkesinambungan akan dilakukan review. Apabila asumsi dan harapan
berbeda dengan realitas, maka perlu dicari penjelasannya serta dilakukan
penyesuaian seperlunya.

3. H olistic Prin ciple. Prinsip ini terdiri atas dua hal, yaitu koordinasi dan
integrasi. Prinsip koordinasi menyatakan bahwa tidak ada bagian organisasi
yang menyusun rencana secara sendiri-sendiri terpisah dari bagian lain pada
tingkatan yang sama. Proses perencanaan dari bagian organisasi pada level
yang sama harus dilakukan secara serentak dan interdependen. Prinsip
integrasi menyatakan bahwa perencanaan yang dilakukan secara terpisah dari
berbagai level dalam organisasi tidak dapat berjalan efektif. Dalam
implementasi sering terjadi bahwa masalah operasional di suatu level hanya
dapat diselesaikan dengan mengubah kebijakan pada level di atasnya.

Untuk memicu kreativitas para pemangku kepentingan dalam proses


perencanaan pada tahap idealized design, selain interactive planning digunakan
pula metode appreciative inquiry yang dikembangkan oleh David Cooperrider.
Metode ini mencoba mengapresiasi prestasi masa lalu untuk membangun
keyakinan guna menghindari terjadinya self-imposed constraint. Appreciative
inquiry merupakan salah satu metode pengembangan organisasi yang lebih fokus
pada pengembangan kekuatan yang telah dimiliki dan praktek terbaik (good
practices) yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan penyelesaian masalah
atau kelemahan selama ini. Metode ini terdiri atas empat tahap yaitu: discover,
dream, design, dan destiny. Pada tahap discover, metode ini dikombinasikan
dengan metode intuitive inquiry, yaitu upaya untuk memperoleh pandangan jauh
ke depan tentang bentuk ideal Unhas tahun 2030 berdasarkan expert judgment.

Adapun periode rencana pengembangan jangka panjang Unhas yang


disetujui oleh Badan Pekerja Harian (BPH) Senat Unhas adalah Rencana
Pengembangan Unhas 2030 dengan pertimbangan, bahwa (1) Unhas telah
memiliki Rencana Strategis periode 2011-2015 sehingga jika setiap tahapan
pengembangan atau periode rencana strategis yang berdurasi 5 (lima) tahun maka
masih diperlukan 3 (tiga) tahapan pengembangan untuk mewujudkan visi Unhas;
(2) Dalam berbagai kajian literatur tentang perencanaan, dijelaskan bahwa periode
perencanaan jangka panjang berkisar antara 15 – 20 tahun6 sehingga jika RP
Unhas disusun sampai tahun 2030, maka secara akademis dokumen ini dapat
dipertanggungjawabkan.

Dalam pelaksanaan penyusunan RP Unhas 2030 digunakan model


perencanaan partisipatif, dengan melibatkan kurang lebih 400 orang, terdiri atas
(1) anggota Senat; (2) perwakilan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan;
(3) pimpinan dan mantan pimpinan universitas, fakultas/lembaga, jurusan/bagian,
dan program studi; (4) pemerhati Unhas; (5) pakar pendidikan tinggi; dan (6) tokoh
masyarakat pemerhati pendidikan. Pelibatan banyak pihak didasari pertimbangan
bahwa dokumen RP Unhas 2030 akan dijadikan acuan oleh seluruh sivitas
akademika Unhas dalam gerak langkah menuju pencapaian Visi Unhas. Oleh
karena itu, pemikiran dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan selama
proses penyusunan dokumen ini menjadi penting dan strategis. Pemikiran dan
aspirasi yang tertuang dalam dokumen ini, dengan demikian merupakan milik
bersama seluruh warga Unhas. Secara garis besar, tahapan dan para pemangku
kepentingan yang terlibat selama proses penyusunan dokumen RP Unhas 2030,
dapat dilihat pada Lampiran 1.

6 Stephen P. Robbins dan David A. Dencenzo, 2001.Fundamental of Management: Essential


Concept and Applications, Bab 3.
BAB III

INSAN CENDEKIA BERKARAKTER

Unhas sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki kewajiban


menghasilkan insan cendekia yang memiliki karakter mulia. Kecendekiaan
direfleksikan dari ketajaman berpikir insan terpelajar dalam proses memahami
sesuatu serta memilih dan melaksanakan tindakan. Sedangkan karakter mulia
dimanifestasikan dalam bentuk perilaku insan terpelajar yang dapat
membanggakan semua pihak yang menyaksikannya. Untuk menghasilkan insan
seperti ini, Unhas memandang proses pembelajaran berbasis riset7 yang
mengintegrasikan proses pembentukan kompetensi dasar dengan soft-skills dan
kepedulian lingkungan serta pengejawantahan kearifan lokal, adalah pilihan yang
paling tepat. Keutamaan pendekatan pembelajaran berbasis riset dinyatakan
dengan baik oleh Fernate et al. (2009) 8

Terdapat tiga dimensi strategis yang mutlak dilaksanakan untuk memenuhi


kewajiban tersebut di atas, yaitu (1) Pengembangan budaya mutu di mana Unhas
bertransformasi menjadi wadah pengembangan budaya mutu (culture of
excellence) yang mampu menarik calon mahasiswa dan staf yang memiliki potensi
akademik tinggi dan berkarakter mulia serta multikultur; (2) Pembelajaran berbasis
riset di mana Unhas memiliki proses pembelajaran berbasis riset yang mampu
membangun budaya belajar yang berkualitas dan karakter mulia untuk
menghasilkan lulusan yang unggul pada bidangnya, berkontribusi dalam
profesinya, masyarakat, lingkungan dan kehidupannya, serta mampu
mengangkat, menginternalisasi dan mengejawantahkan kearifan lokal; dan (3)
Kegiatan bakat minat mahasiswa di mana Unhas memiliki desain kegiatan
kemahasiswaan yang mampu memfasilitasi dan mengembangkan bakat-minat
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran dalam rangka
pembentukan soft-skills sebagai calon pemimpin yang berkarakter mulia. Untuk

7 Griffith, R. (2004). Knowledge production and the research-teaching nexus: the case of the built
environment disciplines. Studies in Higher Education, 29 (6), hlm. 709-726.
8 Fernate, A., Surikova, S., Kalnina, D., dan Romero, C.S. 2009. “Research-based academic
studies: Promotion of the quality of learning outcomes in higher education?” Paper dipresentasikan
di the European Conference on Educational Research, University of Vienna, 28-30 September
2009.
mewujudkan ketiga aspek ini, berikut ini diuraikan faktor-faktor pembentuk dan
tahapan untuk mencapai keadaan ideal masing-masing dimensi strategis.

A. Pengembangan Budaya Mutu

Dimensi strategis ini memiliki dua komponen utama, yakni pengembangan


budaya mutu dan peningkatan daya tarik institusi bagi calon mahasiswa. Dalam
hal pengembangan budaya mutu, terdapat tiga faktor pembentuk yang harus
mendapatkan perhatian, yaitu (1) Keberadaan staf yang memiliki komitmen tinggi
dalam melaksanakan tugas tridharma yang ditandai dengan kegelisahan
mendalam jika tidak menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar; (2)
Tersedianya aturan dan kode etik yang komprehensif, terintegrasi dan efektif
menyangkut seluruh kegiatan akademik dan non-akademik; dan (3) Terbangunnya
standar mutu akademik dan non-akademik yang mampu menstimulasi
terbentuknya kesadaran dalam mewujudkan peningkatan mutu secara
berkelanjutan. Faktor pendukung dari ketiga faktor pembentuk ini adalah adanya
sistem insentif yang transparan dan akuntabel, dosen dengan potensi akademik
tinggi, staf kependidikan yang profesional, dan kepemimpinan yang memiliki
komitmen kuat.

Terkait dengan peningkatan daya tarik institusi, terdapat lima faktor


pembentuk, yakni (1) Tersedianya sistem penerimaan mahasiswa yang mampu
menjaring calon yang memiliki potensi akademik tinggi, berkarakter mulia serta
multi etnis lokal dan asing; (2) Adanya beasiswa penuh (full-board scholarship)
bagi calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi; (3) Adanya
kejelasan kompetensi yang akan diperoleh calon mahasiswa dan sistem informasi
yang mampu menunjukkan kinerja alumni; (4) Tercapainya pengakuan atau
akreditasi internasional baik pada level institusi maupun disiplin ilmu; serta (5)
Terciptanya suasana kampus yang harmonis. Berbagai capaian strategis untuk
mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.
Tahun 2015 - 2020

a. Dosen Unhas memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dalam penyediaan


bahan ajar yang dimutakhirkan dan diperkaya dengan hasil-hasil riset terkini di
bidangnya.

b. Tersedianya perangkat aturan dan kode etik mencakup seluruh kegiatan


akademik dan non-akademik.

c. Unhas memiliki perangkat operasional antara lain berupa kelembagaan yang


menjamin terimplementasinya seluruh peraturan dan kode etik secara efektif
dan objektif sehingga tingkat pelanggaran yang terjadi seminimum mungkin.

d. Unhas memiliki kebijakan mutu yang relevan dengan perkembangan terkini


disertai perangkat operasional antara lain berupa kelembagaan, standar mutu
yang terbaharui, instrumen dan prosedur pelaksanaan, serta sistem
monitoring-evaluasi yang handal.

e. Menguatnya sistem penerimaan mahasiswa baru pada program sarjana yang


mampu memadukan potensi akademik, karakter, dan keragaman etnis lokal
dan asing. Jumlah mahasiswa baru yang diterima disesuaikan dengan
kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah.

f. Adanya sistem penerimaan mahasiswa baru program pascasarjana yang


mampu menjaring mereka yang memiliki potensi akademik tinggi, kemampuan
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, serta kemampuan meneliti yang baik.

g. Unhas memiliki sistem matrikulasi yang kuat dan ketat sehingga mahasiswa
baru pada semua program memiliki kesiapan yang setara satu sama lain dalam
menghadapi proses pembelajaran selanjutnya.

h. Meningkatnya keragaman sumber beasiswa yang mendukung pelaksanaan


full-board scholarship. Pada tahap ini, cakupan mahasiswa penerima beasiswa
minimal 30% (tiga puluh persen) dari total mahasiswa baru program sarjana.
Sistem beasiswa ini akan didukung oleh perangkat yang mampu memicu dan
memacu komitmen serta prestasi mahasiswa.

i. Tersedianya sistem informasi multibahasa yang mampu menunjukkan


kompetensi detail pada masing-masing disiplin ilmu dan kinerja alumni sejalan
dengan kompetensi dimaksud.
j. Adanya komitmen institusi dan kebijakan operasional yang fokus mendorong
perolehan akreditasi internasional bagi beberapa disiplin ilmu atau program
studi. Kebijakan yang dibangun harus mencakup semua aspek mulai dari
target kinerja hingga penyiapan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
pendukung, serta sistem data dan dokumentasi.

k. Unhas secara aktif dan terstruktur menginisiasi kegiatan yang menjamin


harmoni antar sivitas akademika, khususnya antar kalangan mahasiswa dari
berbagai disiplin ilmu. Kegiatan ini dapat berupa studi lapangan bersama
antardisiplin ilmu, kajian ilmiah berbasis kelompok kajian keilmuan dan disiplin
ilmu, serta pembelajaran terstruktur tentang Basic Character Study Skills.

Tahun 2021 - 2025

a. Pada tahap ini, selain tingkat produktivitas yang tinggi, hasil karya dosen
(bahan ajar, hasil riset, dan publikasi ilmiah) memiliki kualitas yang dapat
dibanggakan jika disandingkan dengan hasil karya dosen dari perguruan tinggi
lain yang bereputasi nasional dan internasional.

b. Peraturan dan kode etik terinternalisasi dengan baik di seluruh sivitas


akademika sehingga konsistensi antara pelanggaran dan penyelesaian sangat
baik dan dipersepsikan demikian oleh semua pihak terkait.

c. Tersedianya sistem penjaminan mutu dengan target mutu yang mampu


mendorong sivitas akademika menghasilkan karya yang diakui secara
internasional.

d. Sistem penerimaan mahasiswa baru pada program sarjana yang diperbaharui


kemampuannya dengan memadukan potensi akademik, karakter, dan
keragaman etnis Indonesia dan asing.

e. Adanya sistem penjaringan mahasiswa baru pada program pascasarjana yang


menjamin adanya peningkatan kualitas calon mahasiswa dalam hal potensi
akademik, kemampuan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta
kemampuan meneliti.

f. Minimal 50% (lima puluh persen) dari total mahasiswa warga negara Indonesia
(WNI) yang memiliki potensi dan kinerja akademik tinggi akan mendapatkan
full-board scholarship.
g. Sistem informasi yang dibangun pada tahap pertama akan diperbaharui
sehingga memungkinkan mahasiswa menjadi bagian dari sistem yang
menginformasikan kompetensi dan kinerja alumni.

h. Tersedianya sistem, termasuk sistem penjaminan mutu yang memungkinkan


Unhas mampu memelihara kesinambungan peringkat akreditasi internasional
baik pada level institusi maupun program studi. Sistem ini pula harus mampu
mendorong peningkatan jumlah program studi yang mendapatkan akreditasi
internasional.

i. Selain kegiatan-kegiatan yang diinisiasi oleh Unhas, mahasiswa dengan


kesadaran sendiri mengkreasi kegiatan-kegiatan yang mempromosikan
harmoni dalam kehidupan kampus.

Tahun 2026 - 2030

a. Karya dosen (bahan ajar, hasil riset, dan publikasi ilmiah) menjadi rujukan atau
diadopsi oleh institusi nasional maupun internasional.

b. Tidak terjadi pelanggaran/sanksi aturan dan kode etik secara umum dan
bersifat serius (berat) karena pada diri setiap sivitas akademika telah
terbangun kesadaran untuk melakukan pengendalian diri (control self-
assessment, CSA).

c. Sistem penjaminan mutu yang terbaharui dengan target mutu yang merujuk
pada standar internasional. Pada periode ini, semua unit kerja baik karena
hasil karya individu atau kelompok sivitas akademika maupun hasil karya yang
berbasis kelembagaan, mendapatkan pengakuan internasional.

d. Sistem penjaringan mahasiswa baru untuk semua program pendidikan yang


dirujuk oleh institusi lain karena kehandalannya.

e. Di samping mahasiswa WNI yang memiliki potensi dan kinerja akademik tinggi,
full-board scholarship akan mencakup mahasiswa warga negara asing (WNA)
dengan kriteria tertentu.

f. Mahasiswa, alumni, dan pemangku kepentingan (nasional dan internasional)


menjadi bagian dari sistem informasi kompetensi dan kinerja alumni.

g. Terbangunnya sistem terpercaya yang mampu menggiring seluruh program


studi mendapatkan akreditasi internasional.
h. Tersedianya seluruh perangkat yang memicu terinternalisasinya budaya dan
suasana akademik yang harmonis (kebersamaan dalam keberagaman, lintas
disiplin, multi etnis, dan multikultur bagi seluruh sivitas akademika.

B. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Riset

Penerapan pembelajaran berbasis riset dimaksudkan untuk membangun


budaya belajar yang berkualitas dan berkarakter mulia sehingga lulusan yang
dihasilkan akan unggul pada bidangnya, berkontribusi dalam profesinya,
masyarakat, lingkungan, dan kehidupannya. Dimensi strategis ini memiliki tiga
faktor pembentuk: (1) Dosen Unhas memiliki komitmen tinggi dalam
melaksanakan riset untuk memperkaya proses dan substansi pembelajaran.
Komitmen dalam hal ini diartikan sebagai munculnya kegelisahan dalam diri dosen
jika tidak menjalankan kewajibannya secara baik dan benar; (2) Tersedianya
kurikulum berbasis BMI pada setiap disiplin ilmu yang memiliki dimensi
internasional, serta relevan dengan perkembangan terkini. Ketersedian sarana
dan prasarana yang berkualitas dan relevan dengan perkembangan merupakan
faktor pendukung esensial untuk pelaksanaan kurikulum; dan (3) Adanya
kolaborasi kuat dengan industri, pemerintah, dan masyarakat untuk menjamin
kualitas dan relevansi luaran Unhas dengan lingkungannya. Prasyarat kolaborasi
semacam ini adalah terciptanya suasana saling percaya (mutual-trust) antara
Unhas dengan industri, pemerintah, dan masyarakat. Berbagai capaian strategis
untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Adanya kebijakan yang memfasilitasi dosen untuk menghasilkan dan


menerapkan bahan ajar pendukung kompetensi utama yang didasari hasil-
hasil riset berbasis BMI dan pengabdian kepada masyarakat, antara lain
berupa buku ajar, modul, monograf, dan buku teks. Penerapan bahan ajar ini
menggunakan metode yang mampu membangun kapasitas belajar,
kemampuan berpikir kritis (berlogika, berbahasa tulis, dan berargumentasi
lisan) dan pengembangan karakter mulia.

b. Unhas memiliki sistem yang efektif dan efisien dalam memfasilitasi pertukaran
informasi hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat antar dosen dalam
rangka pengayaan bahan ajar. Di samping itu, Unhas harus membangun
lembaga9 yang mampu meningkatkan kapasitas dosen dalam menangani
proses belajar mengajar.

c. Unhas memiliki kebijakan yang mampu memfasilitasi pengembangan


kurikulum bermuatan BMI lintas disiplin ilmu, inter dan/atau antar institusi
(universalitas keilmuan bermuatan BMI) dan sejalan dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Pada tahap ini sebahagian besar
program studi telah mengimplementasikan kurikulum berbasis BMI. Kurikulum
ini dijalankan oleh program studi baik secara mandiri maupun melalui
kerjasama antar program studi, atau institusi dalam dan luar negeri, dalam
bentuk credit sharing, joint degree, double degree, twinning program, sandwich
program, graduate united program, dan sebagainya.

d. Pelaksanaan kurikulum berikut proses pembelajaran yang menjamin lulusan


Unhas memiliki kapasitas yang sejalan dengan KKNI dan memiliki
kemampuan: (1) memahami dan mengaplikasikan konsep bagi peserta didik
program sarjana; (2) menganalisis dan mensintesa konsep bagi peserta didik
program magister; (3) mengevaluasi dan menghasilkan konsep baru bagi
peserta didik program doktor; dan (4) keprofesian yang sesuai dengan standar
nasional.

e. Unhas memiliki unit khusus yang ditunjang oleh perangkat dan staf profesional
yang mampu membangun kepercayaan pihak industri, pemerintah, dan
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan proses
pembelajaran, termasuk dalam pengembangan kurikulum yang berkualitas
dan relevan.

Tahun 2021 - 2025

a. Penerapan proses pembelajaran berbasis riset terkini dan pengabdian kepada


masyarakat secara menyeluruh, khususnya menyangkut pembentukan
kompetensi utama, kemampuan berpikir kritis dan karakter mulia. Pada tahap
ini, metode pembelajaran yang digunakan harus mampu membangun
kapasitas “learning & un-learning” bagi peserta didik pada semua program
studi.

9 University of Sydney memiliki lembaga serupa yang dinamai “Learning Solutions” di bawah
naungan “Human Resource Development”.
b. Unhas memiliki kebijakan dan perangkat yang memungkinkan semua
kurikulum mengandung muatan BMI dan mengakomodasi pelaksanaan lintas
disiplin ilmu, termasuk antar perguruan tinggi di Indonesia sebagai bagian dari
komitmen kebangsaan dalam kerangka NKRI.

c. Pelaksanaan kurikulum berikut proses pembelajaran menjamin adanya


peningkatan kualitas lulusan dalam hal: (1) memahami dan mengaplikasikan
konsep bagi peserta didik program sarjana; (2) menganalisis dan mensintesa
konsep bagi peserta didik program magister; (3) mengevaluasi dan
menghasilkan konsep baru bagi peserta didik program doktor; dan (4)
kapasitas dan kualitas keprofesian bagi peserta didik program profesi.

d. Terbangunnya “mutual-trust” antara Unhas dengan industri, pemerintah, dan


masyarakat untuk melakukan kolaborasi yang saling menguntungkan dalam
kegiatan akademik.

Tahun 2026 - 2030

a. Seluruh bahan ajar dosen disediakan dalam multibahasa sehingga bahan


berikut metode pembelajarannya dapat dirujuk secara nasional dan
internasional.

b. Kurikulum bermuatan BMI Unhas menjadi rujukan secara internasional, dan


mengakomodasi lintas disiplin ilmu dengan perguruan tinggi di luar negeri,
khususnya di Kawasan ASEAN.

c. Lulusan Unhas dapat dibanggakan jika disandingkan dengan lulusan dari


perguruan tinggi ternama dalam dan luar negeri, dalam hal: (1) memahami dan
mengaplikasikan konsep bagi peserta didik program sarjana; (2) menganalisis
dan mensintesa konsep bagi peserta didik program magister; (3) mengevaluasi
dan menghasilkan konsep baru bagi peserta didik program doktor; dan (4)
kapasitas dan kualitas keprofesian bagi peserta didik program profesi.

d. Terbentuknya kegiatan-kegiatan kolaborasi antara Unhas dengan industri,


pemerintah, dan masyarakat yang selain dapat meningkatkan kualitas dan
relevansi pembelajaran, juga dapat dijadikan rujukan model kolaborasi
akademik bagi perguruan tinggi lain di Indonesia.

C. Pengembangan Bakat Minat Mahasiswa


Kegiatan kemahasiswaan sebagai dimensi strategis ketiga dalam
membentuk insan cendekia dan berkarakter mulia sangat esensial. Kegiatan ini
harus komplementer dengan kegiatan di kelas yang fokus pada pembentukan
kompetensi keilmuan mahasiswa. Oleh karena itu, kegiatan kemahasiswaan harus
diwadahi dengan baik. Seluruh variasi bakat-minat mahasiswa, idealnya terwadahi
dalam kegiatan kemahasiswaan yang dilaksanakan secara terstruktur dan
profesional. Faktor pendukung dimensi strategis ini antara lain adanya sarana dan
prasarana pendukung yang berkualitas dan relevan dengan perkembangan terkini,
serta dukungan insentif bagi instruktur profesional. Berbagai capaian strategis
untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Tersedianya kebijakan berikut perangkat operasionalnya, termasuk instruktur


profesional untuk membentuk wadah kegiatan kemahasiswaan yang mampu
menampung seluruh potensi variasi minat-bakat mahasiswa dan dikelola
secara terstruktur, profesional serta dijamin keselarasannya dengan kegiatan
proses pembelajaran.

b. Terlaksananya kegiatan kemahasiswaan dalam rangka pembentukan soft-


skills, karakter mulia dan kapasitas kepemimpinan yang mengakomodasi
keikutsertaan mahasiswa lintas bidang ilmu dan mempertimbangkan
keragaman etnis dan gender dalam rangka membangun harmoni kehidupan
kampus.

c. Adanya peningkatan kuantitas dan kualitas serta ragam karya mahasiswa yang
kreatif dan inovatif.

d. Terciptanya suasana kampus yang harmonis dan membanggakan bagi


seluruh sivitas akademika Unhas.

Tahun 2021 - 2025

a. Meningkatnya keragaman wadah kegiatan kemahasiswaan yang dikelola


secara terstruktur dan profesional.

b. Kualitas kegiatan kemahasiswaan dalam rangka pembentukan soft-skills,


karakter mulia dan kapasitas kepemimpinan dapat dibanggakan jika
disandingkan dengan kegiatan serupa pada perguruan tinggi terkemuka
lainnya di Indonesia.
c. Kualitas serta ragam karya mahasiswa dapat dibanggakan secara nasional.

d. Unhas memiliki suasana kampus yang harmonis dan dibanggakan oleh semua
pihak yang menyaksikannya.

Tahun 2026 - 2030

a. Seluruh bakat minat mahasiswa terakomodasi dalam wadah yang dikelola


secara terstruktur dan profesional.

b. Kegiatan kemahasiswaan menjadi rujukan perguruan tinggi lainnya di


Indonesia.

c. Kualitas serta ragam karya mahasiswa dapat dibanggakan secara


internasional.

d. Unhas memiliki suasana kampus yang harmonis, dibanggakan oleh semua


pihak yang menyaksikannya, termasuk masyarakat internasional yang berada
atau berkunjung ke Unhas.
BAB IV

IPTEKS BERBASIS KEUNIKAN BENUA MARITIM INDONESIA

Pendidikan tinggi dituntut memiliki peran strategis dalam mencerdaskan


kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa.10 Peran strategis Unhas sebagai lembaga pendidikan
tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (ipteks) perlu
difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis BMI yang bersifat spesifik dengan
keunikan dan kearifan lokalnya. Meskipun BMI berwujud kepulauan nusantara
sebagai satu keutuhan geografis, perlu disadari bahwa wujud tersebut mencakup
sumberdaya manusia dengan berbagai suku dan golongan yang masing-masing
memiliki kebudayaan sendiri. Lebih dari itu, setiap wilayah yang menyusun BMI
secara spesifik memiliki perbedaan karakteristik iklim dan cuaca serta keragaman
sumberdaya alam, termasuk sumberdaya genetik. Dalam bidang penelitian, Unhas
mendorong keterlibatan sivitas akademika dari berbagai pohon, cabang, dan
ranting ilmu untuk mampu melakukan transformasi, pengembangan, dan/atau
penyebarluasan ipteks melalui empat dimensi strategis, yaitu (1) Penelitian
berbasis BMI spesifik, (2) Publikasi penelitian berkualitas, (3) Pengembangan unit-
unit penelitian unggulan, dan (4) Pengembangan jejaring dan kemitraan.

A. Penelitian Berbasis BMI Spesifik

Penelitian berbasis BMI spesifik dimaknai sebagai suatu kajian tertentu


dengan nilai-nilai keunggulan dan kebermanfaatan yang dilaksanakan oleh
masing-masing atau sekelompok program studi. Bidang kajian spesifik dimaksud
dapat berbasis pada keunikan ekosistem, sumberdaya alam, karakter manusia,
komunitas, budaya, dan teknologi. Keragaman dan spesifikasi bidang kajian
tersebut didukung oleh keberadaan Unhas di Pulau Sulawesi yang merupakan
satu di antara tujuh wilayah biogeorafi utama Indonesia dengan julukan negara
“megadiverse”. Unhas harus mampu memberikan peran khusus dan menunjukkan
jati diri melalui penelitian-penelitian yang dilaksanakan oleh sivitas akademika.

10 Konsiderans huruf b Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.


Pelaksanaan berbagai penelitian berbasis BMI spesifik memerlukan
dukungan ketersediaan roadmap yang jelas serta sumberdaya peneliti yang cukup
dan berkualitas. Roadmap penelitian yang ada selama ini belum fokus pada
keunikan BMI sehingga perlu direkonstruksi untuk menjadi roadmap penelitian
yang berbasis keanekaragaman ekosistem BMI. Beberapa contoh fokus kajian
yang dapat dikembangkan adalah potensi, budidaya, dan pemanfaatan serta
evolusi keanekaragaman hayati di darat dan di laut, termasuk faktor alam yang
membentuk dan menghambatnya; sebaran penyakit berbasis gen, ras, etnik;
coevolusi pathogen dan host pada penyakit infeksi yang unik secara geografis,
termasuk hubungannya dengan budaya, pola makan dan sumber makanan;
pembuatan obat-obat herbal dan vaksin-vaksin berbasis kekayaan genetik;
pemanfaatan kekayaan sumber energi baru dan terbarukan, termasuk
pemanfaatan sinar matahari, limpahan volume air, arus angin, dampak siklus
udara panas dan dingin di daerah ekuator, arus kinetik dua samudera, dan arus
laut; keanekaragaman bahasa, kultur, dan struktur sosial yang membentuk
karakter masyarakat; mobilisasi orang, uang, barang, dan jasa antarpulau;
harmonisasi hukum nasional dengan hukum internasional, serta aneka ragam
hukum adat; dan lain sebagainya. Fokus-fokus kajian yang dikembangkan
diharapkan bermuara pada penanganan isu-isu strategis seperti kedaulatan
pangan, kemiskinan, energi baru dan terbarukan, penyakit tropis, bencana alam,
demokrasi, dan nasionalisme.

Roadmap penelitian harus dirumuskan secara terstruktur dan terintegrasi


sehingga menggambarkan adanya kegiatan penelitian yang utuh, fokus,
konvergen, dan melembaga. Dengan demikian, proses rekonstruksi dan
perumusan roadmap penelitian harus melibatkan seluruh dosen bidang ilmu
terkait. Pada sisi lain, keberadaan peneliti harus cukup dan berkualitas.
Kecukupan jumlah peneliti dapat dilihat dari terpenuhinya jumlah dosen yang
melaksanakan penelitian sesuai kompetensinya pada bidang-bidang kajian BMI
spesifik, sedangkan kualitas peneliti dapat dilihat dari budaya dosen yang
melaksanakan penelitian dan kemampuannya menghasilkan karya ilmiah yang
bereputasi.

Hal lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan roadmap penelitian,


adalah aspek keberlanjutan dan peningkatan kualitasnya. Aspek ini perlu didukung
oleh adanya modal intelektual (intellectual capital) yang tidak hanya sampai pada
perolehan paten atau bentuk-bentuk kekayaan intelektual lainnya, tetapi
mencakup pula dukungan untuk sinergitas pengetahuan, pengalaman, jejaring,
proses, temuan, inovasi, keberadaan pasar, dan pengaruh masyarakat.11
Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di
atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Telah memiliki klasifikasi atas jenis penelitian dasar dan penelitian terapan
yang berbasis keanekaragaman ekosistem BMI pada semua program studi
dan pusat penelitian, termasuk identifikasi atas sifatnya yang lintas disiplin
ilmu.

b. Tersedia roadmap penelitian berbasis keanekaragaman ekosistem BMI pada


semua program studi dan pusat penelitian.

c. Memiliki minimal 50% (lima puluh persen) dosen yang melakukan kerjasama
atau terlibat dalam penelitian lintas disiplin ilmu dan melibatkan mahasiswa
program sarjana, magister, dan/atau doktor dengan integritas dan etika
penelitian yang tinggi.

d. Memiliki kebijakan yang mendorong perolehan paten atau bentuk-bentuk


kekayaan intelektual lainnya sehingga minimal 5% (lima persen) di antara hasil
penelitian memperoleh paten atau bentuk kekayaan intelektual lain yang lebih
tinggi tingkat pengakuannya.

Tahun 2021 – 2025

a. Memiliki core penelitian berbasis BMI spesifik dengan keunggulan komparatif


dan kompetitif.

b. Tersedia roadmap penelitian BMI spesifik yang terbaharui.

c. Memiliki minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dosen yang melakukan
kerjasama atau terlibat dalam penelitian lintas disiplin ilmu dan melibatkan
mahasiswa program sarjana, magister, dan/atau doktor dengan integritas dan
etika penelitian yang tinggi.

d. Memiliki kebijakan yang mendorong perolehan paten atau bentuk-bentuk


kekayaan intelektual lainnya sehingga minimal 10% (sepuluh persen) di antara

11 Miller, William, “Building The Ultimate Resource,” Management Review, 88 (1), Jan. 1999, hlm.
42-45.
hasil penelitian memperoleh paten atau bentuk kekayaan intelektual lain yang
lebih tinggi tingkat pengakuannya.

Tahun 2026 – 2030

a. Memiliki bidang penelitian berbasis BMI spesifik yang menjadi rujukan nasional
dan internasional.

b. Tersedia roadmap penelitian BMI spesifik yang terbaharui.

c. Memiliki lebih dari 90% (sembilan puluh persen) dosen yang melakukan
kerjasama atau terlibat dalam penelitian lintas disiplin ilmu dan melibatkan
mahasiswa program sarjana, magister, dan/atau doktor dengan integritas dan
etika penelitian yang tinggi.

d. Memiliki kebijakan yang mendorong tercapainya minimal 15% (lima belas


persen) di antara hasil penelitian memperoleh paten atau bentuk kekayaan
intelektual lain yang lebih tinggi tingkat pengakuannya.

B. Publikasi Penelitian Berkualitas

Publikasi penelitian berkualitas menjadi sasaran pelaksanaan setiap


penelitian yang berbasis BMI spesifik. Untuk menghasilkan publikasi penelitian
berkualitas, pelaksanaannya harus mampu mengungkap kebenaran melalui
kaidah-kaidah ilmiah dan hasilnya berkontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta bermanfaat bagi masyarakat.

Kemampuan sivitas akademika dalam melaksanakan penelitian perlu


didorong dan diarahkan pada pencapaian titik akhir dari suatu proses penelitian,
yaitu diseminasi hasil atau publikasi. Upaya menghasilkan publikasi penelitian
berkualitas memerlukan dukungan peneliti yang produktif dan bereputasi, teknisi
yang cukup dan berkualifikasi, peralatan yang lengkap dan memenuhi standar,
serta dana yang tersedia dan mencukupi. Faktor-faktor pembentuk tersebut secara
keseluruhan harus mampu menggerakkan kegiatan penelitian dengan
mengembangkan sistem resource sharing yang sinergis, produktif, bereputasi, dan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan tridharma. Berbagai capaian
strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan
ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020


a. Memiliki jumlah publikasi penelitian yang menempatkan Unhas pada jajaran 5
(lima) besar perguruan tinggi dengan publikasi terbanyak di tingkat nasional.

b. Setiap dosen memiliki 1 (satu) penelitian yang dipublikasikan setiap 2 (dua)


tahun.

c. Setiap laboratorium atau unit penelitian lainnya memiliki teknisi dan laboran
dalam jumlah yang cukup dengan kualitas memadai.

d. Memiliki peralatan laboratorium yang lengkap dan mutakhir serta minimal 75%
(tujuh puluh lima persen) di antaranya telah terpenuhi dan dapat diakses
melalui resource sharing.

e. Memiliki sistem yang mengapresiasi atau memberikan penghargaan terhadap


penelitian inovatif yang memiliki kontribusi nyata pada pengembangan ipteks,
institusi, dan masyarakat.

Tahun 2021 – 2025

a. Memiliki jumlah publikasi penelitian yang menempatkan Unhas pada jajaran 4


(empat) besar perguruan tinggi dengan publikasi terbanyak di tingkat nasional.

b. Setiap dosen memiliki 1 (satu) penelitian yang dipublikasikan setiap tahun.

c. Setiap laboratorium atau unit penelitian memiliki teknisi dan laboran dalam
jumlah yang cukup, berkualitas, dan mampu beradaptasi dengan
perkembangan ipteks.

d. Memiliki peralatan laboratorium yang lengkap dan mutakhir serta minimal 90%
(sembilan puluh persen) di antaranya telah terpenuhi dan dapat diakses
melalui resource sharing.

e. Meningkatnya implementasi sistem yang mengapresiasi penelitian inovatif


yang memiliki kontribusi nyata pada pengembangan ipteks, institusi, dan
masyarakat.
Tahun 2026 – 2030

a. Memiliki jumlah publikasi penelitian yang menempatkan Unhas pada jajaran 3


(tiga) besar perguruan tinggi dengan publikasi terbanyak di tingkat nasional.

b. Setiap dosen memiliki 2 (dua) penelitian yang dipublikasikan setiap tahun.

c. Setiap laboratorium atau unit penelitian memiliki teknisi dan laboran dalam
jumlah yang cukup, berkualitas, terlatih, serta bersertifikat.

d. Terpenuhinya peralatan laboratorium yang lengkap dan mutakhir, serta dapat


diakses penuh melalui resource sharing.

e. Meningkatnya implementasi sistem yang mengapresiasi penelitian inovatif


dengan hasil temuan yang memiliki kontribusi nyata pada pengembangan
ipteks, institusi, dan masyarakat.

C. Pengembangan Unit-unit Penelitian Unggulan

Pengembangan unit-unit penelitian mutlak dilaksanakan sebagai sarana


bagi terwujudnya penelitian unggulan berbasis BMI spesifik. Hal ini harus didukung
oleh unit penelitian, sarana dan prasarana yang lengkap dan memenuhi standar,
serta pendanaan yang optimal. Unit penelitian yang dimaksud dapat bersifat
terpusat, berbasis laboratorium, ataupun berupa kelompok keahlian. Unit
penelitian unggulan berbasis BMI dapat diintepretasikan dalam bentuk kegiatan
serupa “pulau” penelitian yang berbeda antar laboratorium, program studi, atau
fakultas karena perbedaan kajiannya, tetapi disatukan oleh “laut” sebagai proses
(kerjasama penelitian antar laboratorium, program studi, fakultas) dan tujuan (visi
dan misi Unhas), serta dana dan sumberdaya yang saling memanfaatkan
(resource sharing). Pengembangan tersebut secara institusional dilaksanakan
melalui pengadaan fasilitas riset yang baru, melengkapi dan memperbarui fasilitas
yang telah ada, dan pengembangan sistem teknologi informasi untuk menjamin
keamanan, kenyamanan, dan integritas kinerja penelitian. Berbagai capaian
strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan
ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Terdapat minimal 3 (tiga) unit penelitian yang menjadi kiblat nasional dengan
fokus atau ceruk (niche) penelitian lintas disiplin ilmu dengan
mempertimbangkan relevansi dan kegunaannya, serta kekuatan dan
peluangnya untuk berkompetisi di tingkat nasional.

b. Setiap unit penelitian yang menjadi kiblat nasional memiliki peralatan yang
lengkap (state of the art), terakreditasi, dan dapat diakses oleh berbagai bidang
penelitian terkait.

c. Terbentuknya “Research Grants Office” atau sejenisnya untuk


mengidentifikasi, mendukung, dan mengembangkan pendanaan unit-unit
penelitian.

Tahun 2021 – 2025

a. Terdapat minimal 3 (tiga) unit penelitian yang menjadi kiblat di Asia-Pasifik


dengan fokus atau niche penelitian lintas disiplin ilmu dengan
mempertimbangkan relevansi dan kegunaannya, serta kekuatan dan
peluangnya untuk berkompetisi di tingkat Asia-Pasifik.

b. Setiap unit penelitian yang menjadi kiblat di Asia-Pasifik memiliki peralatan


yang lengkap, terakreditasi, dan dapat diakses oleh berbagai bidang penelitian
terkait.

c. Berkembangnya kapasitas “Research Grants Office” atau yang sejenisnya


sesuai perkembangan dan kebutuhan unit-unit penelitian.

Tahun 2026 – 2030

a. Terdapat minimal 1 (satu) unit penelitian berbasis BMI spesifik yang menjadi
kiblat di tingkat global dengan fokus atau niche penelitian lintas disiplin ilmu
dengan mempertimbangkan relevansi dan kegunaannya, serta kekuatan dan
peluangnya untuk berkompetisi di tingkat global.

b. Unit penelitian yang menjadi kiblat di tingkat global memiliki peralatan yang
lengkap, terakreditasi, dan dapat diakses oleh berbagai bidang penelitian
terkait.

c. Berkembangnya kapasitas “Research Grants Office” atau sejenisnya hingga


menjadi sustainable self generating funding bagi setiap unit penelitian.
D. Pengembangan Jejaring dan Kemitraan

Jejaring dan kemitraan diharapkan mampu menunjang berlangsungnya


berbagai forum diskusi dan tukar-menukar ide dengan institusi lain pada suatu
bidang kajian BMI spesifik, termasuk isu terkini dan penyelesaian masalah yang
terjadi. Jejaring dan kemitraan institusi harus dibangun bersama dengan instansi
pemerintah maupun swasta, sebagai hasil dari prestasi dan kinerja sivitas
akademika dalam melaksanakan penelitian pada bidang ilmu yang ditekuninya.
Jejaring dan kerjasama juga harus dibangun dalam kerangka kesetaraan dan
saling menguntungkan. Keterlibatan dosen dalam asosiasi profesi di bidang
keahliannya, merupakan salah satu bentuk upaya pengembangan jejaring
kerjasama. Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk
tersebut di atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Setiap dosen tergabung dalam asosiasi profesi nasional dan/atau


internasional, dan minimal 50% (lima puluh persen) diantaranya aktif dalam
pertemuan periodik asosiasi profesi dan/atau memiliki jejaring dan kemitraan.

b. Terdapat kolaborasi antar institusi untuk menciptakan sumber-sumber


pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan temuan inovatif.

Tahun 2021 – 2025

a. Setiap dosen tergabung dalam asosiasi profesi nasional dan/atau


internasional, dan minimal 75% (tujuh puluh lima persen) diantaranya aktif
dalam pertemuan periodik asosiasi profesi serta memiliki jejaring dan
kemitraan.

b. Terdapat lebih banyak kolaborasi antar institusi untuk menciptakan sumber-


sumber pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan temuan inovatif.

Tahun 2026 – 2030

a. Setiap dosen tergabung dan aktif dalam pertemuan-pertemuan asosiasi


profesi nasional dan/atau internasional, dan lebih 90% (sembilan puluh persen)
diantaranya memiliki jejaring dan kemitraan.

b. Terdapat lebih banyak kolaborasi antar institusi untuk menciptakan sumber-


sumber pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan temuan inovatif.
BAB V

KEMASLAHATAN BENUA MARITIM INDONESIA

Kiprah Unhas sejak didirikan pada tahun 1956 sampai pada usia 57 tahun
sekarang ini, telah berperan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi
peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan, dan daya saing bangsa Indonesia.
Berbagai karya signifikan yang dikontribusikan kepada bangsa dan negara tidak
lepas dari jati diri Unhas sebagai institusi pendidikan tinggi yang menyatu dengan
masyarakatnya (communiversity). Pengalaman menunjukkan bahwa sejak Unhas
didirikan, senantiasa aktif berperan dalam penyelesaian masalah besar di negeri
ini, seperti: masalah kebangsaan, keutuhan NKRI, demokrasi, kesenjangan sosial
dan ekonomi, bencana, serta lingkungan hidup. Komitmen Unhas terhadap
tanggung jawab sosial dinyatakan secara tegas dalam misi Unhas yang ketiga,
yaitu menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya bagi kemasalahatan BMI. Misi ini sekaligus menegaskan, bahwa Unhas
tidak ingin menjadi “menara gading” namun ingin berperan sebagai “mata air” yang
memberikan kemaslahatan bagi BMI. Oleh karena itu, Unhas pada tahun 2030
ingin mewujudkan diri sebagai universitas bereputasi internasional yang mampu
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kualitas hidup,
kesejahteraan, dan daya saing bangsa Indonesia. Peran Unhas tersebut
diwujudkan melalui lima dimensi strategis, yaitu (1) Penerapan hasil riset
unggulan, (2) Keutuhan NKRI, (3) Tanggung jawab sosial universitas, (4)
Perluasan akses pembelajaran, dan (5) Entrepreneurial university.

A. Penerapan Hasil Riset Unggulan

Dimensi strategis ini bertujuan untuk mewujudkan Unhas sebagai pemandu


dalam penerapan hasil riset unggulan terapan yang memberikan manfaat
signifikan bagi kesejahteraan dan daya saing bangsa. Kata “pemandu”
mengandung makna bahwa Unhas merupakan entitas yang memiliki peran
signifikan dalam menghilirkan hasil riset yang membawa manfaat bagi masyarakat
dan industri. Unhas harus menjadi institusi pendidikan tinggi inovatif yang
mendorong penghiliran hasil-hasil riset ungulan terapan yang bermuara kepada
peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan daya saing bangsa. Kunci utama
agar Unhas dapat berperan sebagai pemandu dan pelopor penghiliran hasil-hasil
riset unggulan terapan yang bermanfaat tersebut, terletak pada kemampuan
Unhas untuk mengembangkan jejaring dan kolaborasi yang kuat dengan berbagai
mitra, meliputi unsur akademisi, bisnis atau industri, masyarakat atau komunitas,
dan pemerintah, yang dalam dokumen ini disebut dengan istilah “ABCG”
(Academy, Business, Community, and Government).

Terdapat empat faktor pembentuk dalam dimensi strategis ini, yaitu (1)
roadmap penghiliran hasil riset unggulan terapan yang komprehensif dan
bermuara pada teknologi yang siap untuk diimplementasikan baik dari segi teknis
maupun ekonomis, (2) laboratorium riset unggulan terapan yang relevan serta
didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan mutakhir, (3) jejaring dan
kolaborasi yang luas dengan berbagai mitra baik dalam maupun luar negeri, dan
(4) sumberdaya manusia yang kompeten dan profesional. Berbagai capaian
strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan
ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Unhas memiliki jejaring dan kolaborasi yang kuat serta luas dengan berbagai
mitra yang meliputi unsur ABCG.

b. Hasil riset unggulan terapan diimplementasikan di masyarakat melalui


kolaborasi ABCG di tingkat KTI 75% (tujuh puluh lima persen), nasional 30%
(tiga puluh persen), dan internasional 10% (sepuluh persen) yang terukur
kesetaraan manfaatnya bagi pihak yang bermitra.

c. Unhas menjadi advokator organisasi pemerintah dan nonpemerintah yang


berhasil memengaruhi kebijakan dan alokasi sumberdaya eksternal untuk
mendukung penghiliran hasil riset unggulan terapan yang bermanfaat bagi
masyarakat.

d. Hasil implementasi riset unggulan terapan berkontribusi secara signifikan


terhadap peningkatan berbagai bidang unggulan Unhas antara lain dalam
bidang kedaulatan pangan, pengentasan kemiskinan, energi alternatif
terbarukan, antisipasi dan mitigasi dampak bencana, serta lingkungan hidup di
KTI.

e. Unhas menjadi simpul kolaborasi ABCG pada bidang unggulan Unhas di


tingkat KTI.
f. Kepakaran Unhas dalam bidang keahlian unggulan menjadi rujukan untuk
solusi masalah terkait di tingkat nasional.

Tahun 2021 - 2025

a. Unhas menjadi inisiator dan berperan penting dalam jejaring dan kolaborasi
ABCG yang telah dikembangkan pada periode sebelumnya.

b. Hasil riset unggulan terapan sudah diimplementasikan di masyarakat melalui


kolaborasi ABCG di tingkat KTI 100% (seratus persen), nasional 75% (tujuh
puluh lima persen), dan internasional 50% (lima puluh persen) yang terukur
kesetaraan manfaatnya bagi pihak yang bermitra.

c. Unhas menjadi advokator organisasi pemerintah dan nonpemerintah serta


berhasil memengaruhi kebijakan dan alokasi sumberdaya eksternal untuk
mendukung kebijakan strategis skala nasional dan internasional yang relevan
dengan riset unggulan.

d. Hasil implementasi riset unggulan terapan berkontribusi secara signifikan


terhadap peningkatan berbagai bidang yang menjadi unggulan Unhas, antara
lain dalam bidang kedaulatan pangan, pengentasan kemiskinan, energi
alternatif terbarukan, antisipasi dan mitigasi dampak bencana, serta
lingkungan hidup di tingkat nasional.

e. Unhas menjadi simpul kolaborasi ABCG pada bidang keahlian riset unggulan
di tingkat nasional.

f. Kepakaran Unhas dalam bidang keahlian unggulan menjadi rujukan untuk


solusi masalah terkait di tingkat Association of South East Asia Nations
(ASEAN).

Tahun 2026 - 2030

a. Unhas menjadi pemandu dalam jejaring dan kolaborasi yang telah


dikembangkan sebelumnya, mencakup unsur-unsur ABCG terutama dalam
bidang-bidang unggulan yang dikembangkan Unhas.

b. Hasil riset unggulan sudah diimplementasikan di masyarakat melalui


kolaborasi ABCG di tingkat KTI 100% (seratus persen), nasional 100%
(seratus persen), dan internasional 100% (seratus persen) yang terukur
kesetaraan manfaatnya bagi pihak yang bermitra.
c. Unhas dirujuk sebagai advocator organisasi pemerintah dan nonpemerintah
yang berhasil memengaruhi kebijakan dan alokasi sumberdaya eksternal
untuk mendukung kebijakan strategis skala nasional dan internasional yang
relevan dengan riset unggulan.

d. Hasil implementasi riset unggulan terapan berkontribusi secara signifikan


terhadap peningkatan berbagai bidang unggulan Unhas antara lain dalam
bidang kedaulatan pangan, pengentasan kemiskinan, energi alternatif
terbarukan, antisipasi dan mitigasi dampak bencana, serta lingkungan hidup di
tingkat Asia-Pasifik.

e. Unhas menjadi simpul kolaborasi ABCG pada bidang keahlian riset unggulan
di tingkat internasional.

f. Kepakaran Unhas dalam bidang keahlian unggulan menjadi rujukan untuk


solusi masalah terkait di Asia-Pasifik.

B. Keutuhan NKRI

Makna dari dimensi strategis ini adalah mewujudkan Unhas menjadi


“universitas nasional” yang menyatukan berbagai keberagaman BMI (sumberdaya
manusia, sumberdaya alam, ideologi, dan budaya) untuk berperan aktif dalam
penyelesaian masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI. Dalam berbagai kajian
literatur12 disebutkan bahwa “universitas nasional” adalah perguruan tinggi yang
didirikian dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah namun memiliki otonomi
yang luas. Universitas nasional dalam banyak hal terkait dengan aspirasi budaya,
peradaban, dan politik negara yang bersangkutan. Berkaitan dengan pengertian
ini, menjadi universitas nasional membawa makna bahwa Unhas memiliki
kepedulian dan akan berperan penting dalam penyelesaian masalah-masalah
kebangsaan dan keutuhan NKRI yang antara lain direfleksikan dari representasi
keberagaman mahasiswa dari seluruh pelosok Nusantara. Adapun yang dimaksud
dengan masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI dalam hal ini, mencakup aspek
bencana, konflik sosial, perdamaian, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM).
Untuk mewujudkan dimensi strategis tersebut, Unhas harus didukung oleh faktor-
faktor pembentuk, yaitu (1) jejaring yang kuat dengan berbagai mitra baik dalam
maupun luar negeri; (2) hasil-hasil riset unggulan baik dalam bentuk teknologi,

12 Wikipedia, the Concept of National University or Flagship University.


sistem dan konsep memiliki potensi untuk diimplementasikan; (3) budaya kampus
yang mengapresiasi perbedaan dan keberagaman tanpa memandang unsur suku,
agama, ras, dan antargolongan; serta (4) Teknologi, Informasi, dan Komunikasi
(TIK) yang mutakhir, handal, dan terpercaya dengan jangkauan yang luas.
Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di
atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Unhas memiliki kajian berbagai isu kebangsaan dan keutuhan NKRI, antara
lain mengenai bencana, konflik, perdamaian, demokrasi, dan HAM.

b. Unhas memiliki jejaring dan kolaborasi yang luas dengan berbagai mitra
seperti: pemerintah, LSM, masyarakat, industri, dan ormas di seluruh
Nusantara untuk menyelesaikan masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI.

c. Unhas proaktif berperan memberikan solusi terhadap masalah-masalah


kebangsaan dan keutuhan NKRI melalui jejaring dan kolaborasi.

Tahun 2021 - 2025

a. Unhas memiliki kajian terkait dengan berbagai masalah kebangsaan dan


keutuhan NKRI yang terbukti bermanfaat dalam penyelesaian masalah-
masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI.

b. Unhas memainkan peran penting dalam jejaring dan kolaborasi dengan


berbagai mitra seperti: pemerintah, LSM, masyarakat, industri, dan ormas di
seluruh Nusantara terkait dengan penyelesaian masalah kebangsaan dan
keutuhan NKRI.

c. Hasil kajian unggulan Unhas tentang masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI
(bencana, konflik, perdamaian, demokrasi, dan HAM) menjadi rekomendasi
yang bermanfaat bagi berbagai pihak terkait.

Tahun 2026 - 2030

a. Unhas memiliki kajian terhadap berbagai masalah terkait dengan kebangsaan


dan keutuhan NKRI yang terbukti menjadi rujukan dalam penyelesaian
masalah-masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI.

b. Unhas menjadi simpul jejaring dan kolaborasi dengan berbagai mitra seperti:
pemerintah, LSM, masyarakat, industri, dan ormas di seluruh Nusantara terkait
dengan penyelesaian masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI.
c. Unhas menjadi universitas rujukan dalam penyelesaian masalah kebangsaan
dan keutuhan NKRI (bencana, konflik, perdamaian, demokrasi, dan HAM) yang
mendapat pengakuan nasional dan internasional.

C. Tanggung Jawab Sosial Universitas

Makna dari dimensi strategis ini adalah mewujudkan Unhas menjadi aktor
utama yang proaktif menggugah para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi
menyelesaikan masalah-masalah strategis nasional dan internasional. Tanggung
jawab sosial memiliki makna yang lebih dalam dan luas dari sekedar pengabdian
kepada masyarakat. Menurut Deklarasi UNESCO (2009), tanggung jawab sosial
universitas didefinisikan sebagai “the ability of the University to apply a set of
principles and values, stated in its management philosophy, in the practice of its
basic functions: management, teaching, research and production, and outreach,
with views to respond to the demands of stakeholders in its environment.”

Dengan makna tersebut Unhas tidak hanya menerapkan ipteks yang


dihasilkan untuk kepentingan masyarakat, namun juga melaksanakan kegiatan
tridharma secara profesional dan akuntabel serta peduli dengan masaalah-
masalah sosial masyarakat secara luas. Dalam kaitan ini, Unhas akan
menerapkan Good University Governance dalam penyelengaraan tridharma dan
memiliki kepekaaan sosial terhadap berbagai isu-isu strategis di tingkat nasional
maupun internasional. Untuk mewujudkan dimensi tersebut, Unhas harus
didukung oleh beberapa faktor pembentuk, yaitu (1) jejaring yang kuat dengan
berbagai mitra baik dalam maupun luar negeri, (2) hasil-hasil riset unggulan baik
dalam bentuk teknologi, sistem dan konsep mimiliki potensi untuk
diimplementasikan, (3) budaya kampus yang mengapresiasi, afirmatif dan peka
terhadap masalah sosial, serta (4) TIK yang mutakhir, handal, dan terpercaya
dengan jangkauan yang luas. Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan
faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai
berikut.
Tahun 2015 - 2020

a. Unhas memiliki peranan penting dalam kegiatan pendampingan dan


pemberdayaan masyarakat berkenaan dengan penyelesaian berbagai isu
strategis yang terkait dengan masalah kepedulian sosial seperti kedaulatan
pangan, pengentasan kemiskinan, energi alternatif terbarukan, antisipasi dan
mitigasi dampak bencana, serta lingkungan hidup di KTI.

b. Unhas berperan penting dalam memediasi konflik, masalah perdamaian, dan


HAM pada tingkat nasional, serta berpartisipasi dalam penyelesaian masalah-
masalah internasional.

c. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan industri dan pelaku
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di tingkat KTI yang berbasis pada
bidang unggulan Unhas.

d. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan pemerintah pusat dan
daerah terkait dengan masalah-masalah pembangunan pada tingkat KTI.

Tahun 2020-2025

a. Unhas berperan penting dalam kegiatan pendampingan dan pemberdayaan


masyarakat berkenaan dengan penyelesaian berbagai isu strategis terkait
dengan masalah sosial seperti kedaulatan pangan, pengentasan kemiskinan,
energi alternatif terbarukan, antisipasi dan mitigasi dampak bencana, serta
lingkungan hidup di tingkat nasional.

b. Unhas berperan penting dalam memediasi konflik, masalah perdamaian,


demokrasi, dan HAM pada tingkat nasional serta mampu berkontribusi secara
signifikan sebagai mediator dalam penyelesaian masalah-masalah
internasional.

c. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan industri dan pelaku
UMKM di tingkat nasional yang berbasis pada hasil dan karya unggulan Unhas.

d. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan pemerintah pusat dan
daerah terkait dengan masalah-masalah pembangunan di tingkat nasional.

Tahun 2026 - 2030

a. Unhas berperan penting dalam kegiatan pendampingan dan pemberdayaan


masyarakat berkenaan dengan penyelesaian berbagai isu strategis terkait
dengan masalah sosial seperti kedaulatan pangan, pengentasan kemiskinan,
energi alternatif terbarukan, antisipasi dan mitigasi dampak bencana, serta
lingkungan hidup di tingkat ASEAN.

b. Unhas berperan penting dalam memediasi konflik, masalah perdamaian,


demokrasi, dan HAM pada tingkat nasional serta unggul sebagai mediator
dalam penyelesaian masalah-masalah internasional.

c. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan industri dan pelaku
usaha di tingkat ASEAN yang berbasis bidang unggulan Unhas.

d. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan pemerintah terkait


dengan masalah-masalah pembangunan di tingkat ASEAN.

D. Perluasan Akses Pembelajaran

Salah satu amanah yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 12


Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi yang terkait dengan isu perluasan akses,
adalah tersedianya perguruan tinggi negeri di setiap provinsi. Selain pemenuhan
kebutuhan akan perguruan tinggi negeri, undang-undang ini juga memungkinkan
adanya akademi komunitas di setiap kabupaten/kota, serta jaminan ketersediaan
pendidikan dan layanan khusus untuk pendidikan tinggi.13 Dengan amanah ini
maka semua anak bangsa tanpa memandang status sosial, suku, agama, dan
keyakinannya, diberikan akses yang seluas-luasnya untuk menikmati pendidikan
hingga perguruan tinggi.

Kiprah Unhas dalam peningkatan perluasan akses pembelajaran telah


dirintis sejak tahun 2006 atau lebih dikenal dengan istilah communiversity, yaitu
suatu universitas yang menyatu dengan lingkungannya dengan peran sebagai
“agent of change” untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan
demikian modal sosial yang dimiliki oleh Unhas saat ini sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai bentuk lain dari kemaslahatan BMI, terutama dari dimensi
strategis perluasan akses pembelajaran. Makna yang terkandung dalam dimensi
strategis ini adalah Unhas menyediakan layanan pembelajaran nonformal secara
luas kepada masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak dapat menjangkau
pendidikan formal melalui berbagai bentuk dan teknologi pembelajaran sesuai
dengan tuntutan zaman.

13 Pasal 32, Pasal 80 ayat (2), dan Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi
Adapun bentuk layanan atau moda pembelajaran yang dikembangkan
antara lain: Open Course Ware (OCW), pembina pengembangan mutu akademi
komunitas, pelatihan, dan kursus terkait dengan peningkatan keterampilan yang
relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan
dimensi strategis Unhas dalam peningkatan perluasan akses pembelajaran,
diperlukan beberapa faktor pembentuk, yaitu (1) sistem dan teknologi OCW yang
handal, (2) lembaga konsultan, (3) unit penyelenggara pelatihan dan kursus, serta
(4) sumberdaya manusia yang kompeten dan profesional. Berbagai capaian
strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan
ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Menjadi pusat peningkatan kapasitas masyarakat melalui perluasan akses


pendidikan nonformal (kursus dan pelatihan) yang berkualitas, antara lain
dalam bidang pengembangan industri tepat guna dan keterampilan kecakapan
hidup yang diakui di KTI.

b. Meningkatnya sistem OCW yang mampu mengakomodasi sekitar 25% (dua


puluh lima persen) modul pembelajaran.

c. Berperan sebagai pembina dalam pengembangan mutu penyelenggaraan


akademi komunitas di Provinsi Sulawesi Selatan.

d. Berperan aktif dalam peningkatan kapasitas masyarakat pada wilayah


terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia.

Tahun 2020-2025

a. Menjadi pusat peningkatan kapasitas masyarakat melalui peningkatan akses


pendidikan nonformal (kursus dan pelatihan) yang berkualitas, antara lain
dalam bidang pengembangan industri tepat guna dan keterampilan kecakapan
hidup yang diakui di tingkat nasional.

b. Meningkatnya sistem OCW yang mutakhir dan mampu mengakomodasi


sekitar 75% (tujuh puluh lima persen) modul pembelajaran.

c. Berperan sebagai pembina dalam pengembangan mutu penyelenggaraan


akademi komunitas di Pulau Sulawesi.

d. Menjadi pusat peningkatan kapasitas masyarakat pada wilayah 3T di


Indonesia yang diakui di tingkat nasional.
Tahun 2026 - 2030

a. Menjadi rujukan pusat peningkatan kapasitas masyarakat melalui peningkatan


akses pendidikan nonformal (kursus dan pelatihan) yang berkualitas, antara
lain dalam bidang pengembangan industri tepat guna dan keterampilan
kecakapan hidup yang diakui di tingkat nasional.

b. Meningkatnya sistem OCW yang mutakhir dan mampu mengakomodasi


sekitar 100% (seratus persen) modul pembelajaran.

c. Berperan sebagai pembina dalam pengembangan mutu penyelenggaraan


akademi komunitas di KTI.

d. Menjadi pusat peningkatan kapasitas masyarakat pada wilayah 3T di


Indonesia yang diakui di tingkat ASEAN.

E. E ntre pre n e urial U niv ersity

Makna dari dimensi strategis ini adalah mewujudkan Unhas sebagai


inspirator, inisiator, dan konektor pengembangan jejaring dan kolaborasi yang
melibatkan ABCG melalui ventura akademik dalam rangka penghiliran teknologi
untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam kajian literatur, ventura akademik
sering juga disebut sebagai academic entreprenuership14 yang dimaknai sebagai
penghiliran hasil riset atau karya unggulan menjadi produk inovatif yang siap untuk
dihilirkan. Konsep entrepreneurial university yang diperkenalkan oleh Burton Clark
(1993), mengandung makna komersialisasi teknologi hasil-hasil riset unggulan
melalui kerjasama dengan mitra (industri, pemerintah, dan masyarakat). Dengan
demikian, Unhas akan melakukan kajian terhadap teknologi hasil-hasil riset
unggulan terapan berbasis BMI, baik dari aspek teknis maupun ekonomis,
kemudian menghilirkan teknologi yang sudah matang tersebut melalui kerjasama
dengan mitra ABCG. Oleh karena itu, peran inkubator menjadi penting untuk
memediasi proses penghiliran ini.

Produk inovatif baru melalui proses inkubasi menjadi penting


ditumbuhkembangkan di tengah rendahnya kapasitas industri lokal untuk
mengadopsi hasil riset lembaga penelitian dalam negeri, karena faktor risiko teknis
dan bisnis yang masih tinggi. Program inkubasi bisnis teknologi diharapkan

14 Shane, Scott Andrew (2004), Academic Entrepreneurship, Edward Elgar Publishing.


menjadi suatu strategi untuk mendorong lahirnya produk-produk inovatif baru.
Pematangan konsep teknis dan bisnis selama masa inkubasi membuat risiko
dapat dikelola sesuai dengan tingkat kemampuan industri atau perusahaan yang
diinkubasi. Dengan mekanisme ini maka alih teknologi dan adopsi inovasi hasil
riset dapat diakselerasi, antara lain karena sebagian risiko dapat dibebankan
kepada pemangku kepentingan lainnya.15

Untuk mewujudkan dimensi entrepreneurial university, yaitu mewujudkan


Unhas sebagai inspirator, inisiator, dan konektor pengembangan jejaring dan
kolaborasi ABCG melalui ventura akademik untuk penghiliran teknologi demi
peningkatan daya saing bangsa, diperlukan faktor-faktor pembentuk, yaitu (1)
inkubator, (2) jejaring dan kolaborasi yang kuat dengan berbagai mitra baik dalam
maupun luar negeri, (3) hasil-hasil riset unggulan terapan yang berpotensi untuk
dikomersialkan, dan (4) budaya entrepreneurship. Berbagai capaian strategis
untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Unhas memiliki inkubator yang mampu mengakomodasi 25% (dua puluh lima
persen) hasil riset unggulan terapan.

b. Unhas berhasil menghilirkan 25% (dua puluh lima persen) hasil riset unggulan
terapan.

c. Unhas menjadi konektor pengembangan wirausaha masyarakat di tingkat


wilayah.

d. Kolaborasi dengan ABCG di tingkat KTI dalam menghilirkan hasil riset yang
sudah dimatangkan di inkubator.

e. Unhas menjadi inisiator pengembangan jejaring ABCG melalui ventura


akademik untuk penghiliran teknologi demi peningkatan daya saing bangsa.

15 Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (3) butir (b) dan Pasal 21 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, bahwa pemerintah berfungsi
menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim
yang kondusif bagi perkembangan Sistem Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia. Selain itu Pemerintah juga kerkewajiban melaksanakan
penguatan pertumbuhan industri berbasis teknologi untuk meningkatkan kemampuan
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi serta memperkuat tarikan pasar bagi hasil kegiatan
penelitian dan pengembangan.
Tahun 2021 - 2025

a. Unhas memiliki inkubator yang mampu mengakomodasi 50% (lima puluh


persen) hasil riset unggulan terapan

b. Unhas berhasil menghilirkan 50% (lima puluh persen) hasil riset terapan.

c. Unhas menjadi konektor pengembangan wirausaha masyarakat di tingkat


nasional.

d. Kolaborasi dengan ABCG di tingkat nasional dalam menghilirkan hasil riset


yang sudah dimatangkan di inkubator.

e. Unhas menjadi inspirator dan inisiator pengembangan jejaring ABCG melalui


ventura akademik untuk penghiliran teknologi demi peningkatan daya saing
bangsa.

Tahun 2026 - 2030

a. Unhas memiliki inkubator yang mampu mengakomodasi 75% (tujuh puluh lima
persen) hasil riset unggulan terapan.

b. Unhas berhasil menghilirkan 75% (tujuh puluh lima persen) hasil riset unggulan
terapan.

c. Unhas menjadi konektor dalam pengembangan wirausaha masyarakat di


tingkat nasional.

d. Kolaborasi dengan ABCG di tingkat nasional dalam rangka komersialisasi hasil


riset unggulan terapan yang sudah dimatangkan di inkubator.

e. Unhas menjadi inspirator, inisiator, dan konektor pengembangan jejaring


ABCG melalui ventura akademik untuk penghiliran teknologi demi peningkatan
daya saing bangsa.
BAB VI

REPUTASI INTERNASIONAL

Menyadari pengaruh globalisasi yang semakin menguat di masa depan


(termasuk ASEAN Community 2015, Trans Pacific, AFTA, GATS, dan
sebagainya), Unhas harus menyiapkan diri dengan baik agar mampu bersaing
bukan hanya pada tingkat nasional tetapi juga di level internasional. Dengan
strategi pengembangan jangka panjang yang baik, Unhas akan mampu
memanfaatkan era globalisasi ini sebagai peluang dalam pengembangan
pendidikan dan ipteks bertaraf internasional. Upaya-upaya strategis ini diyakini
dapat mengantarkan Unhas menjadi salah satu universitas terbaik di Indonesia
dan menarik bagi masyarakat internasional.

Fondasi utama dalam pengembangan reputasi internasional ini akan


terbentuk melalui pencapaian kegiatan tridharma perguruan tinggi seperti yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Namun, secara khusus peningkatan
reputasi internasional Unhas akan diupayakan melalui pengembangan lima
dimensi strategis, yaitu (1) Kelas internasional, (2) pagelaran internasional, (3)
Publikasi internasional, (4) Jejaring dan kemitraan internasional, serta (5) Rujukan
solusi internasional.
A. Kelas Internasional

Kelas internasional yang dimaksudkan dalam dokumen ini meliputi


berbagai bentuk, antara lain (1) program studi yang berkualitas tinggi sehingga
diminati oleh mahasiswa asing; (2) program studi berstandar internasional yang
dirancang khusus berdasarkan keunikan dan keunggulan BMI untuk ditawarkan
ke dunia internasional; (3) mata kuliah spesifik yang dirancang memenuhi standar
internasional dan ditawarkan kepada mahasiswa asing; dan (4) akses bagi
mahasiswa asing yang mengikuti Program Doktor di luar negeri untuk
melaksanakan riset di Unhas.

Melalui pengembangan kelas-kelas internasional maka pada tahun 2030,


Unhas diharapkan menjadi salah satu universitas yang sangat diminati mahasiswa
asing, sehingga atmosfir akademik akan semakin baik dengan budaya kualitas
(culture of excellent) yang semakin berkembang. Berbagai capaian strategis untuk
mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Pada periode ini merupakan tahap awal memperkenalkan program studi


unggulan ke masyarakat internasional, untuk itu seyogianya dipilih program
studi yang memiliki spesifikasi. Diharapkan bahwa dalam periode ini, minimal
5 (lima) program studi unggulan dapat didorong untuk go international dan
mendapat akreditasi internasional.

b. Kerjasama dengan berbagai lembaga internasional mulai terjalin dalam


pengembangan pendidikan (seperti program double degree, joint degree, dan
sebagainya).

c. Mahasiswa asing (khususnya dari negara berkembang) mulai tertarik


mengikuti berbagai program studi, specific courses, dan program lain yang
ditawarkan.

Tahun 2021 - 2025

a. Pada periode ini minimal 12 (dua belas) program studi telah menjadi program
studi internasional dan terakreditasi internasional.
b. Kerjasama dengan berbagai lembaga internasional telah semakin berkembang
dalam bidang pendidikan (seperti program double degree, joint degree, dan
sebagainya).

c. Jumlah mahasiswa asing yang tertarik mengikuti berbagai program studi


semakin meningkat (baik yang berasal dari negara berkembang maupun dari
negara maju).

Tahun 2026 – 2030

a. Pada periode ini minimal 20 (dua puluh) program studi telah menjadi program
studi internasional dan terakreditasi internasional.

b. Kerjasama dengan berbagai lembaga internasional semakin pesat


perkembangannya dalam bidang pendidikan (seperti program double degree,
joint degree, dan sebagainya).

c. Jumlah mahasiswa asing yang tertarik mengikuti berbagai program studi makin
meningkat (baik yang berasal dari negara berkembang maupun dan negara
maju). Pada periode ini proporsi mahasiswa asing diharapkan mencapai
jumlah minimal 5% (lima persen).

B. Pagelaran Internasional

Strategi lain yang perlu diimplementasikan untuk mewujudkan agar Unhas


dapat lebih dikenal pada tataran internasional adalah mengagendakan kegiatan
atau program yang berskala internasional secara rutin. Kegiatan tersebut tidak
saja bersifat ilmiah, seperti seminar, simposium, konferensi, lokakarya, tetapi juga
mencakup kegiatan seni dan budaya yang melibatkan berbagai institusi dari dalam
dan luar negeri, serta mengikutsertakan dosen dan mahasiswa program sarjana
maupun pascasarjana. Melalui kegiatan ini, sivitas akademika secara personal
maupun institusional berperan aktif mengangkat dan memperkenalkan hasil kajian
mereka ke forum internasional. Kegiatan atau program internasional tentu saja
dapat diselenggarakan dengan baik jika program-program yang telah dijelaskan
pada bagian-bagian sebelumnya (Bab II-V) telah terlaksana dengan baik. Artinya
capaian yang telah diperoleh dengan membaiknya proses pembelajaran dan
penelitian dapat disebarluaskan ke dunia internasional melalui berbagai program
tersebut.
Unhas memiliki potensi besar dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan
atau program internasional setiap tahunnya. Jika potensi yang dimiliki setiap unit
yang ada dapat dioptimalkan, maka bukan hal yang mustahil bahwa berbagai
kegiatan berskala internasional akan menjadi bagian aktivitas keseharian di
Kampus Unhas. Hal ini dapat lebih diperkuat dengan jalan mendorong setiap unit
untuk menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi internasional dan asosiasi
keilmuan dalam melaksanakan berbagai kegiatan, baik dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun pengembangan seni dan budaya.

Kegiatan atau program internasional yang dilaksanakan selama ini,


sebahagian besar masih bersifat insidental dan/atau tidak terencana dengan baik,
sehingga kegiatan-kegiatan internasional cenderung diselenggarakan secara
sporadis dan dilaksanakan hanya oleh unit-unit tertentu. Kegiatan atau program
internasional mutlak diprogramkan dan dianggarkan secara rutin dalam rencana
kerja universitas. Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor
pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Pada tahap ini, Unhas telah menyelenggarakan minimal 30 (tiga puluh)


kegiatan atau program internasional dalam berbagai bentuk, seminar,
simposium, konferensi, lokakarya, pagelaran seni, dan sebagainya.

b. Seluruh rencana dan hasil-hasil kegiatan atau program internasional


terpublikasi melalui Website Unhas dan disebarluaskan ke berbagai mailing
lists.

Tahun 2021 – 2025

a. Pada tahap ini, Unhas telah menyelenggarakan minimal 50 (lima puluh)


kegiatan atau program internasional dalam berbagai bentuk, seminar,
simposium, konferensi, lokakarya, pagelaran seni, dan sebagainya. Pada
periode ini diharapkan jumlah negara yang mengikuti berbagai kegiatan
tersebut semakin meningkat.

b. Seluruh rencana dan hasil-hasil kegiatan atau program internasional


terpublikasi melalui Website Unhas dan disebarluaskan ke berbagai mailing
lists.
Tahun 2026 – 2030

a. Pada tahap ini, Unhas telah menyelenggarakan minimal 75 (tujuh puluh lima)
kegiatan atau program internasional dalam berbagai bentuk, seminar,
simposium, konferensi, lokakarya, pagelaran seni, dan sebagainya. Pada
periode ini diharapkan jumlah negara yang mengikuti berbagai kegiatan
tersebut semakin meningkat, khususnya dari negara maju.

b. Seluruh rencana dan hasil kegiatan atau program internasional terpublikasi


melalui Website Unhas dan disebarluaskan ke berbagai mailing lists.

C. Publikasi Internasional

Salah satu syarat bagi sebuah universitas untuk mendapatkan reputasi


internasional adalah memiliki publikasi internasional dengan indeks sitasi yang
tinggi. Kriteria ini dijadikan syarat utama oleh semua lembaga pemeringkat
universitas.16 Meskipun metodologi yang digunakan oleh mereka masih
diperdebatkan, namun disepakati bahwa universitas yang memiliki reputasi
internasional memperoleh pengakuan karena out-put yang unggul: menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan memiliki permintaan tinggi di pasar tenaga kerja;
terkemuka dalam penelitian serta publikasinya yang terbit dalam jurnal ilmiah
terkemuka yang memiliki tingkat sitasi yang tinggi; dan sebagai lembaga yang
berorientasi pada ilmu dan teknologi, mereka berkontribusi dalam melahirkan
inovasi melalui paten dan lisensi.

Untuk memacu lahirnya penelitian-penelitian yang unggul dan diharapkan


menjadi rujukan, perlu dibentuk pusat-pusat penelitian unggulan yang berbasis
BMI. Berbagai isu tentang keunikan dan keberagaman BMI dapat diangkat
menjadi isu internasional yang bermuara pada penelitian-penelitian yang unggul
dalam bidang-bidang tersebut. Isu tersebut antara lain mengenai keragaman biota,
pengentasan kemiskinan, Wallacea Region, coral triangle, penanganan konflik,
dan sebagainya. Pusat-pusat ini diharapkan menjadi kiblat penelitian dunia sesuai
isu masing-masing. Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor
pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

16 Misalnya, Times Higher Education Supplement (THES) yang dikeluarkan QS Quacquarelli


Symonds Ltd, Shanghai-Jiao Tong University (SJTU) Ranking, Leiden CWTS, Taiwan HEEACT,
Webometrics, dan sebagainya.
Tahun 2015 – 2020

a. Pada tahapan ini Unhas diharapkan telah berada dalam jajaran 5 (lima) besar
di tingkat nasional sebagai lembaga dengan publikasi internasional terbanyak
yang disitasi oleh lembaga internasional yang bereputasi. Diperkirakan dalam
kurun waktu tersebut Unhas telah mampu menghasilkan publikasi
internasional bereputasi minimal 500 (lima ratus) karya tulis ilmiah setiap
tahun.

b. Pusat-pusat penelitian Unhas ditargetkan menghasilkan minimal 20 (dua


puluh) publikasi internasional khususnya yang bersitasi tinggi setiap tahun.

Tahun 2021 - 2025

a. Pada tahapan ini Unhas telah menerbitkan publikasi internasional dengan


jumlah lebih 2 (dua) kali lipat dari periode sebelumnya sehingga menempatkan
Unhas pada urutan keempat nasional. Untuk mencapai peringkat tersebut
diperkirakan Unhas harus menerbitkan minimal 1.000 (seribu) publikasi
internasional yang tersitasi.

b. Pusat-pusat penelitian Unhas ditargetkan menghasilkan minimal 70 (tujuh


puluh) publikasi internasional yang bersitasi tinggi setiap tahun.

Tahun 2026 - 2030

a. Pada tahapan ini Unhas telah menerbitkan publikasi internasional yang


bersitasi dan bereputasi internasional sehingga menempatkan Unhas minimal
pada urutan ketiga nasional. Untuk mencapai peringkat tersebut diperkirakan
Unhas harus mengeluarkan tidak kurang dari 1.500 (seribu lima ratus)
publikasi internasional yang tersitasi setiap tahunnya.

b. Pusat-pusat penelitian Unhas ditargetkan menghasilkan minimal 200 (dua


ratus) publikasi internasional yang bersitasi sangat tinggi setiap tahun.

D. Jejaring dan Kemitraan Internasional

Kemajuan ipteks khususnya di negara-negara maju dalam beberapa


dasawarsa terakhir, sangat pesat dibandingkan dengan negara-negara
berkembang pada umumnya termasuk Indonesia. Oleh karena itu, dalam upaya
menjadikan Unhas sebagai institusi pendidikan tinggi yang dapat berkontribusi
nyata terhadap pengembangan ipteks untuk kemaslahatan dunia khususnya BMI,
diperlukan langkah-langkah strategis guna memperluas akses terhadap ipteks
terkini dan terdepan (state of the art and frontier of sciences and technologies).
Untuk ini diperlukan strategi pengembangan jejaring dan kemitraan internasional
yang kuat dan luas dalam upaya berbagi informasi dalam pengembangan ipteks.

Faktor-faktor pembentuk utama dalam penguatan jejaring dan kemitraan


adalah keaktifan dosen pada berbagai organisasi profesi internasional, partisipasi
pada berbagai simposium internasional, kerjasama penelitian internasional,
berkembangnya berbagai program pertukaran (exchange program), dan
terbangunnya banyak dual degree program. Berbagai capaian strategis untuk
mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Mendorong dan memfasilitasi dosen untuk menjadi anggota pada organisasi


profesi internasional. Hal ini sangat dibutuhkan untuk lebih mendekatkan dan
membuka akses atau jejaring Unhas atas berbagai perkembangan ipteks
terbaru di dunia. Pada akhir tahun 2020, diharapkan minimal 30% (tiga puluh
persen) dosen telah menjadi anggota aktif pada minimal 1 (satu) organisasi
profesi internasional sesuai bidangnya.

b. Partisipasi dosen sebagai pemakalah pada berbagai simposium internasional


dari tahun ke tahun semakin bertambah kuantitas dan kualitasnya. Pada akhir
tahun 2020, diharapkan minimal 40% (empat puluh persen) dosen telah
menyampaikan makalah ilmiah pada simposium internasional setiap tahun.

c. Kerjasama penelitian internasional khususnya dengan negara maju


merupakan faktor yang sangat penting dalam mempercepat penguasaan
ipteks terkini dan terdepan. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2020,
keterlibatan dosen dalam penelitian internasional diharapkan mencapai jumlah
minimal 30% (tiga puluh persen). Pada tahapan ini sasaran utama masih
ditujukan pada peningkatan jumlah kerjasama.

d. Dengan jejaring dan kerjasama internasional yang semakin kuat, maka


pengembangan staf dan student exchange program akan semakin mudah
dilaksanakan. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2020, minimal 20% (dua puluh
persen) program studi telah memiliki exchange program. Peningkatan jumlah
dosen sebagai visiting lecturers atau researchers juga diharapkan menjadi
momentum yang strategis dalam menciptakan proses snowball
pengembangan dan perbaikan reputasi internasional.

Tahun 2021 – 2025

a. Pada periode ini, diharapkan minimal 70% (tujuh puluh persen) dosen telah
menjadi anggota aktif pada berbagai organisasi profesi internasional, termasuk
menjadi reviewer pada berbagai jurnal internasional.

b. Pada periode ini diharapkan minimal 85% (delapan puluh lima persen) dosen
memberikan makalah pada simposium internasional setiap tahun, termasuk
menjadi plenary speakers pada simposium internasional yang bereputasi.

c. Kerjasama penelitian internasional semakin berkembang seiring dengan makin


aktifnya para peneliti Unhas memanfaatkan kekayaan dan keunikan BMI. Oleh
karena itu, pada periode ini, Unhas telah menggalang berbagai sumber
pendanaan dan kerjasama dengan peneliti internasional. Pada periode ini pula
diharapkan minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dosen terlibat pada minimal
1 (satu) penelitian kerjasama internasional dengan dukungan dana dari
lembaga donor internasional.

d. Pada periode ini diharapkan minimal 70% (tujuh puluh persen) program studi
telah melaksanakan staff and student exchange program secara rutin dengan
berbagai lembaga pendidikan dan penelitian di negara maju.

Tahun 2025 – 2030

a. Jika berbagai sasaran pada periode sebelumnya dapat dicapai dengan baik,
maka diharapkan pada akhir tahun 2030, minimal 95% (sembilan puluh lima
persen) dosen telah menjadi anggota dan sebagian diantaranya menjadi
pengurus aktif pada berbagai organisasi profesi internasional. Di samping itu,
sebagian juga menjadi reviewer dan editor pada berbagai jurnal internasional
yang bereputasi tinggi.

b. Pada akhir tahun 2030, minimal 95% (sembilan puluh lima persen) dosen telah
aktif menyampaikan makalah 1 (satu) sampai 2 (dua) kali setiap tahun pada
berbagai simposium internasional yang bereputasi tinggi.

c. Pada periode ini diharapkan ketertarikan masyarakat internasional untuk


bekerjasama dengan Unhas dalam pemanfaatan keunikan dan kekayaan BMI
semakin meningkat, sehingga membuka peluang pendanaan internasional
yang signifikan. Oleh karena itu, di akhir tahun 2030, minimal 80% (delapan
puluh persen) dosen telah mengembangkan kerjasama penelitian
internasional yang bereputasi.

d. Dengan reputasi internasional yang semakin baik dan keunggulan BMI


semakin nyata, maka Unhas akan sangat diminati oleh lembaga pendidikan
dan penelitian internasional untuk dikunjungi dan diajak bermitra. Mereka juga
akan terdorong mengundang dan membiayai dosen untuk menjadi visiting
lecturers atau researchers. Pada akhir 2030, diharapkan minimal 90%
(sembilan puluh persen) Program Studi/Bagian/Unit di lingkungan Unhas telah
mengembangkan international staff and student exchange program.

E. Rujukan Solusi Internasional

Permasalahan global yang dihadapi masyarakat internasional semakin


kompleks. Pemanasan global, ekologi dan lingkungan, kesehatan dan penyakit,
sumberdaya alam dan energi, ekonomi dan kesejahteraan, keamanan dan
masalah global lainnya, merupakan tantangan yang dihadapi negara dan
masyarakat internasional. Unhas perlu mengambil peran yang lebih besar sebagai
institusi pendidikan dan penelitian dan menjadi rujukan penyelesaian berbagai
masalah global yang dihadapi khususnya di lingkungan benua maritim.

Untuk menjadi institusi yang menjadi rujukan penyelesaian masalah pada


berbagai aspek di BMI, Unhas akan melaksanakan langkah-langkah strategis yang
dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaian berbagai masalah global
sehingga menjadi rujukan masyarakat internasional. Capaian strategis untuk
mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

Membangun dan menetapkan skala prioritas masalah internasional yang


potensial berdampak luas terhadap kemaslahatan dunia, seperti masalah yang
terkait dengan pemanasan global dan iklim tropis, ekologi dan lingkungan,
sumberdaya alam dan energi, kesehatan dan penyakit tropis, ekonomi dan
masalah global lainnya yang dihadapi BMI. Pada periode ini akan diinisiasi
terbentuknya lembaga yang dapat berupa pusat-pusat studi atau bentuk lainnya
yang berperan sebagai “interface”. Lembaga ini didukung oleh sarana dan
prasarana (fisik dan nonfisik) yang cukup dan berkualitas.
Tahun 2021 – 2025

Lembaga “interface” yang dibangun pada periode sebelumnya telah aktif


melaksanakan kerjasama internasional dalam rangka penyelesaian masalah-
masalah strategis antarbangsa, khususnya di Kawasan Asia Pasifik.

Tahun 2026 – 2030

Lembaga “interface” yang dibangun semakin aktif melaksanakan


kerjasama internasional dalam rangka penyelesaian masalah-masalah strategis
antarbangsa, khususnya di tingkat global.
BAB VII

TATA KELOLA KAMPUS MODERN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Untuk mewujudkan visi dan misinya, Unhas mengembangkan tata kelola


kampus modern dan ramah lingkungan dalam rangka menguatkan proses dan
struktur yang diterapkan oleh universitas untuk menginformasikan, mengarahkan,
mengelola, dan memantau kegiatan tridharma. Dalam perspektif yang demikian,
Unhas membangun dan mengembangkan sistem tata kelola universitas yang baik
secara efektif dan efisien (good university governance) untuk menciptakan
suasana belajar yang ramah, nyaman, aman, dan bersahabat, melalui penyediaan
sarana dan prasarana kampus yang ramah lingkungan serta menggunakan
teknologi tinggi. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja
sivitas akademika dalam mencapai prestasi tridharma yang tinggi sesuai standar
internasional. Disamping itu, pengembangan manajemen organisasi kampus
diarahkan pada terciptanya kepemimpinan dan tata kelola yang efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan yang selalu berubah dan bertumbuh mengikuti
perkembangan waktu.

Kampus dewasa ini menjadi tempat berkembangnya suatu sistem dan


tatanan masyarakat ilmiah yang kompleks, sehingga dalam pengembangannya
perlu diadopsi konsep-konsep pembangunan hijau (green development) yang
mengarah pada efisiensi energi, pengurangan emisi karbon, dan pemanfaatan
bioenergi. Sebagai kampus yang besar dan akan berstandar internasional, Unhas
akan mengembangkan suatu sistem tata kelola kampus modern dan ramah
lingkungan (green campus) demi terciptanya lingkungan fisik dan suasana sosial
yang mendukung kreativitas dan inovasi yang diharapkan. Upaya mewujudkan
tata kelola kampus yang efektif dan efisien, dapat dilakukan melalui empat dimensi
strategis, yaitu (1) Tata kelola yang efektif dan efisien, (2) Laboratorium dan “taman
ipteks” (science park), (3) Kampus mandiri energi dan air, dan (4) Kampus ramah
lingkungan, asri, dan produktif.

A. Tata Kelola yang Efektif dan Efisien berstandar Internasional

Tersedianya infrastruktur dan berbagai fasilitas kampus yang dapat


memenuhi kebutuhan sesuai perubahan yang berkelanjutan, memerlukan
dukungan organisasi, manajemen, dan kepemimpinan yang efektif, efisien,
inovatif, dan adaptif. Organisasi dan manajemen universitas yang kuat dapat
diwujudkan melalui otonomi tata kelola akademik dan non-akademik dalam bentuk
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) badan hukum. Dengan peringkat akreditasi
institusi A, Unhas dapat menjadi PTN badan hukum.

Dengan status PTN badan hukum, Unhas akan mampu meningkatkan


kapasitas organisasi dan manajemen karena didukung oleh prinsip otonomi
pengelolaan keuangan dan sumberdaya lainnya. Dengan otonomi manajemen
diharapkan berbagai aktivitas dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
pendidik dan kependidikan dapat dilaksanakan secara lebih fleksibel sesuai
kebutuhan. Pengangkatan dosen dan pegawai dapat dilaksanakan melalu sistem
yang lebih baik untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang terus berkembang.
Dalam skema PTN badan hukum, diharapkan peluang untuk menciptakan sistem
pengangkatan pimpinan secara terbuka (dari luar) akan lebih besar.

Perubahan status menjadi PTN badan hukum akan memudahkan


pengembangan organisasi sesuai kebutuhan. Salah satu faktor pendukung yang
penting dalam pelayanan kegiatan tridharma adalah pengembangan teknologi
informasi yang berstandar internasional, sehingga Unhas akan memiliki kampus
berbasis teknologi informasi yang canggih.

Unhas pada tahun 2030 diharapkan memiliki infrastruktur, sarana dan


prasarana berstandar internasional didukung oleh organisasi dan manajemen
yang kuat, efektif, efisien, kreatif, dan inovatif. Berbagai capaian strategis untuk
mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan ditempuh dalam
tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Unhas telah memiliki sistem otonomi kampus dengan memperhatikan peraturan


perundang-undangan yang berlaku. Termasuk dalam hal ini adalah
pengelompokan bidang studi yang lebih integratif melalui fakultas dan/atau
colleges dan schools.

b. Unhas memiliki sistem rekrutmen pimpinan secara terbuka, terutama untuk


rektor dengan tetap membuka kesempatan rekrutmen dari sumber internal.
Dengan sistem ini, Unhas dapat menjaring calon rektor dari berbagai sumber
yang relevan, sehingga peluang mendapat calon terbaik lebih terbuka.
c. Unhas memiliki sistem kepemimpinan yang kuat, efektif dan efisien, terutama
pada tingkat rektorat sebagai hasil dari recruitment yang lebih terbuka.

d. Unhas memiliki rencana strategis pengembangan staf dalam rangka


meningkatkan kapasitas (knowledge, attitude and skills) tenaga pendidik dan
kependidikan. Pengembangan tenaga kependidikan khususnya laboran,
arsiparis, dan tenaga fungsional lainnya, perlu mendapat perhatian lebih besar
melalui pelatihan yang lebih fokus pada keterampilan dan keteknikan (skills dan
vocational).

e. Terciptanya sistem penerimaan (recruitment) tenaga pendidik (dosen) yang


lebih fokus pada prestasi calon. Seleksi calon dosen dilaksanakan tidak hanya
menggunakan instrumen untuk mengukur kapasitas lahiriah, tetapi juga
mengukur faktor psikologis-kepribadian.

f. Tersedianya sistem layanan akademik yang efekif dan efisien melalui


penerapan sistem TIK berstandar internasional untuk mendukung tata kelola
dengan layanan prima bagi sivitas akademika. Pengembangan TIK untuk
sistem akuntansi atau balance sheet online (computerized accounting system)
dengan local area network (LAN), dan sistem komunikasi PABX.

g. Menyusun sistem keuangan dan pendanaan yang akuntabel. Sistem ini harus
mendukung segenap kegiatan pengembangan kampus beserta kegiatan
tridharma secara efektif dan efisien.

h. Terbangunnya unit-unit layanan kegiatan tridharma dan fasilitas pendukung


untuk terciptanya proses dan hasil berstandar internasional. Di dalamn unit-unit
kerja ini meliputi Perpustakaan (intranet dan internet), Penjaminan Mutu, Kantor
Pelayanan Internasional, Laboratorium modern yang terakreditasi, University
housing (untuk pegawai, dosen, mahasiswa sarjana dan pascasarjana),
Penerbit Unhas sebagai fasilitas penerbitan buku dan jurnal sivitas akademika,
ruang kelas berstandar internasional.

i. Terbangunnya unit-unit kegiatan yang dapat menciptakan tambahan penapatan


(revenue), selain yang berasal dari sumber-sumber konvensional.

j. Adanya Rencana Induk (Master Plan) Tata Ruang Kampus (RTRW Kampus)
agar pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana dapat dikendalikan
secara sesuai dengan prinsip-prinsip estetika dan planologi yang baik.
Tahun 2021 – 2025

a. Unhas memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang lebih profesional


sebagai hasil dari pengembangan staf pada periode sebelumnya. Sistem karir
dan prestasi kerja serta prinsip-prinsip yang ada di dalamnya akan
dilaksanakan secara taat asas menuju terciptanya tata kelola berstandar
internasional.

b. Sistem otonomi kampus dengan status badan hukum akan diterapkan secara
penuh, dilengkapi dengan berbagai unit pendukung kegiatan tridharma sesuai
dengan kebutuhan pengembangan.

c. Terbangunnya unit pengelola yang bertanggungjawab atas pemeliharaan dan


pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana, lanskap, dan bangunan-
gedung. Unit pengelola ini identik dengan Physical Plant yang dimiliki oleh
universitas di negara maju.

d. Tersedianya sistem pelayanan prima dalam penyelenggaraan kegiatan


tridharma berbasis TIK yang berstandar internasional. Penggunaan kartu
pintar (smart card) untuk layanan kampus dapat dilaksanakan secara optimal.

e. Terbangunnya infrastruktur, serta sarana dan prasarana sesuai dengan Master


Plan Tata Ruang Kampus.

f. Memiliki sistem keuangan dan pendanaan sesuai kebutuhan pengembangan


tridharma, organisasi dan manajemen, infrastruktur, serta sarana dan
prasarana. Penganggaran berbasis program studi dan laboratorium akan
diterapkan mengingat kinerja akademik Unhas ditentukan oleh kedua unit ini.

Tahun 2026 – 2030

a. Implementasi otonomi kampus secara penuh dalam kerangka PTN badan


hukum. Apabila terjadi perubahan kebijakan pemerintah tentang manajemen
universitas, Unhas tetap akan melanjutkan pengembangan sesuai dengan
prinsip otonomi yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.

b. Unhas memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional, sehingga


mampu bersaing pada skala global. Pengukuran kinerja sudah setara dengan
standar kinerja internasional.
c. Kepemimpinan yang kuat pada semua jenjang struktural maupun non-
struktural. Para pemimpin diharapkan mampu menciptakan transformasi
berkelanjutan guna mempertahankan dan meningkatkan status Unhas sebagai
universitas berkelas dunia.

d. Layanan prima berstandar internasonal telah berjalan secara optimal. Sistem


TIK di Unhas menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia dan menjadi rujukan
di KTI pada khususnya, atau di luar Jawa pada umumnya. Pelayanan
manajemen tridharma semakin paperless dan mengurangi layanan face to face
sejak pendaftaran sampai penyelesaian studi mahasiswa di semua jenis dan
program pendidikan.

e. Menguatnya sistem keuangan dan pendanaan sesuai dengan kebutuhan


pengembangan tridharma, organisasi dan manajemen, infrastruktur, serta
sarana dan prasarana. Termasuk penganggaran berbasis program studi dan
laboratorium.

f. Infrastruktur serta sarana dan prasarana terbangun sesuai kebutuhan


peningkatan kinerja tridharma untuk mewujudkan universitas berstandar
internasional. Mempertahankan implementasi tata ruang yang konsisten,
sehingga tercipta lingkungan kampus yang asri, bersahabat, ramah
lingkungan, dan inspiratif.

B. Laboratorium dan “Taman Ipteks” (S cie n c e P ark)

Laboratorium atau disingkat “lab”, secara umum diartikan sebagai fasilitas


yang menyediakan suatu kondisi terkendali di mana berlangsung penelitian ilmiah,
eksperimen, dan berbagai pengukuran. Dalam perkembangannya, laboratorium
diartikan sebagai tempat melaksanakan penelitian ilmiah, dengan bentuk dan
tempat yang beraneka ragam karena perbedaan bidang-bidang ilmu pengetahuan.
Kalangan ilmuan tertentu menganggap laboratorium sebagai kumpulan orang
yang memiliki keahlian serumpun dan menggunakan perangkat penelitian yang
sama. Laboratorium dalam hal ini terletak baik di ruangan atau gedung maupun di
lapangan: industri, kebun, perairan, dan lain sebagainya.

Dengan pengertian seperti itu, maka laboratorium yang dikembangkan


akan menerapkan sistem manajemen terpadu, meskipun secara fisik letaknya
tidak berada pada satu tempat. Untuk laboratorium lapangan, Unhas memiliki
marine field station, kebun percobaan, hutan pendidikan, ranch, dan tambak
pendidikan. Ke depan, laboratorium lapangan tersebut dapat dikembangkan
menjadi kebun masyarakat, swasta, atau industri, sebagai tempat pembelajaran
bagi mahasiswa. Untuk fasilitas milik Unhas, berbagai laboratorium tersebut
terhubungkan satu sama lain melalui sistem manajemen dan teknologi yang
terintegrasi antar laboratorium dalam gedung, antar laboratorium dalam gedung
dengan laboratorium yang ada di lapangan, sehingga membentuk suatu model
“taman ipteks” di areal kampus. Model ini akan dikembangkan melalui penataan
bangunan, lansekap, danau, kanal, jalan, taman, dan lain sebagainya. Berbagai
capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas,
akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Unhas memiliki kebijakan pengelolaan laboratorium terpadu yang lebih


operasional dan terintegrasi. Unhas dalam hal ini memiliki laboratorium pada
fakultas yang terpadu untuk pembelajaran, penelitian dan pengembangan,
serta pengabdian kepada masyarakat melalui pengadaan alat-alat
laboratorium mutakhir, pembuatan unit pengolah limbah, peningkatan
kapasitas laboran, dan peningkatan sistem keselamatan laboratorium.

b. Unhas secara optimal memanfaatkan marine field station, kebun percobaan,


hutan pendidikan, ranch dan tambak pendidikan, sebagai laboratorium alami
untuk pembelajaran dan penelitian.

c. Unhas memiliki desain penataan ruang kampus untuk pembangunan “taman


ipteks” melalui penataan lanskap, danau, kanal, jalan, taman, dan penataan
bangunan kampus.

d. Unhas memiliki kebijakan pengembangan infrastruktur teknologi tinggi dalam


rangka terbangunnya “taman ipteks Unhas” (Unhas Science Park) untuk
menyalurkan sumberdaya listrik, jaringan kabel optik (optical fibre) untuk
pemindahan data digital, dan pemanfaatan TIK secara terintegrasi dan
berkesinambungan.

e. Menguatnya kolaborasi dengan universitas yang berpengalaman


merealisasikan “taman ipteks” untuk mematangkan konsep “taman ipteks
Unhas”. Selain itu, membangun dan memperluas kolaborasi dengan industri,
pemerintah, perbankan, BUMN, dan pemangku kepentingan terkait lainnya
untuk membangun “taman ipteks Unhas”.
f. Tersedianya laboratorium alami di areal kampus untuk tujuan pembelajaran,
penelitian, dan wisata edukatif secara terintegrasi, antara lain melalui koleksi
spesies langka dan terancam punah secara global, dan endemis dari Kawasan
Wallacea.

g. Unhas memiliki 7 (tujuh) laboratorium terakreditasi nasional, dan 1 (satu)


laboratorium terakreditasi internasional.

Tahun 2021 - 2025

a. Terbangunnya arboretum Unhas dengan berbagai perangkat sistem informasi


yang diperlukan, unit pengelola, anggaran, dan tim manajemen yang mamadai.

b. Instalasi sarana dan prasarana “taman ipteks” yang meliputi pusat inovasi
(inkubator, teaching industry, dan laboratorium multifungsi), ruang seminar dan
konferensi, sumber listrik mandiri, pusat telekomunkasi, fasilitas daur ulang,
kantin, kantor pengelola, resepsionis dan keamanan, bank, transportasi
internal, area parkir, fasilitas olah raga dan kesehatan, serta fasilitas
kewirausahaan.

c. Unhas memiliki koleksi spesies langka dan terancam punah secara global dan
endemis dari Kawasan Wallacea yang meliputi mamalia, burung, reptil dan
amfibia, ikan, dan invertebrata. Spesies langka dan endemis Wallacea tersebut
akan dikembangbiakkan di arboretum, hutan pendidikan, kebun percobaan,
ranch pendidikan, hatchery marine field station, dan akuarium untuk kegiatan
pembelajaran, penelitian, dan konservasi.

d. Unhas memiliki 20 (dua puluh) laboratorium terakreditasi nasional, dan 5 (lima)


laboratorium terakreditasi internasional.

Tahun 2026 – 2030

a. Unhas telah memanfaatkan secara efektif marine field station, kebun


percobaan, hutan pendidikan, ranch, dan tambak pendidikan sebagai
laboratorium alam untuk pembelajaran dan penelitian secara intensif dan
berkesinambungan.

b. Arboretum dan “taman ipteks” menjadi bagian dari penelitian dan


pengembangan serta wisata edukatif untuk masyarakat (campus tourism)
secara berkelanjutan.
c. Unhas memiliki 40 (empat puluh) laboratorium terakreditasi nasional, dan 8
(delapan) laboratorium terakreditasi internasional.

C. Kampus Mandiri Energi dan Air

Kampus mandiri energi dan air adalah kampus yang dapat


mengembangkan sumber-sumber energi alternatif dan sumberdaya air yang
tersedia di sekitarnya melalui teknologi yang dikembangkan, di mana produknya
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Kampus mandiri energi dapat diciptakan melalui pemanfaatan energi alternatif,
yaitu (1) biomass yang menghasilkan biogas; (2) energi surya (solar photovoltaic
energy); (3) energi angin; dan (4) geothermal. Sumberdaya air dapat diperoleh dari
danau, sungai, maupun air tanah dalam (akuifer).

Kemandirian energi dan air di suatu kampus akan menjadi kebutuhan di


masa datang, karena berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
adanya upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang terbarukan. Dalam
rangka mengurangi konsumsi energi, kampus dapat mengupayakan berbagai
strategi yang komprehensif, sebagaimana dicontohkan oleh berbagai kampus di
Amerika Serikat (Deval et al., 2008), sebagai berikut: “in order to reduce energy
consumption, campuses can implement lower cost efficiency upgrades, employ
awareness building strategies around energy usage, and behavior changing
tactics that offer the opportunity for increased student and community member
involvement”.17 Upaya untuk mengurangi atau menghemat energi dan
menggunakan sumber energi terbarukan membantu dunia dalam upaya
pengurangan emisi karbon dan konservasi sumberdaya alam. Dari empat sumber
energi yang disebutkan di atas, energi yang memungkinkan untuk dikembangkan
di kampus Unhas adalah energi biomas yang menghasilkan biogas dan biodiesel.
Selain itu, energi surya juga dapat dikembangkan, melalui desain gedung beratap
dan berdinding solar cell, atau pembangunan instalasi solar cell. Unhas ke depan
diharapkan memiliki kemandirian energi dan air untuk menunjang berbagai
kegiatan tridharma dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

17 Deval L. Patrick, Timothy Murray, Ian A. Bowles. 2008. Campus Sustainability Best Practices: A
Resource for Colleges and Universities. Massachusetts Executive Office of Energy and
Environmental Affairs, USA.
Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di
atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 – 2020

a. Unhas memiliki kebijakan pengurangan emisi karbon dan konservasi


sumberdaya alam, serta kebijakan penghematan energi dan pengembangan
energi terbarukan. Dengan mengacu pada berbagai konvensi atau
kesepakatan internasional dan kebijakan nasional, perlu dibuat kebijakan
internal untuk pengurangan emisi karbon dan konservasi sumberdaya alam
terutama air, termasuk kebijakan penghematan energi dan pemanfaatan
energi alternatif terbarukan.

b. Unhas memiliki operator untuk sistem renewable energy dan instalasi


penjernihan air. Unhas secara mandiri dapat menyediakan operator sistem
renewable energy dan instalasi penjernihan air melalui pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri.

c. Unhas memiliki desain pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai


kebutuhan warga kampus yang bersumber dari 3 (tiga) buah danau Unhas dan
dari air tanah dalam (akuifer).

d. Unhas memiliki kemitraan yang spesifik dalam bidang renewable energy


(PLTSurya, PLTAn, air bersih). Upaya membangun kemitraan ditujukan untuk
mendapatkan dukungan finansial dan tenaga profesional, dalam rangka
membangun sumber energi (misalnya gedung beratap dan berdinding solar
cell, instalasi pembangkit listrik, tenaga angin, dan lain sebagainya). Kemitraan
juga diperlukan dalam membangun instalasi air bersih yang bersumber dari
danau dan sungai yang ada.

e. Unhas memiliki hasil studi kelayakan (feasibilty study) dan kajian lingkungan
untuk pengembangan sistem renewable energy dan penjernihan air. Studi
tersebut dilaksanakan baik sebagai prasyarat formal dalam pembangunan
infrastruktur utilitas, maupun sebagai alat untuk memastikan bahwa sistem
yang dibangun ecomically feasible dan environmentally sustainable.

f. Unhas memiliki sistem integrated farming technology. Unhas memiliki cukup


banyak ahli dalam bidang integrated farming, namun masih minim teknologi
untuk menghasilkan produk energi. Upaya ini dilaksanakan untuk mengadakan
teknologi integrated farming yang memanfaatkan berbagai bahan tanaman
dan ternak untuk menghasilkan energi seperti biogas dan biofuel. Produk
biogas juga dapat dihasilkan dari sampah organik yang dikumpulkan dari
berbagai tempat.

g. Unhas memiliki instalasi penjernihan air minum. Instalasi ini diperlukan untuk
menjernihkan air yang bersumber dari lingkungan sekitar (danau, sungai,
akuifer) sehingga air bersih dan dapat diminum akan diperoleh di berbagai
tempat yang ada dalam kawasan kampus.

Tahun 2021 – 2025

a. Unhas telah memproduksi air bersih 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan.
Instalasi air bersih yang telah diinisiasi pada periode sebelumnya akan dapat
melayani sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari seluruh kebutuhan
air bersih di Unhas.

b. Unhas memiliki instalasi sistem renewable energy. Instalasi energi terbarukan


sudah dapat dimulai setelah pada periode sebelumnya dibuat kebijakan untuk
itu, dididik operator, dibangun kemitraan, dan dilaksanakan studi kelayakan.
Instalasi dilakukan secara berjenjang melalui pengembangan prototipe.

c. Tersedianya sistem pendampingan oleh ahli (expert) untuk instalasi sistem


renewable energy. Instalasi sistem renewable energy memerlukan teknologi
tinggi dan keahlian yang spesifik. Oleh sebab itu, kemitraan dengan model
pendampingan ahli (baik dalam maupun luar negeri) diperlukan untuk
membangun sistem.

d. Tersedianya mekanisme pendanaan untuk biaya instalasi dan operasional.


Unhas perlu membuat mekanisme pembiayaan berjenjang, baik melalui
swakelola, anggaran pemerintah, dan swasta. Pelibatan swasta dibangun
berdasarkan pola kemitraan, sebagaimana telah dimulai pada tahap
sebelumnya.

e. Unhas memiliki sistem pengujian instalasi renewable energy. Sistem


renewable energy dibangun dengan perangkat yang cukup canggih sehingga
diperlukan pengujian secara berkala. Bila diperlukan, akan dilaksanakan
peningkatan (upgrading) sistem untuk menyesuaikan dengan perkembangan
energi.

f. Unhas memproduksi listrik 20% (dua puluh persen) dari kebutuhan. Pada
tahap ini, listrik yang diproduksi secara mandiri sudah mencapai 20% (dua
puluh persen) dari kebutuhan, sehingga ketergantungan energi pada PLN sisa
80% (delapan puluh persen).

g. Operasionalisasi integrated farming technology untuk produksi biogas


diprioritaskan untuk kebutuhan laboratorium. Pada periode ini, biogas
diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional laboratorium.

Tahun 2026 – 2030

a. Unhas memproduksi air bersih 75% (tujuh puluh lima persen) dari kebutuhan.
Pada periode 2021 – 2025, instalasi air bersih dapat melayani sekurang-
kurangnya 50% (lima puluh persen) dari seluruh kebutuhan air bersih di Unhas.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan
sumberdaya Unhas, maka diharapkan instalasi air bersih pada periode ini
sudah dapat melayani 75% (tujuh puluh lima persen) dari seluruh kebutuhan.

b. Unhas memproduksi listrik 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan. Pada
periode 2021 – 2025, instalasi listrik dari berbagai sumber baru dapat melayani
sekitar 20% (dua puluh persen) dari seluruh kebutuhan energi di Unhas.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan
sumberdaya Unhas, maka diharapkan instalasi energi pada periode ini sudah
dapat melayani 60% (enam puluh persen) dari seluruh kebutuhan.

c. Memproduksi gas 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan. Pada periode 2021
– 2025, integrated farming technology baru dapat melayani kebutuhan
laboratorium. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
kemampuan sumberdaya Unhas, maka diharapkan instalasi biogas pada
periode ini sudah dapat melayani 50% (lima puluh persen) dari seluruh
kebutuhan Unhas.

D. Kampus Ramah Lingkungan, Asri, dan Produktif (Kampus Hijau)

Kampus yang baik harus dapat memberikan suatu pesan dan


menanamkan kesan adanya “kewibawaan” (image) bagi setiap orang yang melihat
bentuk dan merasakan suasananya. Kampus tidak hanya berfungsi sebagai
“rumah” tempat melakukan aktivitas bagi sivitas akademika, namun juga
merupakan kawasan atau zona yang menyediakan berbagai kebutuhan material
dan spiritual. Kebutuhan yang berwujud material dapat dipenuhi melalui
pembangunan sarana dan prasarana yang sesuai untuk melayani segala
keperluan aktivitas warga kampus. Sementara kebutuhan spiritual merupakan
outcome dari desain sarana dan prasarana yang seharusnya melahirkan
keramahan dan kenyamanan yang berujung pada bangkitnya energi yang inspiratif
bagi setiap orang untuk mengembangkan inovasi.

Keramahan dan kenyaman suatu kawasan terbentuk melalui keberadaan


sekurang-kurangnya empat faktor yang saling terkait, yaitu (1) Karakter ruang
kawasan kampus: memiliki ruang yang cukup untuk beraktivitas, daya tarik,
kualitas, dan nilai atau citra yang bersumber dari karakter dan budaya lokal; (2)
Lingkungan fisik dan daya dukung: ruang dapat mendukung aktivitas dasar warga
kampus dan masyarakat termasuk pengembangan prasarana dasar dan
penyediaan ruang produksi; (3) Ketersediaan layanan: suatu kawasan kampus
harus menyediakan layanan dasar dengan kualitas prima guna memenuhi
kebutuhan akademik dan non-akademik; serta (4) Rekreasi dan olahraga: suatu
kampus seyogianya menyediakan sekumpulan obyek, atraksi atau daya tarik,
sarana dan prasarana untuk warga dan untuk pengunjungnya.

Kampus juga harus produktif dalam arti material dan spiritual. Kampus
produktif menghasilkan produk-produk hayati dan non-hayati yang dapat dinikmati
oleh warga kampus maupun masyarakat sekitarnya. Bahkan produk unggulan
yang tercipta dari kawasan dapat menjadi sumber revenue bagi kampus. Kampus
produktif juga mampu menciptakan suatu desain kawasan yang efisien sehingga
meningkatkan daya jangkau (accessibility), menciptakan rasa aman, dan
menyediakan segala kebutuhan (amenity), memperpendek jarak komunikasi,
sehingga terjamin produktivitas dari sisi barang dan jasa, ide dan gagasan, serta
inovasi-inovasi baru.

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki……”18 Penciptaan suasana fisik
kampus yang baik pada gilirannya akan berkontribusi pada perwujudan suasana
dan proses pembelajaran yang baik pula. Oleh sebab itu, mewujudkan kampus
yang ramah lingkungan, asri, dan produktif, merupakan jalan menuju pencapaian
suasana dan proses pembelajaran yang baik. Dengan demikian, kampus perlu
mengadopsi tujuan dan sasaran penataan ruang kawasan yakni mewujudkan

18 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.


ruang kawasan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.19 Berbagai
capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas,
akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.

Tahun 2015 - 2020

a. Ketersediaan dan akses yang tinggi terhadap sarana dan prasarana kampus.
Hal ini dimulai dari ketersediaan prasarana dasar umum bangunan dan non-
bangunan dan prasarana dasar pembelajaran pada tingkat laboratorium,
studio, bengkel, workshop, dan lain sebagainya. Sistem dalam mengakses
sarana dan prasarana tersebut perlu dibangun agar pemanfaatannya dapat
berlangsung seefisien mungkin.

b. Ruang terbuka hijau (RTH) melalui penghijauan ruang terbuka. Saat ini Unhas
masih memiliki ruang terbuka yang masih cukup luas yakni sekitar 65-70%
(enam puluh lima hingga tujuh puluh persen), termasuk danau dan ex farm.
Upaya yang perlu dilaksanakan adalah mempertahankan ruang terbuka
dengan konsep penghijauan hingga 60% (enam puluh persen). Untuk
penghijauan berbentuk pohon, diprioritaskan tanaman endemis, sedangkan
yang berbentuk taman harus berbasis pada desain yang berkarakter BMI.

c. Adanya sistem keamanan berbasis TIK untuk menjamin keamanan dan


kenyamanan beraktivitas. Sistemnya dibuat secara terpusat melalui penguatan
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat
manusia (organisasi dan kelembagaan). Jangkauan layanan keamanan tidak
hanya berada dalam gedung dan perparkiran, tetapi menjangkau semua
lingkungan kampus dan sekitarnya. Dengan demikian diperlukan penyusunan
rencana pendanaan jangka pendek dan menengah untuk pengembangan
sistem keamanan berbasis TIK.

d. Tersedianya masterplan tata ruang kampus yang baru dengan memperhatikan


konsep masterplan yang lama. Penyusunan Masterplan Tata Ruang Kampus
merupakan kegiatan yang sangat strategis, karena pembangunan dan
pengembangan kampus untuk 20 (dua puluh) tahun ke depan memerlukan
panataan ruang dan tata letak fisik infrastruktur, sarana dan prasarana, serta
fasilitas tridharma lainnya yang berkelas dunia dan berbasis BMI.

19 Konsiderans huruf d Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.


e. Terbangunnya unit/lembaga pengelola kampus dan bisnis. Unit/lembaga
pengelola kampus didirikan untuk menjalankan tugas-tugas spesifik mulai
perencanaan termasuk pedoman dan SOP, hingga penyusunan program
spesifik, dan pengendalian serta pengawasan pengelolaan kampus.
Unit/lembaga bisnis dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari unit
pengelolaan kampus yang berorientasi revenue generated.

f. Unhas memiliki kebijakan pembangunan berkarakter BMI (arsitektur).


Kebijakan ini dimulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan berbagai komponen lingkungan kampus, sarana
dan prasarana, baik gedung maupun non-gedung.

Tahun 2021 – 2025

a. Unhas mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitas lingkungan


kawasan kampus yang ramah, bersahabat, nyaman, dan aman dengan
karakter BMI. Upaya internal maupun eksternal perlu dilakukan untuk
mengendalikan jalannya berbagai program dan aktivitas. Program-program
baru dapat dilaksanakan bilamana ternyata dalam perkembangannya terjadi
perubahan terkait kebutuhan untuk mengantisipasi perubahan tersebut.

b. Terciptanya rasa nyaman bagi sivitas akademika dengan adanya lingkungan


kampus yang dapat memenuhi segala kebutuhan aktivitas. Rasa nyaman
semakin dibutuhkan oleh setiap individu dari waktu ke waktu dan kadarnya
dapat berubah sejalan dengan perkembangan. Upaya yang perlu
dilaksanakan adalah membuat perencanaan adaptif terkait dengan penciptaan
rasa nyaman, baik dari segi penyediaan infrastruktur maupun layanan
akademik dan non-akademik.

c. Terciptanya suasana kampus untuk meningkatkan produktivitas kerja sivitas


akademika. Program ini merupakan kelanjutan dari program sebelumnya
sebagai upaya menciptakan suasana akademik guna meningkatkan
produktivitas kerja sivitas akademika melalui program-program adaptif.
Peningkatan produktivitas kerja juga dilaksanakan melalui pembenahan
fasilitas (sarana dan prasarana) utama (ruangan kerja, laboratorium, studio,
perpustakaan, internet), serta fasilitas pendukung proses pembelajaran
(kantin, kafetaria, sarana ibadah, olahraga, seni, dan lain sebagainya).

Tahun 2026 – 2030


a. Unhas menjalankan sistem perawatan kawasan dan bangunan yang baik dan
berkelanjutan. Upaya ini dilaksanakan dalam rangka perawatan kawasan
kampus termasuk segala komponen prasarana yang ada agar tetap sesuai
dengan standar kualitas kawasan dan bangunan. Sistem perawatan dijalankan
melalui lembaga pengelola kampus yang dibentuk pada periode 2015 - 2020.
Kebijakan dalam bentuk pedoman dan SOP perlu disusun dan diberlakukan
untuk menunjang sistem perawatan tersebut.

b. Unhas secara efektif menjalankan peninjauan (review) dan pemutakhiran


sistem yang sudah terbangun. Kampus ramah lingkungan dan berteknologi
tinggi memiliki sistem infrastruktur dan suprastruktur yang canggih, sehingga
pada tahap ini diperlukan mekanisme penilaian kinerja sistem secara berkala
dan terstruktur, serta melakukan pembaruan sistem yang sudah usang.
BAB VIII

PENUTUP

Rencana Pengembangan Universitas Hasanuddin 2030 yang berisi


penjabaran visi, misi, dan nilai Universitas Hasanuddin, merupakan pedoman bagi
pimpinan universitas di dalam penyelenggaraan program dan kegiatan serta
pengelolaan Universitas Hasanuddin 16 tahun ke depan.

Rencana pengembangan ini juga menjadi acuan dalam penyusunan


Rencana Strategis (Renstra) dan menjadi pedoman bagi calon rektor dalam
menyusun program kerja tahunan. Keberhasilan program pengembangan dalam
mewujudkan visi Universitas Hasanuddin sebagai “Pusat unggulan dalam
pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berbasis
Benua Maritim Indonesia” perlu didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan
universitas yang kuat, efektif, efisien, inovatif, dan adaptif; (2) konsistensi
kebijakan pimpinan; dan (3) peran serta sivitas akademika dan masyarakat pada
umumnya.

Ketua Senat/Rektor,

Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi


NIP. 19500831 197803 1 004
L a m pira n 2.1.

Tahapan dan Keterlibatan Para Pemangku Kepentingan


dalam Proses Penyusunan RP Unhas 2030

No Tahapan Pemangku Kepentingan Luaran

1 Kick off Penyusunan Tim 20; Tim 9; Tim 4 Sosialisasi ruang lingkup
RP Unhas 2030 tugas, tahapan kegiatan,
dan peran masing-masing
pihak

2 Pelatihan teknik Tim 20; Tim 9; Tim 4; Menyamakan persepsi


perencanaan PPM dan pengetahuan tentang
pendekatan dan metode
yang akan digunakan

3 Eksplorasi dan Komisi I, Komisi II, Komisi Gambaran Inspirasi


Inspirasi III, dan Komisi IV Senat Unhas 2030
Unhas

4 Lokakarya Perwakilan dosen, Gambaran Inspirasi


mahasiswa, dan pegawai Unhas 2030

5 FGD 1 Bagyo Y. Moeliodihardjo; Lanskap dunia pendidikan


Sangkot Marzuki; dan tinggi 2030
Satryo Soemantri
Brodjonegoro

6 FGD 2 Mantan Rektor, Mantan Harapan dan inspirasi


Pembantu Rektor, Mantan gambaran Unhas masa
Dekan, antara lain: Prof. depan serta pembelajaran
Ahmad Amiruddin, Prof. terpetik selama 57 tahun
Basri Hasanuddin, Prof. Unhas
Rady A. Gani, Prof.
Syarifuddin Wahid, Prof.
Mappa Nasrun.

7 FGD 3 Para pemerhati internal Harapan dan inspirasi


Unhas (35 orang) gambaran Unhas masa
depan

8 Mengirim surat Pandangan dan harapan


kepada Universitas terhadap Unhas
Mitra

9 Wawancara 1 Anwar Nasution Lanskap dunia pendidikan


tinggi 2030 dan peran
Unhas di masa
mendatang

10 Summit Rektor; Wakil Rektor; Inspirasi Unhas 2030


Dekan; Wakil Dekan I;
Tim 20; Tim 9; Tim 4;
perwakilan dosen,
mahasiswa, dan pegawai.

11 Sarasehan Prof. Nizam Arah Kebijakan


Pendidikan Tinggi

12 Formulasi idealized Tim 20; Tim 9; Tim 4 Lima idealized design


design

13 Identifikasi syarat/ Tim 20; Tim 9; Tim 4 Syarat pembentuk


faktor pembentuk idealized design
idealized design

14 Perumusan tahapan Tim 20; Tim 9; Tim 4 Faktor pembentuk


pembentukan idealized design
idealized design

15 Kajian posisi Unhas Tim PP; Kepala Biro; KPS Pandangan tentang posisi
dewasa ini Unhas dewasa ini

16 Kajian kondisi Tim 20; Tim 9; Tim 4 Kajian PESTEL


eksternal

17 Wawancara 2 B. J. Habibie Konsep BMI dan peran


Unhas dalam
pengembangan BMI

18 The best Tim 20; Tim 9; Tim 4 Best approximation


approximation idealized design
idealized design

19 Reformulasi idealized Tim 20; Tim 9; Tim 4 Idealized design yang


design disempurnakan

20 Road map Tim 20; Tim 9; Tim 4 Periodisasi arah


implementation the pengembangan Unhas
best approximation of 2030
the best design

21 Penulisan RP Unhas Tim 20; Tim 9; Tim 4 Dokumen RP Unhas 2030


2030

Anda mungkin juga menyukai