\
g
\
.-
ET il
K** / f,;t
\
I r:5I
-/
ttemhangun Peradabon
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2004, Unhas memiliki rencana strategis lima tahunan yang
secara efektif digunakan dalam pengembangan institusi. Dalam periode
sebelumnya, rencana strategis semacam ini tidak dapat diimplementasikan
dengan baik, karena kebijakan anggaran Pemerintah yang bersifat sentralistis,
sehingga sulit untuk memadukan fokus perencanaan dan anggaran. Adanya
perubahan sistem penganggaran perguruan tinggi ke arah yang lebih otonom,
merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan oleh Unhas untuk menunjukkan
kapasitasnya dalam pengembangan institusi berbasis perencanaan yang lebih
1 Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Penjelasan Umum (I) Paragraf 4.
2 Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
matang. Hasilnya tampak dalam perjalanan sepuluh tahun terakhir, yang bermuara
pada pencapaian akreditasi institusi dengan nilai A pada tahun 2013.
Kinerja dan reputasi yang telah dicapai Unhas selama ini dapat terwujud
berkat dukungan kapasitas yang tersedia, baik berupa sumberdaya manusia,
manajemen, maupun sarana dan prasarana. Perolehan nilai tinggi untuk tujuh
standar akreditasi institusi, merupakan penilaian objektif atas kapasitas yang
dimiliki Unhas selama ini. Dalam bidang manajemen, Unhas telah menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) sejak tahun 2009,
kemudian memperoleh status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tiga
tahun terakhir dan menjadi rujukan berbagai perguruan tinggi lain di Indonesia.
Kapasitas ini akan dapat mendukung pencapaian cita-cita Unhas tahun 2030,
diperkuat oleh kegiatan pengembangan yang terus ditingkatkan secara
berkelanjutan. Jumlah dan kualitas tenaga pendidik juga merupakan determinan
yang dapat diandalkan, melalui keberadaan 1.727 orang dosen yang tersebar di
14 fakultas dan 59 program studi. Dari jumlah ini, 281 orang diantaranya
menduduki jabatan akademik profesor dan 560 orang lektor kepala. Dosen yang
bergelar Doktor/Spesialis-2 sebanyak 865 orang, dan bergelar Magister/Spesialis-
1 sebanyak 743 orang. Jumlah kegiatan penelitian semakin meningkat dari tahun
ke tahun dengan dukungan dana, sarana dan prasarana, serta laboratorium yang
memadai. Demikian juga dengan jejaring dan kerjasama penelitian pada skala
nasional dan internasional. Selain hibah unggulan perguruan tinggi, sejumlah
Dosen Unhas berhasil memperoleh hibah fundamental, hibah kompetensi,
Stranas, Master Plan Pengembangan dan Percepatan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), dan hibah penelitian publikasi internasional.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menjadi
landasan yuridis dalam menentukan arah pengembangan Unhas ke depan.
Undang-undang ini dengan jelas menempatkan status otonomi (perguruan tinggi
negeri badan hukum) sebagai puncak dari atribut pencapaian manajemen sebuah
perguruan tinggi. Dengan nilai A untuk akreditasi institusi, Unhas dalam waktu
dekat dapat dipertimbangan oleh Pemerintah untuk menjadi institusi mandiri.
Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 Tentang
Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, maka
Unhas harus mampu melakukan antisipasi yang sistematis dan komprehensif
terhadap pelaksanaan peraturan pemerintah ini. Tonggak capaian transformasi ke
depan harus mampu merumuskan langkah strategis, baik dalam transformasi
kegiatan tridharma perguruan tinggi, maupun manajemen universitas yang lebih
efisien dan efektif.
5 Penjelasan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Penjelasan
Umum (I) Paragraf 5.
Gambar 1. Lima Tema Pokok RP Unhas 2030
BAB II
DESAIN IDEAL
APROKSIMASI
TERBAIK
PETA JALAN
POSISI DESAIN
SEKARANG IMPLEMENTASI
3. H olistic Prin ciple. Prinsip ini terdiri atas dua hal, yaitu koordinasi dan
integrasi. Prinsip koordinasi menyatakan bahwa tidak ada bagian organisasi
yang menyusun rencana secara sendiri-sendiri terpisah dari bagian lain pada
tingkatan yang sama. Proses perencanaan dari bagian organisasi pada level
yang sama harus dilakukan secara serentak dan interdependen. Prinsip
integrasi menyatakan bahwa perencanaan yang dilakukan secara terpisah dari
berbagai level dalam organisasi tidak dapat berjalan efektif. Dalam
implementasi sering terjadi bahwa masalah operasional di suatu level hanya
dapat diselesaikan dengan mengubah kebijakan pada level di atasnya.
7 Griffith, R. (2004). Knowledge production and the research-teaching nexus: the case of the built
environment disciplines. Studies in Higher Education, 29 (6), hlm. 709-726.
8 Fernate, A., Surikova, S., Kalnina, D., dan Romero, C.S. 2009. “Research-based academic
studies: Promotion of the quality of learning outcomes in higher education?” Paper dipresentasikan
di the European Conference on Educational Research, University of Vienna, 28-30 September
2009.
mewujudkan ketiga aspek ini, berikut ini diuraikan faktor-faktor pembentuk dan
tahapan untuk mencapai keadaan ideal masing-masing dimensi strategis.
g. Unhas memiliki sistem matrikulasi yang kuat dan ketat sehingga mahasiswa
baru pada semua program memiliki kesiapan yang setara satu sama lain dalam
menghadapi proses pembelajaran selanjutnya.
a. Pada tahap ini, selain tingkat produktivitas yang tinggi, hasil karya dosen
(bahan ajar, hasil riset, dan publikasi ilmiah) memiliki kualitas yang dapat
dibanggakan jika disandingkan dengan hasil karya dosen dari perguruan tinggi
lain yang bereputasi nasional dan internasional.
f. Minimal 50% (lima puluh persen) dari total mahasiswa warga negara Indonesia
(WNI) yang memiliki potensi dan kinerja akademik tinggi akan mendapatkan
full-board scholarship.
g. Sistem informasi yang dibangun pada tahap pertama akan diperbaharui
sehingga memungkinkan mahasiswa menjadi bagian dari sistem yang
menginformasikan kompetensi dan kinerja alumni.
a. Karya dosen (bahan ajar, hasil riset, dan publikasi ilmiah) menjadi rujukan atau
diadopsi oleh institusi nasional maupun internasional.
b. Tidak terjadi pelanggaran/sanksi aturan dan kode etik secara umum dan
bersifat serius (berat) karena pada diri setiap sivitas akademika telah
terbangun kesadaran untuk melakukan pengendalian diri (control self-
assessment, CSA).
c. Sistem penjaminan mutu yang terbaharui dengan target mutu yang merujuk
pada standar internasional. Pada periode ini, semua unit kerja baik karena
hasil karya individu atau kelompok sivitas akademika maupun hasil karya yang
berbasis kelembagaan, mendapatkan pengakuan internasional.
e. Di samping mahasiswa WNI yang memiliki potensi dan kinerja akademik tinggi,
full-board scholarship akan mencakup mahasiswa warga negara asing (WNA)
dengan kriteria tertentu.
b. Unhas memiliki sistem yang efektif dan efisien dalam memfasilitasi pertukaran
informasi hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat antar dosen dalam
rangka pengayaan bahan ajar. Di samping itu, Unhas harus membangun
lembaga9 yang mampu meningkatkan kapasitas dosen dalam menangani
proses belajar mengajar.
e. Unhas memiliki unit khusus yang ditunjang oleh perangkat dan staf profesional
yang mampu membangun kepercayaan pihak industri, pemerintah, dan
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan proses
pembelajaran, termasuk dalam pengembangan kurikulum yang berkualitas
dan relevan.
9 University of Sydney memiliki lembaga serupa yang dinamai “Learning Solutions” di bawah
naungan “Human Resource Development”.
b. Unhas memiliki kebijakan dan perangkat yang memungkinkan semua
kurikulum mengandung muatan BMI dan mengakomodasi pelaksanaan lintas
disiplin ilmu, termasuk antar perguruan tinggi di Indonesia sebagai bagian dari
komitmen kebangsaan dalam kerangka NKRI.
c. Adanya peningkatan kuantitas dan kualitas serta ragam karya mahasiswa yang
kreatif dan inovatif.
d. Unhas memiliki suasana kampus yang harmonis dan dibanggakan oleh semua
pihak yang menyaksikannya.
a. Telah memiliki klasifikasi atas jenis penelitian dasar dan penelitian terapan
yang berbasis keanekaragaman ekosistem BMI pada semua program studi
dan pusat penelitian, termasuk identifikasi atas sifatnya yang lintas disiplin
ilmu.
c. Memiliki minimal 50% (lima puluh persen) dosen yang melakukan kerjasama
atau terlibat dalam penelitian lintas disiplin ilmu dan melibatkan mahasiswa
program sarjana, magister, dan/atau doktor dengan integritas dan etika
penelitian yang tinggi.
c. Memiliki minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dosen yang melakukan
kerjasama atau terlibat dalam penelitian lintas disiplin ilmu dan melibatkan
mahasiswa program sarjana, magister, dan/atau doktor dengan integritas dan
etika penelitian yang tinggi.
11 Miller, William, “Building The Ultimate Resource,” Management Review, 88 (1), Jan. 1999, hlm.
42-45.
hasil penelitian memperoleh paten atau bentuk kekayaan intelektual lain yang
lebih tinggi tingkat pengakuannya.
a. Memiliki bidang penelitian berbasis BMI spesifik yang menjadi rujukan nasional
dan internasional.
c. Memiliki lebih dari 90% (sembilan puluh persen) dosen yang melakukan
kerjasama atau terlibat dalam penelitian lintas disiplin ilmu dan melibatkan
mahasiswa program sarjana, magister, dan/atau doktor dengan integritas dan
etika penelitian yang tinggi.
c. Setiap laboratorium atau unit penelitian lainnya memiliki teknisi dan laboran
dalam jumlah yang cukup dengan kualitas memadai.
d. Memiliki peralatan laboratorium yang lengkap dan mutakhir serta minimal 75%
(tujuh puluh lima persen) di antaranya telah terpenuhi dan dapat diakses
melalui resource sharing.
c. Setiap laboratorium atau unit penelitian memiliki teknisi dan laboran dalam
jumlah yang cukup, berkualitas, dan mampu beradaptasi dengan
perkembangan ipteks.
d. Memiliki peralatan laboratorium yang lengkap dan mutakhir serta minimal 90%
(sembilan puluh persen) di antaranya telah terpenuhi dan dapat diakses
melalui resource sharing.
c. Setiap laboratorium atau unit penelitian memiliki teknisi dan laboran dalam
jumlah yang cukup, berkualitas, terlatih, serta bersertifikat.
a. Terdapat minimal 3 (tiga) unit penelitian yang menjadi kiblat nasional dengan
fokus atau ceruk (niche) penelitian lintas disiplin ilmu dengan
mempertimbangkan relevansi dan kegunaannya, serta kekuatan dan
peluangnya untuk berkompetisi di tingkat nasional.
b. Setiap unit penelitian yang menjadi kiblat nasional memiliki peralatan yang
lengkap (state of the art), terakreditasi, dan dapat diakses oleh berbagai bidang
penelitian terkait.
a. Terdapat minimal 1 (satu) unit penelitian berbasis BMI spesifik yang menjadi
kiblat di tingkat global dengan fokus atau niche penelitian lintas disiplin ilmu
dengan mempertimbangkan relevansi dan kegunaannya, serta kekuatan dan
peluangnya untuk berkompetisi di tingkat global.
b. Unit penelitian yang menjadi kiblat di tingkat global memiliki peralatan yang
lengkap, terakreditasi, dan dapat diakses oleh berbagai bidang penelitian
terkait.
Kiprah Unhas sejak didirikan pada tahun 1956 sampai pada usia 57 tahun
sekarang ini, telah berperan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi
peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan, dan daya saing bangsa Indonesia.
Berbagai karya signifikan yang dikontribusikan kepada bangsa dan negara tidak
lepas dari jati diri Unhas sebagai institusi pendidikan tinggi yang menyatu dengan
masyarakatnya (communiversity). Pengalaman menunjukkan bahwa sejak Unhas
didirikan, senantiasa aktif berperan dalam penyelesaian masalah besar di negeri
ini, seperti: masalah kebangsaan, keutuhan NKRI, demokrasi, kesenjangan sosial
dan ekonomi, bencana, serta lingkungan hidup. Komitmen Unhas terhadap
tanggung jawab sosial dinyatakan secara tegas dalam misi Unhas yang ketiga,
yaitu menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya bagi kemasalahatan BMI. Misi ini sekaligus menegaskan, bahwa Unhas
tidak ingin menjadi “menara gading” namun ingin berperan sebagai “mata air” yang
memberikan kemaslahatan bagi BMI. Oleh karena itu, Unhas pada tahun 2030
ingin mewujudkan diri sebagai universitas bereputasi internasional yang mampu
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kualitas hidup,
kesejahteraan, dan daya saing bangsa Indonesia. Peran Unhas tersebut
diwujudkan melalui lima dimensi strategis, yaitu (1) Penerapan hasil riset
unggulan, (2) Keutuhan NKRI, (3) Tanggung jawab sosial universitas, (4)
Perluasan akses pembelajaran, dan (5) Entrepreneurial university.
Terdapat empat faktor pembentuk dalam dimensi strategis ini, yaitu (1)
roadmap penghiliran hasil riset unggulan terapan yang komprehensif dan
bermuara pada teknologi yang siap untuk diimplementasikan baik dari segi teknis
maupun ekonomis, (2) laboratorium riset unggulan terapan yang relevan serta
didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan mutakhir, (3) jejaring dan
kolaborasi yang luas dengan berbagai mitra baik dalam maupun luar negeri, dan
(4) sumberdaya manusia yang kompeten dan profesional. Berbagai capaian
strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan
ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.
a. Unhas memiliki jejaring dan kolaborasi yang kuat serta luas dengan berbagai
mitra yang meliputi unsur ABCG.
a. Unhas menjadi inisiator dan berperan penting dalam jejaring dan kolaborasi
ABCG yang telah dikembangkan pada periode sebelumnya.
e. Unhas menjadi simpul kolaborasi ABCG pada bidang keahlian riset unggulan
di tingkat nasional.
e. Unhas menjadi simpul kolaborasi ABCG pada bidang keahlian riset unggulan
di tingkat internasional.
B. Keutuhan NKRI
a. Unhas memiliki kajian berbagai isu kebangsaan dan keutuhan NKRI, antara
lain mengenai bencana, konflik, perdamaian, demokrasi, dan HAM.
b. Unhas memiliki jejaring dan kolaborasi yang luas dengan berbagai mitra
seperti: pemerintah, LSM, masyarakat, industri, dan ormas di seluruh
Nusantara untuk menyelesaikan masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI.
c. Hasil kajian unggulan Unhas tentang masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI
(bencana, konflik, perdamaian, demokrasi, dan HAM) menjadi rekomendasi
yang bermanfaat bagi berbagai pihak terkait.
b. Unhas menjadi simpul jejaring dan kolaborasi dengan berbagai mitra seperti:
pemerintah, LSM, masyarakat, industri, dan ormas di seluruh Nusantara terkait
dengan penyelesaian masalah kebangsaan dan keutuhan NKRI.
c. Unhas menjadi universitas rujukan dalam penyelesaian masalah kebangsaan
dan keutuhan NKRI (bencana, konflik, perdamaian, demokrasi, dan HAM) yang
mendapat pengakuan nasional dan internasional.
Makna dari dimensi strategis ini adalah mewujudkan Unhas menjadi aktor
utama yang proaktif menggugah para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi
menyelesaikan masalah-masalah strategis nasional dan internasional. Tanggung
jawab sosial memiliki makna yang lebih dalam dan luas dari sekedar pengabdian
kepada masyarakat. Menurut Deklarasi UNESCO (2009), tanggung jawab sosial
universitas didefinisikan sebagai “the ability of the University to apply a set of
principles and values, stated in its management philosophy, in the practice of its
basic functions: management, teaching, research and production, and outreach,
with views to respond to the demands of stakeholders in its environment.”
c. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan industri dan pelaku
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di tingkat KTI yang berbasis pada
bidang unggulan Unhas.
d. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan pemerintah pusat dan
daerah terkait dengan masalah-masalah pembangunan pada tingkat KTI.
Tahun 2020-2025
c. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan industri dan pelaku
UMKM di tingkat nasional yang berbasis pada hasil dan karya unggulan Unhas.
d. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan pemerintah pusat dan
daerah terkait dengan masalah-masalah pembangunan di tingkat nasional.
c. Unhas menjadi rujukan dalam peran sebagai konsultan industri dan pelaku
usaha di tingkat ASEAN yang berbasis bidang unggulan Unhas.
13 Pasal 32, Pasal 80 ayat (2), dan Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi
Adapun bentuk layanan atau moda pembelajaran yang dikembangkan
antara lain: Open Course Ware (OCW), pembina pengembangan mutu akademi
komunitas, pelatihan, dan kursus terkait dengan peningkatan keterampilan yang
relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan
dimensi strategis Unhas dalam peningkatan perluasan akses pembelajaran,
diperlukan beberapa faktor pembentuk, yaitu (1) sistem dan teknologi OCW yang
handal, (2) lembaga konsultan, (3) unit penyelenggara pelatihan dan kursus, serta
(4) sumberdaya manusia yang kompeten dan profesional. Berbagai capaian
strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di atas, akan
ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.
Tahun 2020-2025
a. Unhas memiliki inkubator yang mampu mengakomodasi 25% (dua puluh lima
persen) hasil riset unggulan terapan.
b. Unhas berhasil menghilirkan 25% (dua puluh lima persen) hasil riset unggulan
terapan.
d. Kolaborasi dengan ABCG di tingkat KTI dalam menghilirkan hasil riset yang
sudah dimatangkan di inkubator.
15 Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (3) butir (b) dan Pasal 21 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, bahwa pemerintah berfungsi
menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim
yang kondusif bagi perkembangan Sistem Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia. Selain itu Pemerintah juga kerkewajiban melaksanakan
penguatan pertumbuhan industri berbasis teknologi untuk meningkatkan kemampuan
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi serta memperkuat tarikan pasar bagi hasil kegiatan
penelitian dan pengembangan.
Tahun 2021 - 2025
b. Unhas berhasil menghilirkan 50% (lima puluh persen) hasil riset terapan.
a. Unhas memiliki inkubator yang mampu mengakomodasi 75% (tujuh puluh lima
persen) hasil riset unggulan terapan.
b. Unhas berhasil menghilirkan 75% (tujuh puluh lima persen) hasil riset unggulan
terapan.
REPUTASI INTERNASIONAL
a. Pada periode ini minimal 12 (dua belas) program studi telah menjadi program
studi internasional dan terakreditasi internasional.
b. Kerjasama dengan berbagai lembaga internasional telah semakin berkembang
dalam bidang pendidikan (seperti program double degree, joint degree, dan
sebagainya).
a. Pada periode ini minimal 20 (dua puluh) program studi telah menjadi program
studi internasional dan terakreditasi internasional.
c. Jumlah mahasiswa asing yang tertarik mengikuti berbagai program studi makin
meningkat (baik yang berasal dari negara berkembang maupun dan negara
maju). Pada periode ini proporsi mahasiswa asing diharapkan mencapai
jumlah minimal 5% (lima persen).
B. Pagelaran Internasional
a. Pada tahap ini, Unhas telah menyelenggarakan minimal 75 (tujuh puluh lima)
kegiatan atau program internasional dalam berbagai bentuk, seminar,
simposium, konferensi, lokakarya, pagelaran seni, dan sebagainya. Pada
periode ini diharapkan jumlah negara yang mengikuti berbagai kegiatan
tersebut semakin meningkat, khususnya dari negara maju.
C. Publikasi Internasional
a. Pada tahapan ini Unhas diharapkan telah berada dalam jajaran 5 (lima) besar
di tingkat nasional sebagai lembaga dengan publikasi internasional terbanyak
yang disitasi oleh lembaga internasional yang bereputasi. Diperkirakan dalam
kurun waktu tersebut Unhas telah mampu menghasilkan publikasi
internasional bereputasi minimal 500 (lima ratus) karya tulis ilmiah setiap
tahun.
a. Pada periode ini, diharapkan minimal 70% (tujuh puluh persen) dosen telah
menjadi anggota aktif pada berbagai organisasi profesi internasional, termasuk
menjadi reviewer pada berbagai jurnal internasional.
b. Pada periode ini diharapkan minimal 85% (delapan puluh lima persen) dosen
memberikan makalah pada simposium internasional setiap tahun, termasuk
menjadi plenary speakers pada simposium internasional yang bereputasi.
d. Pada periode ini diharapkan minimal 70% (tujuh puluh persen) program studi
telah melaksanakan staff and student exchange program secara rutin dengan
berbagai lembaga pendidikan dan penelitian di negara maju.
a. Jika berbagai sasaran pada periode sebelumnya dapat dicapai dengan baik,
maka diharapkan pada akhir tahun 2030, minimal 95% (sembilan puluh lima
persen) dosen telah menjadi anggota dan sebagian diantaranya menjadi
pengurus aktif pada berbagai organisasi profesi internasional. Di samping itu,
sebagian juga menjadi reviewer dan editor pada berbagai jurnal internasional
yang bereputasi tinggi.
b. Pada akhir tahun 2030, minimal 95% (sembilan puluh lima persen) dosen telah
aktif menyampaikan makalah 1 (satu) sampai 2 (dua) kali setiap tahun pada
berbagai simposium internasional yang bereputasi tinggi.
g. Menyusun sistem keuangan dan pendanaan yang akuntabel. Sistem ini harus
mendukung segenap kegiatan pengembangan kampus beserta kegiatan
tridharma secara efektif dan efisien.
j. Adanya Rencana Induk (Master Plan) Tata Ruang Kampus (RTRW Kampus)
agar pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana dapat dikendalikan
secara sesuai dengan prinsip-prinsip estetika dan planologi yang baik.
Tahun 2021 – 2025
b. Sistem otonomi kampus dengan status badan hukum akan diterapkan secara
penuh, dilengkapi dengan berbagai unit pendukung kegiatan tridharma sesuai
dengan kebutuhan pengembangan.
b. Instalasi sarana dan prasarana “taman ipteks” yang meliputi pusat inovasi
(inkubator, teaching industry, dan laboratorium multifungsi), ruang seminar dan
konferensi, sumber listrik mandiri, pusat telekomunkasi, fasilitas daur ulang,
kantin, kantor pengelola, resepsionis dan keamanan, bank, transportasi
internal, area parkir, fasilitas olah raga dan kesehatan, serta fasilitas
kewirausahaan.
c. Unhas memiliki koleksi spesies langka dan terancam punah secara global dan
endemis dari Kawasan Wallacea yang meliputi mamalia, burung, reptil dan
amfibia, ikan, dan invertebrata. Spesies langka dan endemis Wallacea tersebut
akan dikembangbiakkan di arboretum, hutan pendidikan, kebun percobaan,
ranch pendidikan, hatchery marine field station, dan akuarium untuk kegiatan
pembelajaran, penelitian, dan konservasi.
17 Deval L. Patrick, Timothy Murray, Ian A. Bowles. 2008. Campus Sustainability Best Practices: A
Resource for Colleges and Universities. Massachusetts Executive Office of Energy and
Environmental Affairs, USA.
Berbagai capaian strategis untuk mewujudkan faktor-faktor pembentuk tersebut di
atas, akan ditempuh dalam tahapan sebagai berikut.
e. Unhas memiliki hasil studi kelayakan (feasibilty study) dan kajian lingkungan
untuk pengembangan sistem renewable energy dan penjernihan air. Studi
tersebut dilaksanakan baik sebagai prasyarat formal dalam pembangunan
infrastruktur utilitas, maupun sebagai alat untuk memastikan bahwa sistem
yang dibangun ecomically feasible dan environmentally sustainable.
g. Unhas memiliki instalasi penjernihan air minum. Instalasi ini diperlukan untuk
menjernihkan air yang bersumber dari lingkungan sekitar (danau, sungai,
akuifer) sehingga air bersih dan dapat diminum akan diperoleh di berbagai
tempat yang ada dalam kawasan kampus.
a. Unhas telah memproduksi air bersih 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan.
Instalasi air bersih yang telah diinisiasi pada periode sebelumnya akan dapat
melayani sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari seluruh kebutuhan
air bersih di Unhas.
f. Unhas memproduksi listrik 20% (dua puluh persen) dari kebutuhan. Pada
tahap ini, listrik yang diproduksi secara mandiri sudah mencapai 20% (dua
puluh persen) dari kebutuhan, sehingga ketergantungan energi pada PLN sisa
80% (delapan puluh persen).
a. Unhas memproduksi air bersih 75% (tujuh puluh lima persen) dari kebutuhan.
Pada periode 2021 – 2025, instalasi air bersih dapat melayani sekurang-
kurangnya 50% (lima puluh persen) dari seluruh kebutuhan air bersih di Unhas.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan
sumberdaya Unhas, maka diharapkan instalasi air bersih pada periode ini
sudah dapat melayani 75% (tujuh puluh lima persen) dari seluruh kebutuhan.
b. Unhas memproduksi listrik 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan. Pada
periode 2021 – 2025, instalasi listrik dari berbagai sumber baru dapat melayani
sekitar 20% (dua puluh persen) dari seluruh kebutuhan energi di Unhas.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan
sumberdaya Unhas, maka diharapkan instalasi energi pada periode ini sudah
dapat melayani 60% (enam puluh persen) dari seluruh kebutuhan.
c. Memproduksi gas 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan. Pada periode 2021
– 2025, integrated farming technology baru dapat melayani kebutuhan
laboratorium. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
kemampuan sumberdaya Unhas, maka diharapkan instalasi biogas pada
periode ini sudah dapat melayani 50% (lima puluh persen) dari seluruh
kebutuhan Unhas.
Kampus juga harus produktif dalam arti material dan spiritual. Kampus
produktif menghasilkan produk-produk hayati dan non-hayati yang dapat dinikmati
oleh warga kampus maupun masyarakat sekitarnya. Bahkan produk unggulan
yang tercipta dari kawasan dapat menjadi sumber revenue bagi kampus. Kampus
produktif juga mampu menciptakan suatu desain kawasan yang efisien sehingga
meningkatkan daya jangkau (accessibility), menciptakan rasa aman, dan
menyediakan segala kebutuhan (amenity), memperpendek jarak komunikasi,
sehingga terjamin produktivitas dari sisi barang dan jasa, ide dan gagasan, serta
inovasi-inovasi baru.
a. Ketersediaan dan akses yang tinggi terhadap sarana dan prasarana kampus.
Hal ini dimulai dari ketersediaan prasarana dasar umum bangunan dan non-
bangunan dan prasarana dasar pembelajaran pada tingkat laboratorium,
studio, bengkel, workshop, dan lain sebagainya. Sistem dalam mengakses
sarana dan prasarana tersebut perlu dibangun agar pemanfaatannya dapat
berlangsung seefisien mungkin.
b. Ruang terbuka hijau (RTH) melalui penghijauan ruang terbuka. Saat ini Unhas
masih memiliki ruang terbuka yang masih cukup luas yakni sekitar 65-70%
(enam puluh lima hingga tujuh puluh persen), termasuk danau dan ex farm.
Upaya yang perlu dilaksanakan adalah mempertahankan ruang terbuka
dengan konsep penghijauan hingga 60% (enam puluh persen). Untuk
penghijauan berbentuk pohon, diprioritaskan tanaman endemis, sedangkan
yang berbentuk taman harus berbasis pada desain yang berkarakter BMI.
PENUTUP
Ketua Senat/Rektor,
1 Kick off Penyusunan Tim 20; Tim 9; Tim 4 Sosialisasi ruang lingkup
RP Unhas 2030 tugas, tahapan kegiatan,
dan peran masing-masing
pihak
15 Kajian posisi Unhas Tim PP; Kepala Biro; KPS Pandangan tentang posisi
dewasa ini Unhas dewasa ini