Anda di halaman 1dari 130

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)


TANAH BUMBU
KABUPATEN TANAH BUMBU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
(2017 – 2026)

Batulicin, Desember 2016


RINGKASAN EKSEKUTIF

Kawasan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VI – Tanah


Bumbu yang berada di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan telah
mengalami banyak persoalan yang terkait dengan pengelolaannya. Penyerobotan
lahan,perambahan hutan, dan pembalakan liar masih terus menjadi tantangan hingga
saat ini. Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi memerlukan model dan strategi
pengelolaan yang tepat dan efektif.
Dibentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VI – Tanah
Bumbu merupakan aksi nyata di dalam upaya mempercepat penyelesaian masalah hutan
dan konflik yang ada di dalamnya. Hadirnya lembaga ini dalam kerangka memastikan
adanya pengelolaan hutan di tingkat tapak/lapangan. Pembagian peran antara institusi
pengurusan hutan (Dinas Kehutanan dan Perkebunan) dan institusi pengelolaan hutan
(KPH) diharapkan dapat memperkuat efektifitas dan efisiensi kegiatan di bidang
kehutanan. Dengan cara ini, arah menuju pengelolaan hutan yang lestari (sustainable
forest management) lebih jelas dan mudah di ukur.
Salah satu bagian awal dari penyiapan pengelolaan kawasan hutan adalah
penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan baik jangka panjang (10 tahun) maupun jangka
pendek (tahunan). Penyusunan pengelolaan jangka panjang diperlukan untuk menjadi
acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk unit-unit pengelolaan hutan (KPH)
yang akan mengelola hutan secara terintegrasi melalui kaidah-kaidah pengelolaan hutan
yang dapat menjamin keberlangsungan fungsinya sebagaimana yang dimandatkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.435 / Menhut-II / 2009
tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan, Status dan Fungsi
Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu 60,93 % (296.817,80 Ha) merupakan Kawasan
Hutan dan 39,07 % (190.351,65 Ha) merupakan non Kawasan Hutan berupa areal
penggunaan lain dan perairan.
KPHP Unit VI – Tanah Bumbu memiliki ragam bentuk pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan. Dalam pemanfaatan hutan, saat ini ada Enam perusahaan
pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan hutan (IUPHHK-HT) dan Dua Puluh duaizin
pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH), Tujuh usulan IUPHHK- Hutan Tanaman Rakyat .
Wilayah KPHP Tanah Bumbu Unit VI secara ekologis ke depan akan mengalami
tekanan ke arah deforestasi dan degradasi karena aktivitas illegal seperti perambahan
hutan dan pembalakan liar. Eksistensi kawasan ini juga akan mengalami tekanan

ii
kerusakan yang dapat diakibatkan oleh konversi lahan menjadi lokasi pemukiman dan
pertambangan. Untuk itu penanganan masalah secara terpadu dan komprehensif
sangatlah diperlukan.
Secara ekonomi, adanya akses yang mudah dan banyaknya kegiatan usaha yang
berkembang di sekiar KPHP Unit VI – Tanah Bumbu akan memberikan multiplier
effectyang cukup positif.
Berdasarkan arah, tujuan dan sasaran pembangunan provinsi dan kabupaten
serta memperhatikan kondisi, potensi dan permasalahan di dalamnya maka Rencana
pengelolaan KPHP Unit VI – Tanah Bumbu yang utama adalah optimalisasi akses semua
pihak termasuk masyarakat sekitar kawasan KPHP Unit VI – Tanah Bumbu sebagai salah
satu jalan bagi resolusi konflik sumberdaya hutan demi tercapainya pengelolaan
berkelanjutan. Visinya adalah “Terw ujudnya Optim alisasi Pem anfaatan Sum ber
daya Hutan Secara Lestari dan Berkelanjutan untuk M endukung M asyarakat
Sejahtera”.
Untuk mencapai misi tersebut diperlukan langkah-langkah kongkrit Memantapkan
status kawasan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,
Mengoptimalkan perlindungan hutan, rehabilitasi, pengamanan kawasan dan penegakan
hukum, Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya
berdasarkan prinsip kelestarian, Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam
rangka pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Memantapkan
kolaborasi dan partisipasi semua stakeholder yang berkepentingan dengan KPHP Tanah
Bumbu.
Guna mendukung keberhasilan pengelolaan hutan pada KPHP Tanah Bumbu perlu
disusun kegiatan meliputi :
1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataannya
2. Pemanfaatan Hutan
3. Pemberdayaan Masyarakat
4. Pembinaan dan pemantauan pada areal berizin
5. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin
6. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehibilitasi dan reklamasi pada areal
berizin
7. Penyelenggaraan perlindungan dan konservasi alam
8. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait
9. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM
10. Penyediaan pendanaan
11. Pengembangan database

iii
12. Rasionalisasi wilayah pengelolaan
13. Review rencana pengelolaan
14. Pengembangan investasi

---

iv
KATA PENGANTAR

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) merupakan dokumen yang


berisi arahan makro perencanaan yang akan dilakukan selama 10 tahun. Rencana ini
memuat rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh KPHP Tanah Bumbu sekaligus
strategi yang harus dilakukan untuk memperlancar kegiatan tersebut. Seluruh program
kegiatan direncanakan dilakukan secara simultan di blok dan petak pengelolaan sesuai
arahan tata hutan.
Penyusunan dokumen rencana pengelolaan KPHP Tanah Bumbu mengacu pada
Permenhut No 6 Tahun 2010dan Perdirjen Planologi Kehutanan No. P.5/VII-WP3H/2012,
tanggal 14 Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Organisasi KPHP Tanah Bumbu yang menjalankan program kegiatan tersebut
tetap memperhatikan kondisi biofisik dan dinamika yang berkembang di lapangan. Unsur
terpenting dalam perencanaan pengelolaan jangka panjang KPHP Tanah Bumbu adalah
pemanfaatan potensi SDA, perlindungan ekosistem dan peningkatan kapasitas SDM KPHP
Tanah Bumbu.
Pada tahap awal pihak KPHP akan lebih mendorong peningkatan kapasitas SDM
agar lebih profesional dalam menjalankan aktivitas di tingkat tapak. Kapasitas SDM
dirasakan sangat mendesak karena saat ini SDM di lingkungan KPHP Tanah Bumbu
sangat minim, disisi lain wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu sangat luas.
Kami menyadari dokumen rencana pengelolaan KPH masih memerlukan beberapa
masukan kongkrit dari semua pihak untuk lebih menyempurnakan dokumen rencana
pengelolaan ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan dokumen ini.

Batulicin, Desember 2016

DAWAN, S.Hut, MP
NIP. 19700810 199203 1 011

v
DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .....................................................................................v

DAFTAR ISI ...............................................................................................vi

DAFTAR TABEL......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

BAB I - PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Tujuan Pengelolaan ........................................................................................................ 3

1.3. Sasaran ......................................................................................................................... 3

1.4. Ruang Lingkup ............................................................................................................... 4

1.5. Pengertian ..................................................................................................................... 4

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN............................................................. 12

2.1. RISALAH WILAYAH ....................................................................................................... 12

2.1.1. Informasi Letak ............................................................................................... 12

2.1.2. Luas ................................................................................................................ 12

2.1.3. Batas-batas ..................................................................................................... 13

2.1.4. Pembagian Blok/Zona ...................................................................................... 14

2.1.5. Aksesibilitas Kawasan ....................................................................................... 21

2.1.6. Sejarah Wilayah ............................................................................................... 22

2.2. Potensi Wilayah KPHP ................................................................................................... 23

2.2.1. Kondisi Tutupan Lahan ..................................................................................... 23

2.2.2. Potensi Hasil Hutan Kayu .................................................................................. 23

2.2.3. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu ....................................................................... 24

2.2.4. Keberadaan Flora dan Fauna Langka ................................................................. 25

2.2.5. Potensi Jasa Lingkungan dan Jasa Wisata.......................................................... 27

2.3. Sosial Budaya ............................................................................................................... 27

2.4. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan .............................................................. 29

2.5. Posisi Areal Kerja dalam RTRWP dan Pembangunan Daerah............................................ 33

vi
2.6. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ....................................................................... 36

BAB III - VISI DAN MISI ................................................................... 39

3.1. Visi ............................................................................................................................. 39

3.2. Misi ............................................................................................................................. 40

3.3. Tujuan ......................................................................................................................... 42

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI ................................................. 43

4.1. Analisis ........................................................................................................................ 43

4.1.1. Faktor Internal................................................................................................. 43

4.1.2. Faktor Eksternal ............................................................................................... 50

4.2. Proyeksi ....................................................................................................................... 56

4.2.1. Kelembagaan KPH yang kuat dan profesional .................................................... 56

4.2.2. Kawasan hutan yang mantap............................................................................ 56

4.2.3. Termanfaatkannya sumber daya hutan melalui kerja sama, kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat ............................................................................................. 57

4.2.4. Terlindungnya kawasan hutan dan sumber daya hutan ...................................... 57

4.2.5. Meningkatnya fungsi perlindungan dan tata air .................................................. 58

BAB V - RENCANA KEGIATAN ............................................................... 59

5.1. Inventarisasi berkala wilayah dan penataan hutan .......................................................... 59

5.1.1. Inventarisasi Berkala ........................................................................................ 59

5.1.2. Tata Batas Wilayah dan Fungsi ......................................................................... 60

5.1.3. Penataan Wilayah/Areal Kerja ........................................................................... 60

5.2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu ..................................................................... 61

5.2.1. Pemanfaatan Kawasan ..................................................................................... 61

5.2.2. Pemanfaatan Jasa Lingkungan .......................................................................... 63

5.2.3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ......................................................................... 70

5.3. Pemberdayaan masyarakat ........................................................................................... 72

5.4. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada
Areal yang Berizin. .................................................................................................. 76

5.5. Rehabilitasi pada Areal Kerja di luar Izin ........................................................................ 77

5.6. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasidan Reklamasi di dalam Areal Berizin
............................................................................................................................. 80

vii
5.7. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. ........................................... 80

5.8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin .................................. 83

5.9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan Stakeholders. ............................................... 85

5.10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SUMBER DAYA MANUSIA .................................... 87

5.11. PenyediAan pendanaan ................................................................................................. 88

5.12. Pengembangan database .............................................................................................. 94

5.13. Rasionalisasi wilayah kelola ........................................................................................... 94

5.14. Review Rencana Pengelolaan ........................................................................................ 95

5.15. Pengembangan investasi............................................................................................... 96

5.15.1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan .............. 97

5.15.2. Investasi Hutan Tanaman Rakyat ...................................................................... 98

5.15.3. Pengembangan investasi kayu di hutan alam ..................................................... 99

BAB VI - PEMBINAAN PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN ........ 101

6.1. Pengendalian ............................................................................................................. 101

6.2. Pengawasan ............................................................................................................... 102

6.3. Pembinaan ................................................................................................................. 102

BAB VII - PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ................... 104

7.1. Pemantauan ............................................................................................................... 104

7.2. Evaluasi ..................................................................................................................... 104

7.3. Pelaporan .................................................................................................................. 105

BAB VIII - PENUTUP ....................................................................... 107

LAMPIRAN ............................................................................................ 108

viii
DAFTAR TABEL

Tabel II-1. Luas KPHP Tanah Bumbu pada Wilayah 7 Kecamatan.............................................. 13


Tabel II-2. Pembagian Blok/Zona KPHP Tanah Bumbu ............................................................ 14
Tabel II-3. Luas Blok dan Fungsi Kawasan Hutan di KPHP Tanah Bumbu Berdasarkan DAS/Sub
DAS ...................................................................................................................................... 15
Tabel II-4. Perhitungan Luas Open Akses KPHP Tanah Bumbu ................................................. 16
Tabel II-5. Perhitungan Luas Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu.......................................... 16
Tabel II-6. Luas HL, HP dan HPT per DAS di Wilayah KPHP Tanah Bumbu ................................. 17
Tabel II-7. Ketinggian tempat Kawasan Hutan KPHP Tanah Bumbu .......................................... 17
Tabel II-8. Data Kelas Lereng di KPHP Tanah Bumbu ............................................................... 18
Tabel II-9. Sebaran Curah Hujan di KPHP Tanah Bumbu .......................................................... 19
Tabel II-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu ........................................ 20
Tabel II-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ............................. 21
Tabel II-12. Luas Penutupan Lahan pada Setiap Fungsi Kawasan Hutan ................................... 23
Tabel II-13. Jumlah Penduduk Desa di 7 Kecamatan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu ................. 27
Tabel II-14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun yang Bekerja di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2015 ....................................................................................................... 28
Tabel II-15. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kegiatan di
Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 .................................................... 29
Tabel II-16. Data Izin Pemanfaatan Hasil Hutan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu Tahun 2014 ..... 30
Tabel II-17. Data Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tahun 2016 .............................................. 31
Tabel IV-1. Potensi Jasa Lingkungan KPHP Tanah Bumbu ........................................................ 44
Tabel IV-2. Jenis Hasil Hutan Kayu KPHP Tanah Bumbu ........................................................... 44
Tabel IV-3.Kebutuhan Personil KPHP Tanah Bumbu ................................................................. 46
Tabel IV-4. Sarana dan Prasarana yang Difasilitasi Ditjen PHPL Tahun 2016 .............................. 52
Tabel V-1. Rencana Inventarisasi Berkala KPHP Tanah Bumbu .................................................. 60
Tabel V-2. Rencana Tata Batas Wilayah dan Fungsi Hutan KPHP Tanah Bumbu ......................... 60
Tabel V-3. Rencana Penataan RPH, Blok/Petak KPHP Tanah Bumbu .......................................... 61
Tabel V-4. Rencana Pemanfaatan Kawasan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ................. 62
Tabel V-5. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ...... 66
Tabel V-6. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam di Wilayah Tertentu KPHP
Tanah Bumbu .................................................................................................... 70
Tabel V-7. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ..... 71
Tabel V-8. Rencana Pemberdayaan Masyarakat KPHP Tanah Bumbu ......................................... 74
Tabel V-9. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Pemanfaatan Kawasan
Hutan di Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu ...................................................................... 77
Tabel V-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu .......................................... 78
Tabel V-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu .............................. 78

ix
Tabel V-12. Rencana Rehabilitasi pada Lahan Kritis di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ..... 79
Tabel V-13. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di
dalam Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu ...................................................... 80
Tabel V-14. Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu ........................... 83
Tabel V-15. Kebutuhan Personil berdasarkan Kompetensinya KPHP Tanah Bumbu ..................... 87
Tabel V-16. Rencana Kebutuhan Dana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu .. 89
Tabel V-17. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu ......................................... 94
Tabel V-18. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu ....................................... 100
Tabel VI-1. Rencana Pembinaan Pengelolaan Hutan KPHP Tanah Bumbu ................................ 103
Tabel VII-1. Rencana Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengelolaan Hutan KPHP
Tanah Bumbu ...................................................................................................................... 105

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar V-1. Lokasi Rencana Pengembangan Ekowisata .......................................................... 67


Gambar V-2. Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP Tanah Bumbu .................................. 71
Gambar V-3. Bentuk koordinasi dan sinergi dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu .................. 85

xi
BAB I - PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa perencanaan


kehutanan meliputi inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan
kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan penyusunan rencana
kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi,
kabupaten/kota serta pada tingkat unit pengelolaan. Yang dimaksud dengan unit
pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya, yang dapat dikelola secara efesien dan lestari, yang kemudian disebut
KPH, antara lain dapat berupa kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL), kesatuan
pengelolaan hutan produksi (KPHP), dan kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK).
Seluruh kawasan hutan di Indonesia terbagi habis dalam Wilayah KPHP. Dalam
satu Wilayah KPHP dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokok hutan yang penamaannya
ditentukan oleh fungsi hutan yang luasnya dominan. KPH dikelola oleh organisasi
pemerintah yang menyelenggarakan fungsi pengelolaan hutan. KPH berperan sebagai
penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak yang harus
menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan fungsinya.
Keberadaan KPH menjadi kebutuhan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai
“pemilik” sumberdaya hutan sesuai mandat Undang-undang, dimana hutan dikuasai
negara dan harus dikelola secara lestari. Dalam prakteknya, penyelenggaraan
pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi izin pemanfaatan hutan
melainkan melakukan pengelolaan hutan sehari-hari, termasuk mengawasi kinerja
pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin.
Dengan demikian, KPH menjadi pusat informasi mengenai kekayaan sumberdaya
hutan dan menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan oleh
berbagai izin dan/atau dikelola sendiri pemanfaatannya, melalui kegiatan yang
direncanakan dan dijalankan sendiri. Apabila peran KPH dapat dilakukan dengan baik,
maka KPH menjadi garis depan untuk mewujudkan harmonisasi pemanfaatan hutan oleh
berbagaipihak dalam kerangka pengelolaan hutan lestari.
Begitu pun kawasan hutan di Kabupaten Tanah Bumbu agar dapat terkelola
dengan baik dan memberikan manfaat tidak hanya bagi pengelola tetapi juga masyarakat
yang berada di dalam atau sekitar kawasan hutan, sehingga perlu dibentuk KPH. Sesuai
dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3
Tahun 2008, yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

BAB I - PENDAHULUAN 1
Nomor: P.6/Menhut-II/2010 Tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan
Hutan pada KPHL dan KPHP, secara eksplisit fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan
pengelolaan hutan ditingkat tapak dapat dijabarkan secara operasionalsebagai berikut:
1. Melaksanakan penataan hutan dan tata batas di dalam Wilayah KPHP.
2. Menyusun rencana pengelolaan hutan di tingkat Wilayah KPHP, termasuk rencana
pengembangan organisasi KPH.
3. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan hutan
yang dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan penggunaan
kawasan hutan, termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta
perlindungan hutan dan konservasi alam
4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi hutan. Melaksanakan perlindungan hutan
dan konservasi alam. Melaksanakan pengelolaan hutan di kawasan tertentu bagi
KPH yang telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum
(BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
5. Menjabarkan kebijakan kehutanan menjadi inovasi dan operasi pengelolaan
hutan. Menegakkan hukum kehutanan, termasuk perlindungan dan pengamanan
kawasan
6. Mengembangkan investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan
hutan lestari.

Berdasarkan fungsi kerja di atas, dalam konteks regulasi kehutanan dan


pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan pemerintah daerah, kebijakan
KPH telah menimbulkan tafsir yang beragam. Beberapa aspek penting yangdisajikan
pada sub bab berikut diharapkan dapat mengklarifikasi keragamanan tafsir tentang
KPHP, sekaligus memberikan gambaran mengenai ruanglingkup KPH. Sebagaimana
diuraikan sebelumnya bahwakeberadaan KPH akan lebih memastikandiketahuinya potensi
hutan, perubahan-perubahanyang terjadi maupun kondisi masyarakat yangtergantung
pada manfaat sumberdaya hutan.
Selain itu, sangat dipahami bahwa berbagai ragam fungsi hutan pada faktanya
terletak dalam hamparan bentang alam yang secara manajemenlebih memungkinkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan lestari. Dalam hal ini KPHdapat dimaknai
sebagai pihak yang menghimpun informasi sumberdaya hutan untuk melakukan
pengelolaan hutan yang saat ini tidak di jalankan secara langsung oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Dinas Kehutanan.
Untuk menjamin terlaksananya kegiatan KPH sesuai dengan kaidah Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari, mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien, maka

BAB I - PENDAHULUAN 2
perlu disusun rencana pengelolaan. Rencana pengelolaan yang disusun harus tepat,
handal, luwes dan mampu menghadapi perubahan dinamika tatanan sosial, ekonomi dan
budaya yang berkembang. Untuk itu, rencana pengelolaan yang disusun dengan
memperhatikan kondisi lingkungan, aspirasi dan nilai budaya masyarakat setempat,
mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), serta diselaraskan dengan
kebijakan pemerintah pusat (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan
kebijakan pemerintah daerah. Dengan demikian rencana pengelolaan ini disusun untuk
periode 10 tahun, dan menjadi pedoman dan baseline data dalam penyusunan prioritas
dan penyusunan rencana kerja tahunan selanjutnya. Rencana pengelolaan yang
dimaksud adalah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP).

1.2. TUJUAN PENGELOLAAN

Adapun tujuan pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Tanah Bumbu melalui


Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Tanah Bumbu adalah untuk Mendukung Program "Revolusi Hijau" yang dicanangkan oleh
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, seluas 58.018 ha yang meliputi 47.763 ha oleh
pemegang ijin, dan 10.255 ha oleh KPHP, selama periode 10 tahun (penanaman,
pemeliharaan, hingga evaluasi) di wilayah KPHP Tanah Bumbu.

1.3. SASARAN

Sasaran yang akan dicapai dalam pengelolaan KPH Tanah Bumbu, meliputi :
1. Tertatanya kawasan hutan di Wilayah KPHP sepanjang ± 90 km;
2. Rehabilitasi dan penanaman lahan kritis dan sangat kritis di Wilayah KPHP seluas
± 58.018 ha yang meliputi 47.763 ha oleh pemegang ijin, dan 10.255 ha oleh
KPHP;
3. Pemanfaatan kawasan hutan untuk pengembangan tanaman kayu manis dan
kemiri pada blok pemanfaatan seluas ± 350 ha di Wilayah KPHP.
4. Pengembangan kelembagaan dan usaha masyarakat dalam mengolah hasil hutan
bukan kayu sebanyak 4 (empat) jenis komoditas berupa budidaya lebah madu,
kayu manis, kemiri dan tanaman obat di Wilayah KPHP
5. Pemberdayaan masyarakat setempat, pengendalian kebakaran hutan dan
pengamanan hutan partisipatif bersama masyarakat pada 33 Desa di wilayah
KPHP
6. Peningkatan koordinasi, monitoring dan evaluasi dalam rangka meningkatkan
daya dukung 3 (tiga) unit DAS/SubDAS di Wilayah KPHP.

BAB I - PENDAHULUAN 3
1.4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini meliputi :


1. Rencana mencakup seluruh areal KPHP Tanah Bumbu, yang meliputi wilayah
tertentu seluas 37.300 ha
2. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan berbasis tata hutan yang telah disusun dan
hasil inventarisasi kondisi biogeofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi dan
budaya Wilayah KPHP periode tahun 2017-2026.
3. Penjelasan mengenai kondisi potensi sumber daya hutan dan ekosistemnya yang
akan dikelola, status dan alokasi lahan, batas areal, kondisi sosial ekonomi
masyarakat, dan profil wilayah kecamatan yang berbatasan dengan area KPHP,
yang meliputi 7 (tujuh) wilayah administrasi kecamatan.
4. Rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutannya,
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan pada wilayah tertentu seluas
37.300 ha, serta pemberdayaan masyarakat di 7 (tujuh) wilayah administrasi
kecamatan.
5. Rencana kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan, perlindungan hutan, dan
konservasi alam pada lahan kritis dan sangat kritis di wilayah tertentu seluas ±
10.255 ha.
6. Pembinaan dan pemantauan izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan, serta rehabilitasi dan reklamasi hutan pada 9 (sembilan) unit manajemen
IUPHHK-HA/HT/HTR dan 22 unit manajemen IPPKH.
7. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin pada 9
(sembilan) unit manajemen IUPHHK-HA/HT/HTR dan 22 unit manajemen IPPKH,
serta koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
8. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM serta pendanaan selama 10 tahun.
9. Pengembangan data base sebanyak 1 kegiatan.
10. Rasionalisasi wilayah kelola selama jangka waktu 10 tahun
11. Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali).
12. Pengembangan investasi selama jangka waktu 10 tahun.

1.5. PENGERTIAN

Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam hal berkaitan
dengan rencana pengelolaan 10 tahun untuk pengelolaan KPH antara lain:

BAB I - PENDAHULUAN 4
1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah
kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi
pembangunan di luar kehutanan.
4. Hutan Produksi Tetap yang selanjutnya disebut HP adalah kawasan hutan dengan
faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing
dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai dibawah 125, di luar
kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.
5. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai
antara 125-174, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian
alam dan taman buru.
6. Hutan Lindung yang selanjutnya disebut HL adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
7. Hutan Konservasi yang selanjutnya disebut HK adalah kawasan hutan dengan ciri
khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
8. Hutan Tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya
sebagai kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan
produksi terbatas dan hutan produksi tetap.
9. Areal Penggunaan Lain yang selanjutnya disebut APL adalah areal bukan kawasan
hutan.
10. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa
yang berasal dari hutan.
11. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi
kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap. Dilakukan dengan
survei mengenai statis dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya
manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.

BAB I - PENDAHULUAN 5
12. Plot (Tract) adalah satuan unit contoh di dalam klaster yang terdiri dari
sekumpulan sub plot.
13. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daratan yang merupakan suatu
kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melintasi daerah
tersebut, yang berfungsi untuk menampung dan menyimpan air hujan ataupun air
yang berasal dari sumber lainnya, serta mengalirkan air termaksud ke laut melalui
badan-badan sungai.
14. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa
punggung bukit yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak
sungai ke sungai utama.
15. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah
adalah organisasi pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari.
16. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung yang selanjutnya disingkat KPHL adalah
organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas
kawasan hutan lindung yang dikelola Pemerintah Daerah.
17. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat KPHP adalah
organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian besar terdiri
atas kawasan hutan produksi yang dikelola Pemerintah Daerah.
18. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.
19. Rencana pengelolaan hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan
yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana
kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya
masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan
dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek.
20. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL atau KPHP yang selanjutnya
disebut RPHJP KPHL atau KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh
wilayah kerja KPHL atau KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.
21. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL atau KPHP adalah rencana
pengelolaan hutan untuk kegiatan KPHL atau KPHP dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun.
22. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu

BAB I - PENDAHULUAN 6
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
23. Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, jenis dan tahapan
kegiatan, serta penentuan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan,
yang diharapkan dapat mendasari dan sekaligus menjadi pedoman dan pemberi
arah bagi penyelenggaraan kehutanan sehingga sumber daya hutan dapat
didayagunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, secara berkeadilan
dan berkelanjutan.
24. Tata Guna Hutan Kesepakatan yang selanjutnya disebut TGHK adalah
kesepakatan bersama para pemangku kepentingan di tingkat Provinsi untuk
menentukan alokasi ruang kawasan hutan berikut fungsinya yang diwujudkan
dengan membubuhkan tanda tangan di atas peta.
25. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRWP adalah
strategi operasionalisasi arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah nasional pada wilayah provinsi.
26. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu, dan
izin pemungutan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu pada areal hutan yang
telah ditentukan.
27. Izin penggunaan kawasan hutan adalah izin kegiatan dalam kawasan hutan yang
diberikan oleh Menteri untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi kawasan hutan.
28. Unit pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan dan/atau lahan terkecil
sesuai sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien
dan lestari.
29. Wilayah pengelolaan hutan pada tingkat kabupaten/kota adalah himpunan unit-
unit pengelolaan hutan di wilayah kabupaten/kota.
30. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik
bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya berada di luar areal
izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
31. Blok adalah pengaturan ruang dalam wilayah kelola KPH berdasarkan aspek-aspek
ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
32. Petak adalah merupakan unit terkecil dari blok-blok pengelolaan pada KPH.
33. Blok Inti merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan
perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan.

BAB I - PENDAHULUAN 7
34. Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang
direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi
Hutan Lindung.
35. Blok Khusus merupakan blok yang difungsikan sebagai areal untuk menampung
kepentingan-kepentingan khusus yang ada di Wilayah KPHP yang bersangkutan.
36. Blok Perlindungan merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air
dan perlindungan lainnya serta direncanakan untuk tidak dimanfaatkan.
37. Blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK adalah merupakan blok
yang telah ada izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang
akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan kawasan,
jasa lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan
dari proses inventarisasi.
38. Blok Pemanfaatan HHK-HA merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan
HHK-HA dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk
pemanfaatan HHK-HA sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari
proses tata hutan.
39. Blok Pemanfaatan HHK-HT merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan
HHK-HT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk
pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari
proses tata hutan.
40. Blok Pemberdayaan Masyarakat merupakan blok yang telah ada upaya
pemberdayaan masyarakat (antara lain : Hutan Kemasyarakatan/HKm, Hutan
Desa/HD, Hutan Tanaman Rakyat/HTR) dan yang akan difungsikan sebagai areal
yang direncanakan untuk upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.
41. Konservasi adalah upaya mempertahankan, meningkatkan dan atau
mengembalikan daya dukung lahan hutan, untuk menjamin kelestarian fungsi dan
manfaat lahan hutan yang bersangkutan melalui pemanfaatan secara bijaksana.
42. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya-upaya pemulihan dan peningkatan
fungsi lahan dan hutan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya
dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap berjalan.
43. Kemitraan adalah suatu kerja sama yang sinergis di antara hubungan antar
individu atau kelompok-kelompok sosial sebagai akibat dari adanya perbedaan
pemahaman, perbedaan persepsi dan atau perbedaan kepentingan dalam upaya
pencapaian tujuan atau sasaran pengembangan.

BAB I - PENDAHULUAN 8
44. Masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat di dalam suatu geografis tertentu,
meliputi penduduk asli atau penduduk tradisional dan para pendatang yang
melakukan pemukiman swakarsa.
45. Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga negara
Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan/atau di sekitar hutan, yang
bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang memiliki wilayah sosial
dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan
aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.
46. Kemitraan kehutanan adalah kerja sama antara masyarakat setempat dengan
pemegang izin pemanfaatan hutan atau pengelola hutan, pemegang izin usaha
industri primer hasil hutan, dan/atau KPH dalam pengembangan kapasitas dan
pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.
47. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan adalah upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk
mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui
kemitraan kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat.
48. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan
dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
49. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan di luar kawasan hutan yang
peruntukannya untuk usaha dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi
masyarakat.
50. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.
51. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
52. Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
53. Hutan desa (HD) adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang
dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.
54. Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya
ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.

BAB I - PENDAHULUAN 9
55. Pencegahan KARHUTLA adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran
hutan dan/atau lahan.
56. Pemadaman KARHUTLA adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang
dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan api yang membakar hutan
dan/atau lahan.
57. Penanganan pasca KARHUTLA adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang
meliputi inventarisasi, monitoring dan koordinasi dalam rangka menangani hutan
dan/atau lahan setelah terbakar.
58. Pembukaan lahan adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyiapan dan
pembersihan lahan untuk kegiatan budidaya maupun non budidaya.
59. Peningkatan bahaya kebakaran yang selanjutnya disebut PBK adalah peringkat
yang digunakan untuk mengetahui tingkat risiko terjadinya bahaya kebakaran
hutan dan lahan, di suatu wilayah dengan memperhitungkan keadaan cuaca atau
bahan bakar dan kondisi alam lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku api.
60. Titik panas atau hotspot adalah istilah untuk sebuah pixel yang memiliki
temperatur di atas ambang batas (threshold) tertentu dari hasil interpretasi citra
satelit, yang dapat digunakan sebagai indikasi kejadian kebakaran hutan dan
lahan.
61. Manggala agni adalah organisasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada
tingkat pemerintahan pusat yang mempunyai tugas dan fungsi pencegahan,
pemadaman, penanganan pasca kebakaran, dukungan evakuasi dan
penyelamatan, serta dukungan manajemen yang dibentuk dan menjadi tanggung
jawab menteri.
62. Brigade pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang selanjutnya disebut
BARIGDALKARHUTLA adalah satuan kerja yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemadaman, penanganan
pasca kebakaran, serta dukungan evakuasi dan penyelamatan dalam
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di lapangan.
63. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.
64. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan
selanjutnya.
65. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan
penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai

BAB I - PENDAHULUAN 10
dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian
kegiatan.
66. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggungjawab di bidang
kehutanan.

BAB I - PENDAHULUAN 11
BAB II - DESKRIPSI KAWASAN

2.1. RISALAH WILAYAH

2.1.1. Informasi Letak

Secara geografis KPHP Tanah Bumbuterletak pada 2°52’ - 3°47 LS dan 115°15’ -
116°04’ BT.Secara umum, wilayah KPHP tanah Bumbu terletak di Kabupaten Tanah
Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Mengacu pada data administrasi pemerintah daerah
Kabupaten Tanah Bumbu, lokasi KPHP Tanah Bumbu berada pada 7 (Tujuh) wilayah
administrasi kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Satui
2. Kecamatan Angsana
3. Kecamatan Sungai Loban
4. Kecamatan Kuranji
5. Kecamatan Mentewe
6. Kecamatan Kusan Hulu
7. Kecamatan Simpang Empat

2.1.2. Luas

Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Tanah Bumbu dibentuk berdasarkan


keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.78/Menhut-II/2010 tanggal
10 Februari 2010 tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan produksi
(KPHP) Tanah Bumbu Unit VI yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Nomor SK.624/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang penetapan lokasi
pada 1 (satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan 1 (satu) unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di Propinsi Kalimantan Selatan. Luas KPHP
Tanah Bumbu adalah 262.919 ha. Karena perubahan fungsi kawasan hutan sehingga luas
KPHP Tanah Bumbu menjadi 253,726 Ha.
Perubahan fungsi kawasan hutan pada KPHP Tanah Bumbu berdasarkan
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan No SK 269/MenLHK-
Setjen/2015 tanggal 28 Juli 2015 tentang perubahan fungsi kawasan hutan
produksi tetap menjadi kawasan hutan produksi konversi di Kabupaten Tanah
Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan seluas 223 ha.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 12


2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No SK 425/MenLHK-
Setjen/2015 tanggal 7 Oktober 2015 tentang Perubahan fungsi kawasan Hutan
Produksi Tetap menjadi kawasan Hutan Produksi Konversi di kabupaten Tanah
Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan seluas 662 Ha.
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No SK 426/MenLHK-
Setjen/2015 tangal 7 Oktober 2015 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Produksi menjadi Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Tanah Bumbu
Propinsi Kalimantan Selatan seluas 8.063 Ha.

Luas perubahan fungsi kawasan hutan pada kesatuan pengelolaan hutan produksi
(KPHP) Tanah Bumbu 8.948 ha, yang tidak termasuk areal KPHP Unit VI Tanah Bumbu
seluas 57 ha merupakan hutan konversi yang berada di luar wilayah KPHP Tanah Bumbu,
sehingga perubahan fungsi kawasan hutan pada KPHP Tanah Bumbu seluas 8.891 ha.
Sesuai dengan peta RBI; selain terdapat pemukiman di luar kawasan terdapat
pula beberapa pemukiman (dusun) yang berada di dalam kawasan hutan. Untuk wilayah
kecamatan Kusan Hulu terdapat dusun Batubelah dan Temunih.
Kecamatan Simpang Empat terdapat pemukiman Sungai Dua, Kapis dan Pantai
serta Sungai Batu, namun tidak satupun dari pemukiman tersebut dicantumkan di peta
wilayah KPHP Tanah Bumbu. Selain itu di wilayah KPHP Blok Gunung Kukusan yang
termasuk dalam Kecamatan Simpang Empat ini dilalui oleh jalan lintas provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Tabel II-1. Luas KPHP Tanah Bumbu pada Wilayah 7 Kecamatan

No. Kecamatan HL HP HPT Jumlah


1. Angsana - 2.518 - 2.518
2. Kuranji - 681 - 681
3. Kusan Hulu 55.406 41.866 12.272 109.543
4. Mentewe 23.029 35.458 790 59.277
5. Satui 4.726 47.913 8.670 61.309
6. Simpang Empat - 6.243 3.185 9.428
7. Sungai Loban - 10.840 129 10.969
Jumlah 83.161 145.519 25.046 253.726
Sumber : Hasil overlay peta kecamatan (RBI) dan wilayah KPHP Tanah Bumbu, Tahun 2016

2.1.3. Batas-batas

Berdasarkan administrasi pemerintahan, wilayah KPHP Tanah Bumbu berbatasan


dengan :

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 13


1. Sebelah Utara : Kabupaten Kotabaru
2. Sebelah Selatan : Laut Jawa
3. Sebelah Timur : Kabupaten Kotabaru
4. Sebelah Barat : Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.

Berdasarkan pengelolaan kehutanan, wilayah KPHP Tanah Bumbu berbatasan


dengan :
1. Sebelah Utara : KPHP Cantung
2. Sebelah Selatan : APL Kabupaten Tanah Bumbu
3. Sebelah Timur : APL Kabupaten Tanah Bumbu
4. Sebelah Barat : KPHP Tanah Laut dan KPHP Banjar

2.1.4. Pembagian Blok/Zona

Pembagian blok pada wilayah KPHP Tanah Bumbu dilakukan dengan


mempertimbangkan berbagai aspek yang menjadi parameter, yang meliputi fungsi
kawasan hutan, wilayah DAS dan SubDAS, kondisi biofisik/bioekologi, kondisi
sumberdaya alam, flora dan fauna, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Hasil pembagian blok atau zonasi wilayah KPHP Tanah Bumbu dilakukan sesuai
dengan Perauran Dirjen Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012, yang meliputi
Blok Inti, Blok Pemanfaatan dan Blok Khusus di hutan lindung, Blok Perlindungan, Blok
Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK, Blok Pemanfaatan HHK-HA, Blok
Pemanfaatan HHK-HT, Blok Pemberdayaan Masyarakat, dan Blok Khusus di hutan
produksi.

Tabel II-2. Pembagian Blok/Zona KPHP Tanah Bumbu

FUNGSI HUTAN
NO. BLOK / ZONA JUMLAH
HL HPT HP
A. Hutan Lindung
1. Blok Inti 52.540 - - 52.540
2. Blok Pemanfaatan 30.621 - - 30.621
3. Blok Khusus - - - -
Jumlah A 83.161 - - 83.161
B. Hutan Produksi
1. Blok Khusus - - - -
2. Blok Pemanfaatan HHK-HA - 7.685 8.253 15.938
3. Blok Pemanfaatan HHK-HT - 7.816 100.146 107.962

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 14


FUNGSI HUTAN
NO. BLOK / ZONA JUMLAH
HL HPT HP
4. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa - 6.340 29.369 35.709
Lingkungan dan HHBK
5. Blok Pemberdayaan Masyarakat - 3.205 6.948 10.153
6. Blok Perlindungan - - 803 803
Jumlah B - 25.046 145.519 170.565
JUMLAH TOTAL 83.161 25.046 145.519 253.726
Sumber : Pengolahan Data Spasial Tata Hutan KPHP Tanah Bumbu

Berdasarkan dokumen tata hutan yang disusun oleh BPKH V, dilakukan


pembagian blok berdasarkan kondisi sub DAS Sungai Satui, Kusan, sungai Batulicin dan
luas kawasan hutan (KPHP Tanah Bumbu), peta kerapatan jalan yang telah ada serta
pengelompokan hutan, maka wilayah KPHP Tanah Bumbu dibagi menjadi 10 blok.
Selanjutnya, hasil tumpang-susun peta blok dengan peta kawasan hutan dan perairan
provinsi Kalimantan Selatan (SK Menhut No 435/Menhut-II/2009) menghasilkan data
luas setiap fungsi kawasan pada tiap blok. Secara rinci data luas masing-masing blok
dan fungsi kawasan yang terdapat di dalamnya disajikan pada Tabel II.3.
Tabel II-3. Luas Blok dan Fungsi Kawasan Hutan di KPHP Tanah Bumbu Berdasarkan
DAS/Sub DAS

NO NAMA BLOK FUNGSI JUMLAH


BLOK DAS HL HPT HP (HA)
I Satui 274 2,241 28,176 30,692
II Batulaki 12,630 7,758 16,233 36,622
III Sebamban - 1,696 24,991 26,688
IV Kusan Hilir 9,376 5,848 1,056 16,281
V Pihik 22,903 658 8,733 32,295
VI Kusan Hulu 22,043 - - 22,043
VII Ata 5,645 - 20,715 26,361
VIII Sela 6,230 1,613 11,828 19,672
IX Mangkalapi 4,054 2,044 25,766 31,866
X G. Kukusan - 3,185 8,016 11,202
JUMLAH (HA) 83,161 25,046 145,519 253,726
Sumber : Peta DAS wilayah KPHP Tanah Bumbu

Berdasarkan analisa spasial terhadap wilayah KPHP dan keberadaan perizinan


IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-HTR dan IPPKH, maka dapat diperhitungkan luas
wilayah open akses sebesar 90.643 hektar di wilayah KPHP Tanah Bumbu.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 15


Tabel II-4. Perhitungan Luas Open Akses KPHP Tanah Bumbu

OPEN AKSES WILAYAH TERTENTU


NO FUNGSI HUTAN (HA)
(HA)
1. Hutan Lindung (HL) 58.109 5.569

2. Hutan Produksi Terbatas HPT) 11.158 11.158

3. Hutan Produksi Tetap (HP) 21.376 20.573

Jumlah 90.643 37.300

Selanjutnya setelah dikurangi dengan blok inti di HL dan blok perlindungan di HP,
dengan luas 53.343 ha, maka luas wilayah tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh KPHP
adalah seluas 37.300 ha, dengan perincian sebagaimana dirinci dalam Tabel II-5.

Tabel II-5. Perhitungan Luas Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Fungsi Hutan
No Uraian
HL HPT HP Jumlah
A. Hutan Lindung
1. Blok Inti - - - -
2. Blok Pemanfaatan 5.569 - - 5.569
3. Blok Khusus - - - -
Jumlah A 5.569 - - 5.569
B. Hutan Produksi
1. Blok Khusus - - - -
2. Blok Pemanfaatan HHK-HA - 6.316 927 7.243
3. Blok Pemanfaatan HHK-HT - 78 2.314 2.392
4. Blok Pemanfaatan Kawasan, - 4.230 16.222 20.453
Jasa Lingkungan dan HHBK
5. Blok Pemberdayaan - 534 1.110 1.644
Masyarakat
6. Blok Perlindungan - - - -
Jumlah B - 11.158 20.573 31.731
Jumlah Total 5.569 11.158 20.573 37.300
Sumber : Pengolahan Data Spasial Tata Hutan KPHP Tanah Bumbu

Beberapa aspek yang menjadi parameter utama pembagian blok KPHP Tanah
Bumbu adalah sebagai berikut :
a) Fungsi Kawasan dan wilayah DAS

Sebaran fungsi kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu berdasarkan Keputusan


Menteri Kehutanan Nomor SK.435/Menhut-II/2009 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan
dan Perairan Provinsi Kalimantan Selatan, meliputi tiga fungsi hutan.dapat dilihat pada
Tabel II-6 di bawah ini.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 16


Tabel II-6. Luas HL, HP dan HPT per DAS di Wilayah KPHP Tanah Bumbu

DAS HL HPT HP JUMLAH (HA)


DAS BATULICIN 11.929 40.108 1.837 53.874
DAS KUSAN 58.317 40.055 8.627 106.999
DAS SATUI 12.915 44.283 10.482 67.680
DAS SEBAMBAN - 17.610 1.133 18.743
DAS SERONGGA - 1.797 523 2.320
DAS SETANGGA - 1.666 2.444 4.110
JUMLAH (HA) 83.161 25.046 145.519 253,726
Sumber : Peta DAS wilayah KPHP Tanah Bumbu

b) Ketinggian Tempat

Beberapa hasil penelitian yang pernah diadakan memberikan kesimpulan bahwa


ketinggian tempat mempunyai efek-efek tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-
pohon hutan. Efek tidak langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon
sebagai individu adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur.
2. Riap total lambat laun akan menurun.
3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih lama
untuk menjadi dewasa.
4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih mendekati tanah
5. Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat

Berdasarkan hasil perhitungan, kawasan KPHP Tanah Bumbu umumnya terletak


pada ketinggian 10 – 125 mdpl yang tersebar pada kawasan HL, HP dan HPT. Adapun
sebaran ketinggian berdasarkan fungsi kawasan hutan dapat dilihat pada table berikut.
Tabel II-7. Ketinggian tempat Kawasan Hutan KPHP Tanah Bumbu

Kelas Ketinggian / Luas / Area Persentase /


Altitude Class (Ha) Percentage
(1) (2) (3)
1. 0 – 7 m 5.983 1,19
2. > 7 – 25 m 131.718 26,31
3. > 25 – 100 m 207.712 41,48
4. > 100 – 500 m 153.613 30,68
5. > 500 – 1.000 m 1.650 0,33
6. > 1.000 20 0,004
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tanah Bumbu

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 17


c) Slope

Sebagaimana pada umumnya kawasan KPHP Tanah Bumbu bervariasi dari datar
sampai bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung. Bagian kawasan yang
bergunung terletak pada blok hutan lindung di Kecamatan Mentewe dan blok hutan
produksi di Kecamatan Satuidan Kecamatan Kusan Hulu. Puncak tertinggi terletak pada
ketinggian 776mdpl (G.Mariringin) KPHP Tanah Bumbu. Sisi inidicirikan oleh kenampakan
topografi relief tinggi, bentuk lereng yang terjal dan tekstur topografi yang kasar.
Daerah perbukitan dicirikan oleh bentuk relief dan tekstur topografi halus sampai
sedang, bentuk lereng sedang sampai rendah, bentuk bukit yang tumpul dengan lembah
yang sempit sampai melebar. Kawasan dengan topografi dataran dicirikan oleh bentuk
permukaan lahan yang datar sampai sedang dan sedikit bergelombang, relief rendah dan
tekstur topografi halus. Bentuk permukaan seperti ini banyak dijumpai di antara
perbukitan. Adapun kelerengan di KPHP Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel II.8. di
bawah ini

Tabel II-8. Data Kelas Lereng di KPHP Tanah Bumbu

KELAS LERENG KELERENGAN LUAS (HA) PERSEN


0-8% datar 98.486 38,82
8-15% landai 10.8923 42,93
15-25% agak curam 38.202 15,06
25-40% curam 6.717 2,65
> 40% sangat curam 1.396 0,55
JUMLAH (HA) 253.726 100,00
Sumber: Hasil proses peta kontur berdasarkan DEM

d) Curah Hujan

Data curah hujan pada wilayah studi yang diperoleh dari Stasiun Badan
Meteorologi dan Geofisika data curah hujan di sekitar daerah KPHP Tanah Bumbu yang
diambil dari stasiun terdekat, diperoleh pada rekap Badan Meteorologi dan Geofisika
Stasiun Klimatologi Stagen, Kotabaru.Data curah hujan yang diambil mulai periode
Tahun2005 sampai dengan Tahun 2014digunakan untuk memperkirakan kondisi curah
hujan di daerah KPHP Tanah Bumbu.
Data tersebut menunjukkan curah hujan tertinggi terjadi pada Tahun 2009
dengan curah hujan 2,941.2 mm/tahun dan curah hujan terendah terjadi pada Tahun
2012 dengan curah hujan hanya 1,256.7 mm/tahun.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 18


Tabel II-9. Sebaran Curah Hujan di KPHP Tanah Bumbu

No Tahun Hari Hujan (Hari) Curah Hujan (mm)


1 2005 198 2,423.8
2 2006 237 2,042.9
3 2007 211 1,999.3
4 2008 250 2,902.0
5 2009 258 2,941.2
6 2010 202 1,852.9
7 2011 116 2,519.4
8 2012 61 1,256.7
9 2013 246 2,109.2
10 2014 254 2,394.1
Jumlah 2.203 22,441.5
Rata-rata 203.3 2,244.15
Intensitas Hujan 11.04
Sumber Data BMG Stagen, Kotabaru

e) Iklim

Iklim di Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim yaitu iklim musim (muson),
iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. Iklim Musim (Iklim Muson) sangat dipengaruhi
oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode
perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin
musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Timur). Angin
muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa
musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan
oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim
kering/kemarau.
Selanjutnya Iklim yang mempengaruhi KPHP Tanah Bumbu adalah Iklim Tropika
(Iklim Panas). Iklim ini akan mempengaruhi wilayah disekitar garis khatulistiwa yang
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Umumnya wilayah Indonesia memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika
Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia
panas yang mengundang banyak curah hujan.
Berdasarkan kriteria Schmidth and Fergusson tipe iklim di KPHP Tanah Bumbu
merupakan tipe iklim A, Artinya lokasi KPHP Tanah Bumbu memiliki bulan basah lebih
dari 9 (Sembilan) Bulan.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 19


f) Tutupan Lahan

Berdasarkan peta tutupan lahan Propinsi Kalimantan Selatan, jenis tutupan lahan
di KPHP Tanah Bumbu berbeda-beda. Tutupan lahan di KPHPTanahBumbu didominasi
oleh hutan sekunder lahan kering dan Semak belukar.Tutupan lahan ini dapat disaksikan
langsung di lapangan yang mengelilingi KPHP Tanah Bumbu didominasi oleh hutan
sekunder.
Sebaran tipe penutupan lahan di KPHP Tanah Bumbu dapat dilihat pada .Tabel
II.10. Tutupan lahan di KPHP Tanah Bumbu
Tabel II-10. Penutupan Lahan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu

NO PENUTUPAN LAHAN JUMLAH (HA)


1 Hutan lahan kering sekunder 135.755
2 Hutan mangruve sekunder 1
3 Hutan tanaman 15.088
4 Lahan terbuka 1.915
5 Perkebunan 18.304
6 Permukiman 121
7 Pertambangan 14.268
8 Pertanian lahan kering 4.406
9 Pertanian lahan kering campur Semak 9.127
10 Semak belukar 54.609
11 Tubuh air (void) 132
JUMLAH (HA) 253.726
Sumber: Peta Penutupan Lahan Ditjen PKTL Tahun 2015

Tabel II-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu

RPH / TINGKAT KEKRITISAN


Jumlah
NO FUNGSI Sangat Kritis Agak Potensial Tidak
(Ha)
HUTAN Kritis Kritis Kritis Kritis
I. RPH Batulicin
- HL 707 699 3.432 26.466 2.617 33.921
- HPT 953 2.231 113 1.501 - 4.799
- HP 2.969 12.286 7.724 17.581 - 40.560
Jumlah I 4.629 15.217 11.270 45.548 2.617 79.280
II. RPHKusan
- HL 676 2.357 1.610 29.180 2.511 36.335
- HPT 701 417 1.164 6.269 1 8.551
- HP 4.008 10.299 2.719 17.916 616 35.557
Jumlah II 5.385 13.073 5.493 53.365 3.128 80.444
III RPH Satui
.
- HL - - 401 9.957 2.547 12.905
- HPT 633 858 3.912 6.293 - 11.696
- HP 12.033 6.190 18.169 32.281 728 69.402
Jumlah III 12.666 7.049 22.482 48.531 3.275 94.003
Jumlah Total 22.680 35.338 39.244 147.444 9.020 253.726
Prosentase
8,94 13,93 15,47 58,11 3,56 100,00
(%)
Sumber : Pengolahan Data Lahan Kritis BPDAS Tahun 2013

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 20


Berdasarkan data pada tabel V-11 di atas, bahwa pada KPHP Tanah Bumbu
terdapat sebaran lahan kritis pada RPH Batulicin seluas 19.846 Ha, RPH Kusan seluas
18.458 Ha dan RPH Satui seluas 58.018 Ha.
Tabel II-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

NO TINGKAT KEKRITISAN FUNGSI HUTAN JUMLAH %


HL HPT HP (Ha)
1. Sangat Kritis 470 679 3.612 4.761 12,76
2. Kritis 537 524 3.409 4.470 11,98
3. AgakKritis 1.578 2.768 5.538 9.884 26,50
4. PotensialKritis 2.794 7.187 7.986 17.967 48,17
5. TidakKritis 190 - 28 218 0,58
Jumlah Total 5.569 11.158 20.573 37.300 100
Sumber : Pengolahan Data Lahan Kritis BPDAS Tahun 2013

Sementara pada wilayah tertentu berdasarkan hasil analisis spasial BPDAS Barito
Tahun 2013 diperoleh data tingkat kekritisan lahan mulai dari sangat kritis hingga tidak
kritis. Nilai terbesar adalah potensial kritis seluas 17.967 Ha atau 48,17 % dari luas
keseluruhan KPHP Tanah Bumbu.

g) Hidrologi

Kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu merupakan bagian huludari sungai –


sungai yang terdapatdi KabupatenTanah Bumbu.Antara lain seperti Sungai Batulicin
hulunyaberada pada hutan lindung desa Emil Baru Kecamatan Mentewe,Sungai Kusan
hulunya berada pada hutan produksi Desa Dadap Kecamatan Kusan Hulu, dan sungai
Satui hulunya berada di Desa Pintu Air.Pada mulanya sungai merupakan akses
transportasi masyarakat dalam pengangkutan hasil-hasil bumi di Kabupaten Tanah
Bumbu sebelum terbangunnya akses jalan darat serta dimanfaatkan untuk pemenuhan
air bersih bagi masyarakat dikabupaten tersebut. Disamping itu, juga ditemukan
beberapa mata air dan sungai-sungai kecil. Fluktuasi debit air sungai-sungai besar dari
dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu sampai saat ini masih relatif stabil sepanjang tahun,
namun berbeda dengan debit pada sungai diluar kawasan KPHP Tanah Bumbu.

2.1.5. Aksesibilitas Kawasan

Kabupaten Tanah Bumbu dengan ibukotanya Batulicin, terletak di bagian


tenggara wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. jarak dari Kota Batulicin dari Ibukota
Provinsi sejauh 262 km, yang dapat ditempuh dengan jalan darat selama + 5 jam. Moda
trasnportasi umum berupa Bis maupun mobil carter yang mudah diperoleh di Terminal
Induk Pal 6 Banjarmasin. Moda lainnya berupa pesawat udara terjadwal satu kali
penerbangan (Wings Air) setiap hari ke Banjarmasin dan Makassar. Kota Batulicin juga

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 21


memiliki pelabuhan laut yang dapat melayani kapal penumpang dan kapal barang yang
berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
Aksesibilitas kawasan KPHP Tanah Bumbu sangat tinggi karena sebagian besar
areal memiliki tofografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian ±10 – 125 meter
dari pemukaan laut sehingga untuk mencapai lokasi/areal ditempuh dengan
menggunakan tranportasi darat, terlebih areal KPH Tanah Bumbu yang sebagian besar
merupakan areal IUPHHK HTPT. Hutan Rindang Banua (HRB), IUPHHK-HT PT.Kirana
Khatulistiwa (KK), IUPHHK-HT PT.Inni Joa (IJ), IUPHHK-HT PT.Jhonlin Agro Mandiri
(JAM), IUPHHK-HT PT.Batulicin Bumi Bersujud (BBB) dan Pemegang Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) sehingga aksesibilitas melalui darat menuju areal KPHP relatif
mudah dijangkau.
Permasalahan yang berkaitan dengan tingginya aksesibilitas kawasan adalah
besarnya peluang penguasaan lahan serta gangguan aktivitas penebangan liar terhadap
potensi tegakan hutan (illegal logging) serta berkembangnya budidaya tanaman
perkebunan terutama perkebunan sawit yang berbatasan langsung dengan areal KPHP,
maka kemungkinan terjadinya penguasaan lahan areal KPHP sangat tinggi.

2.1.6. Sejarah Wilayah


Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah pemekaran, sebelumnya merupakan
bagian dari wilayah Kabupaten Kotabaru. Tanggal 08 April 2003, Kabupaten Tanah
Bumbu resmi dibentuk. Demikian pula, pengelolaan kehutanan di wilayah ini, yang
sebelumnya merupakan bagian dari wilayah kerja CDK Tanah Bumbu. CDK Tanah Bumbu
inilah yang menjadi cikal bakal Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup
pada saat pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu di tahun 2003, dan berubah menjadi
Dinas Kehutanan dan Perkebunan hingga tahun 2016.
Pada periode tahun 2006 hingga tahun 2012, Dinas Kehutanan Provinsi bersama
dengan Kementerian Kehutanan melalui UPT-nya di daerah, melakukan berbagai
kegiatan, meliputi workshop dan sosialiasi dalam rangka menginisiasi pembentukan KPH,
baik dengan dana yang bersumber dari APBD maupun APBN.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No 78/Menhut-II/2010 tentang penetapan
wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri dari 10 KPH. Melalui
Peraturan Bupati Tanah Bumbu No 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tanah
Bumbu, dibentuklah kelembagaan KPH Tanah Bumbu yang merupakan salah satu UPT
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu.
Wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu telah diusahakan melalui beberapa
konsesi, yakni HPH PT. Sumpol Timber dan PT. Valgoson (sudah tidak aktif/telah

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 22


dicabut), PT. Kodeco Timber, HTI PT. Kodeco Timber, PT. Inni Joa, PT. Batulicin Bumi
Bersujud (Eks PT. Sumpol Timber), PT. Hutan Rindang Banua (Eks PT. Menara Hutan
Banua). Pada wilayah KPHP Tanah Bumbu terdapat hutan lindung, yang meliputi
kawasan hutan Pegunungan Meratus yang ditetapkan sebagai daerah tangkapan air
(cacthment area) untuk mendukung Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Batulicin sesuai Keppres No. 11 Tahun 1998.

2.2. POTENSI WILAYAH KPHP

2.2.1. Kondisi Tutupan Lahan

Sesuai dengan data yang peroleh dari BPKH Wilayah V Banjarbaru di wilayah
KPHP Tanah Bumbu dibagi dalam 11 macam tutupan lahan yaitu : Hutan Lahan Kering
Primer (Hp/2001), Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs/2002), Hutan Mangrove Primer
(Hmp/2004), Hutan Mangrove Sekunder (Hms/20041), Hutan Tanaman (Ht/2006), Lahan
terbuka (T/2014), Perkebunan (Pk/2010), Pemukiman (Pm/2012), Pertambangan
(Tb/20141), Pertanian lahan kering (Pt/20091), Pertanian Lahan Kering campur semak
(Pt/20092), Tambak (Tm/20094), Semak Belukar (B/2007) dan Tubuh air (A/5001). Hasil
analisis penutupan lahan di wilayah KPHP Tanah Bumbu disajikan pada Tabel II 12.
Tabel II-12. Luas Penutupan Lahan pada Setiap Fungsi Kawasan Hutan

NO PENUTUPAN LAHAN HL HPT HP LUAS (HA)


1 Hutan LK Sekunder 77.428 15.150 43.177 135.755
2 Hutan mangrove sekunder - - 1 1
3 Hutan Tanaman 666 14.422 15.088
4 Lahan terbuka 10 18 1.887 1.915
5 Perkebunan - 298 18.006 18.304
6 Permukiman - - 121 121
7 Pertambangan 706 1.041 12.521 14.268
8 Pertanian lahan kering 36 341 4.029 4.406
9 Pertanian LK campur semak 4 1.128 7.995 9.127
10 Semak Belukar 4.977 6.322 43.310 54.609
11 Tubuh air (Void) - 82 50 132
JUMLAH 83.161 25.046 145.519 253.726
Sumber : Data penutupan lahan Ditjen PKTL Tahun 2015

2.2.2. Potensi Hasil Hutan Kayu

Wilayah KPHP Tanah Bumbu termasuk dalam tipe hutan hujan tropis, yang
merupakan hutan alam dipterocarpaceae dengan jenis didominasi Shorea sp,
Dipterocarpus sp dan berbagai jenis tanaman tropis lainnya.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 23


Berdasarkan hasil tumpang-susun peta fungsi kawasan hutan dengan peta
penutupan lahan (BPKH Wilyah V tahun 2015) dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu terlihat
bahwa luas hutan lahan kering sekunder kerapatan sedang-rapat seluas ± 135,755 ha
yang terbagi dalam tiga fungsi hutan yaitu HL seluas 83,164 ha, HP seluas 43,176ha dan
HPT seluas 15,149 ha. Pada hutan alam kerapatan sedang-rapat didominasi oleh jenis
dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus), pulai (Alstonia
spp), kapur (Driobalanops sp), nyatoh (Palaquium spp), bangkirai (Shorea laevis), balau
(Shorea eliptica), biwan (Endertia spectabilis), merijang (Sindora spp) dan banyak jenis
kayu hutan alam lainnya seperti ulin (Eusideroxylonzwageri) yang tersebar secara
sporadis.
Sedang pada hutan tanaman hanya jenis akasia (Accacia mangium) sedikit
ditemui mahoni (Switenia sp.) dan jati (Tectona grandis). Luas hutan tanaman yang ada
± 15,087 ha. Inventarisasi potensi sumber daya hutan yang dilakukan oleh BPKH
Wilayah V Banjarbaru tahun 2015 sebanyak 12 plot yang tersebar di lahan berhutan
(Hutan lahan kering sekunder kerapatan sedang-rapat) dan hutan tanaman. Hasil
inventarisasi pada hutan alam diameter ≥ 20 cm : jumlah batang rata-rata sebanyak
109,667 btg/ha dengan volume sebesar 87,813 m³/ha. Hasil inventarisasi pada hutan
tanaman : jumlah batang rata-rata sebanyak 223,145 btg/ha dengan volume sebesar
146,123 m³/ha.
Berdasarkan luas hutan alam (hutan lahan kering sekunder) HP dan HPT
diperkirakan standing stock masing-masing adalah : HP = 43.176 ha x 87,813 m3 =
3,703,601.09 m3 dan HPT = 15.149 ha x 87,813 x 50% m3 = 665,139.57 m3. Angka 50%
dimaksudkan pada HPT maksimum yang bisa ditebang hanya kurang lebih 50% atau
hanya pohon yang mempunyai diameter ≥ 50 cm.
Untuk hutan tanaman perkiraan potensi hasil hutan kayu 15.087 ha x 146,123
m3/ha = 2,204,557.70 m3.

2.2.3. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu

Didalam kawasan hutan yang sangat luas ini tentu saja banyak terdapat hasil
hutan bukan kayu, namun hingga saat dokumen ini dibuat pihak kehutanan; waktu itu
masih ada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu hanya
mengidentifikasi beberapa hasil hutan non kayu antara lain sarang burung walet, madu
lebah, kayu manis, kemiri dan gaharu.
Perlu diketahui bahwa beberapa kelompok masyarakat di sekitar pegunungan
meratus, Desa Emil Baru Kecamatan Mentewe telah memanfaatkan kawasan hutan untuk
budidaya tanaman kayu manis dan kemiri. Saat ini terdata seluas 60 ha tanaman kayu

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 24


manis dan seluas 10 ha tanaman kemiri telah dibudidayakan dan siap produksi.
Sementara untuk madu hutan, terdata sebanyak 300 pohon inang yang telah
menghasilkan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Data Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu pada KPHP Tanah Bumbu
No. Produk HHBK Lokasi Jumlah
Dikembangkan Siap Produksi
1 Kayu Manis Desa Emil Baru Kec. Mentewe 500 Ha 60 Ha
2 Kemiri Desa Emil Baru Kec. Mentewe 100 Ha 10 Ha
3 Madu Hutan Desa Emil Baru Kec. Mentewe 300 Pohon 300 Pohon
Sumber : Hasil wawancara KPHP Tanbu, 2016

2.2.4. Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Jenis fauna langka di wilayah KPHP Tanah Bumbu tidak ada laporan secara
khusus, namun berdasarkan laporan masyarakat di wilayah sungai Kusan bagian hulu;
sungai Pihik (anak sungai Kusan) masih terdapat burung enggang (Aceros corrugatus).
Secara umum jenis-jenis burung yang terdapat di kawasan ini antara lain :
1. Enggang (Aceroscorrugatus)
2. Bubut (Centropusbengalensis)
3. Sikatan (Rhididuraalbicollis)
4. Tutukun (tidak teridentifikasi) dari bahasa Dayak Meratus daerah Kusan
5. Cucak rawa (Pycnonotuszeylanicus)
6. Layang-layang (Apus pasifleus)
7. Tinjau gunung (Copxychusmalabaricus)
8. Elang (Haliastur indus)
9. Burung hantu (Strixseloputo)
10. Burak (Amaurornisphoecurus)
11. Tiung (Gracula religiosa)
12. Murai (Capsicussp)
13. Sri gunting (Dicrurusparadiseus)

Beberapa jenis fauna lain juga terdapat di wilayah KPHP Tanah Bumbu antara
lain:
1. Hirangan/lutung (Presbytiscristata)
2. Kancil (Tragulus javanicus)
3. Musang (Paradoxurushermaproditus)
4. Trenggiling (Manis javanica)
5. Landak (Hystrixbrachyura)

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 25


6. Beruang madu (Helarctosmalayanus)
7. Owa-owa (Hylobathe ssp)
8. Kijang (Muntiacus muntjak)
9. Berang-berang (Lutra sp)
10. Rusa (Cervu ssp)
11. Tupai (Tupaia sp)

Untuk jenis flora langka hingga saat ini belum ada laporan yang menjelaskannya.
Data hasil survey yang dilakukan oleh BPKH Wilayah V hanya menjelaskan beberapa jenis
komersial sebagaimana telah dijelaskan di bagian potensi hasil hutan kayu. Pada areal
yang mempunyai penutupan hutan alam sekunder masih didominasi oleh jenis meranti
(Shorea sp), keruing (Dipterocarpus), rengas (Gluta rengas) dan ulin
(Eusideroxylonzwageri). Namun pada hutan sekunder yang lebih muda didominasi oleh
kelampaian (Anthocephalus cadamba), mahang (Macaranga spp), binuang (Octomeles
sumatrana), medang (Litsea firma) dan laban (Vitex pubescens).
Untuk jenis – jenis tanaman epifit seperti anggrek masih dapat ditemukan di areal
– areal yang berhutan lebat, sedangkan tanaman bawah beberapa jenis rotan yang
masih digunakan masyarakat sebagai bahan anyaman serta tanaman obat seperti pasak
bumi (Euyicoma longifolia).
Flora dan fauna dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa, dan atau Langka berdasarkan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau
konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam punah
edisi tahun 2014, yang ditemui secara langsung maupun berdasarkan data sekunder
(laporan BKSDA dan BPKH, laporan perusahaan/IUPHHK dan LSM/SCKPFP), antara lain
adalah :
Data Potensi Fauna Dilindungi pada KPHP Tanah Bumbu
Nama Daerah Nama Latin Status
Dilindungi Langka
Enggang Buceros spp √ Apx II
Beruang madu Helarctos malayanus √ Apx I
Kancil Tragulus javanicus √ -
Trenggiling Manis javanicus √ Apx II
Owa - owa Hylobatus mulleri √ Apx I
Kijang Muntiacus muntjak √ -
Rusa Cervus unicolor √ -
Sumber : Hasil pengolahan data berbagai sumber

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 26


2.2.5. Potensi Jasa Lingkungan dan Jasa Wisata

Jasa lingkungan yang umum berupa sumber-sumber air tanah sebagai bagian dari
penyedia air bersih bagi masyarakat atau perusahaan. Di dalam wilayah KPHP Tanah
Bumbu terdapat 3 sungai besar yaitu Sungai Satui, Sungai Kusan dan Sungai Batulicin..
Pada saat musim kemarau yang identik dengan susahnya memperoleh air, maka
keberadaan ketiga sungai tersebut dapat mensuplay air bersih bagi masyarakat
Kabupaten Tanah Bumbu.
Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu saat ini berencana membangun
bendungan pembangkit tenaga listrik dan pengairan (irigasi) di Sungai Kusan. Hal ini
tentunya menjadi peluang pemanfaatannya sebagai jenis jasa wisata. Rencana serupa
juga akan diterapkan pada beberapa danau bekas tambang. Hasil analisa menggunakan
citra satelit teridentifikasi void seluas ± 132,61 ha sebagai tubuh air. Karena biaya
pengembaliannya menjadi hutan memerlukan biaya yang besar, sehingga saat ini belum
termanfaatkan secara optimal. Kedepan akan coba diupayakan oleh KPHP Tanbu sebagai
lokasi wisata alam, termasuk lokasi air terjun, gua alam dan objek wisata alam lainnya
yang belum terdata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
Apabila obyek wisata yang berada dalam areal kerja KPHP Tanah Bumbu, namun
terdapat di dalam areal pemegang izin baik IUPHHK maupun IPPKH, maka pihak KPHP
Tanah Bumbu akan berupaya mengembangkan objek wisata tersebut melalui kerja sama
kemitraan atau pola lainnya.

2.3. SOSIAL BUDAYA

Wilayah KPHP Tanah Bumbu meliputi 7 (tujuh) kecamatan dan 33 desa. Jumlah
penduduk desa yang terdapat di dalam maupun yang bersinggungan dengan wilayah
KPHP Tanah Bumbu mencapai 81.321 jiwa. Rincian jumlah penduduk untuk setiap desa
sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel II-13. Jumlah Penduduk Desa di 7 Kecamatan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu
Jumlah Penduduk *) Kepad
Rasio
N Luas atan
Kecamatan Desa Perempu Jenis
o (Km2) KK Laki-Laki Jumlah Pendu
an kelamin
duk
1 Angsana Purwodadi 13,95 781 1.292 1.163 2.455 186 111
Makmur 13,16 259 626 533 1.159 88 117
2 Kuranji Indra Loka Jaya 12,56 - 421 419 840 66,88 100,47
Mustika 16,81 - 841 810 1.651 98,23 103,46
Giri Mulya 30,25 - 1.221 1.128 2.349 77,65 108,24
Kuranji 36,46 - 458 378 836 22,93 121,16
3 Kusan Karang Sari 6,70 283 545 506 1.051 124,33 110,88
Hulu
Guntung 86,06 292 649 577 1.226 0,01 127,00
Teluk Kepayang 29,68 814 1.720 1.668 3.388 0,09 107,83
Hati’if 17,32 165 420 425 845 33,78 116,66

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 27


Kepad
Rasio
N Luas atan
Kecamatan Desa Jumlah Penduduk *) Jenis
o (Km2) Pendu
kelamin
duk
Mangkalapi 1.151,40 285 489 447 936 0,71 120,05
Tamunih - 87 171 163 334 - 113,00
Batu Bulan - 123 287 241 389 - 124,20
4 Mantewe Mantewe 128,86 790 1.520 1.399 2.919 - 109
Sari Mulya 24,22 626 1.119 1.021 2.140 - 110
Sukadamai 35,08 1.450 2.614 2.321 4.935 - 113
Dukuh Rejo 24,99 520 907 845 1.752 - 107
Rejosari 18,96 820 1.385 1.291 2.676 - 107
Emil Baru 141,45 280 500 456 956 - 110
5 Satui Sungai Cuka 167,42 1.429 1.429 1.725 3.154 19 82,8
Bukit Baru 115,69 658 - - 2.277 20 -
Jombang 274,74 399 1.173 1.104 1.380 5 106,3
Sungai Danau 26,56 4.607 7.104 6.515 13.619 513 109,0
Satui Barat 14,85 871 1.048 974 2.894 195 107,6
Sumber Makmur 8,55 531 1.454 1.357 1.824 213 107,1
Wonorejo 21,61 854 668 712 2.811 130 93,8
Sumber Arum 9,00 138 714 747 505 56 95,6
6 Simpang Sari Gadung 2.453 4.486 4.284 8.770 104,7
Empat
Sungai Dua 554 1.013 981 1.994 103,3
Mekar Sari 449 772 711 1.483 108,6
Batu Ampar 374 678 589 1.267 115,1
Gunung Besar 1.532 2.921 2.656 5.577 110,0
7 Sungai Tri Martani 27,30 267 527 402 929 131
Loban
81.321
Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu dalam Angka Tahun 2016

Tabel II-14 dibawah ini menjelaskan tentang jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
penduduk usia 15 tahun yang berada di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Terbesar adalah
penduduk yang bekerja pada lapangan pekerjaan bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan
perikanan yaitu 52.734 orang. Selengkapnya data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel II-14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun yang Bekerja di Wilayah Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2015

Jenis Kelamin
Lapangan Pekerjaan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan 38.970 13.764 52.734
Perikanan
Pertambangan dan penggalian 15.836 1.162 16.998
Industri Pengolahan 3.684 1.574 5.258
Listrik, Gas dan Air - - -
Bangunan 7.365 - 7.365
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan 13.224 15.686 28.910
dan Hotel
Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 4.133 - 4.133
Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan 1.333 728 2.061
Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 11.808 9.928 21.736
Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu dalam Angka Tahun 2016

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 28


Tabel II-15. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis
Kegiatan di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015

Angkatan Kerja Bukan


Pendidikan Tertinggi yang
Pengangguran Angkatan
ditamatkan Bekerja Jumlah
Terbuka Kerja
Tidak/Belum Pernah Sekolah 4.478 - 4.478 3.184
Tidak/Belum Tamat SD 21.735 2.240 23.975 10.588
Sekolah Dasar 42.179 1.834 44.013 24.397
Sekolah Menengah Pertama 24.283 2.251 26.534 23.985
Sekolah Menengah Atas 25.547 3.956 29.503 10.742
Sekolah Menengah Atas Kejuruan 9.905 1.489 10.584 1.117

Bukan
Pendidikan Tertinggi yang
Angkatan Kerja Angkatan
ditamatkan
Kerja
Diploma I/II/III 3.050 559 3.609 -
Universitas 8.828 498 9.326 583
139.195 12.827 152.022 74.596
Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu dalam Angka Tahun 2016

Terlihat pada tabel II-15 di atas, sebagian besar penduduk di Kabupaten Tanah
Bumbu hanya mampu menikmati pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar sebanyak
44.013 orang.

2.4. PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Dimasa lalu, Tanah Bumbu merupakan salah satu penyuplai kayu bulat di
Propinsi Kalimantan Selatanberkat kehadiran perusahaan HPH PT. Kodeco Timberdengan
luas konsesi 270.000 Ha, sesuai SK. Menteri Kehutanan nomor 339/Kpts/Us/12/1968
tanggal 11 Desember 1968, dengantotal produksi kayu bulat s/d Nopember 1993
sebanyak 3.964.000 M3, Sawn timber 332.000 M3, Moulding 15.400 M3. Namun hak
penguasaan hutan tsb, telah berakhir pada tahun 1999.
Bukti lainnya bahwa Tanah Bumbu menjadi penyuplai bahan baku kayu dengan
berdirinya perusahaan PT. Kodeco Group seperti PT. Emil Timber sesuai SK.HPH Nomor
744/Kpts/Ua/12/1977 tanggal 28 Desember 1977 dengan luas Konsesi 5.300 Ha,
kemudian beroperasinya PT.KODECO Batulicin Plywood (Industri Plywood dan Fancy
Wood) Sesuai SP.Presiden Nomor 8-12/Pres/3/1981, 09/I/PMA/1981, 71/II/PMA/1987
dan SP Perubahan/Perluasan Nomor 70/II/PMA/1990 tanggal 21 April 1990 dengan
kapasitas produksi Plywood 120.000 M3 dan Fancy plywood 15.600 M3dengan realisasi
produksi plywood s/d Nopember 1993 sebanyak 1.009,400 M3 dan Fancy Plywood

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 29


16.500 M3 dan Perusahaan lainya seperti PT. Sumpol Timber yang areal kerjanya di
Kecamatan Satui dan PT. Alam Unda.
Dalam pemanfaatan potensi Sumber Daya Hutan, terdapat kegiatan penggunaan
kawasan hutan, antara lain :
Tabel II-16. Data Izin Pemanfaatan Hasil Hutan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu Tahun
2014

Jenis Izin Nama Luas


Nomor SK Penetapan Berlaku s/d
Pemanfaatan Perusahaan (Ha)
IUPHHK-HA PT. Kodeco Timber 20.586 Kepmenhut No. 849/Kpts- 11 Oktober 2043
VI/1999, tgl 11 Okt 1999, jo (khusus wilayah
Kepmenhut No. Kab. Tanbu)
SK.770/Menhut-II/2013, tgl
1 Nov 2013
IUPHHK-HT PT. Kodeco Timber 5.945 Kepmenhut No. 253/Kpts- 27 Peb 2053
II/1998, tgl 27 Peb 1998,
jo, Kepmenhut No.
SK.760/Menhut-II/2013, tgl
31 Okt 2013
PT. Hutan Rindang 121.805 Kepmenhut No.196/Kpts- 27 Peb 2041
Banua II/1998, tgl 27 Peb 1998,
Jo. Kepmenhut
SK.86/Menhut-II/2006, tgl
06 Apr 2006

PT. Kirana 14.400 Kepmenhut No.647/Kpts- 1 Juni 2035


Khatulistiwa II/1996, tgl 22 Okt 1996

PT. InniJoa 28.335 Kepmenhut No. 5 mar 2069


SK.77/Menhut-II/2009, tgl 5
Maret 2009
PT. Jhonlin Agro 17.730 Kepmenhut No. 14 Mar 2074
Mandiri SK.482/Menhut-II/2014, tgl
14 Mei 2014
PT. Batulicin Bumi 21.970 Kepmenhut No. 30 Okt 2073
Bersujud SK.737/Menhut-II/2013, tgl
30 Okt 2013
IUPHHK-HTR Kop. Berkat Jaya 344 SK Bupati Tanbu No. 86
Abadi Tahun 2011, tgl 24 Peb
2011
Kop. Maju Terus 330 SK Bupati Tanbu No. 85
Jaya Tahun 2011, tgl 24 Peb
2011
Kop. Rimba Raya 343 SK Bupati Tanbu No. 83
Tahun 2011, tgl 24 Peb
2011
Kop. Bersama Kita 329 SK Bupati Tanbu No. 88
Membangun Tahun 2011, tgl 24 Peb
2011
Kop. Bukit Barisan 333 SK Bupati Tanbu No. 87
Jaya Tahun 2011, tgl 24 Peb
2011

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 30


Jenis Izin Nama Luas
Nomor SK Penetapan Berlaku s/d
Pemanfaatan Perusahaan (Ha)
Kop. Budi 376 SK Bupati Tanbu No. 84
Sejahtera Tahun 2011, tgl 24 Peb
2011
Kop. Mahkota 696 SK Bupati Tanbu No. 76
Banua Bersujud Tahun 2012, tgl 1 Mar 2012

Berdasarkan hasil analisis spasial, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu baik
untuk hutan alam (IUPHHK-HA) maupun hutan tanaman (IUPHHK-HT) yang masuk
dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu adalah sebagai berikut :

Tabel II-18. Data Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Yang Masuk


Dalam Wilayah KPHP Tanah Bumbu Tahun 2016

No Nama Perusahaan Jenis Izin Luas (Ha)


1. PT. Kodeco Timber IUPHHK-HA 10.145

2. PT. Inni Joa IUPHHK-HT 28.335

3. PT. Jhonlin Agro Mandiri IUPHHK-HT 17.730

4. PT. Batulicin Bumi Bersujud IUPHHK-HT 21.970

5. PT. Kirana Chatulistiwa IUPHHK-HT 13.668

6. PT. Hutan Rindang Banua IUPHHK-HT 48.022

7. PT. Kodeco Timber IUPHHK-HT 3.050

Jumlah 142.920
Sumber : Pengolahan Data Spasial Tata Hutan KPHP Tanah Bumbu

Saat ini selain IUPHHK- HA dan IUPHHK-HT, di Kabupaten Tanah Bumbu juga
terdapat Izin Pinjam Pakai Kawasan (IPPKH) untuk kegiatan Pertambangan dan/atau di
luar sektor kehutanan melalui izin pinjam pakai kawasan hutan meliputi 22 unit
manajemen, dengan perincian ebagaimana tercantum dalam tabel II.17.

Tabel II-17. Data Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tahun 2016

No Nama Perusahaan SK IPPKH


Nomor Tanggal Luas (Ha)
1 AnugerahDayaGemilang, PT 25/1/IPPKH/PMDN/2015 4/21/2015 160,35
2 AnugerahSuksesGemilang, SK.595/Menhut-II/2010 10/19/2010 84,63
CV
3 Arutmin Indonesia, PT SK.469/Menhut-II/2008 12/23/2008 3.332,46
SK.445/Menhut-II/2008 11/28/2008 3.849,44
SK.446/Menhut-II/2008 11/28/2008 4.114,61
SK.853/Menhut-II/2014 9/29/2014 1.486,83

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 31


No Nama Perusahaan SK IPPKH
Nomor Tanggal Luas (Ha)
4 Astri Mining Resources, PT SK.174/Menhut-II/2012 4/4/2012 30,62
5 Baramega Citra SK.06/Menhut-II/2011 1/17/2011 490,56
MuliaPersada, PT
6 Borneo Indobara, PT SK.743/Menhut-II/2013 10/31/2013 517,83
SK.864/Menhut-II/2013 12/5/2013 501,89
SK.533/Menhut-II/2014 6/13/2014 237,92
SK.2/Menhut-II/2014 1/3/2014 850,00
7 EkaSatyaPratama, PT SK.125/Menhut-II/2009 3/27/2009 80,07
8 EkasatyaYanatama, PT SK.707/Menhut-II/2010 12/27/2010 223,23
9 Faris Motor, CV SK.559/Menhut-II/2013 8/14/2013 126,57
10 Gajah Mada, KUD SK.826/Menhut-II/2014 9/26/2014 90,00
8/1/IPPKH/PMDN/2016 1/19/2016 153,40
11 HidupHidayahIlahi, CV 38/1/IPPKH/PMDN/2015 9/17/2015 22,21
12 Indocement Tunggal 1254/Kwl-6/1999 6/1/1999 3.733,97
Prakarsa, PT
13 KamikawaGawiSabumi, PT SK.37/Menhut-II/2012 1/30/2012 183,10
14 KUD Pelita SK.958/Menhut-II/2013 12/27/2013 126,00
15 Mandala Usaha Tambang SK.213/Menhut-II/2012 5/3/2012 56,90
Utama, PT
16 MitraSetia Tanah Bumbu, SK.891/Menhut-II/2013 12/12/2013 92,70
PT
17/1/IPPKH/PMA/2015 9/4/2015 27,99
17 PraharanaMudaParama, PT SK.451/Menhut-II/2012 8/13/2012 147,70
18 ProlindoCipta Nusantara, PT SK.454/Menhut-II/2013 6/25/2013 296,06
19 TapinSarana Jaya, PT SK.465/Menhut-II/2012 8/27/2012 94,30
20 Tunas IntiAbadi, PT SK.370/Menhut-II/2009 6/23/2009 300,00
SK.742/Menhut-II/2012 12/17/2012 142,00
SK.719/Menhut-II/2014 8/29/2014 308,53
10/1/IPPKH/PMDN/2015 3/18/2015 994,57
21 Usaha Kawan Sejati, PT SK.456/Menhut-II/2010 8/10/2010 171,00
22 WahanaBaratama Mining, SK.468/Menhut-II/2008 12/23/2008 1.297,83
PT
SK.616/Menhut-II/2012 11/6/2012 793,35
23 Yanuar Perkasa, CV SK.701/Menhut-II/2011 12/13/2011 69,80
24 Yiwan Mining, PT SK.461/Menhut-II/2009 8/4/2009 1.305,50
25 Pemprov Kalsel 1/1/IPPKH/D/2015 3/20/2015 228,13
Jumlah 26.722,05
Sumber : Data Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu 2016

Berdasarkan hasil analisis spasial, izin penggunaan kawasan hutan yang masuk
dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu adalah sebagai berikut :

Tabel II-20. Data IPPKH Dalam Wilayah KPHP Tanah Bumbu

No Nama Perusahaan SK IPPKH Tanggal Luas (Ha)


1 AnugerahDayaGemilang, 25/1/IPPKH/PMDN/2015 4/21/2015 160,35
PT
2 AnugerahSuksesGemilang, SK.595/Menhut-II/2010 10/19/2010 84,63
CV
3 Arutmin Indonesia, PT SK.469/Menhut-II/2008 12/23/2008 2.686,00
SK.445/Menhut-II/2008 11/28/2008 11,18

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 32


SK.446/Menhut-II/2008 11/28/2008 2.588,55
SK.853/Menhut-II/2014 9/29/2014 85,42
4 Astri Mining Resources, PT SK.174/Menhut-II/2012 4/4/2012 29,79
5 Baramega Citra SK.06/Menhut-II/2011 1/17/2011 16,31
MuliaPersada, PT
6 Borneo Indobara, PT SK.743/Menhut-II/2013 10/31/2013 517,83
SK.864/Menhut-II/2013 12/5/2013 501,89
SK.533/Menhut-II/2014 6/13/2014 237,92
SK.2/Menhut-II/2014 1/3/2014 850,00
7 EkaSatyaPratama, PT SK.125/Menhut-II/2009 3/27/2009 80,07
8 EkasatyaYanatama, PT SK.707/Menhut-II/2010 12/27/2010 223,23
9 Faris Motor, CV SK.559/Menhut-II/2013 8/14/2013 56,51
10 Gajah Mada, KUD SK.826/Menhut-II/2014 9/26/2014 77,74
8/1/IPPKH/PMDN/2016 1/19/2016 17,90
11 HidupHidayahIlahi, CV 38/1/IPPKH/PMDN/2015 9/17/2015 22,21
12 Indocement Tunggal 1254/Kwl-6/1999 6/1/1999 137,26
Prakarsa, PT
13 KamikawaGawiSabumi, PT SK.37/Menhut-II/2012 1/30/2012 183,10
14 KUD Pelita SK.958/Menhut-II/2013 12/27/2013 126,00
15 Mandala Usaha Tambang SK.213/Menhut-II/2012 5/3/2012 56,90
Utama, PT
16 Mitra Setia Tanah Bumbu, SK.891/Menhut-II/2013 12/12/2013 92,70
PT
17/1/IPPKH/PMA/2015 9/4/2015 27,99
17 PraharanaMudaParama, SK.451/Menhut-II/2012 8/13/2012 296,06
PT
18 ProlindoCipta Nusantara, SK.454/Menhut-II/2013 6/25/2013 4,57
PT
19 TapinSarana Jaya, PT SK.465/Menhut-II/2012 8/27/2012 94,30
20 Tunas IntiAbadi, PT SK.370/Menhut-II/2009 6/23/2009 300,00
SK.742/Menhut-II/2012 12/17/2012 142,00
SK.719/Menhut-II/2014 8/29/2014 308,53
10/1/IPPKH/PMDN/2015 3/18/2015 994,57
21 Usaha Kawan Sejati, PT SK.456/Menhut-II/2010 8/10/2010 171,00
22 WahanaBaratama Mining, SK.468/Menhut-II/2008 12/23/2008 233,38
PT
SK.616/Menhut-II/2012 11/6/2012 629,03
23 Yanuar Perkasa, CV SK.701/Menhut-II/2011 12/13/2011 69,80
24 Yiwan Mining, PT SK.461/Menhut-II/2009 8/4/2009 1.305,50
25 Pemprov Kalsel 1/1/IPPKH/D/2015 3/20/2015 121,12
Jumlah 13.541,34
Sumber : Data Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu 2016

2.5. POSISI AREAL KERJA DALAM RTRWP DAN PEMBANGUNAN


DAERAH

Rencana pemanfaatan ruang merupakan hasil sinkronisasi dan integrasi antara


analisis pemanfaatan ruang kondisi eksisting, analisis kesesuaian fisik lahan, dan analisis
kebijaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Dari hasil integrasi
tersebut menunjukkan bahwa alokasi pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Tanah
Bumbu 2005-2015 memerlukan pengarahan ruang berdasarkan potensi dan kendala

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 33


wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang akan berpengaruh langsung terhadap konsep
pengembangan ruang wilayah.
Memperhatikan kondisi serta hasil analisis pola ruang diperoleh gambaran tentang
arahan rencana pengembangan alokasi pemanfaatan ruang yang dapat
direkomendasikan dalam RTRW Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2005-2015, dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan ruang kawasan lindung, yang terdapat di kecamatan Mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu, yang meliputi kawasan hutan lindung.
2. Kawasan budidaya, diarahkan pengembangannya untuk meningkatkan
produktifitas ekonomi wilayah, meliputi kawasan perkebunan, kawasan pertanian
lahan kering, permukiman pedesaan. Sebaran kawasan budidaya terdistribusi
pada semua kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu.
3. Pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan, diarahkan sebagai pusat
permukiman dan pelayanan jasa. Pengalokasian kawasan perkotaan diarahkan
pada setiap kecamatan untuk membentuk kota-kota kecamatan sebagai pusat
distribusi pelayanan jasa, sosial dan ekonomi. Demikian pula untuk Ibu Kota
Kabupaten diarahkan pada Kecamatan Simpang Empat, dengan skala pelayanan
terhadap seluruh wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Sedangkan untuk kawasan
perdesaan meliputi kawasan perkampungan di perdesaan diluar dari kawasan
lindung.
4. Upaya mengantisipasi pertumbuhan kawasan permukiman dilakukan dengan cara
mengembangkan pusat-pusat pengembangan dan pelayanan wilayah serta
didukung oleh pengembangan fasilitas dan utilitas.
5. Untuk menunjang tingkat perekonomian wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, maka
dibutuhkan pemanfaatan teknologi yang lebih tinggi dan tepat, sesuai dengan
potensi fisik wilayah untuk kegiatan budidaya. Pemantapan kawasan yang
memiliki fungsi lindung merupakan poin pertama yang dituangkan dalam tujuan
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Bumbu.
6. Kawasan KPHP Tanah Bumbu dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah
termasuk kedalam Satuan Pengembangan Wilayah Kehutanan baik untuk
kepentingan budidaya/produksi maupun untuk kepentingan perlindungan.
Hampir sepertiga luasan Kabupaten Tanah Bumbu secara administratif merupakan
kawasan hutan. Adapun rencana pemanfaatan ruang tersebut adalah:
• Rencana Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung Pegunungan Meratus seluas ± 78,997ha yang berada di
kecamatan Mentewe dan kecamatan Kusan Hulu seluas 4,191 ha Kabupaten Tanah

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 34


Bumbu yang merupakan ekosistem danpengatur tata air harus dijaga sehingga
bermanfaat bagi keberlangsungan mahluk hidup .
• Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya, terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
2. Kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Kecamatan Satui, Kusan Hulu,
Simpang Empat dan Kec. Mentewe.
3. Kawasan hutan produksi tetap terdapat di Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan
Angsana, Kecamatan Mentewe dan Simpang Empat
4. Kawasan hutan lindung Kecamatan Mentewe, Kecamatan Kusan Hulu dan
Kecamatan Satui
5. Kawasan peruntukan Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD) dan Hutan
Tanaman Rakyat (HTR)
Usulan peruntukan Kawasan Hutan kemasyarakatan (HKm) terdapat didesa
Gunung Hatalau Meratus Raya Kecamatan Mentewe seluas 617,6 Ha dengan nama
kelompok tani Hatalau Sejahtera dengan jumlah anggota 33 orang dan Desa Batu Bulan
Kecamatan Kusan Hulu seluas 3.842 Ha yang terbagi menjadi empat kelompok pengelola
antara lain kelompok Hutan Raya seluas 637 Ha dengan jumlah anggota 15 orang,
kelompok karya Usaha seluas 684 Ha dengan jumlah anggota 15 orang, kelompok Jaya
usaha seluas 830 Ha dengan jumlah anggota 15 orang, Kelompok Makmur Jaya seluas
736 Ha dengan jumlah anggota 15 orang dan kelompok Maju Sejahtera seluas 955 Ha
dengan jumlah anggota 15 orang dengan status kawasan berupa Hutan Lindung.
Kemudian Hutan Desa (HD) terdapat di Desa Emil Baru Kecamatan Mentewe
seluas 2.997 Ha dengan kelompok pengelola lembaga Desa Emil Baru dan Desa Bukit
Baru Kecamatan Satui seluas 2.152,94 Ha dengan kelompok pengelola Lembaga Desa
Bukit baru dengan status kawasan Hutan Lindung.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.50/Menhut-II/2010 tanggal
15 Januari 2010 tentang Pencadangan Areal untuk Pembangunan Hutan Tanaman
Rakyat (HTR) seluas ± 9.035 Ha di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan.
KPHP Tanah Bumbu dengan berbagai potensi yang dimiliki tentunya berharap
dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan di daerah. Tentunya dengan
pengembangan potensi wilayah baik berupa jasa lingkungan, jasa wisata alam, produk
kayu dan hasil hutan bukan kayu dapat memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar
kawasan hutan.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 35


2.6. ISU STRATEGIS, KENDALA DAN PERMASALAHAN

Berbagai permasalahan masih menyelimuti upaya-upaya pengelolaan kawasan


KPHP Tanah Bumbu. Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya merupakan
dampak dari upaya pembangunan ekonomi yang belum berpihak kepada upaya
pelestarian dan pemanfaatan kawasan hutan secara bekelanjutan dan dampak dari
populasi dan semakin tingginya kebutuhan manusia akan sumber daya alam hayati,
lemahnya koordinasi di kalangan pemerintah serta masih lemahnya kelembagaan KPHP
Tanah Bumbu.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KPHP Tanah Bumbu diuraikan sebagai
berikut :
• Kawasan-kawasan hutan yang kemudian diubah fungsinya , masih terdapat tumpang
tindih penggunaan atau kepemilikan lahan di dalam kawasan. Menurut data
pemerintah (Dishutbun) Kabupaten Tanah Bumbu, ada 12 desa yang secara
langsung berada dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu yaitu desa Tamunih
Kecamatan Kusan Hulu seluas 90,04 Ha merupakan Hutan Lindung desa Batu Bulan
Kecamatan Kusan Hulu seluas 141,07 Ha berada pada Hutan Lindung, Desa Emil
Baru Kecamatan Mentewe berada pada Hutan Lindung seluas 494,58 Ha, Desa
Mentewe Kec. Mentewe berada pada Hutan Produksi seluas 60,16 Ha, Desa Gunung
Raya Kec Mentewe seluas 137,08 berada pada Hutan Produksi, Desa Satui Barat,
Desa Sumber Makmur, Desa Sumber Arum dan Desa Jombang Kecamatan Satui
seluas 2.384,97 Ha berada pada Hutan Produksi, Desa Sei Dua dan Desa Batu Ampar
seluas 55,95 Ha berada pada Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Bahkan
terdapat beberapa desa sudah sejak lama berada di wilayah KPHP Tanah Bumbu
jauh sebelum pemerintah menetapkan kawasan tersebut sebagai KPHP. Lahan lahan
dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu tersebut antara lain telah berubah fungsi
menjadi kawasan pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan serta areal yang
ditumbuhi semak belukar. Beberapa tahun sebelum penetapan KPHP Tanah Bumbu
sebagai KPHP , telah diupayakan pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat dan
aparat pemerintah daerah untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Awalnya, masyarakat dan pemerintah daerah menginginkan enclave dari dalam
kawasan. Meskipun demikian desa-desa ini harus mendapatkan perhatian untuk
menghindari konflik kepentingan dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.
• Penataan batas kawasan KPHP Tanah Bumbu belumdilaksanakan.Karenabelum
dilaksanakannya penataan batas maka penetapan kawasan juga belumdapat
dilakukan. Dengan demikian, status hukum kawasan belum bersifat finaldan pada

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 36


umumnya kalangan awam belum paham tentang proses pengukuhankawasan hutan
(termasuk pula sebagian aparat pemerintah). Sebagian aparatpemerintah
menganggap bahwa dengan belum adanya penetapan kawasanmaka perubahan
fungsi atau bahkan pelepasan kawasanmasih dapatdilakukan.
• Masih terkait dengan batas, hasil tata batas sebagian kawasan KPHP Tanah Bumbu
yang dilaksanakan sebelumnya, telah mengalami banyak perubahan. Sudah
dilaksanakanrekonstruksi batas kawasan dan banyak ditemukan tumpang tindih
penggunaanlahan di sekitar batas kawasan. Terkait dengan batas-batas kawasan
dilapangan, sementara waktu ini sedang dilakukan identifikasi lahan-lahan
bermasalah di sekitar batas untuk kemudian akan diupayakan untuk review/reposisi
batas apabila memungkinkan.
• Di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu terdapat tanaman semusim berupa padi yang
bagi masyarakat, padi sebagai salah satu bahan makanan pokok. tanaman lain yang
ditemukan adalah Kemiri (Aleurites moluccana) yang bagi masyarakat setempat
merupakankomoditas penunjang usaha ekonominya. Selain itu terdapat pula
tanaman Kayu Manis. Tanaman ini pada umumnya berada di dalam kawasan yang
berfungsi lindung. Masyarakat di sekitar kawasanmengakui tanaman kemiri dan
Kayu manis tersebut sebagai milik mereka walaupun diakuiberada di dalam kawasan
hutan. Karena klaim kepemilikan tersebut, kelompok-kelompokmasyarakat ini
menuntut untuk dapat memanfaatkan hasilnya.
• Data dan informasi potensi kawasan KPHP Tanah Bumbumasih minim. Untuk itu,
sampai saat ini telah diupayakan untuk terusmenghimpun data dan informasi yang
ada serta terus diupayakan untukmelaksanakan eksplorasi secara langsung di
lapangan.
• Terkait dengan data dan informasi potensi kawasan yang masih terbatas, maka
perancangan blok pengelolaan kawasan KPHP Tanah Bumbu belum sempurna. Untuk
sementara waktu, pelaksanaan pengelolaan kawasan didasarkan pada fungsi
kawasan hutan sebelum penunjukan sebagai kawasan KPHP Tanah Bumbu.
• Bentang alam kawasan KPHP Tanah Bumbu yang sebagian besar adalah kawasan
berbukit bukit menyebabkan sulitnya aksesibilitas ke dalam kawasan untuk berbagai
keperluan, terutama untuk identifikasi dan inventarisasi potensi serta kondisi aktual
kawasan. Penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk keperluan ini telah
dilakukan namun belum dapat memberikan gambaran yang detail tentang kondisi
aktual kawasan. Untuk keperluan ini dibutuhkan inventarisasi potensi yang
mencakup kawasan yang luas.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 37


• Fenomena alam berupa daya tarik wisata sangat unik dan khas Kalimantan Selatan
atau khas Kabupaten Tanah Bumbubelum semua dapat diekplorasi karena
keterbatasan sumberdaya.
• Pengelolaan secara kolaboratif KPHP Tanah Bumbubelum sepenuhnya berjalan
dengan baik.
• Kelembagaan KPHP Tanah Bumbu belum mapan. SDM yang ada masih sangat
terbatas, sarana dan prasarana pengelolaan juga demikian. Selain itu, struktur
organisasi yang ada belum mampumendukung kebutuhan pengelolaan.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 38


BAB III - VISI DAN MISI

3.1. VISI

Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Unit VITanah Bumbuadalah unit pelaksana


tekniskehutanan di daerah dan secara efektif baru dibentuk tahun 2012. Walau demikian,
setelah dilakukanevaluasi terhadapefektifitas pengelolaan kawasan berdasarkan Kriteria
danIndikator Pengelolaan KPH diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan KPHP Tanah
Bumbu belumbenar-benar efektif bahkan masih dalam tahap penyiapan prakondisi. Atas
dasarhasil evaluasi pengelolaan ini pula, maka KPHP Tanah Bumbu mulai merancang
suatu rencana pengembangan pengelolaan yangberisi langkah-langkah terukur untuk
mencapai suatu visi jangka panjang.Karena kondisi pengelolaan yang masih jauh dari
mapan, maka visipengelolaan KPHP Tanah Bumbu untuk jangka panjangadalah :

“Terwujudnya Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Secara Lestari dan


BerkelanjutanUntuk Mendukung Masyarakat Sejahtera”.

Dalam visi tersebut terkandung pokok-pokok pemikiran dalam upayapengelolaan


KPHP Tanah Bumbu, yaitu:
• Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu yang mantap – Kesatuan pengelolaan hutan unit VI
Tanah Bumbu yang baru dibentuk pada tahun 2012, telah membuat proses
penyiapan prakondisi pengelolaannya belum tercapai, terutama pengukuhan dan
pemantapan status hukum kawasan yang merupakan pondasi utama upaya
pengelolaan hutan sekaligus konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang
terkandung di dalamnya. Untuk itu, sampai dengan tahun 2015, prakondisi
pengelolaan KPHP Tanah Bumbu harus dituntaskan hingga terselesaikannya
pengukuhan kawasan serta tersedianya rancangan blok pengelolaan KPH sesuai
dengan fungsi kawasan. Untuk tahap selanjutnya, pengelolaan akan diarahkan
kepada pengembangan dan pemantapan pengelolaan sesuai dengan pemanfaatan
yang telah disusun, terutama pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan,
pengembangan pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta
pengembangan pemanfaatan dan perlindungan kawasan;
• Efektif dan Efisien – Pengelolaan sumber daya alam hayati danekosistem yang ada di
dalam KPHP Tanah Bumbu ditujukan untuk menciptakan pengelolaan KPH yang
efektif dan efisien artinya dalam pengelolaan kawasan KPH harus memperhatikan

BAB III - VISI DAN MISI 39


nilai dan fungsi sisi ekologi, hidrologi, estetika, sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.
• Kelembagaan yang mantap - Kesiapan internal pengelola KPHP Tanah Bumbu sangat
bergantung pada ketersediaan SDM yang proporsional (kualitas dan kuantitas),
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, struktur organisasi dan prosedur
kerja yang mantap, serta pendukung lainnya. Selain kesiapan internal lembaga
pengelola, sinergitas dengan lembaga masyarakat serta stakeholder lain juga
diperlukan guna mendukung pencapaian fungsi dan peran kawasan. Dengan
kesiapan kelembagaan yang mantap maka upaya pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya alam hayati dan ekosistem pada KPHP Tanah Bumbu dapat dilakukan
secara efektif

3.2. MISI

Dalam langkahnya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, diperlukan


bentuk nyata implementasinya sebagai gambaran tentang tahapan pelaksanaan. Dengan
demikian, ditetapkan misi pengelolaan KPHP Tanah Bumbu sebagai berikut :
1. Memantapkan status kawasan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya;
2. Mengoptimalkan perlindungan hutan, rehabilitasi, pengamanan kawasan dan
penegakan hukum;
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya
berdasarkan prinsip kelestarian;
4. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
5. Memantapkan kolaborasi dan partisipasi semua stakeholder yang berkepentingan
dengan KPHP Tanah Bumbu

Status legal formal dan batas kawasan yang jelas merupakan prasyarat utama
untuk mengimplementasikan upaya pengelolaan KPH. Hal ini ditujukan untuk mengatasi
adanya konflik terkait dengan penggunaan, kepemilikan dan status hukum kawasan.
Seiring dengan pemenuhan prasyarat tersebut, upaya pemanfaatan sekaligus konservasi
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya juga dapat diimplementasikan. Pada tahap
awal ini, upaya pemanfaatan dankonservasi jenis dan ekosistemnya dititikberatkan pada
pemenuhan data dan informasi potensi sumberdaya hutan dan potensi keanekaragaman
hayati dan ekosistem pada KPHP Tanah Bumbu. Blok pengelolaan KPHP Tanah Bumbu
juga merupakan suatu bagian yang penting untuk mulai dipersiapkan karena KPH dikelola

BAB III - VISI DAN MISI 40


dengan sistem blok. Dengan tidak adanya rambu-rambu pengelolaan secara keruangan
tersebut, sulit untuk mengefektifkan pelaksanaan pengelolaan. Dikhawatirkan,
pelaksanaan pengelolaan tidak dapat mencapai keseimbangan apabila batas-batas
pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan ruang di dalam kawasan tidak segera disediakan.
Konflik penggunaan dan kepemilikan lahan di dalam kawasan KPHPUnit VITanah Bumbu
sampai saat ini masih sangat tinggi. Karenanya, kawasan ini rentan terhadap gangguan
keamanan, terutama kasus perambahan kawasan.
Kejadian-kejadian gangguan keamanan cukup menyita banyak waktu dan tenaga
untuk penyelesaiannya. Gangguan tersebut juga menjadi faktor penghambat
pemantapan pengelolaan kawasan menuju pencapaian fungsi secara optimal. Dengan
demikian, maka gangguan terhadap kawasan dan sumber daya alam hayati yang
terkandung di dalamnya harus diupayakan sedemikian rupa untuk dieliminir. Upaya
konservasi tidak terlepas dari kegiatan pemanfaatan sumber daya alam, namun agar
tercapai keadilan dan kelestarian dalam pemanfaatannya, maka perlu dikelola dengan
bijaksana dan dikembangkan secara optimal.
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah kekayaan alam yang harus
dikelola oleh negara demi kepentingan seluruh rakyat, dan karenanya untuk
mendistribusikan hasil dannilainya secara adil, maka diterapkan sistem provisi atas
sumber daya alam yang dimanfaatkan. Di dalam KPHP Tanah Bumbu, provisi dalam
bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diterapkan untuk berbagai
kegiatanpemanfaatan kawasan.Sebagai organisasi yang baru terbentuk, aspek
kelembagaan merupakanbagian penting yang harus ditata dengan baik. Dukungan
peraturan perundang-undangan,pedoman dan arahan pengelolaan perlu diterapkan
dengan baik agarpengelolaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Karena
pengelolaan kawasanyang tidak dapat dilakukan sendiri oleh pengelola/pemangku
kawasan serta denganmemperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan, maka
penggalangan
kemitraan dan kolaborasi harus senantiasa menjadi perhatian. Kondisi sumber
dayamanusia yang ada juga perlu terus dikembangkan kapasitas dan kuantitasnya.
Dalam rangka mencapai sasaran pengelolaan kawasan KPHP Tanah Bumbu,
kebijakan pembangunannya mengacu pada prioritas pembangunan Kabupaten Tanah
Bumbu dan limaKebijakan Prioritas Departemen Kehutanan. Walaupun tidak secara
keseluruhan,namun sebagian besar kebijakan dimaksud terkait dengan pengelolaan KPH,
yaitu : (1) Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara danPerdagangan Kayu Ilegal;
(2) Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Hutan; (3)Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan; (4) PemantapanKawasan Hutan.

BAB III - VISI DAN MISI 41


3.3. TUJUAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelolaan KPHP Tanah Bumbu


mempunyai tujuan dalam pencapaian visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemantapan aspek kelembagaan ditujukan untuk mempersiapkan aparatur
pengelola dalam pelayanan publik, menyusun struktur, fungsi, wewenang, tugas
dan tanggung jawab serta tata hubungan yang efektif dan efisien dalam
optimalisasi pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.
2. Penataan kawasan ditujukan untuk memperoleh kepastian hukum dan kejelasan
status, menghindari sengketa yang bersumber dari tumpang tindihnya perizinan
dan areal kawasan di samping untuk menyediakan ruang bagi masyarakat dalam
melakukan berbagai kegiatan baik dalam rangka mendukung program KPHP
Tanah Bumbu maupun untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Pemantapan kerja sama dan kolaborasi antara KPHP Tanah Bumbu dengan para
pihak ditujukan untuk upaya pemberdayaan, memperbaiki kinerja, menciptakan
daya saing, memperluas jangkauan pelayanan serta meminimalisir terjadinya
konflik.
4. Pemantapan perlindungan dan pengamanan ditujukan untuk menjaga fungsi
perlindungan, pelestarian dan pengawetan keanekaragaman hayati beserta
ekosistemnya.
5. Pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya ditujukan untuk
pengendalian fungsi pemanfaatan secara lestari dengan mengatur segala bentuk
kegiatan di kawasan KPHP Tanah Bumbu.

BAB III - VISI DAN MISI 42


BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. ANALISIS

Untuk menyusun rencana strategis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh suatu organisasi termasuk dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
10 tahun KPHP Tanah Bumbudimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari Strength (Kekuatan) dan Weakness (kelemahan),
sedangkan faktor eksternal terdiri dari Oportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman).
4.1.1. Faktor Internal

a) Kekuatan (Strength)

1) Memiliki struktur organisasi yang jelas serta status hukum kelembagaan dan
kawasan

Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Tanah Bumbumerupakan unit


pelaksana teknis Pengelolaan hutan yang dikelola dengan struktur organisasi yang jelas
berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 36 Tahun 2012, dengan
model organisasi Tipe B (sesuai dengan Permendagri No 61/2010) dipimpin seorang
Kepala KPHP (Eselon VI-a) yang dibantu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional, Kepala resort KPHP dan KPHL. Struktur ini dilengkapi pula dengan
dukungan personil fungsional Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari kelompok Fungsional
Umum dan Fungsional Khusus (Polisi Hutan dan Pengendali Ekosistem Hutan serta
Penyuluh Kehutanan).
KPHP Unit VITanah Bumbu ditunjuk sebagai KPHP melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia NomorSK.78/Menhut-II/2010 tangal 10 Februari
2010. Berdasarkan SK.624/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang
penetapan lokasi pada 1 (satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan 1
(satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Selatan.
Luas KPHP Tanah Bumbu berdasarkan SK tersebut adalah262.919 ha.

2) Adanya potensi jasa lingkungan dan HHBK

Potensi jasa lingkungan merupakan potensi besar yang dapat dikembangkan


sebagai sumber pendapatan atau devisa untuk mewujudkan KPH yang mandiri. Dana dari
luar bisa masuk melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for
environmental services) seperti misalnya daya serap karbon, keindahan landscape,
perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tata air.Potensi Ekowisata yang dikelola

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 43


dengan baik dapat pula memberikan kontribusi signifikan pada konservasi kawasan
maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.Atraksi fauna yang
menyebar di seluruh kawasan KPHP Tanah Bumbu merupakan daya tarik tersendiri dalam
Ekowisata dan penelitian.Sungai-sungai yang membelah kawasan merupakan bukti
bahwa DAS banyak terdapat di dalam kawasan dan merupakan sumber air bersih yang
potensial.Potensi ini dapat digunakan secara optimal untuk memperkuat pengelolaan
KPHP Tanah Bumbu.

Tabel IV-1. Potensi Jasa Lingkungan KPHP Tanah Bumbu

No. Jasa Lingkungan Lokasi Potensi Keterangan


1. Pemanfaatan sumberdaya air Seluruh Belum Seluruh DAS
wilayah KPH diketahui
2. Pemanfaatan aliran air untuk Desa Mentewe Belum DAS Batulicin
pembangkit listrik mikrohidro dilakukan
analisa
kelayakan
3. Ekowisata Air Terjun Desa Mentewe Belum DAS Batulicin
dilakukan
analisa
ekonomi
4. Carbon trade Wilayah Belum Seluruh DAS
tertentu KPH diketahui
5. Ekowisata Minat Khusus (keberadaan Wilayah KPH Belum Seluruh DAS
satwa, susur sungai, budaya diketahui
masyarakat adat Dayak Meratus, dll)

3) Potensi hasil hutan kayu

Hampir seluruh kawasan dalam wilayah KPHP diperuntukkan sebagai kawasan


pemanfaatan hutan kayu hutan alam dan hutan kayu hutan tanaman.Berdasarkan hasil
survey yang dilakukan oleh Tim BPKH V Banjarbarupotensi kayu yang terdapat di
kawasan KPHP Tanah Bumbu rata-rata 87,813 m3/ha. Dengan jumlah luasan dan potensi
kayu tersebut tentunya harus mendapat tata kelola yang efektif dan efisien sehingga
mampu menjaga ekosistem hutan tetap lestari dan masyarakat dapat diberdayakan
secara ekonomi sehingga di sisi lain bisa menjadi sumber pemasukan bagi perekonomian
masyarakat.
Tabel IV-2. Jenis Hasil Hutan Kayu KPHP Tanah Bumbu
No. Jenis Potensi Keterangan
1. Meranti, keruing, pulai, kapur, nyatoh, Ø > 20 cm up 109 Hutan alam
bangkirai. btg/ha
87 m3/ha
2. Akasia, mahoni, jati Ø > 20 cm up 223 Hutan tanaman
btg/ha
146 m3/ha
Sumber: Hasil inventarisasi BPKH V tahun 2015

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 44


4) Potensi keanekaragaman hayati dan Spesies langka/endemik

Kawasan KPHP Tanah Bumbu memiliki sumber daya alam hayati,potensi ini dapat
digunakan secara optimal untuk memperkuat pengelolaan KPHPTanah Bumbu,
memberdayakan masyarakat sekitar hutan dan mengembangkan ekonomi
wilayah.Berdasarkan survey yang dilakukan tim BPKH V Banjarbaru, di dalam kawasan
KPH ditemukan beberapa spesies dilindungi dan endemik. Sebagai contoh, misalnya
ditemukan jejak babi, rusa, beruang dan khusus jenis bekantan merupakan satwa
endemik Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Selatan terdapatspesies lain adalah burung
rangkong atau alo. Sejauh ini beberapa species yang disebutkan diatas diperkirakan
masih bisa ditemukan didalam kawasan hutan primer KPHPTanah Bumbu.Banyak spesies
langka lainnya baik flora maupun fauna hidup di kawasan ini.Hal ini merupakan kekuatan
untuk mempromosikan dan menjadi daya tarik kawasan KPHP Tanah Bumbu.

5) Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem

Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti
dan peran penting dalam penyangga system kehidupan.Berbagai manfaat besar dapat
diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya sebagai penyedia sumberdaya air bagi
manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara,
penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.
Kawasan KPHP Tanah Bumbu memiliki tipe ekositem yang lengkap dari hutan
hujan dataran rendah. Hutan di Kabupaten Tanah Bumbu ini memiliki fungsi penting
sebagai penyangga kehidupan dan penyeimbang ekosistem.Sehingga kerusakan pada
KPHP Tanah Bumbu akan secara langsung membawa dampak negatif terhadap kualitas
lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian kawasan ini harus
dipertahankan sehingga tetap dapat berfungsi, bermanfaat secara lestari dan
berkelanjutan.

6) Sebagai daerah tangkapan air

Kerusakan pada KPHP Tanah Bumbuakan secara langsung membawa dampak


negative terhadap kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu. Untuk saat ini
kebutuhan akan air masih dapat dipenuhi oleh keberadaan sungai di kawasan KPHP
Tanah Bumbu yang debit airnya selalu tersediasepanjang tahun.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 45


b) Kelemahan (Weakness)

1) Jumlah Personil masih terbatas

Personil UPTD KPHP Tanah Bumbu saat ini masih terbatas pada Kepala KPHP dan
KSBTU, sedangkan staf dan fungsional belum ditetapkan secara definitif. Pelaksanaan
kegiatan KPHP saat ini didukung oleh personil yang terdapat di Dinas Kehutanan
Kabupaten Tanah Bumbu.
Wilayah KPHP Tanah Bumbu Unit VI dengan luas kawasan 262.919 Ha, idealnya
memiliki jumlah tenaga fungsional Polhut minimal 263 orang dengan asumsi 1 orang per
1000 Ha. Kondisi saat ini jumlah Personil pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 69 Orang yang terdiri dari 20 orang tenaga Polhut,
sedangkan tenaga teknis non polhut berjumlah 49 orang. Berdasarkan jumlah personil,
kebutuhan tenaga pengelola KPHP Tanah Bumbu masih sangat kurang sejalan
denganmakin dinamisnya pembangunan di Kabupaten Tanah Bumbu.
Sehubungan belum adanya ketentuan yang mengatur standar kebutuhan personil
di KPHP, maka dilakukan analisa perhitungan dengan pendekatan Perdirjen BPK No.
P.8/VI-Set/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kewajiban Pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) untuk mempekerjakan Sarjana Kehutanan dan
Tenaga Teknis PHPL. Pendekatan ini dilakukan mengingat KPHP sebagai unit pengelola
hutan. Analisa kebutuhan didasarkan pada wilayah tertentu KPHP seluas 90.894 ha.
Tabel IV-3.Kebutuhan Personil KPHP Tanah Bumbu
Kebutuhan Tenaga
No. Jenis Kompetensi Kekurangan
minimal Tersedia
1. Sarjana Kehutanan 3 2 1
2. Perencanaan hutan 2 - 2
3. Pemanenan hutan 2 - 2
4. Pembinaan hutan 5 - 5
5. Penguji kayu bulat 5 - 5
17 2 15

2) Pendanaan belum mencukupi

Saat ini operasional KPHP Tanah Bumbu masih bergantung kepada anggaran
Kementreian Kehutanan Republik Indonesia dan APBD Kabupaten Tanah Bumbu melalui
DIPA Dinas Kehutanan dan Perkebunan.Masih belum terdapat lembaga donor yang
membiayai operasionalKPHPTanah Bumbu, sehingga pelaksanaan pengelolaan kawasan
belum maksimal dan menyeluruh baik pada kawasan maupun pada kegiatan di sekitar
kawasan termasuk pemberdayaan masyarakat. Selama ini banyak kegiatan yang menjadi
prioritas tidak seluruhnya mampu diakomodir dalam DIPA, terutama terkait dengan
berbagai faktor antara lain: luas kawasan, aksesibilitas, jumlah lokasi kegiatan dan

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 46


jumlah kelompok sasaran target kegiatan. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan
tingginya biaya yang dikeluarkan.
3) Data potensi kawasan belum lengkap

Data dan informasi tumbuhan dan satwa liar sebagai jenis unggulan, species
kunci, species baru masih sangat minim. Kegiatan inventarisasi keragaman hayati pada
umumnya dilakukan hanya di bagian terluar kawasan KPHP Tanah Bumbu dan belum
mengidentifikasi ditengah kawasan KPHP Tanah Bumbu, padahal beberapa kawasan di
wilayah KPHP Tanah Bumbu masih memilki potensi yang tinggi. Potensi lain yang belum
teridentifikasi secara detail adalah potensi kayu yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan
demikian belum tersedia peta potensi kayu dan peta potensi keragaman hayati yang
mewakili kawasan secara keseluruhan.Ketidaktersediaan data tersebut mengakibatkan
pemanfaatan kayu dan non kayubelum optimal.Sampai sekarang potensi kayu dan
keanekaragaman hayati hanya mengandalkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh tim
yangdibentuk oleh BPKH V Banjarbaru.

4) Batas Kawasan KPHP belum mantap

Berdasarkan hasil penelusuran informasi di BPKH V Banjarbaru. Kawasan KPHP


Tanah Bumbubelum memilikitata batas dan banyak pal batas yang rusak dan tidak jelas
di lapangan.Rekonstruksi batas telah dilakukan oleh BPKH Wilayah VBanjarbaru, namun
hasilnya masih belum optimal. Dalam rangka untuk mencegah konflik batas dan adanya
klaim areal dari pihak tertentu, maka perlu dilakukan percepatan pelaksanaan tata batas
wilayah dan fungsi hutan di lapangan.

5) Sarana dan pra sarana belum memadai

Dalam mendukung pengelolaan KPHP Tanah Bumbu sangat dibutuhkan


ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan baik
berupa Jalan setapak (Trail) untuk kepentingan patroli maupun wisata,
bangunan/gedung, sarana transportasi, sarana penelitian dan pengunjung, alat
komunikasi serta sarana dan prasarana lainnya. Jika dibandingkan dengan luas kawasan,
maka sarana dan prasarana dalam pengelolaan masih sangat terbatas. Saat ini sarana
dan prasarana KPHP Tanah Bumbu masih menggunakan fasilitas yang terdapat di kantor
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu. Alokasi anggaran pada DIPA
untuk sarana parasarana baik untuk penambahan maupun perbaikan belum ada. Sarana
dan prasarana yang bersifat sangat dibutuhkan oleh pengelola KPHP Tanah Bumbu
berupa peralatan kantor, beberapa kendaraan darat roda empat dan kendaraan roda dua

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 47


untuk mempermudah operasional kegiatan di lapangan. Sarana lain yang dibutuhkan
adalah stasiun penelitian lapangan yang dilengkapi dengan pemondokan dan peralatan
riset yang memadai.

6) Kewenangan pengelola masih terbatas

Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu belum otonom,pelimpahan kewenangan yang


saat ini domainnya berada ditingkat pemerintah daerahkepadaManajer KPH diharapkan
mampu untuk memperpendek birokrasi dan memperlancar kegiatan pengelolaan di
lapangan.Pelimpahan wewenang ini menjadi salah satu prasarat untuk menuju
pengelolaan KPHyang lebih mandiri.

7) Aksesibilitas

Aksesibilitas kawasan KPHP Tanah Bumbu sebagian besar areal memiliki tofografi
datar sampai bergelombang dengan ketinggian ±10 – 125 meter dari pemukaan laut
sehingga untuk dapat mencapai lokasi/areal ditempuh dengan menggunakan tranportasi
darat, terlebih areal KPH Tanah Bumbu yang sebagian besar merupakan areal IUPHHK
HTI PT. Hutan Rindang Banua (HRB), IUPHHK-HT PT.Kirana Khatulistiwa (KK), IUPHHK-
HT PT.Inni Joa(IJ), IUPHHK-HT PT.Jaya Agro Mandiri(JAM), IUPHHK-HT PT.Batulicin
Bumi Bersujud (BBB) sehingga aksesibilitas melalui darat menuju areal KPHP relative
mudah dijangkau.
Permasalahan yang muncul berkaitan dengan tingginya aksesibilitas kawasan
adalah besarnya peluang penguasaan lahan serta gangguan aktivitas penebangan liar
terhadap potensi tegakan hutan (illegal logging) serta berkembangnya budidaya tanaman
perkebunan terutama perkebunan sawit yang berbatasan langsung dengan areal KPHP,
maka kemungkinan terjadinya penguasaan lahan areal KPHP sangat tinggi.

8) Pencemaran lingkungan

Zaman yang semakin canggih dan modern dengan kecanggihan tekologi sedikit
banyaknya berdampak negative terhadap lingkungan. Dimana banyaknya perusahaan
tambang yang kini tumbuh dan berkembang di Kabupaten Tanah Bumbu ini
menggunakan teknologi canggih yang dalam pengembangan tambang sedikit banyaknya
mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Hal ini menjadi masalah yang
selalu terjadi dan masih terus dilakukan pencegahan.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 48


9) Potensi konflik yang terdapat di wilayah KPHP

KPHP Tanah Bumbu belum memiliki data terkait dengan potensi konflik di wilayah
kerja KPHP, dikarenakan belum dilaksanakannya identifikasi potensi dan pemetaan
konflik masyarakat yang terdapat di wilayah KPHP Tanah Bumbu. Namun berdasarkan
data yang ada di Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Bumbu, terdapat laporan adanya
konflik masyarakat dengan pemegang izin terkait dengan kliam lahan garapan dan/atau
pemukiman masyarakat, dan konflik antara pemegang izin terkait dengan batas konsesi
dan/atau tumpang tindih dengan HGU (perkebunan dan pertambangan skala kecil).

10) Rendahnya tingkat pendidikan dan taraf hidup masyarakat

Sarana pendidikan masyarakat lokal di sekitar KPHP Tanah Bumbu, umumnya


hanya ada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) saja dan ini pun tidak terdapat di setiap
desa. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya masyarakat harus keluar dari
kampung/desa dan biasanya hanya terdapat di ibukota kecamatan. Hal ini cukup sulit
untuk dilaksanakan terkait dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi bagi masyarakat
setempat.Rendahnya taraf pendidikan juga ikut menyumbang dan sangat berpengaruh
kepada pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap KPH, disamping kurangnya
penyuluhan untuk masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan berkolerasi kepada taraf
hidup masyarakat sekitar kawasan, sehingga dapat berakibat pada tingkat
ketergantungan dan ancaman terhadap hutan menjadi tinggi serta menjadi ancaman
terhadap kelestarian dan upaya-upaya pelestarian KPH.
Keuangan dan penghasilan masyarakat sebagian besar didapat dari penjualan
hasil bumi seperti jagung, padi ladang dan lain sebagainya.Hasil dari penjualan ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, biaya pendidikan dan kesehatan.Hasil
bumi yang didapatkan dari ladang umumnya tidak bisa menutupi kebutuhan hidup, masih
jauh dari hidup layak. Masyarakat lokal yang hidup dengan ukuran pendapatan per kapita
rendahakan semakin tertekan jikatidak tersedia lapangan kerja lain yang dapat
menghasilkan uang di desa/kampung. Situasi ini diperparah oleh harga-harga kebutuhan
pokok ikut naik oleh karena semakin tingginya biaya yang diperlukan untuk mendapatkan
barang-barang tersebut. Tekanan akan kebutuhan hidup bagi masyarakat di sekitar
kawasan akan menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kawasan. Disamping
tingginya tingkat ketergantungan masyarakat lokal terhadap kawasan hutan.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 49


4.1.2. Faktor Eksternal

a) Peluang (Opportunity )

1) Partisipasi masyarakat terhadap KPHP Tanah Bumbu

Keberadaan KPHP Tanah Bumbu sedikit banyak mulai diakui oleh masyarakat
khususnya yang tinggal di sekitar kawasan.Telah ada kesadaran sebagian masyarakat
untuk tidak memasuki kawasan.Masyarakat pada umumnya menghormati pada aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Partisipasi, keterlibatan dan dukungan masyarakat
terhadap perlindungan dan pengelolaan KPHP Tanah Bumbu adalah komponen penting
dalamkawasan KPH.Bila kawasan KPH dianggap sesuatu yang mendatangkan manfaat
bagi masyarakat sekitar, maka masyarakat menjadi pendukung dalam upaya pelestarian
kawasan KPH tersebut.

2) Pemanfaatan hutan yang didukung dengan kebijakan pemerintah

Pemerintah, dalam hal ini Kemeterian LHK telah mengatur pemanfaatan hutan di
wilayah tertentu KPHP, melalui Permenhut nomor P.47/Menhut-II/2013, yang meliputi :
• Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung
- Pemanfaatan kawasan
- Pemanfaatan jasa lingkungan
- Pemungutan HHBK
• Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi
- Pemanfaatan kawasan
- Pemanfaatan jasa lingkungan
- Pemanfaatan HHK dan HHBK
- Pemungutan HHK dan HHBK

Pelaksanaan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu dapat dilakukan


melaluikerjasama dengan BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, UMKM dan/atau masyarakat
setempat dalam rangka kemitraan maupun membuka peluang usaha.
Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu sangat memiliki potensi besar terhadap
jasa lingkungan berupa carbon trade, pariwisata, peneltian, DAS, dan air bersih yang
perlu ditingkatkan pengembangannya. Peluang ini sangat bagus untuk dikelola dan akan
menjadi devisa pemerintah kabupaten, serta menjadi suatu daya tarik terhadap investor.
Perdagangan carbon (carbon trade) terkait dengan REDD (Reducing Emissions
from Deforestation and Degradation in developing countries) yaitu sebuah mekanisme
internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif yang bersifat positif bagi

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 50


negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan. REDD hanya salah satu skema untuk memberi insentif terhadap upaya
perlindungan atau pelestarian hutan. Pemberian kompensasi ini terkait dengan
pengurangan pelepasan karbon (carbon release reduction), penyimpanan karbon (carbon
storage) dan penyerapan karbon (carbon sequestration).Carbon trade ini merupakan
salah satu potensi jasa lingkungan yang perlu dimanfaatkan. Peluang lainnyaadalah
pengembangan Ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu.
Ekowisata di kawasan KPH diharapkan mampu memberikan kontribusi pada
pemanfaatan dan konservasi kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di
sekitar kawasan.Kawasan sebagai daerah tangkapan air, banyaknya sungai-sungai dan
air yang mengalir dari hulu kawasan KPH, membuat suatu daya tarik
tersendiri.Disamping itu potensi air yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
pariwisata, juga dapat dikemas menjadi air konsumsi.
Keberadaan kawasan KPHP Tanah Bumbu yang terletak di areal pencadangan
kawasan hutan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan hal yangstrategis.Hampir seluruh
kawasan dalam wilayah KPHP diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan hutan kayu
hutan alam dan hutan kayu hutan tanaman. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
oleh Tim BPKH potensi kayu yang terdapat di kawasan KPHP Tanah Bumbu rata-rata
87,813 m3/ha.Dengan demikian ini merupakan sebuah peluang yang dapat mendukung
pengelolaanKPHP Tanah Bumbu.

3) Dukungan para pihak (Pemerintah pusat-provinsi/kabupaten/kota, privat sektor,


LSM, Masyarakat)

Pemerintah baik pusat maupun daerah (provinsi kabupaten kota) mendukung


keberadaanKPHP Tanah Bumbu. Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu sangat
diuntungkan dengan adanya KPH, sehingga pemerintah daerah sangat mendukung
keberadaan KPH yang berada pada wilayah administratifnya.Demikian pula dengan
lembaga-lembaga non pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri, menaruh
perhatian khusus pada upaya-upaya pemanfaatan dan konservasi seperti KPHP Tanah
Bumbu.
Pemerintah pusat sangat berkomitmen dengan pembangunan kehutanan pada
tingkat tapak. Dalam RPJMN, Bappenas bersama dengan Kementerian LHK akan
menfasilitasi pembangunan kehutanan di tingkat tapak oleh KPH hingga tahun 2019,
dengan slogan "No KPH, No Money", sehingga seluruh kegiatan di bidang kehutanan
akan tercurah pada KPH. Selain itu adanya Program Prioritas Nasional dan sistem

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 51


penganggaran "money follow programs", pembangunan kehutanan akan lebih terfokus
pada KPH dan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan.
Ditjen PHPL melalui Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah IX di tahun 2016
telah memfasilitasi sarana dan prasarana KPHP Tanah Bumbu yang meliputi sarana
gedung kantor, kendaraan bermotor, sarana perkantoran, sarana survey dan pemetaan,
serta sarana regu pemadam kebakaran. Sarpras tersebut rencananya akan dihibahkan
oleh Kementerian LHK melalui Dinas Kehutanan Provinsi pada akhir tahun 2016 atau
pada awal tahun 2017.

Tabel IV-4. Sarana dan Prasarana yang Difasilitasi Ditjen PHPL Tahun 2016

No. Jenis Sarpras Jumlah


1. Gedung Kantor 1 unit
2. Kendaraan roda - 4 (doubel gardan) 1 unit
3. Kendaraan roda - 2 (trail) 4 unit
4. Sarana perkantoran
- Laptop 2 unit
- Personal computer 3 unit
- Printer 3 unit
- Kamera digital 1 unit
- AC Split 2 unit
- Meja dan Kursi Rapat 1 unit
- Sofa 1 set
- Lemari besi 2 unit
- Lemari kaca 2 unit
- Meja kerja 1 biro 2 unit
- Meja kerja 1/2 biro 8 unit
- Kursi kerja 10 unit
- Sound system wireless 1 unit
5. Sarpras survey dan pemetaan
- GPS 5 unit
- Haga meter 5 unit
- Compass tandem 5 unit
6. Sarpras Regu Pemadam Kebakaran
- Kapak 2 fungsi 4 buah
- Kepyok/pemukul api 8 buah
- Garu tajam 4 buah
- Garu pacul 2 buah
- Sekop 4 buah
- Pompa punggung 5 buah
- Golok/parang 5 buah
- Pompa jinjing 2 set
- Kantong air 1 unit
- Stik jarum 1 buah
- Obor salut 1 unit
- Topi helmet 10 buah
- Lampu kepala 10 buah
- Kacamata 10 buah
- Masker 10 buah
- Sarung tangan 10 buah
- Sepatu boot 10 buah
- Pakaian pelindung 10 buah
Sumber: BPHP IX Banjarbaru

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 52


4) Berkembangnya bentuk-bentuk kerja sama dalam pemanfaatan hutan
(pemanfaatan kawasan, hasil hutan kayu, HHBK, Jasa lingkungan)

Pengelolaan kawasan bisa dilakukan bersama dengan melibatkan pihak luar.Oleh


karena itu pengembangan kerjasama atau kolaborasi pengelolaan kawasan perlu
dipertimbangkan.Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan pemerintah daerah bisa mengatur kebijakan dalam hal kerjasama dan
kolaborasi pengelolaan kawasan KPH sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.Untuk hal ini diperlukan serangkaian upaya-upaya promosi kepada pihak luar,
disamping kajian untuk mengidentifikasi investor potensial untuk bermitra dalam
pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.

5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

Kawasan KPHP memiliki potensi keragaman hayati yang sangat beragam.Peneliti


yang datang biasanya datang dari kalangan akademisi, LSM dan lembaga penelitian yang
tertarik untuk melakukan kerjasama penelitian dalam kawasan KPH.Beberapa peneliti
yang melakukan penelitian adalah dosen dan mahasiswa dari Universitas Lambung
Mangkurat serta dari LSM.Peluang ini harus ditangkap oleh KPH dengan menyediakan
stasiun riset di dalam kawasan KPH yang dikelola secara profesional.

6) Peningkatan kapasitas SDM

Berbagai bentuk peningkatan kualitas bagi tenaga pengelola KPH sepertipelatihan


peningkatan ketrampilan pengelolaan KPH dan peluangmelanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi melalui beasiswa dan sponsor serta berbagai bentuk program
edukasi telah diprogramkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui
Pusat dan Balai Diklat Kehutanan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
akan berdampak pada kualitas pengelolaan, artinya untuk mengatasi jumlah tenaga
pengelola yang masih kurang dan belum sebanding dengan konflik dan luas kawasan
kelolanya, maka ditempuh dengan peningkatan kualitasnya. Adanya program
peningkatan kapasitas staff yang ditawarkan oleh lembaga di luar KPH merupakan
peluang-peluang yang harus dimanfaatkan.

b) Ancaman (Threat )

1) Kegiatan illegal logging

Aktivitas pencurian kayu masih sering ditemukan di Areal KPHP Tanah


Bumbu.Hasil kayu curian ini umumnya diangkut melalui jalan darat dan jalur sungai

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 53


seperti sungai Satui yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Satui.
Walaupun pernah dilakukan penyitaan terhadap hasil kegiatan illegal logging melalui
operasiyang dilakukan oleh Polhut Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu. Kegiatan
pencurian kayu di dalam kawasan KPH umumnya didanai oleh cukong.Dampak dari
aktivitas illegal logging dan illegal Mining ini telah menimbulkan kerusakan lingkungan
dan air sungai yang dulunya jernih sebagai sumber air minum, namun sekarang sudah
berubah menjadi keruh.Aktivitas illegal logging dan illegal Mining telah menyebabkan
banjir sepertimeluapnya sungaiSatuipada tahun-tahunbelakangan ini.

2) Illegal Mining

Penambangan tanpa izin (illegal mining) dan/atau izin tambang tanpa melalui
prosedur yang sah dan/atau penambangan tradisional oleh masyarakat, dengan
komoditas batubara, emas maupun bahan galian C (pasir dan batu), telah lama
merambah wilayah KPHP Tanah Bumbu. Areal bekas galian batubara yang dikelola tanpa
izin banyak ditemui di wilayah KPHP dan tidak dilakukan usaha reklamasi maupun
rehabilitasi, sehingga saat ini menjadi danau maupun merupakan lahan kritis.
Dengan meningkatnya harga komoditas batubara saat ini, dikuatirkan akan terjadi
penambangan tanpa izin akan terjadi kembali, apabila tidak dilakukan pencegahan dan
penegakan hukum bagi pelakunya.

3) Perambahan/Penyerobotan lahan

Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk serta terjadinya imigrasi penduduk


yang berakibat pada peningkatan kebutuhan akan pangan ini tidak sebanding dengan
lahan garapan yang disediakan, sehingga kebutuhan pangan dicukupi dengan membuka
lahan baru oleh masyarakat. Hal ini merupakan salah satu ancaman terhadap kelestarian
kawasan KPHP Tanah Bumbu.
KPHP Tanah Bumbu terdapat beberapa wilayah hutan yang berbatasan langsung
dengan kebun/ladang milik masyarakat. Dari sisi tata batas kawasan tentu saja bisa
menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat yang memiliki ladang didekat kawasan
KPH. Hadirnya KPH juga bertujuan untuk membuka isolasi daerah, namun akses yang
mudah setelah ada KPH juga sering menjadi pintu masuk untuk illegal logging, perburuan
liar dan aktivitas ilegal lainnya.
Penguasaan dan penyerobotan lahan oleh masyarakat demi kepentingan
perusahaan (perkebunan dan pertambangan) merupakan salah satu modus yang terjadi
di Kabupaten Tanah Bumbu. Kelompok masyarakat melakukan klaim lahan kepada unit
manajemen dan pemerintah dengan berbagai alasan, dan setelah dilakukan enclave,

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 54


selanjutnya lahan tersebut ditanami dengan komoditas perkebunan melalui pola inti
plasma, atau dijual kepada perusahaan tambang.

4) Perburuan satwa liar

Potensi satwa liar yang ada di dalam kawasan sering menjadi daya tarik pihak luar
untuk melakukan perburuan.Terdapat indikasi sekelompok orang yang dengan sengaja
berburu babi hutan, Rusa (Menjangan) untuk tujuan komersil.Disamping mamalia seperti
babi, terdapat kasus perburuan beberapa jenis burung yang biasa diperdagangkan secara
diam-diam di daerah sekitar KPHP Tanah Bumbu yaitu burung tekukur.Burung-burung
tersebut diambil dari hutan, burung yang diambil adalah burung yang masih anakan lalu
dibawa dan dipelihara.Informasi yang diperoleh dari masyarakat di sekitar kawasan KPH,
perburuan satwa seperti babi meningkat menjelang perayaannatal.Kegiatan perburuan ini
dilakukan secara hati-hati sekali sehingga tidak diketahui oleh pihak yang berwenang,
sementara untuk masyarakat sekitar sendiri jarang melakukan kegiatan tersebut.

5) Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebiasaan bagi masyarakat lokal yang hidup di sekitar kawasan dalam membuka
lahan untuk berladang adalah dengan cara membakar lahannya yangsebelumnya telah
ditebas dan dibiarkan beberapa waktu sampai tebasan itu kering oleh sinar matahari
sehingga mudah termakan api. Potensi kebakaran hutan yang timbul dari kegiatan ini
adalah sangat besar, karena api dapat pula menjalar sampai ke dalam kawasan. Terjadi
juga kebiasaan lain bagi masyarakat yang memelihara ternak, yakni aktivitas membakar
padang ilalang, dimana setelah dibakar akan tumbuh ilalang muda yang bertujuan untuk
mendapatkan pakan ternak. Tidak jarang akibat dari aktivitas ini dapat menimbulkan
kebakaran menjadi meluas dan terjadi sampai berhari-hari.Walaupun aktivitas seperti ini
terjadi di luar kawasan KPHP Tanah Bumbu, namun berpotensi mengancam kelestarian
sumber daya alam yang berbatasan langsung dengan KPHP Tanah Bumbu dan kebakaran
semacam ini terjadi hampir setiap tahun. Dalambeberapa tahunterakhir, kebakaran hutan
menjadi fenomena tahunan di Indonesia.Kawasan KPHP Tanah Bumbu seharusnya sudah
memilki satgas kebakaran yangdidukung dengan sarana prasaranadan anggaran
pengendalian kebakaran hutan.KPHP Tanah Bumbu juga belum memiliki peta secara
detail tentang kerawanan kebakarankawasan.

Untuk menyusun perencanaan strategis masa depan, dilakukan kombinasi


diantara dua faktor sehingga menghasilkan strategi yang akan dilaksanakan KPH Tanah
Bumbu selama periode 2017 - 2026 sebagai berikut:

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 55


1. Penguatan kelembagaan dan Peningkatan kapasitas KPH (7 dan 8)
2. Pemantapan kawasan KPHP
3. Peningkatan kerja sama, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pemanfaatan hutan
4. Pemantapan perlindungan dan pengamanan serta pengendalian kebakaran hutan
5. Peningkatan reboisasi dan restorasi sumber daya hutan

4.2. PROYEKSI

Berdasarkan hasil analisa terhadap kondisi riil yang ada di KPHP Tanah Bumbu,
maka proyeksi kegiatan KPHP Tanah Bumbu selama 10 tahun ke depan adalah sebagai
berikut:

4.2.1. Kelembagaan KPH yang kuat dan profesional

Dengan adanya implementasi UU 23 Tahun 2014, maka kelembagaan KPHP akan


menjadi UPT Dinas Provinsi, dan dimungkinkan menjadi organisasi tipe A. Dengan
adanya perubahan ini, maka akan lebih memudahkan KPHP dalam berkoordinasi dengan
instansi pemerintah lainnya dan para pemangku kepentingan yang terkait.
Dengan adanya likuidasi instansi kehutanan kabupaten, maka akan terdapat
realokasi pegawai ke KPHP, sehingga dapat memenuhi kebutuhan personil KPHP, baik
secara kuantitas maupun kuantitas dari segi pengalaman dan kompetensi (teknis dan
administrasi). Dengan kondisi demikian, maka kegiatan Tenaga Bakti Rimbawan dapat
lebih difokuskan pada pengelolaan hutan di tingkat tapak.
Dengan adanya dukungan anggaran dari tingkat provinsi, maka ketersediaan
anggaran akan lebih terjamin, serta perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KPHP dapat
lebih disinkronkan dengan kebijakan daerah dan pusat. Demikian pula dengan kebutuhan
sarpras selain telah difasilitasi melalui kementerian LHK, dapat dipenuhi melalui APBD.
Dengan terpenuhinya kebutuhan personil yang memenuhi kompetensi dan
berpengalaman (Man), sarana dan prasarana yang lengkap (Machine), anggaran
(Money), serta dukungan dari akademisi dan kebijakan/peraturan dari pemerintah
(Method), diharapkan KPHP Tanah Bumbu akan menjadi kuat dan profesional.

4.2.2. Kawasan hutan yang mantap

Salah satu kriteria pengelolaan hutan lestari adalah aspek prasyarat yang terkait
dengan kepastian kawasan yang akan dikelola. Tata batas wilayah KPHP dan batas fungsi

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 56


merupakan kegiatan prioritas yang harus diselesaiakan dalam 5 (lima) tahun pertama.
Kegiatan penataan areal berupa blok dan petak yang berfungsi sebagai unit pengelolaan
terkecil, akan dilaksanakan secara bertahap hingga tahun 2026.
Tata batas wilayah KPHP akan dilakukan dilakukan secara bertahap sepanjang
90,65 km. Sedangkan penataan areal dilakukan terhadap wilayah tertentu seluas 90.894
ha, yang meliputi tiga RPH.

4.2.3. Termanfaatkannya sumber daya hutan melalui kerja sama, kemitraan


dan pemberdayaan masyarakat
Pemanfaatan sumberdaya hutan akan terlaksana dengan baik apabila informasi
tentang potensi yang ada telah diketahui. Oleh karena itu, hal pertama yang akan
dilakukan oleh KPHP adalah identifikasi dan inventarisasi potensi hasil hutan kayu, HHBK,
dan jasa lingkungan di wilayah tertentu KPHP Tanah Bumbu. Hasil
identifikasi/inventarisasi berupa data dan informasi potensi sumberdaya hutan akan
dikembangkan dalam suatu database pengelolaan hutan sebagai dasar penyusunan
strategis bisnis KPHP yang berisi analisa kelayakan ekonomi dalam pemanfaatan hutan
yang akan ditawarkan kepada investor atau kemitraan dengan pihak lain, melalui
sosialisasi atau kegiatan promosi lainnya (ekspo).
Pemberdayaan masyarakat setempat yang berada di dalam dan di sekitar hutan,
selain untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, juga berfungsi sebagai salah
satu resolusi konflik. Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat akan
diprioritaskan pada lokasi-lokasi yang rawan terjadinya konflik.
Dengan adanya pemanfaatan hutan oleh investor, dan/atau kerjasama dan
kemitraan dengan pihak lain (koperasi), dan/atau melalui pemberdayaan masyarakat,
diharapkan seluruh wilayah KPHP akan terkelola dengan baik dan lestari pada akhir
perode di tahun 2026. Selain itu kesejahteraan masyarakat setempat dapat meningkat,
dan KPHP berhasil memberikan kontribusi kepada negara berupa peningkatan PNBP yang
berasal dari hasil hutan yang diproduksi (HHK, HHBK, dan jasa lingkungan).

4.2.4. Terlindungnya kawasan hutan dan sumber daya hutan


Gangguan hutan berupa illegal logging, illegal mining, dan penguasaan lahan
yang dilakukan oleh masyarakat akan sangat sulit untuk diatasi, terlebih lagi dengan
keterbatasan personil dan luasnya wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu. Demikian
juga dengan kebakaran hutan dan lahan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan
faktor manusia (budaya dan tingkat kesadaran masyarakat).
Untuk menekan terjadinya gangguan hutan dan kebakaran hutan dan lahan,
peran serta aktif masyarakat sangat dibutuhkan dan sangat menentukan keberhasilan.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 57


Untuk itu, KPHP Tanah Bumbu akan melakukan kegiatan pengamanan hutan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara partisipatif bersama masyarakat
setempat, terutama pada wilayah tertentu KPHP. Kegiatan ini akan dilakukan setiap bulan
secara terus menerus hingga akhir periode.

4.2.5. Meningkatnya fungsi perlindungan dan tata air


Dengan adanya lahan kritis akibat kebakaran hutan dan/atau bekas galian
tambang yang ditinggalkan tanpa upaya reklamasi dan rehabilitasi akan mengurangi
fungsi hutan dalam pengendalian tata air. Upaya rehabilitasi akan dilakukan dengan pada
DAS/subDAS prioritas, melalui kegiatan agroforestry bersama masyarakat. Kegiatan
rehabilitasi dilakukan bertahap seluas 4.336 ha (data tahun 2013). Luasan ini dapat
berubah setelah updating lahan kritis oleh BPDASHL Barito.
Dengan berkurangnya lahan kritis dan terkelolanya lahan secara intensif melalalui
pola agroforestry oleh masyarakat, maka diharapkan hutan sebagai pengendali tata air
dapat berfungsi dengan baik, dan fungsi DAS sebagai cacthment area dapat optimal.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 58


BAB V - RENCANA KEGIATAN

Rencana kegiatan strategis KPHP Tanah Bumbuselama jangka waktu 10 tahun


dibuat agar memudahkan rencana operasional KPH dimasa yang akan datang. Rencana
kegiatan ini sekaligus menjadi panduan Kepala KPH dalam membuat kegiatan di dalam
maupun diluar kawasan KPH. Rencana kegiatan tersebut meliputi:

5.1. INVENTARISASI BERKALA WILAYAH DAN PENATAAN HUTAN

5.1.1. Inventarisasi Berkala

Inventarisasi merupakan kegiatan penjelajahan setiap bagian dari kawasan KPH


untuk memperoleh informasi status dan keadaan dari fisik lapangan, jenis flora dan
fauna, tipe komunitas atau ekosistem, kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat di
dalam dan di sekitar kawasan KPHP Tanah Bumbu, disertai dengan identifikasi dan
koleksi atas specimen unsur-unsur penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem.
Inventarisasi potensi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sediaan
tegakan, potensi HHBK dan jasa lingkungan di lapangan. Pelaksanaan inventarisasi oleh
KPHP dilakukan pada wilayah tertentu melalui pengambilan data pada plot sampling
dengan intensitas 0,1%, yang tersebar secara proposional sesuai fungsi hutan dan/atau
penutupan lahan, sesuai dengan metode ilmiah yang sudah umum digunakan. Dengan
metode tersebut, maka jumlah plot sampling sebanyak 90 plot dengan luas satu hektar
untuk masing-masing plot, yang terdiri dari HL sebanyak 58 plot, HPT sebanyak 11 plot,
dan HP sebanyak 21 plot. Sedangkan pada wilayah yang dibebani izin dilakukan oleh
pemegang izin sesuai dengan ketentuan. Pemanfaatan data dan informasi potensi pada
wilayah izin dilakukan oleh KPHP dengan memanfaatkan hasil inventarisasi hutan yang
telah dilakukan oleh pemegang izin (IHMB dan ITSP/ITT).
Rencana pelaksanaan inventarisasi potensi pada wilayah tertentu KPHP Tanah
Bumbu akan dilakukan secara bertahap selama 3 (tiga) tahun sesuai dengan
ketersediaan personil dan anggaran. Rencana pelaksanaan inventarisasi selama tiga
tahun secara rinci sebagaimana tercantum pada tabel V-1 berikut :

BAB V - RENCANA KEGIATAN 59


Tabel V-1. Rencana Inventarisasi Berkala KPHP Tanah Bumbu

Thn ke- Kegiatan RPH Volume Keterangan


I Pengumpulan data IHMB/ Survey Seluruh PT.KDC, PT.IJ,
Unit Manajemen (Pemegang Izin) RPH PT.HRB, PT.JAM,
PT.BBB
II Inventarisasi berkala Satui, 45 plot
Batulicin,
Kusan
III Inventarisasi berkala Satui, 45 plot
Batulicin,
Kusan
Jumlah 90 plot

5.1.2. Tata Batas Wilayah dan Fungsi

Tata batas wilayah KPHP dan fungsi hutan merupakan salah satu kegiatan
prioritas yang harus dilaksanakan dalam rangka memperoleh kepastian wilayah
pengelolaan. Kegiatan tata batas wilayah dan fungsi hutan merupakan kewenangan
BPKH Wilayah V Banjarbaru. Dengan demikian, KPHP bersama Dinas Kehutanan Provinsi
akan melakukan koordinasi terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan di lapangan.
Pelaksanaan tata batas wilayah dan fungsi hutan, diharapkan dapat terealisasi dalam
waktu 5 (lima) tahun.
Adapun rencana pelaksanaan tata batas wilayah dan fungsi hutan dalam 5 tahun
meliputi koordinasi perencanaan dan penyusunan trayek batas, pelaksanaan tata batas
wilayah sepanjang + 90 km, dan pelaksanaan tata batas fungsi hutan. Rencana secara
rinci sebagaimana tabel V.2. berikut :
Tabel V-2. Rencana Tata Batas Wilayah dan Fungsi Hutan KPHP Tanah Bumbu

Tahun
Kegiatan Volume Lokasi Keterangan
ke-
I Koordinasi perencanaan dan 1 keg -
penyusunan trayek tata batas
wilayah
II Pelaksanaan tata batas wilayah 40 km RPH Batulicin
Penyusunan trayek batas fungsi 1 keg -
III Pelaksanaan tata batas wilayah 50 km RPH Satui dan
RPH Kusan
Pelaksanaan tata batas fungsi HL 1 keg RPH Batulicin, Panjang batas
IV Pelaksanaan tata batas fungsi 1 keg RPH Satui dan fungsi belum
HPT RPH Kusan diketahui
V Pelaksanaan tata batas fungsi HP 1 keg
VI-X Monitoring dan pemeliharaan 1 keg Setiap tahun
batas

5.1.3. Penataan Wilayah/Areal Kerja

Penataan wilayah/areal kerja KPHP meliputi pembagian blok/zona dan RPH serta
blok dan petak kerja. Penataan wilayah dilakukan melalui analisa spasial, dan selanjutnya

BAB V - RENCANA KEGIATAN 60


dilakukan penataan batas RPH dan batas blok/petak kerja di lapangan. Penataan wilayah
di lapangan akan dilakukan secara bertahap setelah tata batas wilayah selesai
dilaksanakan, dan/atau pada saat pelaksanaan kegiatan lainnya (pembuatan areal
agroforestry, patroli keamanan, dll), dan/atau dilakukan secara swadaya oleh tenaga
Bakti Rimbawan.
Penataan batas untuk wilayah RPH, diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 3
(tiga) tahun, yang dilaksanakan oleh KPHP bersama-sama dengan tenaga Bakti
Rimbawan. Penataan batas wilayah berupa blok/petak tebangan diharapkan dapat selesai
dalam waktu 6 - 8 tahun, disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dan personil.
Adapun rencana penataan wilayah secara rinci dapat terlihat pada tabel V.3. di bawah ini.

Tabel V-3. Rencana Penataan RPH, Blok/Petak KPHP Tanah Bumbu

Tahun Kegiatan Volume Pelaksana Ket


ke-
I Penataan batas RPH 1 keg Bakti Rimbawan, Seluruh DAS
KPHP
Penataan batas blok/petak 1 keg Bakti Rimbawan DAS Batulicin

II Penataan batas RPH 1 keg Bakti Rimbawan, Seluruh DAS


KPHP
Penataan batas blok/petak 1 keg Bakti Rimbawan DAS Batulicin

III Penataan batas RPH 1 keg Bakti Rimbawan, Seluruh DAS


KPHP
Penataan batas blok/petak 1 keg Bakti Rimbawan DAS Kusan
IV Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Kusan
V Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Kusan
VI Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Satui
VII Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Satui
VIII Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Satui

5.2. PEMANFAATAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU

5.2.1. Pemanfaatan Kawasan

Rencana pemanfaatan kawasan di wilayah tertentu di KPHP Tanah Bumbu


meliputi budidaya tanaman kayu manis, budidaya tanaman obat (empon-empon bahan
baku jamu), dan budidaya lebah. Pemanfaatan kawasan ini dilaksanakan sekaligus
sebagai pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi lahan kritis di wilayah KPHP.
Desa Emil Baru dan Desa Tamunih didominasi oleh suku Dayak Meratus yang
telah sekian lama membudidayakan kayu manis secara tradisional di dalam kawasan
hutan lindung. Budidaya kayu manis oleh masyarakat belum dilakukan secara intensif,

BAB V - RENCANA KEGIATAN 61


dan pemanenan/produksi kulit kayu manis dilakukan dengan cara menebang. Sebagai
salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat, KPHP Tanah Bumbu akan memfasilitasi
bantuan bibit kayu manis dan penyuluhan budidaya dan produksi kayu manis secara
intensif kepada masyarakat Desa Emil Baru dan Tamunih secara bertahap. Selain kayu
manis, masyarakat Desa Emil Baru juga mengembangkan budidaya kemiri.
Budidaya tanaman obat berupa empon-empon bahan baku pembuatan jamu
tradisional yang meliputi jahe, kencur, kunyit, dll, akan diprioritaskan pada masyarakat
Desa Jombang, Bukit Baru, Sumber Makmur, Hati'if dan Sumber Arum di RPH Satui, yang
selama ini telah menggunakan lahan di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu sebagai lahan
pertanian/perkebunan. Berdasarkan data yang ada di Dinas Kehutanan Kabupaten, desa-
desa ini termasuk lokasi rawan konflik, dan pernah terjadi klaim lahan oleh masyarakat
kepada pemegang izin. Kegiatan budidaya tanaman obat ini akan diawali dengan
sosialisasi dan penyuluhan terlebih dahulu, sehingga masyarakat sadar dan mau menjalin
kerjasama dengan KPHP, sehingga dengan sukarela masyarakat mau menyetor PNBP
yang berasal dari produksi empon-empon untuk negara. Dengan meningkatnya
produktifitas lahan garapan, diharapkan masyarakat tidak mencari lahan garapan baru di
tempat lain.
Pengambilan madu hutan telah lama dilakukan oleh masyarakat Desa Mentewe
dan Mangkalapi, serta beberapa desa di sekitarnya. Namun saat ini, keberadaan lebah
madu yang semakin sulit ditemui. Untuk meningkatkan produksi madu, maka KPHP
Tanah Bumbu akan memfasilitasi stup lebah dan bantuan bibit tanaman pakan lebah.
Budidaya lebah madu akan dilakukan pada masyarakat Desa Mentewe, Teluk Kepayang
dan Desa Mangkalapi serta masyarakat desa di sekitarnya (Desa Batu Bulan, Desa
Guntung, Desa Hati'if dan Desa Tamunih).
Fasilitasi kegiatan oleh KPHP dilaksanakan pada 3 (tiga) tahun pertama, dan pada
tahun selanjutnya (tahun ke-4 s/d ke-10) KPHP melakukan pembinaan kepada
masyarakat desa sasaran.

Tabel V-4. Rencana Pemanfaatan Kawasan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran DAS


I Budidaya Kayu Manis 1 keg Emil Baru Batulicin
(25 ha)
Budidaya Lebah 2 keg Mentewe, Batulicin, Kusan
Mangkalapi
Budidaya Tanaman Obat 1 keg Jombang, Bukit Kusan, Satui
(sosialisasi/penyuluhan) Baru, Sumber
Makmur, Hati'if,
Sumber Arum
II Budidaya Kayu Manis 2 keg Emil Baru, Batulicin, Kusan
(50 ha) Tamunih
Budidaya Lebah 2 keg Teluk Kepayang, Kusan
Guntung

BAB V - RENCANA KEGIATAN 62


Budidaya Tanaman Obat 2 keg Jombang, Bukit Satui
(100 ha) Baru
Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran DAS
III Budidaya Kayu Manis 1 keg Tamunih Kusan
(25 ha)
Budidaya Lebah 3 keg Batu Bulan, Kusan
Tamunih, Hati'if
Budidaya Tanaman Obat 3 keg Sumber Makmur, Kusan, Satui
(150 ha) Hati'if, Sumber
Arum
IV - X Budidaya Kayu Manis 1 keg Emil Baru, Kusan
(Pembinaan) Tamunih
Budidaya Lebah 1 keg Mentewe, Batulicin,
(Pembinaan) Mangkalapi,
Teluk Kepayang, Kusan
Batu Bulan,
Tamunih, Hati'if
Budidaya Tanaman Obat 1 keg Jombang, Bukit Kusan,
(pembinaan) Baru, Sumber
Makmur, Hati'if, Satui
Sumber Arum

5.2.2. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Kegiatan pemanfaatan sumberdaya air di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu


diarahkan pada :
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu
2. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan air bersih
bagi Masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu dan pendayagunaan jasa lingkungan;
3. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar
pengembangan jasa lingkungan air baku
4. Pengembangan kerja sama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan
potensi jasa lingkungan, yang diarahkan pada upaya peningkatan penyediaan
lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan.

Letak geografis, luas dan karakteristik bio-fisik wilayah yang terletak di dalam
KPHP Tanah Bumbu merupakan keunggulan komparatif (Comparative advantage)
tersendiri dalam hal potensi jasa lingkungan berupa pemanfaatan air untuk kepentingan
sumber air bersih, sehingga apabila jasa lingkungan ini dikelola secara baik akan
memberikan nilai ekonomi kuantitatif maupun manfaat atau kepuasan kepada konsumen
jasa lingkungan. Dalam pengembangan jasa lingkungan pemanfaatan air di kawasan
KPHP Tanah Bumbu, diperlukan strategi, regulasi dan langkah-langkah seperti:
1. Eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi potensi sumber air lain yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik yang ada di dalam dan sekitar
kawasan KPHP Tanah Bumbu.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 63


2. Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
3. Pemetaan dan analisis kelayakan dari pemanfaatan potensi jasa lingkungan air
untuk kebutuhan sehari-hari
4. Pemetaan dan analisis kecenderungan pasar, termasuk identifikasi kelompok
sasaran atau pihak-pihak yang merupakan penerima manfaat dan keuntungan
komersial dari potensi jasa lingkungan sumber daya air dan energi listrik (mikro
hydro)
5. Analisis kebijakan dalam penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan sumber
daya air untuk energi listrik dan air baku
6. Konsep atau model kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan sumber daya air
yang akan dikembangkan
7. Sistem mekanisme pelibatan dan partisipatif dari para pihak dalam
penyelenggaraan jasa lingkungan sumber daya air
8. Mekanisme pelibatan stakeholders dalam penyelenggaraan jasa lingkungan,
termasuk desain kerangka kelembagaan kolaboratif dalam pengelolaan jasa
lingkungan.
9. Mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPHP Tanah Bumbu
dengan para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan jasa lingkungan di dalam
kawasan KPHP Tanah Bumbu.

Adapun para pihak yang terlibat dalam kerjasama ini antara lain: PHKA,
Pemerintah Provinsi, Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi,
Dinas Pariwisata dan Kebudaayan, Badan Penanaman Modal, Badan Lingkungan Hidup,
Camat, Kepala Desa, Kelompok Masyarakat Lainnya, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
Lembaga Penelitian dan Pendidikan.
Peningkatan investasi pengusahaan jasa lingkungan di KPHP Tanah Bumbu
ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi pemanfaatan sumber daya alam di kawasan
KPH, menjamin keberlanjutan upaya pelestarian ekosistem di dalam kawasan KPHP
Tanah Bumbu melalui mekanisme sharing benefit antara KPHP Tanah Bumbu dengan
stakeholders. Disamping itu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui
penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat, menciptakan sumber
pendanaan alternatif bagi KPHP Tanah Bumbu, dengan harapan dana yang terhimpun
dapat digunakan untuk membiayai operasional pengelolaanKPHP Tanah Bumbu. Salah
satu faktor yang menjadi daya tarik investor adalah adanya kejelasan regulasi dari pihak
pengelola KPHP Tanah Bumbu yang dapat menjamin keberlanjutan dan kenyamanan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 64


berusaha dari para investor. Persyaratan administratif dan legal harus dipenuhi investor
yang hendak terlibat dalam pengusahaan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan KPH.
Dalam pemanfaatan jasa lingkungan,KPHP Tanah Bumbuperlu mendorong
terbitnya program dan kegiatan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbudi bidang jasa
lingkungan, yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan
pemanfaatan Sumber Daya Alam di KPHP Tanah Bumbu secara lestari.
Pihak penerima jasa lingkungan atau pengguna jasa lingkungan harus
mendapatkan layanan yang optimal agar pemanfaatan jasa lingkungan dapat
berkembang secara optimal, hal tersebut dapat dicapai melalui upaya-upaya kemudahan
untuk mendapatkan informasi mengenai produk jasa lingkungan yang disediakan oleh
KPHP Tanah Bumbu, kejelasan Informasi mengenai produk jasa lingkungan yang dikemas
secara menarik, apik, lengkap dan mudah dimengerti. Transparansi regulasi dan
perangkat pelaksanaan penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan serta bentuk
layanan yang disediakan KPHP Tanah Bumbu bagi pengusaha jasa lingkungan dengan
dukungan ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya
Pengelolaan pengusahaan jasa lingkungan termasuk membangun kerangka
kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif antara KPHPTanah Bumbu dengan para
pihak dalam pengusahaan jasa lingkungan. Penyusunan strategi dan program untuk
menjaring pengusaha berinvestasi di KPHP Tanah Bumbu dengan mekanisme komunikasi
antara KPHP dengan pengusaha jasa lingkungan serta meningkatkan kepercayaan publik
terhadap KPHP Tanah Bumbu dalam pengusahaan jasa lingkungan. Beberapa kegiatan
jangka panjang untuk mensukseskan program ini antara lain :
1. Identifikasi dan inventarisasi potensi jasa lingkungan.
2. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan jasa lingkungan
3. Pengembangan produk jasa lingkungan
4. Peningkatan investasi pengusahaan
5. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan jasa lingkungan
6. Pengembangan jaringan pengusahaan
7. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan jasa lingkungan.
8. Membangun sarana dan prasarana pemanfaatan jasa lingkungan
9. Pengembangan sistem informasi pelayanan publik

Rencana pemanfaatan jasa lingkungan dilakukan secara bertahap sebagaimana


tahapan kegiatan di atas sesuai dengan kewenangan KPHP, adalah sebagai berikut :

BAB V - RENCANA KEGIATAN 65


Tabel V-5. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah
Bumbu
Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran
I Identifikasi dan potensi 3 keg RPH Kusan, Satui, Batulicin
jasa lingkungan
II Penyusunan rencana 1 keg Wilayah KPHP
strategi bisnis jasa
lingkungan
Konsultasi publik, 1 keg Pemda (provinsi, kabupaten)
koordinasi
III - IV Promosi jasa lingkungan 1 keg
IV - X Pembinaan dan 1 keg Pemegang izin pemanfaatan
monitoring jasa jasa lingkungan
lingkungan
Pengembangan sistem 1 keg
informasi pelayanan
publik

Pemanfaatan jasa lingkungan lainnya yang dapat dikembangkan di wilayah KPHP


Tanah Bumbu adalah wisata alam/ekowisata. Hutan di kawasan KPHP Tanah Bumbu
menyimpan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ecotorisme
atau ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk perjalanan ke lokasi wisata yang berbeda
dengan wisata massal lainnya. Jika pada wisata massal para wisatawan tidak dibatasi
maka wisatawan yang melakukan kegiatan ekowisata harus dibatasi sesuai dengan daya
dukung lingkungannya.
Berbagai kegiatan yang bisa ditawarkan dalam kegiatan ekowisata adalah
menikmati Goa Sugung dan Air terjun, serta ekowisata minat khusus.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 66


Gambar V-1. Lokasi Rencana Pengembangan Ekowisata

Pengembangan ecoturisme di kawasan KPHP Tanah Bumbu diharapkan mampu


memberikan kontribusi yang signifikan pada pengelolaan kawasan maupun peningkatan
kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Hal penting yang perlu dilakukan dalam
pengembangan ecoturisme adalah analisa mendalam tentang sosial budaya masyarakat
sekitar kawasan, karena kegiatan ekowisata sepenuhnya melibatkan masyarakat sekitar
kawasan. Kesiapan masyarakatdisekitar kawasan seperti pengetahuan tentang kawasan
sangat diperlukan. Hal lain yang perlu di identifikasi mengidentifikasi potensi pengunjung
terutama potensi wisatawan mancanegara, mengingat ekowisata di hutan tropis sangat
menarik bagi wisatawan Eropa, Australia dan Amerika. Perlu juga mempertimbangkan
kerjasama dengan investor dan pemerintah lokal terkait dengan promosi dan pemasaran
usaha ekowisata. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah memasukkan potensi
ekowisata di KPHP Tanah Bumbu sebagai bagian dari perjalanan tour beberapa travel
Pengembangan ekowisata perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati karena
kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi yang dikunjungi. Oleh
kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di
kawasan KPHP Tanah Bumbu tidak menimbulkan kerusakan ekositem dan lingkungan
sehingga mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHP Tanah Bumbu.
Oleh karena itu, dalam membuat regulasi harus mempertimbangkan aspek ekologi,
estetika, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal. Regulasi juga bisa diarahkan
untuk mangatur kontribusi usaha Ekowisata untuk pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.
Paket wisata yang dikembangkan sebaiknya mengintegrasikan potensi dan aktivitas

BAB V - RENCANA KEGIATAN 67


budaya masyarakat serta pendidikan lingkungan untuk pengunjung. Agar Ekowisata
dapat berkembang maksimal, para pengunjung harus mendapatkan layanan yang
optimal dan memuaskan.
Layanan yang perlu disediakan bagi pengunjung antara lain kemudahan untuk
mendapatkan informasi mengenai objek Ekowisata, ketersediaan media informasi
mengenai objek dan lokasi Ekowisata yang dikemas secara lengkap, menarik dan mudah
dimengerti, pelayanan akomodasi yang memadai, pelayanan pemanduan yang
profesional dan menarik dilengkapi petunjuk keselamatan bagi pengunjung yang
mengunjungi suatu objek atau lokasi Ekowisata dalam kawasan serta ketersediaan
sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya.
Dalam pengusahaan Ekowisata, KPHP Tanah Bumbu perlu mendorong pemerintah
daerah untuk mewujudkan paket wisata yang yang terintegrasi antara objek wisata
daerah dan objek Ekowisata di KPHP Tanah Bumbu sehingga keberadaan KPHP Tanah
Bumbu mendapat support dari Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Perlu dilakukan
penyusunan strategi dan regulasi pengusahaan Ekowisata yang mencakup inventarisasi
dan identifikasi potensi Ekowisata di KPHP Tanah Bumbu, analisis sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat, analisis pasar yaitu identifikasi kelompok atau sasaran atau
pengunjung potensi Ekowisata dan kebutuhannya, pengembangan kerjasama dengan
masyarakat lokal, promosi dan pemasaran usaha Ekowisata yang didukung oleh sistem
managemen usaha wisata serta mekanisme pelibatan para pihak dalam penyelenggaraan
usaha Ekowisata.
Adanya regulasi dalam penyelenggaraan Ekowisata untuk memberi rambu-rambu
agar kegiatan Ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu tidak memnggangu fungsi
pelestarian dan pengawetan alam di KPHP Tanah Bumbu, tidak menyebabkan kerusakan
ekosistem dan lingkungan di kawasan KPHP Tanah Bumbu dan tidak menggangu
keberlanjutan penghidupan masyarakat setempat. Regulasi penyelenggraan Ekowisata
mencakup adanya aturan yang menjamin pelayanan, kenyamanan dan keselamatan
pengunjung, kelestarian dan keselamatan ekosistem di sekitar objek Ekowisata dengan
mekanisme pelibatan para pihak dan desain kerangka kelembagaan kolaboratif dalam
pengelolaan usaha Ekowisata. Kontribusi usaha Ekowisata bagi pemberdayaan
masyarakat lokal di sekitar objek Ekowisata yang dikembangkan dengan dukungan
mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPH Tanah Bumbu dan para
pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu.
Pengembangan produk Ekowisata diarahkan untuk membangun Ekowisata yang
berkelanjutan, yaitu Ekowisata yang berbasiskan masyarakat serta mempunyai orientasi
pada aspek konservasi lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal

BAB V - RENCANA KEGIATAN 68


termasuk peningkatan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi
masyarakat lokal. Disamping itu, diupayakan juga pendidikan publik, peningkatan
pendapatan daerah. Pengembangan produk Ekowisata perlu disesuaikan dengan
karakteristik objek dan lokasi Ekowisata, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat
setempat dan kelompok sasaran yang menjadi target pasar dari usaha Ekowisata itu
sendiri. Manajemen pengelolaan Ekowisata termasuk pengembangan kerangka
kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rencana pemanfaatan wisata alam pada
KPHP Tanah Bumbu, meliputi rangkaian beberapa kegiatan, antara lain sebagaimana
dirinci dalam tabel V.6. berikut.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 69


Tabel V-6. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam di Wilayah Tertentu
KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran


I Identifikasi dan potensi wisata 3 keg DAS Kusan, Satui,
alam Batulicin

II Penyusunan desain tapak 1 keg Wilayah KPHP

Konsultasi publik, koordinasi 1 keg Pemda

III Penyusunan lay out wisata 1 keg


alam
Pembangunan sarpras wisata 1 keg Pemegang izin
alam pemanfaatan jasa
lingkungan

IV-X Promosi 1 keg

Pembinaan dan evaluasi 1 keg

5.2.3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam kawasan di dalam blok pemanfaatan kayu
hutan alam KPHP Tanah Bumbudiarahkan pada IPHHK skala menengah dan skala besar
serta untuk kebutuhan masyarakat. Terdapat tiga alasan mengapa pemanfaatan
kayudiarahkan pada pemanfaatan IPHHK, yakni 1) masih tingginya permintaan kayu
untuk kepentingan rakyat. 2) dalam peta RKTN, wilayah hutan produksi di Kabupaten
Tanah Bumbutermasuk dalam pengembangan hutan skala besar, 3) potensi kayu di KPHP
Tanah Bumbusebanyak 112,06 m3/ha termasuk potensi kayu non komersil diameter 20
Cm Up .
Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam dan kayu hutan tanamanpada
hutan produksi dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan
karakteristik sumber daya hutan dan lingkungannya. Usaha pemanfaatan meliputi
kegiatanpemanenan,pemasaran hasil, pengayaan, penanaman, pemeliharaan sesuai
dengan rencana pengelolaan hutan yang telahditetapkan.Berdasarkan hasil survey yang
dilakukan oleh tim BPKH Wilayah V Banjarbaru bahwa potensi kayu yang terdapat diblok
pemanfaatan kayu hutan alam mencapai 112.06 m3/ha.
Pemanfaatan kayu hutan alam di KPHP Tanah Bumbu dikelola melalui sistem
pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). Konsep PHPL menekankan pada usaha
pemanfaatan kayu dengan mempertimbangkan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan
fungsi sosial secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait satu sama lain

BAB V - RENCANA KEGIATAN 70


dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi. Adapun blok pemanfaatan kayu
hutan alam diKPHP Tanah Bumbu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar V-2.Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP Tanah Bumbu

Pemberian izin IPHHK tetap mengacu ketentuan yang berlaku. Pembagian blok
dan petak mengikuti daur ekonomis sesuai dengan jenis tegakan hutan dan sistem
silvikultur yang akan diterapkan. Peran KPHP dalam pemanfaatan hasil hutan kayu hanya
terbatas pada promosi dan memfasilitasi perizinan, kerjasama dan/atau kemitraan
dengan pelaku usaha. Kegiatan ini akan dilakukan secara terus menerus hingga terdapat
investor atau pihak yang memanfaatkan hasil hutan kayu tersebut. Kegiatan selanjutnya
yang dilakukan KPHP adalah melakukan pembinaan dan monitoring.

Tabel V-7. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah Tertentu KPHP Tanah
Bumbu
Tahun
Kegiatan Volume Lokasi Sasaran
ke-
Promosi 1 keg
Pembinaan dan 1 keg
I-X Seluruh RPH Pelaku usaha
monitoring

BAB V - RENCANA KEGIATAN 71


5.3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan oleh KPHP Tanah Bumbu dalam rangka


peningkatan kesejahteraan masyarkat setempat. Selain itu, pemberdayaan masyarakat,
juga merupakan salah satu bentuk upaya resolusi konflik. Apabila masyarakat
memperoleh manfaat dari hutan, maka dengan sendirinya masyarakat akan turut
menjaga dan melestarikan hutan berikut fungsinya.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan oleh KPHP Tanah
Bumbu rangkaian kegiatan pendampingan masyarakat dan/atau kelompok masyarakat
yang dilaksakan secara bertahap. Jenis kegiatan yang dilaksanakan akan berbeda pada
setiap sasaran, tergantung pada kesiapan masyarakat, kelembagaan masyarakat, dan
jenis komoditas/produk (HHBK dan/atau jasa lingkungan) yang diusahakan oleh
masyarakat. Penentuan sasaran (masyarakat/kelompok masyarakat) didasarkan pada
prioritas tingkat kerawanan konflik, jenis komoditas yang diusahakan masyarakat dan
teknologi pengolahan produk yang telah tersedia. Penentuan jenis dan bentuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat didasarkan pada hasil analisa terhadap kondisi riil masyarakat
dalam setiap tahapan usaha.
Pemberdayaan masyarakat di KPHP Tanah Bumbu akan diselenggarakan dengan
pola-pola sebagai berikut.

1. Pembentukan kelembagaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dilakukan kepada kelompok masyarakat dengan


kelembagaan yang diakui oleh pemerintah, yang meliputi kelompok tani hutan, karang
taruna, dan koperasi. Sebagai tahap awal pembentukan/penguatan dilakukan melalui
FGD dengan kelompok tani yang sudah ada, agar membentuk atau meningkatkan
menjadi Gabungan Kelompok Tani serta unit usaha desa (Koperasi) yang diakui oleh
Kementerian Desa, sehingga memungkinkan untuk dilakukan kemitraan/kerjasama
dengan KPHP dan/atau dengan investor lainnya. Kegiatan dilakukakan melalui Focus
Group Disscusion (FGD) masing-masing 3 (tiga) kali. Pertemuan (FGD) pertama adalah
pengenalan KPH kepada KTH dan pendataan anggota dan kegiatan yang pernah
dilakukan serta informasi lainnya terkait dengan sosial ekonomi anggota KTH. Pertemuan
(FGD) kedua dilakukan untuk menghimpun dan membahas kemampuan usaha dan
rencana usaha KTH dan kemungkinan pengembangan kelembagaan KTH. Pertemuan
(FGD) ketiga dilakukan untuk membahas lebih detail terkait dengan rencana usaha dan
pengembangan kelembagaan menjadi Lembaga Usaha Desa. Kegiatan ini akan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 72


dilaksanakan pada seluruh desa sesuai dengan jenis komoditas HHBK dan/atau jasa
lingkungan yang ada di wilayah tertentu, secara bertahap hingga 10 tahun.

2. Pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat

Sebagai kelanjutan dari kegiatan pembentukan kelembagaan masyarakat,


dilakukan penguatan dan pengembangan kelembagaan, berupa peningkatan kapasitas
masyarakat melalui pelatihan, penyuluhan, sekolah lapang, study banding, dan kegiatan
lainnya. Jenis peningkatan kapasitas disesuaikan dengan jenis komoditas HHBK dan/atau
jasa lingkungan, dan tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Jenis pelatihan
ditentukan berdasarkan analisa terhadap kebutuhan masyarakat pada setiap tahapan
usaha.

3. Pembangunan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan oleh


masyarakat

Pembangunan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan


dilakukan apabila kelompok masyarakat yang menjadi sasaran belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam membudidayakan HHBK secara
instensif dan/atau mengelola jasa lingkungan secara profesional. Pembangunan model
usaha dilakukan dengan mengacu ketentuan dan metode yang berlaku di bidang
kehutanan (agroforestry, silvopastura, agrofisherry, dll), namun tidak menutup
kemungkinan penerapan metode di bidang lainnya, selama tidak bertentangan dengan
prinsip kelestarian hutan.

4. Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa


lingkungan

Pendampingan kelompok masyarakat dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan


produksi dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat, oleh tenaga pendamping yang
berasal dari masyarakat itu sendiri yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam
bidang penyuluhan dan/atau membina kelompok masyarakat. Tenaga pendamping dapat
direkrut adalah Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) dan/atau Ketua
kelompok masyarakat. Pada kegiatan ini, pendamping akan lebih berfokus pada
pengelolaan tanaman pakan lebah yang dibangun oleh masyarakat.

5. Fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan

Fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan dilakukan untuk


meningkatkan produksi masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sehingga produk yang
dihasilkan dapat bersaing di pasaran. Jenis sarana dan prasarana yang difasilitasi

BAB V - RENCANA KEGIATAN 73


disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dalam mengolah produk HHBK. Untuk
fasilitasi sarana dan prasarana jasa lingkungan akan disesuaikan dengan kebutuhan yang
direkomendasikan pada desain tapak atau lay out lokasi. Sasaran fasilitasi sarpras ini
adalah kelompok masyarakat yang telah siap bermitra dengan KPHP.

6. Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

Untuk menunjang pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan yang


dikelola oleh masyarakat, KPHP akan memfasilitasi promosi dan pemasarannya melalui
berbagai bentuk kegiatan, antara lain adalah pembuatan brosur, iklan, display produk,
pameran/ekspo, kerjasama pemasaran dan kegiatan lain yang diperlukan.

Tabel V-8. Rencana Pemberdayaan Masyarakat KPHP Tanah Bumbu

Tahun
Kegiatan Volume Sasaran
ke-
Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg
Peningkatan kapasitas masyarakat
- Pelatihan budidaya lebah madu 1 angk
- Pelatihan budidaya kayu manis 1 angk
Pembuatan model usaha pemanfaatan
Lebah madu : Desa
HHBK dan/atau jasa lingkungan
Mantewe (DAS
- Budidaya lebah madu 2 keg
Batulicin) dan
- Budidaya kayu manis 1 keg
Mangkalapi (DAS
Pendampingan masyarakat dalam 2 keg
I Kusan)
usaha pemanfaatan HHBK dan/atau
jasa lingkungan
Kayu Manis : Desa
Sarana dan prasarana pengolahan hasil
Emil Baru (DAS
hutan
Batulicin)
- Peralatan pengolah & pengemasan 2 paket
madu 1 paket
- Peralatan pengolah kayu manis
Promosi dan pemasaran produk HHBK 1 keg
dan/atau jasa lingkungan
Pembentukan kelembagaan masyarakat 3 keg Lebah madu : Desa
Peningkatan kapasitas masyarakat Teluk Kepayang dan
- Pelatihan budidaya lebah madu 1 angk Desa Guntung (DAS
- Pelatihan budidaya kayu manis 1 angk Kusan)
- Pelatihan Agroforestry 1 angk
Pembuatan model usaha pemanfaatan Kayu Manis : Desa
HHBK dan/atau jasa lingkungan Tamunih (DAS
- Budidaya lebah madu 2 keg Kusan)
- Budidaya kayu manis 1 keg
II - Agroforestry (budidaya tanaman 2 keg Agroforestry : Desa
obat/empon-empon) Jombang, Bukit Baru
Pendampingan masyarakat dalam 3 keg (DAS Satui)
usaha pemanfaatan HHBK dan/atau
jasa lingkungan
Sarana dan prasarana pengolahan hasil
hutan
- Peralatan pengolah & pengemasan 2 paket
madu 1 paket
- Peralatan pengolah kayu manis

BAB V - RENCANA KEGIATAN 74


Tahun
Kegiatan Volume Sasaran
ke-
Promosi dan pemasaran produk HHBK 1 keg
dan/atau jasa lingkungan
Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg Lebah madu : Desa
Peningkatan kapasitas masyarakat Batu Bulan, Desa
- Pelatihan budidaya lebah madu 1 angk Tamunih, Desa
- Pelatihan Agroforestry 1 angk Hati'if (DAS Kusan)
- Pelatihan budidaya kemiri 1 angk
Pembuatan model usaha pemanfaatan Agroforestry : Desa
HHBK dan/atau jasa lingkungan Sumber Makmur,
- Budidaya lebah madu 3 keg Desa Sumber Arum
- Agroforestry 3 keg (DAS Satui), Desa
III - Budidaya kemiri 1 keg Hati'if (DAS Kusan)
Pendampingan masyarakat dalam 3 keg
usaha pemanfaatan HHBK dan/atau Kemiri : Desa Emil
jasa lingkungan Baru (DAS Batulicin)
Sarana dan prasarana pengolahan hasil
hutan
- Peralatan pengolah & pengemasan 3 paket
madu
Promosi dan pemasaran produk HHBK 1 keg
dan/atau jasa lingkungan
IV Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg Agroforestry : Desa
Peningkatan kapasitas masyarakat Mekar Sari, Sari
- Pelatihan Agroforestry 1 angk Gadung, Desa
Pembuatan model usaha pemanfaatan Gunung Besar (DAS
HHBK dan/atau jasa lingkungan Batulicin)
- Agroforestry (budidaya tanaman 3 keg
obat/empon-empon)
Pendampingan masyarakat dalam 3 keg
usaha pemanfaatan HHBK dan/atau
jasa lingkungan
Sarana dan prasarana pengolahan hasil
hutan
- Peralatan pengolah & pengemasan 1 paket
jamu herbal/tradisional
Promosi dan pemasaran produk HHBK 1 keg
dan/atau jasa lingkungan
Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg Agroforestry : Desa
Peningkatan kapasitas masyarakat Dukuh Rejo, Desa
- Pelatihan Agroforestry 1 angk Sungai Dua, Desa
Pembuatan model usaha pemanfaatan Batu Ampar (DAS
HHBK dan/atau jasa lingkungan Batulicin)
- Agroforestry (budidaya tanaman 3 keg
obat/empon-empon)
Pendampingan masyarakat dalam 3 keg
V
usaha pemanfaatan HHBK dan/atau
jasa lingkungan
Sarana dan prasarana pengolahan hasil
hutan
- Peralatan pengolah & pengemasan 1 paket
jamu herbal/tradisional
Promosi dan pemasaran produk HHBK 1 keg
dan/atau jasa lingkungan
VI - X Pendampingan masyarakat dalam 3 keg Desa Jombang,
usaha pemanfaatan HHBK dan/atau Bukit Baru, Batu
jasa lingkungan Bulan, Mangkalapi,

BAB V - RENCANA KEGIATAN 75


Tahun
Kegiatan Volume Sasaran
ke-
Promosi dan pemasaran produk HHBK 1 keg Mentewe, Tamunih,
dan/atau jasa lingkungan Emil Baru, Dukuh
Rejo, Teluk
Kepayang, Guntung,
Hati'if, Mekar Sari,
Sari Gadung, Sungai
Dua, Batu Ampar,
Gunung Besar
(Seluruh DAS)

Pemberdayaan masyarakat ini akan diarahkan melalui pola kemitraan dengan


KPHP, dengan prinsip kesetaraan. KPHP dapat berperan dalam pemasaran produk yang
dihasilkan oleh masyarakat. Dalam rangka mengamankan pendapatan negara, PNBP
yang berasal dari hasil hutan yang diproduksi akan ditagih dan disetor melalui KPHP ke
kas negara.

5.4. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN PEMANFAATAN HUTAN DAN


PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PADA AREAL YANG BERIZIN.

Blok pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan KPH Tanbu, karena
keberadaanya menjaga keberlangsungan pengelolaanKPHP Tanah Bumbu. Para calon
pemegang izin maupun yang telah memegang izin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu harus dilakukan pembinaan dan pemantauan
secara terus-menerus, pembinaan dan pemantauan tersebut mengacu kepada model
pembelajaran bersama dan kesetaraan, sehingga partisipasi dan asimilasi antara KPH dan
masyarakat pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terjalin
hubungan yang cukup baik.
Berdasarkan data perizinan yang ada di wilayah KPHP Tanah Bumbu meliputi
IUPHHK-HA sebanyak 1 (satu) unit manajemen dengan luas 8.695 ha, IUPHHK-HT
sebanyak 6 (enam) unit manajemen dengan luas 124.689 ha, IPPKH sebanyak 22 unit
manajemen dengan luas 15.361 ha, HKm/HD/HTR sebanyak 7 (tujuh) unit dengan luas
14.338 ha.
Pembinaan dan pemantauan terhadap unit manajemen pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan akan dilakukan sesuai ketentuan dan metode yang berlaku,
dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan UPT Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang membidangi.
Pembinaan dan pemantauan terhadap IPPKH akan dilakukan terkait dengan
realisasi penggunaan kawasan hutan dan kewajiban unit manajemen yang harus

BAB V - RENCANA KEGIATAN 76


dipenuhi kepada negara, dengan mengacu ketentuan yang berlaku dan berkoordinasi
dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan BPKH Wilayah V. Terkait dengan kewajiban IPPKH
dalam kegiatan rehabilitasi DAS, akan dikoordinasikan dengan BPDASHL. Pembinaan dan
pemantauan terhadap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT akan dilakukan terkait dengan
realisasi kegiatan sesuai dengan RKUPHHK dan RKTPHHK, kinerja unit manajemen, serta
kewajiban unit manajemen yang harus dipenuhi kepada negara, dengan mengacu pada
ketentuan yang berlaku, dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan
BPHP Wilayah IX. Pembinaan dan pemantauan terhadap HKm, HD dan HTR akan
dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan BPSKL Kalimantan.
Rencana kegiatan pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan
pemanfaatan kawasan hutan pada areal yang berizin di KPHP Tanah Bumbu selama
jangka waktu 2017 - 2026 disajikan pada tabel V.9. berikut.

Tabel V-9. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Pemanfaatan
Kawasan Hutan di Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Sasaran Volume


1. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan
hutan alam IUPHHK-HA
- Monitoring pelaksanaan RKUPHHK/ (1 unit) Setiap tahun
RKTHHK, produksi, PNBP
2. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan
hutan tanaman IUPHHK-HT
- Monitoring pelaksanaan RKUPHHK/ (6 Unit) Setiap tahun
RKTHHK, produksi, PNBP
3 Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan
HD, HKm, HTR
HD, HKm, HTR
(7 unit)
- Pembinaan pelaksanaan HD, HKm, HTR Setiap tahun
4. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan
kawasan hutan
IPPKH Pada saat
- Monitoring pelaksanaan IPK (land
(22 unit) pelaksanaan IPK
clearing)

5.5. REHABILITASI PADA AREAL KERJA DI LUAR IZIN

Upaya rehabilitasi ekosistem dikawasan KPHP Tanah Bumbu diawali dengan


pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi kerusakan habitat dan ekosistem di dalam
kawasan KPH. Identifikasi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
ekosistem di dalam kawasan. Apabila ditemukan kerusakan-kerusakan yang terjadi di
dalam ekosistem, faktor penyebabnya serta sejauh mana dampaknya terhadap
keseluruhan proses ekologis di dalam kawasan, maka akan dihasilkan rekomendasi
tentang bentuk-bentuk intervensi pengelola yang perlu dilakukan untuk permasalahan
tersebut. Pemetaan penutupan vegetasi dan batas-batas ekosistem serta sebaran

BAB V - RENCANA KEGIATAN 77


keanekaragaman species menjadi penting sebagai dasar untuk menentukan tindakan
intervensi yang dibutuhkan.
Selain identifikasi dan inventarisasi kondisi habitat dan ekosistem, monitoring
habitat dan populasi jenis di dalam kawasan juga perlu dilakukan secara berkala. Hasil
dari kegiatan ini juga berperan dalam menentukan tindakan apa yang akandilakukan
dalam rangka pengelolaan kawasan, pembinaan habitat dan populasi di dalam kawasan.
Sesuai data total luas lahan kritis dan sangat kritis harus direhabilitasi mencapai
106,855.70 haseperti yang terlihat pada tabel dibawah ini

Tabel V-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu

N RPH / TINGKAT KEKRITISAN Jumlah


O FUNGSI Sangat Kritis Agak Potensia Tidak (Ha)
HUTAN Kritis Kritis l Kritis Kritis
I. RPH Batulicin
- HL 707 699 3.432 26.466 2.617 33.921
- HPT 953 2.231 113 1.501 - 4.799
- HP 2.969 12.286 7.724 17.581 - 40.560
Jumlah I 4.629 15.217 11.270 45.548 2.617 79.280
II. RPHKusan
- HL 676 2.357 1.610 29.180 2.511 36.335
- HPT 701 417 1.164 6.269 1 8.551
- HP 4.008 10.299 2.719 17.916 616 35.557
Jumlah II 5.385 13.073 5.493 53.365 3.128 80.444
III RPH Satui
.
- HL - - 401 9.957 2.547 12.905
- HPT 633 858 3.912 6.293 - 11.696
- HP 12.033 6.190 18.169 32.281 728 69.402
Jumlah III 12.666 7.049 22.482 48.531 3.275 94.003
Jumlah Total 22.680 35.338 39.244 147.444 9.020
253.726
Prosentase 8,94 13,93 15,47 58,11 3,56 100,00
(%)
Luas total seluruh DAS di Kabupaten Tanah Bumbu: 507,621.10 ha. Sumber: BP DAS Barito Tahun 2013.

Tabel V-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

NO TINGKAT KEKRITISAN FUNGSI HUTAN JUMLAH %


HL HPT HP (Ha)
1. SangatKritis 470 679 3.612 4.761 12,76
2. Kritis 537 524 3.409 4.470 11,98
3. AgakKritis 1.578 2.768 5.538 9.884 26,50
4. PotensialKritis 2.794 7.187 7.986 17.967 48,17
5. TidakKritis 190 - 28 218 0,58
Jumlah Total 5.569 11.158 20.573 37.300 100
Sumber: Hasil Analisis spasial BPDAS Barito Tahun 2013

Berdasarkan data lahan kritis di atas, luas lahan kritis dan sangat kritis yang
berada di wilayah tertentu (tanpa izin) dan akan dilakukan rehabilitasi oleh KPHP Tanah

BAB V - RENCANA KEGIATAN 78


Bumbu adalah seluas 10.255 ha. Kegiatan RHL harus segera dilaksanakan untuk
memulihkan kondisi lingkungan. Kegiatan RHL di KPHP Tanah Bumbu harus diselesaikan
dalam jangka waktu 5 tahun dan dilanjutkan dengan kegiatan pemeliharaan, atau
menyesuaikan dengan kondisi pendanaan dan sumberdaya manusia/tenaga kerja.
Mengingat keterbatasan personil, maka pada tahun pertama akan dilakukan koordinasi
terlebih dahulu sekaligus updating luasan lahan kritis dan penyusunan rencana teknis,
dan pada tahun ke-2, baru dilanjutkan dengan kegiatan rehabilitasi.
Pelaksanaan kegiatan RHL dikawasan yang sudah tidak berhutan menggunakan
jarak tanam 3x3 meter dengan jumlah bibit per hektare adalah 1200 bibit/ha termasuk
bibit sulaman 10%. Jika luas lahan yang direhabilitasi mencapai 10.255 ha, maka jumlah
bibit yang dibutuhkan mencapai 13.356.600 batang. Penyedian jenis tanaman untuk RHL
mengikuti proporsi yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangan dimana
pelaksanaan rehabilitasi di kawasan hutan produksi tanaman kehutanan mencapai 80%
dan tanaman MPTS mencapai 20% dari total bibit yang disediakan. Sedangkan untuk
kawasan hutan lindung proporsi tanaman kehutanan mencapai 60% dan MPTS mencapai
40%. Pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi akan dikoordinasikan dengan Dinas
Kehutanan Provinsi dan BPDASHL. Demikian pula dengan pelaksanaan evaluasi tanaman,
akan dilakukan dalam bentuk tim gabungan.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 79


Tabel V-12. Rencana Rehabilitasi pada Lahan Kritis di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun Uraian Kegiatan Luas Lokasi Jumlah Biaya Kelas Tanaman RPH Blok / Zona
(Ha) (Rp)
I Penyusunan Rencana Teknis
Rehabilitasi Lahan Kritis 59,55 Petak 23 786.476.850 Perkayuan, Kusan Pemberdayaan
Agroforestry Masyarakat
II Rehabilitasi Lahan Kritis 82,09 Petak 3 1.084.162.630 Perkayuan, HHBK Kusan Pemanfaatan HHK-HT
74,75 Petak 4 987.223.250 Perkayuan, HHBK Kusan Pemanfaatan HHK-HT
Pemeliharaan Tanaman
Tahun 1
III Rehabilitasi Lahan Kritis 97,57 Petak 15 1.288.606.990 Perkayuan, Kusan Pemanfaatan HHK-HT
Agroforestry
37,91 Petak 34 500.677.370 Perkayuandan HHBK Batulicin Pemanfaatan HHK-HT
IV Rehabilitasi Lahan Kritis 65,93 Petak 31 870.737.510 Perkayuan, Batulicin Pemanfaatan HHK-HT
Agroforestry
52,94 Petak 32 699.178.580
V Rehabilitasi Lahan Kritis 70,71 Petak 18 933.866.970 Perkayuan, Kusan Pemanfaatan HHK-HT
Agroforestry
VI Rehabilitasi Lahan Kritis 95,95 Petak 19 1.267.211.650 Perkayuan, Kusan Pemanfaatan HHK-HT
Agroforestry
VII Rehabilitasi Lahan Kritis 85,37 Petak 16 1.127.481.590 Perkayuan, Kusan Pemanfaatan HHK-HT
Agroforestry
VIII Rehabilitasi Lahan Kritis 104,64 Petak 17 1.381.980.480 Perkayuan, Kusan Pemanfaatan HHK-HT
Agroforestry
IX Rehabilitasi Lahan Kritis 24,65 Petak 76 325.552.550 HHBK Batulicin Pemanfaatan
47,54 Petak 77 627.860.780
X Rehabilitasi Lahan Kritis 55,46 Petak 28 732.460.220 HHBK Kusan Pemanfaatan
51,53 Petak 25 680.556.710
Catatan : Anggaran Biaya tersebut dilaksanakan oleh pihak ketiga dan belum termasuk biaya penyusunan rancangan Rp.409.000/ha

BAB V - RENCANA KEGIATAN 79


5.6. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN
REHABILITASIDAN REKLAMASI DI DALAM AREAL BERIZIN

Kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi di


dalam areal yang berizin, dilakukan pada areal IPPKH sektor pertambangan yang
terdapat di wilayah KPHP. Jumlah IPPKH di wilayah KPHP Tanah Bumbu sebanyak 22 unit
manajemen dengan luas 15.361 ha. Pelaksanaan pembinaan dan pemantauan oleh KPHP
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan maka proses pembinaan dan
pengawasan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang dilakukan oleh
pemegang izin
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan reklamasi
berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh pemerintah/pengelola KPH
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL oleh pemegang
izin administrasi keuangan;
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL kepada semua
stakeholder di KPHP Tanah Bumbu

Rencana pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi


secara rinci sebagaimana tabel V.13. berikut.

Tabel V-13. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi
di dalam Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Sasaran Volume

Monitoring/Evaluasi IPPKH (Tim IPPKH


1 2 kali setahun
Gabungan) (22 unit)
Sebelum
Penilaian tanaman rehabilitasi (Tim IPPKH
2 penyerahan
gabungan) (22 unit)
tanaman
Monitoring Areal Rehabilitasi DAS IPPKH
3 Setiap tahun
(Koordinasi dengan BPDASHL (22 unit)

5.7. PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI


ALAM.

Rencana perlindungan dan konservasi sumber daya alam di wilayah KPHP Tanah
Bumbu akan dilakukan melalui beberapa kegiatan, sebagai berikut :
1. Delineasi Areal Perlindungan Setempat

BAB V - RENCANA KEGIATAN 80


Areal perlindungan setempat meliputi sempadan sungai, sempadan jalan,
sempadan danau, dll, yang berada di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu. Secara umum
areal-areal tersebut telah dideliniasi secara spasial, dan dimasukkan dalam blok
perlindungan. Kegiatan deliniasi di lapangan akan dilakukan pada saat penataan
wilayah/areal kerja.

2. Perlindungan dan Pengawetan Flora dan Fauna yang dilindungi

Kegiatan perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi dilakukan
melalui pemasangan rambu peringatan dan rambu larangan berburu, yang ditempatkan
di lokasi-lokasi yang strategis. Selain itu juga dilakukan penyuluhan dan patroli/operasi
terhadap perburuan dan atau perdagangan satwa di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu.
3. Konservasi HCVF

Pengelolaan High Conservation Value Forest atau hutan bernilai konservasi tinggi
dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut ;
• Mengidentifikasi areal-areal di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu yang mengandung
nilai-nilai sosial, budaya, dan/atau ekologis yang luar biasa penting
• Melakukan pengelolaan areal HCVF berdasarkan kondisi Nilai Konservasi Tinggi
(NKT)
• Melakukan monitoring terhadap pertumbuhan/perkembangan di areal HCVF

BAB V - RENCANA KEGIATAN 81


4. Pengamanan Hutan

Pengamanan hutan dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya gangguan


keamanan hutan, terutama illegal logging, dan usaha dalam rangka menangani konflik
yang terjadi di wilayah KPHP Tanah Bumbu.
• Pemenuhan kebutuhan Polhut. Terbatasnya jumlah personil Polhut akan segera
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan secara bertahap melalui perekrutan baru
dan/atau alih jabatan.
• Peningkatan kapasitas Polhut. Peningkatan kapasitas Polhut melalui pelatihan teknis,
penyidikan, pembekalan dan kegiatan lainnya.
• Pengamanan partisipatif. Pengamanan hutan dilakukan melalui pembentukan regu
pengamanan yang berasal dari unsur masyarakat, dan pelaksanaan patroli
pengamanan secara partisiatif bersama masyarakat setempat yang dilaksanakan
satu kali setiap bulan pada lokasi rawan keamanan.
• Selanjutnya apabila terjadi tindak pidana kehutanan dan/atau adanya aduan dari
masyarakat, akan dilakukan patroli/operasi gabungan antara Polhut KPHP dengan
aparat keamanan dan/atau instansi terkait lainnya.
5. Pengendalian Kebakaran Hutan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.


P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan,
pasal 18, disebutkan bahwa setiap unit KPH wajib membentuk Brigade Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan (BRIGDALKARHUTLA). Ketentuan selanjutnya pada pasal
31, menyebutkan bahwa BRIGDALKARHUTLA pada KPH, meliputi Regu Inti dan Regu
Perbantuan.
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan di wilayah KPHP Tanah Bumbu
diwujudkan melalui pelaksanaan beberapa kegiatan, yang meliputi ;
• Sosialisasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan, dilakukan pada tingkat tapak
(Kecamatan/Desa), dilaksanakan menjelang musim kemarau.
• Pembentukan regu pemadam kebakaran (Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan/BRIGDALKARHUTLA), yang meliputi regu inti dan regu perbantuan
• Pelatihan kepada masyarakat dalam rangka pengendalian kebakaran
• Patroli dalam rangka kebakaran hutan yang dilaksanakan oleh regu inti maupun regu
perbantuan, dilaksanakan setiap bulan, terutama pada musim kemarau pada lokasi
yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 82


• Posko siaga KPHP, dilaksanakan oleh petugas KPHP dan/atau regu pemadam pada
saat musim kemarau.
• Monitoring hotspot dilakukan oleh KPHP dalam rangka pengendalian KARHUTLA di
wilayah kerjanya, yang meliputi pemantauan hotspot melalui portal Sipongi dan
groundcheck secara langsung ke lapangan agar diperoleh informasi yang akurat dan
tepat, sehingga dapat diputuskan tindakan selanjutnya
Rencana pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi alam yang akan
dilakukan secara keseluruhan selama 10 tahun oleh KPHP Tanah Bumbu adalah
sebagaimana berikut.

Tabel V-14. Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Volume (Target)


1 Deliniasi areal perlindungan setempat Tahun ke-1 s/d 2
2 Pemantauan areal perlindungan Setiap tahun setelah
deliniasi dilakukan
3 Pemasangan dan pemeliharaan rambu peringatan dan Setiap tahun
larangan
4 Sosialisasi dan Penyuluhan pada tingkat tapak Setiap tahun
(Kecamatan/Desa)
5 Identifikasi areal HCVF Tahun ke-1 s/d 2
6 Pengelolaan dan monitoring areal HCVF Setiap tahun setelah
ditetapkan
7 Pembentukan regu pengamanan masyarakat 1 regu
8 Patroli partisipatif bersama masyarakat di wilayah tertentu Setiap bulan
9 Patroli gabungan/yustisi 2 kali setahun
10 Pembentukan Brigdalkarhutla 1 brigade
11 Pelatihan masyarakat dalam rangka dalkarhutla
12 Patroli dalkarhutla Setiap bulan
13 Posko siaga dalkarhutla KPHP Setiap tahun di
musim kemarau
14 Monitoring Hotspot Setiap bulan

5.8. PENYELENGGARAAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTAR


PEMEGANG IZIN

Koordinasi dan sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan


pembangunanKPH. Proses koordinasi dan sinkronisasi hendaknya dimusyawarahkan dan
dikomunikasikan mulai dari tingkat petak sampai dengan blok pengelolaan KPH.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 83


Koordinasi sangat diperlukan untuk menyamakan visi dan misi pengelolaan serta
menghindari konflik antara pengelola dan pemegang izin. Dengan proses koordinasidan
sinkronisasi demikian, maka tujuan pembangunan kehutanan di KPHP Tanah Bumbu
yangdiselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan,
keadilan,keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan pengembanganekonomi
terwujudkan.
Koordinasi tingkat KPH, dilaksanakan oleh Kepala KPH dengan para pemegang izin
(IUPHHK-HA/HT/HTR dan IPPKH) dalam bentuk rapat koordinasi. Rapat koordinasi
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Beberapa hal yang perlu koordinasi dan
sinkronisasi di tingkat pelaksana antara lain adalah :

1. Visi dan misi KPHP

Sosialisasi keberadaan KPHP di daerah sebagai institusi pengelola hutan pada


tingkat tapak, berikut visi dan misi KPHP, sehingga seluruh kegiatan pemegang izin dapat
disinkronkan dengan visi dan misi KPHP maupun kebijakan pemerintah daerah dan pusat.

2. Pengelolaan hutan di areal kerja pemegang izin

Setiap pemegang izin harus mengelola areal kerjanya sesuai dengan izin yang
telah diberikan. Apabila terdapat pemegang izin yang tidak mengelola areal kerjanya
sesuai dengan rencana kerja dan ketentuan yang berlaku, maka KPHP akan melaporakan
kepada Dinas Kehutanan Provinsi dan Kementerian LHK untuk ditindaklanjuti.

3. Pengamanan hutan

Jumlah personil, sarpras, jenis kegiatan, sasaran dan volume kegiatan


pengamanan pada masing-masing pemegang izin. Pemegang izin memiliki kewajiban
untuk mengamankan areal kerjanya, sedangkan wilayah tertentu KPHP menjadi
tanggungjawab KPHP.
Dengan ketentuan tersebut, maka rencana pengamanan pemegang izin harus
jelas dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan. Patroli secara kolaboratif antara
KPHP dan pemegang izin untuk dapat dibahas dan direncanakan untuk sasaran tertentu
dan/atau kejadian tertentu yang harus ditangani secara bersama-sama.

4. Pengendalian kebakaran hutan

Jumlah personil, sarpras, jenis kegiatan, sasaran dan volume kegiatan


pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada masing-masing pemegang izin. Pemegang
izin memiliki kewajiban untuk membentuk BRIGDALKARHUTLA dan melaksanakan
pengendalian kebakaran hutan di areal kerjanya, sedangkan wilayah tertentu KPHP

BAB V - RENCANA KEGIATAN 84


menjadi tanggungjawab KPHP. Dengan ketentuan tersebut, maka rencana pembentukan
BRIGDALKARHUTLA dan kegiatan pengendalian kebakaran hutan yang dilakukan
pemegang izin harus jelas dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pemberdayaan masyarakat

Setiap pemegang izin memiliki kewajiban melaksanakan pemberdayaan


masyarakat setempat yang berada di dalam dan di sekitar areal kerjanya, melalui
program CSR (IPPKH) maupun kemitraan (IUPHHK). Perlu kejelasan terhadap jenis
kegiatan, sasaran dan biaya yang direncanakan oleh masing-masing pemegang izin,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan sasaran antar sesama pemegang izin,
maupun dengan KPHP. Dengan dukungan 7 unit IUPHHK-HA/HT dan 22 unit IPPKH,
serta KPHP, seharusnya seluruh desa yang berjumlah 33 desa di wilayah kerja KPHP
dapat diberdayakan.

5.9. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN


STAK EHOLDER S .

Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan sinergi antar
pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi mengambil peran yang signifikan
dalam mengontrol berjalan atau tidaknya pencapaian program, baik di internal maupun
di eksternal KPHP Tanah Bumbu. Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada
standar operasional prosedur (SOP) atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan
koordinasi dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan-
kesepakatan antar pihak. Bentuk koordinasi yang bisa dilakukan dapat digambarkan pada
gambar flowchart berikut ini.

Gambar V-3. Bentuk koordinasi dan sinergi dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu
(Diadopsi dari: Kartodihardjo dkk, 2012)

BAB V - RENCANA KEGIATAN 85


Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka diperlukan kegiatan
antara lain:
1. Koordinasi antar instansi di tingkat KPHP

• Bappeda, koordinasi terkait dengan rencana kegiatan dan kebijakan pembangunan


daerah
• Bagian Tata Pemerintahan Pemda, koordinasi terkait dengan jenis kegiatan dan
sasaran kegiatan (Desa) di wilayah KPHP dengan program Pembangunan Desa oleh
Pemda
• Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, koordinasi terkait dengan program
pemberdayaan, teknik budidaya, pengolahan dan pemasaran produk HHBK
• Dinas Perindustrian, koordinasi terkait dengan teknologi pengolahan produk HHBK
• Dinas Pariwisata, koordinasi terkait dengan rencana induk pengembangan pariwisata
kabupaten/provinsi, dan pengembangan ekowisata di wilayah KPHP
• Dinas ESDM, koordinasi terkait dengan pemanfaatan jasa lingkungan untuk
pengembangan mikro hydro di wilayah KPHP
• Dinas Koperasi, koordinasi terkait pembentukan kelembagaan usaha desa dan
koperasi
• BNPB daerah dan DAOP, terkait dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
wilayah KPHP
• Kepolisian dan Kejaksaan, koordinasi terkait pengamanan hutan dan penanganan
tindak pidana kehutanan di wilayah KPHP

2. Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak

Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti masyarakat,


pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan,merupakan langkah yang baik
dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar pihak. Kelembagaan kolaboratif
berdasarkan kesetaraan masing-masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan
keinginan bersama yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan
implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan bersama
sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan. Kelembagaan dalam bentuk Forum
Mitra Pembangunan KPHP, dengan kegiatan antara lain :
• Penyusunan rencana pengelolan dan pengembangan wilayah KPHP
• Pengembangan usaha masyarakat
• Resolusi konflik pemanfaatan SDA

BAB V - RENCANA KEGIATAN 86


5.10. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA
MANUSIA

Kelembagaan KPHP Tanah Bumbu saat ini adalah UPTD Dishutbun Kabupaten
Tanah Bumbu (Tipe B), dengan personil yang telah ditetapkan adalah Kepala KPHP dan
KSBTU, sedangkan personil lainnya (staf) belum ditetapkan secara definitif. Dalam
pelaksanaan kegiatan, selama ini didukung penuh oleh personil Dishutbun Kab. Tanah
Bumbu melalui penugasan oleh Kepala Dinas. Selain itu terdapat tenaga Bakti Rimbawan
sebanyak 5 (lima) orang, yang terdiri dari 2 (dua) orang tingkat sarjana dan 3 (tiga)
orang tingkat SMK Kehutanan.
Dengan adanya implementasi UU 23 tahun 2014, maka kelembagaan KPHP Tanah
Bumbu akan menjadi UPTD Dinas Kehutanan Provinsi (tipe A), dan merupakan SKPD.
Dengan adanya perubahan ini, maka kebutuhan personil dengan kompetensi teknis dan
non teknis sangat mendesak untuk segera dipenuhi.

Tabel V-15. Kebutuhan Personil berdasarkan Kompetensinya KPHP Tanah Bumbu

No. Kompetensi Kebutuhan Keterangan


A. Teknis
1. Sarjana Kehutanan 3
2. Perencanaan hutan 2
3. Pemanenan hutan 2
4. Pembinaan hutan 5
5. Penguji kayu bulat 5
6. Penguji HHBK 4 Sesuai dengan komoditas
7. Polhut 90
B. Non Teknis/Administrasi
1. Bendahara 1
2. Analisis Keuangan 1
3. BMN 1
4. Kepegawaian 1

Dengan adanya penataan ulan pegawai dari Dinas Kehutanan Kabupaten ke KPHP
dalam rangka implementasi UU 23/2014, maka kebutuhan personil berikut
kompetensinya kemungkinan akan segera terpenuhi. Sedangkan untuk kebutuhan Polhut,
dapat dipenuhi melalui perekrutan baru maupun melalui alih jabatan.
Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan kapasitas personil
antara lain :
• Perbaikan jenjang pendidikan (tugas/izin belajar)
• Pemetaan kompetensi
• Diklat SDM Pengelola KPH, Inhouse training
• Pertukaran kunjungan staf pengelola, study banding

BAB V - RENCANA KEGIATAN 87


• Magang pegawai

5.11. PENYEDIAAN PENDANAAN

Biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan hutan oleh KPHP meliputi ; 1) biaya
investasi (bangunan, sarpras perkantoran, sarpras penunjang dan sarpras lainnya), 2)
biaya operasional rutin (belanja pegawai, belanja operasional dan pemeliharaan), 3)
biaya kegiatan selama jangka waktu rencana pengelolaan.
Biaya investasi KPHP meliputi pembentukan kelembagaan KPHP, dokumen tata
hutan, sarana fisik dan kelengkapan, hingga KPHP dapat beroperasional. Kebutuhan
biaya untuk investasi dipenuhi APBN melalui Kementerian LHK (BPKH V, BPHP IX, Ditjen
PPI), dan APBD Provinsi dan Kabupaten. Beberapa investasi yang telah dipenuhi antara
lain, meliputi :
1. Pembentukan kelembagaan
2. Biaya pengadaan tanah dan pembangunan gedung kantor
3. Pengadaan kendaraan operasional lapangan
4. Kendaraan bermotor roda 4 (double gardan)
5. Kendaraan bermotor roda 2 (trail)
6. Pengadaan kendaraan operasional kantor
7. Kendaraan bermotor roda 4
8. Kendaraan bermotor roda 2
9. Sarpras perkantoran
10. Barang elektronik dan komputer
11. Sarpras survey dan pemetaan
12. Sarpras pengamanan hutan
13. Sarpras kebakaran hutan dan lahan
14. Sarpras penunjang lainnya

Kebutuhan biaya operasional rutin yang meliputi belanja pegawai dan belanja
operasional perkantoran serta pemeliharaan, dipenuhi oleh APBD Provinsi Kalsel.
Sedangkan kebutuhan dana untuk operasional KPHP Tanah Bumbu selama 10 tahun
berdasarkan jenis kegiatan sebagaimana tercantum dalam tabel V.16.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 88


Tabel V-16. Rencana Kebutuhan Dana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu
Kebutuhan Dana (x 1000)
No Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X Jumlah
I Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataannya
1 Inventarisasi Berkala - 450.000 450.000 900.000
2 Penataan Batas Wilayah dan Batas Fungsi -
a Koordinasi dan Penyusunan tra 5.000 5.000
b Pelaksanaan Tata Batas Wilayah 360.000 450.000 810.000
c Penyusunan Trayek Batas Fungsi 5.000 5.000
d Pelaksanaan Tata Batas Fungsi 300.000 300.000 300.000 900.000
e Monitoring da pemeliharaan batas 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
3 Penataan Wilayah/Areal Kerja -
a Penataan Batas RPH 10.000 10.000 10.000 30.000
b Penataan Batas Blok/Petak 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 120.000
-
II Pemanfaatan Hutan
A Pemanfaatan Kawasan -
1 Budidaya Kayu Manis -
2 Budidaya Lebah -
3 Budidaya Tanaman Obat (Agroforestry) -
4 Budidaya Kemiri
-
B Pemanfaatan Jasa Lingkungan -
1 Identifikasi potensi jasa lingkungan 60.000 60.000
2 Penysunan rencana strategis bisnis jasa lingkun 100.000 100.000
3 Konsultasi publik dan koordinasi 50.000 50.000
4 Promosi pemanfaatan jasa lingkungan 10.000 10.000 20.000
5 Pembinaan dan monitoring pemanfaatan jasa lingkungan 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 90.000
6 Pengembangan sistem informasi pelayanan publik 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 60.000
7 Identifikasi potensi wisata alam 15.000 15.000
8 Penyusunan desain tapak 80.000 80.000
9 Konsultasi publik dan koordinasi 50.000 50.000
10 Penyusunan Lay Out Wisata Alam 75.000 75.000
11 Pembangunan sarpras wisata alam 1.000.000 1.000.000
12 Promosi wisata alam 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 175.000
13 Pembinaan dan evaluasi wisata alam 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 70.000

BAB V - RENCANA KEGIATAN 89


Kebutuhan Dana (x 1000)
No Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X Jumlah
-
C Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu -
1 Promosi 25.000 25.000 25.000 75.000
2 Pembinaan dan Monitoring 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 240.000
-
III Pemberdayaan Masyarakat -
1 Pembentukan Kelembagaan Masyar 288.800 433.200 288.800 288.800 288.800 1.588.400
2 Peningkatan kapasitas masyarakat 155.000 232.500 232.500 77.500 77.500 775.000
3 Pembangunan model usaha pemanf 247.050 375.000 430.000 1.239.075 1.239.075 3.530.200
4 Pendampingan masyarakat 37.800 37.800 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 478.800
5 Sarpras pengolahan hasil hutan 125.100 245.000 125.100 125.100 125.100 745.400
6 Promosi dan Pemasaran 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 610.000
-
IV Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaat 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 250.000
-
V Rehabilitasi pada Areal di luar Ijin -
1 Koordinasi dan penyusunan rencana 153.825 153.825
2 Rehabilitasi lahan kritis 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 20.295.000 92.295.000
3 Pemeliharaan P-1 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.765.000 30.765.000
4 Pemeliharaan P-2 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.382.500 15.382.500
5 pemeliharaan P-3 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.255.000 10.255.000
6 Evaluasi tanaman 40.000 40.000 40.000 40.000 45.100 205.100
-
VI Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaa 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 500.000
-
VII Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam -
1 Deliniasi Areal Perlindungan Setemp 10.000 10.000 20.000
2 Pemantauan Areal Perlindungan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 80.000
3 Pemasangan dan pemeliharaan ram 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 150.000
4 Sosialiasi dan penyuluhan 30.000 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 486.750
5 Identifikasi areal HCVF 10.000 10.000 20.000
6 Pengelolaan dan monitoring areal HCVF 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 48.000
7 Pembentukan regu pengaman masy 400.550 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 3.604.550

BAB V - RENCANA KEGIATAN 90


Kebutuhan Dana (x 1000)
No Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X Jumlah
8 Patroli partisipatif masyarakat 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 1.590.600
9 Patroli gabungan/yustisi 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 499.000
10 Pembentukan Brigdalkarhutla 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 3.854.000
11 Pelatihan masyarakat 116.440 116.440 232.880
12 Patroli dalkarhutla 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 4.638.780
13 Posko siaga dalkarhutla KPHP 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 194.800
14 Monitoring hotspot 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 93.000
-
VIII Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkron 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 50.000
-
IX Koordinasi dan Sinergi dengan instansi d 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 350.000
-
X Penyediaan dan Peningkatan SDM -
1 Pelatihan SDM KPHP 60.000 100.000 100.000 100.000 30.000 390.000
2 Inhouse Training 200.000 300.000 200.000 700.000
3 Pertukaran kunjungan, study banding 150.000 150.000 150.000 150.000 600.000
4 Magang Pegawai 70.000 70.000 70.000 210.000
-
XI Pengembangan Data Base -
1 Pembuatan Data Base 100.000 100.000
2 Pelatihan operator 50.000 50.000 100.000
2 Updating data dan pengembangan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 90.000
-
3.167.583 22.844.708 29.822.568 31.426.643 33.101.643 33.216.168 13.686.168 7.303.668 4.161.168 1.911.268 180.641.585

BAB V - RENCANA KEGIATAN 91


Pendanaan pengelolaan KPHP Tanah Bumbu dipenuhi dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pengelolaan
KPHP Tanah Bumbu yang optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat
wilayah kelola KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari
keuangan negara.
Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah provinsi untuk
menyediakan dana bagi KPHP Tanah Bumbu sebagai bagian dari desentralisasi
kekuasaan politik, anggaran dan administrasi bisa menjadi alternatif pendanaan. Cara
pendanaan yang paling mudah dilakukan untuk melengkapi dana APBN adalah bermitra
dengan LSM misalnya WWF, CI, FFI dan lain-lain yang sering mendapatkan bantuan dana
internasional untuk melakukan aktivitas konservasi di KPHP Tanah Bumbu.
Pendanaan lainnya bisa dengan “menjual” kekayaan KPHP Tanah Bumbu. KPHP
Tanah Bumbu kaya akan ragam ekosistem hutan yang mengandung keragaman hayati,
potensi kayu, memiliki banyak sumber mata air yang mengalir di dua provinsi dan dan
juga mengandung mineral sebagai wujud potensi sumber daya alam yang sangat tinggi.
Namun demikian potensi ini belum sepenuhnya digunakan secara optimal untuk
memperkuat pengelolaan KPHP Tanah Bumbu, memberdayakan masyarakat sekitar
hutan, mengembangkan ekonomi wilayah.
Beberapa potensi yang dimiliki KPHP Tanah Bumbu ini dapat dikembangkan untuk
bisa mendatangkan dana melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for
environmental services) seperti misalnya daya serap karbon, keindahan landscape,
perlindungan DAS dan tata air serta kekayaan keragaman hayati. Daya serap karbon
dapat diwujudkan dengan mekanisme pembayaran rehabilitasi dan restorasi ekosistem di
areal yang perlu direhabilitasi seperti bekas penyerobotan lahan, eks areal HPH yang
telah dibalak, bekas perambahan hutan, bekas kebakaran dan kerusakan hutan lainnya.
Skema perdagangan karbon juga bisa direalisasikan melalui pengembangan program
pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Pembayaran jasa lingkungan lainnya yang dapat dikembangkan adalah konservasi
keragaman hayati dan perlindungan tata air. KPHP Tanah Bumbu merupakan hulu
darisungai dan anak sungai yang mengalir di KabupatenTanah Bumbu. Kemungkinan
pemanfaatan air baku untuk masyarakat luas dan pengembangan perusahaan air minum
dalam kemasan juga layak untuk dipertimbangkan. Sumber lainnya mungkin dapat
diperoleh dari mengembangkan sumber pendapatan innovative, misalnya pajak dari
perusahaan yang melakukan pengambilan yang lestari hasil hutan non-kayu dari blok
tetentu di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 92


Keragaman hayati, keunikan species flora dan fauna, keindahan bentang alam
dan sosial budaya masyarkat lokal dapat dikemas dalam paket wisata yang memilik nilai
tinggi. Produk-produk yang dihasilkan dari budidaya masyarakat lokal juga dapat dikemas
dan diberi label konservasi untuk diperdagangkan di pasar hijau.
Untuk mendukung program ini, dipersiapkan kegiatan umum untuk jangka
panjang yang mencakup :

1. Membangun mekanisme penggalangan dana

Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan


bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak. Secara
sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat memungkinkan
dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang sudah disepakati bersama. Selain
itu mekanisme ini juga dibangun diatas kebijakan yang berlaku

2. Penyusunan proposal dukungan pendanaan

Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan KPHP Tanah


Bumbu saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan (gap) yang ada. Gap yang terjadi
ini diupayakan sebagai langkah penyusunan proposal untuk memperoleh dukungan
pendanaan pihak lain. Di beberapa pemberi dana biasanya melihat dana pendamping
yang dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi program. Kekurangan yang ada
baru disusun melalui proposal yang diinginkan. Penyusunan proposal dan mencari
dukungan pendanaan dapat dilakukan dan bersama pihak-pihak lain seperti konsultan
ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta.

3. Membangun perencanaan program bersama

Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis dalam


menyikapi penggalangan pendanaan bersama.
Penyusunan perencanan ini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar
KPHP Tanah Bumbu, pihak lain tersebut berupa program-program di pemerintah daerah
(Pemda) melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat
desa maupun di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak
swasta yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue ataupun obyek tertentu.
Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau sumber daya
masing-masing pihak.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 93


5.12. PENGEMBANGAN DATABASE

Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk
pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu. Selain itu data base
juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tentang KPHP Tanah
Bumbu seperti misalnya para peneliti dari universitas atau lembaga penelitian, LSM,
instansi pemerintah dan individu.
Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Tanah Bumbu, sebaiknya dibuat unit
khusus yang mengelola data base yang bertanggung jawab dalam pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam informasi yang siap digunakan.
Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari
luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar. Dalam
pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar harus diikat
oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan dapat berupa analog atau
manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data
digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya). Unit yang secara khusus
mengelola data base ini merupakan division support system atau pendukung sistem
organisasi KPHP Tanah Bumbu yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dari
tingkat KPH hingga unit terkecil.
Rencana pembangunan dan pengembangan database KPHP Tanah Bumbu untuk
periode 10 tahun, adalah sebagai berikut:
Tabel V-17. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Target Keterangan

1. Pembangunan sistem database berbasis spasial 1 aplikasi Fasilitasi Unlam


(menggunakan aplikasi opensource QGIS) (2017)
2 Pelatihan operator database 1 kali Fasilitasi BPHP
(2017)
3 Updating dan verifikasi data Setiap tahun
4 Upgrade/pemeliharaan aplikasi 2 tahun sekali

5.13. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA

Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu dimasa yang akan datang menghadapi


tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya populasi penduduk
sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem hutan di KPHP Tanah Bumbu.
Hal ini menuntut pihak pengelola KPH untuk melakukan kalkulasi yang scientific based
yang dapat dipertanggungjawabkan. Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup
2 aspek yaitu: 1) aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna

BAB V - RENCANA KEGIATAN 94


hutan, eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi rasionalisasi
kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai dengan tingkat petak
(organisasi, kewenangan dan personil)
Rasionalisasi wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu akan dilaksanakan melalui
tahapan :
1. Penilaian aspek teknis dan non teknis
2. Checking lapangan
3. Pembahasan
4. Penyusunan rasionalisasi wilayah

Beberapa hal penting yang menjadi alasan dilakukan rasionalisasi wilayah, antara
lain adalah :
• Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian kembali
terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam
sudah tidak memiliki potensi yang signifikan maka perlu dirasionalisasi ke bentuk
wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman.
Perubahan wilayah kelola juga akan mempengaruhi operasional personil dilapangan.
• Dengan beralihnya kewenangan kehutanan dari kabupaten ke provinsi, dan adanya
rencana perubahan kelembagaan KPHP. Maka sangat dimungkinkan adanya
perubahan wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu, dimana terdapat beberapa
lokasi yang melintasi batas antar kabupaten.
• Adanya blok khusus seluas 14.105 ha, yang secara eksisting merupakan tanaman
kelapa sawit. KPHP akan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan dinas
terkait lainnya, untuk memperoleh kejelasan legalitas perizinan dan pengelolaannya.
Setelah diperoleh kejelasan, akan diputuskan pembagian blok/zona selanjutnya.

5.14. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN

Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap


rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan
dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan.
Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah :
• Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam proses
perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP Tanah bumbu.
• Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu dan
kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan lainnya yang dikembangkan.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 95


• Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai dengan
potensi di KPHP Tanah Bumbu.
• Menganalisis kinerja organisasi KPHP Tanah Bumbu di tingkat tapak (Blok dan tapak)
dan dinamika kelembagaan KPHP Tanah Bumbu

Review terhadap RPHJP KPHP Tanah Bumbu dapat dilakukan apabila ;


1. Hasil evaluasi menyatakan ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana yang
disahkan, dan adanya rekomendasi untuk dilakukannya review terhadap RPHJP;
dan/atau
2. Terdapat perubahan wilayah pengelolaan, dan atau wilayah tertentu sebesar >
50%; dan/atau
3. Terdapat perubahan terhadap dokumen perencanaan sebesar > 50%;
4. Adanya perubahan kebijakan/peraturan/ketentuan pemerintah daerah/ pusat
yang secara signifikan mempengaruhi pengelolaan hutan oleh KPHP.

Review RPHJP KPHP Tanah Bumbu akan dilaksanakan melalui tahapan-tahapan


sebagai berikut:
• Pengumpulan data dan updating data
• Checking lapangan
• Analisa teknis dan non teknis
• Penyusunan draft revisi
• Pembahasan
• Penyusunan draft final
• Pengusulan/pengesahan revisi RPHJP

5.15. PENGEMBANGAN INVESTASI

Pengembangan investasi berguna untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat


melaluikegiatan pembangunan yang dilakukan atas dasar prinsip saling menguntungkan,
nyata dan bertanggung jawab, akuntable, transparandan demokratis.Hal ini sesuai
dengan prinsip pengelolaan investasi yang dianutyaitutransparancy participation, quick
disbursementaccountabilitysustainability dansimplicity.
Konsistensi pada prinsip ini akan menjadi daya tarik sendiri dalam proses
percepatan investasi di KPHP Tanah Bumbu. Berdasarkan pengalaman dalam berbisnis
sumberdaya alam yang saling menguntungkan, pola kemitraan dalam berinvestasi di
KPHP Tanah Bumbu merupakan pola yang tepat. Prosedur kemitraan yang dianut dalam
pengembangan investasi di KPHP Tanah Bumbu adalah memposisikan KPH, menjadi

BAB V - RENCANA KEGIATAN 96


fasilitator danadministrator pengelolaan pembangunan di KPH. Kemitraan
dalammembangun investasi di KPHP Tanah bumbu sangat penting untuk dilakukan
mengingat dua hal:
• Kemitraan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat dan swastadalam
proses pembangunan.
• Kemitraan merupakan cara efektif untuk mengefisienkan belanja KPHP Tanah Bumbu
disektor pembangunan.
Adapun pengembangan investasi di KPHP Tanah Bumbu diarahkan pada sektor
sebagai hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, hutan tanaman rakyat dan hasil
hutan kayu.

5.15.1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu/jasa


lingkungan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)/jasa lingkungan mempunyai


peluang yang cukup besar dan menjanjikan serta kompetitif di wilayah KPH Unit VI
Tanah Bumbu. HHBK/Jasling merupakan sumber bahan pangan (alternatif), sumber
bahan obat-obatanan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan benda-benda hayati,
non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut sejalan dengan kebijakan nasional dalam mengembangkan dan
meningkatkan produksi HHBK. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No
P.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok
HHBK yang terdiri dari 557 spesies tumbuhan dan hewan. Untuk memberikan arah,
kebijakan serta gambaran pengembangan HHBK kepada pelaku usaha, para pihak dan
masyarakat yang akan mengembangkan usaha HHBK telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009 tentang Strategi
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional. Penyusunan Grand Strategi ini
sekaligus sebagai acuan mulai dari perencanaan sampai pasca panen bagi pelaku usaha,
para pihak dan masyarakat luas dalam pengembangan HHBK. Sebagai acuan dalam
penetapan jenis HHBK unggulan serta menyamakan pemahaman dan langkah dalam
upaya pengembangan HHBK untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan
Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan. Penetapan kriteria dan
indikator tersebut bertujuan tersedianya jenis-jenis HHBK unggulan yang akan
dikembangkan secara lebih terfokus dan terarah menjadi komoditas yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi baik di tingkat nasional maupun daerah.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 97


Adapun bentuk investasi HHBK di KPH adalah
1. Pemanfaatan air Bersih
2. Pemanfaatan Ekowisata
3. Pengembangan REDD
4. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

5.15.2. Investasi Hutan Tanaman Rakyat

Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman
pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
menjamin kelestarian sumber daya hutan (PP 6/2007)
Sejalan dengan reforma agraria yang telah diwacanakan telah merespon dengan
upaya memberikan akses lebih kepada masyarakat dalam memberikan akses lebih
kepada masyarakat dalam HTR juga telah dipayungi produk hukum. Peraturan
Pemerintah (PP) No. 6/2007 telah mengatur tentang HTR khususnya pasal 40 dan 41.
Pada pasal ini diatur mengenai penatapan areal untuk HTR, akses ke lembaga keuangan,
dan penetapan harga dasar kayu HTR untuk melindungi dan memberikan akses pasar
kepada masyarakat.
Konsep pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam pembangunan
hutan tanaman, disusun dari proses pembelajaran atas program maupun proyek
Pemberdayaan Masyakat yang selama ini ada, misalnya program Bina Desa, program
kemitraan seperti Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)/Mengelola Hutan
Bersama Masyarakat (MHBM)/Hutan Rakyat Pola Kemitraan (HRPK) oleh HPH/IUPHHK-
HA/HT, proyek-proyek kerjasama teknik luar negeri seperti Social Forestry Dephut-GTZ di
Sanggau Kalimantan Barat, Multistakeholders Forestry Programme KemenLHK-DFID dan
beberapa proyek pemberdayaan masyarakat yang ada di . Hasil pembelajaran tersebut
memberikan kerangka filosofis atas pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mengatasi
kemiskinan melalui pemberian akses yang lebih luas ke hukum (legalitas), ke lembaga
keuangan dan ke pasar. Selain kerangka filosofisnya, diperoleh pula prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat (the principles) yaitu :
Prinsip pertama adalah masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan
kebutuhannya (people organized themselves based on their necessity) yang berarti
pemberdayaan hutan beserta masyarakatnya ini bukan digerakkan oleh proyek ataupun
bantuan luar negeri karena kedua hal tersebut tidak akan membuat masyarakat mandiri
dan hanya membuat “kebergantungan” masyarakat.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 98


Prinsip kedua adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat harus bersifat padat
karya (labor-intensive) sehingga kegiatan ini tidak mudah ditunggangi pemodal (cukong)
yang tidak bertanggung jawab.
Prinsip ketiga adalah Pemerintah memberikan pengakuan/rekognisi dengan
memberikan aspek legal sehingga kegiatan masyarakat yang tadinya informal di sektor
kehutanan dapat masuk ke sektor formal ekonomi kehutanan/ekonomi lokal, nasional
dan global sehingga bebas dari pemerasan oknum birokrasi dan premanisme pasar.

5.15.3. Pengembangan investasi kayu di hutan alam

Bisnis kayu adalah salah satu bisnis jangka panjang dengan kemungkinan
keuntungan yang sangat tinggi, selama beberapa abad terakhir permintaan kayu selalu
meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dunia. Perubahan ekonomi seperti
China dan India yang sekarang menjadi negara konsumen (consumer market) dalam
beberapa tahun terakhir karena hal tersebut dampaknya pada pasar kayu yang semakin
meningkat.
Hal tersebut di atas mengkonfirmasi bahwa ada hubungan antara pertambahan
populasi dengan permintaan kayu. Tidak ada prediksi adanya penyusutan permintaan
kayu dengan melihat penduduk dunia dalam 30-60 tahun mendatang. Di sisi lain tidak
ada keraguan bahwa produksi dari hutan alam tropis akan menurun, menurut REIDD
dikarenakan adanya insentif untuk tidak menebang kayu dari Badan Organisasi Dunia,
penegakan hukum, reboisasi. Tetapi pelestarian hutan di seluruh dunia tidak akan bisa,
karena volume dan penanaman tidak akan mampu mengimbangi permintaan seiring
dengan cepatnya pertambahan populasi dunia, sebab kompensasi penanaman hutan bisa
dipanen dalam jangka waktu 25-30 tahun.
Kayu adalah komoditas terbesar ketiga yang diperdagangkan di dunia setelah
minyak mentah dan gas ( € 200 milyar/ tahun). Disaat produksi gas mentah menjadi
langka, banyak peluang berinvestasi di bidang kehutanan. Index Harga Komoditas Bank
Dunia menunjukkan, bahwa hanya ada 3 komoditi yang meningkat nilai jualnya selama
kurun waktu 10, 20, dan 100 tahun terakhir: Emas, Minyak dan Kayu. Walaupun emas
saat ini masih memiliki kinerja yang sangat bagus, akan tetapi kinerja Emas tidak terlalu
baik pada rentang waktu yang panjang yaitu, antara tahun 1979 sampai 2004. Serta
harga minyak cenderung sering berfluktuasi karena spekulasi di masa yang akan datang.
Perbandingan HTRG menggarisbawahi, investasi kayu dengan kualitas terbaik
mengalahkan performa S & P 500 dalam setengah abad terakhir, baik dari segi
keuntungan maupun volatilitas. Dan portofolio yang digabungkan dengan kayu bekerja
lebih baik dari pada portofolio tanpa kayu. Seiring waktu, kayu tumbuh dengan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 99


bertambahnya volume; volume yang bertambah ini tumbuh menjadi beberapa kategori
yang berharga (dari biomassa mejadi HTI-Hutan Tanaman Industri kayu yang sudah
digergaji menjadi kayu lapis) dan setiap unit dari kategori tersebut anda dapat menikmati
kenaikan harga dalam jangka waktu yang lama.
Ketika seseorang beternak domba dia akan mendapatkan anak domba secara
terus menerus dari waktu ke waktu, tetapi mereka tidak akan berubah menjadi sapi dan
harga domba mungkin akan tetap. Emas tidak akan berubah menjadi platinum ataupun
bertambah beratnya). Kayu adalah satu satunya investasi yang tumbuh dengan
sendirinya, yang tumbuh secara alami, dan tidak terpengaruh terhadap setiap situasi
ekonomi. Oleh karena itu saham kayu cenderung dalam performa terbaik ketika saham
dan obligasi umumnya mengalami depresi. Dan bahkan harga kayu tidak terlalu
berpengaruh oleh kemerosotan ekonomi dibandingkan kebanyakan aset lainnya.
Berdasarkan perspektif di atas maka usaha pengembangan investasi kayu di KPHP
Tanah Bumbu memiliki prospek yang cerah. Prinsip dasar yang dianut oleh KPHP Tanah
Bumbu dalam pengembangan investasi kayu adalah:
• Investasi kayu harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat sekitar hutan khususnya
dan rakyat Kabupaten Tanah Bumbu secara umum
• Investasi kayu harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari.
• Berdasarkan uraian di atas, maka rencana pengembangan investasi di KPHP Tanah
Bumbu adalah sebagai berikut :

Tabel V-18. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu

Pola
No Blok/Zona Pemanfaatan Produk
Investasi
1. Blok Pemanfaatan air AMDK (Air minum Investor
Pemanfaatan bersih dalam kemasan)
kawasan, Jasa Pemanfaatan Wisata alam Investor
Lingkungan dan Ekowisata
HHBK Pengembangan Carbon trade Investor
REDD
Pemanfaatan HHBK Madu, kayu Kemitraan
manis, kemiri, dengan
bahan baku masyarakat
jamu/obat dan kerjasama
(empon-empon) pemasaran
2. Blok
Pemanfaatan IUPHHK-HTR HHK masyarakat
HHK-HT
3 Blok
Pemanfaatan IUPHHK-HA HHK Investor
HHK-HA

BAB V - RENCANA KEGIATAN 100


BAB VI - PEMBINAAN PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN

Pengendalian, pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi dalam


manajemen untuk menjamin terlaksananya suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan pengendalian, pengawasan dan pembinaan pada bab ini
merupakan rangkaian kegiatan manajemen pengelolaan hutan oleh KPHP, bukan
merupakan bagian manajemen SDM KPHP.

6.1. PENGENDALIAN

Pengendalian adalah semua usaha organisasi yang mencakup metode, prosedur


dan strategi organisasi yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional
organisasi, agar dipatuhinya kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan organisasi.
Untuk menjadikan pengelolaan KPHP Tanah Bumbu berjalan dengan baik sesuai
dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPHP
Tanah Bumbu, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu
dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai
dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen KPHP Tanah Bumbu
sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan
pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi KPHP
Tanah Bumbu.
Pengendalian pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu diwujudkan melalui
kegiatan sebagai berikut :
• Sosialisasi kepada pemegang izin dan mitra KPHP, terkait dengan visi dan misi serta
tujuan pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu, sehingga diperoleh kesamaan
persepsi dan komitmen bersama dalam pengelolaan hutan secara lestari.
• Pemetaan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pemegang izin (IUPHHK-HA/HT/HTR,
IPPKH) dan identifikasi resiko.
• Pengumpulan kebijakan, peraturan/ketentuan, pedoman, petunjuk teknis, petunjuk
pelaksanaan yang berlaku dalam rangka penyusunan Standar Operasional Prosedur
(SOP) untuk setiap jenis pekerjaan/ kegiatan pengelolaan hutan.
Kegiatan pengendalian pengelolaan hutan oleh KPHP dilaksanakan pada awal
periode kegiatan setelah berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi.

BAB VI - PENGENDALIAN 101


6.2. PENGAWASAN

Pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi


untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan. Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah
sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga
dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian
kawasan KPHP Tanah Bumbu serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat.
Disamping sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi
pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan
dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang
tidak tepat.
Kegiatan pengawasan dilakukan pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan oleh
pemegang izin, mitra KPHP atau kelompok masyarakat. Pengawasan dilakukan dengan
membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana dan SOP sesuai dengan jenis
pekerjaan. Pengawasan dilakukan oleh Kepala KPHP maupun oleh staf yang
ditunjuk/ditugaskan oleh Kepala KPHP melalui Surat Keputusan atau Surat Tugas.
Pengawasan dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan, dan dapat dilakukan
bersama-sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan UPT Kementerian LHK sesuai
dengan bidangnya.

6.3. PEMBINAAN
Pembinaan merupakan upaya mengubah sikap (attitude) yang kurang baik ke
arah yang lebih baik secara terus menerus. Pembinaan pengelolaan hutan oleh KPHP
Tanah Bumbu dilaksanakan dengan sasaran pemegang izin pemanfaatan hutan, mitra
dan masyarakat. Kegiatan pembinaan yang akan dilakukan oleh KPHP antara lain meliputi
:
1. Diseminasi kebijakan PHPL kepada para pemegang izin dalam pelaksanaan
kegiatannya. Apabila ditemukan adanya pemegang izin yang tidak melaksanakan
kewajiban dan/atau adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap ketentuan
yang berlaku, Kepala KPHP akan mengusulkan kepada Dinas Kehutanan Provinsi
untuk pemberian sanksi.
2. Penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan, pengelolaan hutan lestari (sustainable forest
manajemen/SFM), keamanan hutan, pengendalian kebakaran hutan dan lahan,
maupun hal lainnya.

BAB VI - PENGENDALIAN 102


3. Peningkatan kapasitas masyarakat, melalui pelatihan, sekolah lapang,
anjangsana, FGD, dan kegiatan lainnya.

Rencana pelaksanaan pembinaan pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu,


adalah sebagai berikut :

Tabel VI-1. Rencana Pembinaan Pengelolaan Hutan KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Sasaran Volume


1. Desiminasi kebijakan Pemegang izin Setiap tahun
(IUPHHK-HA/HT/HTR,
IPPKH)
2. Penyuluhan Kelompok Masyarakat Setiap tahun
(KTH, Koperasi, Karang
Taruna, dll)
3. Pelatihan, sekolah lapang, Kelompok Masyarakat Setiap saat
anjangsana, FGD, dll (KTH, Koperasi, Karang dibutuhkan
Taruna, dll)

BAB VI - PENGENDALIAN 103


BAB VII - PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1. PEMANTAUAN

Dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu pemantauan dan evaluasi kegiatan


merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan tujuan dan target yang ditetapkan. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan dimasudkan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian dan keberhasilan
dari suatu pengelolaan yang dilaksanakan.
Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh
unsur internal KPHP Tanah Bumbu maupun unsur eksternal baik oleh instansi pemerintah
maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan
kawasan dilaksanakan oleh KPHP Tanah Bumbu bersama-sama dengan instansi terkait
dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai mitra. Pemantauan dilaksanakan
dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang
diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi
pengelolaan. Pemantauan dapat dilakukan secara langsung di lapangan maupun secara
tidak langsung melalui administrasi dan laporan.

7.2. EVALUASI

Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP Tanah Bumbu dapat diukur dari
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP Tanah Bumbu semakin menurun.
2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang di
sekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHP Tanah Bumbu dari
gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.
3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya
alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang
memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP Tanah Bumbu yang dimulai dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP Tanah Bumbu sebagai Unit
Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak mitra pendukung.
5. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan Pelaporan merupakan
bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

BAB VII - PEMANTAUAN 104


pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan
seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu
tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya.
Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang
berwenang meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

7.3. PELAPORAN

Pada kegiatan pelaporan, KPHP Tanah Bumbu melaporkan hasil akhir dari seluruh
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala.
Acuan yang digunakan dalam pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur
operasional yang berlaku. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja
KPHP Tanah Bumbu.
Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan,
penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap
penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran, dan Laporan
Tahunan. Seluruh laporan yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala KPH dan
disampaikan kepada Gubernur cq. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan
dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta ditembuskan kepada Bupati Tanah
Bumbu dan Eselon I terkait.
Pelaporan dimaksudkan sebagai sarana penilaian kinerja KPHP atas rencana yang
telah disusun dengan realisasi yang dicapai, sehingga seluruh kegiatan diharapkan dapat
terlaksana.
Tabel VII-1. Rencana Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengelolaan Hutan
KPHP Tanah Bumbu

No Kegiatan Pemantauan Evaluasi Pelaporan


Inventarisasi Berkala Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
1. Wilayah Kelola dan Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
tahun
Penataannya dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
2. Pemanfaatan Hutan Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
semester
dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Pemberdayaan Setiap
3. Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
Masyarakat semester
dan eselon I terkait
Pembinaan dan Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
4. pemantauan pada areal Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
semester
berizin dan eselon I terkait
Penyelenggaraan Setiap Gubernur Cq. Kadisprov,
5. Setiap bulan
rehabilitasi pada areal di semester MenLHK, tembusan Bupati

BAB VII - PEMANTAUAN 105


No Kegiatan Pemantauan Evaluasi Pelaporan
luar izin dan eselon I terkait
Pembinaan dan Gubernur Cq. Kadisprov,
pemantauan pelaksanaan Setiap MenLHK, tembusan Bupati
6. Setiap bulan
rehibilitasi dan reklamasi semester dan eselon I terkait
pada areal berizin
Penyelenggaraan Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
7. perlindungan dan Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
semester
konservasi alam dan eselon I terkait
Koordinasi dan sinergi Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
9. dengan instansi dan Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
semester
stakeholder terkait dan eselon I terkait
Penyediaan dan Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
10. peningkatan kapasitas Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
tahun
SDM dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
11. Penyediaan pendanaan Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
tahun
dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
12. Pengembangan database Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
tahun
dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Rasionalisasi wilayah Setiap
13. Setiap tahun MenLHK, tembusan Bupati
pengelolaan tahun
dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Review rencana Setiap 5
14. Setiap tahun MenLHK, tembusan Bupati
pengelolaan tahun
dan eselon I terkait
Gubernur Cq. Kadisprov,
Setiap
15, Pengembangan investasi Setiap bulan MenLHK, tembusan Bupati
tahun
dan eselon I terkait

BAB VII - PEMANTAUAN 106


BAB VIII - PENUTUP

Rencana pengelolaan jangka panjang KPHP Tanah Bumbu ini merupakan


pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan yang masih bersifat makro dan indikatif.
Karena sifat dan cakupan dari rencana ini, maka untuk selanjutnya masih diperlukan
penjabaran lebih lanjut ke dalam rencana-rencana yang lebih rinci dan cakupan masa
perencanaannya pendek.
Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat dipedomani dengan
baik, diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor pencapaian pelaksanaanya.
Perlu disadari bahwa masa perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan
pemerintah akan terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang
akan datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap
sinkrondengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

BAB VIII - PENUTUP 107


LAMPIRAN

1. Matriks Kegiatan KPHP Unit VI Tanah Bumbu

Peta-Peta:

2. Peta Wilayah Kerja


3. Peta Penutupan Lahan
4. Peta Daerah Aliran Sungai
5. Peta Potensi dan Aksesibilitas
6. Peta Penataan Hutan
7. Peta Penggunaan Lahan
8. Pemanfaatan Hutan
9. Peta Izin Pemanfaatan Hutan
10. Peta IPPKH
11. Peta-peta geofisik
12. Peta Jenis Tanah
13. Peta Iklim
14. Peta Geologi
15. Peta Lahan Kritis
16. Peta Wilayah Tertentu

LAMPIRAN 108
Lampiran 1. Matriks Kegiatan KPHP Unit VI Tanah Bumbu

No. Jenis Kegiatan Blok / Lokasi Rincian Kegiatan Input Output Outcome

I. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutannya


1. Inventarisasi Wilayah kerja pemegang ijin Pengumpulan data Hasil IHMB, survey Buku laporan yang Tersedianya data dan
berkala IUPHHK-HA 8.695 ha, potensi hasil potensi IPPKH, ITSP, berisi data dan informasi informasi sediaan dan
IUPHHK-HT/HTR 124.689 inventarisasi pemegang ITT potensi pada areal kerja riap tegakan pada areal
ha, IPPKH 15.361 ha ijin pemegang ijin kerja setiap pemegang
ijin untuk jangka waktu
Total = 148.745 ha
tertentu
Wilayah open akses (WT + Inventarisasi potensi Hasil inventarisasi Buku laporan yang Tersedianya data dan
Blok Inti + Blok HHK, HHBK dan Jasa potensi pada setiap berisi data dan informasi potensi HHK,
Perlindungan) Lingkungan, IS 0,1% = tutupan lahan yang informasi, rekapitulasi HHBK dan jasa
90 ha, 1 ha/plot = 90 tersebar secara jenis, potensi dan lingkungan di Wilayah
Luas 90.643 ha
plot sampling proposional pada setiap sebaran HHK, HHBK, open akses (WT + Blok
fungsi hutan dan, blok dan jasa lingkungan di Inti + Blok
dan RPH Wilayah open akses Perlindungan)
(WT + Blok Inti + Blok
Perlindungan)
2. Tata batas wilayah Panjang batas wilayah KPHP Penyusunan trayek batas Wilayah KPHP Berita Acara Tata Batas Diperolehnya legalitas
dan fungsi 90 km dan dilanjutkan dengan Wilayah KPHP wilayah pengelolaan
tata batas wilayah KPHP Tanah Bumbu
KPHP, dilaksanakan
oleh BPKH
Wilayah KPHP dengan Penyusunan trayek batas Masing-masing fungsi Berita Acara Tata Batas Diperolehnya legalitas
masing-masing fungsi (HL, dan dilanjutkan dengan hutan pada wilayah Wilayah KPHP untuk wilayah pengelolaan
HPT, HP) tata batas wilayah KPHP masing-masing fungsi KPHP Tanah Bumbu
KPHP, dilaksanakan hutan untuk masing-masing
oleh BPKH fungsi

LAMPIRAN 109
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

3. Penataan Wilayah / Wilayah KPHP Penataan batas RPH Blok Resort/RPH Peta RPH Terbaginya areal KPHP
Areal Kerja menjadi 3 RPH
(Batulicin, Kusan, Satui)
Wilayah KPHP Penataan batas blok dan Kegiatan pada masing- Peta blok dan petak Diperolehnya data dan
petak kerja masing blok dan petak kerja informasi blok dan petak
sebagai baseline
pengelolaan hutan
II. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu
1. Pemanfaatan Kawasan Blok Pemanfaatan Pemanfaatan kawasan Penanaman kayu manis Tanaman kayu manis Terkelolanya hutan oleh
Kawasan hutan oleh masyarakat oleh masyarakat dan kemiri yang dikelola masyarakat melalui
melalui pemberdayaan setempat oleh masyarakat pemanfaatan kawasan
Desa Emil Baru
masyarakat dengan hutan dan meningkatkan
(DAS/RPH Batulicin)
tanaman kayu manis dan kesejahteraan
dan Desa Tamunih
kemiri masyarakat sekitar
(RPH/DAS Kusan)
Blok Pemanfaaatan Pemanfaatan kawasan Bantuan stup lebah dan Budidaya lebah madu Terkelolanya hutan oleh
Kawasan hutan oleh masyarakat tanaman pakan lebah dan produksinya masyarakat melalui
melalui pemberdayaan bagi kelompok pemanfaatan kawasan
(RPH/DAS Kusan dan
masyarakat masyarakat hutan dan meningkatkan
Batulicin)
kesejahteraan
masyarakat sekitar
Blok Pemanfaatan Pemanfaatan kawasan Penananaman tanaman Budidaya tanaman obat Terkelolanya hutan oleh
Kawasan hutan oleh masyarakat obat dengan pola (empon-empon, bahan masyarakat melalui
melalui pemberdayaan agroforestry baku obat/jamu herbal) pemanfaatan kawasan
RPH/DAS Satui, Kusan,
masyarakat oleh masyarakat hutan dan meningkatkan
Batulicin
kesejahteraan
masyarakat sekitar

LAMPIRAN 110
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

2. Pemanfaatan Jasa Blok Pemanfaatan Jasa Identifikasi, penyusunan Potensi jasa lingkungan Buku renstra bisnis jasa Termanfaatkannya jasa
Lingkungan Lingkungan rencana strategis bisnis lingkungan, peta potensi lingkungan oleh investor
jasa lingkungan, jasa lingkungan, media
RPH/DAS Satui, Kusan,
promosi, pembinaan dan promosi, dokumen
Batulicin
monitoring serta fasilitasi
pengembangannya
Blok Pemanfaatan Jasa Identifikasi, penyusunan Potensi ekowisata : Dokumen perencanaan Termanfaatkannya
Lingkungan (Ekowisata) rencana strategis bisnis (desain tapak, lay out), ekowisata oleh investor
Air tejun dan gua
dan wilayah KPHP jasa lingkungan, sarpras ekowisata maupun masyarakat
promosi, pembinaan dan Ekowisata minat khusus melalui kemitraan
RPH/DAS Satui, Kusan,
evaluasi
Batulicin
3. Pemanfaatan Hasil Blok Pemanfaatan HHK Promosi, pembinaan dan Potensi HHK 112,06 IUPHHK, Kemitraan Termanfaatkanya HHK
Hutan Kayu monitoring m3/ha kayu diameter 20 oleh investor maupun
Cm Up masyarakat melalui
kemitraan
III. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Blok Pemberdayaan Pembentukan / Kelompok masyarakat, Lembaga usaha desa, Kesiapan kelompok
Masyarakat masyarakat Penguatan kelembagaan KTH, Karang Taruna, koperasi masyarakat untuk
masyarakat Koperasi bermitra dengan KPHP
RPH/DAS Satui, Kusan,
Batulicin Pelatihan peningkatan Iptek budidaya, Sertifikat Meningkatnya kapasitas
masyarakat pengolahan dan masyarakat
pemasaran produk
Pembangunan model Fasilitasi model usaha Model usaha kehutanan Terkelolanya model
usaha pemanfaatan sesuai potensi dan oleh masyarakat usaha kehutanan oleh
HHBK/Jasling kebutuhan masyarakat kelompok masyarakat

LAMPIRAN 111
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

Pendampingan PKSM, praktisi Laporan pendampingan Terarahnya pengelolaan


masyarakat dalam usaha usaha masyarakat
pemanfaatan
HHBK/Jasling
Fasilitasi sarpras Fasilitasi sarpras Sarpras bagi masyarakat Meningkatnya produk
pengolahan hasil hutan budidaya dan HHBK dan Jasling hasil
pengolahan HHBK/ usaha masyarakat
Jasling sesuai potensi
dan kebutuhan
masyarakat
Promosi dan pemasaran Produk HHBK / Jasling Leaflet, booklet, display, Terpromosinya produk
produk HHBK / jasling yang diusahakan etalase, dll HHBK/Jasling hasil
masyarakat usaha masyarakat
IV. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawaasan Hutan pada Areal yang berijin
Pembinaan dan Blok Kawasan Monitoring pelaksanaan Peraturan perundang- Laporan Kegiatan Terkelolanya hutan alam
pemantauan pemanfaatan hutan alam RKUPHHK, undangan secara lestari oleh
RKTPHHK, produksi, pemegang IUPHHK-HA
RPH/DAS Satui, Kusan,
PNBP
Batulicin
Blok Kawasan Monitoring pelaksanaan Peraturan perundang- Laporan kegiatan Terkelolanya hutan alam
pemanfaatan hutan RKUPHHK, undangan secara lestari oleh
tanaman RKTPHHK, produksi, pemegang IUPHHK-HT
PNBP
RPH/DAS Satui, Kusan,
Batulicin

LAMPIRAN 112
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

Blok Pemberdayaan Pembinaan dan Peraturan perundang- Laporan Kegiatan Terkelolanya hutan alam
Masyarakat (HTR) monitoring pelaksanaan undangan secara lestari oleh
HTR pemegang IUPHHK-
HTR
Blok Pemanfaatan (HD, Pembinaan dan Peraturan perundang- Laporan kegiatan Terkelolanya hutan alam
HKm) monitoring pelaksanaan undangan secara lestari oleh
HD, HKm pemegang HD, HKm
Blok Pemanfaatan Monitoring pelaksanaan Peraturan perundang- Laporan kegiatan Terkelolanya hutan alam
kawasan IPK, PNBP dari IPPKH undangan secara lestari oleh
pemegang IPPKH
V. Rehabilitasi pada Areal Kerja di luar Ijin
Rehabilitasi Lahan Kritis Lahan kritis pada WT Koordinasi dan Data lahan kritis Laporan dan rantek Teridentifikasinya lahan
penyusunan rantek rehabilitasi kritis dan tersusunya
RPH/DAS Satui, Kusan,
rencana rehabilitasi di
Batulicin
wilayah KPHP
Rehabilitasi lahan kritis Rantek rehabilitasi Tanaman rehabilitasi Berkurangnya lahan
dan pemeliharaan kritis dan meningkatnya
tanaman fungsi hutan pada DAS
di wilayah KPHP
VI. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam areal ijin
1. Pembinaan dan Areal kerja IPPKH Monitoring/Evaluasi Peraturan perundang- Laporan kegiatan Meningkatnya fungsi
pemantauan IPPHK, penilaian undangan hutan pada areal berijin
tanaman rehabilitasi

LAMPIRAN 113
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

VII Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam


1. Deliniasi Areal Wilayah KPHP Deliniasi areal Peraturan perundang- Data dan informasi, Peta Terlindunginya
Perlindungan Setempat perlindungan setempat undangan areal perlindungan sumberdaya alam di
(sempadan sungai, setempat wilayah KPHP
danau, jalan, dll)
2. Perlindungan dan Wilayah KPHP Pemasangan rambu Peraturan perundang- Rambu peringatan dan Terlindunginya flora dan
pengawetan flora dan peringatan, larangan, undangan papan larangan di fauna dilindungi di
fauna yang dilindungo penyuluhan dan wilayah KPHP, laporan wilayah KPHP
patroli/operasi yustisi kegiatan
3. Konservasi HCVF Blok Inti, Blok Identifikasi, pengelolaan Peraturan perundang- Laporan kegiatan Terkelola dan
Perlindungan dan monitoring areal undangan, prinsip terpantaunya HCVF di
HCVF konservasi wilayah KPHP
4. Pengamanan Hutan Wilayah KPHP Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan personil Jumlah dan kompetensi Terjaminnya keamanan
dan Peningkatan (jumlah dan kompetensi personil Polhut yang sumberdaya hutan di
kapasitas polhut personil) memadai wilayah KPHP
Pengamanan partisipatif Regu pengamanan Laporan kegiatan
bersama masyarakat masyarakat, MMP
Patroli/operasi gabungan Polhut, PPNS, Laporan kegiatan
Kepolisian, kejaksaan,
dll
5. Pengendalian Kebakaran Wilayah KPHP Pembentukan Anggota masyarakat 1 regu Brigdalkarhutla Terjaminnya wilayah
Hutan Brigdalkarhutla (regu KPHP dari ancaman
pengaman) kebakaran hutan dan
meningkatnya kesehatan
Pelatihan masyarakat Teknik dalkarhutla Sertifikat pelatihan
masyarakat

LAMPIRAN 114
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

Posko siaga dalkarhutla Dalkarhutla, Sipongi Laporan kegiatan


dan monnitoring hotspot
VIII Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin
Koordinasi dan Wilayah KPHP Sosialisasi, Koordinasi Visi dan misi KPHP, Laporan kegiatan Diperolehnya kesamaan
sinkronisasi dan sinkroniasi rencana rencana kerja pemegang persepsi dan pengelolaan
kegiatan antar KPHP dan ijin, pengamanan hutan, hutan di wilayah KPHP
pemegang ijin, serta dalkarhutla, yang sinergi
sesama pemegang ijin pemberdayaan
masyarakat/kemitraan,
CSR
IX Koordinasi dan Sinergi dengan instansi dan stakeholder
Koordinasi antar instansi - Koordinasi antar instansi Rencana kerja KPHP, Laporan kegiatan Terjalinnya koordinasi
tupoksi dan kewenangan dan komunikasi yang
instansi baik antar instansi
Kelembagaan kolaboratif - Pembentukan Forum Rencana pengelolaan Laporan kegiatan Terkelolanya
Pembangunan KPHP dan pengembangan sumberdaya hutan secara
wilayah, usaha kolaboratif secara lestari
masyarakat dan resolusi
konflik SDA
X Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
Peningkatan Kapasitas - Peningkatan kapasitas Analisa kebutuhan Rencana peningkatan Terpenuhinya SDM
SDM KPHP SDM berdasarkan personil dan kompetensi kapasitas SDM, sertifikat KPHP yang berkualitas
pemetaan kompetensi, kompetensi, laporan
tugas/ijin belajar, kegiatan
pelatihan, study banding,
magang

LAMPIRAN 115
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

XI Penyediaan Pendanaan
Penyediaan pendanaan - Penyusunan proposal Rencana kerja KPHP Proposal kegiatan Terpenuhinya pendanaan
dan penggalangan dana dan fasilitasi kegiatan
KPHP sesuai dengan
Perencanaan program Rencana dan program MoU kegiatan rencana kerja
bersama KPHP swakelola, hibah, dll
XII Pengembangan Database
Pengembangan database - Pembangunan sistem Database SDA, SDM Sistem database Terbangunnya sistem
database berbasis spasial dan sarpras KPHP database yang akurat
Pelatihan operator SDM KPHP Sertifikat pelatihan
database
Updating dan verifikasi Data dan operator Informasi
data
XIII Rasionalisasi Wilayah Kelola
Rasionalisasi wilayah - Penilaian aspek teknis Data dan informasi Hasil rasionalisasi, Tersusunya wilayah
kelola dan non teknis, wilayah dan rekomendasi review kelola KPHP yang
pembahasan dan perubahannya RPHJP rasional
penyusunan rasionalisasi
wilayah
XIV Review Rencana Pengelolaan
Review RPHJP - Updating data, analisa Hasil evaluasi, data dan Hasil review RPHJP Tersusunnya rencana
teknis dan non teknis, informasi wilayah pengelolaan yang akurat
penyusunan review peraturan perundangan sesuai dengan kondisi
perubahan

LAMPIRAN 116
No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

VX Pengembangan Investasi
Pengembangan investasi Blok Pemanfaatan Pemanfaatan air bersih Sumber daya air AMDK (air minum Meningkatnya
HHBK/ Jasa Lingkungan Kawasan dalam kemasan) produktifitas wilayah
hutan dan
Pemanfaatan ekowisata Potensi ekowisata Jasa wisata berkembangnya multi
Pemanfaatan jasa Potensi penyimpanan Pengembangan REDD / usaha kehutanan di
lingkungan dan penyerapan karbon carbon trade wilayah KPHP
Pemanfaatan HHBK Potensi madu, kayu Produk usaha
melalui Kemitraan manis, kemiri, empon- masyarakat
dengan masyarakat dan empon
kerjasama pemasaran
Blok Pemanfaatan HHK- IUPHHK-HTR Potensi HHK IUPHHK-HTR
HT
Blok Pemanfaatan HHK- IUPHHK-HA Potensi HHK IUPHHK-HA
HA

LAMPIRAN 117

Anda mungkin juga menyukai