Anda di halaman 1dari 38

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN


UPT - DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN


JANGKA PENDEK
TAHUN 2016
SAROLANGUN, OKTOBER 2015

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK


KPHP LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN
PROVINSI JAMBI
TAHUN 2016

Disusun Oleh:
Kepala KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun

MISRIADI, SP.M.Sc
NIP. 19790426 200312 1 003

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
ii
Gambar 1. Peta Areal Kerja KPHP Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun, Jambi

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Hutan di dalam kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Unit VII-Hulu Sarolangun yang berada di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
telah mengalami banyak persoalan yang terkait dengan pengelolaannya.
Kebakaran Hutan, perambahan hutan, dan pembalakan liar masih terus menjadi
tantangan hingga saat ini. Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi
memerlukan model dan strategi pengelolaan yang tepat dan efektif.
Dibentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VII-Hulu
Sarolangun merupakan aksi nyata di dalam upaya mempercepat penyelesaian
masalah hutan dan konflik yang ada di dalamnya. Hadirnya lembaga ini dalam
kerangka memastikan hadirnya negara dalam pengelolaan hutan di tingkat
tapak/lapangan. Pembagian peran antara institusi pengurusan hutan (Dinas
Perkebunan dan Kehutanan) dan institusi pengelolaan hutan (KPH) diharapkan
dapat memperkuat efektifitas dan efisiensi kegiatan di bidang kehutanan. Dengan
cara ini, arah menuju pengelolaan hutan yang lestari (sustainable forest
management) lebih jelas dan mudah di ukur.
Salah satu bagian awal dari penyiapan pengelolaan kawasan hutan
adalah penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan baik jangka panjang (10 tahun)
maupun jangka pendek (tahunan). Penyusunan rencana pengelolaan jangka
pendek diperlukan untuk menjadi acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam
bentuk unit-unit pengelolaan hutan (KPH) yang akan mengelola hutan secara
terintegrasi melalui kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin
keberlangsungan fungsinya sebagaimana yang dimandatkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan SK Menhut No. SK. 714/Menhut-II/2011, KPHP Limau Unit
VII-Hulu Sarolangun seluas ±121.102 ha. Areal yang berhutan masih mencapai
60%. Tanaman budidaya yang mencakup pertanian campuran, kebun karet
masyarakat sudah mencapai lebih dari 10 % dari luas total. Kedepan tekanan
dan gangguan terhadap kawasan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun
Sarolangun akan semakin tinggi sejalan dengan semakin luas dan banyaknya
potensi aktivitas illegal di dalam kawasan areal KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun.
KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun memiliki ragam bentuk
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Dalam pemanfaatan hutan, saat
ini ada dua perusahaan pemegang ijin usaha pemanfaatan kawasan hutan
(IUPHHK-HT) dan satu ijin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH), kedepan juga
memungkinkan ada beberapa perusahaan atau lembaga yang mengajukan
proses perijinan.
Wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun secara ekologis ke depan
diproyeksikan akan mengalami tekanan ke arah deforestasi dan degradasi
karena aktivitas illegal seperti perambahan hutan dan pembalakan liar. Eksistensi
kawasan ini juga akan mengalami tekanan kerusakan yang dapat diakibatkan
oleh konversi lahan menjadi lokasi pemukiman dan pertambangan. Untuk itu
penanganan masalah ini secara terpadu dan komprhensif sangatlah diperlukan.
Secara ekonomi, adanya akses yang mudah dan banyaknya kegiatan
usaha yang berkembang di sekiar KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun akan
memberikan multiplier effect yang cukup positif.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
iv
Ada 52 desa yang terletak di sekitar kawasan hutan KPHP Limau Unit
VII-Hulu Sarolangun. Secara sosial budaya, masyarakat di desa-desa ini
umumnya masih memegang teguh nilai-nilai adat. Ketergantungan dan tingkat
kepentingan terhadap kawasan hutan masih tinggi. Ke depan, tekanan terhadap
penguasaan terhadap lahan yang berada di dalam kawasan oleh masyarakat
akan terus terjadi sejalan dengan perluasan ijin konsesi oleh perusahaan.
Dengan demikian akan ada peningkatan potensi terjadinya konflik sosial.
Terhadap pengusahaan lahan di dalam kawasan KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun perlu diarahkan pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
(PHBM) dengan berbagai skema seperti Hutan Adat, Hutan Tanaman, Hutan
Desa. Perluasan kesempatan dan akses masyarakat lokal dalam pemanfaatan
kawasan hutan yang ada disekitarnya akan mampu meminimalkan konflik sosial
yang mungkin terjadi. Kondisi ini pada masa depan akan menjadi pemungkin dan
turut menjamin pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Berdasarkan arah, tujuan dan sasaran pembangunan provinsi dan
kabupaten serta memperhatikan kondisi, potensi dan permasalahan di dalamnya
maka Rencana pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun yang utama
adalah optimalisasi akses semua pihak termasuk masyarakat sekitar kawasan
KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sebagai salah satu jalan bagi resolusi
konflik sumberdaya hutan demi tercapainya pengelolaan berkelanjutan. Visinya
adalah “Hutan Lestari KPHP Mandiri”. Sedangkan misi yang akan dijalankan
adalah Mendukung peningkatan kontribusi pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan terhadap kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah,
Menjamin kelestarian fungsi ekologis hutan sekaligus sebagai zona lindung dan
penyangga wilayah bawah Kabupaten Sarolangun, Membangun kelembagaan
pengelolaan kawasan hutan berbasis bisnis yang kokoh dan kuat, Meningkatkan
peluang partisipasi para pihak terutama masyarakat setempat dalam mengakses
sumber daya hutan dalam berbagai skema pengelolaan, Mempertahankan nilai-
nilai adat sebagai warisan dalam upaya mempertahankan dan melestarikan
hutan, Menjadikan kawasan KPHP sebagai salah satu sentra research
(penelitian) ekosistem hutan tropis di Provinsi Jambi.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
v
KATA PENGANTAR
“Barang siapa merawat pohon sampai tegak dan berbuah, maka setiap kali ada yang memakan
dari buahnya terhitung sedekah baginya disisi Allah” (H.R. Ahmad)

Tiada kata yang paling indah hamba ungkapkan kehadirat Allah SWT,
selain puji syukur atas karunia nikmat kesehatan, kesempatan yang dicurahkan
kepada hamba yang sangat naif ini, sehingga dapat menyelesaikan tugas Kertas
Kerja Perorangan Rencana Aksi (KKPRA) dengan judul ”Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Pendek (RPHJP) KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun
2016”. KKPRA ini disusun dengan suatu argumentasi bahwa masalah
pengelolaan sumber daya hutan memerlukan kajian yang komprehensif,
mendalam dan holistik, karena hal ini berkaitan dengan keberlanjutan
penggunaannya didalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia serta terjaga keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu,
rencana pengelolaan hutan harus dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
KKPRA ini ditulis untuk melengkapi persyaratan dan penyelesaian Diklat
KKPH Angkatan V Tahun 2015 Pusat Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan -
Bogor.
Ditengah kelegaan tuntasnya penulisan RPHJ-Pendek ini, penulis
menyadari bahwa itu semua tidak terlepas dari dari dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ir. Waldemar Hasiholan, M.Si, selaku WI pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan arahan dan bimbingan serta wawasan kepada
penulis hingga penyusunan KKPRA ini dapat diselesaikan.
2. Seluruh WI Pusdiklat LH&K Bogor yang telah mengajarkan berbagai ilmu
tentang pengelolaan hutan.
3. Pengelola Diklat beserta jajarannya yang memberikan kemudahan dan
fasilitas selama mengikuti Diklat.
4. Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun, atas
rekomendasi dan dukungan serta bantuan informasi baik selama mengikuti
pendidikan dan untuk kesuksesan penulis.
5. Seluruh rekan-rekan peserta diklat KKPH Angkat V Tahun 2015 atas bantuan,
kerjasama, dan persahabatannya selama pendidikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
per-satu.
Akhirnya, ditengah berbagai kekurangan dan kelemahan dalam penulisan
KKPRA ini, penulis juga menyadari akan perlunya kritik, saran dan masukan
yang bersifat membangun. Karenanya, penulis berharap semoga KKPRA ini
dapat memberi khasanah ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pengelolaan
hutan pada KPH Indonesia pada umumnya, khususnya KPHP Limau Unit VII-
Hulu Sarolangun.
Sarolangun, Oktober 2015

MISRIADI, SP.M.Sc

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
vi
Hal.
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................. ii
PETA SITUASI............................................................................................................. iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1


1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..............................................................................2
1.3 Sasaran................................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup .....................................................................................3
1.5 Batasan Pengertian ............................................................................4

BAB II ANALISIS DAN PROYEKSI ..........................................................................9


2.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek..................9
2.2 Identifikasi Potensi dan Pemetaan Konflik di Wilayah Kerja KPHP.......9
2.3 Pengamanan Hutan ...........................................................................10
2.4 Pengendalian Kebakaran Hutan.........................................................12
2.5 Bimbingan Teknis Pengolahan Hutan.................................................13
2.6 Inventarisasi HHK dan HHBK............................................................. 14
2.7 Penyusunan Rencana Strategis (Bisnis Plan) ....................................15
2.8 Bisnis Plan Rumah Madu dan Kepayang ...........................................17

BAB III RENCANA KEGIATAN................................................................................18


3.1 Deskripsi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Wilayah KPHP
Limau Unit VII-Hulu Sarolangun .........................................................18
3.2 Rencana Kegiatan Tahun 2016..........................................................18

BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN...........................................20

BAB V PENUTUP ...................................................................................................22

LAMPIRAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
vii
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Limau Unit VII-Hulu Sarolangun
Tahun 2016 berdasarkan alokasi dana yang bersumber dari APBN ............... 18

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016 viii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Peta Areal Kerja KPHP Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun, Jambi.......... iii

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
ix
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.
Lampiran 1. Survey HCVF untuk Identifikasi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan
Bukan Kayu dan Sosialisasi HCVF di Wilayah KPHP Limau bersama
Flora Fauna International......................................................................... 23
Lampiran 2. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan ....................... 23
Lampiran 3. Perekrutan Tenaga Kontrak Pengamanan Hutan KPHP Limau Unit
VII-Hulu Sarolangun dari BP2HP Wilayah IV Jambi ................................. 23
Lampiran 4. Sosialisasi KPHP di Tingkat Desa pada Kecamatan Batang Asai,
Limun dan Cermin Nan Gedang .............................................................. 24
Lampiran 5. Bisnis Minyak Kepayang.......................................................................... 24
Lampiran 6. Bisnis Madu Sialang ................................................................................ 24
Lampiran 7. Penyuluhan Pengamanan Hutan ............................................................. 25
Lampiran 8. Bimbingan Teknis .................................................................................... 25

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 tetang penetapan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP) Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 ha terdiri
dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ± 981.530 ha, HPT dengan luas
±301.922.
Dari Keputusan Menhut tersebut, di Kabupaten Sarolangun terdapat dua
KPH yaitu KPHP Unit VII dan KPHP Unit VIII. Selanjutnya KPHP (Unit VII) telah
ditetapkan sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut Nomor SK. 714/Menhut-
II/2011 tanggal 19 Desember 2011 dengan luas ± 121.102 ha, terdiri dari Hutan
Lindung 54.793 ha, Hutan Produksi Tetap 22.502 ha dan Hutan Produksi
43.807 ha. Secara administratif, KPHP Unit VII-Hulu terletak di Kabupaten
Sarolangun. Kawasannya terdiri dari beberapa kelompok hutan produksi yaitu HP
Batang Asai, HP Sungai Kutur dan HL Hulu Landai Bukit Pale.
Kondisi kawasan hutan KPHP Unit VII-Hulu menghadapi banyak
persoalan. Di tingkat lapangan terjadi perambahan baik untuk pemukiman
maupun usaha perkebunan masyarakat. Adanya tumpang tindih antara ijin usaha
perkebunan dan kawasan KPHP Unit VII-Hulu belum terselesaikan. Berakhirnya
ijin atau dicabutnya beberapa konsesi pemanfaatan hasil hutan kayu satu dekade
yang lalu telah mengakibatkan kian tingginya tekanan terhadap kerusakan hutan
di areal KPHP Unit VII-Hulu. Ketiadaan pengelola kawasan hutan di tingkat tapak
telah membuat kawasan hutan semakin “open access”.
Menilik tantangan yang dihadapi maka pada tingkat lapangan diperlukan
perencanaan pengelolaan hutan yang baik. Perencanaan pengelolaan KPHP
memerlukan kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur
organisasi dan aspek finansial untuk menyiapkan kondisi pemungkin
pelaksanaan agar dapat dimonitor, dilaporkan dan diverifikasi dalam suatu basis
unit-unit kelestarian yang permanen.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
1
Dengan adanya rencana pengelolaan jangka pendek yang mantap maka
akan memudahkan penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek yang lebih
terukur. Memperhatikan kondisi kawasan hutan KPHP Unit VII-Hulu, perlu segera
disusun dokumen perencanaan yang mampu mencerminkan kondisi saat ini dan
gambaran kawasan hutannya dalam dasa warsa kedepan. Rencana pengelolaan
jangka pendek 10 (sepuluh) tahun bersifat komprehensif dan indikatif yang
menjadi acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek dan
rencana-rencana teknis yang lebih operasional di tingkat lapangan.
Dalam kerangka inilah dokumen Rencana Pengelolaan KPH Model Unit
VII – Hulu disusun sebagai acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk
unit-unit pengelolaan hutan yang akan mengelola hutan secara terintegrasi
melalui kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan
fungsinya (Sustainable forest management) sebagimana yang dimandatkan
dalam peraturan perundangan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Rencana pengelolaan hutan jangka pendek ini merupakan penjabaran dari
rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun (2014-2023) dengan memuat beberapa kegiatan konstruktif yang
perlu dilaksanakan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sepanjang tahun
2016 dengan senantiasa memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan aspek
sosial budaya.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek untuk
menciptakan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari yang terencana pada
setiap blok-blok pengelolaan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun
sehingga proses pembangunan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dapat
berjalan secara sistematis dan terarah menuju pencapaian target pembangunan
KPH.
Adapaun tujuan penyusunan dokumen RPHJ-Pd KPHP Unit VII-Hulu
adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan hutan yang memberikan
manfaat sosial, ekonomi, dan ekologi yang berkelanjutan melalui pengelolaan
kawasan dan seluruh potensinya secara komprehensif.
2. Mewujudkan suatu rencana pengelolaan hutan yang mempertimbangkan dan
memperhatikan potensi dan kekhasan KPHP Unit VII-Hulu
3. Mewujudkan Pengelolaan hutan yang efektif dan efisien

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
2
4. Menjamin terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan yang optimal
5. untuk menjadi acuan bagi rencana pengelolaan jangka pendek dan rencana-
rencana teknis pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan KPHP Unit VII-
Hulu di tingkat tapak.
6. Menjadi acuan unutk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
7. Memudahkan dalam pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

1.3. Sasaran
Tersusunnya rencana pengelolaan KPHP Model Unit VII-Hulu, yang
mencakup kawasan hutan produksi seluas 121.102 ha yang terdiri dari kelompok
HP Batang Asai, HP Sungai Kutur dan HL Hulu Landai Bukit Pale.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek
meliputi aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya, yang datanya diperoleh dari
data informasi hasil inventarisasi hutan dan penataan hutan serta sumber data
lainnya, baik data primer ataupun data sekunder.
Unsur-unsur materi yang disusun mengacu pada Peraturan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHP Unit VII-Hulu meliputi:
1. Pendahuluan;
2. Deskripsi kawasan yanbg didalamnya terdapat informasi risalah wilayah KPH,
potensi wilayah KPH, data informasi sosial budaya, serta data informasi
perijinan yang telah ada;
3. Visi dan Misi dalam Pengelolaan hutan;
4. Analisis dan proyeksi, yang memuat analisa data dan informasi yang saat ini
tersedia baik primer maupun sekunder serta proyeksi kondisi wilayah KPH
dimasa yang akan datang;
5. Rencana kegiatan, yang memuat rencana kegiatan strategis selama jangka
waktu pengelolaan antara lain: inventarisasi berkala wilayah kelola serta
penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu,

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
3
pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan (controlling) pada
areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan
hutan dan penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin;
6. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutannya, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi
alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin,
koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, penyediaan
dan peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan
data base, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan dan
pengembangan investasi;
7. Selain itu dalam dokumen ini juga memuat yang terkait dengan pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian serta pemantauan evaluasi dan pelaporan.

1.5. Batasan Pengertian


1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
(UU 41 tahun 1999).
3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, yang
dalam pelaksanaannya memperhatikan hak-hak masyarakat setempat, yang
lahir karena kesejarahannya dan keadaan hutan. Tata hutan mencakup
kegiatan pengelompokan hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi
yang terkandung di dalamnya, dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. Tata hutan meliputi
pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe,
fungsi dan rencana pemanfaatan hutan. Blok-blok dibagi pada petak-petak
berdasarkan intensitas dan efisiensi pengelolaan. Berdasarkan blok dan
petak disusun rencana pengelolaan hutan untuk jangka waktu tertentu.
4. Areal tertentu adalah suatu areal tertentu, dalam kawasan hutan produksi,
kawasan hutan lindung, dan/atau kawasan hutan konservasi dapat ditetapkan
sebagai hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan adat, atau kawasan untuk

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
4
tujuan khusus, sehingga keeradaannya tidak lepas dari prinsip pengelolaan
hutan lestari.
5. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya
sehingga pemerintah perlu menugaskan Kepala KPH untuk
memanfaatkannya.
6. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya
secara lengkap.
7. Blok adalah bagian wilayah KPHP Unit VII-Hulu yang dibuat relatif permanen
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
8. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakukan pengelolaan atau silvikultur
yang sama.
9. Anak Petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh
sebab tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan
yang khusus.
10. Pengurusan Hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan yaitu perencanaan
kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan pendidikan dan
latihan serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan (UU 41 tahun 1999)
11. Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan inventarisasi hutan, pengukuhan
kawasan hutan, penatagunaan, kawasan hutan, pembentukan wilayah
pengelolaan hutan dan penyusunan rencana kehutanan.
12. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan
kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan dan
konservasi alam.
13. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan
kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan
adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
5
14. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.
15. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan,
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
16. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.
17. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
18. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh
pemisah topografi berupa punggung bukit atau gunung yang berfungsi
menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air lainnya,
menyimpan serta mengalirkannya ke danau atau laut secara alami.
19. Unit pengelolaan hutan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari, seperti KPHP Unit VII-Hulu . Unit pengelolaan hutan merupakan
kesatuan pengeloalan hutan terkecil pada hamparan lahan hutan sebagai
wadah kegiatan pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
20. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien
dan lestari.
21. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat
tapak.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
6
22. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
kawasan hutan produksi. KPHP merupakan kesatuan pengelolaan yang
fungsi pokoknya merupakan hutan produksi.
23. KPHP Unit VII-Hulu merupakan suatu hamparan lahan hutan yang secara
geografis terpusat (tidak terpencar-pencar) yang terdiri dari satu atau lebih
tipe tegakan, mengandung atau akan ditanami tumbuhan pohon (vegetasi)
berada dalam satu kesatuan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan berbentuk
kesatuan kepemilikan dan/atau kesatuan perencanaan pengelolaan hutan
untuk keperluan menerapkan suatu preskripsi manajeman hutan dengan
tujuan pengusahaan hutan lestari.
24. Para pihak adalah pengelola KPHP Unit VII-Hulu, perwakilan pemerintah
yang berwenang, serta perwakilan masyarakat penerima manfaat dan
dampak pengelolaan KPHP Unit VII-Hulu. Partisipasi parapihak dapat berupa
penyampaian informasi sebagai bentuk penyampaian informasi paling
rendah, sampai dengan keterlibatan parapihak pada setiap tahapan proses
penyusunan rencana pengelolaan.
25. Tata batas dalam wilayah KPHP Unit VII-Hulu adalah melakukan penataan
batas dalam wilayah kelola KPHP Unit VII-Hulu berdasarkan pembagian blok
dan petak.
26. Pemberdayaan masyarakat setempat merupakan kewajiban Pemerintah,
Provinsi Jambi, kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi tanggung
jawab Kepala KPHP Unit VII-Hulu. Kewajiban pelaksanaan pemberdayaan
meliputi pendampingan penyusunan rencana pengelolaan areal
pemberdayaan masyarakat, serta penguatan kapasitas atau kelembagaan.
27. Rencana pengelolaan hutan adalah konfigurasi peta situasi, visi misi, tujuan
dan sasaran yang dijabarkan ke dalam resep atau arah manajemen strategi
yang terpadu yang menyangkut kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan,
kelola pasar, kelola konservasi dan kelola rehabilitasi-restorasi dalam
kerangka pencapaian fungsi ekonomi lingkungan dan sosial yang optimal.
28. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah Rencana
Pengelolaan hutan pada tingkat strategi berjangka waktu 10 tahun atau
seluruh jangka benah pembangunan KPH

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
7
29. Rencana pengelolaan Jangka pendek adalah rencana pengelolaan hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat keiatan operasional berbasis petak
dan/atau zona dan/atau blok.
30. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
31. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
32. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekositemnya.
33. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
34. Hasil Hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta
jasa yang berasal dari hutan.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
8
BAB II
ANALISIS DAN PROYEKSI
2.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek
Berdasarkan Permenhut Nomor P.06/Menhut-II/2010 tentang Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),
maka salah satu tugas dan fungsi KPH adalah menyusun rencana pengelolaan
hutan agar pembentukan dapat memenuhi target yang ditetapkan sekaligus
menjadi pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan bagi KPH.
Saat ini, KPHP Limau telah memiliki Rencana Pengelolaan Hutan Jangka
Panjang (RPHJP) selama sepuluh tahun ke depan (2014-2023) yang telah
disahkan pada tanggal 29 Januari 2014. Sebagai penjabaran dari RPHJP, maka
KPHP Limau harus menyusun rencana pengelolaan hutan jangka pendek
dengan memuat beberapa kegiatan konstruktif yang perlu dilaksanakan oleh
KPHP Limau setiap tahunnya dengan senantiasa memperhatikan aspek
Ekonomi, ekologi dan aspek sosial budaya.
Dalam rangka menuju pengelolaan hutan maka perlu dibuat perencanaan
untuk menjalankan roda pembangunan KPH. Perencanaan pengelolaan KPHP
memerlukan kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur
organisasi dan aspek finansial untuk menyiapkan kondisi pelaksanaan agar
dapat dimonitor, dilaporkan dan diverifikasi dalam suatu basis unit-unit
kelestarian yang permanen.
Selain itu penyusunan RPHJ-Pd dapat mempermudah pengelolaa KPHP
dalam melaksanakan tugas dan fungsi pokok organisasi KPH tersebut. Selain itu
dapat mempercepat pembangunan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun.
Adapun kegiatan dalam penyusunan RPHJ-Pd tersebut adalah Rapat Koordinasi
Tim Ahli dan KPHP, Rapat Pembahasan Draft RPHJ-Pd Fasilitasi Operasional
KPHP.

2.2 Identifikasi Potensi dan Pemetaan Konflik di Wilayah Kerja KPHP


Merujuk pada Penetapan Wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri
Kehutanan melalui SK. Menhut Nomor SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10
Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah Provinsi Jambi meliputi area dengan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
9
luas ± 1.458.934 ha terdiri dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ±
981.530 ha, HPT dengan luas ±301.922. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP
Model Limau Unit VII-Hulu yang secara geografis terletak 102°46'12" sampai
dengan 103°15’36" Bujur Timur dan 02°45’00" sampai dengan 03°16'48" Lintang
Selatan. KPHP Limau Unit VII-Hulu Unit VII di Kabupaten Sarolangun telah
ditetapkan sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut Nomor SK. 714/Menhut-
II/2011 tanggal 19 Desember 2011 dengan luas ± 121.102 ha, terdiri dari Hutan
Lindung seluas 54.793 ha, Hutan Produksi Tetap seluas 22.502 ha, dan Hutan
Produksi seluas 43.807 ha.
Untuk mempercepat pengelolaan hutan maka diperlukan rencana kegiatan
dalam konteks identifikasi potensi konflik di areal KPHP Limau Unit VII Hulu
Sarolangun. Adapun kegiatan tersebut adalah Identifikasi pemetaan potensi
rawan konflik, Inhouse trainning GIS dan Drone, Fasilitasi Penanganan Konflik
pada Areal Hutan Produksi.
Dengan demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun tersebut
diharapkan dapat mengetahui peta dan potensi konflik serta resolusinya yang
terjadi di areal KPHP Unit VII Hulu Sarolangun.

2.3 Pengamanan Hutan


Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan Pengamanan Hutan terdiri dari :
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
b. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH;
c. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
d. UU No.18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
e. PP No. 45 Tahun 2004 jo PP No. 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Hutan
f. PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
g. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
h. Permenhut No. : P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan
Merujuk pada Penetapan Wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
10
Kehutanan melalui SK. Menhut Nomor SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10
Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah Provinsi Jambi meliputi area dengan
luas ± 1.458.934 ha terdiri dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ±
981.530 ha, HPT dengan luas ±301.922. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP
Model Unit VII-Hulu yang secara geografis terletak 102°46'12" sampai dengan
103°15’36" Bujur Timur dan 02°45’00" sampai dengan 03°16'48" Lintang Selatan
dengan luas ±121.102 Ha.
Pengamanan hutan adalah upaya untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit.
Sesuai peraturan perundang-undangan yang ada salah satu tugas pokok dan
fungsi Organisasi KPH adalah menyelenggarakan pengelolaan hutan yang
meliputi salah satunya adalah perlindungan hutan dan konservasi alam. Untuk
mendukung tugas dan fungsi KPH tersebut di atas, maka perlu disusun rencana
kegiatan dalam konteks Pengamanan Hutan. Kegiatan tersebut dapat di bagi
menjadi 3 (tiga) kegiatan yaitu patroli rutin pengamanan KPHP, penyuluhan
pengamanan wilayah KPHP dan pembinaan masyarakat pencinta hutan. Dengan
demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun tersebut diharapkan dapat
memicu mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan dan dapat
menyejahterakan masyarakat di sekitar hutan.
Mengenai jumlah tenaga pengamanan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun telah ada sebanyak 10 (sepuluh) orang yang berasal dari
masyarakat sekitar wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Tenaga
Pengamanan Hutan ini merupakan tenaga kontrak yang diseleksi dari pihak
KPHP dan BP2HP Wilayah IV Jambi.
Dalam pengamanan hutan terdapat aspek yang perlu dilengkapi seperti
aspek pengadaan sarana dan prasarana perlu ditingkatkan seperti POS
pengamanan dan kendaraan patroli. Hal ini penting karena dapat mencegah
pengrusakan hutan (pencurian, perambahan dan pengrusakan hutan lainnya).
Di samping itu, dari tahun ke tahun permasalahan tenurial/sertifikat diatas
kawasan hutan merupakan salah satu masalah yang sering di hadapi dalam
kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan. Kondisi tenurial yang ada di
suatu lokasi merupakan suatu fakta sosial yang melibatkan banyak aktor dengan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
11
kepentingan, perspektif filosofis, keinginan, kebutuhan, dan kekuasaan masing-
masing. Tenurial sebagai fakta sosial terjalin dengan sistem budaya dan sistem
sosial yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga perlu adanya patroli rutin
pengamanan KPHP, penyuluhan pengamanan wilayah KPHP dan pembinaan
masyarakat pencinta hutan.

2.4 Pengendalian Kebakaran Hutan


Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
b. Undang-Undang Nomor 24 pasal 26 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana;
c. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH;
d. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
e. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal
69 setiap orang dilarang membuka lahan dengan cara membakar;
f. UU No.18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan;
g. PP No. 45 Tahun 2004 jo PP No. 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Hutan;
h. PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
i. PP No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran
Lahan dan Hutan;
j. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
k. Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 2011 tentang Peningkatan
Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan;
l. Permenhut No. : P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan;
m. Permenhut No. 12 Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Lahan
dan Hutan.
Pengendalian Kebakaran Hutan adalah salah satu kegiatan dari
pengamanan hutan. Pengendalian Kebakaran Hutan ini terdiri dari pencegahan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
12
kebakaran hutan, pemadaman kebakaran hutan dan paska kebakaran hutan.
Kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan ini bertujuan untuk menurunkan
hotspot, menurunkan luas kebakaran dan diharapkan tidak terjadinya kebakaran
hutan di tahun 2016.
Pada Rencana Pengelolaan Jangka Pendek KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun tahun 2016, kegiatan pengendalian kebakaran hutan terdiri dari
3 (tiga) kegiatan, yaitu: pencegahan kebakaran hutan, fasilitasi pembentukan
brigdalkarhut, sarana dan prasarana Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan. Dengan demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun
tersebut diharapkan dapat memicu mencegah dan membatasi kerusakan
kawasan hutan dan dapat menyejahterakan masyarakat di sekitar hutan.

2.5 Bimbingan Teknis Pengelolaan Hutan


Bimbingan teknis (Bimtek) merupakan suatu kegiatan yang dimaksud
untukmemberikan bantuan yang biasanya berupa tuntunan dan nasihat untuk
menyelesaikan persoalan/masalah yang bersifat teknis. Dasar Hukum Tugas
Fungsi/Kebijakannya:

a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;


b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor SK.557/Menhut-II/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,
Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan;
f. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan;
g. Permenhut P.46/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknis Bidang
Kehutanan pada KPHL dan KPHP.
Pada RPHJ-Pd ini bimbingan teknis pengelolaan hutan terdiri dari

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
13
kegiatan monitoring kinerja usaha hutan produksi dan peningkatan Sumber Daya
Manusia.

2.6 Inventarisasi HHK dan HHBK


Kegiatan inventarisasi secara berkala diarahkan untuk hal-hal sebagai
berikut:
a. Inventarisasi potensi kayu
b. Inventarisasi potensi hasil hutan non kayu
c. Inventarisasi satwa
d. Inventarisasi potensi jasa lingkungan
e. Inventarisasi kondisi sosial ekonomi masyarakat
Kegiatan inventarisasi yang dilakukan secara berkala difokuskan kepada
potensi kayu dan potensi hasi hutan non kayu tetapi inventarisasi satwa, potensi
jasa lingkungan, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat harus tetap diinventari.
Dilakukan inventarisasi hutan di wilayah yang belum dibebani izin. Untuk wilayah
yang telah dibebani izin, pengelola akan mencari data sekunder dari inventarisasi
hutan yang dilakukan oleh pemegang ijin. Inventarisasi terdiri dari aspek
biogeofisik dan sosekbud. Inventarisasi dilakukan pada tahun ke 4 dan tahun ke
delapan. Data dari hasil inventarisasi tersebut menjadi dasar bagi penyusunan
rencana pengelolaan jangka panjang periode berikutnya.
Inventarisasi biogeofisik meliputi:
1. Inventarisasi tumbuhan dengan tujuan: a) menaksir potensi hasil hutan
kayu (jenis, diameter dan jumlah pohon), menaksir potensi hasil hutan
non kayu (rotan, bambu, getah, dsb), mencatat keberadaan dan
kelimpahan jenis tumbuhan dilindungi,
2. Inventarisasi satwa dengan tujuan: menaksir populasi satwa, khususnya
satwa yang dilindungi

Berdasarkan inventarisasi tumbuhan dan satwa, selanjutnya KPH akan


memetakan wilayah-wilayah yang memiliki nilai konservasi yang tinggi karena
kaya akan keragaman hayati dan menjadi habitat bagi jenis-jenis tumbuhan dan
satwa yang dilindungi.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
14
Selain melakukan inventarisasi pada kawasan, KPHP Unit VII-Hulu juga
mengkompilasi data tanah (erosi), hidrologi (debit air, kualitas air) dan iklim
(curah hujan, suhu dan kelembaban udara relative) yang dipantau secara rutin.

Inventarisasi sosekbud bertujuan untuk mencari data tentang: kependudukan,


pendidikan, kesehatan, perekonomian, penggunaan lahan, pemanfaatan hasil
hutan oleh masyarakat, adat istiadat, sarana kesehatan dan sarana komunikasi
dan transportasi.

Metoda inventarisasi dan pengolahan data hasil inventarisasi mengikuti


Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP (2010) dan
Petunjuk Teknis Sosial Budaya di Dalam/Sekitar Hutan/Kesaatuan Pengelolaan
Hutan (2011) yang diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Pemantauan
Sumberdaya Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kegiatan untuk
RPHJP jangka pendek 2016 KPHP Limau Unit VII-Hulu antara lain inventarisasi
hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu berkala, rapat koordinasi tim ahli
dan KPHP, serta workshop pembahasan draft penyempurnaan laporan
inventarisasi HHK dan HHBK.

2.7 Penyusunan Rencana Strategis (Bisnis Plan)


Metoda inventarisasi dan pengolahan data hasil inventarisasi mengikuti
Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP (2010) dan
Petunjuk Teknis Sosial Budaya di Dalam/Sekitar Hutan/Kesaatuan Pengelolaan
Hutan (2011) yang diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Pemantauan
Sumberdaya Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kegiatan untuk
RPHJP jangka pendek 2016 KPHP Limau Unit VII-Hulu antara lain inventarisasi
hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu berkala, rapat koordinasi tim ahli
dan KPHP, serta workshop pembahasan draft penyempurnaan laporan
inventarisasi HHK dan HHBK.
Merujuk pada Penetapan Wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri
Kehutanan melalui SK. Menhut Nomor SK. 77/Menhut-II/2010 tanggal 10
Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah Provinsi Jambi meliputi area dengan
luas ± 1.458.934 ha terdiri dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ±
981.530 ha, HPT dengan luas ±301.922. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP
Model Unit VII-Hulu yang secara geografis terletak 102°46'12" sampai dengan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
15
103°15’36" Bujur Timur dan 02°45’00" sampai dengan 03°16'48" Lintang
Selatan. KPHP Unit VII-Hulu Unit VII di Kabupaten Sarolangun telah ditetapkan
sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut Nomor SK. 714/Menhut-II/2011 tanggal
19 Desember 2011 dengan luas ± 121.102 ha, terdiri dari Hutan Lindung seluas
54.793 ha, Hutan Produksi Tetap seluas 22.502 ha, dan Hutan Produksi seluas
43.807 ha.
Dalam rangka menuju pengelolaan hutan yang mandiri perlu dibuat
perencanaan untuk menjalankan roda pembangunan KPH antara lain dengan
menetapkan kawasan-kawasan tertentu yang dapat dijadikan sebagai kawasan
yang dapat diusahakan (unit bisnis).
Untuk mempercepat proses pengelolaan hutan tersebut, maka perlu
disusun rencana kegiatan dalam konteks penyusunan BusIness plan KPHP Unit
VII Hulu Sarolangun. Kegiatan tersebut adalah inventarisasi potensi KPHP
dalam rangka penyusunan rencana bisnis, rapat koordinasi tim ahli dan KPHP,
rapat pembahasan draft rencana bisnis, konsultasi publik hasil penyusunan
rencana bisnis.
Dengan demikian melalui rencana kegiatan yang telah disusun tersebut
diharapkan dapat memicu percepatan penyelesaian program perencanaan
Busness plan.
Adapun metode yang dapat dilakukan untuk mewujudkan rencana bisis ini
antara lain :
1. Metode dan Tahapan Pelaksanaan
Input data sebagaimana dimaksud di atas diperoleh dengan cara
melaksanakan pembahasan, analisis data, sosialisasi, dan
pengumpulan informasi di lapangan. Adapun metode pelaksanaan
untuk pencapaian Output Kegiatan ini dilakukan melalui pelaksanaan
masing-masing Sub Output Kegiatan yang dijabarkan secara rinci pada
pelaksanaan masing-masing Komponen dan Sub Komponennya
sebagai berikut :
a. Inventarisasi Potensi sumberdaya hutan diwilayah KPHP Limau
Unit VII-Hulu Sarolangun dalam Rangka Penyusunan Rencana
Bisnis

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
16
Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan, belanja sewa, belanja jasa
profesi, belanja jasa lainnya, belanja perjalanan biasa.
b. Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP
Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan dan belanja perjalanan biasa.
c. Rapat Pembahasan Draft Rencana Bisnis
Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan, honor output kegiatan dan
belanja perjalanan biasa.
d. Konsultasi Publik Hasil Penyusunan Rencana Bisnis
Kegiatan ini terdiri dari belanja bahan, belanja jasa profesi, belanja
perjalanan dinas paket meeting dan kota.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Tahapan kegiatan adalah sebagai berikut:

 Inventarisasi Potensi KPHP dalam Rangka Penyusunan Rencana


Bisnis
 Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP
 Rapat Pembahasan Draft Rencana Bisnis
 Konsultasi Publik Hasil Penyusunan Rencana Bisnis

2.8 Bisnis Plan Rumah Madu dan Kepayang


Madu dan kepayang merupakan produk utama KPHP Limau yang harus
segera dikembangkan karena berpotensi dan sangat multifungsi. Madu
bermanfaat sebagai suplemen yang bergizi tinggi, mengandung unsur-unsur
yang dibutuhkan tubuh manusia seperti karbohidrat, kalori, fosfor, air, kalsium,
dan zat besi, serta sebagai bahan obat dan kosmetik. Kepayang mengandung
saponin, flavonoid, dan polifenol. Senyawa antioksidan dan golongan favonoid.
Senyawa antioksidan berfungsi sebgai anti kanker dalam biji antara lain berupa
vitamin C, ion besi dan betakarotin.
Pada RPHJP jangka pendek KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
kegiatan bisnis plan KPHP Limau antara lain belanja untuk madu, belanja alat
untuk madu, belanja bahan untuk kepayang, dan belanja alat untuk kepayang.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
17
BAB III
RENCANA KEGIATAN
3.1 Deskripsi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Wilayah KPHP
Limau Unit VII-Hulu Sarolangun
Kondisi masyarakat yang berada disekitar wilayah KPHP Unit VII-Hulu
sangat tergantung pada kondisi hutan yang ada terutama yang berkaitan dengan
fungsinnya sebagai daerah tangkapan air sumber air untuk kebutuhan rumah
tangga maupun untuk kegiatan produksi pertanian pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Hutan wilayah hulu juga menyediakan sumber energi
(kayu bakar) bagi sebagian penduduk. Potensi pengembangan pariwisata
diwilayah KPHP Unit VII-Hulu diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja
dan usaha masyarakat sekitar hutan.
Masyarakat di wilayah KPHP Model Unit VII – Hulu masih menjaga dan
melestarikan nilai-nilai marga budaya lokal/ adat istiadat warisan nenek moyang.
Hal tersebut tercermin dengan adanya kearifan lokal 5 (lima) marga yaitu Marga
Bukit Bulan, Marga Cermin Nan Gedang, Marga Batang Asai, Marga Bathin
Pengambang dan Marga Sungai Pinang.

3.2 Rencana Kegiatan Tahun 2016


Perencanaan kegiatan pengelolaan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun Tahun 2016 mengacu pada anggaran yang telah tersedia dari APBN.
Rencana Kegiatan ini memuat jumlah ketersediaan alokasi dana dan perkiraan
waktu pelaksanaan kegiatan. Secara rinci, rencana kegiatan pengelolaan hutan
KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun 2016 berdasarkan sumber
anggaran dan waktu peaksanaan diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun
2016 berdasarkan alokasi dana yang bersumber dari APBN
Waktu
Alokasi Dana
No. Program/Kegiatan Sumber Dana Pelaksanaan
(Rp)
(Bulan)
1 2 3 4 5
1. Penyusunan Rencana Pengelolaan 580.820.000
Hutan Jangka Pendek;
- Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP 112.190.000 APBN/BPPHP Januari
- Rapat Pembahasan Draf RKT 2017 226.020.000 APBN/BPPHP Januari
- Fasilitasi Operasional KPHP 242.610.000 APBN/BPPHP Februari

2. Identifikasi Potensi dan Pemetaan 323.000.000


Konflik di Wilayah Kerja KPHP;

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
18
- Identifikasi dan Pemetaan Potensi 108.200.000 APBN/BPKH April-Mei
Rawan Konflik
- Inhouse Training GIS dan Drone 154.800.000 APBN/BPPHP Mei-Juni
- Fasilitasi Penanganan Konflik pada 60.000.000 APBN/BPPHP Mei-Juni
areal Hutan Produksi

3. Pengamanan Hutan; 1.056.144.00


- Patroli Rutin Pengamanan KPHP 785.394.000 APBN/BPPHP Januari-
Desember
- Penyuluhan Pengamanan Wilayah 56.750.000 APBN/BPPHP Januari-
KPHP Maret
- Pembinaan Masyarakat Pencinta 75.000.000 APBN/BPPHP Januari-
Hutan Maret
- Tim Koordinasi Perlindungan dan 139.000.000 APBN/BPPHP Januari-
Pengamanan Hutan dalam Rangka Maret
Percepatan Operasional KPHP

4. Pengendalian Kebakaran Hutan; 1.292.427.000


- Pencegahan Kebakaran Hutan 57.710.000 APBN/BPPHP Februari-
Desember
- Fasilitasi Pembentukan Brigdalkarhut 53.125.000 APBN/BPPHP Januari
- Sarana dan Prasarana Brigade 989.592.000 APBN/BPPHP Februari
Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan
- Honor Dalkarhut (rekruitmen baru) 192.000.000 APBN/BPPHP Februari-
Desember

5. Bimbingan Teknis Pengelolaan Hutan 319.700.000


- Monitoring Kinerja Usaha Hutan 78.660.000 APBN/BPPHP Februari-
Produksi Desember
- Fasilitasi Peningkatan SDM 241.040.000 APBN/BPPHP Februari-
Desember

6. Inventarisasi Hasil Hutan Kayu dan 2.012.957.000


Hasil Hutan Bukan Kayu Berkala
- Inventarisasi Hasil Hutan Kayu dan 1.670.923.000 APBN/BPPHP Januari-Juni
Hasil Hutan Bukan Kayu Berkala
- Rapat Koordinasi Tim Ahli dan KPHP 261.380.000 APBN/BPPHP Juni
- Workshop Penyempurnaan Laporan 80.654.000 APBN/BPPHP Juli-Agustus
Inventarisasi HHK & HHBK

7 Penyusunan Rencana Strategis Bisnis 395.038.000


Plan
- Inventarisasi potensi KPHP dalam 240.440.000 APBN/BPPHP Februari
rangka penyusunan rencana bisnis
- Rapat Koordinasi tim ahli dan KPHP 15.668.000 APBN/BPPHP Maret
- Rapat Pembahasan draf Rencana 22.058.000 APBN/BPPHP Maret
Bisnis
- Konsultasi publik hasil penyusunan 116.872.000 APBN/BPPHP April
rencana bisnis

8. Bisnis plan rumah madu dan kepayang 911.160.000


- Belanja bahan untuk madu 773.200.000 APBN/BPPHP Januari-
Maret
- Belanja alat untuk madu 68.000.000 APBN/BPPHP April
- Belanja bahan untuk kepayang 18.000.000 APBN/BPPHP Januari-
Maret
- Belanja alat untuk kepayang 51.960.000 APBN/BPPHP April

TOTAL 8.416.719.000

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
19
BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pemantauan (Monitoring), Evaluasi dan Pelaporan merupakan alat
pengelolaan untuk menyesuaikan kembali kegiatan-kegiatan KPHP Limau Unit
VII-Hulu Sarolangun akibat perubahan-perubahan temporal yang terjadi.

4.1 Pemantauan (Monitoring)


Pemantauan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun dimulai
dari tingkat pusat hingga daerah. Di tingkat pusat, pemantauan dapat dilakukan
oleh Kementerian Kehutanan melalui UPT-UPT kemenhut yang ada di wilayah
Provinsi Jambi. Di tingkat daerah, pemantauan dapat dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Jambi melalui Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bupati dan Kepala Dinas Kehutanan
Kabupaten. Sedangkan di tingkat tapak dapat dilakukan oleh Pengelola KPHP
Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sendiri.
Pemantauan dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan pemantauan secara khusus.
Hasil pemantauan dapat dijadikan alat untuk perbaikan dan penyesuaian
kembali terhadap kegiatan-kegiatan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun agar tetap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi.
4.2 Evaluasi
Evaluasi dapat diberikan dilakukan oleh Kementerian Kehutanan melalui
Menteri Kehutanan untuk tingkat pusat. Pada tingkatan daerah, Pemerintah
Provinsi Jambi melalui Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bupati dan Kepala Dinas Kehutanan
Kabupaten dapat memberikan penilaian atau evaluasi terhadap kegiatan KPHP
Limau Unit VII-Hulu Sarolangun. Adapun evaluasi secara internal dilakukan
dilakukan oleh Pengelola KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun sendiri untuk
tingkat tapak.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
20
Evaluasi dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Namun
dalam keadaan tertentu dapat dilakukan evaluasi secara khusus. Hasil evaluasi
dapat dijadikan bahan rujukan untuk perbaikan dan penyesuaian kembali
terhadap kegiatan-kegiatan pengelolaan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun
agar tetap berjalan sesuai dengan target dan tingkat pencapaian yang telah
ditentukan.
4.3 Pelaporan
Pelaporan dilakukan kepada instansi vertikal yang memiliki keterkaitan
secara kewenangan teknis dan politis (kebijakan). Di tingkat Pusat, pelaporan
disampaikan kepada Kementerian Kehutanan melalui Menteri Kehutanan. Di
tingkat Provinsi, pelaporan disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jambi
melalui Gubernur dan Kepala Dinas. Sedangkan di tingkat Kabupaten, pelaporan
disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Bupati dan
Kepala Dinas.
Pelaporan dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Namun
untuk kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan tertentu, pelaporan dapat
diberikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
21
BAB V
PENUTUP

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHP Limau Unit VII-Hulu


Sarolangun Provinsi Jambi Tahun 2016 memuat rencana kegiatan tahunan
sepanjang tahun 2016 yang mengacu pada anggaran yang telah tersedia dari
APBN/BPPHP.
Diharapkan setelah adanya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek ini
mampu menjadi pedoman teknis didalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
hutan di tingkat tapak dengan baik serta dilakukan monitoring dan evaluasi atas
capaian kerja dari aplikasi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek Tahun
2016.

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Survey HCVF untuk Identifikasi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan
Kayu dan Sosialisasi HCVF di Wilayah KPHP Limau bersama Flora Fauna
International

Gambar 2. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan

Lampiran 3. Perekrutan Tenaga Kontrak Pengamanan Hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu
Sarolangun dari BP2HP Wilayah IV Jambi

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
23
Lampiran 4. Sosialisasi KPHP di Tingkat Desa pada Kecamatan Batang Asai, Limun
dan Cermin Nan Gedang

Lampiran 5. Bisnis Minyak Kepayang

lampiran 6. Bisnis Madu Sialang

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
24
Lampiran 7. Penyuluhan Pengamanan Hutan

Lampiran 8. Bimbingan Teknis

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP LIMAU UNIT VII-HULU TAHUN 2016
25
Rencana Kegiatan KPHP Limau Unit VII-Hulu Sarolangun Tahun 2016
No. Kegiatan/Strategi Lokasi Waktu Pelaksanaan Cara Melakukan Pelaksana dan Sumber Daya yang
Pelaksanaan Kegiatan Kondisional Dalam Lebih dari 6 Kegiatan Pihak yang Diperlukan
waktu 6 bulan Mendukung
bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Penyusunan Rencana Januari s/d Observasi lapangan Pelaksana:
Pengelolaan Hutan Februari Rapat Koordinasi dan Staf KPHP, Bakti Dana Operasional :
Jangka Pendek 2016 KPHP, rapat Rimbawan KPHP. APBN/BP2HP
pembahasan Draft Pihak yang
RKT, dan fasilitasi mendukung, Tim
operasional KPHP Ahli yang terlibat,
BP2HP, Dinas
Kehutanan
Kabupaten
2. Identifikasi Potensi dan April s/d Melakukan : Pelaksana:
Pemetaan Konflik Wilayah Kerja Juni 2016 - Sosialisasi dan Staf KPHP, Bakti Dana Operasional :
diwilayah kerja KPHP KPHP pengumpulan data Rimbawan KPHP APBN/BP2HP
- Identifikasi dan Kec.Cermin informasi di Pihak yang -Tim ahli Mitigasi
Pemetaan Potensi Nan Gedang, lapangan mendukung: Tim Konflik
Rawan Konflik Kec.Limun dan - Survey lokasi dan Ahli yang terlibat,
- Inhouse Training GIS Kec.Batang observasi lapangan BP2HP, Dinas
dan Drone Asai Kehutanan
- Fasilitasi Kabupaten
Penanganan Konflik
pada areal Hutan
Produksi

3. Pengamanan Hutan: Wilayah Kerja Januari s/d - Menyusun jadwal Pelaksana: Staf Dana Operasional :
- Patroli rutin KPHP Desember patroli rutin, KPHP dan bakti APBN/BP2HP
pengaman hutan Kec.Cermin 2016 penyuluhan Rimbawan KPHP
- Penyuluhan Nan Gedang, pengaman hutan Pihak
Pengamnan Wilayah Kec.Limun dan dan pembinaan pendukung:Polhut,
KPHP Kec.Batang masyarakat. penyuluh kehutanan
- Pembinaan Asai - Melakukan patroli
masyrakat Pencinta rutin, penyuluhan
Hutan dan pembinaan
- Tim koordinasi masyarakat hutan.
perlindungan dan
pengamanan hutan
dalam rangka
percepatan
operasional KPHP
4. Pengendalian Kec.Cermin 2016 2016 2016 - Bekerjasama dengan Pelaksana : Dana Operasional :
kebakaran hutan Nan Gedang, masyarakat desa Staf KPHP, Staf APBN/BP2HP
- Pencegahan Kec.Limun dan sekitar hutan, Brigdalkarhut,
Kebakaran hutan Kec.Batang - Patroli Pengendalian
- Fasilitasi Asai kebakaran hutan , Pihak pendukung :
pembentukan - Pembentukan masyarakat
Brigdalkarhut brigdalkarhut,
- Sarana dan - Penyediaan sarana
Prasarana Brigade dan prasarana
Pengendalian Dalkarhut,
Kebakaran Hutan - Pembagian Honor
dan Lahan dalkarhut
- Sarana dan
Prasarana Brigade
Pengendalian
Kebakaran Hutan
dan Lahan
5 Bimbingan Teknis Wilayah Kerja 2016 2016 2016 - Monitoring kinerja Pelaksana : Dana Operasional :
Pengelolaan KPHP KPHP KPH APBN/BP2HP
- Monitoring kinerja Kec.Cermin - Pendidikan dan
Usaha hutan Nan Gedang, Pelatihan
produksi Kec.Limun dan pengembangan SDM
- Fasilitasi Kec.Batang
Peningkatan SDM Asai

6 Inventarisasi Hasil Wilayah Kerja Februari - Survey lokasi dan Pelaksana : Dana Operasional :
Hutan Kayu dan Hasil KPHP s/d April observasi lapangan KPH APBN/BP2HP
Hutan Bukan Kayu Kec.Cermin 2016 - Rapat Persiapan Tim Ahli Pengelolaan
Berkala Nan Gedang, - Invenstrisasi HHK Pihak Pendukung; Ekosistem Hutan
- Inventarisasi Hasil Kec.Limun dan dan HHBK masyarakat sekitar (PEH), Tim ahli
Hutan Kayu dan Kec.Batang - workshop/konsultasi hutan, Dinas Dendrologi
Hasil Hutan Bukan Asai Publik laporan hasil Kehutanan
Kayu Berkala inventarisasi HHK Kabupaten, Tim Ahli
- Rapat Koordinasi dan HHBK
Tim Ahli dan KPHP
- Workshop
Penyempurnaan
Laporan
Inventarisasi HHK &
HHBK
7 Penyusunan Rencana Wilayah Kerja Februari Observasi lapangan Pelaksana : Dana Operasional :
Strategis Bisnis Plan: KPHP s/d April Rapat Koordinasi dan KPH BP2HP
- Inventarisasi potensi Kec.Cermin 2016 KPHP, rapat
KPHP dalam rangka Nan Gedang, pembahasan Draft
penyusunan rencana Kec.Limun dan Bisnis plan dan
bisnis Kec.Batang fasilitasi operasional
- Rapat Koordinasi tim Asai KPHP
ahli dan KPHP
- Rapat Pembahasan
draf Rencana Bisnis
- Konsultasi publik
hasil penyusunan
rencana bisnis

8 Bisnis plan rumah KPHP Januari s/d -Survey lokasi Pelaksana; Dana Opersional;
madu dan kepayang: April 2016 Belanja bahan, alat KPHP BP2Hp
- Belanja bahan untuk Pembangunan rumah
madu madu an kepayang Pihak pendukung;
- Belanja alat untuk Dinas Perindakop
madu
- Belanja bahan untuk
kepayang
- Belanja alat untuk
kepayang

Anda mungkin juga menyukai