Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN RENCANA PEMULIHAN EKOSISTEM (RPE) DAN RKT

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi,
ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai paru-
paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus
dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat.

Kondisi hutan, dilihat dari penutupan lahan/vegetasi, cenderung mengalami


perubahan yang cepat dan dinamis, sesuai perkembangan pembangunan dan
perjalanan waktu. Banyak faktor yang mengakibatkan perubahan tersebut antara
lain pertambahan penduduk, dan pembangunan di luar sektor kehutanan yang
sangat pesat memberikan pengaruh besar terhadap meningkatnya kebutuhan
akan lahan dan produk-produk dari hutan. Kondisi demikian diperparah dengan
adanya perambahan hutan dan terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan
semakin luasnya kerusakan hutan alam tropika di Indonesia.

Degradasi kawasan hutan seperti diuraikan di atas berpotensi “mereduksi” peran


kawasan hutan sebagai sebuah ekosistem dan sistem penyangga kehidupan.
Hutan berperan penting terhadap keberlangsungan hidup keragaman hayati
(biodiversity). Salah satu peran hutan adalah menjamin ketersediaan air. Oleh
karena itu perlu adanya intervensi untuk mendorong upaya pemulihan kawasan.

Istilah pemulihan ekosistem dalam perspektif Peraturan Menteri Kehutanan


No.P.48/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem
Pada Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah
kegiatan pemulihan ekosistem KSA/KPA termasuk di dalamnya pemulihan
terhadap alam hayatinya sehingga terwujud keseimbangan alam hayati dan
ekosistemnya di kawasan tersebut.

Beberapa pendekatan dalam pemulihan ekosistem di KSA dan KPA terdiri dari:

1. Mekanisme Alam
Mekanisme alam diperuntukkan bagi kawasan yang memiliki kemampuan
untuk dapat mengembalikan struktur dan fungsi ekologis ke kondisi
awal/semula setelah mengalami tekanan atau gangguan. Hal ini dapat
dilakukan pada kawasan yang memiliki Daya Lenting (resiliency) yaitu

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 1


kemampuan suatu sistem untuk dapat mengembalikan struktur dan fungsi
ekologis ke kondisi awal/semula setelah mengalami tekanan atau gangguan.
Kawasan yang dapat diterapkan mekanisme alam adalah ekosistem yang
mengalami kerusakan ringan atau terdegradasi maupun areal yang berubah
secara ringan atau gradual tetapi telah mengurangi integritas dan kesehatan
ekologis kawasan. Beberapa ciri kawasan dengan kerusakan ringan terdiri
dari:
a. terdapat gangguan atau berkurangnya integritas ekosistem pada bentang
alam;
b. terdapat gangguan terhadap habitat dan atau ruang jelajah kehidupan
satwa liar utama;
c. terganggunya proses alami seperti antara lain berkurang atau hilangnya
spesies penyerbuk, spesies pakan, spesies atau pohon pelindung atau
sarang, spesies pohon dominan; dan/atau
d. terganggunya proses hidrologis seperti berkurangnya mata air.
2. Rehabilitasi Ekosistem
Rehabilitasi ekosistem adalah suatu tindakan pemulihan terhadap ekosistem
yang mengalami kerusakan fungsi berupa berkurangnya penutupan lahan,
kerusakan badan air atau bentang alam laut melalui tindakan penanaman,
rehabilitasi badan air atau rehabilitasi bentang alam laut untuk tujuan
tercapainya keseimbangan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
mendekati kondisi aslinya.
Pendekatan ini digunakan terhadap ekosistem yang mengalami kerusakan
sedang atau terganggu maupun areal yang struktur vegetasinya berubah
secara nyata dan mengurangi integritas serta kesehatan ekologis kawasan.
Beberapa kriteria kawasan dengan kerusakan sedang terdiri dari:
a. struktur vegetasi mengalami perubahan dan/atau didominasi oleh jenis
yang bukan asli atau jenis invasive;
b. terdapat ruang terbuka tidak alami yang tersebar secara tidak merata
dengan penutupan vegetasi utama kurang dari 50%;
c. keragaman satwa liar yang menjadi prasyarat penunjukan kawasan berada
dalam kondisi mengalami penurunan populasi, terisolasi atau punah secara
lokal;
d. terindikasi adanya gangguan dan kerusakan fungsi kawasan sebagai
habitat serta ruang jelajah kehidupan satwa;

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 2


e. dinamika populasi mengalami perubahan dimana populasi spesies kunci
mengalami penurunan yang signifikan dalam jangka waktu pendek kurang
dari 5 (lima) tahun; dan/atau
f. mata rantai makanan tidak seimbang.
3. Restorasi Ekosistem
Restorasi ekosistem adalah suatu tindakan pemulihan terhadap ekosistem
yang mengalami kerusakan fungsi berupa berkurangnya penutupan lahan,
kerusakan badan air atau bentang alam laut serta terganggunya status satwa
liar, biota air, atau biota laut melalui tindakan penanaman, rehabilitasi badan
air atau rehabilitasi bentang alam laut, pembinaan habitat dan populasi untuk
tujuan tercapainya keseimbangan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
mendekati kondisi aslinya.

Restorasi Ekosistem dapat dilakukan pada kawasan dengan ekosistem yang


mengalami kerusakan berat maupun areal yang struktur vegetasi dan
dinamika populasinya berubah secara nyata yang mengurangi integritas serta
kesehatan ekologis kawasan.
Adapun kriteria kawasan yang mengalami kerusakan berat adalah:
a. mayoritas kehidupan makroskopik telah hilang;
b. lingkungan fisik telah rusak;
c. fungsi ekosistem sebagai penyedia produk dan jasa ekosistem alami
mengalami kerusakan berat;
d. struktur vegetasi mengalami perubahan dan didominasi oleh jenis yang
bukan asli;
e. ruang terbuka yang berkesinambungan maupun tersebar lebih dari 50%;
f. keragaman satwa liar yang menjadi prasyarat penunjukan kawasan berada
dalam kondisi mengalami penurunan populasi, terisolasi atau punah secara
lokal;
g. terjadi kerusakan fungsi kawasan sebagai habitat serta ruang jelajah
kehidupan satwa; dan/atau
h. populasi spesies kunci dan mata rantai makanannya tidak seimbang.

Target capaian kegiatan pemulihan ekosistem adalah mengembalikan kondisi


ekosistem paling tidak mendekati kondisi asli yaitu kondisi alamiah dari suatu
ekosistem yang belum mengalami perubahan atau kerusakan serta komponen-
komponennya berada dalam kondisi yang seimbang dan dinamis. Namun upaya

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 3


pemulihan ekosistem tentu memerlukan usaha yang besar dan waktu yang cukup
panjang.

Untuk mengukur capaian upaya pemulihan ekosistem maka perlu ditetapkan


ekosistem referensi sebagai pembanding. Ekosistem referensi adalah ekosistem
tidak terganggu yang berada di sekitar areal yang akan dipulihkan atau deskripsi
ekologis berupa laporan survey, jurnal, foto udara atau citra satelit, suatu
ekosistem yang memiliki kemiripan ekologis dengan ekosistem yang akan
dipulihkan dan merupakan referensi sementara untuk mencapai tujuan pemulihan,
dimana unsur-unsur ekosistem referensi dapat menjadi contoh (template) bagi
kegiatan pemulihan.

Untuk mengetahui tipologi pendekatan Pemulihan Ekosistem (PE) dan luasan


areal Taman Nasional Lore Lindu yang akan dipulihkan maka perlu dilakukan
Penyusunan Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE).

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan disusunnya dokumen ini adalah untuk memberikan
arahan/kerangka kerja dalam penyusunan Dokumen Rencana Pemulihan
Ekosistem dan RKT sehingga dapat menghasilkan dokumen yang berkualitas dan
akuntabel yang dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam
mengimplementasikan kegiatan Pemulihan Ekosistem di Taman Nasional Lore
Lindu.
C. Sasaran Kegiatan
Terwujudnya acuan formal bagi penyusunan rencana tahunan, baik dalam hal
persiapan, teknis pelaksanaan fisik lapangan, maupun dalam pemantauan
dan penilaian hasil pelaksanaan pemulihan ekosistem TN Lore Lindu.
Lokasi Pemulihan ekosistem mencakup lokasi-lokasi opened area (lokasi yang
mengalami degradasi di TNLL)

D. Dasar Hukum
Landasan Hukum pelaksanaan Kegiatan Rencana Pemulihan Ekosistem adalah :
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
b. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo.Undang-Undang
No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 4


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) jo. Peraturan
Pemerintah No.108 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No.28 Tahun 2011;
d. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.48/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam;
e. Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
No.P.12/KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Tata Cara Penanaman dan
Pengkayaan Jenis Dalam Rangka Pemulihan Ekosistem Daratan Pada
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
No.P.13/KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Pemantauan dan Penilaian
Keberhasilan Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Daratan pada Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

E. Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan penyusunan Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE)
dilaksanakan di Sulawesi Tengah (Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Poso). Lokasi
pengumpulan data lapangan dilakukan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu
yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso.

F. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup kegiatan Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem mencakup
1. Persiapan
- Kegiatan persiapan mencakup penentuan kondisi akhir yang diinginkan
sesuai dengan tujuan pemulihan berdasarkan ekosistem referensi.
Kondisi dimaksud adalah kondisi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, serta dampak terhadap kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya;
- Penentuan skala prioritas pemulihan ekosistem yang
mempertimbangkan kondisi awal kawasan yang akan dipulihkan meliputi
pengembalian proses ekologis, pengembalian fungsi habitat dan
mengembalikan kondisi dinamika populasi;

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 5


- Identifikasi keterlibatan masyarakat sekitar dan keberlanjutannya;
- penentuan strategi dan rencana tindak lanjut dengan
mempertimbangkan: 1) kondisi ekosistem meliputi kondisi struktur, fungsi
ekosistem dan dinamika populasi; 2) kondisi dan rencana pelibatan
masyarakat setempat; 3) Kerawanan Bencana Alam; 4) Perlindungan
bangunan strategis seperti waduk, danau, sumber mata air, irigasi, jalan,
jembatan, pelabuhan dan pemukiman; 5) Kecenderungan ancaman yang
mempengaruhi laju degradasi ekosistem; 6) Ketersediaan sumber daya;
(7) lokasi opened area di TN Lore Lindu; dan 8) Zonasi Taman Nasional
Lore Lindu (kecuali zona inti).
2. Pengumpulan Data Sekunder dan Data Lapangan
3. Penyusunan Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem, paling sedikit memuat:
a. Tujuan dan sasaran;
b. Status dan fungsi kawasan;
c. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar TNLL;
d. Kondisi ekosistem;
- Lokasi-lokasi terdegradasi (opened area) dan penyebabnya
- Status keanekaragaman hayati
- Struktur vegetasi dan populasi satwa jenis asli (endemik);
- Kajian fenologi dan perkembangbiakan satwa;
- Kondisi biofisik tempat tumbuh dan kehidupan satwa;
- Kondisi klimatologi;
- Keberadaan dan populasi satwa;
- Informasi tentang kondisi dan ketersediaan pohon induk, anakan pohon
(seedbank), penyebaran biji dan sumber benih;
- Potensi Gangguan Terhadap Kelestarian Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya.
- Kondisi jenis tanah, topografi dan ketinggian
e. Tipologi kawasan yang akan dipulihkan;
f. Lokasi dan luas;
g. Ekosistem referensi;
h. Kondisi akhir yang diinginkan;
i. Skala pemulihan, termasuk tahapan skala pemulihan yang akan
dilaksanakan;

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 6


j. Jenis kegiatan pemulihan yang akan dilakukan sesuai tipologi dan skala
pemulihan, termasuk jenis dan jumlah tanaman terpilih;
k. Tahapan kegiatan teknis pemulihan ekosistem
l. Lampiran Peta;
m. Pembiayaan; dan
n. Jadwal Kegiatan.
o. Monitoring dan evaluasi
4. Pembahasan
5. Finalisasi Dokumen
6. Penilaian dan Pengesahan
7. Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Tahun 2020
G. Data Dasar
Data dasar yang dibutuhkan pada dokumen RPE antara lain:
- Data tutupan lahan TNLL 2 tahun terakhir
- Data sosial ekonomi masyarakat di sekitar TNLL
- Data zonasi TNLL
- Kondisi biofisik kawasan TNLL
H. Standar Teknis
Standar Teknis Rencana Pemulihan Ekosistem mengacu pada
1. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.48/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam;
2. Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
No.P.12/KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Tata Cara Penanaman dan
Pengkayaan Jenis Dalam Rangka Pemulihan Ekosistem Daratan Pada
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; dan
3. Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
No.P.13/KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Pemantauan dan Penilaian
Keberhasilan Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Daratan pada Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

I. Studi Terdahulu
Pihak penyedia diminta untuk mencari sumber-sumber tulisan hasil penelitian
terkait pemulihan ekosistem di kawasan konservasi sebagai referensi dalam
penyusunan dokumen RPE
J. Tenaga Keahlian Yang Dibutuhkan

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 7


Dalam Pelaksanaan Kegiatan Rencana Pemulihan Ekosistem, bidang keahlian
yang diperlukan adalah Konservasi Sumber Daya Hutan (KSH) dan Spasial
Analisis (GIS). Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Bidang Jumlah
No Jabatan Kualifikasi
Keahlian (orang)
1. Ketua Konservasi Minimal S2 dengan pengalaman 1
(Koordinator) Sumber Daya minimal 5 tahun di bidang Kehutanan
Hutan (KSH)
2. Anggota Konservasi Minimal S1 dengan pengalaman 3
Sumber Daya minimal 3 tahun di bidang Kehutanan
Hutan; Ekologi

3. Anggota GIS/ Remote Minimal S1 dengan pengalaman 3


Sensing minimal 3 tahun

4. Pendukung Surveyor Minimal D3 dengan pengalaman 6


minimal 3 tahun di bidang Kehutanan
Administrasi Minimal D3 dengan pengalaman 1
minimal 1 tahun di bidang perkantoran

K. Peralatan, Meterial, Personil dan Fasilitas dari BBTNLL


Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) akan membantu dalam
penyediaan data-data yang dibutuhkan pada penyusunan dokumen RPE ini
selama tersedia di BBTNLL
L. Peralatan, Meterial, Personil dan Fasilitas dari Penyedia
1. Tenaga Ahli sesuai yang dipersyaratkan
2. Peralatan survey
3. Peralatan dokumentasi
4. Software pemetaan
M. Pelaporan dan Keluaran
Dalam Kegiatan Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem, terdapat beberapa
laporan yang disampaikan, yaitu:
1. Laporan Pendahuluan memuat informasi tentang organisasi pelaksana,
rencana pelaksanaan kegiatan, metode pelaksanaan dan jadwal
pelaksanaan.
2. Laporan Antara yang memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan.
3. Laporan Akhir (final) yang berisi Hasil seluruh Pelaksanaan Kegiatan dan
Rekomendasi yang telah disahkan oleh Direktur Kawasan Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Seluruh laporan dijilid dengan rapi dan digandakan masing-masing sebanyak 5
eksemplar (Laporan Pendahuluan, Laporan Pertengahan dan Laporan Akhir/
Final.

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 8


N. Keluaran
a. Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE) Taman Nasional Lore Lindu
sebanyak 5 rangkap (termasuk peta)
b. Dokumen Rencana Kerja Tahun (RKT) 2020 Pemulihan Ekosistem di Taman
Nasional Lore Lindu sebanyak 5 rangkap (termasuk peta)
c. Soft copy Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE) Rencana Kerja
Tahun (RKT) 2020 Taman Nasional Lore Lindu yang disimpan pada SSD
sebanyak 1 unit (termasuk peta dan shapefile)
O. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Rencana Pengelolaan Ekosistem direncanakan dilaksanakan dan dapat
diselesaikan dalam waktu 3 bulan (90 hari kalender) dengan Tata Waktu sebagai
berikut:
Minggu Ke
No Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1 Persiapan pelaksanaan/
Laporan Pendahuluan
2. Presentasi pendahuluan
rencana kegiatan
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data
5. Penyampaian laporan
pertengahan
6. Verifikasi dan Analisa Data
Lapangan (Survei)
7. Presentasi dan Pelaporan
akhir / pengesahan dokumen

P. Sumber Pendanaan
Anggaran kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem Balai
Besar Taman Nasional Lore Lindu bersumber dari Anggaran DIPA 29 Balai Besar
Taman Nasional Lore Lindu Tahun Anggaran 2020.
Q. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini disusun sebagai dasar dan panduan dalam
pelaksanaan kegiatan.

Palu, 3 Maret 2020


Pejabat Pembuat Komitmen II,

Cesar A.M., S.Hut., M.Sc


NIP. 19821227 200912 1 003

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem 9

Anda mungkin juga menyukai