Anda di halaman 1dari 59

ROADMAP

Rehabilitasi Hutan dan Lahan


Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2016-2026

Dinas Kehutanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jl. Majapahit No. 54, Mataram - NTB
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sumber daya hutan dan lahan merupakan salah satu penyumbang manfaat
bagi kehidupan masyarakat dan menjadi salah satu modal utama
pembangunan ekonomi nasional antara lain dalam bentuk pertumbuhan
ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah.Selain itu,
sumber daya hutan dan lahan juga mempunyai fungsi yang lebih luas
sebagai salah satu komponen sistem penyangga kehidupan.Untuk itu,
sumberdaya tersebuut harus dikelola secara berkelanjutan agar mampu
memberikan manfaat yang optimal dan berjangka panjang.

Namun demikian, komitmen pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan


secara berkelanjutan masih perlu dipertanyakan.Pada kenyataannya,
sampai dengan saat ini masih banyak terjadi penurunan kuantitas dan
kualitas sumberdaya hutan dan lahan akibat illegal logging, perambahan,
okupasi lahan dan perubahan bentang alam kawasan yang berpotensi
menurunkan kualitas fungsinya. Penurunan fungsi lahan yang berada di
dalam dan di luar kawasan hutan sebagai unsur produksi dan media
pengatur tata air DAS ini yang akan menjadi lahan kritis.

Berdasarkan penafsiran citra landsat tahun 2013 diindentifikasi bahwa luas


lahan kritis di Provinsi NTB adalah seluas 578.681,69 ha dengan komposisi
lahan sangat kritis 23.218,61 ha, kritis 154.358,31 ha, agak kritis
401.069,05 ha. Persentase lahan kritis di NTB mencaai 28,71 % dari luas
daratan NTB secara keseluruhan. Dari sejumlah itu, 141.375,54 Ha berada
di dalamkawasan hutan atau mencapai 24,43 % dari lahan kritis di NTB.

Fenomena kerusakan sumberdaya hutan dan lahan di NTB ini juga ditandai
dengan tingkat bahaya erosi yang sangat tinggi yaitu mencapai 71,59 % di
wilayah DAS di Pulau Lombok dan 70,09 % wilayah DAS di Pulau Sumbawa
(RTKRHL DAS NTB, 2014).

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 1


Tabel 1. Lahan Kritis di Nusa Tenggara Barat

Kawasan Sangat Kritis Kritis Agak Kritis

Areal Penggunaan Lain 8,772.05 139,005.06 289,493.32

Dalam Kawasan 14,446.56 15,353.25 111,575.73

Total 23,218.61 154,358.31 401,069.05


Sumber : BPDASHL Dodokan Moyosari, 2013

Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk memulihkan, mempertahankan


dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan, utamanya pada lahan kritis
sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung
sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.Upaya pemulihan tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.Rehabilitasi
tersebut harus dilakukan dengan pola partisipatif dengan melibatkan
seluruh elemen pemerintah, swasta, kelompok masyarakat, akademisi dan
para pemerhati lingkungan bekerjasama dengan stakeholder kehutanan di
berbagai lapisan.

Sampai dengan saat ini setiap pihak yang terlibat memiliki rencana dan
kegiatannya masing-masing dalam mendukung upaya rehabilitasi hutan
dan lahan tersebut.Penanganannya belum terintegrasi dan terdistribusi
menjadi bagian dari peran setiap pihak.

Guna menjawab permasalahan di atas, dibutuhkan dokumen perencanaan


yang bersifat mantap dan terintegrasi sebagai dasar bagi para pihak,
termasuk pimpinan daerah, BAPPEDA, legislative untuk menjadikan
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan sebagai tugas bersama.Bahwa dalam
rangka pengintegrasian perencanaan dan pelaksanaan RHL di Provinsi NTB
dipandang perlu untuk menyusun Road Map Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Provinsi NTB sebagai pedoman pelaksanaan RHL dari Tahun 2017-2026.

B. TUJUANdan MANFAAT

Adapun tujuan penyusunan Road Map Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Road
Map RHL) Tahun 2017-2026 ini adalah mewujudkan penyelenggaraan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 2


kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang efektif, efisien, berjangka
panjang dan menghasilkan manfaat yang optimal dari aspek ekologis dan
ekonomi bagi para pihak.

Adapun manfaat penyusunannya antara lain :

1. Sebagai panduan bagi stakeholder bidang kehutanan dan sektor terkait


serta seluruh elemen masyarakat yang ingin mengambil peran atau
diharuskan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan rehabilitasi hutan
dan lahan kritis di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;
2. Sebagai dasar pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di tingkat
pusat maupun daerah dalam penentuan arah kebijakan, perencanaan
program dan anggaran, bahan pengendalian, monitoring dan evaluasi.
3. Menggalang dukungan dan peran serta setiap individu maupun
kelompok masyarakat dalam mendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan
lahan kritis;

C. RUANG LINGKUP

Road Map RHL 2017-2026 ini meliputi perencanaan atas seluruh hutan dan
lahan yang ada di Provinsi NTB seluas 2.015.613,69 yang berdasarkan
hasil deliniasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan DAS
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan definisi DAS
terdapat 540 DAS yang tersebar pada 18 SWP (RTKRHL DAS NTB, 2014).

Road Map 2017-2026 ini disusun dengan mempertimbangkan data lahan


kritis, data kondisi mata air, data pemegang ijin pemanfataan dan
penggunaan kawasan hutan, berbagai regulasi terkait serta program dan
kegiatan pemerintah yang berpotensi mendukung kegiatan RHL.

Road Map RHL 2017-2026 ini akan difokuskan pada penanganan lahan
kritis dengan tingkat kekritisan lahan antara Sangat Kritis, Kritis dan Agak
Kritis baik yang terletak di dalam atau di luar kawasan hutan seluas
578.681,69 ha.

Road Map RHL 2017-2026 ini akan memberikan arahan, sasaran, tahapan
pencapaian, pemilihan strategi dan teknologi, peningkatan keberhasilan,

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 3


menetapkan pembagian beban pembiayaan, serta pembebanan tugas dan
tanggung jawab rehabilitasi hutan dan lahan kritis tersebut kepada seluruh
entitas pemerintahan dari tingkat pusat hingga tingkat desa/kelurahan,
instansi vertikal, BUMN/BUMD, sektor swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi wanita, kelompok masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat/tokoh masyarakat agar memberikan dukungan nyata dan
terukur dalam program rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Nusa Tenggara
Barat.

D. PENGERTIAN

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.

2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh


Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap

3. Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagian


kawasan hutan untuk kepentingnan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukkan kawasan hutan
tersebut.

4. Ijin pinjam pakai kawasan hutan adalah ijin yang diberikan untuk
menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukkan kawasan
hutan tersebut.

5. Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah


upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya
dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

6. Kegiatan pendukung RHL adalah semua kegiatan yang berkaitan


dengan pelaksanaan RHL dengan tujuan untuk meningkatkan
keberhasilan kegiatan RHL.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 4


7. Insentif' RHL adalah suatu instrumen kebijakan yang mampu
mendorong tercapainya maksud dan tujuan rehabilitasi hutan dan
lahan, dan sekaligus mampu mencegah bertambah luasnya
kerusakan/degradasi sumber daya hutan dan lahan (lahan kritis) dalam
suatu ekosistem DAS.

8. Bangunan terjunan air adalah bangunan terjunan yang dibuat pada tiap
jarak tertentu pada saluran pembuangan air (tergantung kemiringan
lahan) yang dibuat dari batu, kayu atau bambu.

9. Bibit adalah bahan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk


memperbanyak dan/atau mengembangkan tanaman yang berasal dari
bahan generatif atau bahan vegetatif.

10. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.

11. Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus di
bidang kehutanan yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.

12. Dam penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi
bronjong batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai/
jurang dengan tinggi maksimal 4 (empat) meter yang berfungsi untuk
mengendalikan/mengendapkan sedimentasi/erosi tanah dan aliran
permukaan (run-off).

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 5


13. Dam pengendali adalah bendungan kecil semi permanen yang dapat
menampung air (tidak lolos air) dengan konstruksi urugan tanah
homogen, lapisan kedap air dari beton (tipe busur) untuk
mengendalikan erosi tanah, sedimentasi dan aliran permukaan yang
dibangun pada alur sungai/anak sungai dengan tinggi bendungan
maksimal 8 (delapan) meter.

14. Embung air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang
berfungsi untuk menampung air hujan/air limpasan atau air rembesan
pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan pada musim kemarau.

15. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-
pohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada
tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota
oleh pejabat yang berwenang.

16. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada
tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-
jenis Avicennia spp Soneratia spp, Rhizophora spp,Bruguiera spp
(Tanjang),Lumnitzera excoecaria (Tarumtum), Xylocarpus spp (Nyirih),
Anisoptera danNypa fruticans (Nipah).

17. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani
hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan
luas minimal 0,25 (dua puluh lima perseratus) hektar, penutupan tajuk
tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 % (lima puluh
perseratus).

18. Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang tanah pada
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat- syarat yang diperlukan agar
tidak terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung kehidupan
secara lestari.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 6


19. Lahan kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan
hutan yang telah menurun fungsinya sebagai unsur produksi dan media
pengatur tata air DAS.

20. Land Mapping Unit (LMU) Terpilih adalah satuan lahan terkecil pada
RTk RHL DAS yang mempunyai kesamaan kondisi biofisik (kekritisan
lahan, fungsi kawasan, morfologi DAS serta prioritas DAS) dengan klas
erosi Agak Kritis, Kritis dan Sangat Kritis.

21. Normal Density Value Index yang selanjutnya disingkat NDVI yaitu
suatu nilai hasil pengolahan indeks vegetasi dari citra satelit kanal
inframerah dan kanal merah yang menunjukkan tingkat kerapatan
vegetasi setiap piksel secara relatif.

22. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan Negara yang pemanfaatan


utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat

23. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan


kemampuan dan kemandirian masyarakat melalui pemberian akses
terhadap sumberdaya, pendidikan, pelatihan dan pendampingan.

24. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan


lingkungannya agar tanaman tumbuh sehat dan normal melalui
pendangiran, penyiangan, penyulaman, pemupukan dan
pemberantasan hama dan penyakit.

25. Penghijauan adalah upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan
untuk mengembalikan fungsi lahan.

26. Penghijauan lingkungan adalah penanaman pohon di luar kawasan


hutan untuk meningkatkan kualitas lingkungan antara lain pada areal
fasilitas sosial/umum, ruang terbuka hijau, jalur hijau, pemukiman,
taman.

27. Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta


pelaku usaha agar mereka mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 7


efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

28. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Prioritas I adalah lahan kritis
sasaran rehabilitasi hutan dan lahan kategori kritis dan sangat kritis
yang ditetapkan dalam RTk-RHL DAS.

29. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Prioritas II adalah lahan kritis
sasaran rehabilitasi hutan dan lahan kategori agak kritis yang
ditetapkan dalam RTkRHL DAS.

30. Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai
yang selanjutnya disingkat RTk-RHL DAS adalah rencana RHL 15 (lima
belas) tahunan yang memuat rencana pemulihan hutan dan lahan,
pengendalian erosi dan sedimentasi, pengembangan sumberdaya air
dan pengembangan kelembagaan.

31. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya


disingkat RPRHL adalah rencana manajemen (management plan) dalam
rangka penyelenggaraan RHL sesuai dengan kewenangan Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai peraturan
perundang-undangan.

32. Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya


disingkat RTnRHL adalah rencana RHL yang disusun pada tahun
sebelum kegiatan (T- 1) yang bersifat operasional berisi lokasi definitif
kegiatan RHL, volume kegiatan, kebutuhan bahan dan upah serta
kegiatan pendukung.

33. Penelitian Terpadu adalah penelitian yang dilakukan oleh lembaga


pemerintah yang mempunyai kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah
(scientific authority) bersama-sama dengan pihak lain yang terkait.

34. Saluran Pembuangan Air yang selanjutnya disingkat SPA adalah saluran
air yang dibuat memotong kontur dapat diperkuat dengan bangunan
terjunan air dan/atau gebalan rumput.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 8


35. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai paling sedikit 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah daratan.

36. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan tanggung jawab
dibidang Kehutanan.

37. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dibidang bina pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

38. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disingkat KPH adalah


wilayah pengelolaan hutan yang sesuai dengan fungsi pokok dan
peruntukkannya yang dapat dikelola secra efisien dan lestari.

E. SISTEMATIKA

Road Map RHL 2017-2026 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat,


ruang lingkup, pengertian dan sistematika.

2. TINJAUAN UMUM yang terdiri dari landasan operasional RHL, gambaran


umum kawasan hutan Nusa Tenggara Barat, kebijakan nasional RHL,
kebijakan RHL Provinsi NTB, permasalahan hutan dan lahan.

3. ARAHAN ROAD MAP RHL yang terdiri dari sasaran strategis RHL,
strategi RHL, program dan kegiatan RHL, monitoring dan evaluasi

4. PENUTUP berisi gambaran kesimpulan dan saran serta harapan


terhadap keberadaan dokumen Road RHL 2017-2026.

Road Map RHL 2017-2026 akan dilengkapi dengan beberapa jenis data
antara lain lahan kritis, mata air, pemegang ijin pemanfaatan dan atau
penggunanaan kawasan hutan serta beberapa tema peta yang terkait
dengan dokumen Road Map RHL 2017-2026.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 9


BAB II. TINJAUAN UMUM

A. LANDASAN OPERASIONAL RHL

1. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya


pada Bagian Keempat terkait Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, Pasal 40
sampai dengan Pasal 45.

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan


Reklamasi Hutan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.27/Menhut-II/2006 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025

6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.32/Menhut-II/2009 tentang


Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Daerah Aliran Sungai.

7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.34/Menhut-II/2012 tentang


Pedoman Penilaian Lomba dan Pemberian Penghargaan Penanaman
Satu Milyar Pohon Tingkat Nasional

8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut-II/2013 tentang Tata


Cara Pelaksanaan Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

9. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.29/Menlhk-Setjen/2015 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat

10. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.33/Menlhk-Setjen/2015 tentang


Pedoman Pembangunan Kebun Bibit Kesatuan Pengelolaan Hutan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 10


11. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.39/Menlhk-Setjen/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun
2015-2019.

12. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.39/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016


tentang Perubahan atas Permenhut Nomor : P.9/Menhut-II/2013.

13. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.83/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016


tentang Perhutanan Sosial

14. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.89/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2016


tentang Pedoman Penanaman Bagi Pemegang Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan

15. Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
Nomor : P.1/V-SET/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

16. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Recana Tata Ruang
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

17. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas


Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi NTB

18. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan


Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2018.

B. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN HUTAN DI NUSA TENGGARA


BARAT

Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas 2 pulau besar yaitu Lombok dan
Sumbawa dan dikelilingi oleh 280 pulau-pulau kecil. Luas wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat mencapai 4.931.219 ha dengan 59,13 % atau sekitar
2.015.315 Ha wilayah daratan. Dari luas daratan tersebut, 53,18 % atau
sekitar 1.071.722,83 ha merupakan kawasan hutan.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 11


Kawasan hutan tersebut terbagi berdasarkan fungsinya yaitu Hutan
Konservasi seluas 173.636,40 ha, Hutan Lindung seluas 447.272,86 ha, dan
Hutan Produksi seluas 450.813,57 ha.

Tabel 2. Luas Kawasan Hutan Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Fungsinya

No Fungsi Hutan Luas (ha)


1 Hutan Konservasi 173.636,40
- Cagar Alam 12.991,80
- Taman Nasional 112.975,64
- Suaka Margasatwa 0
- Taman Buru 22.537,90
- Taman Wisata Alam 21.976,06
- Taman Hutan Raya 3.155,00
2 Hutan Lindung 447.272,86
3 Hutan Produksi 450.813,57
- Hutan Produksi Tetap 160.085,74
- Hutan Produksi Terbatas 290.727,83
LUAS TOTAL KAWASAN HUTAN 1.071.722,83
Sumber: Statistik Kehutanan NTB Dalam Angka 2015

Keberadaan kawasan hutan tersebut termasuk kekayaan alam yang


terkandung di dalamnya perlu dikelola dengan baik sehingga fungsi dan
manfaatnya dapat diperoleh secara optimal bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan hutan tersebut diperlukan
pembentukan wilayah pengelolaan hutan yang sesuai dengan pasal 17 ayat
(1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang
dilaksanakan untuk tingkat provinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan.

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, kesepakatan pembentukan wilayah kelola


hutannya telah ditandatangani oleh seluruh Bupati/Walikota, Kepala Dinas
Kehutanan Kabupaten/Kota, Kepala UPT Kementerian Kehutanan, Kepala
Dinas Kehutanan Provinsi NTB dan diketahui oleh Gubernur Nusa Tenggara
Barat pada Tahun 2009.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 12


Rancang bangun wilayah kelola hutan tersebut menjadi salah satu bahan
usulan ke Menteri Kehutanan untuk penetapan wilayah KPH di NTB.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.337/Menhut-VII/2009
kemudian ditetapkan 23 unit KPH yang terdiri atas 7 unit KPH Provinsi dan 16
unit KPH Kabupaten. Dari 16 unit KPH Kabupaten, 3 unit terletak di Pulau
Lombok dan 13 unit lainnya di Pulau Sumbawa.

Gambar 1. Peta Kesepakatan Penetapan Wilayah KPH NTB

Gambar 1. Peta Kesepakatan Rancang Bangun KPH di NTB

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014, 7 (tujuh)


unit KPH Provinsi dibentuk menjadi 4 (empat) unit Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) tersendiri di luar Dinas Kehutanan Provinsi sehingga saat
initerdapat 20 unit KPH di NTB. Berdasarkan asas otonomi, tugas pembantuan
dan tugas dekonsentrasi, secara teknis operasional dikoordinasikan oleh Dinas
Kehutanan.

Urusan kehutanan yang sangat kompleks, menjadikan KPH sebagai ujung


tombak pengelolaan hutan sampai ke tingkat tapak dengan pembedaan
bahwa Dinas Kehutanan akan melaksanakan pengurusan hutan dan KPH
melaksanakan pengelolaan hutan.Pengelolaan hutan itu sendiri meliputi
kegiatan :

a. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

b. Pemanfaatan Hutan dan penggunaan kawasan hutan

c. Rehabiitasi dan reklamasai hutan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 13


d. Perlindungan dan konservasi alam

Sejalan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, bahwa Dinas dibentuk untuk melaksanakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dengan demikian, KPH akan
menjadi bagian dari Dinas Kehutanan (UPTD nya). Namun
mempertimbangkan beban pemerintah provinsi untuk mengisi struktur
organisasi yang cukup besar tentu akan berpengaruh pada kemampuan fiscal
daerah. Selain itu juga perlu dipertimbangkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan hutan. Hal ini menyebabkan munculnya opsi penggabungan unit-
unit KPH tersebut hanya menjadi 11 unit yaitu 2 unit di Pulau Lombok dan 9
unit di Pulau Sumbawa.

Gambar 2. Opsi KPH di Pulau Lombok

Gambar 3. Opsi KPH di Pulau Sumbawa

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 14


Adapun pertimbangan penggabungan unit-unit KPH tersebut antara lain :

a. Tidak mengubah kesepakatan pengusulan pembentukan wilayah KPH yang


ditandatangani Kepala Dinas Kehutanan se NTB, Bupati/Walikota se NTB
dan Gubernur NTB.

b. Memperhatikan unit-unit KPH yang ditetapkan dalam SK Menteri


Kehutanan Nomor 337/Menhut-VII/2009 tentang Penetapan KPH Provinsi
NTB

c. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang unit-unit KPH yang ada (14
KPH sudah memiliki RPHJP, 6 KPH masih dalam proses dan diusulkan)

d. UPTD pengelolan gabungan unit KPH bersifat holding dan apabila


dianggap sudah mandiri, maka unit KPH tersebut dapat dipisahkan lagi
pengelolaannya menjadi unit semula dalam bentuk BLUD mandiri.

e. Aksesibilitas yang diindikasikan oleh keterjangkauan lokasi, kekompakan


areal diindikasikan oleh sebaran kawasan, status fungsi hutan yang
diindikasikan oleh fungsi-fungsi kawasan hutan, kondisi hutan yang
diindikasikan potensi dan permasalahan kehutanan serta teknologi
kehutanan.

Dengan demikian, masing-masing KPH dapat melaksanakan tugasnya


termasuk melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang baik dalam menangani
urusan kehutanan di daerah.

C. KEBIJAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan 2006-2025,


salah satu arah pembangunan kehutanan adalah Mencapai Produktifitas dan
Peningkatan Nilai Sumber Daya Alam Hayati Yang Berkelanjutan. Dalam upaya
peningkatan tersebut, dilakukan melakui pencapaian :

1. Menjaga keberadaan hutan dan kawasan hutan yang cukup dengan


sebaran proporsional yang salah satu langkah pendekatannya adalah

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 15


mengurangi laju kerusakan SDAH melalui kesinambungan kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) milik rakyat dan meningkatkan
pembangunan hutan tanaman pada kawasan hutan terdegradasi serta
memperbaiki sistem pengelolaan hutan dengan berbasis pengelolaan
berdasarkan fungsi.

2. Optimalisasi pengelolaan DAS untuk menjamin berjalannya fungsi


hidroorologis dan kualitas ekosistem hutan dengan beberapa langkah
pendekatan antara lain :

a. Mendorong terciptanya kebijakan dan pengelolaan DAS terpadu


yang melibatkan lintas sektor, lintas wilayah dan mengatur
hubungan dan tanggungjawab hulu-hilir. Langkah ini harus
dilandasai dengan upaya penyadaran pihak terkait akan pentingnya
fungsi hidroorologis DAS bagi kegiatan pembangunan dan peran
penutupan vegetasi hutan dalam DAS sebagai bagian yang mampu
mencegah dan mengurangi terjadinya bahaya banjir, tanah longsor
dan kekeringan.

b. Memberi peran kepada masyarakat dalam pengelolaan DAS secara


berkesinambungan dan transparan sejak dari tahap perencanaan
sampai tahap pengendalian sesuai dengan kadidah teknis yang
berlaku.

c. Penguatan kebijakan dan promosi implementasi rehabilitasi melalui


mekanisme CDM serta peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap program penyelamatan SDAH, tanah dan air dalam DAS.

3. Menyelenggarakan kegiatan konservasi SDAH sebagai penyangga


kehidupan dengan salah satu pendekatannya adalah menggunakan
prinsip insentif dan disinsentif.

4. Optimalisasi potensi dan pemanfaatan SDAH, baik kayu maupun bukan


kayu dengan salah satu pendekatannya adalah sistem silvikultur intensif
dan teknologi budidaya pada pengelolaan hutan melalui penyempurnaan
regulasi dan penerapan hasil penelitian.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 16


Luas kawasan hutan Indonesia 120,78 juta ha. Luas hutan produksi dan hutan
lindung lebih kurang 85,75 juta ha. Dari luasan tersebut hanya ± 3% saja
kawasan hutan yang dimanfaatkan dan dikelola berbasis
masyarakat.Selebihnya dikelola dan dimanfaatkan oleh perusahaan swasta
dan BUMN dan/atau langsung oleh negara.Permasalahan lingkungan yang
dihadapi oleh hutan dan lahan mencakup deforestasi, kebakaran, dan lahan
kritis.Pada tahun 2000, luas tutupan hutan di Indonesia mencapai 104 juta
ha.Luas tutupan hutan menurun menjadi 98 juta ha pada tahun 2011.
Dengan demikian, total areal hutan yang mengalami deforestasi mencapai 6
juta ha dalam rentang waktu 11 tahun. Pada 2014, laju laju deforestasi
mencapai 0,61 juta ha per tahun. Sementara, secara nasional hutan dan
lahan yang berkategori kritis mencapai 27,2 juta ha (Renstra Kementerian
LHK, 2014 - 2019).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mentargetkan


merehabilitasi hutan dan lahan di wilayah KPH dan DAS dengan target seluas
5,5 juta ha pada 2014 - 2019. Rehabilitasi hutan dan lahan di wilayah KHP
dan DAS di antaranya melalui pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR),
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD) Hutan Adat dan Hutan
Rakyat (HR). Program rehabilitasi hutan dan lahan juga meliputi hutan
mangrove, hutan kota, pembangunan embung, dan lain-lain.

Dalam Renstra 2014-2019, Kementerian LHK merencanakan beberapa


program dan target rehabilitasi hutan dan lahan sebagai berikut:

Tabel 3. Program dan Sasaran Kementerian LHK terkait RHL


No Program Sasaran Indikator Keberhasilan
1 Penyelengga Meningkatnya  Luas sumber benih berkualitas
raan Kualitas dan yang terbangun melalui kebun
Perbenihan Distribusi benih semai/kebun benih klon dan
Tanaman Perbenihan areal sumber daya genetik seluas
Hutan Tanaman Hutan 490 ha.
 Jumlah bibit berkualitas yang
disediakan dan didistribusikan dari
50 unit persemaian permanen dam
sumber lainnya sebanyak 52,5 juta
bibit secara kumulatif sampai tahun
2019.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 17


No Program Sasaran Indikator Keberhasilan
 Luas areal pengelolaan sumber
benih sepanjang tahun sampai
dengan tahun 2019 seluas 10.500
ha.
2 Pengelolaan Terjaminnya  Luas kawasan konservasi
Kawasan efektivitas terdegradasi yang dipulihkan
Konservasi pengelolaan kondisi ekosistemnya (termasuk
kawasan suaka penyelesaian konflik pemanfaatan
alam, kawasan lahan di dalam kawasan
pelestarian alam, konservasi) seluas 100.000 Ha
dan taman buru  Luas Kawasan Hutan Konservasi
pada zona tradisional yang dikelola
melalui kemitraan dengan
masyarakat seluas 100.000
3 Penyelengga Rehabilitasi dan  Luas Hutan Kota dan
raan meningkatnya pemeliharaannya seluas 5.000 Ha.
Rehabilitasi kualitas DAS  Lahan kritis berkurang seluas 5,5
dan juta hektar melalui rehabilitasi di
Reklamasi dalam KPH dan DAS
Hutan,  Produksi dan distribusi bibit
Rehabilitasi sebanyak 135 juta bibit berkualitas
Lahan, Pulihnya  Jumlah DAS Prioritas yang
Perencanaa Kesehatan DAS dipulihkan kesehatannya melalui
n DAS, serta kritis pembangunan embung, dam
Pengendalia pengendali, dan dam penahan
n Kerusakan skala kecil dan menengah di
Perairan daerah hulu sebanyak 15 DAS
Darat Prioritas sampai dengan tahun
2019
 Jumlah DAS Prioritas yang
meningkat jumlah mata airnya
melalui konservasi sumber daya air
secara vegetatif, pembangunan
embung, dam pengendali, dam
penahan, dan gully plug di daerah
hulu DAS serta sumur resapan
sebanyak 15 DAS Prioritas sampai
dengan tahun 2019
 Jumlah DAS prioritas yang memiliki
Data dan Informasi penurunan
Qmax/Qmin, kadar BOD, dan
peningkatan tutupan lahan di 15
DAS Prioritas selama 5 tahun

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 18


No Program Sasaran Indikator Keberhasilan
4 Pembinaan Pemulihan  Jumlah lahan kritis berkurang
Rehabilitasi kesehatan DAS seluas 5,5 juta hektar melalui
dan rehabilitasi di dalam KPH dan DAS
Reklamasi  Jumlah DAS prioritas yang
Hutan, melakukan pembangunan embung,
Rehabilitasi dam pengendali, dan dam penahan
Lahan serta skala kecil dan menengah di
Konservasi daerah hulu selama 5 tahun di 15
Tanah dan DAS prioritas
Air  Tanaman Hutan Kota seluas 5.000
Ha
5 Kemitraan Meningkatnya  Jumlah komunitas penyelamat SDA
Lingkungan role model & Lingkungan pada kawasan DAS,
dan Peran komunitas yang Danau/Mata Air, Karst, Rawa,
Serta berperan serta Gambut, Pesisir, Laut, & Pulau
Masyarakat dalam kecil, komunitas sekitar kawasan
penyelamatan industri & pemukiman, serta
SDA dan komunitas cinta alam pada
ekosistem serta kawasan konservasi
LHK  Jumlah unit jejaring dan mitra
(ormas, dunia usaha,perguruan
tinggi, legislator melalui kaukus
LHK dan lembaga lain) yang
berperan serta dalam membangun
komunitas penyelamatan SDA dan
ekosistem serta LHK.

6 Penyelengga Meningkatnya  Jumlah wilayah kerja yang memiliki


raan Pengelolaan ketersediaan data dan informasi
Pengelolaan Hutan Mangrove pengelolaan hutan mangrove di
Hutan dalam kawasan hutan sebanyak 2
Mangrove wilayah kerja sepanjang tahun
selama 5 tahun
 Jumlah Provinsi yang mengaktifkan
Kelompok kerja mangrove daerah
sebanyak 31 Provinsi
 Jumlah wilayah kerja yang memiliki
model pengelolaan hutan
mangrove di dalam kawasan hutan
sebanyak 2 wilayah kerja
sepanjang tahun selama 5 tahun
7 Pembinaan Terpulihkannya  Jumlah segmen sungai serta mata
Pengendalia fungsi ekosistem air yang terpulihkan fungsi
n Kerusakan di segmen sungai ekosistemnya pada 15 DAS
Perairan pada 15 DAS Prioritas
Darat Prioritas

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 19


No Program Sasaran Indikator Keberhasilan
8 Kegiatan Terlaksananya  Jumlah lokasi dilaksanakannya
Pencegahan pencegahan dan pencegahan serta pengendalian
dan pengamanan ancaman dan gangguan melalui
Pengamana terhadap kegiatan sosialisasi, patroli dan
n Hutan gangguan dan operasi di 77 lokasi utamanya di 15
ancaman bidang DAS prioritas
kehutanan di 34  Jumlah Polhut yang dibina dan
Propinsi ditingkatkan kapasitasnya
sebanyak 2.500 orang/tahun
 Jumlah Masyarakat Mitra Polhut
(MMP), Tenaga Pengamanan Hutan
Lainnya (TPHL) dan penggiat
lingkungan lainnya yang terbina
sebanyak 34 unit dalam 5 tahun
 Jumlah sarana dan prasarana
pelaksanaan pengawasan,
pengamanan, dan penegakan
hukum yang memenuhi standar
minimum di 11 Brigade SPORC.
 Luas kawasan hutan yang dapat
dilindungi dari kegiatan ilegal
meningkat setiap tahun
Sumber: Renstra Kementerian LHK 2014 – 2019.

D. KEBIJAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN PROVINSI NTB

Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor : 2 Tahun 2014,


pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam kurun waktu 2013-
2018 dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2013 – 2018.

Berdasarkan dokumen RPJMD tersebut, terdapat penurunan lahan kritis pada


periode 2009-2013 yang merupakan hasil kegiatan RHL yang dilaksanakan
oleh instansi bidan kehutanan (Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan
Kabupaten dan UPT Kementerian Kehutanan). Upaya yang dilakukan adalah
dengan merehabilitasi hutan dan lahan dengan berbagai kegiatan seperti RHL
daerah tangkapan air, pembagian bibit bakti social, bantuan bibit melalui
penguatan kelembagaan pondok pesantren, bantuan bibit penghijauan, bibit
persemaian permanen, Kebun Bibit Rakyat (KBR) dan pola penanaman

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 20


konvensional khususnya yang ditanam pada lahan kritis yang terdapat di
seluruh wilayah kab/kota se NTB.

Namun demikian, degradasi hutan dan lahan masih menjadi bagian dari
tantangan pembangunan yang harus dihadapi oleh Pemerintah Provinsi NTB.
Degradasi tersebut disebabkan antara lain oleh aktifitas pertanian (agrikultur),
pertambangan dan pembukaan lahan untuk jalan. Di Nusa Tenggara Barat,
degradasi hutan juga banyak disebabkan karena aktifitas penebangan liar dan
tambang yang berdampak pada berkurangnya jumlah mata air. Berbagai
aktifitas tersebut, selain memberikan dampak ekonomis juga telah
mengurangi tutupan hutan dan lahan produktif lainnya.Aspek degradasi ini
menjadi hal penting yang diperhatikan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan aspek daya saing daerah.

Pembangunan kehutanan diarahkan agar dapat mengembangkan strategi


pemberdayaan masyarakat, yang dapat meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat yang bermukim di lingkar hutan. Strateginya
adalah, menciptakan pola yang sah, yang legal, yang sesuai peraturan di
mana masyarakat itu dapat memanfaatkan kawasan hutan sehingga
masyarakat lingkar hutan dapat hidup dengan memanfaatkan sumberdaya
hutan, pada kawasan hutan yang dimungkinkan untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat. Dengan demikian, indikator keberhasilan pembangunan sektor
kehutanan selain diukur berdasarkan terjaganya kelestarian hutan, juga
tercermin dari seberapa besar peningkatan harkat dan martabat masyarakat
yang hidup di pinggiran hutan.

Oleh karena itu, dalam RPJMD NTB 2013-2018, salah satu misinya adalah Misi
ke 7 yaitu Memantapkan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan
yang berarti memanfaatkan SDA dan lingkungan hidup secara produktif,
efisien dan optimal dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian
dan berkelanjutan. Daerah harus maju namun tetap juga harus lestari.Sebagai
salah satu indikator kinerja dalam Misi ke 7 adalah meningkatnya luas tutupan
lahan sebesar 2,5 % pada Tahun 2018 yang setara dengan pelaksanaan RHL
dalam bentuk penanaman seluas 50.000 Ha.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 21


Sebagai implementasi dari tugas dan fungsi tersebut, Dinas Kehutanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan rehabilitasi hutan dan lahan melalui
berbagai kegiatan reboisasi maupun rehabilitasi hutan dan lahan. Rehabilitasi
daerah tangkapan air (water catchment area) menjadi salah satu kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Beberapa upaya RHL yang dilaksanakan
oleh Dinas Kehutanan Provinsi NTB antara lain :

1. Reboisasi pada daerah rawan bencana. Kurun waktu 2014-2016 telah


tertanami sebanyak 200 Ha di wilayah Sambelia, Lombok Timur.
2. Penghijauan melalaui penyediaan bibit gratis. Periode Tahun 2011-2015
Dishut Provinsi NTB telah menyediakan sebanyak 5.084.000 batang.
3. Pengayaan tanaman termasuk pada daerah tangkapan air. Selama
Tahun 2014-2016 tertangani seluas 250 Ha dengan 22 titik mata air.
4. Pemeliharaan terhadap hasil-hasil RHL
5. Penerapa teknis konservasi tanah baik secara vegetative dan pembuatan
bangunan konservasi tanah berupa Dam Penahan. Kurun waktu 2014-
2016 telah terbangun 6 unit dam penahan dengan alokasi biaya dari
APBD Provinsi.
6. Penyusunan Road Map RJL Tahun 2016-2026, termasuk upaya
membangun “Satu Peta RHL”
7. Mendorong para pemegang ijin dan seluruh pihak untuk terlibat dalam
kegiatan RHL. Tahun 2014 tertanam 14 juta batang dan Tahun 2015
sejumlah 9.467.662 batang yang setara dengan luasan ± 32.000 Ha.
Untuk mendukung kegiatan rehabilitasi telah dilaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat kepada 242 unit kelompok masyarakat di sekitar
lokasi kegiatan. Kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan pembuatan
persemaian dan penanganan pasca panen antara lain melalui pembuatan bibit
68 kelompok, rehabilitasi areal taman hutan raya 23 kelompok, pembuatan
demplot tanaman mangrove 37 kelompok, rehabilitasi sumber mata air 35
kelompok, silvopastura 17 kelompok, pengembangan benih tanaman
kehutanan 25 kelompok, pengembangan aneka usaha kehutanan dan jasa
lingkungan 30 kelompok, pembangunan MKKHD 20 kelompok dan
pengembangan AUK pada areal KPH Rinjani Barat sebanyak 7 kelompok
(Renstra Dishut NTB 2013-2018).

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 22


Dalam salah satu misinya, Dinas Kehutanan akan “Meningkatkan Pola
Rehabilitasi Berbasis Pemanfaatan Sumber Daya Hutan. Upaya RHL ini tidak
hanya menggunakan pendekatan penanaman saja namun juga memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk menggali potensi sumberdaya hutan
untuk diolah dan dimanfaatkan.Hal ini untuk memberikan peran yang lebih
besar kepada masyarakat sekitar hutan untuk turut terlibat dalam upaya
rehabilitasi, tidak lagi sebagai objek namun menjadi subjek yang memiliki
kesetaraan tugas dan fungsi dengan Dinas Kehutanan selaku pemegang
kebijakan pembangunan kehutanan di Provinsi NTB. Hal ini semua akan
mengarah pada meningkatnya rasa memiliki masyarakat sekitar hutan
terhadap kawasan hutan sehingga dengan sendirinya akan ikut menjaga dan
melestarikan kawasan hutan yang ada di sekitarnya.

Upaya RHL ini dilakukan melalui Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
dengan Reboisasi sumber daya hutan, penghijauan lingkungan,
pengembangan perbenihan tanaman, penyediaan bibit tanaman kehutanan,
penangangan daerah tangkapan air dalam bentuk penanaman dan pembuatan
bangunan sipil teknis.Dalam tahun 2015, telah dilakukan rehabilitasi dengan
penanaman bibit tanaman multifungsi seperti kemiri, sukun, durian, trembesi,
beringin, gamelina dan sebagainya di daerah tangkapan air di 9 (sembilan)
kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat. Masing-masing catchment area
ditanami dengan 4.000 batang bibit tanaman dalam areal seluas masing-
masing 10 ha.

Upaya pengurangan lahan kritis juga dilakukan melalui pemanfaatan potensi


sumberdaya hutan dengan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan tanaman,
pengembangan hasil hutan bukan kayu. Upaya lainnya adalah peningkatan
fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) berbasis pemberdayaan
masyarakat dengan kegiatan pengembangan perhutanan sosial,
penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dan reklamasi hutan di
DAS prioritas, pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS, pengembangan
perbenihan tanaman hutan, pengadaan bibit Kebun Bibit Rakyat (KBR),
pengadaan bibit penghijauan lingkungan, rehabilitasi hutan mangrove,

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 23


pembuatan persemaian bibit untuk masyarakat, reboisasi pengkayaan pada
hutan konservasi, pembuatan hutan kota, persemaian permanen, kegiatan
reklamasi hutan oleh perusahaan di areal Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH), reboisasi pengkayaan pada hutan lindung dan produksi.

E. PERMASALAHAN HUTAN DAN LAHAN

Meskipun telah dituangkan sebagai indikator kinerja utama sejak RPJMD


2009-2013 dan kemudian berlanjut pada RPJMD 2013-2018, upaya RHL
tersebut belum dapat diwujudkan dengan optimal karena berbagai alasan,
antara lain sebagai berikut :

1. Belum adanya perencanaan dan sasaran yang jelas dalam pelaksanaan


program rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Nusa Tenggara Barat.
Kegiatan RHL hanya didasarkan pada usulan dari tingkat lapangan tanpa
memiliki rencana makro yang bersifat jangka panjang.

2. Tatalaksana kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis tidak berorientasi


hasil akhir, baru sebatas menanam bibit, tanpa disertai dengan
pemeliharaan yang intensif;

3. Program rehabilitasi hutan dan lahan kritis belum terkoordinasi dengan


baik. Program rehabilitasi hutan dan lahan kritis belum terintegrasi dalam
program dan kegiatan setiap dinas/instansi/satuan kerja lainnya, baik di
tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota. Hal ini juga terlihat dengan
minimnya dukungan data dan informasi dari kabupaten/kota sebagai salah
satu bahan penentuan kebijakan program RHL.

4. Tingginya gangguan keamanan hutan baik terhadap kawasan dan hasil


hutannya yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya
hutan dan terjadinya bencana alam berupa banjir, kekeringan, tanah
longsor dan lain-lain. Kegiatan pengamanan hutan dan pengamanan hasil
RHL belum efektif yang berakibat luas area kegiatan rehabilitasi hutan dan
lahan kritis setiap tahunnya tidak sebanding dengan laju deforestasi. Hal ini
mengakibatkan Pertambahan luas lahan kritis yang berdampak pada
menurunnya daya dukung DAS;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 24


5. Terdapat kesenjangan antara suplai dan permintaan kebutuhan kayu
masyarakat. Kemampuan suplai kayu Provinsi NTB sebesar 55.000 m³
sementara permintaan sebesar 210.000 m³ kayu bulat atau setara dengan
105.000 m³ kayu olahan, sehingga masih terdapat kekurangan suplai
sebesar 50.000 m³ kayu olahan atau 100.000 m³ kayu bulat. Kebutuhan
kayu bakar mencapai 480.000 m³ pertahun untuk keperluan industri kecil
dan rumah tangga. Sejalan dengan kenaikan harga BBM dan distribusi
bahan bakar fosil yang semakin sulit, terdapat kecenderung peningkatan
kebutuhan bahan bakar kayu. Jika harga BBM, batubara, dan gas terus
naik, oven tembakau virginia sebanyak 13.509 unit di Pulau Lombok
diperkirakan memerlukan 480.000 m³ kayu bakar pertahun, sehingga total
kebutuhan kayu bakar di Provinsi NTB mendekati 960.000 m³. Kekurangan
tersebut diperkirakan diisi oleh aktivitas illegal logging dan illegal trading.

6. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan pada wilayah pemanfaatan hutan


kemasyarakatan masih terkendala kurangnya keterampilan masyarakat
dalam teknikbudidayatanaman hasil hutan bukan kayu, pola pertanian
subsisten yang belum berorientasi pasar, lemahnya kelembagaan kelompok
yang membatasi akses modal dan akses pasar untuk menuju kemandirian.

7. Dukungan sarana dan prasarana kehutanan masih minim terutama bagi


tenaga yang berada di tingkat lapangan. Selain itu teknologi di bidang
pemanfaatan hutan belum sampai ke tahap aplikasi.

8. Terbatasnya alokasi anggaran di bidang kehutanan, jika dibandingkan


dengan luas kawasan hutan yang mencapai 53,18% dari luas daratan
Provinsi NTB

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 25


BAB III. ARAHAN ROAD MAP RHL

A. SASARAN STRATEGIS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN KRITIS

Kegiatan RHL diarahkan untuk pengembalian fungsi kawasan hutan sekaligus


peningkatan kesejahteraan masyarakat.Rencana pemulihan hutan dan
lahannya diarahkan pada 3 (tiga) aspek kegiatan yang harus diupayakan
yaitu memulihkan kondisi hutan dan lahan, mempertahankan fungsinya serta
meningkatkan masing-masing fungsinya. Upaya pemulihan hutan dan lahan
akan menjadi prioritas mengingat masih luasnya lahan kritis di wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kegiatan utama dalam rangka pemulihan tersebut adalah pada kegiatan


vegetative baik di dalam maupun di luar kawasan hutan.kegiatan vegetative
ini terdiri dari kegiatan reboisasi, penghijauan, pengayaan tanaman dan
pemeliharaan tanaman.Adapun yang menjadi prioritas lokasi adalah LMU
Terpilih yang masuk sebagai Prioritas I dan Prioritas II.Data prioritas lahan
ini adalah berdasarkan RTKRHL yang telah disusun oleh BPDASHL Dodokan
MOyosari. Selain itu, kawasan hutan/lahan yang menjadi daerah tangkapan
air

Sasaran pelaksanaan RHL di wilayah Nusa Tenggara Barat antara lain :

1. Tersusunnya RoadmapRehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis sebagai


acuan semua stakeholder untuk mengambil peran dalam pelaksanaan
kegiatan RHL secara berkesinambungan.
2. Terehabilitasinya lahan kritis dengan kategori agak kritis sampai dengan
sangat kritis secara bertahap dan berkesinambungan seluas 578.681,69
ha.
3. Optimalisasi pemanfaatan kawasan melalui RHL produktif sesuai
fungsinya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, utamanya
pada 5 jenis tanaman penghasil HHBK unggulan;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 26


4. Penyelenggaraan pembibitan dan penyediaan bibit tanaman gratis yang
mudah diakses masyarakat untuk mendukung kegiatan RHL di setiap
wilayah kerja KPH minimal dalam bentuk 9 pusat persemaian permanen
di 9 Kabupaten/Kota
5. Pengembangan hasil hutan bukan kayu yang mampu memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri maupun untuk ekspor;
6. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia petani dan petugas dalam
kegiatan mendukung kegiatan RHL dan pengelolaan perhutanan sosial;
7. Terbentuknya kelembagaan Kelompok Tani Hutan yang kuat, mandiri,
dan mencerminkan petani pengusaha yang sesuai paradigma baru
pembangunan sektor kehutanan;
8. Pengembangan sistim informasi pasar yang akurat dan mudah diakses
oleh semua pihak;
9. Pengembangan kemitraan antara KTH dengan industri pengolahan
HHBK dalam bentuk kontrak produksi atau pembelian;
10. Pengembangan industri hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan
kayu yang berdayasaing dan mensejahterakan petani;
11. Optimalisasi pemanfaatan jasa lingkungan pada semua fungsi kawasan
hutan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;
12. Meningkatnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, yang terdiri atas
peningkatan kualitas air, kualitas udara, dan tutupan hutan

B. STRATEGI RHL

Berdasarkan hasil identifikasi kondisi program dan kegiatan RHL selama ini,
kemudian dipetakan untuk mengetahui kondisi lingkungan
strategisnya.Komponen pelaksanaan RHL dibagi berdasarkan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang mungkin
dihadapi.Identifikasi ini juga mempertimbangkan potensi kondisi organisasi
pasca bergabungnya seluruh unit KPH di NTB menjadi UPTD Dinas
Kehutanan Provinsi NTB. Penggabungan ini membawa konsekuensi dan
keyakinan bahwa pembangunan yang akan dilakukan senantiasa
mempertimbangkan kemampuan sumberdaya dan sumberdana yang dimiliki

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 27


sehingga program RHL tetap memiliki akses yang sama terhadap
sumberdaya tersebut.

1. Kekuatan

a. Keberadaan KPH sebagai pengelola kawasan hutan di tingkat


tapak

b. Dukungan penganggaran dari Pemerintah Provinsi

c. Jumlah SDM yang mencukupi

d. Keberadaan kelompok tani hutan

2. Kelemahan

a. Pemeliharaan tanaman belum intensif

b. Teknologi penanaman yang dikembangkan belum sepenuhya


diaplikasikan

3. Peluang

a. Minat masyarakat dan para pihak melaksanakan penanaman


semakin membaik

b. Keberadaan para pemegang ijin pemanfaatan dan atau


penggunaan kawasan hutan

c. Dukungan alokasi anggaran dari pemerintah pusat

4. Ancaman

a. Kondisi kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan

b. Regulasi yang membatasi lokasi RHL yang boleh dilaksanakan


oleh Pemerintah Daerah

c. Ancaman degradasi hutan dan lahan

Memperhatikan berbagai kondisi di atas, beberapa strategi yang akan


diterapkan antara lain :

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 28


1. Sinkronisasi Program RHL

Berbagai program dan kegiatan RHL harus didasarkan pada RTKRHL


yang telah disusun oleh BPDAS setempat.Pembagian kewenangan
termasuk mengenai lokasi dan bentuk program harus berdasarkan aturan
perundangan yang berlaku.

Sinkronisasi ini dapat dilakukan melalui upaya sosialisasi dan distribusi


informasi mengenai program dan kegiatan RHL sehingga setiap pihak
yang ingin terlibat dapat segera menyesuaikan dengan rencana RHL yang
telah disusun.Koordinasi perlu terus dimantapkan dan dikembangkan
dengan kemitraan lintas sektor.

2. Melakukan Pengembangan Kawasan.

Hal ini berarti pembangunan tidak hanya bersifat sektoral melainkan


diarahkan pada terbangunnya kawasan hutan dan lahan sesuai dengan
fungsiya sebagai penyangga kehidupan sekaligus penyedia berbagai
kebutuhan manusia. Pengembangan kawasan dilakukan melalui :

a. Pengembangan kawasan hutan berbasis kondisi agroklimat, potensi


kawasan dan potensi pasar.

b. Penyediaan sarana produksi dan infrastruktur di setiap kawasan untuk


menjamin keberhasilan RHL.

c. Peningkatan produksi dan mutu komoditas yang dikembangkan

3. Penguatan kelembagaan di tingkat tapak

Bahwa pelaksanaan RHL dilaksanakan oleh unit-unit pengelolaan hutan


yang berada di tingkat tapak antara lain KPH, Kelompok Tani Hutan dan
para pemegang ijin pemanfaatan dan atau penggunaan kawasan hutan.

Penguatan kelembagaan ini juga akan mendorong dan memastikan


perusahaan swasta pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH),
IUPHKm, investor pemegang IUPJLHL/P, dan IUPJLHL/P, IUPHHK,
IUPHHBK, Ijin Industri Primer Hasil Hutan Kayu, Ijin Industri Primer Hasil
Hutan Bukan Kayu, perusahaan tambang, perusahaan air minum,

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 29


provider telephone celluler, BUMN/BUMD, dan mitra kehutanan lainnya
konsisten, nyata dan terukur melakukan kegiatan reklamasi kawasan
sesuai kewajibannya dan mengoptimalkan penggunaan dana CSR-nya
untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.

4. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat setempat dilakukan melalui peningkatan


kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan
manfaat dari RHL yang dilaksanakan secara optimal dan adil dalam
rangka peningkatan kesejahteraannya.

Pemberdayaan masyarakat setempat harus memperhatikan prinsip-


prinsip local spesifik, kepercayaan, transparansi dan partisipatif.Hal ini
penting karena pemberdayaan itu sendiri bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat setempat yang mendapatkan manfaat secara
langsung.Pemberdayaan dilakukan melalui penguatan kapasitas dan
pemberian akses sehingga masyarakat dapat turut serta dalam setiap
kegiatan RHL dan secara bertahap menjadi pelaku ekonomi yang
tanggung, mandiri, bertanggungjawab dan professional.

Selain itu, akan dioptimalkan peran tokoh agama, tokoh adat dan tokoh
masyarakat setempat, LSM serta aktivis lingkungan dalam membantu
program rehabilitasi hutan dan lahan.

5. Penggunaan Sistem Penanaman yang tepat

Pemerintah pusat melalui Peraturan Menteri Kehutananan Nomor :


P.9/Menhut-II/2013 telah menetapkan areal yang menjadi prioritas
adalah LMU terpilih dengan kondisi areal terbuka/semak belukar dan
bertegakan anakan kurang dari 200 batang/hektar.Prioritas kegiatan
penanaman adalah pada kawasan yang secara agroklimat mendukung
tumbuh kembangnya tanaman.

Skema penanaman adalah dengan mengembangkan Jenis tanaman MPTS


dengan dilengkapi tanaman sela yang umumnya tahan terhadap

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 30


naungan.RHL yang dibangun adalah RHL yang produktif dan bermanfaat
ganda dari aspek ekonomi dan aspek ekologi.

Sistem penanaman ini juga memadukan antara skema vegetative dan


skema bangunan sipil teknis dan memadukan prinsip-prinsip konservasi
tanah dan air dalam kegiatan budidaya tanaman keras maupun tanaman
pangan semusim, seperti pembuatan terassering di lahan miring, lubang
rorak di areal tanaman perkebunan tahunan, bak penampung air hujan
dan sebagainya.

6. Mengembangkan skema insentif RHL

Insentif RHL yang dimaksud adalah instrument kebijakan pendukung RHL


dalam rangka mendorong percepatan tercapainya tujuan RHL dan
pencegahan bertambahluasnya kerusakan/degradasi hutan dan lahan.

Insentif diupayakan dalam bentuk kemudahan pelayanan dan atau


penghargaan. Kemudahan pelayanan yang dimaksud antara lain:

a. Pemberian akses permodalan

b. Penyediaan sarana prasarana,

c. Penyediaan lahan/lokasi,

d. Pemberian akses informasi teknologi,

e. Pendampingan dan atau pemberian perizinan dari pemerintah,


pemerintah daerah, BUMN/BUMD/BUMS

Pemberian akses permodalan yang dimaksud antara lain berupa kredit


bunga lunak bagi petani atau masyarakat dan atau pemberian modal
bagi koperasi milik kelompok tani lahan kritis atau serba usaha.

Penyediaan sarana prasarana antara lain berupa bantuan sarana jalan,


saprodi, saprotan dan atau bibit unggul. Penyediaan lahan yang
dimaksud adalah pemberian kemudahan untuk mendapatkan lahan olah
untuk ditanami kelompok tani dan pemberian izin HKm atau HD. Akses
informasi teknologi dapat berupa pemberian kemudahan informasi
teknologi RHL melalui media komunikasi, sedangkan pendampingan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 31


dapat diberikan kepada kelompok masyarakat yang sedang
melaksanakan RHL lahan kritis.

Penghargaan kepada pelaksana RHL akan diberikan berupa


subsidi/bantuan, hadiah, sertifikat/piagam dan atau piala. Penghargaan
tersebut dapat diberikan kepada perorangan atau badan hukum atau
kelompok masyarakat yang dikualifikasikan sebagai Pembina RHL dan
atau pendamping RHL.Pemberian penghargaan tersebut dapat
ditetapkan oleh Menteri, Gubernur dan atau Bupati/Walikota sesuai
dengan tingkatannya.

C. PROGRAM DAN KEGIATAN RHL

Dalam rangka melaksanakan RHL di wilayah Nusa Tenggara Barat adalah


dengan Meningkatkan pola RHL berbasis pemanfaatan sumberdaya
hutan.adapun tujuannya yang paling utama adalah meningkatkan peran
serta para pihak dalam RHL yang berbasis pemanfaatan hutan.

Sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan di atas, adapun program RHL
periode 2016-2026 adalah :

1. Tahun 2016
a. Penyusunan Roadmap Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Tingkat
Provinsi Nusa Tenggara Barat;
b. Pembentukan Tim Pengendali Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis
Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Keputusan Gubernur
Nusa Tenggara Barat dan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi NTB;
c. Pembentukan Tim Penyusun Roadmap Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Kritis dengan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat dan
Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTB;
d. Penyelenggaraan persemaian permanen di wilayah Kabupaten
Lombok Barat dan Lombok Tengah;
e. Rehabilitasi kawasan hutan di sekitar tangkapan air masing-masing
seluas ha di 10 lokasi kabupaten/kota;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 32


f. Pembangunan dam penahan sedimen di Kabupaten Sumbawa dan
Kabupaten Dompu;
g. Reboisasi Penunjang Rinjani Menuju Global Geopark Networkseluas
90 ha di 3 lokasi (Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok
Tengah, dan KabupatenLombok Utara);
h. Meningkatkan kinerja rehabilitasi hutan dan lahan kritis di areal
kerja Kelompok Tani Hutan pemegang IUPHKm;
i. Pembentukan Tim Verifikasi Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai bagi
Pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) di NTB;
j. Integrasi Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis dalam
Kegiatan Rehabilitasi DAS bagi Pemegang Ijin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan dan semua bentuk perijinan yang memanfaatkan
kawasan hutan di NTB.
2. Tahun 2017-2018
a. Sosialisasi kegiatan RHLK melalui sekolah SD, SLTP, SLTA, Khutbah
Jum’at, Majelis Ta’lim, dan Kesenian Tradisional;
b. Penyiapan sumur bor, mesin pompa, dan bak penampungan air,
dan sarana distribusinya sebagai dukungan terhadap
penyelenggaraan persemaian dan lokasi kegiatan RHL untuk
menjamin kelangsungan hidup tanaman;
c. Melanjutkan penyelenggaraan persemaian permanen di setiap
wilayah kerja KPHL/KPHP se-Nusa Tenggara Barat;
d. Penyelenggaraan persemaian permanen di Kabupaten Lombok
Utara dan Kabupaten Sumbawa;
e. Penanaman dalam rangka RHL di areal kerja Kelompok HKm se-
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok
Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Kota Bima.
Jumlah kelompok HKm dan luas areal kerja masing-masing
mengacu pada data Dinas Kehutanan Provinsi NTB (terlampir).
Komoditas yang direkomendasikanadalah kemiri, durian, kopi,
kakao, nangka, pala, alpukat, vanili, lada, dan tanaman berbuah
lainnya;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 33


f. Sosialisasi Perhutanan Sosial di seluruh kabupaten/kota dan
fasilitasi IUPHKm di Kabupaten Sumbawa Barat;
g. Rehabilitasi kawasan hutan di sekitar tangkapan air masing-masing
seluas 10 ha di 10 lokasi kabupaten/kota dan Tahura Nuraksa;
h. Memastikan ditunaikannya kewajiban Rehabilitasi DAS oleh
perusahaan pemegang IPPKH dan semua jenis perijinan yang
memperoleh manfaat langsung atau tidak langsung dari kawasan
hutan di seluruh Wilayah Nusa Tenggara Barat;
i. Menggalang dukungan pengamanan hasil kegiatan RHL dan
penegakan hukum bagi perusak hutan bersama TNI, POLRI,
POLHUT, Kelompok Pamhut, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
setempat;
j. Menerbitkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat tentang
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Terintegrasi;
k. Menggalang dukungan penganggaran kegiatan RHL dari
Kementerian dan Lembaga, BUMD/Swasta, lembaga donor dan
lain-lain;
l. Memastikan pelaksanaan kewajiban rehabilitasi DAS oleh 48
perusahaan pemegang IPPKH se-Nusa Tenggara Barat;
m. Peningkatan kemampuan teknis budidaya dan kelembagaan
Kelompok Tani Hutan Pemegang IUPHKm se-Nusa Tenggara Barat
melalui kegiatan bimbingan teknis dan studi banding di dalam
daerah dan luar NTB.

3. Tahun 2019-2020
a. Sosialisasi kegiatan RHLK melalui sekolah SD, SLTP, SLTA, Khutbah
Jum’at, Majelis Ta’lim dan Kesenian Tradisional;
b. Melanjutkan penyelenggaraan persemaian permanen di setiap
wilayah kerja KPHL/KPHP se-Nusa Tenggara Barat;
c. Rehabilitasi kawasan hutan di sekitar tangkapan air di 10 lokasi
kabupaten/kota

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 34


d. Pembangunan dam penahan dan atau terassering di seluruh areal
kerja KPHL/KPH yang telah terdegradasi berat;
e. Penanaman dalam rangka RHL di lahan kritis seluas 10.000 Ha
f. Memastikan seluruh kawasan hutan yang menjadi konsesi investor
jasa lingkungan telah terehabilitasi dan tertanami tanaman tahunan
sekurang-kurangnya 50 persen dari total kawasan yang dikelola;
g. Memastikan ditunaikannya kewajiban rehabilitasi DAS oleh
perusahaan pemegang IPPKH se-Nusa Tenggara Barat;
h. Merancang Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat tentang
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Terintegrasi
i. Melanjutkan penggalangan dukungan pengamanan hasil kegiatan
RHL dan perambahan hutan dari anggaran TNI, POLRI, POLHUT,
Kelompok Pamhut, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat;
j. Melanjutkan penggalangan dukungan penganggaran kegiatan RHL
dari Kementerian dan Lembaga Terkait, BUMD/SWASTA, NGO,
lembaga donor dan lain-lain;
k. Fasilitasi perhutanan sosial dan bintek optimalisasi pemanfaatan
ruang di areal HKm;
l. Penyelenggaraan temu usaha antara pelaku utama dan pelaku
usaha HHBK;
m. Pemantapan kelembagaan KTH menuju Koperasi atau Lembaga
Mandiri berbadan hukum;
n. Fasilitasi akses modal usaha dan akses pasar HHBK bagi Kelompok
Tani Hutan;
o. Bimbingan teknik pengolahan dan pengemasan hasil pertanian
bawah tegakan;

4. Tahun 2021-2022
a. Sosialisasi kegiatan RHLK melalui sekolah SD, SLTP, SLTA, Khutbah
Jum’at, Majelis Ta’lim, dan Kesenian Tradisional;
a. Melanjutkan penyelenggaraan persemaian permanen di setiap
wilayah kerja KPHL/KPHP se-Nusa Tenggara Barat;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 35


b. Fasilitasi pembangunan sarana irigasi embung bagi kawasan
rehabilitasi hutan dan lahan yang rawan kekeringan;
c. Rehabilitasi kawasan hutan di sekitar tangkapan air di 10 lokasi
kabupaten/kota;
a. Pembangunan dam penahan dan atau terassering di seluruh areal
kerja KPHL/KPH yang telah terdegradasi berat;
d. Penanaman dalam rangka RHL di lahan kritis seluas 10.000 ha;
e. Memastikan seluruh kawasan yang menjadi konsesi investor jasa
lingkungan telah tertanami dan terehabilitasi 100 persen;
f. Memastikan ditunaikannya kewajiban rehabilitasi DAS oleh
perusahaan pemegang IPPKH dan semua pihak yang memperoleh
manfaat langsung maupun tidak langsung dari kawasan hutan di
seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat;
g. Pengamanan hasil kegiatan RHL dan penegakan hukum terhadap
perusak hutan dari anggaran TNI, POLRI, POLHUT, Kelompok
Pamhut, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat;
h. Melanjutkan penggalangan dukungan penganggaran kegiatan RHL
dari Kementerian dan Lembaga,BUMN/BUMD/SWASTA, lembaga
donor, dan lain-lain;
i. Fasilitasi perhutanan sosial dan bintek optimalisasi pemanfaatan
ruang di areal HKm bagi anggota KTH;
j. Pemantapan kelembagaan KTH menuju Koperasi atau Lembaga
Mandiri.
k. Memastikan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB untuk
menganggarkan fasilitasi akte pendirian 40 Koperasi Wanatani;
l. Fasilitasi akses modal usaha dan akses pasar HHBK bagi KTH;
m. Bimbingan teknik pengolahan dan pengemasan hasil pertanian
bawah tegakan;
n. Evaluasi terhadap Road Map RHL 2016-2022

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 36


5. Tahun 2023-2024
a. Sosialisasi kegiatan RHLK melalui sekolah SD, SLTP, SLTA, Khutbah
Jum’at, Majelis Ta’lim, dan Kesenian Tradisional;
b. Melanjutkan penyelenggaraan persemaian permanen di setiap
wilayah kerja KPHL/KPHP se-Nusa Tenggara Barat;
c. Bimbingan penyelenggaraan dan penyediaan bibit tanaman RHL
secara swadaya di tingkat kelompok;
d. Melanjutkan penanaman dalam rangka RHL di lahan kritis seluas
10.000 ha;
e. Memastikan pelaksanaan kewajiban rehabilitasi DAS oleh
perusahaan pemegang IPPKH se-Nusa Tenggara Barat;
f. Pembinaan perbaikan mutu HHBK sesuai standar SNI dan standar
internasional;
g. Fasilitasi akses modal bagi pemegang ijin HKm, HD, HTI, HTR ke
lembaga keuangan formal dan BLU Kementerian LHK;
h. Pemantapan dan pengembangan kemitraan dengan industri
pengolahan HHBK dan ekspor;
i. Fasilitasi perhutanan sosial dan bintek optimalisasi pemanfaatan
ruang di areal HKm di seluruh wilayah KPH;
j. Pemantapan kelembagaan HKm menuju Koperasi atau Lembaga
Mandiri;
k. Memastikan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB mengalokasikan
anggaran untuk akte koperasi bagi 40 Koperasi Wanatani.

6. Tahun 2025-2026
a. Sosialisasi kegiatan RHLK melalui sekolah SD, SLTP, SLTA, Khutbah
Jum’at, Majelis Ta’lim, dan Kesenian Tradisional;
b. Melanjutkan penyelenggaraan persemaian permanen di setiap
wilayah kerja KPHL/KPHP se-Nusa Tenggara Barat;
c. Melanjutkan kegiatan penanaman di kawasan hutan yang telah
mengalami degradasi seluas 10.000 ha;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 37


d. Melanjutkan fasilitasi akses modal bagi pemegang ijin HKm, HD,
HTI, HTR ke lembaga keuangan formal dan BLU Kementerian LHK;
e. Fasilitasi perhutanan sosial dan bintek optimalisasi pemanfaatan
ruang di areal HKm di seluruh wilayah KPH;
f. Mengoptimalkan dukungan terhadap kegiatan RHL dari semua pihak
yang memperoleh manfaat dari kawasan hutan;
g. Memastikan ditunaikannya kewajiban rehabilitasi DAS oleh
perusahaan pemegang IPPKH se-Nusa Tenggara Barat;
h. Meningkatkan kerjasama pengamanan hasil rehabilitasi hutan dan
lahan dengan TNI, POLRI, Polhut, Pamhut, dan organisasi sosial
kemasyarakatan yang bergerak dalam pelestarian hutan dan
lingkungan;
i. Melanjutkan pemantapan kelembagaan HKm menuju Koperasi atau
Lembaga Mandiri;
j. Alokasi anggaran untuk peningkatan status kelembagaan HKm
menjadi Koperasi bagi 46 Kelompok HKm se-Nusa Tenggara Barat;
k. Memantapkan kemandirian kelompok HKm berbadan hukum
Koperasi dengan memfasilitasi akses modal dan akses pasar ke
lembaga keuangan formal.

Selain itu, dibutuhkan juga dukungan dari para pihak dalam menjadikan
program RHL sebagai kegiatan dan kebutuhan bersama. Dibutuhkan upaya
yang nyata untuk membangun kesadaran bahwa hutan yang lestari adalah
hajat hidup orang banyak, sehingga seluruh entitas pemerintahan dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat desa/kelurahan,
instansi vertikal, BUMN/BUMD, sektor swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi wanita, kelompok masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat/tokoh masyarakat, individu maupun komunal, harus memberikan
dukungan nyata dan terukur pada program rehabilitasi hutan dan lahan kritis
di Nusa Tenggara Barat.

Masing-masing stakeholder selanjutnya akan berpartisipasi secara


proporsional, nyata, terukur dan berkesinambungan untuk melakukan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 38


rehabilitasi hutan dan lahan kritis di wilayah DAS di dalam kawasan hutan
atau di luar kawasan hutan sesuai kesanggupannya. Agar dukungan
stakeholder dalam rehabilitasi hutan dan lahan kritis tersebut dapat
terlaksana secara berkesinambungan, maka partisipasi stakeholder tersebut
hendaknya diintegrasikan dalam program dan kegiatan dinas/instansi/satuan
kerja tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang dikawal oleh Dinas
Kehutanan Provinsi NTB sebagai leading sector pembangunan kehutanan.
Sejalan dengan itu, Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Badan Anggaran
DPRD, diharapkan memberikan dukungan sepenuhnya pada program
pengembalian fungsi-fungsi hutan melalui program rehabilitasi hutan dan
lahan kritis di Provinsi Nusa Tenggara Barat.Dinas Kehutanan Provinsi NTB
selaku leading sector bertugas mengendalikan dan melakukan pengawasan
serta melaksanakan pengusulan anggaran, utamanya pada jenis program
dan kegiatan sebagaimana tersebut di atas.
Selain hal-hal tersebut di atas, akan didorong dukungan dari sektor
lain/stakeholder dalam mendukung program RHL melalui kegiatan yang
terkait dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak antara lain :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTB


a. Mengalokasikan anggaran kegiatan RHL kepada seluruh
sektor/SKPD yang terlibat secara proporsional;
b. Mendorong dukungan lembaga donor terhadap kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis di seluruh Wilayah Nusa
Tenggara Barat;
c. Bersama Dinas Kehutanan Provinsi NTB memaduserasikan peran
masing-masing stakeholder untuk berkontribusi dalam kegiatan
RHL;
d. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis;
2. Dinas Pariwisata Provinsi NTB
a. Mewajibkan para pendaki gunung untuk membawa kembali
kemasan plastik yang dibawanya saat mendaki dan menanam
minimal 3 (tiga) batang bibit pohon di jalur pendakian;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 39


b. Mewajibkan setiap pengusaha hotel dan restoran yang
menggunakan air tanah dalam jumlah banyak agar berkontribusi
nyata dalam program rehabilitasi hutan dan lahan kritis;
c. Mengedepankan konsep ekowisata dalam pengembangan
pariwisata di seluruh Wilayah Nusa Tenggara Barat;
d. Mempromosikan pesan-pesan konservasi SDH dalam setiap even
budaya, terutama melalui kesenian tradisional seperti wayang
kulit dan lain-lain;
e. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
3. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB
a. Memasukkan kegiatan RHL dalam muatan lokal kurikulum
pendidikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari Taman Kanak-
Kanak, SD/MI, SLTP, SLTA, PERGURUAN TINGGI;
b. Mempromosikan kegiatan wisata alam ke dalam kawasan hutan
kepada peserta didik dan tenaga kependidikan;
c. Mengikutsertakan para peserta didik dan tenaga kependidikan
dalam kegiatan RHLK;
d. Mewajibkan setiap mahasiswa KKN untuk melakukan kegiatan
penghijauan di lokasi KKN;
e. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
4. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB
a. Mengalokasikan anggaran bagi pemberdayaan Kelompok Tani
Hutan;
b. Memastikan terfasilitasinya KTH dalam memenuhi kebutuhan
sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, pestisida) di dalam
RDKK;
c. Memastikan peningkatan produksi pangan padi dan palawija
tanpa merusak kawasan hutan;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 40


d. Bersama Dinas Kehutanan Provinsi NTB melakukan pendampingan
dalam budidaya dan pengolahan serta pemasaran hasil hutan
bukan kayu;
e. Mengalokasikan anggaran pemberdayaan bagi Kelompok Tani
Hutan;
f. Memastikan peningkatan produksi pangan padi dan palawija
tanpa merusak kawasan hutan;
g. Pendampingan dalam budidaya dan pengolahan serta pemasaran
hasil hutan bukan kayu;
h. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
5. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
a. Pembangunan bak-bak penampung air hujan di area yang akan
ditanami sehingga dapat menjamin kelangsungan pertumbuhan
tanaman;
b. Bersama Balai Wilayah Sungai melakukan eksplorasi sumber-
sumber air tanah untuk mendukung penyelenggaraan persemaian
permanen di setiap kabupaten/kota;
c. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
d. Mewajibkan setiap pengembang perumahan untuk menanam
tanaman buah-buahan tahunan dan membuat sumur resapan di
setiap unit rumah/bangunan yang dibangunnya.
6. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi NTB
a. Memastikan perusahaan tambang melakukan reklamasi dan
rehabilitasi DAS di dalam kawasan hutan pasca penambangan
secara benar sesuai kesepakatan sebelum operasional;
b. Mengeksplorasi dan menyalurkan air dari sumber-sumber air di
areal RHL untuk menjamin kelangsungan hidup tanaman;
c. Memastikan perusahaan tambang melakukan program
pemberdayaan masyarakat lingkar hutan melalui dana CSR nya

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 41


7. Dinas Sosial dan Kependudukan Provinsi Nusa Tenggara Barat
a. Melakukan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
lingkar hutan agar ada alternatif sumber penghasilan sehingga
tidak merusak hutan;
b. Mendorong masyarakat agar secara individu maupun komunal ikut
aktif menjaga kelestarian hutan dengan melaporkan kepada
aparat yang berwenang, jika menjumpai kegiatan yang merusak
kelestarian hutan dan lingkungan
8. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa(BPMPD)
a. Mewajibkan setiap Kepala Desa dan Lurah untuk memasukkan
kegiatan konservasi SDA dan lingkungan dalam perencanaan
pembangunan desa / kelurahan masing-masing secara
berkesinambungan;
b. Mengalokasikan anggaran pemberdayaan masyarakat di desa-
desa sekitar hutan melalui dana ADD;
c. Melakukan kegiatan penghijauan di sepanjang jalan desa maupun
jalan lingkungan.
9. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
a. Mengalokasikan anggaran rehabilitasi kawasan hutan mangrove
secara berkesinambungan;
b. Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan maupun
kawasan hutan mangrove.
10. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB
a. Mengalokasikan anggaran untuk fasilitasi pengurusan Badan
Hukum Koperasi bagi Gapoktan Kelompok Tani Hutan;
b. Pemberdayaan masyarakat lingkar hutan melalui pelatihan dan
magang.
11. TNI dan POLRI
a. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi NTB dan UPT
Kementerian LHK di Wilayah NTB dalam mengamankan kawasan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 42


hutan dari pelaku illegal logging, illegal mining, perambahan, dan
perilaku illegal lainnya;
b. Mendorong seluruh anggota TNI dan POLRI serta organisasi
wanita di lingkungan TNI/POLRI untuk ikut mengkampanyekan
kegiatan konservasi hutan dan lahan di setiap kesempatan;
c. Mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan RHL secara
langsung pada setiap fungsi hutan;
d. Bersama masyarakat melakukan penghijauan di lokasi TNI
Manunggal Masuk Desa (TMMD);
e. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
12. Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perijinan
TerpaduProvinsi NTB
a. Memastikan adanya klausul kewajiban RHLK bagi investor yang
berinvestasi di kawasan hutan;
b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan RHLK oleh
para pemegang ijin pemanfaatan kawasan hutan;
c. Memastikan bahwa investasi yang dilakukan di dalam kawasan
hutan tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
13. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Nusa Tenggara Barat
a. Mewajibkan mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk mengkampanyekan kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan di lokasi KKN masing-masing;
b. Memasukkan unsur RHL dalam kegiatan pengabdian masyarakat
di setiap PTN/PTS;
c. Membuat kajian-kajian ilmiah mendukung suksesnya pelaksanaan
kegiatan RHL
d. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 43


14. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTB
a. Mewajibkan setiap pasangan calon pengantin untuk menanam
tanaman kayu sebelum melangsungkan pernikahan;
b. Mendorong peran komunitas dan organisasi keagamaan untuk
berperan aktif dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis;
c. Mengintegrasikan pesan-pesan konservasi tanah dan air serta
pelestarian alam dalam kegiatan keagamaan seperti dalam
khutbah juma’at dan pengajian-pengajian serta even keagamaan
masyarakat setempat;
d. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
15. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi NTB
a. Menetapkan hukuman maksimal bagi para pelaku illegal logging,
illegal mining, perusak lingkungan dan penyerobotan kawasan
hutan;
b. Menjadikan kegiatan RHL sebagai salah satu kegiatan bagi
narapidana yang telah memasuki tahapan asimilasi atau
pembebasan bersyarat;
c. Melaksanakan program lain yang pro rehabilitasi hutan dan lahan
kritis.
16. Perusahaan tambang, pemegang IUPJLHL/P dan perusahaan
lain yang beroperasi di kawasan hutan (provider celluler, air
minum kemasan, hotel dan restoran, dll);
a. Melakukan reklamasi dan RHL secara konsisten dan
berkesinambungan selama masa beroperasi;
b. Memastikan penggunaan dana CSR untuk kegiatan RHL di DAS
sesuai identifikasi Tim Verifikasi Rehabilitasi DAS Provinsi NTB
atau kawasan hutan yang menjadi konsesinya secara bertahap
dan berkesinambungan;
c. Melaksanakan program lain yang pro RHL.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 44


Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 45
Tabel 4.Sasaran dan PeranStakeholder Dalam Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Tahun 2016-2026

No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab


Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. 2016 Pembentukan Memaduserasikan dan Keputusan Gubernur Nusa Terbentuknya Tim Dinas Lingkungan Hidup dan
1. Tim Pengendali mengintegrasikan Tenggara Barat Nomor Pengendali Rehabilitasi Kehutanan Provinsi Nusa
Rehabilitasi Hutan peran masing-masing 522-602, Tanggal 11 Juli Hutan dan Lahan Kritis Tenggara Barat
dan Lahan Kritis stakeholder untuk 2016 Tentang Tim Tingkat Provinsi Nusa
Tingkat Provinsi berkontribusi dalam Pengendali Rehabilitasi Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Tim Penyusun
Barat dan Hutan dan Lahan Tingkat Provinsi NTB Roadmap Rehabilitasi
2. Tim Penyusun Keputusan Kepala Dinas Hutan dan Lahan Kritis
Roadmap Kehutanan Provinsi NTB Tingkat Provinsi Nusa
Rehabilitasi Hutan Nomor 188 / 44 / Kpts / Tenggara Barat
dan Lahan Kritis RKH / Dishut /2016,
Tingkat Provinsi tanggal 1 Agustus 2016
Nusa Tenggara tentang Tim Pengendalian
Barat Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Kritis Provinsi NTB
2. 2016 Penyusunan Integrasi program Road Map Rehabilitasi Terintegrasinya Tim Penyusun Roadmap
Roadmap rehabilitasi hutan dan Hutan dan Lahan Kritis program rehabilitasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Rehabilitasi Hutan lahan kritis kepada Provinsi Nusa Tenggara hutan dan lahan kritis Kritis Provinsi Nusa Tenggara
dan Lahan Kritis seluruh entitas Barat Tahun 2016-2026 kepada seluruh entitas Barat
Tingkat Provinsi pemerintahan dari pemerintahan dari
Nusa Tenggara tingkat pusat hingga tingkat pusat hingga
Barat tingkat pemerintah tingkat pemerintah
desa/kelurahan; desa/kelurahan;
instansi vertikal; instansi vertikal;
BUMN/BUMD; sektor BUMN/BUMD; sektor
swasta; organisasi swasta; organisasi
sosial sosial
kemasyarakatan; kemasyarakatan;
organisasi wanita; organisasi wanita;

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 46


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
kelompok masyarakat; kelompok masyarakat;
tokoh agama; tokoh tokoh agama; tokoh
adat/tokoh masyarakat masyarakat maupun
maupun perseorangan perseorangan
3. 2016- Penyelenggaraan Wilayah Kerja KPH se- Persemaian permanen Terselenggaranya 20 BPDASHL Dodokan
2026 persemaian Nusa Tenggara Barat unit persemaian Moyosari,Dinas LHK, Dinas PU,
permanen permanen di setiap KPH, Pemkab/Pemkot, BWS
wilayah kerja NTB
KPHL/KPHP se-Nusa
Tenggara Barat
4. 2017- Penyelenggaraan Kelompok Tani Hutan Kebun Bibit Rakyat 54 KBR se-Nusa Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
2026 Kebun Bibit Rakyat Pemegang IUPHKm Tenggara Barat Moyosari, KPH,
Pemkab/Pemkot
5. 2016 Pembentukan Tim Perusahaan Pemegang Tim Verifikasi Rehabilitasi Data DAS yang harus Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
Verifikasi Ijin Pinjam Pakai Daerah Aliran Sungai bagi direhabilitasi Moyosari, Distamben,
Rehabilitasi Daerah Kawasan Hutan di NTB Pemegang IPPKH pemegang IPPKH Pemegang IPPKH
Aliran Sungai bagi
Pemegang Ijin
Pinjam Pakai
Kawasan Hutan di
NTB
6. 2016- Rehabilitasi Hutan dan lahan kritis Data mata air yang perlu Terhabilitasinya 205 Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
2026 kawasan hutan di di sekitar mata air se- direhabilitasi di seluruh titik mata air di Pulau Moyosari, KPH, BPBD, BISDA,
sekitar tangkapan Nusa Tenggara Barat wilayah DAS Lombok dan 305 titik Pemkab/Pemkot, BKSDA, Balai
air kabupaten/kota mata air di Pulau TNGR, Balai TNGT, Pramuka,
Sumbawa seluruh entitas pemerintahan
dari tingkat pusat hingga
tingkat desa/kelurahan,
instansi vertikal, BUMN/BUMD,
sektor swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 47


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
profesi, organisasi wanita,
kelompok masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat/tokoh
masyarakat, perseorangan dll
7. 2016- Penanaman dalam Lahan kritis di dalam Terehabilitasinya kawasan Terehabilitasinya Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
2026 rangka rehabilitasi dan diluar kawasan hutan dan lahan kritis kawasan hutan dan Moyosari, KPH, BPBD, BISDA,
hutan dan lahan hutan dengan prioritas seluas 126.928,93 ha lahan kritis seluas Pemkab/Pemkot, BKSDA, Balai
kritis di seluruh kategori kritis dan 12.692,9 ha/pertahun TNGR, Balai TNGT, Pramuka,
Nusa Tenggara agak kritis dan kritis seluruh entitas pemerintahan
Barat dari tingkat pusat hingga
tingkat desa/kelurahan,
instansi vertikal, BUMN/BUMD,
sektor swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi
wanita,organisasi profesi,
kelompok masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat/tokoh
masyarakat, perseorangan dll
8. 2017 Pembangunan Ibukota Terbangunnya hutan kota Terbangunnya hutan Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
hutan kota di ruang Kabupaten/Kota se- sebagai ruang terbuka kotai minimal seluas Moyosari, Pemkab/Pemkot,
terbuka hijau Nusa Tenggara Barat hijau di ibukota 10 ha Pramuka, seluruh entitas
kabupaten/kota se-Nusa pemerintahan dari tingkat
Tenggara Barat pusat hingga tingkat
desa/kelurahan, instansi
vertikal, BUMN/BUMD, sektor
swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi
profesi, organisasi wanita,
kelompok masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat/tokoh
masyarakat, perseorangan,
pencinta lingkungan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 48


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
9. 2016- Pembangunan dam Kawasan hutan rawan Data kawasan hutan Terbangunnya dam BPDASHL Dodokan Moyosari,
2026 penahan sedimen longsor dan rawan rawan longsor dan erosi penahan dan KPH, Dinas PU,
dan terassering erosi galur galur terssering di wilayah
kawasan hutan kerja KPH se-NTB
rawan longsosr
10. 2016- Reboisasi kawasan Geopark Rinjani dan Design tapak Geopark Terehabilitasinya Bappeda, Dinas Pariwisata,
2026 hutan penunjang Geopark Tambora Rinjani dan Geopark kawasan hutan yang DPH Geopark, Balai TNGR,
geopark Tambora mengalami degradasi Balai TNGT, BKSDA
dalam wilayah deliniasi
geopark
11. 2016- Meningkatkan Kelompok Tani Hutan Data areal kerja Kelompok Rehabilitasi kawasan KTH, KPH, Dinas LHK,
2026 kinerja rehabilitasi pemegang PAK dan Tani Hutan pengelola hutan seluas Perguruan Tinggi, Pemdes,
hutan dan lahan IUPHKm di seluruh kawasan se-Nusa 30.282,50 ha yang Konsepsi, Samanta,
kritis di areal kerja NTB Tenggara Barat dikelola oleh 86 Transform, dan LSM
Kelompok Tani Kelompok Tani Hutan Pendamping lainnya,
Hutan pemegang se-NTB
IUPHKm
12. 2017- Rehabilitasi DAS Rehabilitasi DAS Terdistribusinya Terehabilitasinya DAS Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
2026 bagi Pemegang Ijin Palung dan DAS Moyo kewajiban rehabilitasi DAS Palung dan DAS Moyo Moyosari, Distamben,
Pinjam Pakai dan DAS Dodokan kepada masing-masing serta DAS prioritas Pemegang IPPKH
Kawasan Hutan dan perusahaan pemegang lainnya
semua bentuk IPPKH secara bertahap
perijinan yang dan berkesinambungan
memanfaatkan
kawasan hutan
13. 2017- Sosialisasi kegiatan Siswa SD, SLTP, SLTA, Terintegrasinya program Program dan kegiatan Dinas LHK, Dinas Pendidikan
2026 RHLK melalui Khutbah Jum’at, RHL dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan dan Kebudayaan, Dinas
sekolah SD, SLTP, Majelis Ta’lim, dan belajar mengajar kegiatan lahan dalam kurikulum Pariwisata, Kanwil Kemenag,
SLTA, Khutbah Kesenian Tradisional keagamaan, dan kesenian atau muatan lokal Pemkab/Pemkot, Camat,
Jum’at, Majelis rakyat lembaga pendidikan Lurah, Kades, toga, toma,
Ta’lim, dan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 49


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kesenian
Tradisional
14. 2017- Penyiapan sumur Kawasan hutan dan Sumur bor, pompa air, Jumlah sumur bor, Dinas PU P2AT, Dinas LHK,
2026 bor, mesin pompa lahan kritis dengan bak penampung air dan pompa air, dan bak KPH, Pemkab/Pemkot
dan bak curah hujan yang sarana distribusi air ke penampung air yang
penampungan air sangat rendah kawasan hutan yang disiapkan
dan sarana direhabilitasi
pendukung untuk
penyelenggaraan
persemaian dan
lokasi kegiatan RHL
15. 2016- Sosialisasi Masyarakat sekitar Tersosialisasinya program Jumlah KTH yang Dinas LHK, Dinas PMPT, KPH,
2026 perhutanan sosial di hutan perhutanan sosial di difasilitasi PAK dan
seluruh seluruh kabupaten/kota IUPHKmnya
kabupaten/kota dan dan wilayah kerja KPH se-
fasilitasi IUPHKm NTB
16. 2016- Bimbingan Kelompok Tani Hutan Produsen bibit tanaman 86 KTH se-Nusa Dinas LHK, BPDASHL Dodokan
2026 penyelenggaraan dan Kelompok hutan mandiri Tenggara Barat Moyosari, KPH, PT, LSM
dan penyediaan masyarakat lainnya Pendamping
bibit tanaman RHL
secara swadaya di
tingkat kelompok
17. 2017- Sosialisasi dan Masyarakat luas Tersosialisasinya program Sosialisasi melalui Dinas LHK, Dinas Pariwisata,
2026 promosi RHL dan kegiatan rehabilitasi media cetak 18 kali Biro Humas dan Protokol,
melalui media hutan dan lahan melalui setahun, media Diskominfo, Kanwil Kemenag,
massa cetak, media massa cetak, elektronik 6 kali Media Massa,TOMA, TOGA
elektronik, media elektronik, media setahun, media online
hiburan tradisional tradisional, dan media 250 kali setahun,
seperti wayang keagamaan media tradisional 6 kali
kulit, aktivitas setahun, media
keagamaan dan keagamaan 12 kali

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 50


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
budaya setahun
18. 2017- Pengembangan satu Kelompok Tani Hutan Terbentuknya Terbangunnya minimal Dinas LHK, KPH, BPDASHL
2026 demplot RHL pemegang PAK dan Laboratorium Lapangan 1 Laboratorium Dodokan Moyosari, Balai
terpadu di setiap IUPHKm dan sebagai lokasi Sekolah Lapangan sebagai TNGR, TNGT, BKSDA
wilayah KPH perusahaan Pemegang Lapang Rehabilitasi Hutan pendukung SLRHLK di
sebagai IPPKH dan Lahan Kritis (SLRHLK) 20 KPH
laboratorium
lapangan untuk
mendukung
pelaksanaan
Sekolah Lapang
Rehabilitasi Hutan
dan Lahan
(SLRHLK)
19. 2016- Rehabilitasi hutan Kawasan hutan Terehabilitasinya kawasan Rehabilitasi bertahap BPDASHL Dodokan Moyosari,
2026 mangrove dan mangrove di wilayah hutan mangrove di dan Pemkab/Pemkot, Pramuka,
sempadan pantai pesisir dan pulau-pulau wilayah pesisir dan pulau- berkesinambungan seluruh entitas pemerintahan
kecil yang telah pulau kecil 49.174 ha kawasan dari tingkat pusat hingga
terdegdradasi mangrove di seluruh tingkat desa/kelurahan,
wilayah pesisir NTB instansi vertikal, BUMN/BUMD,
sektor swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi
profesi, organisasi wanita,
kelompok masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat/tokoh
masyarakat, perseorangan,
pencinta lingkungan
20. 2016- Dukungan Kawasan hutan yang Pengamanan kawasan Terpeliharanya hasil Dinas LHK, TNI, POLRI,
2026 pengamanan hasil menjadi lokasi hutan dan hasil kegiatan kegiatan RHL dari Pemkab/Pemkot, Camat,
kegiatan RHL dan kegiatan RHL dan RHL dari gangguan dan gangguan faktor non Lurah, Kades TOGA, TOMA,
penegakan hukum kawasan hutan yang perusakan alam Pamhut, KTH,
bagi perusak hutan berbatasan dengan

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 51


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
bersama TNI, pemukiman
POLRI, POLHUT,
Kelompok Pamhut,
tokoh agama, dan
tokoh masyarakat
21. 2017 Menerbitkan Dinas/instansi/satuan Peraturan Gubernur Nusa Terintegrasinya Dinas LHK, Biro Hukum, Biro
Peraturan Gubernur kerja lingkup Tenggara Barat tentang program dan kegiatan Humas dan Protokol, Bappeda,
Nusa Tenggara pemerintah provinsi Rehabilitasi Hutan dan rehabilitasi hutan dan BPKAD
Barat tentang dan kabupaten/kota Lahan Kritis Terintegrasi lahan kritis ke dalam
Rehabilitasi Hutan se-NTB program dan kegiatan
dan Lahan Kritis dinas/badan/instansi/s
Terintegrasi atuan kerja lingkup
pemerintah provinsi
22. 2017- Dukungan kegiatan Dukungan Komitmen kesediaan Alokasi anggaran APBN Kementerian/Lembaga Negara,
2026 RHL dari penganggaran untuk ikut mengambil untuk mendukung SKPD Provinsi/SKPD
Kementerian dan program dan kegiatan peran, tugas dan program RHL di setiap Kabupaten/Kota,
Lembaga, RHL dari Kementerian tanggung jawab dalam dinas/instansi/satuan Kelurahan/Desa, Lembaga
BUMD/Swasta, dan Lembaga program rehabilitasi hutan kerja dan instansi Donor
lembaga donor dan BUMD/Swasta, dan lahan kritis dari vertikal di NTB
lain-lain lembaga donor dan kementerian dan lembaga
lain-lain
23. 2017 Peraturan Daerah Dukungan BANGGAR TAPD dan Badan Terintegrasinya Dinas LHK, DPRD, Biro Hukum,
Provinsi Nusa DPRD dan TAPD Anggaran DPRD program dan kegitan Biro Humas dan Protokol
Tenggara Barat terhadap rehabilitasi mengintegrasikan rehabilitasi hutan dan
tentang Rehabilitasi hutan dan lahan penganggaran program lahan kritis ke dalam
Hutan dan Lahan terintegrasi rehabilitasi hutan dan program dan kegiatan
Kritis Terintegrasi lahan kritis ke dalam dinas/badan/instansi/s
program dan kegiatan atuan kerja lingkup
dinas/badan/instansi/satu provinsi dan
an kerja kabupaten/kota se-
NTB

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 52


No Waktu Program Target/ Output Indikator Kinerja Penanggung Jawab
Kegiatan Sasaran/Lokasi
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
24. 2017- Bimbingan teknik Kelompok Tani Hutan Pemanfaatan ruang yang Terlatihnya pengurus Dinas LHK, KPH, BPDASHL
2026 optimalisasi semakin optimal 86 KTH pemegang PAK Dodokan
pemanfaatan ruang dan IUPHKm Moyosari
di areal HKm
25. 2017- Temu usaha antara Kelompok Tani Hutan Terselenggaranya temu Jumlah MoU antara Dinas LHK, KPH, BPDASHL
2026 pelaku utama dan dan Pelaku Usaha usaha antara KTH dengan KTH dengan pelaku Dodkan Moyosari, Dinas
pelaku usaha HHBK Hasil Hutan Bukan pelaku usaha HHBK usaha yang Pertanian, Dinas Koperasi dan
Kayu ditandatangani UMKM, Dinas Perdagangan
26. 2016- Pemantapan Kelompok Tani Hutan Peningkatan status Jumlah Pemegang Dinas LHK, KPH, Dinas
2026 kelembagaan KTH Pemegang IUPHKm kelembagaan KTH IUPHKm yang menjadi Koperasi dan UMKM,
menuju Koperasi menjadi Koperasi koperasi berbadan Pemkab/Pemkot
atau Lembaga Berbadan Hukum hukum
Mandiri
27. 2017- Fasilitasi akses KTH Pemegang Terfasilitasinya akses Jumlah Pemegang Dinas LHK, Dinas
2026 modal usaha dan IUPHKm modal ke lembaga IUPHKm yang mampu Perdagangan, Dinas Koperasi
akses pasar HHBK keuangan formal dan akses modal dan akses dn UMKM, Pemkab/Pemkot,
bagi Kelompok Tani akses pasar pasar Lembaga Keuangan Formal,
Hutan
28. 2017- Bimbingan teknik KTH Pemegang Meningkatnya mutu Peningkatan kuantitas Dinas LHK, Dinas
2026 pengolahan dan IUPHKm produk olahan dan dan kualitas serta Perindustrian, Dinas Pertanian
pengemasan hasil kualitas kemasan IUPHKm pemasaran produk dan Perkebunan, Pelaku
pertanian bawah olahan HHBK sesuai Usaha,
tegakan standar SNI dan
standar internasional
29. 2017- Pengembangan Hasil hutan bukan Pengembangan usaha Terbangunnya industri Dinas LHK, KPH, Dinas
2026 industri hilir dan kayu olahan produk HHBK hilir HHBK di setiap Perindustrian, Dinas
perluasan akses lantai hutan wilayah KPH Perdagangan, Industri,
pasar bagi Perusahaan Eksport/Impor.
komoditas hasil
hutan bukan kayu

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 53


Selain itu, dukungan Peran dan Tanggung Jawab Setiap Entitas
Pemerintahan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan/ Desa/Kelurahan,
Instansi Vertikal, BUMN/BUMD, Sektor Swasta, Organisasi Sosial
Kemasyarakatan, Organisasi Wanita, Kelompok Masyarakat, Tokoh Agama,
Tokoh Adat/Tokoh Masyarakat dalam Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kritis di Nusa Tenggara Barat, perlu terus dilakukan untuk memaduserasikan
peran masing-masing stakeholder tersebut dan mengintegrasikan kegiatan
RHL dalam program dan kegiatan instansinya masing-masing.

Adapun output yang diharapkan secara umum adalah terbangunnya


komitmen dan kesediaan setiap instansi untuk mengambil peran, tugas dan
tanggungjawab dalam program RHL sehingga ke depannya RHL memiliki
peran yang semakin penting. Instansi yang dilibatkan adalah seluruh instansi
dari tingkat desa sampai ke tingkat provinsi se Nusa Tenggara Barat

D. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari kegiatan pembinaan yang


harus dilaksanakan oleh pemerintah.Kegiatan monitoring dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi terkait dengan pelaksanaan RHL dan
berbagai dukungan yang diperoleh dari para pihak. Monitoring tersebut
merupakan aktifitas untuk mengetahui gambaran mengenai tahapan proses
pelaksanaan RHL, masalah yang dihadapi dan hasil-hasil keragama kegiatan
secara menyeluruh sebagai input untuk menyempurnakan kegiatan lebih
lanjut.

Monitoring dan evaluasi ini berhubungan dengan upaya meningkatkan


efisiensi dan efektifitas alokasi sumberdaya serta meningkatkan akuntabilitas
kegiatan RHL. Dengan dilakukannya monev, penanggungjawab atau leading
sector akan memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan-keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja.

Monitoring akan memberikan jaminan terlaksananya suatu pekerjaan sesuai


rencana dengan melakukan pengecekan terhadap kegiatan-kegiatan yang
dijalankan, mencatat kemajuan yang sesuai dengan rencana, menemukenali

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 54


kekuatan dan masalah yang timbul dan melakukan penyesuaian dengan
adanya perubahan yang terus terjadi di lingkungan kegiatan.

Sementara nilai pentinya evaluasi adalah memperlihatkan keberhasilan atau


kegagalan RHL, menunjukkan dimana dan bagaimana perlu dilakukan
perubahan, memberikan informasi untuk membuat perenanaan dan
pengambilan keputusan dan membantu untuk dapat melihat konteks dengan
lebih luas serta implikasinya terhadap kinerja program RHL.

Monev yang akan dilakukan adalah Monev Terintegrasi yang diartikan


sebagai kegiatan Monev yang instrumentnya dirancang secara integrative
untuk semua kegiatan dan dilaksanakan bersama-sama dengan pihak
lainnya yang terkait.

E. PEMBIAYAAN

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut-II/2013,


pembiayaan untuk menyelenggarakan RHL bersumber pada :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2. Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan

3. Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi

4. Sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat.

Kegiatan RHL dilakukan dengan menggunakan prinsip tahun jamak


(multiyear) dan untuk yang di dalam kawasan hutan, dapat secara
kontraktual maupun swakelola sesuai peraturan perundangan.Seluruh
kegiatan penanaman pohon di dalam dan di luar kawasan hutan yang
dilaksanakan oleh masyarakat dan program kementerian/lembaga dikelola
dan dilaporkan secara periodik kepada Menteri melalui mekanisme sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 55


Terkait dengan pembiayaan, juga diatur beberapa hal antara lain :

1. Penyelenggaraan RHL pada hutan produksi dan APL yang telah


dibebani izin pemanfaatan hutan atau izin penggunaan kawasan hutan
dibiayai oleh pemegang izin.

2. Penyelenggaraan RHL pada hutan produksi dan APL yang hak


pengelolaannya dilimpahkan kepada BUMN bidang kehutanan atau
lembaga yang diberi hak pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan
khusus dibiayai oleh BUMN bidang kehutanan atau lembaga

3. Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN


bidang kehutanan atau KPH untuk melaksanakan RHL pada APL di
wilayah kerjanya dan atau di sekitar wilayah kerjanya dengan dana dari
APBD/APBN

Pembiayaan RHL akan dialokasikan pada LMU yang termasuk Prioritas I dan
Prioritas II dengan mengacu pada RTRKHL DAS yang disusun oleh BPDASHL
Dodokan Moyosari berupa analisa pembiayaan RHL di Provinsi NTB selama
15 tahun

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 56


BAB IV. PENUTUP

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat adalah suatu keniscayaan.Hutan yang


dikelola dengan baik dan lestari akan mampu mendatangkan kesejahteraan bagi
masyarakat luas, khususnya masyarakat yang berdomisili dan menggantungkan
hidupnya dari hutan. salah satu bentuk pengelolaan yang dapat dibuat terintegrasi
dan mendukung sektor-sektor lainnya adalah Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Roadmap Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Tahun 2017-2026 disusun sebagai
panduan seluruh stakeholder dalam berkontribusi mendukung program rehabilitasi
hutan dan lahan kritis di Nusa Tenggara Barat.

Dukungan dan keberpihakan Tim Anggaran Pemerintah Daerah(TAPD) dan Badan


Anggaran DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk mengintegrasikan kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis dalam program dan kegiatan setiap
dinas/instansi/satuan kerja lingkup pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, hingga desa/kelurahan se-Nusa Tenggara Barat, sebagaimana
pengintegrasian program pengentasan kemiskinan akan sangat menentukan
keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan kritis selanjutnya.

Selanjutnya dibutuhkakn komitmen yang kuat untuk mengintegrasikan program


rehabilitasi hutan dan lahan kritis ke dalam program dan kegiatan dari seluruh
entitas pemerintahan dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat
desa/kelurahan, instansi vertikal, BUMN/BUMD, sektor swasta, organisasi sosial
kemasyarakatan, organisasi wanita, kelompok masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat/tokoh masyarakat, maupun individu agar memberikan dukungan nyata dan
terukur pada program rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Nusa Tenggara Barat.

Indikator keberhasilan pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan lahan kritis


adalah kembalinya fungsi-fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan dan
peningkatan taraf hidup, kesejahteraan masyarakat lingkar hutan yang selama ini
menjadi salah satu penyumbang angka kemiskinan di wilayah Nusa Tenggara
Barat.

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 57


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .
................................................................................................................. 66
LAMPIRAN ............................................................................................... .
................................................................................................................. 67

PETA-PETA :

Peta kawasan hutan NTB

Lahan kritis, Peta Arahan RHL

Peta RHL per KPH

Road Map RHL Provinsi NTB 2016-2026 Page 58

Anda mungkin juga menyukai