pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. • Programa Penyuluhan Kehutanan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan perdoman serta sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan kehutanan. • Materi Penyuluhan adalah bahan penyuluhan di bidang kehutanan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kehutanan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam bentuk informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. PERAN PENYULUH KEHUTANAN
1) Pendamping Masyarakat 2) Mengorganisir Masyarakat 3) Pengawal Pembangunan Kehutanan 4) Mengamankan Aset Negara berupa Hutan. Pengertian Adopsi
Adopsi dalam proses penyuluhan, pada hakekatnya
dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, baik yang berupa : pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Pengertian Inovasi • “Suatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek- praktek baru yang belum banyak diketahui dan digunakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan” Difusi Inovasi dalam Penyuluhan
Difusi inovasi adalah perembesan atau
penyebaran inovasi darisatu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain, dalam sistem sosial masyarakat sasaran penyuluhan yang sama. Contoh Studi Kasus Adopsi Inovasi
Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi
Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan Di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) Penelitian ini bertujuan:
1. mempelajari pengaruh faktor faktor karakteristik
petani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan 2. mempelajari pengaruh faktor-faktor usahatani terhadap jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan 3. mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani. • Penelitian ini dilakukan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat • Menggunakan metode survai bersifat deskriftif dengan pendekatan tehnik sampling populasi terhadap 80 responden. • Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Kondisi karakteristik petani mempunyai pengaruh
nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan dalam pengolahan lahan sawah. Lebih dari lima puluh persen petani tergolong perintis dan pelopor dalam adopsi inovasi traktor tangan di desa Neglasari. Hal ini disebabkan oleh tingkat keeratan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan jaringan komunikasi petani baik level individu maupun level klik yang berkembang secara konvergen dengan dukungan peran dari tokohtokoh formal dan nonformal masyarakat lokal. 2) Faktor-faktor positif dari karakterisik usahatani atas tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan, menunjukkan bahwa luas lahan garapan dan produktifitas lahan memberi konstribusi paling besar terhadap jaringan komunikasi. Biaya pengolahan lahan dengan traktor tangan tidak memberi pengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. 3) Faktor-faktor positif dari ciri-ciri adopsi inovasi menunjukkan tingkat observabilitas memberi konstribusi terbesar terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. Sebagian besar petani merasakan adopsi inovasi traktor tangan memberi tingkat keuntungan relatif tergolong tinggi, dan sebaliknya petani menganggap tingkat kompleksitas traktor tangan bernilai negatif terhadap adopsi inovasi taktor tangan. 4) Untuk mengembangkan dinamika jaringan komunikasi di tingkat petani perlu meningkatkan peran tokoh-tokoh formal dan informal termasuk petugas penyuluh lapangan dengan mengedepankan komunikasi konvergen dan memanfaatkan media komunikasi massa secara optimal sebagai upaya meningkatkan kekosmopolitan petani.