Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup menginginkan agar tempat tinggalnya lestari. Lingkungan hidup
yang lestari akan memberi kebahagiaan bagi penghuninya. Lingkungan hidup yang lestari
berarti lingkungan yang bebas dari berbagai pencemaran. Masalah pencemaran telah cukup
lama dirasakan baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang berkembang,
khususnya kota-kota di setiap negara. Maka setiap warga masyarakat perlu mengenali masalah
lingkungan hidupnya.
Hutan kota adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk mengurangi dampak
pencemaran lingkungan di kota. Hutan kota tidak selalu ada di setiap kota di Indonesia,
sehingga dampak pencemaran lingkungan di kota semakin berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pendek kata, kita semua perlu mempelajari peran hutan kota mengurangi pencemaran
lingkungan di kota dan apa saja manfaat yang lain.
Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan
dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan
kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Untuk itu, hutan kota tidak
hanya berarti hutan yang berada di kota, tetapi dapat pula berarti bahwa hutan kota dapat
tersusun dari komponen hutan, dan kelompok vegetasi lainnya yang berada di kota, seperti
taman kota, jalur hijau, serta kebun, dan pekarangan.
Berekreasi di alam bebas sudah merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah perkotaan yang dalam kesehariannya sudah penuh dengan ketegangan dan kebisingan.
Dan hutan kota merupakan salah satu tempat untuk melepas ketegangan dan stress, sehingga
memperoleh kesegaran, baik jasmani maupun rohani.
Selain untuk melepaskan kejenuhan, hutan kota pun dapat berfungsi untuk menghambat
penurunan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan, terutama yang diakibatkan oleh berbagai
pencemaran yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu tatanan kehidupan masyarakat
perkotaan. Adapun pemahaman tentang peranan hutan kota tidak terlepas dari upaya
2

memahami keunggulan vegetasi dalam rekayasa lingkungan, sekaligus mengenali pula sifat-
sifat tumbuhan beserta bagian-bagiannya dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan.

1.2 Tujuan penulisan


Bumi telah mengalami perubahan lingkungan yang besar. Di berbagai belahan telah
terjadi kerusakan, baik yang terjadi secara alami maupun disebabkan oleh manusia.
Perubahan lingkungan akibat polusi dan pencemaran lingkungan paling dirasakan oleh
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan, pertambahan jumlah
penduduk dan besarnya arus urbanisasi serta pesatnya perkembangan teknologi.
Tujuan Penulisan makalah ini, agar para pembaca lebih memahami dan mengetahui
apa itu pencemaran dan peran Hutan Kota sebagai solusi dalam mengurangi dampak
pencemaran lingkungan di daerah perkotaan.
3

BAB II
PERMASALAHAN

3. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini, antaralain:
a. Pencemaran :
 Apa yang dimaksu dengan Pencemaran ?
 Bagaimana pengaruh pencemaran terhadap kesehatan ?
b. Hutan Kota :
 Apa yang dimaksud dengan Hutan Kota ?
 Bagaimana Bentuk dan Struktur Hutan Kota ?
 Bagaimana Tipe Hutan kota berdasarkan tujuan dan tempat/lokasinya ?
 Apa fungsi Hutan Kota, dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan di daerah
perkotaan ?
4

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pencemaran
3.1.2 Pengertian Pencemaran Lingkungan
Semua keadaan dan proses yang dapat menyebabkan terganggunya kelestarian alam dan
mengancam keselamatan atau kesejahteraan kehidupan manusia disebut sebagai pencemaran.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya pencemaran disebut sebagai bahan pencemaran atau
polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut sebagai polutan bila keberadaan zat tersebut
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

3.1.3 Pengaruh Pencemaran Terhadap Kesehatan


Para ahli telah melakukan penelitian, tentang pengaruh pencemaran terhadap lingkungan.
Dari hasil penelitian itu terbukti bahwa salah satu penyebab adanya bahaya dan gangguan
kesehatan manusia itu, adalah pencemaran lingkungan. Air sebagai bagian dari lingkungan
hidup, dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena sudah tercemar. Kesehatan manusia
dapat juga terganggu bila menghirup udara bebas yang mengandung uap air yang kotor.
Kesehatan manusia juga dapat terganggu karena pencemaran tanah. Sampah-sampah yang
dibuang begitu saja di atas permukaan tanah, akan mempengaruhi kesehatan lingkungan dan
manusia. Pembuangan sampah yang mengandung banyak bahan kimia beracun dari industri,
akan mencemari tanah pertanian. Maka secara tidak langsung akan merugikan manusia. Tanah
yang tercemar oleh bahan-bahan kimia racun industri, akan mengotori air di dalam tanah.
Air tanah yang kotor sudah tentu akan mengganggu kesehatan manusia. Belum lagi bahan-
bahan pencemar lainnya yang secara langsung atau tidak langsung merugikan kehidupan
manusia. Itulah sebabnya mengapa masalah pemeliharaan kesehatan manusia, perlu diimbangi
dengan usaha melestarikan lingkungan hidup dengan salah satu cara untuk mendirikan hutan
kota.
5

3.2. Hutan Kota


3.2.1 Pengertian Hutan Kota
Hutan Kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di
lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk) dengan
struktur menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi
satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. Agar semua fungsi hutan kota
tersebut dapat dimaksimalkan maka perlu dicari dan dikembangkan bentuk dan struktur hutan
kota yang mendukungnya.
Berdasarkan Lampiran I Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/MENHUT-V/2004
tanggal 22 Juli 2004, Bagian Ke enam, tentang Pedoman pembuatan Tanaman Penghijauan
Kota sebagai Gerakan Nasioanl Rehabilitasi Hutan dan Lahan, antara lain disebutkan bahwa
luas minimal hutan kota adalah 0,25 ha dalam satu kesatuan hamparan yang kompak
(menyatu), agar tanaman dapat membentuk iklim micro.
Sedangkan Lingkungan sendiri merupakan ruang yang ditempati makhluk hidup bersama
benda hidup dan tak hidup. Erat kaitannya dengan lingkungan ini adalah ekosistem, dimana
hutan kota merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem perkotaan dapat mengalami gangguan
seiring dengan gangguan terhadap lingkungan hidup.
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan pesatnya
berbagai pembangunan di perkotaan telah banyak mengakibatkan kualitas lingkungan hidup di
kota-kota besar, seperti DKI Jakarta, Semarang, Surabaya, tak terkecuali kota Sidoarjo, yang
cenderung mengalami penurunan drastis. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
jumlah kepadatan penduduk, semakin berkurangnya kawasan bervegetasi yang menyebabkan
meningkatnya run off, luas resapan air di kota-kota besar berkurang hingga debit air yang
masuk ke sungai meningkat, sedangkan persediaan air tanah berkurang serta menambah
kritisnya cadangan air tanah.
Kemudian, semakin berkembangnya daerah industri dan meningkatnya penggunaan alat
transportasi darat, seperti motor dan mobil, yang memungkinkan dapat menimbulkan berbagai
polusi atau pencemaran. Kota-kota besar di negara kita umumnya terletak di tepi pantai,
sedangkan ekosistem pantai pada umumnya sudah rusak yang disebabkan karena
penambangan batu karang, penggalian pasir laut, dan lain sebagainya.
6

3.2.2 Bentuk dan Struktur Hutan Kota


A. Bentuk Hutan Kota
Hutan kota mempunyai fungsi yang efektif terhadap suhu, kelembapan, kebisingan, dan
debu sehingga keempat variabel ini dapat mencirikan kelompok hutan kota. Bentuk hutan kota
dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1 a. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya
terkonsentrasi pada suatu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon dengan
jarak tanam rapat yang tidak bearturan;
2 b. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas
vegetasinya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau
bergerombol kecil;
3 c. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang berbentuk
jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran, dan
sebagainya.
B. Struktur Hutan Kota
Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang ditanam sehingga
terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik vertikal maupun horizontal yang
meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun
hutan kota. Struktur hutan kota diklasifikasikan menjadi:
4 a. Berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri dari
pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya;
b. Bersrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain terdiri dari
pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit, ditumbuhi banyak
anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak beraturan dengan strata, serta
komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.
Struktur hutan kota berstrata banyak dapat dilihat dalam penelitian penanggulangan
masalah lingkungan kota yang berhubungan dengan suhu udara, kebisingan, debu, dan
kelembaban udara. Hasil analisis secara multidimensi dari lima jenis hutan kota, ternyata
hutan kota yang berbentuk menyebar strata benyak paling efektif untuk menanggulangi
masalah lingkungan kota di sekitarnya
7

3.2.3. Tipe Hutan Kota


Pembangunan hutan kota harus sesuai dengan guna lahan (land use) yang dikembangkan.
Terdapat beberapa tipe hutan kota, yaitu:
a. Tipe Pemukiman
Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, penyejukan, penyediaan
habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersanta Hutan kota di daerah
pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi
dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.
b. Tipe Kawasan Industri
Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka
harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai
penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan.
Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam menyerap dan menjerap
polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa jenis tanaman terhadap
polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di
kawasan industri.
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah
seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan rohaniahnya, antara
lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia
untuk memanfaatkan waktu luangnya.
Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan
untuk rekreasi, karena kehidupannya semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk
mendapat stress. Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi
tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas
dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh
ketenangan
8

d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah


Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan
pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini antara
lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota
untuk pelestarian plasma nutfah yaitu :
1 1. Sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ.
2 2. Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan
Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan kepada
penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali mempunyai kekhasan
dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu diperhatikan kelestariannya. Untuk
melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai
dengan keperluan hidup satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk
keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.
e. Tipe Perlindungan
Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air
laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerap, penyimpan dan
pemasok air. Maka hutan yang cocok adalah hutan lindung di daerah tangkapan airnya.
Kota dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang
curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar
dari bahaya erosi dan longsoran.
Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan daerah pantai
dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk beberapa kota masalah
abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting.
f. Tipe Pengamanan
Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang
tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur
pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat
menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah
ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi.
Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang
masyarakat untuk memanfaatkannya.
9

3.2.4. Fungsi Hutan Kota


Untuk mengendalikan berbagai perusakan lingkungan, maka salah satu alternatif untuk
menghambat laju penurunan kualitas lingkungan hidup, khususnya oleh pencemaran yaitu
dengan mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan kawasan bervegetasi yang ada di
dalam sistem perkotaan. Dan hutan kota merupakan salah satu bentuk dari kawasan
bervegetasi di dalam ekosistem perkotaan.
Fungsi hutan kota sangat tergantung pada komposisi dan keanekaragaman jenis dari
komunitas vegetasi yang menyusunnya dan tujuan perancangannya.
A. Fungsi Lansekap
Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial, yaitu:
1) Fungsi fisik.
Vegetasi sebagai unsur struktural berfungsi sebagai perlindungan kondisi fisik alami
seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan bau. Penggunaan untuk
maksud ini ditentukan oleh ukuran dan bentuk kerapatan vegetasi. Secara arsitektural
vegetasi sangat penting di dalam tata ruang luar. Vegetasi dapat digunakan pada ruang luar
untuk menghubungkan bangunan dengan tapak di sekitarnya, menyatukan dan
menyelaraskan lingkungan sekitar yang seolah tidak beraturan, memperkuat titik-titik dan
area-area tertentu dalam lansekap, mengurangi kekakuan unsur-unsur arsitektural yang keras
dan membingkai pemandangan. Dalam hal ini vegetasi dapat berfungsi sebagai pelengkap,
pemersatu, penegas, pengenal, pelembut, dan pembingkai.
2) Fungsi sosial.
Penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan tempat interaksi sosial
yang sangat produktif. Di dalam hutan kota, penyair atau seniman dapat merenung sehingga
menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan kota dengan aneka vegetasinya mengandung
nilai-nilai ilmiah yang dapat menjadi laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan
penelitian. Fungsi kesehatan (hygiene), misalnya untuk terapi mata dan mental serta fungsi
rekreasi, olahraga, dan sebagai tempat interaksi sosial lainnya. Rekreasi erat kaitannya
dengan estetika dan merupakan bagian dari hidup manusia, yaitu berbagai kegiatan untuk
mencari kesegaran mental dalam rangka memperbaiki semangat seseorang yang dapat
menimbulkan inisiatif dan perspektif kehidupan sehingga siap kembali untuk bekerja keras.
Fungsi sosial politik ekonomi, misalnya untuk persahabatan antar negara. Hutan kota dapat
10

memberikan hasil tambahan secara ekonomi untuk kesejahteraan penduduk dengan


menghasikan buah-buahan dan obat-obatan sebagai warung hidup dan apotek hidup.
B. Fungsi Pelestarian Lingkungan (Ekologi)
Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan, fungsi lingkungan
diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan antara lain:
a. Menyegarkan Udara atau Sebagai ”Paru-Paru Kota”
Vegetasi mengambil CO 2 dalam proses fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat
diperlukan makhluk hidup untuk pernapasan.
Menurut Grey dan Deneke (1976), setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO 2
yang ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang
dalam waktu yang sama sebagai hasil pernapasannya. O2 sebagai hasil fotosisntesis,
sebagian dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk berjalannya proses respirasi
(pernapasan). Pada proses respirasi justru memerlukan O2 dan menghasilkan CO2.
Pada fase pertumbuhan, tumbuhan atau sekumpulan tumbuhan seperti hutan, laju
fotosisntesis (P) lebih besar daripada proses pernapasan (R), sehingga P/R = > 1. Pada fase
ini laju pengikatan CO2 lebih besar daripada laju emisi CO 2, sehingga hutan mengurangi
kadar CO2 dalam atmosfer. Akan tetapi, semakin besar hutan maka semakin banyak daun
yang ternaungi dan semakin besar pula proporsi bagian tumbuhan yang kurang
mengandung klorofil seperti batang dan akar. Dengan demikian nisbah P/R semakin
mengecil, akhirnya akan mendekati 1. Apabila tumbuhan atau hutan mencapai
keseimbangan dinamik maka laju pengikatan CO2 sama dengan laju pelepasan CO2. Begitu
pula tumbuhan yang muda biasanya P/R > 1, semakin tua tumbuhan P/R maka semakin
mendekati 1.
1 b. Menurunkan Suhu Kota dan Meningkatkan Kelembaban
Kelembaban udara menunjukkan kandungan uap air di atmosfer pada suatu saat dan
waktu tertentu. Kelembabpan udara berhubungan dengan keseimbangan energi dan
merupakan ukuran banyaknya energi radiasi berupa panas laten yang dipakai untuk
menguapkan air yang terdapat di permukaan yang menerima radiasi. Semakin banyak air
yang diuapkan, semakin banyak energi yang berbentuk panas laten dan makin lembab
udaranya. Tanaman yang tinggi, laju evapotranspirasinya lebih besar. Kehilangan panas
11

karena terjadinya evaporasi akan menyebabkan suhu di sekitar tanaman menjadi lebih
sejuk.
c.Peredaman Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut “polusi
tak terlihat” yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan
transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respons
manusia terhadap udara.
Telinga manusia dapat mendeteksi frekuensi suara berkisar antara 20-20.000 CPS.
Intensitas suara yang dapat didengar oleh telinga manusia antara 0-10 desibel. Peningkatan
kadar bising di ruang luar ditentukan oleh :
a. Keadaan sumber bunyi (frekuensi, lokasi, komposisi, apakah berbentuk garis
atau titik);
1 b. Keadaan alam dan vegetasi yang dilalui bunyi;
2 c. Keadaan atmosfer, antara lain kecepatan dan arah angin, temperatur, dan
kelembaban udara.
Seberapa jauh tingkat kebisingan yang dapat dikontrol oleh vegetasi tergantung pada
jenis spesies, tinggi tumbuhan, kerapatan, dan jarak tumbuh; faktor iklim yaitu angin,
kecepatan, temperatur, dan kelembaban; properti dari suara yaitu tipe, asal, tingkat desibel,
dan intensitas suara tersebut. Gelombang suara diabsorbsi oleh daun-daun, cabang-cabang,
ranting-ranting dari pohon dan semak. Telah dipostulasikan bahwa bagian tanaman yang
paling efektif untuk absorbsi suara adalah bagian yang memiliki daun tebal, berdaging
dengan banyak petiole.
Studi yang dilakukan oleh School of Engineering di Universitas Nebraska, Rocky
Mountain Forest, Range Experiment Station, dan di hutan Amerika dengan hasil sebagai
berikut :
(1) Pengurangan kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan berkecepatan tinggi dan
truk di daerah pedesaan dapat diperoleh hasil terbaik dengan menanam pohon dan
semak yang lebarnya 20m - 30m, penyangga tepinya 16m - 20m dari pusat jalur lalu
lintas terdekat. Deretan pusat pohon dengan ketinggian minimal 14m.
3 2) Penurunan kebisingan lalu lintas yang berasal dari kendaraan roda empat dengan
kecepatan sedang di daerah perkotaan dengan menggunakan pohon dan semak
12

penyangga yang lebarnya 6m - 16m akan efektif dengan semak penyangga adalah
semak yang tepinya 2m - 2,5m serta latar belakangnya deretan pohon dengan tinggi
sekitar 4,5m - 10m.
4 3) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, jajaran semak dan pohon seharusnya
ditanam dekat pusat kebisingan.
5 4) Pohon-pohon tinggi yang rindang dapat pula digunakan, vertikal dan seragam
yang dikombinasikan dengan semak. Jika pohon yang tinggi kurang dapat
digunakan maka dapat mengombinasikan semak yang rendah dengan rumput yang
tinggi atau penutup tanah yang lembut sebagai lawan dari permukaan trotoar,
tumpukan batu, dan kerikil.
6 5) Pohon dan semak yang ditanam saling menutupi merupakan suatu kesatuan
sehingga dapat menjadi bafer yang kuat.
7 6) Sebaiknya ditanam conifer atau vegetasi yang hijau sepanjang tahun.
8 7) Jarak penyangga sebaiknya dua kali jarak dari pusat sumber suara ke penerima,
dan pada kedua sisi dan sepanjang jalan jika digunakan pada jalur lalu lintas.
Penggunaan vegetasi untuk menyaring kebisingan tidak akan efektif apabila tidak
memerhatikan ukuran dan kepadatannya. Akan lebih efektif lagi jika vegetasi
menggunakan kombinasi topografi jalan.
Hutan kota berfungsi untuk mengurangi kebisingan selain menghalangi gelombang
suara juga menghalangi sumber suara.Dari hasil penelitian Cook dan Van Haverbeke
menunjukkan bahwa jalur pepohonan yang tinggi dan padat dikombinasikan dengan semak
digabungkan dengan permukaan halus. Hutan kota berfungsi untuk mengurangi kebisingan
selain menghalangi gelombang suara juga menghalangi sumber suara.Cook dan Van
Haverbeke dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jalur pepohonan yang tinggi dan
padat dikombinasikan dengan semak digabungkan dengan permukaan halus.
d. Sebagai Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan
alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat yang tersuspensi
pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses serapan.
Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terserap pada
permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang
13

kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel
yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring
udara menjadi lebih bersih dan sehat.
e. Sebagai Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah
perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara perkotaan berasal
dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman tumbuhan yang terkandung di
dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan kandungan timbal dari udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat
mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara
bebas harus diturunkan kadarnya.
f. Untuk Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses
fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa
unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula.
Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses through fall
dengan urutan K>Ca>Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun
jarum. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H 2SO4
akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO 4 yang bersifat
netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan
sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu
berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih
tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.
g. Sebagai Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam
menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang
semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m 3) menjadi hampir mendekati nol
hanya dalam waktu 3 jam saja.
h. Sebagai Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan kota.
14

i.Sebagai Penyerap dan Penapis Bau


Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau
tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau.
j. Untuk Mengatasi Penggenangan Air
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang
mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi
kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga
mempunyai stomata yang banyak pula.
k.Untuk Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir
ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota
pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan. Upaya
untuk mengatasi masalah ini yakni membangun hutan lindung kota pada daerah resapan
air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan
dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan selain
dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan
daratan.
l. Sebagai Hutan Produksi Terbatas
Hutan kota juga memiliki fungsi komoditas. Sebagai contoh, pohon mahoni di hutan
kota Bandung sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta. Penanaman
dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk
berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi dan
penghasilan masyarakat.
m. Sebagai Pengatur Iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah
berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan.
Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang
hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan
layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya
15

pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik
(reradiasi) dari bumi.
n. Untuk Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan
kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air tanah hutan akan meningkat.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah
yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan hanya sedikit yang menjadi air
limpasan. Dengan demikian pelestarian hutan pada daerah resapan air dari kota yang
bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
o.Sebagai Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti
kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda
tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan
mengurangi daya pandang pengendara.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada
ukuran dan kerapatannya.
C. Fungsi Estetika
Karakteristik visual atau estetika erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna,
dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya
merupakan faktor yang memengaruhi kalitas estetika. Kualitas visual vegetasi sangat penting
karena tanggapan seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain
memberikan hasil utama dan sebagai sumber air, juga merupakan sarana untuk berekreasi.
Hutan kota dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan kepada penduduk kota jika
dapat mengembangkan dan membangun hutan kota ditata dengan baik. Tingkat kenyamanan
seseorang selain tergantung pada faktor usia dan kebudayaan, juga sangat ditentukan oleh suhu
dan kelembaban (iklim mikro). Kenyamanan dapat didesain pada batas-batas tertentu dengan
menggunakan vegetasi, memodifikasi suhu, angin dan kelembapan. Diharapkan hutan kota
dapat memenuhi tingkat kenyamanan yang dikehendaki karena hutan kota dapat memodifikasi
iklim mikro.
16

Penilaian rasa nikmat dapat diukur dengan menggunakan analisis kualitatif dengan
melihat berbagai fungsi hutan kota, antara lain menurunkan suhu, menaikkan kelembaban,
menurunkan kadar debu, menurunkan kadar kebisingan, seperti habitat satwa seperti burung,
dan memberikan estetika.
17

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pencemaran yang terjadi di kota semakin meningkat tiap hari. Berbagai pembangunan
yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan kota. Sehingga kualitas lingkungan kota
mengalami penurunan drastis. Tentunya hal ini juga berdampak negatif bagi kesehatan
manusia. Setiap hari harus menghirup udara dan air yang kotor, mendengar suara-suara bising,
dan mencium bau sampah yang tidak sedap.
Hutan kota merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi dampak negatif pencemaran
yang semakin meningkat di kota. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu
atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan
proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat
perkotaan.
4.2. Saran
Dengan adanya penerapan penghijauan lingkungan diharapkan bisa menjadi salah satu
alternatif dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup di wilayah perkotaan. Saya hanya
dapat memberi saran agar masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi dalam memelihara dan
melestarikan lingkungan hidup dalam rangka mengantisipasi dari segala bentuk perusakan dan
pencemaran lingkungan. Pembangunan yang selalu memperhatikan kelestarian lingkungan
adalah merupakan dasar dalam menciptakan suasana keindahan dan kenyamanan lingkungan,
terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Saran saya yang lain agar pemerintah kota bisa mensosialisasikan dan bisa
mempertahankan eksistensi hutan kota, di samping adanya kesadaran dari masyarakat
perkotaan sendiri dalam upaya memelihara dan melestarikan hutan kota. Langkah dalam
menata dan memelihara kelestarian lingkungan, tidaklah hanya mengandalkan pemerintah
kota saja, namun lebih jauh masyarakat perkotaan pun mempunyai peranan penting dalam
upaya mewujudkan hal itu. Diantaranya yaitu dengan pola pendidikan melalui berbagai
penyuluhan tentang pentingnya dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup.
18

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Arifin al Chaniago, Drs. Ijod Sirodjudin, 2001. Memelihara Kelestarian Lingkungan
Hidup. Bandung : PT. Angkasa.

Kamajaya, 2004. Inspirasi Sains Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam Semesta,
Materi dan Sifatnya. Jakarta : Ganeca Exact.

www.google.com
19

Anda mungkin juga menyukai