Anda di halaman 1dari 15

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)

DAS Dodokan Moyosari

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hutan

merupakan

sumberdaya

alam

terbaharui

yang

mempunyai manfaat yang tidak ternilai harganya, antara lain


berperan sebagai pengatur sistem tata air sehingga mampu
mencegah banjir di musim hujan dan ancaman kekeringan di
musim

kemarau.

Bahkan

dunia

internasional

mengakui

keberadaan sumberdaya hutan Indonesia sebagai salah satu


bagian terpenting bagi terwujudnya keseimbangan ekosistem
planet bumi secara lintas generasi melalui fungsinya untuk
menyerap emisi berbagai gas dan polutan beracun yang
menjadi

penyebab

meningkatnya

efek

rumah

kaca

serta

semakin menipisnya lapisan ozon.


Ironisnya, fenomena yang terjadi pada saat ini hutan tidak
mampu lagi berfungsi sebagai pengatur tata air dan fungsifungsi ekologis lainnya akibat kerusakan hutan yang semakin
memprihatinkan. Menurut Baplan (2002), kerusakan hutan dan
lahan di Indonesia telah mencapai 100,7 juta ha, dalam
kawasan hutan seluas 59,2 juta ha, dan di luar kawasan hutan
seluas 41,5 juta ha.

Berdasarkan data Statistik Dinas

Kehutanan Provinsi NTB Tahun 2007, luas kawasan hutan di

I-1

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

Provinsi NTB mencapai 1.069.997,78 Ha yang terdiri dari Hutan


Lindung seluas 451.599,46 Ha, Hutan Produksi seluas 449.513,
34 Ha dan Hutan Konservasi seluas 168.884,98 Ha. Hasil review
lahan kritis BPDAS Dodokan Moyosari Tahun 2009, luas lahan
kritis di dalam kawasan hutan adalah seluas 261.769,97 Ha atau
24,46 % dari luas kawasan hutan di Provinsi NTB.

Kerusakan

hutan ditengarai merupakan penyebab terjadinya berbagai


bencana, banjir bandang di musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau.
Hasil review lahan kritis BPDAS Dodokan Moyosari tahun 2009,
luas lahan kritis di NTB mencapai 444.409 Ha. Bahkan secara
perkiraan makro, hasil analisa landsat menunjukkan bahwa
degradasi hutan telah mendekati angka 50.000 ha/tahun
(Master Plan RHL NTB, 2003 2007). Fenomena kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan di NTB, dapat dengan mudah
dilihat dan hal ini ditandai dengan beberapa data dan fakta di
lapangan, yang menunjukkan: tingkat bahaya erosi DAS di NTB
sangat tinggi yaitu mencapai 71,59% di wilayah DAS di Pulau
Lombok dan 70,09% wilayah DAS di Pulau Sumbawa.

Hal ini

telah menyebabkan kondisi 18 DAS utama di NTB dalam kondisi


kritis hingga sangat kritis, dan hal ini tentu saja akan
menyebabkan terjadinya defisit air terutama di Pulau Lombok.

I-2

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

Memperhatikan kondisi tersebut di atas maka perlu adanya


upaya

rehabilitasi

hutan

dan

lahan

yang

pengembangan fungsi Daerah Aliran Sungai.

kritis

serta

Penguatan daya

dukung lingkungan pada Daerah Aliran Sungai secara optimal


dapat dilakukan melalui pemulihan kembali dan peningkatan
produktivitas lahan, daya dukung lahan dan pengendalian tata
air.
Berbagai program rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi NTB
telah dibanyak dilakukan baik yang bersumber dari dana APBD
maupun

APBN.

Namun

demikian

dirasa

belum

adanya

perencanaan yang mantap dan terintegrasi dari berbagai pihak.


Guna menjawab masalah di atas diperlukan adanya rencana
dasar rehabilitasi hutan dan lahan melalui penyusunan Rencana
Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL) DAS di Provinsi
NTB yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan RHL di
Provinsi NTB yang merupakan amanah PP Nomor 76 Tahun 2008
tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
1.2.

Maksud danTujuan
Penyusunan RTk-RHL DAS di Provinsi NTB dimaksudkan sebagai
rencana dasar atau merupakan hirarki perencanaan RHL tertinggi
dalam pelaksanaan kegiatan RHL untuk dipergunakan sebagai

I-3

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

dasar dalam penyusunan RP-RHL dan RTn-RHL pada wilayah SWP


DAS di Provinsi NTB.
Adapun

tujuannya

disusunnya

RTk-RHL

DAS

adalah

untuk

memberikan acuan agar Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Provinsi


NTB dapat dilaksanakan secara tepat dan terarah sesuai dengan
kaidah-kaidah perencanaan Daerah Aliran Sungai.

1.3.

Ruang Lingkup
RTk-RHL DAS di Provinsi NTB mempunyai satuan wilayah
perencanaan yang terdiri dari 4 SWP yang terletak di Pulau
Lombok dan 14 SWP di
dilakukan

oleh

Pulau Sumbawa.

Direktorat

Pengelolaan

Hasil deliniasi yang


DAS

Departemen

Kehutanan sesuai dengan definisi DAS, di Provinsi NTB terdapat


627 DAS yang tersebar pada 18 SWP.
Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran
Sungai

bertujuan

untuk

memulihkan

fungsi

hidrologi

DAS

sehingga RTk-RHL DAS di Provinsi NTB difokuskan pada sasaran


penanganan

lahan

kritis

dengan

tingkat

kekritisan

antara

Kritis , Sangat Kritis dan Agak Kritis di dalam dan di luar


kawasan hutan pada hulu, tengah dan hilir DAS.

I-4

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

RTk-RHL

DAS

Provinsi

NTB

disusun

dengan

menggunakan

teknologi Geographycal Information System (GIS). Output nya


berupa informasi-informasi yang selanjutnya dianalisa menjadi
output Rencana Teknik RHL DAS yang tersebar pada 18 SWP DAS
di Provinsi NTB.
Dalam rangka penyusunan Rencana Teknik RHL DAS yang
didasarkan

pada

mempertimbangkan
masyarakat.

Sesuai

keadaan
kondisi
dengan

biofisik
sosial,
PP.76

lahan,

maka

juga

ekonomi

dan

budaya

Tahun

2008

output

penyusunan RTk-RHL DAS meliputi :


- Rencana pemulihan hutan dan lahan.
- Rencana pengendalian erosi dan sedimentasi
- Rencana konservasi sumberdaya air
- Rencana pengembangan kelembagaan
1.4. Pengertian
1. DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah

suatu wilayah daratan

yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anakanak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

I-5

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

2. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap
DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS Sub DAS.
3. Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan
timbal balik antar sumber daya alam dengan sumber daya
manusia dari dalam DAS dan segala aktivitasnya untuk
mewujudkan

kemanfaatan

sumberdaya

alam

bagi

kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS


serta kesejahteraan masyarakat.
4. Pengelolaan DAS Terpadu adalah rangkaian upaya perumusan
tujuan, sinkronisasi program, pelaksanaan dan pengendalian
pengelolaan

sumberdaya

DAS

lintas

para

pemangku

kepentingan secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi


biofisik, ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna
mewujudkan tujuan pengelolaan DAS.
5. DAS Prioritas adalah DAS yang berdasarkan kondisi lahan,
hidrologi,

sosial

ekonomi,

investasi

dan

kebijaksanaan

pembangunan wilayah tersebut perlu diberikan prioritas


dalam penanganannya.
6. RTRWP

(Rencana

Tata

Ruang

struktur dan pola pemanfaatan

Wilayah

Propinsi)

adalah

ruang yang diinginkan

I-6

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

dimasa

yang

akan

datang

yang

paling

tepat

untuk

mewujudkan tujuan pembangunan di suatu wilayah Propinsi.


7. RTRWK (Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota) adalah
struktur dan pola pemanfaatan
dimasa

yang

mewujudkan

akan
tujuan

datang

ruang yang diinginkan

yang

paling

pembangunan

di

tepat

suatu

untuk
wilayah

Kabupaten/Kota.
8. Pola Umum, Kriteria dan Standar RHL adalah pedoman dalam
rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan bagi Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
9. Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsurunsur

hidrologis

yang

meliputi

hujan,

aliran

sungai,

peresapan dan evaprotranspirasi dan unsur lainnya yang


mempengaruhi neraca air suatu DAS.
10. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan
atau ditetap-kan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaanya sebagai kawasan hutan tetap.
11. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencangkup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
nilai

sejarah serta

budaya

bangsa

guna

kepentingan

I-7

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

pembangunan

berkelanjutan.

Ruang

lingkup

kawasan

lindung meliputi kawasan yang memberikan perlindungan


kawasan

bawahnya,

kawasan

perlindungan

setempat,

kawasan suaka alam dan kawasan bencana alam.


12. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumberdaya buatan.
13. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan adalah kawasan
budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan,
seperti Hutan Produksi tetap, perkebunan, tanaman buahbuahan dan lain sebagainya.
14. Kawasan Budidaya Tanaman Setahun/ Semusim adalah
kawasan budidaya

yang diusahakan dengan tanaman

setahun/ semusim terutama tanaman pangan.


15. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan sehinga daya dukung, produktivitas dan
peranannya

dalam

mendukung

sistem

penyangga

kehidupan tetap terjaga.

I-8

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

16. Konservasi

Tanah

adalah

upaya

mempertahankan,

merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai


peruntukannya.
17. Reboisasi adalah upaya tanam menanam dalam rangka
rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan.
18. Penghijauan adalah upaya memulihkan atau perbaikan
kembali keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan melalui
kegiatan tanam menanam dan bangunan konservasi tanah
agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan sebagai
media

pengatur

tata

air

yang

baik,

serta

upaya

mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan


sesuai dengan peruntukannya.
19. Daerah Tangkapan Air (DTA) atau Catchment Area adalah
suatu

wilayah

daratan

yang

menerima

air

hujan,

menampung dan mengalirkannya melalui satu outlet /


tempat/ peruntukan.
20. Hutan dan Lahan Kritis adalah hutan dan lahan yang
berada di dalam dan diluar kawasan hutan yang sudah tidak
berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur
produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem DAS

I-9

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

21.

Hutan Rawan adalah hutan yang memiliki potensi

sebaran tegakan pohon per hektar kurang dari 700 batang.


22.

Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau

memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak


agar

dapat

berfungsi

secara

optimal

sesuai

dengan

peruntukannya.
23.

Revegetasi

adalah

memulihkan

vegetasi

penanaman

dan

usaha

untuk

memperbaiki

yang

rusak

melalui

pemeliharaan

pada

dan

kegiatan

lahan

bekas

penggunaan kawasan hutan.


24.

Pengkayaan Tanaman adalah kegiatan memperbanyak

keragaman dengan cara pemanfaatan ruang tumbuh secara


optimal melalui penanaman pohon.
25. Pemeliharaan Hutan adalah kegiatan untuk menjaga,
mengamankan dan meningkatkan kualitas tanaman hasil
kegiatan

reboisasi,

penghijauan

jenis

tanaman

dan

pengkayaan tanaman.
26. Penggunaan

kawasan

hutan

untuk

kepentingan

pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang selanjutnya


disebut penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan
untuk tujuan strategis yang tidak dapat dielakan, antara lain

I-10

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

kegiatan

pertambangan,

telepon,

instalasi

air

pembangunan
dan

jaringan

kepentingan

religi

listrik,
serta

kepentingan pertahan keamanan.


27. Dam Pengendali adalah bendungan kecil yang dapat
menampung air (tidak lolos air) dengan konstruksi lapisan
kedap air, urugan tanah homogen, beton (tipe busur) untuk
pengendalian erosi, sedimentasi, banjir dan irigasi serta air
minum dan dibangun pada alur sungai/ anak sungai dengan
tinggi maksimal 8 meter.
28. Dam Penahan adalah bendungan kecil yang lolos air
dengan konstruksi bronjong batu atau trucuk bambu/ kayu
yang

dibuat

pada

alur

sungai/

jurang

dengan

tinggi

maksimal 4 meter yang berfungsi untuk mengendalikan/


mengendapkan sedimentasi/ erosi dan aliran permuka-an
(surface run-of).
29. Embung Air adalah bangunan penampung air berbentuk
kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan/ air
limpasan atau air rembesan pada lahan tadah hujan yang
berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan
pada musim kemarau.
30. Sumur

Resapan

adalah

salah

satu

rekayasa

teknik

konservasi air yang dibuat sedemikian rupa menyerupai


I-11

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

sumur pada daerah pemukiman dengan kedalaman tertentu


yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan dan
meresapkannya kedalam tanah.
31. Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah
yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan
hutan dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan
tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari
50 %.
32. Tata Air DAS adalah hubungan, kesatuan individual unsurunsur hidrologis yang meliputi hujan, aliaran permukaan dan
aliran

sungai,

peresapan,

aliran

air

tanah

dan

evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi


neraca air suatu DAS.
33. Eliminate adalah menghilangkan poligon yang memiliki
luasan tertentu dengan cara menggabungkan ke poligon
sebelahnya.
34. Intersect adalah teknik overlay yang merupakan cross joint
memotong peta untuk menghasilkan peta baru dengan
mengikuti peta pemotong dengan poligon yang lebih kecil.

I-12

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

35. Citra SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission) adalah


citra radar yang berisi informasi ketinggian atau elevasi dari
terain/ topografi yang dapat ditampilkan secara 3 dimensi.
36. Disolve adalah teknik pengelompokan poligon berdasarkan
kesamaan atributnya.
37. Query adalah penelusuran data record atau atribut peta
yang

dapat

menggunakan

perhitungan-perhitungan

matematis untuk memilih dan menampilkan poligon dalam


sebuah peta.

1.5. Sistematika
Sistematika penulisan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Daerah Aliran Sungai (RTk RHL- DAS) adalah sebagai
berikut :
I. Pendahuluan : menjelaskan tentang latar belakang, maksud
dan tujuan perlunya disusun RTk-RHL DAS, ruang lingkup
kegiatan, pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
penyusunan RTk-RHL DAS serta sistematika penyusunan
RTK-RHL DAS.
II. Metodologi :

menjelaskan

tentang

persiapan

dalam

menyusun RTk-RHL DAS yang meliputi bahan dan alat, serta


SK Tim Kerja. Selain itu dijelaskan pula metode penyusunan

I-13

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

LMU, pelaksanaan ground-check dan penyusunan Matriks


Rencana Teknik RHL DAS.
III. Kondisi Umum DAS : menjelaskan kondisi aktual mengenai
kondisi biofisik yang terdiri dari letak, luas dan bentuk DAS,
iklim, tanah dan geologi, geomorfologi, topografi dan bentuk
wilayah, hidrologi dan prasarana pengairan, tata guna lahan,
liputan lahan dan tingkat kerusakan lahan. Selain itu juga
disajikan

kondisi

sosial

ekonomi

yang

terdiri

dari

kependudukan, tingkat kemiskinan, mata pencaharian dan


pendapatan, pemilikan dan penggunaan lahan, pola usaha
tani

dan

produksi

pertanian,

pendidikan,

sarana

dan

prasarana perekonomian dan sarana transportasi serta


kegiatan RHL di Provinsi NTB.
IV. Permasalahan : menjelaskan tentang permasalahan erosi,
tingkat bahaya erosi dan sedimentasi serta permasalahan
hidrologi DAS yang meliputi fluktuasi aliran sungai, banjir
V.

dan kekeringan serta kondisi mata air.


Hasil Analisis : menjelaskan tentang hasil analisis LMU dan
penentuan rencana Teknik RHL DAS, baik secara vegetatif

maupun sipil teknis.


VI.
Rencana Teknik RHL : menjelaskan tentang rencana
pemulihan hutan dan lahan (vegetatif), pengendalian erosi
dan sedimentasi (sipil teknis), pengembangan sumberdaya
air (rehabilitasi mata air) dan rencana pengembangan

I-14

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL)


DAS Dodokan Moyosari

kelembagaan. Selanjutnya diuraikan pula tentang rencana


kegiatan RHL dalam kawasan dan di luar kawasan hutan.
VII. Rencana Monitoring dan Evaluasi : menjelaskan tentang
kegiatan

monitoring

dan

evaluasi

dalam

kegiatan

rehabilitasi hutan dan lahan.


VIII. Penutup

I-15

Anda mungkin juga menyukai