Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Desa Parhottingan Aek Nauli


KPH III Kabupaten Simalungun.
(Productivity of Sapp Tap of Pine in Parhottingan Vilage Aek Nauli,
KPH III of Humbang Hasundutan District)

Amrin Pandiangan1, Benteng H.Sihombing2,Pamona Sinaga2


1
Mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Simalungun
2
Dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Simalungun

Abstrak

Masalah penyadapan getah pinus yang selama ini dilakukan di daerah Simalungun
belum banyak dikaji apakah produktivitanya sudah memenuhi harapan atau
bahkan melanggar aturan yang berlaku.Telah dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui produktivitas penyadapan getah pinus dan kaitannya dengan
kelestarian hutan dan hasil hutan khususnya di desa Parhottingan, Aek Nauli
Wiayah KPH II Kabuapten Simalungun.Penelitian ini dilaksanakan dengan
mengukur 30 batang pohon pinus yang akan disadap dan diukur produksi per
pohon dan perkoakan sadapan dan dibuat plot seluas 1 ha untuk mengukur
kesesuaian jumlah koakan nyata yang dilaksanakan oleh petani penyadap secara
nyata dan dikaitkan dengan implementasi peraturan yang berlaku untu
penyadapan getah pinus.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa produktivitas
penyadapan getah pinus per koakan adalah 277,8 g dari pohon pinus yang
berdiameter rata-rata 57,7 cm dan jumlah koakan rata-rata 5,8 (6 koakan) per
batang. Dari 170 pohon sampel pewakil, hanya 42 pohon (24,71 %) yang disadap
dengan jumlah koakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan 128 pohon
(75,29 %) lagi disadap dengan tidak memuhi aturan yang berlaku sehingga dapat
dipastikan ada ancaman kelestarian hutan dan hasil hutan yang sedang dilakukan
penyadapan getah pinus di desa Parhottingan, Kabupaten Simalungun.

Kata Kunci: Produksi getah pinus, Desa Parhotingan, KPH II Simalungun

Pendahuluan kelestarian hutan itu sendiri melalui


pendekatan pemanfaatan hasil hutan
Latar Belakang kayu oleh masyarakat sekitar hutan
Hutan menyediakan banyak dengan tujuan meningkatkan
manfaat bagi kehidupan manusia, pendapatan dan kesejahteraan
antara lain manfaat hasil hutan masyarakat sekitar hutan. Hal ini
berupa kayu dan bukan kayu. didorong oleh tersedianya industri
Berbagai jenis hasil hutan kayu pengolahan hasil hutan bukan kayu
diperoleh dari hutan baik dari hutan yang bersifat padat karya dan tidak
alami maupun hutan tanaman. memerlukan teknologi yang canggih,
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tetapi mampu menghasilkan produk
saat ini diarahkan untuk menjamin yang bernilai ekonomi tinggi serta

1
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

ramah lingkungan (Waluyo, traumatis sehubungan dengan


Wahyudi, & Santoso, 2012). pelukaan atau kejadian traumatis
Keberadaan hutan makin hari pada pohon (Shmulsky & Jones,
makin penting karena laju kerusakan 2011). Pelukaan pada kayu pinus
hutan dalam bentuk konversi lahan menyebabkan terjadinya pengeluaran
hutan menjadi kebutuhan lainnya getah pinus melalui luka dan
telah menyebabkan proporsi hutan mungkin diikuti oleh pembentukan
makin hari makin kecil. Budidaya sel-sel baru yang menghasilkan getah
komoditi pertanian khususnya pinus di sekitar luka.
tanaman keras yang bersifat Umumnya, semua wilayah
profitable (menguntungkan) telah yang berada sekeliling danau Toba
mempengaruhi arah kebijakan yang pernah mengalami kegiatan
nasional untuk membangun industri rehabilitasi telah ditanami dengan
agribisnis yang bertitik totak pada tanaman berkayu jenis pinus (Pinus
konversi lahan yang tidak merkussii). Hal ini dipilih karena
terkontrol.Satu diantara industri disamping pinus (Pinus merkussii)
tersebut adalah penghasil getah pinus memiliki kemampuan beradaptasi
yang dihasikan dari hutan-hutan secara klimatis di daerah dataran
pinus (Pinus merkussii) yang ditanam tinggi toba karena dingin juga
pada kegiatan rehabilitasi hutan disebabkan oleh tidak rumitnya
krtitis selama ini. persyaratan tumbuh yang dibutuhkan
Beberapa hasil hutan non kayu oleh jenis pinus (Pinus merkussii)
penting yang pengelolaanya sudah yang sesuai untuk digunakan sebagai
berkembang dan mendapat perhatian tanaman rehabilitasi pada lahan hutan
dari pemerintah antara lain adalah dan lahan kritis.
getah pinus (gondorukem), bambu, Menurut sejarahnya,penanaman
arang, kemiri, getah jelutung, gambir, jenis pinus (Pinus merkussii) pada
sutera alam, lebah madu, gaharu, dan hutan lindung di sekeliling danau
rotan.Salah satu dari dari hasil hutan Toba telah dimulai sejak tahun 1971.
bukan kayu yang bernilai komersial Sampai saat ini sebagaian dari
dan potensial yang dimaksudkan tanaman jenis pinus (Pinus merkussii)
dikembangkan saat ini adalah getah hasil rehabilitasi hutan ini masih
pinus (gondorukem).Getah pinus berdiri kokoh dan sebagaian sudah
dapat diolah untuk menghasilkan mati.Pada umumnya, tegakan pinus
berbagai produk yang dapat ini dikelola untuk menghasilkan
meningkatkan nilai tambah (added getah pinus (gondorukem) oleh
value) dan mempunyai pangsa pasar pemerintah melalui kementerian
yang cukup strtegis (Suharisno, 2009 lingkungan hidup dan kehutanan
dan Hani, 2009). melalui KPH dan menjadi sumber
Produksi getah pinus pemasukan bagi pemerintah melalui
(gondorukem) dimulai dari pelukaan kerjasama operasional dengan
kulit pohon pinus (Pinus merkussii). perusahaan swasta.
Pada kayu daun jarum ini terdapat Wilayah administratif
dua bentuk saluran getah, yaitu Kabupaten Simalungun yang
saluran normal dan traumatis. memiliki hutan tanaman jenis pinus
Pembentuk saluran getah pinus (Pinus merkussii) yang terkonsentrasi

2
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

di daerah zona penyangga (buffer tanaman jenis pinus (Pinus merkussii)


zone) danau Toba yang sebagian yang belum optimal dimanfaatkan
besar merupakan hasil rehabilitasi dan banyak pula yang sudah
hutan yang dilakukan oleh Dinas mengalami kerusakan. Berbagai
Kehutanan Provinsi Sumatera faktor diduga telah menyebabkan
Utara.Sebagai tanaman rehabilitasi kerusakan tegakan pinus yang sedang
yang dominan, jenis pinus (Pinus dikelola. Namun belum diketahui
merkussii) tidak diproyeksikan hanya secara benar apa saja yang menjadi
perlindungan kawasan tetapi juga penyebab terjadinya kerusakan hutan.
menjadi hutan produksi hasil hutan Oleh karena itu, inti permasalahan
bukan kayu berupa getah pinus atau adalah bagaimana interaksi antara
gondorukem. manusia dengan tegakan hutan dan
Bertitik tolak dari pengelolaan bagaimana manusia memperlakukan
hutan yang baik perlu setiap saat hutan untuk menghasilkan hasil hutan
melakukan monitoring apakah bukan kayu.Interaksi dan prilaku
implementasi penyadapan getah yang dimaksud diduga berhubungan
pinus (gondorukem) yang diserahkan langsung dengan kerusakan hutan dan
kepada perusahaan swasta ini kelestarian hasil hutan bukan kayu
mengacu kepada aturan perundang- ini.
undangan yang sudah ada.Kita
ketahui bahwa paraturan perundang- Tujuan Penelitian
undangan yang diciptakan bertujuan Adapun tujuan penelitian ini
agar pengelolaan hutan dilakukan antara lain adalah:
dengan baik dan dikaitkan kepada 1. Untuk mengetahuproduktivitas
tercapainya kelestarian hutan dan penyadapan getah pinus yang
hasil hutan.Oleh karena itu, melalui dilaksanakan di desa Parhottingan,
penelitian ini diharapkan dapat Aek Nauli Kabupaten
diketahui pengelolaan hutan Simalungun.
khususnya penyadapan getah pinus 2. Untuk mengkaji implementasi
(gondorukem) di kabupaten penyadapan dengan kelestarian
Simalungun apakah sesuai dengan hutan dan hasil hutan getah pinus
aturan peraturan yang berlaku dan yang dilaksanakandi desa
bagaiman kaitannya dengan Parhottingan, Aek Nauli
kelestarian hutan dan hasil hutan Kabupaten Simalungun.
bakan kayu ini.
Metode Penelitian
Permasalahan
Kondisi hutan jenis pinus Lokasi dan Waktu
(Pinus merkussii) yang menghuni Penelitian ini dilaksanakan di
wilayah dataran tinggi toba perlu Hutan Pinus Kabupaten Simalungun
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk KPH II Aek Nauli khususnya di desa
meningkatkan pendapatan Parhottingan.Luas hutan pinus lokasi
masyarakat petani penyadap getah penelitian adalah 3.124 ha dan
pinus dan memenuhi bahan baku berdasarkan data tofografi diketahui
industri. Pada kenyataannya di bahwa lokasi penelitian berada antara
lapangan, secara kasat mata banyak 600 - 1.150 mdpl (KPH II, 2018).

3
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

Penelitian ini dilakukan selisir berat kotor dan berat batok


meliputi kegiatan orientasi lapangan, kelapa penampung.
pembuatan plot, pengukuran dimensi c. Membuat plot investigasi untuk
pohon pinus, pengumpulan data mengetahui kesesuaian
jumlah koakan dan produksi getah penyadapan dengan aturan yang
pinus, pengolahan data produksi hasil berlaku.
penyadapan getah pinus, analisis d. Mencatat jumlah koakan setiap
produktivitas dan kesesuaian dengan batang pohon yang berada dalam
aturan yang berlaku serta penyusunan plot seluas 1 ha tersebut.
laporan akhir. e. Mengukur diameter batang pohon
pinus dari semua pohon yang
Bahan dan Peralatan terdapat di dalam plot seluas 1 ha
Bahan dalam penelitian ini tersebut.
adalah tegakan jenis pinus (Pinus f. Melakukan analisis kesesuaian
merkussii) yang sedang dilakukan jumlah koakan maksimum sesuai
penyadapan dengan luas plot dengan Surat Keputusan Dirut
pengukuran produksi getah pinus Perhutani
melalui pohon sampel sebanyak 30 no.721/KPTS/DIR/2005.
pohon untuk mengetahui produksi/
koakan dan plot ukur seluas 10.000 Pengolahan dan Analisis Data
m2 atau 1,00 hektar untuk mengetahui Pengolahan data hasil
kesesuaian penyadapan yang pengukuran lapangan menurut
berlangsung di lapangan dan kelompok diameter batang sesuai
kesesuainnya dengan aturan yang dengan Surat Keputusan Dirut
berlaku. Perhutani no.721/KPTS/DIR/2005
Sedangkan peralatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
dibutuhkan dalam penelitian ini produktivitas getah pinus per koakan
antara lain adalah meteran panjang, sebagai sampel dalam pendugaan
tali tambang, pita diameter, ballpoint, produksi getah pinus dari semua
tally sheet, marker, cat, parang, label pohon yang berproduksi dan
pohon, timbangan, gunting, berpotensi berproduksi yang dimiliki
kalkulator, computer, printer dan oleh areal hutan desa Parhottingan
lain-lain. Aek Nauli, KPH II Kabupaten
Simalungun.
Prosedur Penelitian Selanjutnya, dari data produksi
Pengumpulan Data getah pinus yang dihasilkan dikaitkan
a. Menetapkan 30 batang pinus yang jumlah koakan pohon pinus.
akan disadap untuk dikumpulkan Selanjutnya data-data tersebut diolah
data produksinya. sedemikan untuk mendapatkan
b. Melakukan pengukuran dengan gambaran hubungan ukuran diameter
menimbang berat getah pinus dan jumlah koakan yang dilakukan
setelah dibuang airnya, lalu getah oleh petani penyadap getah pinus.
pinusnya dikeluarkan dan batok Dalam kaitannya dengan
kelapa penampung getah pinus implementasi peraturan perundang-
ditimbang untuk mendapatkan undangan yang berlaku maka
dihitung persentase pohon yang

4
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

diperlakukan sesuai dengan peraturan getah pinus ditetapkan yang desa


perundang-undangan khususnya Parhottingan yang dilakukan atas 30
Surat Keputusan Dirut Perhutani batang pohon pinus (Pinus merkussii)
no.721/KPTS/DIR/2005. Perhitungan dengan luas plot ukur seluas 40 m x
kesesuain dengan peraturan 20 m (800 m2).
perundangan-undangan dapat Berdasarkan data Tabel 1 di
diketahui melalu perhitungan rumus atas dapat diketahui bahwa dari 30
berikut: batang sampel pohon pinus (Pinus
I = ⁄ x 100%, merkussii) yang diukur di lapangan
di mana: dengan variasi jumlah koakan
I : Implementasi (%) sadapan diperoleh berat batok
Yi : Jumlah yang sesuai (batang) penampung getah pinus maka
Ytot : Jumlah pohon sampel total diperoleh hubungan data nomor
(batang) pohon, jumlah koakan, berat kotor
getah pinus (berat getah pinus dalam
batok kelapa penampung setelah
Hasil Dan Pembahasan dibuang air yang turut tertampung di
Produktivitas Getah Pinus batok kelapa penampungan getah
Berdasarkan hasil survey kondisi pinus) hasil penyadapan dan, berat
lapangan maka lokasi plot batok kelapa penampung getah pinus
inventarisasi pengukuran dan sebagaimana disajikan pada Tabel 1
pengumpulan data hasil penyadapan berikut.

Tabel 1 Jumlah Koakan, Berat Kotor Getah Pinus dan Berat Batok Kelapa.
No. Jumlah Koakan Bruto Getah pinus (gr) Berat Batok Kelapa (gr)
1 2 810 400
2 5 2.355 1.469
3 1 500 280
4 4 2.170 1.300
5 4 2.120 690
6 6 3.350 1.240
7 4 2.170 670
8 1 310 190
9 4 1.800 710
10 1 460 190
11 2 860 340
12 4 2.090 680
13 4 2.200 750
14 2 980 390
15 3 1.450 650
16 3 1.610 660
17 1 440 160
18 1 400 150
19 2 480 200

5
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

20 2 630 250
21 5 2.630 830
22 3 1690 640
23 4 1900 760
24 5 2610 850
25 4 1620 610
26 4 2150 950
27 2 820 310
28 2 865 325
29 2 905 240
30 3 1.370 470
Jumlah 90 4745 17.354
Rataan 3,0 486,1 192,8
Sumber: Diolah Dari Data Primer.

Berdasarkan data Tabel 1 di berat rata-ratanya tidak melebihi 200


atas dapat diketahui bahwa dari 30 gr tetapi jika dicermati secara teliti
batang sampel pohon pinus (Pinus bahwa berat kotor getah pinus
merkussii) yang diukur di lapangan terberat dan terendah yang diukur dan
dengan variasi jumlah koakan ditimbang di lapangan berturut-turut
sadapan diperoleh total berat kotor adalah 700 gr tertinggi dan dan 210
dari 90 koakan getah dengan rata-rata gr terendah. Hal ini dapat dipastikan
koakan 3,0 koakan/ batang pinus. disebabkan oleh perbedaan ukuran
Dari 90 koakan atau sadapan pinus (diameter) batok kelapa penampung
yang dilakukan diketahui bahwa rata- getah pinus yang dipergunakan.
rata berat getah pinus per koakan Berdasarkan hasil pengukuran
adalah 486,1 gr dan rata-rata berat dan pengolahan data dari 30 batang
batok penampung getah pinus adalah sampel pohon pinus (Pinus
192 gr. Berdasarkan data Tabel 1 di merkussii) yang diukur di lapangan
atas juga dapat diketahui bahwa dari dengan variasi jumlah koakan
90 sampel produksi getah pinus hasil sadapan maka diperoleh total berat
penyadapan yang dilakukan dapat getah pinus yang diperoleh dan data
diketahui bahwa berat kotor getah rata-rata berat getah pinus/ koakan
pinus tidak ada yang melebihi sebgaimana disajikan pada Tabel 2
setengah kilogram dan rata-rata batok berikut.
kelapa penampung yang digunakan

Tabel 2 Jumlah Koakan, Berat Kotor dan Berat Getah Pinus/Koakan


No. Jumlah Koakan Bruto Getah Pinus (gr) Berat Batok Kelapa (gr)
1 2 410 205,0
2 5 886 177,2
3 1 220 220,0
4 4 870 217,5
5 4 1430 357,5

6
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

6 6 2110 351,7
7 4 1500 375,0
8 1 120 120,0
9 4 1090 272,5
10 1 270 270,0
11 2 520 260,0
12 4 1410 352,5
13 4 1450 362,5
14 2 590 295,0
15 3 800 266,7
16 3 950 316,7
17 1 280 280,0
18 1 250 250,0
19 2 280 140,0
20 2 380 190,0
21 5 1.800 360,0
22 3 1.050 350,0
23 4 1.140 285,0
24 5 1.760 352,0
25 4 1.010 252,5
26 4 1.200 300,0
27 2 510 255,0
28 2 540 270,0
29 2 665 332,5
30 3 900 300,0
Jumlah 90 26.391 8.336.7
Rataan 3,0 879,7 277,8
Sumber: Diolah Dari Data Primer.

Berdasarkan data Tabel 2 di diketahui bahwa rata-rata berat getah


atas dapat diketahui bahwa dari 30 pinus per a koakan 486,1 gr dan rata-
batang sampel pohon pinus (Pinus rata berat batok penampung getah
merkussii) yang diukur di lapangan pinus adalah 192 gr. Berdasarkan
dengan variasi jumlah koakan data Tabel 1 di atas dapat diketahui
sadapan diperoleh total berat getah bahwa dari 90 sampel produksi getah
pinus sebesar 26.391 gr dengan rata- pinus hasil penyadapan yang
rata total berat getah pinus per dilakukan dapat diketahui bahwa
koakan sebesar 155,2 kg/ koakan. berat kotor getah pinus tidak ada
Selanjutnya, total berat getah pinus yang melebihi setengah kilogram dan
dari 30 batang sampel adalah 8.336,7 rata-rata batok kelapa penampung
gr dan rata-rata berat bersih getah yang digunakan berat rata-ratanya
pinus per koakan adalah 277,8 tidak melebihi 300 gr.
gr/koakan. Dari 90 koakan atau Lempang, N (2017)
sadapan pinus yang dilakukan melaporkan hasil penelitiannya

7
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

penyadapan getah pinus di Sulawesi sadapan 3 sadapan/ batang maka


diketahui bahwa produktivitas getah dapat diperoleh produksi getah pinus
pinus per satu koakan adalah sebesar sebesar 1.000 x 3 x 2 x 277,8 gr =
56,3 gr/ koakan. Nafia, A.I (2017) 1.666.800 kg. jika upah bagi petani
melaporkan hasil penelitiannya dalam penyadap Rp 5.000,-/ kg maka
tesis berjudul roduktivitas pendapatan perbulan adalah Rp
penyadapan getah 3 jenis pinus 8.334.000,-/ bulan. Oleh karena itu,
(Pinus merkussii, Pinus insularis dan jika seorang petani penyadap getah
Pinus oocarpa) di Hutan Pendidikan pinus ingin mendapatkan pendapatan
Gunung Walat dengan hasil berturut- di atas dari Rp 2.500.000,-/ bulan
turut adalah 30,17 gr, 17,93 gr dan maka petani penyadap harus mampu
19,25 gr. Berdasarkan data ini jenis menangani minimal 1.700 batang
Pinus merkussi merupakan jenis yang setiap bulan.
menghasilkan getah pinus tertinggi A. Kelestarian Tegakan
dari ke 3 jenis pinus yang ditelitinya. Pinus
Jika produktivitas getah pinus ini Berdasarkan hasil perhitungan
dibandingkan dengan hasil diameter batang 170 batang pohon
penyadapan getah pinus di desa pinus (Pinus merkussii) yang terukur
Parhottingan ternyata produktivitas dalam plot seluas 1,0 ha, di mana
getah di desa Parhottingan berada semua hasil pengukuran keliling
dalam jumlah pertengahan dari ke 3 diameter dikonversikan kepada
lokasi yang dibandingkan. diameter dengan cara membagi nilai
Berdasarkan kenyataan ini keliling pohon terukur dengan 3,14
maka dapat disimpulkan bahwa (π) yang selanjutnya diakurkan
dalam satu koakan dalam penyadapan dengan hasil perhitungan jumlah
getah pinus yang pemanenannya sadapan maksimum dengan formula
dilakukan dalam 2x sebulan maka Jumlah koakan maksimum adalah
setiap 1 batang pohon pinus hanya 0,75 x (Diameter/lebar koakan
mampu menghasilkan produksi getah standar (10 cm)) sebagaimana
pinus sebesar 2 x 277,8 gr = 555,6 gr tercantum dalam data Lampiran.
per bulan. Jika dalam kenyataannya Dengan melakukan cross check atas
di lapangan seorang petani penyadap kelas diameter dengan lebar kelas
getah pinus yang hanya mampu interval 9,9 cm maka diperoleh hasil
maksimum menghandel 1.000 investigasi sebagaimana tercantum
batang/ orang dengan rata-rata jumlah pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Kesesuaian Jumlah Koakan Berdasarkan
Peraturan.
No. Kelas Diameter (cm) Jumlah Pohon Sesuai Tidak Sesuai
1. 30-49,9 10 10 0
2. 40-49,9 29 25 4
3. 50-59,9 52 5 47
4. 60-69,9 66 1 65
5. 70-79,9 12 1 11
6. 80 Up 1 0 1
Jumlah 170 42 128

8
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

Sumber: Diolah Dari Data Primer.


Berdasarkan data Tabel 3 di HHBK getah pinus tidak dapat
atas dapat diketahui bahwa dari 170 dijamin.
pohon sampel untuk mengetahui Sebenarnya, jika dianalisis
kesesuaian jumlah sadapan dengan Tabel pada Lampiran dapat diketahui
peraturan (Peraturan Perhutani), bahwa dari 170 pohon sampel yang
hanya pada 42 batang pohon yang diukur untuk mengetahui kepastian
disadap dengan jumlah sadapan yang jumlah koakan yang dilaksanakan di
memenuhi aturan dan 128 batang lapangan diperoleh rata-rata diameter
pohon lainnya disadap dengan jumlah pohon yang disadap sebesar 57,7 cm
koakan yang tidak sesuai dengan dengan rata-rata jumlah koakan
peraturan. Jika nilai-nilai tersebut sebanyak 984 koakan dengan rata-
dipersentasekan maka dapat diketahui rata koakan per batang sebesar 5,8
bahwa hanya sekitar 24,71 % saja atau 6 koakan (dibulatkan).
pohon yang disadap dengan jumlah Berdasarkan data produksi getah
koakan yang sesuai dengan peraturan pinus per koakan di mana di dalam
dan 75,29 % lagi disadap dengan penelitian adalah 277,8 gr/ koakan
tidak memuhi aturan yang berlaku. maka jika dikonversikan dengan 170
Selanjutnya jika dicermati pohon sampel dalam luasan 1,0 ha
secara teliti bahwa diperoleh dengan jumlah kakan 984 koakan ini
kenyataan bahwa penyadapan yang maka akan diperoleh produksi
dilakukan sesuai dengan aturan yang sesungguhnya sebesar 984 x 277,8 gr
berlaku hanya dilakukan pada pohon- = 273.355,2 gr atau 273, 3552 kg.
pohon yang berdiameter di bawah Jika angka ini merupakan hasil
50,0 cm (diameter 30-49,9 cm). 1 x panen (2 minggu) maka dalam 1
sementara itu, penyadapan pada kelas bulan dihasilkan getah pinus dalam 1
diameter 50,0 cm Up hampir ha sebesar 546.710,4 gr atau
semuanya dilakukan dengan 546,7104 kg. jika upah per kg bagi
menyadap menyalahi aturan yang petani penyadap getah pinus adalah
berlaku. Secara fisik, akibat dari Rp 5.000,- maka pendapatan per ha
kesalahan penyadapan yang tidak dalam 1 bulan adalah 546,7104 kg x
sesuai dengan jumlah yang sudah Rp 5.000,- = 2.733.552,-/ ha. Jika
ditetapkan oleh aturan maka diduga seorang petani penyadap getah pinus
akan terjadi pemaksaan produksi mampu menangani 500 batang maka
getah pinus dari pohon-pohon pinus upah yang diperolehnya adalah
tersebut sehingga cepat atau lambat (500/170) x Rp 2.733.552,- = Rp
pohon pinus yang disadap akan 8.039.858,-. Jika seorang petani
mengalami kemunduran kesehatan penyadap mengharapkan pendapatan
yang selanjutnya mengalami sebesar Rp 3.000.000,-/ bulan maka
serangan penyakit dan mati sebelum seorang petani penyadap getah pinus
waktunya. Jika kejadian ini harus mampu menangani minimal
berlangsung terus menerus maka sebanyak 228 pohon pinus.
dapat dipastikan produksi getah pinus
tidak bisa berlangsung secara Kesimpulan Dan Saran
kontiniu dan akibatnya kelestarian Kesimpulan
tegakan pinus sebagai penghasil

9
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

Berdasarkan hasil pengolahan


dan analisis data inventarisasi
implementasi penyadapan getah Daftar Pustaka
pinus yang telah dilakukan di desa
Parhottingan, Kabupaten Simalungun Adhi, A.Y. 2008. Pengaruh Jumlah
maka dapat disimpulkan bahwa: Sadapan Terhadap Produksi
1. Produktivitas penyadapan getah Getah Pinus (Pinus merkusii)
pinus menurut sadapan adalah Dengan Metode Koakan Di
277,8 g/ koakan dari pohon pinus Hutan Pendidikan Gunung
yang berdiameter rata-rata 57,7 cm Walat Kabupaten Sukabumi
dan jumlah koakan rata-rata 5,8 (6 Jawa Barat.
koakan) per batang.
2. Dari 170 pohon sampel pewakil, Cahyono, A.S, Dkk. 2017.
hanya 42 pohon (24,71 %) yang Karakteristik Sosial Ekonomi
disadap dengan jumlah koakan Yang Mempengaruhi
yang sesuai dengan aturan yang Pendapatan Rumah Tangga
berlaku dan 128 pohon (75,29 %) Penyadap Getah Pinus Di Desa
lagi disadap dengan tidak memuhi Somagede, Kebumen, Jawa
aturan yang berlaku sehingga Tengah.
dapat dipastikan ada ancaman
kelestarian hutan dan hasil hutan Esteban, L. G., Gasson, P., Climent,
yang sedang dilakukan J. M., Palacios, P., & Guindeo,
penyadapan getah pinus di desa A. (2005). The wood of Pinus
Parhottingan, Kabupaten canariensis and it's getah
Simalungun. pinusous heartwood. IAWA
Journal, 26 (1), 69-77.
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas Harahap, R.M.S. dan Aswandi. 2006.
maka untuk menjamin kelestarian Pengembangan dan Konservasi
hutan dan hasil hutan pinus yang Pinus (Pinus merkusii Jungh. et
berada di desa Parhottingan, de Vries) Strain Tapanuli dan
Kabupaten Simalungun maka dapat Kerinci. Prosiding Ekspose
disarankan hal-hal berikut: Hasil-Hasil Penelitian
1. Penyadapan getah pinus “Konservasi dan Rehabilitasi
hendaknya dilakukan sesuai aturan Sumberdaya Hutan”. Hal.
yang berlaku agar kelestarian 223232.
hutan dan hasil hutan dapat
terjamin. Huda, Ch. 2011. Kontribusi
2. Perlu diberikan reward bagi Pendapatan Penyadap Getah
perusahaan yang mengelola Pinus Terhadap Kebutuhan
tegakan pinus yang sesuai dengan Rumah Tangga Masyarakat
aturan yang berlaku dan Sekitar Hutan Di Rph
memberikan punishment bagi Gombeng, Bkph Ketapang,
perusahaan yang mengelola Kph Banyuwangi Utara, Perum
tegakan pinus yang tidak sesuai Perhutani Unit Ii Jawa Timur.
dengan aturan yang berlaku.

10
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

Indraja, Y. Dkk 2008. Potensi Hutan Nababan, Y. 2017. Potensi


Pinus Merkusii Jungh. Et De Tumbuhan Obata di Bawah
Vriese Sebagai Pengendali Tegakan Pinus (Pinus
Tanah Longsor Di Jawa. Balai merkussii) KHDTK Aek Nauli
Penelitian Kehutanan Ciamis. Kabupaten Simalungun. Skripsi
Sarjana Kehutanan Program
Lempang, M. 2017. Studi Studi Kehutanan Universitas
Penyadapan Getah Pinus Cara Simalungun.
Bor Dengan Stimulan H2SO4
(Study of Pine Getah pinus Nafia, A.I. 2017. Produktivitas
Tapping by Drilling Using Penyadapan Getah 3 Jenis
H2SO4 Stimulant).Balai Pinus () di Hutan Pendidikan
Penelitian dan Pengembangan Gunung Walat.Pascasarjana
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Institut Pertanian
Kehutanan Makassar. Bogor.

Lutfi H. 2007. Bencana Alam Dan Ningrum, K.D.A. 2006. Analisis


Cabuk Lilin Ancam Potensi Pendapatan Penyadap Getah
Sadapan Pinus Jatim. Duta Pinus merkusii Jungh et de
Rimba 15/Th.2/Mei 2007.Hal : Vriese Dan Hubungannya
21. Dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat Dalam Kegiatan
Martono, S.D. 2009. Konstribusi Penyadapan Getah Di Bkph
Pendapatan Dari Penyadapan Karangkobar Kph Banyumas
Getah Pinus Terhadap Timur.
Pendapatan Totalnya (Studi
Kasus Di Rph Guyangan Perum Perhutani. 2005. Pedoman
BKPH Ponorogo Barat KPH Penyadapan Getah Pinus Tahun
Lawu Dusun Perum Perhutani 2005. Surat Keputusan Direksi
Unit II Jawa Timur). Agri-tek Perum Perhutani No.
Volume 10 Nomor 2 September 792/KPTS/DIR/2005.
2009.
Prastawa, Heru., Fanani, Zainal R.,
Matangaran JR. 2006. Catatan Untuk Dan Suliantoro, Hery. 2010.
Penyadap Getah Pinus. Duta Pengembangan Hutan Pinus
Rimba 8/Th.1/30 September – Masyarakat Berbasis Kemitraan
30 Oktober 2006.Hal : 22-23. Sebagai Model Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar. Jurnal
Muqtazirin, P.S. 2015.Kontribusi Teknik Industri. Vol. 11, No. 2,
Penyadapan Getah Pinus Agustus 2010: 178–183.
Terhadap Pendapatan Penyadap
(Studi kasus di RPH Sallata, M. Kudeng, 2014. Pinus
Mangunan, BKPH Bantul, KPH (Pinus Merkusiin Jungh Et De
Yogyakarta). Vriese) Dan Keberadaannya Di
Kabupa Tentana Toraja,
Sulawesi Selatan. Jurnal Info

11
Jurnal Akar Volume 1 Nomor 1 Edisi Februari 2019

Teknis EBONI. Vol.10 No.2, Waluyo, T. W., Wahyudi, I., &


Hal 85-98. Santoso, G. (2012). Pengaruh
Metode Dan Arah Sadap
Satil, F., Selvi, S., & Polat, R. (2011). Terhadap Produksi Getah
Ethnic Uses Of Pine Getah Jelutung Hutan Tanaman
pinus Production From Pinus Industri. Jurnal Penelitian
Brutia By Native People On Hasil Hutan, 30(4), 301-313.
The Kazdag Mountain (Mt. Ida)
in Western Turkey. Journal of Wibowo P. 2006. Produktivitas
Food, Agriculture & Penyadapan Getah Pinus
Environment, 9(3), 1059-1063. Merkusii Jungh Et De Vriese
Dengan Sistem Koakan (Quare
Suharisno.(2009). Grand Strategy System) Di Hutan Pendidikan
Pengembangan Hasil Hutan Gunung Walat Kabupaten
Bukan Kayu Nasional.Makalah Sukabumi Jawa Barat [Skripsi].
Pada Workshop Pengembangan Bogor:
HHBK, Yogyakarta 13 Januari
2009.Diakses dari
http://www.dephut.go.id.pada
tanggal 23 Agustus 2016.

Sukadaryati dan Dulsaman. 2013.


Teknik Penyadapan Pinus
Untuk Peningkatan Produksi
Melalui Stimulan Hayati (The
Techniques Of Tapping Pine
To Enhance Its Gum
Productionusing Biostimulant
Agents. Pusat Litbang
Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan,
Bogor.

Sulaiman W. 2004.Analisis Regresi


Menggunakan SPSS Contoh
Kasus Dan Pemecahannya.
Yogyakarta. Penerbi Andi.

Suwaji, S., dkk.2017. Analisis


Pendapatan Petani Penyadap
Getah Pinus Di Desa
Tangkulowi Kecamatan Kulawi
Kabupaten Sigi Sulawesi
Tengah.

12

Anda mungkin juga menyukai