0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
164 tayangan5 halaman
1. Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) mengatur cara penebangan dan permudaan hutan secara teratur untuk memperoleh hasil kayu secara berkelanjutan serta memelihara fungsi ekologi hutan.
2. TPTI meliputi kegiatan seperti inventarisasi, penebangan terpilih, penanaman, pemeliharaan, dan perlindungan hutan.
3. Tujuan TPTI adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas hutan untuk rotasi te
1. Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) mengatur cara penebangan dan permudaan hutan secara teratur untuk memperoleh hasil kayu secara berkelanjutan serta memelihara fungsi ekologi hutan.
2. TPTI meliputi kegiatan seperti inventarisasi, penebangan terpilih, penanaman, pemeliharaan, dan perlindungan hutan.
3. Tujuan TPTI adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas hutan untuk rotasi te
1. Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) mengatur cara penebangan dan permudaan hutan secara teratur untuk memperoleh hasil kayu secara berkelanjutan serta memelihara fungsi ekologi hutan.
2. TPTI meliputi kegiatan seperti inventarisasi, penebangan terpilih, penanaman, pemeliharaan, dan perlindungan hutan.
3. Tujuan TPTI adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas hutan untuk rotasi te
Indonesia TPTI Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia
gambar 1.1 Forest Harvesting
Direktorat Jenderal Kehutanan (1976) menyatakan bahwa sistem-
sistem silvikultur dalam eksploitasi hutan adalah Tebang Pilih Indonesia (TPI), Tebang Habis dengan Permudaan Alam (THPA) dan Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB). , Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan No. 485/Kpts/II/1989 tentang Sistem Silvikultur Pengelolaan Hutan Alam Produksi Indonesia. SK ini kemudian ditindaklanjuti dengan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan disempurnakan dengan Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman dan Petunjuk Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada hutan alam dratan. Pengelolan hutan produksi dapat dilakukan dengan sistem silvikultr Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), tebang habis dengan permudaan buatan (THPB) dan tebang habis dengan permudaan alam (THPA). Tebang pilih tanam Indonesia adalah sistem silvikultur yang mengatur cara penebangan dan permudaan buatan. Sistem silvikuktur ini merrupakan sistem yang dinilai sesuai untuk diterapkan pada hutan alam produksi di Indonesia kecuali untuk hutan payau. Tujuan dari sistem silikultur tebang pilih tanam Indonesia adalah untuk mengatur pemanfatan hutan alam prroduksi., serta meningkatkan nilai hutan baik kualitas maupun kuantitas pada areal bekas tebangan untuk rotasi tebang berikutnya agar terbentuk tegakan hutan campuran yang diharapakan dapat berfungsi sebagai penghasil kayu dan penghara industri secara lestari. Untuk mecapai tujuan ini, maka tindakan-tindakan silvikulturr dalam hal permudaan hutannya diarahkan pada : 1. Pengaruh komposisi jenis pohon dalam hutan yang diharapkan dapat lebih menguntungkan baik ditinjau daari segi ekonomi maupun ekologi. 2. Pengaturan silvikultur atau kerapatan tegakan yang optimal dalam hutan diharapkan dapat memberikan peningkatan potensi prroduksi kayu bulat dari keadaan sebelumnya. 3. Terjaminnya fungsi hutan dalam rangka pengawetan tanah dan air.
TEBANG PILIH TANAM INDONESIA
( TPTI ) DASAR HUKUM : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUSAHAAN HUTAN NOMOR. 564/KPTS/IV-BPHH/89 DAN NOMOR 151/KPTS/IV=BPHH/93
1. KEGIATAN DAN TATA WAKTU TPTI
NO. TAHAPAN KEGIATAN TPTI TATA WAKTU
1. Penataan Areal Kerja Et - 3 2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Et - 2 3. Pembukaan Wilayah Hutan Et - 1 4. Penebangan Et 5. Pembebasan Et + 1 6. Inventarisasi Tegakan Tinggal Et + 1 7. Pengadaan Bibit Et + 2 8. Penanaman/Pengayaan Et + 2 9. Pemeliharaan tahap I Et + 3 10. Pemeliharaan lanjutan a. Pembebasan Et + 4 b. Penjarangan Et + 9 Et + 14 Et + 19 11. Perlindungan dan Penelitian continous 2. KETENTUAN UMUM : a. Pohon Inti : • Minimum 25 pohon/Ha • Diameter minimum 20 Cm b. Etat Tebang : AAC = 1/35 x f.k x f.e x Vol. Standing Stock x (Luas Areal Produktif) fk : Faktor Keamanan = 0,8 fe : Faktor Eksploitasi = 0,7 s/d 0,9 c. Organisasi : Pembinaan dan Logging, terpisah d. Hutan Payau dan Hutan Rawa, berlaku ketentuan khusus Limit Diameter : Hutan Produksi 50 Cm and Up Hutan Produksi Terbatas 60 Cm and Up
[1.] Penataan Areal Kerja (PAK)
Tujuan : Memberi tanda batas yang nyata di lapangan pada : Unit pengelolaan hutan Blok kerja Petak kerja tahunan Ketentuan Umum : 5. Sebelum penataan dilakukan : a. Pengukuhan areal unit pengelolaan hutan b. Membagi kedalam unit produksi 6. Penetapan blok kerja tahunan Membagi bagian hutan sesuai daur/rotasi dengan memperhatikan : Tingkat produktivitas Ragam punggung, lereng dan lembah 7. Pembuatan blok kerja tahunan . Luas lebih kurang 100 Ha a. Mengikuti bentang alam b. Bentuk sesuai dengan jalan sarad dan diusahakan berbentuk bujur sangkar 8. Setiap petak dilengkapi dengan register petak 9. Jarak pal batas blok 1 Km 10. Pal batas dibuat dari beton atau kayu : 11. Pal batas blok mencantumkan : . Angka tahun RKT a. Angka urutan blok kerja dan kode RKL b. Angka periode tahun berjalan RKL c. Arah panah, tanda garis blok 12. Tanda-tanda batas ditera dengan GPS dan dicatat pada register 13. Pemeliharaan dan penataan ulang . Dilakukan setelah penebangan a. Lapor ke Instansi Kehutanan b. Register ulang [2.] Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ITSP adalah kegiatan pencatatan, pengukuran dan penandaan pohon dalam areal blok kerja tahunan yang diperlukan dalam rangka penyusunan RKT Data meliputi : n. Pohon inti o. Pohon dilindungi p. Pohon yang akan ditebang q. Medan kerja Pohon inti : Pohon muda jenis niagawi berdiameterntara 20 s/d 49 Cm, yang akan membentuk tegakan utama untuk ditebangi pada rotasi tebang berikutnya Ketentuan Umum : 18. Pohon inti, batang dan tajuk sehat, tersebar merata 19. Tanda diletakkan setinggi dada 20. tanda berupa : label plastik . Kuning : pohon inti dan dilindungi a. Merah : pohon akan ditebang 21. Tinggi diukur sampai cabang pertama 22. Intensitas 100% (diameter = 50 Cm dan pohon inti) 23. Sistem jalur, lebar jalur 20 M 24. Wilayah llindung lokasi, dipetakan 25. Gunakan tabel volume Hasil ITSP 26. Laporan hasil cruising (LHC), dikelompokkan menurut kelas diameter 27. data potensi tegakan, masuk dalam usulam RKT [3.] Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Adalah kegiatan penyediaan prasarana bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi dan komunikasi antar pusat kegiatan Wujud PWH : bb. Jaringan jalan cc. Barak kerja dd. Tempat penimbunan kayu ee. Dll Jalan Hutan : Jalan angkutan yang digunakan untuk mengangkut hasil hutan ke TPN/TPK atau ke tempat pengolahan hasil hutan Jalan Induk : Jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pengusahaan hutan selama jangka waktu pengusahaan hutan Jalan Cabang : Jalan hutan yang bermuara pada jalan induk, dipergunakan untuk kegiatan PH selama jangka pengusahaan hutan Jalan Sarad : Jalan hutan yang bermuara pada jalan cabang yang dipergunakan untuk kegiatan menyarad kayu bulat Ketentuan Umum 32. Spesifikasi Jalan Induk NON- No. PENGERASAN PENGERASAN 1. Umur Permanen 5 tahun 2. Sifat Segala cuaca Musim kering 3. Lebar jalan + bahu 12 M 12 M 4. Lebar pengerasan 6-8M - 5. Tebal pengerasan 20 - 50 Cm - 6. Tanjakan (+) maksimum 10% 10% 7. Tanjakan (-) maksimum 8% 8% 8. Rad. belokan minimum 50 - 60 M 50 - 60 M Kapasitas muatan 9. 60 Ton 60 Ton minimum 33. Spesifikasi Jalan Cabang NON- No. PENGERASAN PENGERASAN 1. Umur 5 tahun 5 tahun 2. Sifat Segala cuaca Musim kering 3. Lebar jalan + bahu 8M 12 M 4. Lebar pengerasan 4M - 5. Tebal pengerasan 10 - 20 Cm - 6. Tanjakan (+) maksimum 12% 10% 7. Tanjakan (-) maksimum 10% 8% 8. Rad. belokan minimum 50 M 50 M Kapasitas muatan 9. 60 Ton 60 Ton minimum 34. Pembuatan koridor harus seijin Ditjen PH 35. Dilarang membuat jalan melalui Hutan Lindung atau kawasan konservasi, kecuali seijin Menteri Kehutanan 36. Dipasang rambu-rambu lalu lintas 37. Peta pembukaan wilayah skala 1:10.000, menggambarkan : . Rencana jalan induk, cabang, sarad; TPn, TPK a. Realisasi jalan induk, cabang, sarad, TPn; TPK 38. Membuat drainage dan pencegahan erosi 39. Memasang pal-pal kilometer 40. Melaporkan rencana pembuatan jalan dan realisasinya kepada instansi kehutanan