NARKATA
PRAKATA
Perhatian dunia internasional terhadap palaksanaan pengelolaan hutan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari fungsi hutan tropis Indonesia sebagai paru-paru dunia dan sebagai
sumber mega diversity yang harus dipertahankan keberadaannya. Beberapa lembaga
internasional telah membantu memperbaiki pengelolaan hutan Indonesia dengan upaya-upaya
konservasi, pendampingan dan ada juga yang menerapkan persyaratan ekolabel bagi produk-
produk kehutanan dari Indonesia. Diterapkannya persyaratan perdagangan ini akan
menimbulkan kesadaran akan pengelolaan hutan yang lestari sekaligus unit management akan
memperoleh keuntungan dengan adanya insentif kenaikan harga jual produk-produk
kehutanannya.
PT. Narkata Rimba sebagai unit manajemen yang bergerak dibidang industri perkayuan
telah jauh hari menyadari hal itu dan telah mempersiapkan diri menyongsong era ekolabel ini.
Hal ini terlihat dari beberapa kali penilaian ujicoba kinerja IUPHHK dan hasil penilaian secara
Mandatory oleh Departemen Kehutanan dengan hasil yang baik. Komitmen yang kuat dari top
management untuk melaksanakan pengelolaan hutan secara lestari merupakan motivasi yang
sangat kuat bagi seluruh sumberdaya yang ada untuk menjalankan tanggungjawabnya masing-
masing.
Tidak stabilnya kondisi ekonomi dunia yang dapat menimbulkan berbagai krisis
mengharuskan setiap pelaku bisinis mempunyai produk yang memiliki daya saing dan daya
tahan dalam menghadapinya. Produk dengan sertifikat Ecolabel ini diharapkan merupakan
sebuah jawaban bagi kondisi itu, karena dengan adanya label tersebut produk yang dihasilkan
dapat diterima di semua pasar dunia dan selain untuk kelangsungan bisnis juga demi
terjaminnya kelestarian hutan Indonesia.
SEJARAH
Pada awalnya PT. Narkata Rimba sebagai pemegang amanah mengelola hutan di Kabupaten
Kutai Timur, Kalimantan Timur sesuai SK HPH No. 141/Kpts-II/89 tanggal 28 Maret 1989 seluas
± 43.000 ha kemudian dilakukan penggabungan dengan PT PT. GBE seluas ± 25.000 Ha.
Penggabungan ini dikukuhkan oleh Menteri Kehutanan dengan Adendum SK HPH No.
663/Kpts-II/1990 tanggal 13 Oktober 1990 sehingga luas PT. Narkata Rimba menjadi ± 68.000
ha.
Pada saat pendirian kepemilikan PT. Narkata Rimba berdasarkan Akte notaris : Mohammad Ali,
SH Nomor 08 tanggal 12 Juli 1878 adalah sebagai berikut :.
- Nursyah Karta K = 16.00 %
- Koestinah = 15.00 %
- Amrullah S. = 12.00 %
Selanjutnya setelah beberapa kali mengalami perubahan, kepemilikan terakhir sesuai akte
notaris : Hestyani Hassan, SH No. 10 tanggal 27 April 2009 adalah :
Secara Geografis PT. Narkata Rimba terletak pada posisi: 1 o 24’10,73” – 1 o 32’38,03” LU dan
116o20’17,75” – 116o43’3,44” BT. Sedangkan secara administaratif pemerintahan berada di
Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur dan secara
wilayah pengelolaan hutannya berada di RPH Jabdan, BKPH Muara Wahau wilayah Dinas
Kehutanan Kutai Timur.
Berdasarkan kelompok hutannya PT. Narkata Rimba termasuk dalam kelompok hutan Sungai
Telen Hulu – Sungai Wahau Kabupaten Kutai Timur.
Kantor Cabang
Industri PT. KAPR
Jln. Raya Samarinda-Tenggarong
Loa Kumbar, Loa Duri, Kec Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara
Phone : (0541)263900
Faximili : (0541)263107
Email : narkata_rimba@yahoo.com
Base Camp
Muara Wahau
Kecamatan Muara Wahau
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur
KOMITMEN UNIT MANAJEMEN
Pelaksanaan Sustainable Forest Management sudah menjadi komitmen PT. Narkata Rimba
dalam mengelola sumberdaya hutannya. Komitmen tersebut tertuang dalam Visi, Misi dan
Tujuan Perusahaan yang telah ditetapkan sebagai pedoman dalam pencapaian Sustainable
Forest Management.
VISI
Menjadikan kawasan hutan produksi PT. Narkata Rimba sebagai sumber penghasil bahan baku
bagi industri perkayuan secara berkesinambungan dalam kerangka Pengelolaan Hutan Alam
Produksi Lestari (PHAPL).
MISI
Mewujudkan sebuah unit manajemen yang mampu mewujudkan manfaat ekonomis sumber
daya hutan secara sesuai kemampuan hutan, efisien dan efektif bagi kepentingan perusahaan
beserta seluruh karyawan tanpa mengabaikan fungsi lingkungan dan fungsi sosial terutama
bagi masyarakat sekitar hutan.
TUJUAN
4. Penebangan Et = 0
5. Perapihan Et+1
Aspek penting dalam kegiatan pengusahaan adalah Kepastian Kawasan. Kepastian status
areal unit manajemen IUPHHK pada hutan alam terhadap penggunaan lahan, tata ruang
wilayah, dan tata guna hutan sejak awal sampai selama jangka waktu usaha pemanfaatan akan
memberikan jaminan kepastian areal yang diusahakan.
Setelah Kepastian kawasan tercapai, tahapan perencanaan dimulai dengan Penataan Areal
Kerja yang bertujuan untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
pengawasan kegiatan pengusahaan hutan. Kegiatan penataan areal kerja dilakukan dengan
memberi tanda batas yang jelas di lapangan pada blok dan petak kerja tahunan. Kegiatan
penataan hutan dimulai dengan pembagian kawasan hutan menurut peruntukan dan kelas
perusahaan yang akan diusahakan. Penentuan luas masing-masing bagian hutan didasarkan
kepada tipe hutan, topografi, penutupan vegetasi, persediaan permudaan alam dan metode
pengusahaannya.
Selain data tegakan, output yang dihasilkan berupa peta kontur, kondisi tanah, posisi sungai
dan bentang alam lainnya sebagai dasar dalam perencanaan Reduced Impact Logging (RIL).
REDUCED IMPACT LOGGING
Kegiatan penebangan merupakan kegiatan yang paling banyak mendapatkan perhatian selain
karena output dari kegiatan ini sangat mennetukan kelangsungan usaha, juga merupakan
tahapan kegiatan yang menimbulkan dampak negatif paling besar. Untuk menekan dampak
negatif berupa kerusakan tegakan tinggal dan kerusakan pada tanah dan air PT. Narkata
Rimba telah menerapkan Reduced Impact Logging. Penerapan Reduced Impact Logging
diawali dengan mengirimkan karyawannya mengikuti pelatihan-pelatihan Reduced Impact
Logging, dan pada tahun 2002 mengadakan In House Training Reduced Impact Logging
bekerjasama dengan GTZ-SFMP. Untuk lebih memantapkan kualitas RIL ini PT. Narkata
Rimba telah bekerjasama dengan beberapa NGO yang berkompeten dengan bidang ini, yaitu
TNC, TFT dan TFF. Adapun realisasi produksi PT. Narkata Rimba adalah sebagai berikut :
Rencana Realisasi
No. Tahun RKT Volume Volume
Luas (Ha) Luas (Ha)
(m3) (m3)
1
1989-1990 1.100,00 45.110,00 1.100,00 36.540,86
2
1990-1991 1.200,00 59.920,00 1.200,00 38.901,91
3
1991-1992 1.800,00 58.600,00 1.800,00 60.258,12
4
1992-1993 1.800,00 48.500,00 1.800,00 48.551,56
5
1993-1994 1.700,00 47.500,00 1.700,00 49.779,12
6
1994-1995 1.800,00 55.000,00 1.800,00 52.700,27
7
1995-1996 1.700,00 57.000,00 1.600,00 46.070,00
8
1996-1997 1.765,00 58.405,00 1.702,00 38.465,00
Kendala medan yang berat dalam penerapan Reduced Impact Logging akan diatasi dengan
menggunakan Sistem Monokabel, yaitu sistem penyaradan dengan skidder sederhana yang
biasa dipergunakan oleh masyarakat. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu ; investasi yang
murah, konsumsi bahan bakar rendah, ramah lingkungan, mampu bekerja di medan berat dan
menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar hutan
PEMBINAAN HUTAN
Kegiatan pembinaan hutan adalah kegiatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
tegakan tinggal setelah dilakukan kegiatan penebangan. Dengan kegiatan pembinaan hutan
diharapkan akan akan diperoleh struktur dan komposisi tegakan yang optimal sebagai
pendukung potensi tegakan untuk jangka pengusahaan berikutnya. Kegiatan pembinaan hutan
di PT. Narkata Rimba diawali dengan Kegiatan Inventarisasi Tegakan Tinggal yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi tegakan tinggal terutama pohon binaan agar dapat diperoleh
kebutuhan tanaman pengayaan dan rehabilitasi.
Selain kegiatan penanaman yang berkaitan dengan tahapan TPTI, PT. Narkata Rimba juga
melaksanakan Penanaman Tanah Kosong/Areal Tidak Produktif dan Penanaman Kanan Kiri
Jalan Angkutan. Penanaman Tanah Kosong/ ANP adalah kegiatan penanaman pohon yang
dilakukan pada areal kurang produktif / kurang permudaan atau kosong dalam areal, tetapi
diluar rencana TPTI dengan menanam jenis-jenis Meranti, Sungkai dan beberapa jenis yang
bermanfaat untuk rehabilitasi lahan. Penanaman Kanan Kiri Jalan adalah kegiatan penanaman
pohon (jenis buah-buahan atau tanaman kehidupan, unggulan setempat) pada kiri kanan jalan
angkutan, minimal sepanjang 2 km dengan jarak tanam 10 m x 10 m. Jenis yang ditanam
jenis-jenis tanaman kehidupan yang berbuah dan atau getahnya dapat digunakan sebagai
sumber mata pencaharian rakyat sekitar hutan dan kayunya dapat mendukung industri terkait.
Kegiatan lanjutan dari penanaman adalah dilakukan pemeliharan tanaman berupa kegiatan
pembersihan liana, pemulsaan, pendangiran, penyulaman dan apabila diperlukan dilakukan
pemupukan. Pemeliharaan dilakukan 2 kali dalam setahun selama tiga tahun (Et+3, 4, 5)
berturut-turut.
Tahap akhir dari sistem TPTI adalah Kegiatan Penjarangan Tegakan Tinggal yang
dilaksanakan setelah penebangan 10, 15, 20 tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah
penjarangan tajuk, yaitu dengan mematikan pohon penyaing, yaitu pohon-pohon yang
tajuknya menaungi atau mendesak tajuk pohon binaan. Diharapkan dengan perlakuan ini akan
dapat menstimulir pertumbuhan pohon binaan yang diharapkan jadi pohon masak tebang yang
berkualitas.
PENGENDALIAN DAMPAK
Dalam rangka pelaksanaan pengusahaan hutan yang berawawasan lingkungan PT. Narkata
Rimba telah menyusun kerangka acuan SEL/ANDAL (Studi Evalusi Lingkungan/Analisis
Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan), RPL (Rencana Pemantauan
Lingkungan). Dokumen AMDAL telah disetujui oleh Komisi Pusat AMDAL Dephut Nomor
2103/DJ-VI/PA/93, RKL dan RPL telah disetujui oleh Komisi Pusat AMDAL Dephut Nomor
177/DJ-VI/PA/95.
Untuk meminimalkan dampak terhadap kualitas tanah, air dan tegakan tinggal maka Narkata
Rimba selain menerapkan RIL, juga melakukan upaya-upaya penanaman tumbuhan merambat
(cover crop) dalam rangka menghambat gerakan aliran permukaan, mencegah erosi, dan
sedimentasi dalam badan sungai.
Mengingat kondisi topografi dan beragamnya asosiasi tumbuhan yang ada, maka penataan
kawasan merupakan hal utama dalam melaksanakan upaya konservasi. Selain menetapkan
kawasan-kawasan lindung seperti : kawasan lindung (lereng > 40%, sempadan sungai,
kawasan sekitar mata air) dan kawasan pelestarian plasma nutfah. Perlindungan terhadap
tumbuhan langka dan hidupan liar dilakukan dengan membuat area ASDG, plasma nutfah,
arboretum, kantong satwa dan kawasan konservasi lainnya.
Pemantauan lingkungan dilakukan untuk mengetahui dampak terhadap kualitas fisik lingkungan
baik yang bersifat biotik maupun abiotik. Dampak terhadap tanah dilakukan dengan analisa sifat
fisik tanah dengan parameter yang dipantau untuk melihat perubahan kualitas tanah ialah sifat
fisik tanah tekstur, struktur, permeabilitas tanah dan erodibiltas tanah sedangkan aspek
hidrologi yang dipantau adalah kualitas air dan laju sedimentasi. Dari hasil pengukuran dampak
ini akan dijadikan bahan penyusunan kajian strategi pelaksanaan pengusahaan hutan sebagai
evaluasi kinerja pengusahaan hutan dan sebagai pertimbangan perbaikan sistem yang
sekarang berjalan.
KEPEDULIAN TERHADAP
Bentuk kepedulian PT. Narkata Rimba terhadap masyarakat sekitar hutan sudah sejak awal
melalui program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Tujuan program
PMDH adalah membantu mewujudkan terciptanya masyarakat desa hutan yang mandiri,
sejahtera dan sadar lingkungan, terutama yang berada di dalam atau di sekitar areal kerja HPH.
Desa-desa yang dibina sudah didistribusikan oleh Depaetemen Kehutanan, walaupun
pelaksanaannya di lapangan desa yang dibina tidak terbatas pada desa binaan. Desa-desa
yang menjadi binaan PT. Narkata Rimba adalah :
PT. Narkata Rimba melaksanakan kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan di desa
Benhes dan Dabeq. Untuk desa Diak Lay dahulunya merupakan desa binaan PT. Mugi Triman
Intc., berhubung PT. MTI sudah tidak beroperasi lagi maka PT. NR mulai tahun 2002
mengambil alih desa tersebut untuk dibina.
Secara garis besar program kegiatan pembinaan Masyarakat Desa Hutan yang telah
dilaksanakan PT. Narkata Rimba adalah :
a. Budidaya tanaman padi dengan pembangunan bendungan
b. Tanaman buah-buahan, perkebunan dan peternakan.
c. Honorarium tenaga pengajar, beasiswa, honorraium operator genset dan PPL
Perkebunan.
d. Penyerapan tenaga lokal dan peningkatan SDM
e. Pemberian modal kerja kepada koperasi
f. Pemberian Dana kompensasi Produksi
g. Budidaya tanaman sayur-sayuran dan hortikultura berikut pemasaran hasil panen
h. Penanggulangan Rawan Pangan
I. Penyuluhan lingkungan dan pertanian
J. Kegiatan pelestarian lingkungan (reboisasi lahan kritis, penanaman kanan kiri jalan,
agroforestry dan sebagainya).
Pengadaan sarana dan prasarana oleh PT. NARKATA RIMBA di desa binaan.
PT. Narkata Rimba menyadari bahwa produk kehutanan yang ramah lingkungan sudah
merupakan prasyarat pokok untuk pasar Eropa dan Amerika, selain Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (Sustainable Forest Management). Untuk menghadapi hal itu PT. Narkata
Rimba telah mempersiapkan diri dalam rangka menyongsong era Ecolabel (SFM) dengan
melakukan beberapa tahapan kegiatan antara lain :
PT. Narkata Rimba memiliki keterkaitan dengan industri pengelolaan kayu hulu yaitu PT. KAYU
ALAM PERKASA RAYA dalam bentuk kepemilikan sebagian saham dengan nomor
N.P.W.S.Hut : B.18.10.101 dan beralamat di Jalan Raya Samarinda – Tenggarong PO BOX
1082 Samarinda. Adapun industri tersebut berlokasi di Desa Loa Duri, Kecamatan Loa Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Kalimantan Timur.
Kapasitas produksi
No. Nama industri Jenis industri (m3/thn) Keterangan
SPT Terpasang
Fancy 20.000 -
Plywood
Saat ini kegiatan PT. Kayu Alam Perkasa Raya difokuskan pada optimalisasi hasil hutan
dengan mengoperasikan unit sawmill sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan N0.
331/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang Pemberian Izin Perluasan IUIPHHK kepada
PT. Kayu Alam Perkasa Raya di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Dengan izin baru ini Kapasitas Izin Produksi PT. Kayu Alam Perkasa Raya menjadi :