Anda di halaman 1dari 17

PROFIL PT.

NARKATA
PRAKATA
Perhatian dunia internasional terhadap palaksanaan pengelolaan hutan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari fungsi hutan tropis Indonesia sebagai paru-paru dunia dan sebagai
sumber mega diversity yang harus dipertahankan keberadaannya. Beberapa lembaga
internasional telah membantu memperbaiki pengelolaan hutan Indonesia dengan upaya-upaya
konservasi, pendampingan dan ada juga yang menerapkan persyaratan ekolabel bagi produk-
produk kehutanan dari Indonesia. Diterapkannya persyaratan perdagangan ini akan
menimbulkan kesadaran akan pengelolaan hutan yang lestari sekaligus unit management akan
memperoleh keuntungan dengan adanya insentif kenaikan harga jual produk-produk
kehutanannya.
PT. Narkata Rimba sebagai unit manajemen yang bergerak dibidang industri perkayuan
telah jauh hari menyadari hal itu dan telah mempersiapkan diri menyongsong era ekolabel ini.
Hal ini terlihat dari beberapa kali penilaian ujicoba kinerja IUPHHK dan hasil penilaian secara
Mandatory oleh Departemen Kehutanan dengan hasil yang baik. Komitmen yang kuat dari top
management untuk melaksanakan pengelolaan hutan secara lestari merupakan motivasi yang
sangat kuat bagi seluruh sumberdaya yang ada untuk menjalankan tanggungjawabnya masing-
masing.
Tidak stabilnya kondisi ekonomi dunia yang dapat menimbulkan berbagai krisis
mengharuskan setiap pelaku bisinis mempunyai produk yang memiliki daya saing dan daya
tahan dalam menghadapinya. Produk dengan sertifikat Ecolabel ini diharapkan merupakan
sebuah jawaban bagi kondisi itu, karena dengan adanya label tersebut produk yang dihasilkan
dapat diterima di semua pasar dunia dan selain untuk kelangsungan bisnis juga demi
terjaminnya kelestarian hutan Indonesia.
SEJARAH
Pada awalnya PT. Narkata Rimba sebagai pemegang amanah mengelola hutan di Kabupaten
Kutai Timur, Kalimantan Timur sesuai SK HPH No. 141/Kpts-II/89 tanggal 28 Maret 1989 seluas
± 43.000 ha kemudian dilakukan penggabungan dengan PT PT. GBE seluas ± 25.000 Ha.
Penggabungan ini dikukuhkan oleh Menteri Kehutanan dengan Adendum SK HPH No.
663/Kpts-II/1990 tanggal 13 Oktober 1990 sehingga luas PT. Narkata Rimba menjadi ± 68.000
ha.

Perkembangan selanjutnya, mendekati masa berakhirnya tahapan pertama (20 tahun)


pengelolaan hutan, atas inisiasi dari Pemerintah Daerah Kutai Timur dan stakeholder terkait
dilakukan penyusunan RTRWP, dan hasil deliniasi PT. Narkata Rimba di lapangan, sebagian
areal PT. Narkata Rimba dikeluarkan menjadi kawasan konservasi. Areal tersebut
diproyeksikan sebagai pendukung kawasan konservasi Wehea sebagai pelestarian orang hutan
serta kondisi mikro di lapangan sesuai dengan kriteria sebagai kawasan konservasi. Akhirnya
setelah berakhirnya jangka waktu pengusahaan 20 tahun pertama, PT. Narkata Rimba
memperoleh perpanjangan IUPHHK melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 278/Menhut-
II/2008 tanggal 12 Agustus 2008 seluas ± 41.540 ha untuk jangka waktu 45 tahun (sampai
dengan tahun 2053).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 278/Menhut-II/2008 tanggal 12 Agustus 2008


PT. Narkata Rimba diberikan Bahan Penetapan Tebangan Tahunan berdasarkan daur 35
Tahun :
- Etat Luas maksimum 1.224 hektar/tahun
- Etat batang maksimum 9.633 batang/tahun
- Etat volume maksimum 59.045 m3/tahun

Pada saat pendirian kepemilikan PT. Narkata Rimba berdasarkan Akte notaris : Mohammad Ali,
SH Nomor 08 tanggal 12 Juli 1878 adalah sebagai berikut :.
- Nursyah Karta K = 16.00 %

- Tisna Irawan = 15.00 %

- Budi Darmono = 16.00 %

- Koestinah = 15.00 %

- M. Fadil Abdulah = 15.00 %

- Amrullah S. = 12.00 %

- Dani Danarto = 12.00 %

Selanjutnya setelah beberapa kali mengalami perubahan, kepemilikan terakhir sesuai akte
notaris : Hestyani Hassan, SH No. 10 tanggal 27 April 2009 adalah :

- PT. KAPR = 90,5 %

- Halim Rusli = 9,5 %


Susunan Pengurus Perusahaan terakhir berdasarkan akte notaris Hestyani Hassan, SH No. 10
tanggal 27 April 2009 :
ƒ Komisaris Utama : Halim Rusli
ƒ Komisaris : Johan Wijaya
ƒ Direktur Utama : Dr. Untung Iskandar
ƒ Direktur : Ir. Andreas Nugroho Adi
ƒ Direktur : Lanny Kwardoyo
POSISI DAN LETAK PT. NARKATA RIMBA

Secara Geografis PT. Narkata Rimba terletak pada posisi: 1 o 24’10,73” – 1 o 32’38,03” LU dan
116o20’17,75” – 116o43’3,44” BT. Sedangkan secara administaratif pemerintahan berada di
Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur dan secara
wilayah pengelolaan hutannya berada di RPH Jabdan, BKPH Muara Wahau wilayah Dinas
Kehutanan Kutai Timur.

Di lapangan areal PT. Narkata Rimba berbatasan dengan :

• Sebelah utara : ex PT. Bima Raya, Hutan Lindung, PT. Gruti


• Sebelah timur : PT. Gunung Gadjah Abadi
• Sebelah selatan : PT. Dharma Satya Nusantara
• Sebelah barat : PT. Mugi Triman Intc.

Berdasarkan kelompok hutannya PT. Narkata Rimba termasuk dalam kelompok hutan Sungai
Telen Hulu – Sungai Wahau Kabupaten Kutai Timur.

Alamat Unit Manajemen :

PT. Narkata Rimba


Kantor Pusat
Gedung Manggala Wanabhakti
Blok IV Lantai 2 Kamar 218 B
Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan
Phone/Fax : (021)5720204
Email : narkata_rimba@yahoo.com

Kantor Cabang
Industri PT. KAPR
Jln. Raya Samarinda-Tenggarong
Loa Kumbar, Loa Duri, Kec Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara
Phone : (0541)263900
Faximili : (0541)263107
Email : narkata_rimba@yahoo.com

Base Camp
Muara Wahau
Kecamatan Muara Wahau
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur
KOMITMEN UNIT MANAJEMEN

Pelaksanaan Sustainable Forest Management sudah menjadi komitmen PT. Narkata Rimba
dalam mengelola sumberdaya hutannya. Komitmen tersebut tertuang dalam Visi, Misi dan
Tujuan Perusahaan yang telah ditetapkan sebagai pedoman dalam pencapaian Sustainable
Forest Management.

VISI

Menjadikan kawasan hutan produksi PT. Narkata Rimba sebagai sumber penghasil bahan baku
bagi industri perkayuan secara berkesinambungan dalam kerangka Pengelolaan Hutan Alam
Produksi Lestari (PHAPL).

MISI

Mewujudkan sebuah unit manajemen yang mampu mewujudkan manfaat ekonomis sumber
daya hutan secara sesuai kemampuan hutan, efisien dan efektif bagi kepentingan perusahaan
beserta seluruh karyawan tanpa mengabaikan fungsi lingkungan dan fungsi sosial terutama
bagi masyarakat sekitar hutan.

TUJUAN

1. Memperoleh manfaat sumberdaya hutan sebesar-besarnya, bagi kemajuan daerah dan


nasional, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, dan menjaga fungsi
hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan melalui Pengelolaan
Hutan Alam Produksi Lestari.

2. Menghasilkan kayu berkualitas untuk memperkuat basis industrialisasi, sebagai pemasok


bahan baku Industri Perkayuan Kayu Hulu (IPKH) terkait saham PT. KAYU ALAM
PERKASA RAYA yang menghasilkan produk kayu lapis, sawmill dan blockboard.
PERENCANAAN HUTAN

Semenjak diberikannya SK IUPHHK PT. NR telah melakukan pengelolaan hutan alam


menggunakan sistem silvikultur yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni sistem Silvikultur
TPI yang kemudian disempurnakan menjadi TPTI dan teknis pelaksanaannya sesuai dengan
SK Dirjen PH Nomor 151/Kpts/IV-BPHH/93 tanggal 19 Oktober 1993, tentang Pedoman
Tebang Pilih Tanam Indonesia. Adapun tahapan kerja PT. Narkata Rimba sebagai berikut :

No. Kegiatan Waktu

1. Penataan Areal kerja Et-3

2. Inventarisasi tegakan Sebelum penebangan (ITSP) Et-2

3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Et-1

4. Penebangan Et = 0

5. Perapihan Et+1

6. Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) Et+2

7. Pembebasan Tahap I Et+2

8. Pengadaan bibit Et+2

9. Pengayaan dan rehabilitasi Et+3

10. Pemeliharaan Tanaman Pengayaan/rehabilitasi Et+3, 4, 5

11. Pembebasan Tahap II dan III Et+4, 6

12. Penjarangan tegakan tinggal Et+10, 15, 20

13. Perlindungan hutan Terus menerus

Aspek penting dalam kegiatan pengusahaan adalah Kepastian Kawasan. Kepastian status
areal unit manajemen IUPHHK pada hutan alam terhadap penggunaan lahan, tata ruang
wilayah, dan tata guna hutan sejak awal sampai selama jangka waktu usaha pemanfaatan akan
memberikan jaminan kepastian areal yang diusahakan.

Setelah Kepastian kawasan tercapai, tahapan perencanaan dimulai dengan Penataan Areal
Kerja yang bertujuan untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
pengawasan kegiatan pengusahaan hutan. Kegiatan penataan areal kerja dilakukan dengan
memberi tanda batas yang jelas di lapangan pada blok dan petak kerja tahunan. Kegiatan
penataan hutan dimulai dengan pembagian kawasan hutan menurut peruntukan dan kelas
perusahaan yang akan diusahakan. Penentuan luas masing-masing bagian hutan didasarkan
kepada tipe hutan, topografi, penutupan vegetasi, persediaan permudaan alam dan metode
pengusahaannya.

Tahap selanjutnya kegiatan peencanaan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan, yaitu


adalah kegiatan pencatatan, pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal blok kerja
tahunan untuk memperoleh informasi tentang posisi (koordinat) pohon, jenis pohon, diameter,
tinggi, jumlah pohon inti, dan pohon yang dilindungi, serta volume pohon yang akan ditebang
dan pencatatan data lapangan lainnya yang dilakukan pada Et-2. Kegiatan ITSP dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan penyebaran tegakan yang meliputi jumlah dan komposisi jenis serta
volume pohon yang akan ditebang, pohon inti dan pohon yang dilindungi akan dipelihara
sampai rotasi berikutnya.

Selain data tegakan, output yang dihasilkan berupa peta kontur, kondisi tanah, posisi sungai
dan bentang alam lainnya sebagai dasar dalam perencanaan Reduced Impact Logging (RIL).
REDUCED IMPACT LOGGING
Kegiatan penebangan merupakan kegiatan yang paling banyak mendapatkan perhatian selain
karena output dari kegiatan ini sangat mennetukan kelangsungan usaha, juga merupakan
tahapan kegiatan yang menimbulkan dampak negatif paling besar. Untuk menekan dampak
negatif berupa kerusakan tegakan tinggal dan kerusakan pada tanah dan air PT. Narkata
Rimba telah menerapkan Reduced Impact Logging. Penerapan Reduced Impact Logging
diawali dengan mengirimkan karyawannya mengikuti pelatihan-pelatihan Reduced Impact
Logging, dan pada tahun 2002 mengadakan In House Training Reduced Impact Logging
bekerjasama dengan GTZ-SFMP. Untuk lebih memantapkan kualitas RIL ini PT. Narkata
Rimba telah bekerjasama dengan beberapa NGO yang berkompeten dengan bidang ini, yaitu
TNC, TFT dan TFF. Adapun realisasi produksi PT. Narkata Rimba adalah sebagai berikut :

Rencana Realisasi
No. Tahun RKT Volume Volume
Luas (Ha) Luas (Ha)
(m3) (m3)
1
1989-1990 1.100,00 45.110,00 1.100,00 36.540,86
2
1990-1991 1.200,00 59.920,00 1.200,00 38.901,91
3
1991-1992 1.800,00 58.600,00 1.800,00 60.258,12
4
1992-1993 1.800,00 48.500,00 1.800,00 48.551,56
5
1993-1994 1.700,00 47.500,00 1.700,00 49.779,12
6
1994-1995 1.800,00 55.000,00 1.800,00 52.700,27
7
1995-1996 1.700,00 57.000,00 1.600,00 46.070,00
8
1996-1997 1.765,00 58.405,00 1.702,00 38.465,00

Carry over 100,00 6.828,00 100,00 1.279,00


9
1997-1998 1.717,00 40.000,00 1.504,00 31.920,00
10
1998-1999 1.815,00 48.883,00 1.815,00 48.701,63

Carry over 199,00 3.180,00 199,00 3.051,96


11
1999-2000 1.890,00 50.794,00 1.875,03 46.813,91
12
2000 1.170,00 48.849,00 1.170,00 46.058,03
13
2001 2.360,00 49.825,00 1.411,00 30.844,71
14
2002 1.362,00 42.509,00 750,00 9.155,19

Carry over 287,00 9.522,00 287,00 6.352,82


15
2003 - - - -
16
2004 443,00 12.000,00 - -
17
2005 653,00 16.000,00 472,00 6.412,69
18
2006 1.147,00 28.000,00 934,00 22.512,38
19
2007 952,90 27.210,00 688,48 17.203,05
20 2008 1.021,26 32.508,00 665,45 20.072,36
21 2009 1.027,17 27.000,00 839,32 20.169,09

Jumlah 29.009,33 873.143,00 25.412,28 681.813,66

Kendala medan yang berat dalam penerapan Reduced Impact Logging akan diatasi dengan
menggunakan Sistem Monokabel, yaitu sistem penyaradan dengan skidder sederhana yang
biasa dipergunakan oleh masyarakat. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu ; investasi yang
murah, konsumsi bahan bakar rendah, ramah lingkungan, mampu bekerja di medan berat dan
menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar hutan
PEMBINAAN HUTAN
Kegiatan pembinaan hutan adalah kegiatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
tegakan tinggal setelah dilakukan kegiatan penebangan. Dengan kegiatan pembinaan hutan
diharapkan akan akan diperoleh struktur dan komposisi tegakan yang optimal sebagai
pendukung potensi tegakan untuk jangka pengusahaan berikutnya. Kegiatan pembinaan hutan
di PT. Narkata Rimba diawali dengan Kegiatan Inventarisasi Tegakan Tinggal yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi tegakan tinggal terutama pohon binaan agar dapat diperoleh
kebutuhan tanaman pengayaan dan rehabilitasi.

Untuk kebutuhan penanaman pengayaan/rehabilitasi dibutuhkan bibit tanaman hutan komersial


unggulan. Bibit ini diproduksi dari persemaian PT. Narkta Rimba dengan sumber bibit berasal
dari biji, cabutan alam dan dari hasil Stek Kebun/Pangkas. Hasil persemaian berupa jenis
tanaman unggulan setempat dari jenis-jenis Meranti dan Kapur, serta tanaman jenis fast
growing seperti Gmelina dan Sungkai. Sumber benih dan cabutan alami diambil dari tegakan
benih yang sudah diketahui kualitas induknya dari petak yang telah ditetapkan.

Kegiatan penanaman Pengayaan/Rehabilitasi diprioritaskan pada lokasi yang kurang


permudaan dan pada lahan yang kondisinya kritis, seperti bekas TPn, TPK, jalan sarad, jalan
cabang dan bekas prasarana lainnya. Kegiatan penanaman pengayaan di sebagian besar
areal tidak dilaksanakan karena kondisi anakan alam yang cukup melimpah dan
pertumbuhannya sangat baik. Sedangkan untuk penanaman rehabilitasi dibutuhkan teknik
penanaman yang berbeda dengan sistem dua tahap diawali dengan jenis fast growing agar
terbentuk kondisi mikro yang memungkinkan tumbuhnya jenis unggulan kemudian diikuti
dengan dengan tanaman pokoknya.

Selain kegiatan penanaman yang berkaitan dengan tahapan TPTI, PT. Narkata Rimba juga
melaksanakan Penanaman Tanah Kosong/Areal Tidak Produktif dan Penanaman Kanan Kiri
Jalan Angkutan. Penanaman Tanah Kosong/ ANP adalah kegiatan penanaman pohon yang
dilakukan pada areal kurang produktif / kurang permudaan atau kosong dalam areal, tetapi
diluar rencana TPTI dengan menanam jenis-jenis Meranti, Sungkai dan beberapa jenis yang
bermanfaat untuk rehabilitasi lahan. Penanaman Kanan Kiri Jalan adalah kegiatan penanaman
pohon (jenis buah-buahan atau tanaman kehidupan, unggulan setempat) pada kiri kanan jalan
angkutan, minimal sepanjang 2 km dengan jarak tanam 10 m x 10 m. Jenis yang ditanam
jenis-jenis tanaman kehidupan yang berbuah dan atau getahnya dapat digunakan sebagai
sumber mata pencaharian rakyat sekitar hutan dan kayunya dapat mendukung industri terkait.

Kegiatan lanjutan dari penanaman adalah dilakukan pemeliharan tanaman berupa kegiatan
pembersihan liana, pemulsaan, pendangiran, penyulaman dan apabila diperlukan dilakukan
pemupukan. Pemeliharaan dilakukan 2 kali dalam setahun selama tiga tahun (Et+3, 4, 5)
berturut-turut.

Tahap akhir dari sistem TPTI adalah Kegiatan Penjarangan Tegakan Tinggal yang
dilaksanakan setelah penebangan 10, 15, 20 tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah
penjarangan tajuk, yaitu dengan mematikan pohon penyaing, yaitu pohon-pohon yang
tajuknya menaungi atau mendesak tajuk pohon binaan. Diharapkan dengan perlakuan ini akan
dapat menstimulir pertumbuhan pohon binaan yang diharapkan jadi pohon masak tebang yang
berkualitas.
PENGENDALIAN DAMPAK

Dalam rangka pelaksanaan pengusahaan hutan yang berawawasan lingkungan PT. Narkata
Rimba telah menyusun kerangka acuan SEL/ANDAL (Studi Evalusi Lingkungan/Analisis
Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan), RPL (Rencana Pemantauan
Lingkungan). Dokumen AMDAL telah disetujui oleh Komisi Pusat AMDAL Dephut Nomor
2103/DJ-VI/PA/93, RKL dan RPL telah disetujui oleh Komisi Pusat AMDAL Dephut Nomor
177/DJ-VI/PA/95.
Untuk meminimalkan dampak terhadap kualitas tanah, air dan tegakan tinggal maka Narkata
Rimba selain menerapkan RIL, juga melakukan upaya-upaya penanaman tumbuhan merambat
(cover crop) dalam rangka menghambat gerakan aliran permukaan, mencegah erosi, dan
sedimentasi dalam badan sungai.

Mengingat kondisi topografi dan beragamnya asosiasi tumbuhan yang ada, maka penataan
kawasan merupakan hal utama dalam melaksanakan upaya konservasi. Selain menetapkan
kawasan-kawasan lindung seperti : kawasan lindung (lereng > 40%, sempadan sungai,
kawasan sekitar mata air) dan kawasan pelestarian plasma nutfah. Perlindungan terhadap
tumbuhan langka dan hidupan liar dilakukan dengan membuat area ASDG, plasma nutfah,
arboretum, kantong satwa dan kawasan konservasi lainnya.

Pemantauan lingkungan dilakukan untuk mengetahui dampak terhadap kualitas fisik lingkungan
baik yang bersifat biotik maupun abiotik. Dampak terhadap tanah dilakukan dengan analisa sifat
fisik tanah dengan parameter yang dipantau untuk melihat perubahan kualitas tanah ialah sifat
fisik tanah tekstur, struktur, permeabilitas tanah dan erodibiltas tanah sedangkan aspek
hidrologi yang dipantau adalah kualitas air dan laju sedimentasi. Dari hasil pengukuran dampak
ini akan dijadikan bahan penyusunan kajian strategi pelaksanaan pengusahaan hutan sebagai
evaluasi kinerja pengusahaan hutan dan sebagai pertimbangan perbaikan sistem yang
sekarang berjalan.
KEPEDULIAN TERHADAP
Bentuk kepedulian PT. Narkata Rimba terhadap masyarakat sekitar hutan sudah sejak awal
melalui program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Tujuan program

PMDH adalah membantu mewujudkan terciptanya masyarakat desa hutan yang mandiri,
sejahtera dan sadar lingkungan, terutama yang berada di dalam atau di sekitar areal kerja HPH.
Desa-desa yang dibina sudah didistribusikan oleh Depaetemen Kehutanan, walaupun
pelaksanaannya di lapangan desa yang dibina tidak terbatas pada desa binaan. Desa-desa
yang menjadi binaan PT. Narkata Rimba adalah :

Luas Desa Penduduk Warga Mulai di bina


No Desa Binaan
(km 2) (suku) binaan (KK) (tahun)

01 Benhes 720 Dayak Bahau 130 1991/1992

02 Dabeq 620 Dayak Bahau 43 1994/1995

03 Diak Lay (*) 690 Dayak Bahau 30 2002

PT. Narkata Rimba melaksanakan kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan di desa
Benhes dan Dabeq. Untuk desa Diak Lay dahulunya merupakan desa binaan PT. Mugi Triman
Intc., berhubung PT. MTI sudah tidak beroperasi lagi maka PT. NR mulai tahun 2002
mengambil alih desa tersebut untuk dibina.

Salahsatu komponen kepedulian terhadap masyarakat sekitar hutan adalah pemberian


kompensasi produksi kepada masyarakat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Dengan diberikannya kompensasi produksi ini
diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki sumberdaya hutan sehingga dapat bersama-
sama menjaga dan memanfaatkan secara bijaksana dan lestari.

Secara garis besar program kegiatan pembinaan Masyarakat Desa Hutan yang telah
dilaksanakan PT. Narkata Rimba adalah :
a. Budidaya tanaman padi dengan pembangunan bendungan
b. Tanaman buah-buahan, perkebunan dan peternakan.
c. Honorarium tenaga pengajar, beasiswa, honorraium operator genset dan PPL
Perkebunan.
d. Penyerapan tenaga lokal dan peningkatan SDM
e. Pemberian modal kerja kepada koperasi
f. Pemberian Dana kompensasi Produksi
g. Budidaya tanaman sayur-sayuran dan hortikultura berikut pemasaran hasil panen
h. Penanggulangan Rawan Pangan
I. Penyuluhan lingkungan dan pertanian
J. Kegiatan pelestarian lingkungan (reboisasi lahan kritis, penanaman kanan kiri jalan,
agroforestry dan sebagainya).
Pengadaan sarana dan prasarana oleh PT. NARKATA RIMBA di desa binaan.

No Jenis Bantuan Lokasi Keterangan

1 Rumah petugas PMDH Ds Dabeq , Ds Benhes


2 Pembuatan Jalan Desa Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds
Diaklay
3 KUB Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds
Diaklay
4 Rumah Adat Ds Dabeq , Ds Benhes kerjasama dengan masyarakat
5 Perpustakaan Sekolah Ds Benhes
6 Pembangunan Lokal SD Negeri Ds Dabeq , Ds Benhes kerjasama dengan Pemda
013
7 Balai Desa Ds Dabeq , Ds Benhes kerjasama dengan masyarakat
8 Rumah mesin dan genset Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds kerjasama dengan masyarakat
Diaklay
9 Balai Hiburan Ds Benhes
10 Jamban Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds kerjasama dengan masyarakat
Diaklay
11 Lapangan sepakbola Ds Benhes
12 Lapangan bulutangkis Ds Benhes
13 Lapangan voly Ds Benhes
14 Meja pingpong Ds Benhes
15 Gereja Ds Dabeq , Ds Benhes kerjasama dengan masyarakat
dan Pemda
16 Gerobak/becak Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds
Diaklay
17 Kandang ternak Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds kerjasama dengan masyarakat
Diaklay
18 Mesin pompa air Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds
Diaklay
19 Jembatan Ds Dabeq , Ds Benhes, Ds kerjasama dengan masyarakat
Diaklay dan Pemda
20 Pembangunan Bendungan Ds Dabeq
PT. NARKATA RIMBA MENUJU SFM

PT. Narkata Rimba menyadari bahwa produk kehutanan yang ramah lingkungan sudah
merupakan prasyarat pokok untuk pasar Eropa dan Amerika, selain Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (Sustainable Forest Management). Untuk menghadapi hal itu PT. Narkata
Rimba telah mempersiapkan diri dalam rangka menyongsong era Ecolabel (SFM) dengan
melakukan beberapa tahapan kegiatan antara lain :

a)Sosialisasi persiapan Sertifikasi PHAPL kepada seluruh karyawan (Bottom Management


sampai Top Management) baik itu versi LEI , FSC maupun Dephut.
b)Mengikuti Seminar/Workshop/Simposium yang berkaitan dengan Sertifikasi PHAPL.
c) Melaksanakan pelatihan baik itu di lembaga/instansi pemerintah, bekerjasama maupun
sendiri (IHT / In house Training) untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan skill SDM.
d) Melaksanakan evaluasi kesiapan HPH (meliputi bidang Jaminan Kepastian Sumberdaya,
Kelangsungan produksi Kayu, Koservasi lingkungan dan Sosial) yang dilaksanakan oleh APHI
tanggal 23 November – 3 Desember 1996 dengan mendapatkan nilai 84,68 termasuk kategori
Cukup Siap.
e) Mengikuti studi banding pada HPH yang sudah dalam proses sertifikasi yaitu Field Scoping
dan Highligths and Findings di PT. SBK, Field Scoping di PT. Intracawood Mfg dan PT.
Inhutani I Berau.
f) Bergabung dengan Kelompok Kerja Sertifikasi (KKS) untuk bersama-sama dengan HPH lain
mempersiapkan diri dalam menghadapi era sertifikasi., setiap bulan melaksanakan
pertemuan rutin.
g) Melaksanakan penentuan tipologi dan pengisian cheklist Kriteria & Indikator LEI (12
September 2000). Adapun acuannya adalah Self Scouping Handbook yang disusun oleh
SFMP-GTZ yaitu buku yang digunakan sebagai acuan untuk proses identifikasi awal tingkat
kesiapan HPH dalam menghadapi Sertifikasi-PHL yang diukur berdasarkan Set Kriteria &
Indikator PHAPL (Dokumen LEI-01). Hasil penentuan tipologi terlampir.
h) Mengikuti Temu Usaha (dialog dan pameran) dengan TFT yang diharapkan dapat mendorong
anggota KKS untuk pencapaian SFM di Hotel Mesra, Samarinda (14 Agustus 2001).
i) Mengikuti pertemuan dengan instansi pemerintah atau lembaga-lembaga internasional
(Dephut, WWF, TNC, FSC dsb).
j) Menerima kunjungan Tim KKS (awal bulan Maret 2002) dalam rangka survey pemetaan
permasalahan dan kesiapan anggota KKS dalam menghadapi era sertifikasi. Adapun hasil
survey terhadap 26 UM anggota KKS diklasiifikasikan 3 Grup, yaitu Grup A sebanyak 5 HPH,
Grup B 15 HPH dan Grup C 6 HPH. PT. NR termasuk dalam Grup A (PT. lain adalah PT.
SLJ, PT. Inhutani I Labanan, PT. Inhutani II Malinau, PT. Intracawood Industry).

PT. NR masuk Grup A dengan kriteria :

- Pemilik mendukung SFM


- Tersedia manajemen yang kapabel,
- Tersedia anggaran
- Masalah sosial relatif kecil
- Memiliki Tim khusus sertifikasi
- Sangat dekat untuk mendapat sertifikasi
- Manajemen progressif.
k) Bekerjasama dengan beberapa lembaga Internasional yang berkompeten dan
berpengalaman dalam pelaksanaan sertifikasi FSC, yaitu TFF, TFT dan TNC.
Setelah melakukan persiapan yang matang dan sudah on track sertifikasi, tahapan terpenting
yang sudah dilakukan adalah Pre Assessment menggunakan skema FSC dengan
menggunakan Lembaga Sertifikasi Control Union. Setelah Pre Assessmet ini seluruh personil
fokus untuk memperbaiki kinerja untuk mempersiapkan diri menuju Main Assessment
Sustainable Forest Manajemen.
INDUSTRI

PT. Narkata Rimba memiliki keterkaitan dengan industri pengelolaan kayu hulu yaitu PT. KAYU
ALAM PERKASA RAYA dalam bentuk kepemilikan sebagian saham dengan nomor
N.P.W.S.Hut : B.18.10.101 dan beralamat di Jalan Raya Samarinda – Tenggarong PO BOX
1082 Samarinda. Adapun industri tersebut berlokasi di Desa Loa Duri, Kecamatan Loa Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Kalimantan Timur.

Perijinan (SPT BKPM/Departemen Perindustrian, Pemda dan lain-lain)

Š SPT/Ijin industri : Dari BKPM


Š Pendirian Nomor : 02/I/PMDN/1982 tanggal 5 Januari 1982
Š SPT/Ijin Industri Terakhir :
- Perubahan I Nomor : 141/VI/PMDN/1988 tanggal 18 Juli 1988
- Perubahan II Nomor : 413/III/PMDN/1990 tanggal 4 Juli 1990
- Perubahan III Nomor : 132/III/PMDN/1993 tanggal 22Juli 1993

Š Ijin industri Nomor 196/Industri 1998 tanggal 12 Mei 1998

Kapasitas produksi
No. Nama industri Jenis industri (m3/thn) Keterangan
SPT Terpasang

1. PT. Kayu Alam Bahan baku dari :


Perkasa Raya
Plywood 96.000 120.000 - Kayu bulat
- Limbah plywood
Paper overlay 12.000 - - Limbah plywood
- Limbah plywood
Blockboard 20.000 25.000 - Limbah plywood
- Limbah plywood
Polyester 12.000 15.000

Sawn timber 8.000 10.000

Fancy 20.000 -
Plywood

Saat ini kegiatan PT. Kayu Alam Perkasa Raya difokuskan pada optimalisasi hasil hutan
dengan mengoperasikan unit sawmill sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan N0.
331/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang Pemberian Izin Perluasan IUIPHHK kepada
PT. Kayu Alam Perkasa Raya di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Dengan izin baru ini Kapasitas Izin Produksi PT. Kayu Alam Perkasa Raya menjadi :

1. Kayu Lapis : 35.000 m3 per tahun


3
2. Penggergajian Kayu : 38.100 m per tahun

Anda mungkin juga menyukai