Anda di halaman 1dari 82

KESESUAIAN LAHAN

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, Top Management


membuat perencanaan awal dan meminta Team Survey
melakukan survey kesesuaian lahan yang mencakup peta
dan data :

a. Luas berdasarkan kelas kesesuaian lahan (S1, S2, S3,


N1, N2) dan informasi topografi
b. Peta kondisi vegetasi dan data taksiran luas (hutan
primer, sekunder, semak belukar dan lalang)
c. Khusus untuk areal rendahan harus diinformasikan
jaringan outlet
KESESUAIAN LAHAN

KONDISI TANAH

• Tanah Ultisols, Entisols, Inceptisols, Andosols


dan Histosols.
• Tekstur lempung berdebu, lempung liat berdebu,
lempung berliat dan lempung liat berpasir.
• Kedalaman efektif tanah > 100 cm.
• PH optimal 5,0 – 6,0.
PENGUKUHAN KAWASAN

• Team Survey harus melaksanakan tata batas


kerangka luar kawasan sesuai dengan izin
lokasi yang diperoleh (khususnya untuk areal
Newplanting).

• Badan Pertanahan Nasional (BPN)


melaksanakan pengukuran Kadastral untuk
pengukuhan kawasan.
• Pemasangan patok batas Kadastral oleh pihak
Kebun.
PENGUKUHAN KAWASAN
PERENCANAAN LOKASI SARANA PENUNJANG

Top Management mempersiapkan Blue


Print dan Bisnis Plan yang mencakup :
– Pembentukan unit kebun dan sarana penunjang
kebun berdasarkan luas areal konsesi baru yang
akan dikelola
– Penyusunan AMDAL, UKL/UPL termasuk
identifikasi adanya High Conservation Value
Forest (HCVF) merupakan tugas Legal/GAL
LOKASI PEMBIBITAN

• Estate Manager mengidentifikasi lokasi


yang akan digunakan untuk pembibitan
dengan mempertimbangkan persyaratan
lokasi yang paling baik.
• Setelah lokasi disetujui Top
Management, Estate Manager segera
menyusun rencana kerja dan biaya untuk
pembibitan.
LOKASI KANTOR DAN TEMPAT TINGGAL
PENGURUS PROYEK

• Estate Manager (EM) segera mengidentifikasi


lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor dan
tempat tinggal sementara.

• Penetapan lokasi ini diupayakan menjadi


lokasi permanen untuk kantor, gudang dan
emplacement kebun serta PKS setelah
mendapat persetujuan dari Top Management.
LOKASI JALAN MASUK

• EM bersama sama dengan Legal/Team survey


menentukan lokasi jalan masuk dengan
mempertimbangkan hasil survey tinjau.
• Lahan untuk jalan masuk dibebaskan minimal
selebar 12 m.
• Apabila perlu, terutama jalan di luar izin lokasi,
parit 2 x 2 x 1.5 m dibuat sebagai parit
pembatas di sepanjang sisi kiri dan kanan
jalan.
LOKASI PABRIK KELAPA SAWIT

• Estate Manajer mengusulkan beberapa alternatif lokasi


rencana PKS
• Team survey melakukan survey area
mengenai kelayakan pembangunan PKS di
lokasi tersebut.
• Berdasarkan masukan dari Teknik, maka
Team Survey dan bagian pabrik melakukan
survey lengkap di areal PKS tersebut.
• Top Management akan memutuskan lokasi
PKS yang akan dibangun.
AREAL REPLANTING

Hal-hal yang dijadikan pertimbangan untuk usulan


pelaksanaan Replanting antara lain :

a. Umur tanaman >25 thn


b. Tinggi pohon >15 m
c. Yield/ha/tahun < 14 ton/ha
d. Harga CPO

Program replanting setiap tahun akan dikaji oleh


BOD dan BOC, berdasarkan Blue Print
PENINJAUAN LAPANGAN DAN TATA BATAS

1. Kegiatan Land Clearing harus


mempertimbangkan konservasi tanah,
air dan tingkat kesuburan lahan.
2. Semua ini akan mempengaruhi
pencapaian pertumbuhan tanaman yang
baik dan produkstifitas yang tinggi
AREAL DARAT
Areal darat dibagi berdasarkan tingkat kemiringan lahan untuk keperluan
penentuan konservasi.

Tabel. Klasifikasi Kemiringan dan keperluan teras

Kemiringan Keterangan
<9% <5 o Ditanam dengan jarak standar,
Tidak perlu teras

9 – 14% 5 o– 8 o Teras konservasi lebar minimal 2,0 m,


Dengan interval 35 – 50m

15 – 21% 9 o– 12 o
Lebar teras 4 – 4,5m

22 – 40% 13 o– 22 o Lebar teras minimal 3,0 m, bergantung


Kondisi tanah dan kedalaman tanah

>40% >22o Tidak direkomendasikan di tanam


AREAL DARAT
Keterangan :
a. Kepastian kemiringan lahan harus di ukur dengan Abney level
atau Clinometer
b. Backdrop untuk lebar teras <5 m adalah 0,6 m
c. Untuk areal teras, buat jalan terlebih dahulu sebelum pembuatan
teras. Sistem ini memiliki keuntungan :
 Meminimalkan perbedaan level antara jalan dan teras
sehingga memudahkan operasional dari jalan ke teras dan
sebaliknya.
 Agar air dari permukaan jalan mengalir dengan efektif
kebagian belakang teras yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, hal ini dapat diperoleh jika level jalan dibuat lebih
tinggi dari backslope
 Mengurangi resiko erosi sebagai akibat pengurangan air
permukaan jalan. Dengan demikian biaya perawatan jalan
menjadi berkurang
 Tiap 50 m di teras dibuat tanggul (bund stop)
DRAINASE

1. Drainase bergantung pada topografi dan jenis tanah.


2. Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan drainase
adalah menentukan lokasi outlet dari areal dan meluruskan parit
alam sehingga aliran air akan mengikuti kemiringan areal
3. Dalam membuat perencanaan sistem drainase, harus
dipertimbangkan agar areal gambut tidak mengalami overdrain
4. Pada areal dengan lapisan Pyrite, harus diketahui kedalamannya
supaya senantiasa berada dibawah level air yang perlu
dipertahankan 60 cm dibawah permukaan tanah
5. Untuk areal gambut sistem drainase dan water management
adalah prioritas utama.
DRAINASE

Tabel. Jenis Parit

Jenis Parit Keterangan

Outlet Drain Parit yang mengumpulkan air dari main drain dan
mengalirkannya ke sungai

Main Drain Parit yang mengumpulkan air dari collection drain

Collection Drain Parit yang mengumpulkan air dari field drain

Field Drain Parit yang mengalirkan air dari dalam blok ke collection
drain
DRAINASE

Ukuran parit
Note :
Lebar outlet drain sesuai kebutuhan

Lebar atas Lebar bawah Kedalaman


Jenis Parit
(m) (m) (m)
Outlet Drain 4.0 3.0 4.0

Main Drain 3.0


2.5 3.0

Collection Drain 2.0 1.5 2.0

Field Drain 1.0 0.75 1.0


DRAINASE

Kebutuhan Field Drain

Untuk tanah gambut dan areal rendahan Field Drain dibuat


1 :16
1 : 8
1 : 4
1 : 2 jalur tanam, disesuaikan dengan kebutuhan
DRAINASE

Perawatan Parit

Pencucian parit di areal mineral disesuaikan dengan


kebutuhan, sedangkan pencucian parit dari endapan di
areal gambut dan rendahan dilakukan dengan ketentuan :

a. Tahun pertama field drain dicuci 50%, dipilih bergantian


b. Tahun kedua field drain dicuci 50% sisanya
c. Maindrain dan collection drain dicuci setiap tahun atau
sesuai kebutuhan.
RENDAHAN MINERAL TIDAK MENGANDUNG
SULFAT MASAM

1. Pada areal pertemuan antara rendahan dan areal


berbukit, harus dibuat parit memanjang kaki bukit, untuk
drainase ke collection atau main drain
2. Ukuran parit bergantung pada kemiringan dan luas
areal berbukit yang berbatasan dengan rendahan. Parit
kaki bukit harus berhubungan dengan field drain untuk
menghindari tanaman sawit dari genangan dan “wet
foot”
3. Intensitas parit bergantung pada volume air dan hujan
di areal tersebut.
Pohon sawit

Parit kaki
bukit

Areal
Berbukit

Rendahan

Field drain

Gambar : Parit kaki bukit


RENDAHAN MINERAL MENGANDUNG PYRITE
(Potential Sulfat Masam)

1. Untuk menghindari terbentuknya sulfat masam


sebagai akibat pyrite teroksidasi, permukaan
ketinggian air di atas lapisan pyrite harus
dipertahankan.
2. Untuk memonitor ketinggian permukaan air
tanah, harus dipasang Piezometer.
Tanggulan dan Mistar Monitoring ketinggian air Pada Tanah Pyrite
•.
Sawit

50-80 cm

Gambar : Tinggi air yang harus dipertahankan


1. Untuk mempertahankan tinggi permukaan air, parit
utama harus dibendung dengan sekat-sekat
dibeberapa tempat dengan menggunakan bekas
karung pupuk yang telah diisi tanah.
2. Jumlah bendungan disepanjang parit bergantung
pada level air yang harus dipertahankan
3. Selama musim hujan semua pintu air dan
bendungan harus dibuka untuk mengurangi
keasaman air dan pada akhir musim hujan harus
ditutup kembali
AREAL PASANG SURUT
TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK DITANAM

AREAL GAMBUT
Klasifikasi Gambut berdasarkan kedalamannya

Klasifikasi
Kedalaman
Gambut
Dangkal ≤ 1m
Sedang >1 m dan < 3 m, sesuai PC RSPO
Dalam ≥3m
AREAL GAMBUT

1. Sebelum dilakukan penanaman di areal gambut yang


berupa hamparan, harus dilakukan pemadatan
(compaction) dengan menggunakan alat yang
sesuai.
2. Pastikan alat berat yang melakukan pemadatan tidak
menggunakan gambangan pada saat melakukan
pemadatan
3. Rencana pembukaan areal gambut harus disetujui
oleh GM (Top Management)
AREAL GAMBUT

Langkah yang harus dilakukan dalam persiapan tanam


diareal gambut :

a. Team Survey membuat survey guna menentukan level


permukaan air yang akan digunakan untuk membuat
rencana pembukaan outlet dan main drain
b. Outlet dan main drain harus sudah dibuka minimum 12
bulan sebelum LC dimulai
c. Water management perlu diterapkan dengan baik
untuk tanah gambut supaya tidak terjadi penurunan
permukaan air yang berlebihan sehingga lapisan atas
mengalami pengeringan irreversible,
PIEZOMETER

Piezometer adalah salah satu alat ukur tinggi rendahnya air dari
permukaan tanah.
Langkah-langkah pembuatan piezometer sebagai berikut :
a. Piezometer dibuat dari pipa paralon diameter 3” dengan panjang 180 cm
b. Salah satu ujung paralon disumbat dengan material yang permeable
(mudah ditembus air) berada di bagian bawah
c. Dinding pipa sepanjang ± 100 cm dibuat lubang-lubang kecil dengan
diameter 5 mm
d. Pipa ditanam dengan kedalaman 150 cm dan sisa 30 cm berada di atas
permukaan tanah
e. Mistar (dari kayu ringan/bambu) berukuran 200 cm dengan dasar kayu
diberi gabus (agar bisa mengapung). Mistar tersebut dibuat skala yang
dimulai dari perbatasan ujung pipa yang tidak tertanam (angka nol)
f. Mistar dimasukkan dalam pipa paralon dan ditutup dengan penutup yang
mempunyai lubang ditengahnya sehingga mistar bisa bergerak naik turun
PIEZOMETER

g. Ketinggian air permukaan tanah dapat langsung diketahui sesuai


dengan angka yang berada sejajar dengan permukaan
paralonyang tidak tertanam
h. Pengamatan dilakukan seminggu sekali (4 kali sebulan). Apabila
ketinggian air dalam blok turun >70 cm pintu bendungan segera
ditutup
i. Penempatan piezometer untuk 1 (satu) blok (30 ha) ada 2 unit. 1
unit berada 250 m dari jalan utama sebelah selatan dan 1 unit
lagi berada 250 m dari jalan utama sebelah utara
j. Untuk memudahkan pengamatan dan pemeriksaan, disarankan
Piezometer diletakkan di pasar kontrol dengan jarak seperti di
atas (butir i) dan dibuatkan tanda petunjuk dilapangan
k. Piezometer harus dicuci satu kali setahun
Penutup Pipa

30 cm

Diameter lubang 5 mm

150 cm

Mistar Ukur

Tutup dengan bahan


yang permeable

Gabus yang dapat


mengapungkan mistar

Gambar : Piezometer
PIEZOMETER
PEMBUATAN BENDUNGAN

a. Bendungan dibuat pada parit utama (main drain) dan parit sekunder
(collection drain)
b. Bendungan terbuat dari balok broti sebagai cerucuk yang kemudian
ditimbun dengan karung yang telah diisi tanah merah dan disusun
rapi
c. Tinggi bendungan dibuat sama dengan permukaan blok dan diberi
pintu air (tinggi 60 cm dan lebar 50 cm dari permukaan tanah blok).
Jumlah bendungan bergantung pada ketinggian air dalam parit.
d. Membuka pintu bendungan atau menurunkan ketinggian karung
bendungan pada musim hujan untuk mengeluarkan kemasaman
(flushing) pada tanah gambut
e. Menutup pintu bendungan atau mengembalikan ketinggian karung
bendungan sebelum akhir musim hujan untuk mengatur ketinggian
air di parit-parit 60 cm dari permukaan tanah. Kelebihan air akan
overflow di atas pintu bendungan
WATER GATE
WATER GATE
WATER GATE
•.
Benteng laut
Sawit
Galian Parit

Tanah
10 m timbunan

Uk. 3 x 2.5 x 3 m

Gambar : Penampang Benteng


Foot bridge U
•. MR
CD
Field drain
Keterangan

MD Main Drain T

CD Collection Drain

MR Main Road
CR CR CR
CR Collection Road

MD Outletdrain

0000 000000
00000000000
Weir 00000000000
00000000000
Pokok 00000000000
8 baris
sawit 00000000000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
00000000000
00000000000

Gambar : Layout rencana parit


1. PERENCANAAN TATA RUANG

Areal yang akan dibuka harus mengikuti


Blue Print yang telah disetujui oleh Top
Management. Dalam rangka pembukaan
lahan harus menggunakan prinsip tanpa
bakar (Zero burning)
Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey kesesuaian
lahan yang mencakup rencana :
a. Sebelum pembukaan lahan harus memenuhi izin legal
b. Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk
lokasi
c. Batas kebun dan batas kerja kontraktor
d. Lokasi bibitan
e. Outlet drain berdasarkan kondisi lahan (darat, rawa, bukit dan
sungai)
f. Pembagian blok berdasarkan kondisi lahan. Luas setiap blok 30
ha, perubahan atas luasan blok KKPA harus mendapat ijin dari GM
g. Lokasi pemukiman karyawan, kantor, pabrik dan bangunan lainnya.
2. BLOCK DESIGN

Pedoman dalam pembuatan blok dan jalan di areal datar :


a. Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan
rintis Main Road arah U-S dan Colecting Road arah T-B
dengan menggunakan theodolite
b. Panjang antar MR adalah 1.000 m dan antar CR
adalah 300 m
c. Lebar MR = 9 m dan CR = 7 m
d. Blocking ditentukan berdasarkan batas jalan dan
luasnya 30 ha
3. NEWPLANTING DENGAN PEMBUKAAN EKS
HUTAN MINERAL/GAMBUT
Newplanting yaitu kegiatan penanaman suatu komoditi
tanaman pada areal yang sebelumnya belum pernah
dilakukan kegiatan budidaya tanaman.
3.1. IMAS
Mengimas merupakan Memotong anak kayu dan
tanaman merambat lainnya yang berdiameter di
bawah 10 cm dengan menggunakan parang dan
kampak.
• Vegetas areal sepanjang aliran sungai harus
i
dipertahankan dengan jarak 50 m dari bibir sungai
kecil dan 100 m dari sungai besar
Untuk daerah sepanjang aliran sungai diberi tanda DAS.
Daerah aliran sungai (DAS) harus dibebaskan
dari kegiatan penanaman
Kegiatan land clearing (LC) mekanis.
3.2. TUMBANG

Penumbangan pohon dengan chainsaw dapat dilakukan


setelah diimas
Tabel : Ketinggian tunggul maksimum berdasarkan diameter batang

Diameter Ditebang dari permukaan tanah


batang maksimum
>10 -15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 – 30 cm 25 cm
31 – 75 cm 50 cm
76 – 150 cm 100 cm

> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan


batang utama
Land clearing yang salah fatal
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :

a. Hasil tumbangan tidak melintang di atas alur air dan jalan

b. Harus tuntas sehingga tidak ada pohon yang ½ tumbang


maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar

c. Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu


ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun
mekanis)

d. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimum 6


bulan selesai pembuatan outlet dan main drain serta telah
terjadi penurunan permukaan tanah
3.3. PERUN MEKANIS

Perun mekanis menggunakan bulldozer dan/atau


excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu
hasil Imasan dan tumbangan pada gawangan
mati sejajar baris tanaman dengan arah U - S.
3.3. PERUN MEKANIS
Tabel. Jenis alat untuk perun mekanis

Posisi Kerapatan
Jenis alat Vegetasi Topografi Rumpukan Kayu

Bulldozer Hutan sekunder, Gelombang, Sedang -


4 : 1 (U-S)
(Min.D7) Semak belukar darat, datar rendah
Bulldozer Datar,
Hutan Sekunder 2 : 1 (U-S) Tinggi
(Min.D7) gelombang
Bulldozer
(Min.D7) Hutan sekunder, Tinggi -
Bukit, gelombang Antar teras
dan Semak belukar rendah
Excavator
Hutan sekunder, Rendahan, Tinggi -
Excavator semak belukar gambut
2 : 1 (U-S)
rendah
3.3.1. PANCANG JALUR RUMPUKAN

• Pancang jalur rumpukan dipasang dijalur rencana rumpukan


batang dan berada digawangan mati

• Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih


supaya mudah dilihat oleh operator excavator/bulldozer.
Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga
terdapat 6-8 pancang pembantu dalam jaluran

• Pada jarak 150 m Inti/plasma/KKPA dibuat tanda tidak boleh


dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol
dengan lebar ± 4 m, demikian juga dari pinggir jalan tidak
ada rumpukan dengan lebar ± 4 m.
3.3.2. PELAKSANAAN PERUN MEKANIS

• Posisi bulldozer atau excavator berada di gawangan


hidup, kegiatan perumpukan kayu-kayu diatur
dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius
pohon sawit dan harus diletakkan rata dipermukaan
tanah

• Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis


oleh pisau bulldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di
atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi
Gambar : Layout perun mekanis dan pancang titik tanam
3.3.3. CINCANG JALUR

Kegiatan yang dilakukan pada areal datar


a. Membebaskan jalur tanam dari kayu dengan
memotong kayu-kayu yang masih melintang pada
jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
b. Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol
selebar 4 m arah T - B harus bebas dari kayu
c. Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan
sebagi berikut :
 Vegetasi padat = ratio rumpukan 1:2
 Vegetasi sedang sampai ringan = ratio rumpukan 1:4
 Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m
3.3.3. CINCANG JALUR

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

• Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti arah


kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur
kontur tanaman harus dipotong dan disusun dijalur
rumpukan

• Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan


diserahkan kepada kebijaksanaan GM. Perhatian
utama, titik tanam harus bebas dari kayu.
3.4. LALANG

Sistem Kimiawi
• Eridikasi dilakukan secara
kimia yaitu menggunakan
glifosat / sulfosat dengan
dosis anjuran antara 6-10
ltr/ha blanket tergantung
kondisi lalang dan kualitas
air.
Tabel : Kegiatan Pembasmian lalang

Kegiatan Dosis/Ha Waktu


Semprot total 6 l/ha blanket Awal pembukaan areal

Spot spraying 1 6 l/ha & vol % 3 mggu setelah semprot total

Spot spraying 2 6 l/ha & vol % 4 mggu setelah spot spraying 1

Initial wiping 0,05 l/ha/rotasi 4 mggu setelah spot spraying 2

Follow-up 0,05 l/ha/rotasi Dilanjutkan 2 rotasi lagi dengan jarak 4 mgg per
wiping rotasi

Routine wiping 0,05 l/ha/rotasi Dilakukan setelah follow up wiping rotasi ke 2


dengan rotasi 3 bulan sekali
PEMBASMIAN LALANG
Pembasmian lalang secara kimiawi
dapat dilakukan secara mekanis
menggunakan Mist Blower.
Penggunaan alat ini dapat
dilakukan untuk areal yang datar
dan telah dibersihkan dari batang-
batang kayu sewaktu perun
mekanis. Dengan alat ini dapat
dikurangi kebutuhan tenaga kerja
dibanding apabila areal lalang
tersebut disemprot dengan hand
sprayer.
3.5. REPLANTING
Replanting yaitu kegiatan penanaman
kembali suatu jenis komoditi tanaman.
Misal, perkebunan kelapa sawit yang sudah
tua dibongkar dan selanjutnya ditanam
kembali dengan tanaman kelapa sawit.

Harus dilakukan sensus pohon yang


masih hidup, pohon tumbang dan titik
kosong dengan menggunakan staple
card (Form sensus)
Land clearing di areal replanting/tanaman ulang (TU)
3.5.1. AREAL NON GANODERMA

Sistem Chipping
1. Sebelum chipping lakukan peracunan pada pokok
tersebut dengan paraquat 2 x 100 cc di kiri dan
kanan batang.
2. Lakukan chiping setelah mahkota layu dan kering
(± 2 bln)
3. Chiping menggunakan excavator yang dilengkapi
dengan chipping bucket untuk mencacah batang
menjadi bagian kecil sehingga cepat kering dan
lapuk
3.5.1. AREAL NON GANODERMA

Pelaksanaan sistem chipping dilakukan dengan cara :


a. Buat pancang untuk menentukan jalur rumpukan dengan
ratio 2:1. Pancang di dalam jalur dipasang setiap 50 m
b. Membongkar pohon yang masih tegak sampai ke akar-
akarnya dan selanjutnya lubang bonggol ditutup kembali
dengan tanah baru
c. Mencacah (chipping) mahkota daun, batang dan bonggol
dengan tebal maximum 12 cm dan panjang 60 cm. Hasil
chipping disebar merata di gawangan mati minimum 1 meter
dari jalur tanam
d. Mencacah (chipping) tetap dilakukan apabila terdapat pohon
yang mati dan dibuat lubang seperti di b dan c di atas.
3.5.2. AREAL GANODERMA
Kegiatan sebelum replanting
a. Semua titik kosong dengan/tanpa bonggol
dan pokok yang terinfeksi serta sudah
tidak produktif harus ditumbang, digali,
dibajak dan dijemur (ekspose) matahri
setahun sebelum replanting
b. Apabila ada ≥ 10 titik tanam yang
mengelompok (termasuk bonggol yang
lama) maka baru dibajak 2 kali, jika < 10
titik tanam maka cukup digali saja
3.6. PANCANG DAN KERAPATAN TANAM

• Pancang titik tanam dilakukan sesudah


dibuat layout MR dan CR, agar arah
barisan tanaman dapat dibuat rapi

• Pembuatan pancang tanam diawali


dengan pemasangan pancang kepala
3.6.1. Pancang Tanam Areal Datar Sampai
Berombak

• Pada areal datar sampai berombak, pancang kepala dipasang


dengan jarak antar pancang 500 m memanjang blok dan setiap
100 m searah lebar blok

• Diantara pancang kepala dipasang anak pancang. Jarak antar


anak pancang di areal datar sampai berombak ditentukan
berdasarkan kerapatan tanamnya

• Pola tanam segitiga sama sisi. Kerapatan tanaman per hektar


didasarkan pada kondisi lahan dan pola pengelolaan
3.6.2. Pancang Tanam Areal Berbukit

• Sebelum kegiatan pancang tanam dilakukan, terlebih dahulu diawali


pembuatan teras kontur
• Dalam pembuatan teras kontur, jarak horisontal antara teras kontur akan
bervariasi tergantung dengan perbedaan lereng. Idealnya, jarak
horisontal antara teras kontur rata-rata 9 m.
• Untuk tidak membingungkan operator bulldozer, warna pancang dari
setiap teras harus berbeda supaya tidak terjadi berpotongan pembuatan
teras dari level satu ke lainnya.
• Apabila jarak antara pancang teras kurang dari 7 m, maka
pemancangan untuk pembuatan teras harus dihentikan dan diberi rambu
silang. Sebaliknya jika jarak antara pancang teras lebih dari 12 m, maka
harus dibuat anak teras dengan cara menambah jalur pancang anak
teras dengan warna pancang yang berbeda
• Untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang merata dan standar, perlu
dilakukan penyesuaian jarak tanam sepanjang teras kontur
3.6.2.1. Penentuan Base Line

• Base line adalah pancang kepala yang merupakan


pedoman awal dalam melakukan leveling teras.
Pembuatan base line adalah sebagai berikut :

a. Base line dikerjakan bukit per bukit


b. Cari kemiringan rata-rata dimana tidak terlalu datar
dan tidak terlalu terjal
c. Pemancangan dimulai dari lokasi/bukit tertinggi
sampai ke kaki bukit dengan jarak antar pancang 9 m
horisontal dengan bantuan Theodolite
d. Pancang base line diberi warna merah, putih dan biru
berulang-ulang dari pancang awal sampai pancang
terakhir di kaki bukit
Gambar. Base line
3.6.2.2. Penentuan pancang teras (leveling)

a. Pancang teras pertama dimulai dari pancang base line pada kemiringan 9o
(derajat)
b. Pembuatan pancang teras menggunakan “Egrang” yang dilengkapi dengan
waterpass, dimana tiap 3 kali Egrang (± 9m) diberi pancang
c. Warna pancang teras sesuai dengan warna pancang base line, misalnya
pada base line berwarna merah, maka untuk teras tersebut adalah
pancangnya berwarna merah, dan seterusnya.
d. Warna pancang teras dibedakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
perpotongan antara teras oleh alat berat pada saat bekerja
e. Team egrang terdiri dari 3 orang yaitu 2 orang memegang egrang dan 1
orang membawa pancang dan sekaligus membaca waterpass, memastikan
posisi Egrang sudah benar-benar datar
f. Bila jarak pancang antar teras <7 m, maka pemancangan dihentikan dan
diberi tanda “cross”(X)
g. Sebaliknya jika jarak pancang antar teras >12 m, maka dibuat pancang
anak teras dengan warna pancang yang berbeda
h. Pancang akan menjadi “as” teras pada saat “bulldozer” bekerja.
3.6.2.3. Cara kerja alat berat

Adapun cara kerja alat berat adalah :


1. Buldozer harus mengikuti pancang teras sesuai warna yang ada.
2. Pembuatan teras dengan lebar 4 meter dengan back drop 0,6 m.

Gambar. Egrang
.

PANCANG 8,2 M
ORANG 3

8,2 M

ORANG 1
8,2 M

ORANG 2
TERAS 1

TERAS 2

Catatan : Khusus untuk populasi 136 pkk/ha


Gambar. Sketsa pemancangan
3.6.2.7. Perhitungan jarak tanam

Untuk mendapatkan kerapatan tanaman per hektar sesuai


standar, maka perlu ditentukan jarak tanam di dalam
kertas. Contoh cara menghitung jarak tanam, jika jarak
base line antar teras = 9 m dan kerapatan pohon yang
diinginkan = 136 per ha sbb :

10.000 m2
1 ha = 136 pohon = 73,52 m2
73,52 m2
Maka jarak tanam dalam teras = 9m = 8,2 m
3.6.3. Penanaman pada Teras dan Tapak Kuda

Titik tanam sekitar 1,0-1,2 m dari tebing teras. Penanaman pada


tapak kuda titik tanam harus berada 0,5 m dari tebing

4.6.4. Kerapatan tanam di Areal Lembah


Sawit yang ditanam pada lembah yang curam seringkali
mengalami etiolasi. Untuk itu titik tanam awal berjarak
horisontal 9 m dari pohon terakhir yang ditanam di tebing dan
jarak selanjutnya mengikuti ketentuan standar

4.6.5. Pohon sawit yang terletak di Pinggir jalan / Pinggir Parit


Apabila titik tanam bertepatan pada jalan atau parit, maka hatus
dipindahkan minimal 2 m dari pinggir jalan atau parit, dengan
mempertimbangkan jarak pohon sawit yang berdekatan minimal
6m
3.7. KONSERVASI LAHAN

Berfungsi untuk :
a. Membantu pertumbuhan , pemeliharaan, dan panen
yang efektif
b. Meminimalkan erosi dan aliran permukaan
c. Meningkatkan infiltrasi air
d. Menjaga atau mempertahankan kelembaban tanah
e. Mengupayakan agar tanamn memperoleh cahaya
yang cukup
Gambar. Teras Kontur

Back drop (tebing


teras

Tanah timbunan

Lebar teras 10o s/d 12o


VERTIVER GRASS

PIMPING AGA WANGI

SERAI
Gambar. Penanaman Mb pada rumpukan 1 : 2

1,5 m

1m

JalurPanen
Tumpukanchipping Tumpukanchippi
Calopogonium mucunoides

Centrosema pubescens

Mucuna bracteata

Calopogonium cereleum

Peuraria javanica

Jenis jenis biji kacangan


Gambar . Penanaman Mb di areal teras

50 cm

Note :
1. Oil palm
2. Mucuna bracteata (Mb)
Gambar. Penanaman kacangan pada area datar
U

x x x x x
3,4 m
30 cm 3 jalur tanam
30 cm Mucuna bracteata

3,4 m
x x x x
1 jalur kacangan Mucuna
50 cm
±4 m ±3 m
Rumpukan kayu

50 cm 1 jalur kacangan Mucuna

x x x x x
Gambar. Penanaman kacangan pada areal teras kontur

Pinggir bagian dalam teras


1 jalur Mucuna bracteata

Larikan pertama
Larikan kedua
50 cm dari pinggir lubang
1 jalur ,Mucuna bracteata

Jalur Mucuna bracteata

Anda mungkin juga menyukai