Oleh
Ir. H. Habib Wibowo
I. PENDAHULUAN
1. Perkembangan Kelapa Sawit Di Indonesia
• Kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Latin yang
tumbuh secara liar. Kelapa sawit yang berasal dari Afrika
disebut “African Oil Palm” dan diberi nama botani Elaeis
guineensis. Sedang yang berasal dari Amerika Latin diberi
nama botani Elaeis melanococa.
• Pada tahun1848, empat biji Elaeis guineensis dimasukkan
ke Indonesia lewat Amsterdam dan empat biji tersebut
ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman langka.
Pada tahun 1878 tanaman kelapa sawit tersebut
dikembangkan sebagai tanaman hias di Bogor, dan pada
tahun 1884 dikembangkan pula di Sumatera Utara yaitu di
daerah perkebunan tembakau Deli.
• Seorang planter profesional dari Belgia bernama Hallet
melihat bahwa kelapa sawit yang ditanam di daerah Deli
mempunyai beberapa kelebihan dibanding di daerah
asalnya. Kelebihan itu antara lain, daging buahnya lebih
tebal, tandan buah lebih banyak dan lebih besar.
• Pada tahun1911 mulailah dibangun suatu perkebunan
kelapa sawit di daerah Asahan Sumatera Utara dan juga di
Aceh. Langkah ini memberikan hasil yang sangat baik
sehingga diikuti oleh para pioner lain untuk membuka
perkebunan kelapa sawit di daerah Sumatera Utara.
• Pada tahun 1942 sd 1945 selama masa penjajahan Jepang
perkembangan perkebunan kelapa sawit merosot tajam
karena produksinya tidak dapat dijual dan sebagian areal
Dikonversi menjadi areal tanaman pangan. Bahkan
setelah Jepang menyerah pun luasan areal
perkebunan kelapa sawit tidak mampu mencapai
luasan sebelumnya. Pihak Belanda mencoba
melakukan rehabilitasi areal, namun pangsa pasar
yang semula mencapai 44% merosot tajam hingga
24% saja. Baru pada tahun 1983 perkembangan
areal perkebunan mulai ada perkembangan yang
signifikan sebesar 173, 79% menjadi 164. 416 Ha
dan pada kesempatan berikutnya perkembangan
luasan perkebunan kelapa sawit itu menjadi
semakin luar biasa.
Devisi : Tracheophyta
Subdevisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo :Cocoideae
Famili : Palmae
Sub Famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq
Skema tanaman kelapa sawit
2. Aspek Botani Kelapa Sawit
2.1. Kecambah
Susunan buah kelapa sawit terdiri dari :
a. Kulit buah yang licin dan keras (epicarp)
b. Daging buah (mesocarp) yang berupa serabut (fibre)
yang mengandung minyak sawit.
c. Kulit biji/cangkang yang merupakan tempurung
berwarna hitam dan keras (endocarp).
d. Daging biji (endosperm) berwarna putih dan
mengandung minyak.
e. Lembaga (embryo).
Bakal biji sawit terdiri dari 3 (tiga) ruang yang biasanya
setelah dibuahi hanya satu saja yang berkembang.
Namun kadang kadang dapat juga keduanya
berkembang hingga berkecambah yang disebut
dengan Polyembryoni.
Lembaga yang tumbuh akan berkembang ke dua arah.
Yang tegak lurus ke atas yang akan tumbuh menjadi
batang dan daun disebut Plumula. Sedang yang
tumbuh ke bawah sebagai calon akar disebut dengan
Radicula.
Plumula
Radikula
Untuk mempercepat tumbuhnya kecambah dapat
dilakukan dengan 3 hal yaitu :
1. Mengasah kulit biji yang keras agar tipis, tapi
tidak boleh melukai daging biji.
2. Melarutkan biji dalam larutan asam chlorida (HCl)
0,1 % untuk menghilangkan lapisan minyak .
3. Dengan cara memanaskan biji menggunakan uap
air ataupun dioven.
Yang paling sering dilakukan dalam praktek adalah
dengan cara mengasah kulit biji bagian yang rata
(bukan yang cembung) karena lebih mudah, murah
dan risikonya kecil.
2.2. Akar
Sebagaimana umumnya tanaman palmae, maka
tanaman kelapa sawit juga mempunyai akar
serabut. Akar yang tumbuh ke bawah dan ke
samping membentuk akar pimer, sekunder,
tersier dan kwarter. Perakaran tersier dan kwarter
tumbuh sejajar permukaan tanah. Perakaran
kwarter inilah yang berfungsi menyerap air dan
unsur hara sehingga disebut dengan feeder root.
Ukuran diameter akar primer 8-10 mm, sekunder
2-4 mm, tersier 1-2 mm dan kwarter 0,5 mm.
2.3 Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silindris dan sampai
dengan umur 12 tahun batang masih tertutup
pangkal pelepah yang ditunas. Ukuran batang
bervariasi antara 30 cm sd 60 cm tergantung
kondisi lingkungan. Sedang pertumbuhan
memanjang antara 30 sd 50 cm per tahun.
Kelapa sawit yang dibudidayakan dapat mencapai
ketinggian 15 sd 17 meter. Batang selain sebagai
sarana transpotasi air dan unsur hara dari
perakaran ke daun, juga berfungsi sebagai tempat
penimbunan nutrisi tanaman.
2.4. Daun
Daun kelapa sawit adalah daun majemuk yang
terdiri dari pelepah yang panjangnya antara 7-9
meter dan anak daun dalam setiap pelepah
berjumlah antara 250 sd 400 helai.
Daun yang masih muda dan sudah mekar
berwarna hijau muda. Pada tanah yang subur
dengan kadar lengas tanah yang optimal, maka
kuncup daun akan segera membuka dan
berkembang sehingga akan efektif dalam proses
fotosintesa. Sedang pada tanah yang mengalami
water deficite daun tidak muda tidak cepat mekar
dan membentuk daun tombak.
Tanaman kelapa sawit yang normal jumlah
pelepahnya bervariasi antara 40 sd 60 pelepah
dan dalam waktu setahun terbentuk 20 sd 24
pelepah. Sejak terbentuk primordia sampai
dengan terbentuk spear (pelepah yang belum
membuka) membutuhkan waktu 2 tahun dan
sampai daun tersebut gugur secara alami
membutuhkan waktu 5 sd 6 tahun.
Pelepah yang tumbuh dan menempel pada
batang tersusun secara teratur dalam bentuk
spiral, baik spiral ke arah kanan maupun ke arah
kiri yang dikenal dengan nama phylotaxis.
2.5. Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2
tahun dan tanaman ini termasuk dalam golongan
tanaman berumah satu, yaitu pada satu tanaman
terdapat bunga jantan dan bunga betina. Namun
kadang dijumpai pula tanaman hermaphrodit atau
banci.
Pada saat bunga belum mekar masih diselubungi
oleh seludang bunga dan pada saat itu sudah dapat
dibedakan bunga jantan dan bunga betina. Bunga
betina bertudung membulat sedang bunga jantan
bertudung lancip memanjang.
BUNGA KELAPA SAWIT
Bunga Betina Bunga Jantan
♂
♀
Meskipun dalam satu tanaman terdapat bunga jantan
dan bunga betina, namun saat mekarnya tidak
bersamaan. Sehingga tanaman ini melakukan
penyerbukannya secara silang (cross polinated). Bunga
yang telah mekar dan dalam keadaan subur (reseptif)
berlangsung dalam waktu antara 36 sd 48 jam.
Perkembangan bunga betina dapat terlihat dari
perubahan warnanya. Pada hari pertama sesudah
mekar berwarna putih, sedang pada hari kedua
berwarna kuning gading, hari ketiga berwarna jingga
dan hari keempat menjadi merah kehitam hitaman.
Selama periode reseptif tersebut bunga berbau
harum dan mengeluarkan lendir yang
dimaksudkan untuk daya tarik bagi serangga
penyerbuk.
Saat terbentuk primordia bunga sampai dengan
masa penyerbukan membutuhkan waktu 33
bulan dan sejak selesai penyerbukan hingga
buah masak membutuhkan waktu sekitar 6
bulan. Istilah istilah yang sering dijumpai
dalam perkembangan bunga tanaman kelapa
sawit adalah:
Sex Rasio
Sex rasio yaitu perbandingan antara jumlah bunga
betina dibagi dengan total jumlah bunga. Semakin
tinggi angka sex rasio berarti jumlah bunga betina
semakin banyak. Pada dasarnya sex rasio
dipengaruhi oleh umur tanaman, yaitu tanaman
yang masih muda menpunyai angka sex rasio yang
lebih tinggi daripada tanaman yang lebih tua.
Faktor luar yang mempengaruhi sex rasio yaitu :
-Kondisi tajuk tanaman, kondisi tajuk tanaman
yang lebat akan memperbesar sex rasio.
Gangguan terhadap kondisi tajuk yang
menyebabkan Leaf Area Index (LAI) turun sebagai
akibat penunasan yang berlebihan (over pruning),
atau serangan hama akan menyebabkan turunnya
sex rasio.
-Intensitas cahaya, turunnya jumlah pencahayaan
matahari dapat menyebabkan turunnya sex rasio.
-Kadar air dalam tanah, sebagai akibat kemarau
panjang akan menyebabkan intensitas penyerapan
hara turun, sehingga status hara dalam tanaman
turun yang akhirnya menyebabkan turunnya sex
rasio.
Sex Diferensiasi
Pada saat terbentuknya primordia bunga,
jaringan yang terbentuk masih jaringan
meristimatis yang belum dapat ditentukan
menjadi bunga jantan atau bunga betina.
Diferensiasi sex terjadi selama periode 15 bulan
yaitu bulan ke 9 sampai bulan ke 24 setelah
primordia bunga terbentuk atau kurang lebih 24
bulan atau 2 tahun sebelum bunga anthesis
(mekar). Sehingga hal hal yang bersifat ekstrim
misalnya, tunas berat, kemarau panjang,
kekurangan hara dan sebagainya pada suatu
waktu akan
berpengaruh dan terlihat pada bunga yang
anthesis 2 tahun kemudian.
Aborsi Bunga
Aborsi bunga atau gugurnya bunga terjadi pada
saat pertumbuhan calon bunga sedang tinggi
tingginya, yaitu selama periode 4 sd 6 bulan
sebelum anthesis (mekar). Pengamatan visual
pada tanaman menunjukkan periode aborsi
terjadi pada bunga yang masih berukuran 5 cm
sd 11 cm.
Fase Tumbuh Pelepah ke- Bulan Ke-
Embrio terbentuk pertama -55 s/d -40 -24 s/d -20
Sex Diferensiasi -35 s/d -25 -18 s/d -12
Stadia perkembangan lambat -25 s/d 0
Stadia perkembangan cepat 0 s/d +10
Seludang bunga muncul di ketiak +11 s/d +13
Terjadi polinasi (antesis) +17 s/d +19
Buah masak +35 s/d +40
Polinasi hingga panen berdurasi (5-6 bln)
2.6. Buah
Pematangan buah membutuhkan waktu 5 – 6
bulan setelah terjadi penyerbukan. Proses
pematangan buah dipengaruhi oleh keadaan
iklim setempat. Kondisi cuaca yang kering akan
memperlambat proses pematangan buah.
Jumlah biji setiap tandan bervariasi menurut
umur tanamannya dan ukuran besar atau
kecilnya tandan. Pada tandan yang besar
tersusun kira kira 1.600 butir.
Buah tersusun dalam tandan, Sebutir
brondolan terdiri dari :
1.Perikarpium
- epikarpium (kulit buah)
- mesokarpium (daging buah)
2.Endokarpium (tempurung/cangkang)
3.Endosperm (kernel/inti)
4.Lembaga (cadangan makanan)
5.Embrio (calon individu baru)
1. Nigrescens
-ungu kehitaman (muda)
-jingga kehitaman (masak)
2.Virescens
- hijau (muda)
-jingga kemerahan, ujung buah hijau
(masak)
3.Albescens
-keputih-putihan (muda)
-kekuningan, ujung ungu kehitaman
(masak)
1.Dura
- cangkang tebal (2-5 mm)
- daging buah tipis (20-50% terhadap buah)
- rendemen minyak rendah
2.Pisifera
- cangkang tipis (hampir tidak ada)
- daging buah tebal (92-97% terhadap buah)
- rendemen minyak tinggi, produktivitas
rendah
3.Tenera
- cangkang sedang (1-2,5 mm)
- daging buah tebal (60-95% terhadap buah)
-
3. KESESUAIAN TANAH DAN IKLIM UNTUK
TANAMAN KELAPA SAWIT
3.2. Topografi
Penanaman kelapa sawit sebaiknya dilaksanakan
pada daerah dengan kemiringan lereng 0⁰ - 12⁰
(21%). Sedang pada kemiringan lereng 13⁰ - 15⁰
(46%) menjadi kurang baik. Sedang kemiringan
lereng lahan lebih besar dari 25⁰ tidak dianjurkan
karena karena akan menyulitkan panen,
pengangkutan produksi dan bahaya erosi.
3.3. Drainase
Kondisi lahan yang sering mengalami genangan
air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit
karena akar tanaman kelapa sawit membutuhkan
banyak oksigen. Drainase yang jelek akan
menghambat kelancaran penyerapan unsur hara.
Selain itu proses Nitrifikasi akan terganggu
sehingga tanaman akan kekurangan Nitrogen.
3.4. Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah
seperti tanah podzolik, regusol, andosol dan tanah
tanah aluvial. Pada tanah gambut juga dapat
diusahakan untuk menanam kelapa sawit asal
tebal gambutnya tidak lebih dari 1 meter. Keadaan
tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya
kelapa sawit adalah sebagai berikut :
C)
¡ Kelembaban udara 50 – 90 % (opt. 80 %)
¡ Lama penyinaran matahari 6 – 7 jam/hari
¡ Ketinggian tempat < 400 m dpl (opt. <
KESESUAIAN LAHAN
EVALUASI POTENSI
LAHAN
• Evaluasi lahan dilakukan setelah
survei dan pemetaan, sebelum
lahan dikelola
• Hasil evaluasi:
• Kesesuaian suatu wilayah untuk
budidaya kelapa sawit
• Cara pengelolaannya
• Gambaran produktivitas yang
dihasilkan
Proyeksi keuntungan finansial
CONTOH AKIBAT
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
AIR
B Kekurangan air yang tinggi akan
merangsang pembentukan bunga
jantan
B Tanaman kelapa sawit akan lebih
toleran terhadap curah hujan >
3.000 mm/tahun
B Kelebihan air menyebabkan
Pengaruh kekurangan (defisit) air
terhadap produktivitas
kelapa sawit
Umur (th)
S1 S2 S3
3 9,0 7,3 6,2
6 21,1 18,5 17,0
8 30,0 25,5 24,5
9-13 31,0 28,0 26,0
15 27,9 26,0 24,5
18 24,9 23,5 21,0
20 23,1 21,5 19,0
25 17,1 16,0 14,0
Rerata 24,0 22,0 20,0
Kesesuaian Lahan
Kelas untuk
Kesesuaian LahanTanaman Sawit
1.750-1.500
1. Curah hujan (mm) H 1.750-3.000 >3.000 1.500-1.250 <1.250
Lempung
berdebu;lempung liat Liat; liat
Pasir berlampung;
7. Tekstur tanah T berpasir; lempung liat berpasir;lempung debu Liat berat; pasir
berdebu;lempung berpasir; lempung
berliat
Sangat cepat;
Agak terhambat;
8. Kelas drainase D Baik; sedang agak cepat Cepat; terhambat sangat terhambat;
tergenang
Hemik;
Hemosaprik;
6. Tingkat pelapukan gambut T Saprik Saprohemik Fibrohemik; Fibrik
Hemofibrik
Sangat
7. Kelas drainase D - - Terhambat terhambat;
tergenang
TERIMAKASIH