Anda di halaman 1dari 63

I.

SYARAT TUMBUH TANAMAN


KELAPA SAWIT

Oleh
Ir. H. Habib Wibowo
I. PENDAHULUAN
1. Perkembangan Kelapa Sawit Di Indonesia
• Kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Latin yang
tumbuh secara liar. Kelapa sawit yang berasal dari Afrika
disebut “African Oil Palm” dan diberi nama botani Elaeis
guineensis. Sedang yang berasal dari Amerika Latin diberi
nama botani Elaeis melanococa.
• Pada tahun1848, empat biji Elaeis guineensis dimasukkan
ke Indonesia lewat Amsterdam dan empat biji tersebut
ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman langka.
Pada tahun 1878 tanaman kelapa sawit tersebut
dikembangkan sebagai tanaman hias di Bogor, dan pada
tahun 1884 dikembangkan pula di Sumatera Utara yaitu di
daerah perkebunan tembakau Deli.
• Seorang planter profesional dari Belgia bernama Hallet
melihat bahwa kelapa sawit yang ditanam di daerah Deli
mempunyai beberapa kelebihan dibanding di daerah
asalnya. Kelebihan itu antara lain, daging buahnya lebih
tebal, tandan buah lebih banyak dan lebih besar.
• Pada tahun1911 mulailah dibangun suatu perkebunan
kelapa sawit di daerah Asahan Sumatera Utara dan juga di
Aceh. Langkah ini memberikan hasil yang sangat baik
sehingga diikuti oleh para pioner lain untuk membuka
perkebunan kelapa sawit di daerah Sumatera Utara.
• Pada tahun 1942 sd 1945 selama masa penjajahan Jepang
perkembangan perkebunan kelapa sawit merosot tajam
karena produksinya tidak dapat dijual dan sebagian areal
Dikonversi menjadi areal tanaman pangan. Bahkan
setelah Jepang menyerah pun luasan areal
perkebunan kelapa sawit tidak mampu mencapai
luasan sebelumnya. Pihak Belanda mencoba
melakukan rehabilitasi areal, namun pangsa pasar
yang semula mencapai 44% merosot tajam hingga
24% saja. Baru pada tahun 1983 perkembangan
areal perkebunan mulai ada perkembangan yang
signifikan sebesar 173, 79% menjadi 164. 416 Ha
dan pada kesempatan berikutnya perkembangan
luasan perkebunan kelapa sawit itu menjadi
semakin luar biasa.
 Devisi : Tracheophyta
 Subdevisi : Pteropsida
 Kelas : Angiospermae
 Subkelas : Monocotyledoneae
 Ordo :Cocoideae
 Famili : Palmae
 Sub Famili : Cocoideae
 Genus : Elaeis
 Spesies :Elaeis guineensis Jacq
Skema tanaman kelapa sawit
2. Aspek Botani Kelapa Sawit
2.1. Kecambah
Susunan buah kelapa sawit terdiri dari :
a. Kulit buah yang licin dan keras (epicarp)
b. Daging buah (mesocarp) yang berupa serabut (fibre)
yang mengandung minyak sawit.
c. Kulit biji/cangkang yang merupakan tempurung
berwarna hitam dan keras (endocarp).
d. Daging biji (endosperm) berwarna putih dan
mengandung minyak.
e. Lembaga (embryo).
Bakal biji sawit terdiri dari 3 (tiga) ruang yang biasanya
setelah dibuahi hanya satu saja yang berkembang.
Namun kadang kadang dapat juga keduanya
berkembang hingga berkecambah yang disebut
dengan Polyembryoni.
Lembaga yang tumbuh akan berkembang ke dua arah.
Yang tegak lurus ke atas yang akan tumbuh menjadi
batang dan daun disebut Plumula. Sedang yang
tumbuh ke bawah sebagai calon akar disebut dengan
Radicula.

Plumula

Radikula
Untuk mempercepat tumbuhnya kecambah dapat
dilakukan dengan 3 hal yaitu :
1. Mengasah kulit biji yang keras agar tipis, tapi
tidak boleh melukai daging biji.
2. Melarutkan biji dalam larutan asam chlorida (HCl)
0,1 % untuk menghilangkan lapisan minyak .
3. Dengan cara memanaskan biji menggunakan uap
air ataupun dioven.
Yang paling sering dilakukan dalam praktek adalah
dengan cara mengasah kulit biji bagian yang rata
(bukan yang cembung) karena lebih mudah, murah
dan risikonya kecil.
2.2. Akar
Sebagaimana umumnya tanaman palmae, maka
tanaman kelapa sawit juga mempunyai akar
serabut. Akar yang tumbuh ke bawah dan ke
samping membentuk akar pimer, sekunder,
tersier dan kwarter. Perakaran tersier dan kwarter
tumbuh sejajar permukaan tanah. Perakaran
kwarter inilah yang berfungsi menyerap air dan
unsur hara sehingga disebut dengan feeder root.
Ukuran diameter akar primer 8-10 mm, sekunder
2-4 mm, tersier 1-2 mm dan kwarter 0,5 mm.
2.3 Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silindris dan sampai
dengan umur 12 tahun batang masih tertutup
pangkal pelepah yang ditunas. Ukuran batang
bervariasi antara 30 cm sd 60 cm tergantung
kondisi lingkungan. Sedang pertumbuhan
memanjang antara 30 sd 50 cm per tahun.
Kelapa sawit yang dibudidayakan dapat mencapai
ketinggian 15 sd 17 meter. Batang selain sebagai
sarana transpotasi air dan unsur hara dari
perakaran ke daun, juga berfungsi sebagai tempat
penimbunan nutrisi tanaman.
2.4. Daun
Daun kelapa sawit adalah daun majemuk yang
terdiri dari pelepah yang panjangnya antara 7-9
meter dan anak daun dalam setiap pelepah
berjumlah antara 250 sd 400 helai.
Daun yang masih muda dan sudah mekar
berwarna hijau muda. Pada tanah yang subur
dengan kadar lengas tanah yang optimal, maka
kuncup daun akan segera membuka dan
berkembang sehingga akan efektif dalam proses
fotosintesa. Sedang pada tanah yang mengalami
water deficite daun tidak muda tidak cepat mekar
dan membentuk daun tombak.
Tanaman kelapa sawit yang normal jumlah
pelepahnya bervariasi antara 40 sd 60 pelepah
dan dalam waktu setahun terbentuk 20 sd 24
pelepah. Sejak terbentuk primordia sampai
dengan terbentuk spear (pelepah yang belum
membuka) membutuhkan waktu 2 tahun dan
sampai daun tersebut gugur secara alami
membutuhkan waktu 5 sd 6 tahun.
Pelepah yang tumbuh dan menempel pada
batang tersusun secara teratur dalam bentuk
spiral, baik spiral ke arah kanan maupun ke arah
kiri yang dikenal dengan nama phylotaxis.
2.5. Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2
tahun dan tanaman ini termasuk dalam golongan
tanaman berumah satu, yaitu pada satu tanaman
terdapat bunga jantan dan bunga betina. Namun
kadang dijumpai pula tanaman hermaphrodit atau
banci.
Pada saat bunga belum mekar masih diselubungi
oleh seludang bunga dan pada saat itu sudah dapat
dibedakan bunga jantan dan bunga betina. Bunga
betina bertudung membulat sedang bunga jantan
bertudung lancip memanjang.
BUNGA KELAPA SAWIT
Bunga Betina Bunga Jantan



Meskipun dalam satu tanaman terdapat bunga jantan
dan bunga betina, namun saat mekarnya tidak
bersamaan. Sehingga tanaman ini melakukan
penyerbukannya secara silang (cross polinated). Bunga
yang telah mekar dan dalam keadaan subur (reseptif)
berlangsung dalam waktu antara 36 sd 48 jam.
Perkembangan bunga betina dapat terlihat dari
perubahan warnanya. Pada hari pertama sesudah
mekar berwarna putih, sedang pada hari kedua
berwarna kuning gading, hari ketiga berwarna jingga
dan hari keempat menjadi merah kehitam hitaman.
Selama periode reseptif tersebut bunga berbau
harum dan mengeluarkan lendir yang
dimaksudkan untuk daya tarik bagi serangga
penyerbuk.
Saat terbentuk primordia bunga sampai dengan
masa penyerbukan membutuhkan waktu 33
bulan dan sejak selesai penyerbukan hingga
buah masak membutuhkan waktu sekitar 6
bulan. Istilah istilah yang sering dijumpai
dalam perkembangan bunga tanaman kelapa
sawit adalah:
Sex Rasio
Sex rasio yaitu perbandingan antara jumlah bunga
betina dibagi dengan total jumlah bunga. Semakin
tinggi angka sex rasio berarti jumlah bunga betina
semakin banyak. Pada dasarnya sex rasio
dipengaruhi oleh umur tanaman, yaitu tanaman
yang masih muda menpunyai angka sex rasio yang
lebih tinggi daripada tanaman yang lebih tua.
Faktor luar yang mempengaruhi sex rasio yaitu :
-Kondisi tajuk tanaman, kondisi tajuk tanaman
yang lebat akan memperbesar sex rasio.
Gangguan terhadap kondisi tajuk yang
menyebabkan Leaf Area Index (LAI) turun sebagai
akibat penunasan yang berlebihan (over pruning),
atau serangan hama akan menyebabkan turunnya
sex rasio.
-Intensitas cahaya, turunnya jumlah pencahayaan
matahari dapat menyebabkan turunnya sex rasio.
-Kadar air dalam tanah, sebagai akibat kemarau
panjang akan menyebabkan intensitas penyerapan
hara turun, sehingga status hara dalam tanaman
turun yang akhirnya menyebabkan turunnya sex
rasio.
Sex Diferensiasi
Pada saat terbentuknya primordia bunga,
jaringan yang terbentuk masih jaringan
meristimatis yang belum dapat ditentukan
menjadi bunga jantan atau bunga betina.
Diferensiasi sex terjadi selama periode 15 bulan
yaitu bulan ke 9 sampai bulan ke 24 setelah
primordia bunga terbentuk atau kurang lebih 24
bulan atau 2 tahun sebelum bunga anthesis
(mekar). Sehingga hal hal yang bersifat ekstrim
misalnya, tunas berat, kemarau panjang,
kekurangan hara dan sebagainya pada suatu
waktu akan
berpengaruh dan terlihat pada bunga yang
anthesis 2 tahun kemudian.

Aborsi Bunga
Aborsi bunga atau gugurnya bunga terjadi pada
saat pertumbuhan calon bunga sedang tinggi
tingginya, yaitu selama periode 4 sd 6 bulan
sebelum anthesis (mekar). Pengamatan visual
pada tanaman menunjukkan periode aborsi
terjadi pada bunga yang masih berukuran 5 cm
sd 11 cm.
Fase Tumbuh Pelepah ke- Bulan Ke-
Embrio terbentuk pertama -55 s/d -40 -24 s/d -20
Sex Diferensiasi -35 s/d -25 -18 s/d -12
Stadia perkembangan lambat -25 s/d 0
Stadia perkembangan cepat 0 s/d +10
Seludang bunga muncul di ketiak +11 s/d +13
Terjadi polinasi (antesis) +17 s/d +19
Buah masak +35 s/d +40
Polinasi hingga panen berdurasi (5-6 bln)
2.6. Buah
Pematangan buah membutuhkan waktu 5 – 6
bulan setelah terjadi penyerbukan. Proses
pematangan buah dipengaruhi oleh keadaan
iklim setempat. Kondisi cuaca yang kering akan
memperlambat proses pematangan buah.
Jumlah biji setiap tandan bervariasi menurut
umur tanamannya dan ukuran besar atau
kecilnya tandan. Pada tandan yang besar
tersusun kira kira 1.600 butir.
Buah tersusun dalam tandan, Sebutir
brondolan terdiri dari :
1.Perikarpium
- epikarpium (kulit buah)
- mesokarpium (daging buah)
2.Endokarpium (tempurung/cangkang)
3.Endosperm (kernel/inti)
4.Lembaga (cadangan makanan)
5.Embrio (calon individu baru)
1. Nigrescens
-ungu kehitaman (muda)
-jingga kehitaman (masak)
2.Virescens
- hijau (muda)
-jingga kemerahan, ujung buah hijau
(masak)
3.Albescens
-keputih-putihan (muda)
-kekuningan, ujung ungu kehitaman
(masak)
1.Dura
- cangkang tebal (2-5 mm)
- daging buah tipis (20-50% terhadap buah)
- rendemen minyak rendah
2.Pisifera
- cangkang tipis (hampir tidak ada)
- daging buah tebal (92-97% terhadap buah)
- rendemen minyak tinggi, produktivitas
rendah
3.Tenera
- cangkang sedang (1-2,5 mm)
- daging buah tebal (60-95% terhadap buah)
-
3. KESESUAIAN TANAH DAN IKLIM UNTUK
TANAMAN KELAPA SAWIT

Tanaman kelapa sawit memerlukan beberapa


persyaratan bagi pertumbuhannya secara
optimal, yang meliputi posisi ketinggian dari
permukaan laut, keadaan tanah, topografi,
drainase dan iklim.
Kesesuaian tanah sangat memegang peranan
yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman
kelapa sawit secara optimal, karena tanaman
kelapa sawit merupakan tanaman tahunan.
3.1. Tinggi Tempat
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah
sampai ketinggian 1.000 m dpl. Namun demikian
secara ekonomis tanaman kelapa sawit
diusahakan pada lahan dengan ketinggian sampai
dengan 400 m dpl.

3.2. Topografi
Penanaman kelapa sawit sebaiknya dilaksanakan
pada daerah dengan kemiringan lereng 0⁰ - 12⁰
(21%). Sedang pada kemiringan lereng 13⁰ - 15⁰
(46%) menjadi kurang baik. Sedang kemiringan
lereng lahan lebih besar dari 25⁰ tidak dianjurkan
karena karena akan menyulitkan panen,
pengangkutan produksi dan bahaya erosi.

3.3. Drainase
Kondisi lahan yang sering mengalami genangan
air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit
karena akar tanaman kelapa sawit membutuhkan
banyak oksigen. Drainase yang jelek akan
menghambat kelancaran penyerapan unsur hara.
Selain itu proses Nitrifikasi akan terganggu
sehingga tanaman akan kekurangan Nitrogen.
3.4. Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah
seperti tanah podzolik, regusol, andosol dan tanah
tanah aluvial. Pada tanah gambut juga dapat
diusahakan untuk menanam kelapa sawit asal
tebal gambutnya tidak lebih dari 1 meter. Keadaan
tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya
kelapa sawit adalah sebagai berikut :

a. Sifat Fisika Tanah


Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik
pada berbagai macam tanah seperti lempung
berpasir sampai tanah yang bertekstur
liat/berat dan tanah gambut. Sifat fisik tanah
seperti solum (jeluk olah), tekstur dan
struktur tanah merupakan faktor yang penting
untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
Beberapa kesesuaian sifat fisik tanah untuk
kelapa sawit antara lain :
Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Walaupun
perakaran kelapa sawit tersebar terbanyak
sampai kedalaman 60 cm, namun ujung akar
masih bisa mencapai kedalaman 90 cm atau
lebih, sehingga solum yang dalam sangat baik
untuk perkembangan perakaran.
Tekstur tanah yang baik adalah tekstur lempung
atau liat dengan komposisi pasir 20-60 %, debu
10-40 % dan liat 20-50 %.

Perkembangan struktur yang kuat, konsistensi


gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas
yang sedang sampai baik.

Permukaan air harus berada di bawah 80 cm dan


semakin dalam akan semakin baik.
b. Sifat Kimia Tanah
Tanaman kelapa sawit membutuhkan hara yang
cukup besar untuk pertumbuhan vegetatif dan
generatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
produksi yang tinggi diperlukan pasokan unsur
hara dalam jumlah besar. Beberapa sifat kimia
tanah yang dapat dipakai sebagai pedoman
dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah :
- Keasaman tanah atau pH antara 4,0 – 6,0 dan
pH optimum adalah 5,0 – 5,5
- C/N ratio mendekati 10 dimana kandungan C
+/- 1,0% dan N +/- 0,1%
- Kapasitas tukar kation (K⁺) sekitar 0,15 – 0,20
me/100 gram, sedangkan apabila di bawah
itu akan kekurangan Kalium.

3.5. Keadaan Iklim


Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa
faktor iklim sangat berpengaruh kepada
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman
kelapa sawit.
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kelebihan
air, sehingga terjadi run off yang membawa unsur
hara dan dapat menyebabkan erosi sehingga
menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sedangkan
adanya bulan kering yang panjang mengakibatkan
terjadinya deficit air yang dapat menurunkan
produksi secara nyata.
Biasanya setelah terjadi Water deficite, maka
yang muncul adalah bunga jantan. Hal itu karena
Natural instinc saat pembentukan bunga tanaman
akan mengarahkan ke pembentukan bunga jantan
karena tidak banyak membutuhkan air dan unsur
hara.
Penyebaran hujan yang merata sepanjang tahun
adalah type hujan yang dikehendaki oleh tanaman
kelapa sawit.
Berdasarkan atas sifat tanah dan iklim, maka
potensi lahan dapat dibagi menjadi 4 kelas.
Produksi rata rata satu siklus (umur 3-25 tahun)
untuk setiap kelas dengan tanaman varietas
Tenera (DXP) adalah sebagai berikut :
SYARAT TUMBUH
TANAMAN
Tanaman sawit membutuhkan
persyaratan tumbuh tertentu
untuk menghasilkan produktivitas
yang tinggi, yaitu :
• Curah hujan tinggi
• Bentuk wilayah (topografi) rata
• Penyinaran maksimal
• Evaluasi lahan: menilai kecocokan
potensi suatu lahan dengan
syarat tumbuh kelapa sawit.
SYARAT TUMBUH
TANAMAN
Syarat Tumbuh sering kali sulit
diubah
• Terutama menyangkut iklim dan
topografi
• Kadang sulit
dikendalikan/diramalkan
• Tujuan memahami syarat tumbuh
agar dapat merekayasa
(lingkungan) sehingga kondisi
(iklim dan topografi) akan lebih
Syarat Tumbuh Ideal

¡ Curah hujan (CH) : 1.250 – 3.000 mm/thn


(Optimum 1.750 – 2.500 mm/thn)
¡ Distribusi hujan merata sepanjang tahun
¡ Tanpa bulan kering (CH < 60 mm/bulan)
¡ Temperatur udara 22 – 330 C (opt. 27 0

C)
¡ Kelembaban udara 50 – 90 % (opt. 80 %)
¡ Lama penyinaran matahari 6 – 7 jam/hari
¡ Ketinggian tempat < 400 m dpl (opt. <
KESESUAIAN LAHAN
EVALUASI POTENSI
LAHAN
• Evaluasi lahan dilakukan setelah
survei dan pemetaan, sebelum
lahan dikelola
• Hasil evaluasi:
• Kesesuaian suatu wilayah untuk
budidaya kelapa sawit
• Cara pengelolaannya
• Gambaran produktivitas yang
dihasilkan
Proyeksi keuntungan finansial
CONTOH AKIBAT
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
AIR
B Kekurangan air yang tinggi akan
merangsang pembentukan bunga
jantan
B Tanaman kelapa sawit akan lebih
toleran terhadap curah hujan >
3.000 mm/tahun
B Kelebihan air menyebabkan
Pengaruh kekurangan (defisit) air
terhadap produktivitas
kelapa sawit

Defisit air Produktivitas Penurunan


(mm/tahun) (ton TBS/ha/tahun)
Produksi (%)
0 22,0 -
100 20,0 9,1
200 17,9 18,6
300 15,7 28,6
400 13,5 38,6
CURAH HUJAN :

1. Meliputi 2 hal (intensitas dan


distribusinya)
2. Curah hujan optimum dengan
penyebaran yang merata
sepanjang tahun
3. Curah hujan < 1.250
PENILAIAN KESESUAIAN
LAHAN
Tujuan : Menilai tingkat kesesuaian areal
untuk tanaman kelapa sawit
IA N
R AT RVE ILA IA
SYA BUH SU I N
PE ESU
A
M S
TU HA N KE N
LA
nKondisi IKLIM nDrainase
Layak
nBentuk nElevasi
WILAYAH nKelas Lahan Tidak Layak
nTanah
KELAS KESESUAIAN
LAHAN
¢ Kelas kesesuaian lahan ditetapkan
berdasarkan jumlah dan intensitas
faktor pembatas dari karakteristik
lahan.
¢ Kelas lahan dibagi menjadi
Sesuai/Suitable (S) dan Tidak
Sesuai/Not suitable (N).
¢ Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub-
kelas :
KELAS KESESUAIAN
LAHAN
¢ Kelas tidak sesuai dibagi mjd. 2
sub-kelas :
N1 : Tidak sesuai bersyarat
(temporary not suitable)
N2 : Tidak sesuai permanen
(permanently
not suitable)

¢ Setiap sub kelas terdiri dari satu


Contoh:
KELAS LAHAN KELAPA SAWIT
Uraian Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3 Tdk Sesuai

1. Tempat 0-400 0-400 0-400 0-400

2. Topografi Datar Berombak Gelombang Curam


3. Lereng 0-15 % 16-25 % 26-36 % > 36 %

4. Solum > 80 cm 80 cm 60-80 cm < 60 cm

5. pH 5-6 4.5-5.0 4.0-4.5, 6.5-7 < 4 & > 7


6. CH 2000-2500 1800-2000 1500-1800 < 1500

7. Bln Kering 0 0-1 2-3 >3

8. Suhu 22-26 22-26 22-26 22-26


KELAS KESESUAIAN
LAHAN
¢ Kelas kesesuaian lahan aktual dinilai
dari karakteristik lahan yang ada di
lapangan dan kelas kesesuaian lahan
potensial dari kemungkinan perbaikan
dari faktor pembatas yang ditemui.

¢ Setiap tindakan pengelolaan tanah


dilakukan untuk mengurangi pengaruh
negatif dari faktor pembatas yang ada
Produktivitas tanaman (ton TBS/ha/th)
berdasarkan kelas KESESUAIAN lahan

Umur (th)
S1 S2 S3
3 9,0 7,3 6,2
6 21,1 18,5 17,0
8 30,0 25,5 24,5
9-13 31,0 28,0 26,0
15 27,9 26,0 24,5
18 24,9 23,5 21,0
20 23,1 21,5 19,0
25 17,1 16,0 14,0
Rerata 24,0 22,0 20,0
Kesesuaian Lahan
Kelas untuk
Kesesuaian LahanTanaman Sawit

Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria


Kelas S1 Unit lahan yang memiliki tidak lebih
(sangat sesuai) dari satu pembatas ringan (optimal)
Kelas S2 Unit lahan yang memiliki lebih dari
(sesuai) satu pembatas sedang dan/atau tidak
memiliki lebih dari satu pembatas
berat

Kelas S3 Unit lahan yang memiliki lebih dari


(agak sesuai) satu pembatas sedang dan/atau tidak
memiliki lebih dari satu pembatas
berat

Kelas N1 Unit lahan yang memiliki pembatas


(tidak sesuai bersyarat) berat yang dapat diperbaiki
Kelas N2 Unit lahan yang memiliki pembatas
(tidak sesuai permanen) berat yang tidak dapat diperbaiki
Parameter Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit
pada Tanah Mineral

Intensitas Faktor Pembatas


No Karakteristik Lahan Simbol
Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

1.750-1.500
1. Curah hujan (mm) H 1.750-3.000 >3.000 1.500-1.250 <1.250

2. Bulan kering (bln) K <1 1-2 2-3 >3

3. Ketinggian di atas permukaan L 0-200 200-300 300-400 >400


laut (m)

Berombak- Bergelombang- Berbukit-


4. Bentuk wilayah/kemiringan W Datar-berombak bergelombang berbukit bergunung
lereng (%) <8
8-15 15-30 >30

5. Batuan di permukaan dan di B <3 3-15 15-40 >40


dalam tanah (%vol)

6. Kedalaman efektif (cm) S >100 100-75 75-50 <50

Lempung
berdebu;lempung liat Liat; liat
Pasir berlampung;
7. Tekstur tanah T berpasir; lempung liat berpasir;lempung debu Liat berat; pasir
berdebu;lempung berpasir; lempung
berliat

Sangat cepat;
Agak terhambat;
8. Kelas drainase D Baik; sedang agak cepat Cepat; terhambat sangat terhambat;
tergenang

9. pH A 5-6 4-5 3.5-4 <3.5


6-6.5 6-7 >7
Parameter Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit pada Tanah Gambut

Intensitas Faktor Pembatas


No Karakteristik Lahan Simbol
Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

1. Curah hujan (mm) H 1.750-3.000 1.750-1.500 1.500-1.250 <1.250


>3.000

2. Bulan kering (bln) K <1 1-2 2-3 >3

Ketinggian di atas permukaan


3. laut (m) L 0-200 200-300 300-400 >400

Kandungan bahan kasar


4. (%vol) B <3 3-15 15-40 >40

5. Ketebalan gambut (cm) S 0-60 60-150 150-300 >300

Hemik;
Hemosaprik;
6. Tingkat pelapukan gambut T Saprik Saprohemik Fibrohemik; Fibrik
Hemofibrik

Sangat
7. Kelas drainase D - - Terhambat terhambat;
tergenang

4-5 3.5-4 <3.5


9. pH A 5-6 6-6.5 6-7 >7
Pengelolaan Jarak Tanam
1. Pengaturan penanaman untuk tujuan
memberikan populasi tertinggi tetapi
tidak menimbulkan pengaruh saling
menaungi sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berproduksi optimal.
2. Tanaman ternaungi akan tumbuh
memanjang lebih cepat tapi lemah
(Etiolasi)
3. Berhubungan dengan panjang pelepah,
iklim dan kesuburan tanah
DASAR PENENTUAN JARAK TANAM

1. Pertimbangan efektifitas dan


efisiensi
2. Populasi optimal :
 Jumlah tegakan maksimal
 Tergantung jenis bibit/bahan tanam

3. Tanaman saling bersinggungan


tajuknya (antara 1 - 1,5 meter
saat tanaman sawit berumur 15
tahun)
4. Tanaman tidak mengalami gejala
etiolasi (kekurangan cahaya)
5. Pemeliharaan gulma minimal
Penentuan Jarak Tanam
• Jarak tanam mata 5 (equidistance) atau jarak
tanam sama (segitiga sama sisi)

Pokok/Ha Jarak Tanam Jarak antar


Barisan
120 9,8 m 8,5 m
125 9,6 m 8,3 m
136 9,2 m 8,0 m
143 9,0 m 7,8 m
148 8,8 m 7,6 m
Pengaruh Topografi
Kerapatan tanam tergantung bentuk areal dan kemiringan

Topografi Kemiringan Pokok/Ha


Rata < 8˚ 135

Bergelombang 8˚ - 18˚ 120-128

Berbukit 18˚ - 30˚ 115-120


Penentu Jarak Tanam

• Jenis bahan tanaman


– Dumpy & Costarica, pertumbuhan lambat
• Topografi
• Iklim mikro (di sekitar tanaman)
• Marginalitas (kandungan unsur hara dan
bahan organik dalam tanah)
• Potensi serangan Ganoderma (penyakit
busuk pangkal batang)
KESIMPULAN
1. Biologi Tanaman perlu diketahui untuk lebih
memahami karakter/kekhasan sifat tanaman,
sehingga kita tahu apa sebenarnya yang
dibutuhkan tanaman
2. Syarat Tumbuh perlu dipahami, untuk
membantu kita melakukan tindakan
(rekayasa)
3. Kelas Lahan perlu untuk mengetahui potensi
produksi yang dapat digali melalui perlakuan
untuk meminimalkan adanya faktor pembatas.
IS P O
In d o n e s ia n S u s t a in a b le P a lm O il

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai