Anda di halaman 1dari 34

Pages

 Home
 About
 Privacy Policy
 Daftar Isi

Monday, June 16, 2014

Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung


Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian utama yang memiliki peran dalam
pemenuhan kebutuhan pangan dan strategis di bidang ekonomi. Peningkatan produktivitas
jagung dapat dilakukan dengan membuat varietas unggul jagung sesuai spesifikasi lingkungan
atau juga dengan teknik budidaya yang tepat. Teknik budidaya yang tepat pada umumnya adalah
mensinergikan kebutuhan tanaman dalam setiap fase pertubuhan tanaman dengan input yang
harus diberikan.

Seperti pada tanaman yang lain, jagung juga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda untuk setiap
fase pertumbuhan. Berikut adalah fase pertumbuhan tanaman jagung yang selama ini sudah
dikenal:

1. Fase perkecambahan
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit benih. Proses
perkecambahan dimulai ketika terjadi penyerapan air oleh benih melalui proses imbibisi. Proses
ini menjadikan benih membengkak diikuti oleh peningkatan aktivitas enzim serta respirasi. Awal
perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp kemudian radikula menembus
koleoriza. Setelah radikula muncul, empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang
bersamaan, plamula tertutup oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh peanjangan
mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan peting dalam
pemunculan kecambah di permukaan tanah. Ketika ujung koleoptil muncul keluar permukaan
tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus
permukaan tanah.

Umumnya kecambah jagung akan muncul di permukaan tanah pada 4-5 hari setelah tanam. Pada
kondisi yang dingin dan kering, pemunculan kecambah dapat berlangsung hingga dua minggu
setelah tanam atau bahkan lebih.

2. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)


Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur 10-18 hari setelah berkecambah. Pada fase
ini, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh
berada di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman. Suhu
rendah akan menghambat keluarnya daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda
terbentuknya bunga jantan.
3. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur 18-35 hari setelah berkecambah. Titik tumbuh
sudah berada di atas permukaan tanah, perkembangan dan penyebaran akar sangat cepat, dan
pemanjangan batang berlangsung dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan dan
perkembangan tongkol dimulai. Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah banyak sehingga
diperlukan pemupukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.

4. Fase V11-Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11-daun terakhir 15-18)

Fase ini berlangsung saat tanaman berumur 33-50 hari setelah berkecambah. Tanaman tumbuh
dengan cepat disertai dengan akumulasi bahan kering yang cepat pula. Air dan hara dalam
jumlah cukup sangat dibutuhkan tanaman pada fase ini. Tanaman yang kekeringan dan
kekurangan hara akan memiliki jumlah biji yang sedikit karena ukuran tongko yang kecil.
Kekeringan pada fase ini berakibat pada terlambatnya kemunculan bunga betina.

5. Fase Tasseling VT (berbunga jantan)


Fase tasseling biaanya berlangsung pada 45-52 hari setelah tanam dan ditandai adanya cabang
terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina. Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum
rambut tongkol muncul dan tinggi tanaman sudah hampir mencapai tinggi maksimum serta mulai
menyebarkan serbuk sari. Pada fase ini biomasa bagian vegetatif sudah maksimum, yaitu sekitar
50% dari total bobot kering tanaman. penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-
70, 50, dan 80-90%.

6. Fase R1 (silking)
Tahap silking diawalli oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang tertutup kelobot, biasanya
mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan terjadi ketika serbuk sari yang dilepas bunga jantan
jatuh dan menyentuh permukaan rambut tongol yang masih segar. Serbuk sari membutuhkan
waktu hingga 24 jam untuk mencapai sel telur. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama
2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8cm/hari dan akan terus memanjang hingga
diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam satu struktur tongkol dengan dilindungi oleh
tiga bagian penting yaitu glume, lemma, dan palea serta memiliki warna putih di luar biji. Bagian
dalam biji berwarna bening dan mengandung sedikti cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah
belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat sementara K sudah
hampir lengkap.

7. Fase R2 (Blister)
Blister muncul sekitar 10 – 14 hari setelah silking. Pada fase ini, rambut tongkol sudah mulai
kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir sempurna. Biji sudah
mulai tampak dan berwarna putih melepuh. Pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji
sekitar 85% dan akan terus menurun hingga panen.

8. Fase R3 (masak susu)


Terjadi 18-22 hari setelah silking. Penisian biji yang semula dalam bentuk cairan bening menjadi
berwarna putih seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji berlangsung dengan cepat dan warna
biji sudah mulai terlihat seperti pada deskripsi varietasnya. Setiap sel yang berada pada
endosperm sudah berbentuk lengkap. Kekeringan pada fase R1 hingga R3 dapat menurunkan
ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%.

9. Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum
mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji menurun
menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.

10. Fase R5 (pengerasan biji)


Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna, embrio
sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji 55%.

11. Fase R6 (masak fisiologis)


Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking. Pada tahap ini, biji-
biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah
berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau
kehitaman. Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari
biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman
yang mempunyai sifat tetap hijau (stay green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih
berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji
berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai
masing-masing 100%.

Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Diposkan oleh Arif Meftah Hidayat di 10:31 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: fisiologi tanaman, tanaman pangan

5 comments:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TANAMAN


Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor: A. Faktor dalam (internal
factor) yaitu faktor tanaman itu sendiri/sifat yang terdapat dalam tanaman (benih)
B. Faktor lingkungan (environmentalfactors).
A. Faktor Dalam (Internal Factor) Faktor dalam atau faktor genetik adalah faktor
tanaman itu sendiri, yaitu sifat yang terdapat di dalam bahan tanam/benih yang
digunakan dalam budidaya tanaman. Adapun yang dimaksud dengan bahan
tanam/benih menurut Undangundang RI No. 12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanarnan adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman. Dengan demikian benih
tersebut dapat berasal dari biji, batang/cabang, akar, daun, umbi dan sebagainya.
Ditinjau dari asal bahan tanam, tanaman dapat diperbanyak secara generatif
(dengan biji) dan secara vegetatif (selain biji). Perbanyakan tanaman dengan
bahan yang berasal dari biji (secara generatif) mempunyai beberapa keunggulan
dan kelemahan, antara lain: Keunggulan: 1. memiliki perakaran yang kuat (akar
tunggang) 2. berumur panjang 3. dalam waktu singkat dapat diperoleh jumlah
tanaman baru yang lebih banyak 4. pada tanaman bunga-bungaan dapat
diperoleh beraneka ragam warna bunga apabila terjadi persilangan. Kelemahan:
1. tidak lekas berbuah 2. tanaman barn belum tentu sama sifatnya dengan
tanaman induknya, kecuali apabila biji tersebut berasal dari tanaman homozigot
(misalnya pada biji tanaman alpokat, srikaya, sirsak, langsat, belimbing, pijetan,
kokosan) dan biji apomiktik (jernk dsb.) 3. ada beberapa tanaman yang
menghasilkan biji dormant (beristirahat) sehingga untuk mendapatkan tanaman
baru perlu waktu lebih lama, atau perlu ada perlakuan khusus. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif (selain biji) juga memiliki keunggulan dan kelemahan
sebagai berikut:
Keunggulan: 1. tanaman baru umumnya lekas berbuah 2. memiliki sifat sama
dengan tanaman induknya 3. dapat diperoleh sifat yang lebih baik dari induknya
(misal hasil penyambungan) Kelemahan: 1. memiliki perakaran serabut sehingga
kurang kuat apabila tertiup angin 2. umur produksi lebih pendek 3. untuk
memperoleh tanaman baru dalam jumlah banyak diperlukan waktu yang cukup
lama. Perbanyakan tanaman secara vegetatif selain dengan akar, batang/cabang,
dan daun adalah dengan jaringan tanaman yang dikenal dengan kultur jaringan
(tissue culture) dan dengan teknologi baru yaitu bioteknologi yang akan diuraikan
dalam bab Penggunaan teknologi baru dalam bidang pertanian di bagian lain.
Untuk memperoleh tanaman baru yang baik dengan hasil yang tinggi diperlukan
benih yang bermutu tinggi dengan kriteria sebagai berikut (misal pada tanaman
kedelai): 1. daya kecambah tinggi (lebih dari 80 %) 2. vigomya tinggi (tumbuh
serentak, sehat, cepat tumbuh) 3. sehat, bernas, tidak luka atau keriput 4. murni
(tidak tercampur dengan varietas lain) 5. bersih (tidak tercampur dengan kotoran)
6. masih baru, tidak apek (kurang dari 6 bulan). Selain kriteria seperti tersebut di
atas, untuk mendapatkan hasil yang baik, benih harus berasal dari tanaman induk
yang bersifat produksi tinggi, tahan hama/penyakit/ pengganggu lain atau
tanaman induk yang bersifat unggul (varietas unggul). Varietas unggul ada
unggul lokal dan unggul nasional. Unggul lokal: hanya unggul pada suatu daerah
tertentu saja sedang di daerah lain tidak unggul. Unggul nasional: unggul pada
sebagian besar suatu wilayah atau negara. contoh unggul lokal: tanaman padi
Rojolele di daerah Delanggu contoh unggul nasional: IR-64, Cisedane, Aromatik.
Universitas Gadjah Mada
B. Faktor Lingkungan (Environmental factors) Faktor lingkungan adalah faktor
yang ada di sekeliling tanaman. Ada beberapa ilmuwan yang mengelompokkan
faktor lingkungan ini menjadi dua kelompok, yaitu kelompok abiotik (iklim, tanah)
dan kelompok biotik (makluk hidup) yaitu biotis (tanaman dan hewan) dan
anthrofis (manusia). 1. Faktor iklim (climatic factor) terdiri atas: a. Presipitasi.
Meliputi semua air yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi, berupa: hujan,
salju, kabut dan embun. Faktor hujan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah jumlah/volume hujan, penyebaran/distribusi hujan dan efektivitas
hujan. Jumlah dan distribusi hujan sangat berpengaruh terhadap macam/jenis
tanaman yang dapat dibudidayakan pada suatu daerah. Jumlah hujan yang tinggi
dengan distribusi merata sepanjang pertumbuhan tanaman akan berpengaruh
baik pada tanaman tertentu tetapi tidak baik untuk tan aman yang lain. Oleh
karena itu perlu adanya pemilihan tanaman yang sesuai dengan keadaan iklim di
suatu derah. Untuk daerah-daerah yang curah hujannya tinggi seperti di Indonsia
bagian barat baik digunakan untuk pembudidayaan tanaman padi pada dataran
rendah, tanaman teh dan kopi pada dataran tinggi. Daerah dengan curah hujan
yang kurang (Indonsia bagian timur) baik untuk membudidayakan tanaman
jagung, sorghum, kacang hijau, kapas, dan sebagainya. Di daerah tropis basah
seperti di Indonesia, adanya curah hujan yang tinggi dengan suhu yang tinggi
menyebabkan susunan atau formasi vegetasi yang tumbuh paling banyak.
Efektivitas hujan diukur dari kemanfaatan air hujan untuk pertumbuhan tanaman.
Curah hujan yang tinggi belum tentu efektif apabila evaporasi (penguapan lewat
permukaan tanah) dan transpirasi (penguapan lewat permukaan tanaman) lebih
besar dari jumlah curah hujan yang jatuh di suatu daerah. Jadi efektivitas tidak
dapat diukur dengan besarnya jumlah curah hujan. Di Sulawesi Selatan, curah
hujan 10 mm yang jatuh pada musim hujan lebih efektif dari 10 mm yang jatuh
pada musim kemarau. Presipitasi merupakan fungsi linear dari evaporasi,
transpirasi, run off (aliran permukaan), dan infiltrasi (air yang masuk ke dalam
tanah). Infiltrasi merupakan fungsi linear dari perkolasi, rembesan dan
kelembaban tanah. Rumusnya adalah sebagai berikut (Whiteman, 1974)
Universitas Gadjah Mada
P = presipitasi P=E+T+R+I E=evaporasi T = transpirasi R = run off (aliran
permukaan) I = Infiltrasi I = U + S + A U = perkolasi (hilang kebawah) S =
rembesan (aliran ke samping) A = kelembaban yang disimpan dalam tanah
Kelembaban yang tersimpan dalam tanah (A) berpengaruh sangat nyata untuk
pertumbuhan tanaman, terutama kelembaban tanah yang sesuai (available soil
moisture) yang terdapat antara kapasitas lapang (field capacity) dan titik layu
permanan (the wilting point). Presipitasi yang didominasi oleh air hujan, setelah
jatuh ke bumi akan menjadi: 1) air higroskopis: air yang terlalu kuat terikat oleh
partikel-partikel tanah dengan kekuatan 15 atm. Air ini tidak dapat diserap
tanaman karena kekuatan akar untuk menyerap air hanya 2 atm. 2) air gravitasi:
air yang mengalir ke bawah (perkolasi) karena adanya gaya gravitasi bumi. Air ini
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena bergerak dengan cepat. 3) air
kapiler: air yang mengisi pori-pori mikro tanah yang berasal dari air rembesan
(lateral seepage). Air ini tersimpan lama dalam tanah, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
b. Suhu (temperatur) Kisaran suhu untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya
berkisar antara 15°-40°C (59°440°F). Suhu suatu tempat ditentukan oleh altitude
(ketinggian) dan latitude (garis lintang). Berdasarkan atas suhu tempat tumbuh
tanaman dikenal vegetasi: tropical, temperate, taiga, tundra dan polar. Beberapa
ilmuwan membagi vegetasi di dunia ini dalam 4 kelas berdasar suhu tempat,
yaitu: 1) megatherms (suhu tinggi sepanjang tahun) 2) mesotherms (suhu tinggi
dan rendah bergantian) 3) microtherms (suhu rendah) 4) hekistotherms (suhu
sangat rendah)
Universitas Gadjah Mada
Setiap komunitas tanaman mengenal adanya titik kardinal. Untuk daerah tropis
titik kardinal tersebut adalah: 1) suhu minimum (50-150C): apabila suhu suatu
daerah kurang dari suhu ini tanaman akan terganggu pertumbuhannya bahkan
dapat menyebabkan kematian apabila suhu tersebut berlangsung cukup lama. 2)
suhu optimum (sekitar 300C): suhu yang paling baik untuk pertumbuhan
tanaman. 3) suhu maksimum (sekitar 400C): apabila suhu lingkungannya di atas
suhu maksimum, pertumbuhan tanaman juga akan terganggu bahkan dapat
menyebabkan kematian. Suhu atmosfer yang tinggi akan mempercepat
pertumbuhan tanaman dan respirasi. Akan tetapi juga dapat merugikan tanaman
apabila kelembaban kurang memadai sehingga dapat menyebabkan keguguran
bunga, buah muda maupun daun. Udara panas dan angin yang kering akan
meningkatkan kerusakan tanaman lebih lanjut. Suhu tanah dapat mempengaruhi
penyerapan air oleh tanaman. Sebagai contoh: 1) pada tanaman kapas, apabila
suhu tanah mencapai 100C, penyerapan air hanya 20 % dari keadaan normal. 2)
pada tanaman kubis, suhu tanah 10°C penyerapan air masih sebesar 75 % dari
keadaan normal. Oleh karena itu tanaman kubis termasuk tanaman yang tahan
terhadap suhu rendah. Suhu tanah yang rendah (20°C) pada tanaman ubi-ubian
memacu pembentukan dan pembesaran umbi, kecuali pada tanaman bawang
merah.
Macam-macam kerusakan tanaman akibat pengaruh suhu: 1) chilling injury:
kerusakan suhu rendah di daerah palms 2) freezing injury: kerusakan karena
terjadi pembekuan 3) suffixation: kerusakan tanaman menjadi lemas 4) heaving:
kerusakan tanaman terangkat dari tempat tumbuhnya (di daerah temperate) 5)
nach frost: suhu rendah di malam hari secara tiba-tiba; banyak merusakkan
tanaman apel, kentang, dan teh.
Universitas Gadjah Mada
d. Kelembaban Kelembaban udara pada umumnya dinyatakan dalam kelembaban
relatif yang mempengaruhi evapotranspirasi tanaman. Evapotranspirasi akan
meningkat atau lancar apabila kelembaban udara di sekitar tanaman rendah.
Transpirasi tanaman sangat erat hubungannya dengan penyerapan unsur hara
dari dalam tnah. Apabila transpirasi cepat, penyerapan unsur hara juga akan
cepat. Akan tetapi apabila kelembaban udara tinggi menyebabkan transpirasi
menjadi lambat, sehingga penyerapan unsur hara juga akan lambat. Kelembaban
udara yang tinggi dapat menstimulir pertumbuhan jamur, fungi, bakteri, yang
dapat merugikan tanaman. Oleh karena itu salah satu cara pemeliharaan tanaman
adalah mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi di sekitar tanaman dengan
memangkas cabang-cabang yang tidak produktif atau tunas-tunas air dan cabang
maling pada tanamankopi.
e. Cahaya matahari Cahaya matahari merupakan sumber utama energi yang
diperlukan dalam proses fotosintesis tanaman. Cahaya matahari mempengaruhi
kehidupan tanaman karena 4 hal: 1) intensitasnya: banyaknya jumlah cahaya
(dalam foot candle) yang sampai pada tanaman 2) kualitasnya: panjang
gelombang (dalam satuan mg) yang dapat ditangkap/ disekap tanaman 3) durasi:
lamanya pencahayaan 4) arah datangnya cahaya: berkaitan dengan intensitas.
1) Intensitas cahaya. Cahaya matahari yang sampai ke bumi secara langsung
dalam bentuk cahaya gelombang pendek hanya 24 %, sebagan dipantulkan
kembali ke atmosfer dalam bentuk gelombang panjang, konduksi, konveksi, dan
untuk evapotranspirasi. Apabila atmosfer berawan, maka intensitas cahaya akan
berkurang. Di daerah tropis, intensitas cahaya sering berkurang karena tertutup
oleh awan yang tebal, terutama pada musim hujan. Berdasarkan atas tanggapan
tanaman terhadap intensitas cahaya dan asimilasi CO2, tanaman dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu:
a) Tanaman C-3: tanaman yang tidak dapat memanfaatkan intensitas cahaya
matahari secara penuh dalam proses fotosintesisnya. Tanaman ini mempunyai
titik kompensasi CO2 50 ppm dan terjadi fotorespirasi yang dapat mengurangi
hasil fotosintat bersih. Fiksasi CO2 dalam proses fotosintesis dilakukan oleh
senyawa RuDP (Ribulose diphosphat) dan membentuk senyawa fosfoglyserat
(phosphoglycerit acid = PGA) dengan rumus:
contoh: bit gula, kedelai, gandum, dan tanaman-tanaman daerah temperate.
b) Tanaman C-4: tanaman yang memanfaatkan intensitas cahaya secara penuh,
titik kompensasi CO2 hampir mendekati nol. Fiksasi CO2 dilakukan oleh
phosphoenol pyruvate (PEP) dan membentuk senyawa oxaloacetate (OAA) dalam
proses fotosintesisnya (Hatch and Slack, 1970 cit. Landsberg and Cutting, 1977)
dengan rumus:
Secara anatomi tanaman C-4 dicirikan dengan adanya kloroplast yang terdapat
dalam jaringan mesofil dan sel pengiring jaringan pembuluh (bundle sheath
cells). Kloroplast mesofil ukurannya kecil, memiliki grana dan tidak
mengakumulasi pati, sedangkan kloroplast dalam bundle sheath adalah besar,
tidak mempunyai grana dan mengakumulasi pati. Pada tanaman ini tidak terjadi
proses fotorespirasi sehingga hasil fotosintesis bersihnya lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman C-3. contoh: jagung, tebu, sorghum, bayam dan
banyak tanaman rumputan tropis.
Universitas Gadjah Mada
c) Tanaman CAM (Crassulacea acid metabolism): tanaman yang dapat
mengasimilasi CO2 dalam keadaan gelap dalam keadaan cekaman, stomata
membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari. Dalam proses
fotosintesisnya produk pertama yang dibentuk adalah asam malat dengan rumus:
Karena stomatanya membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari,
maka tanaman ini sangat efisien dalam memanfaatkan air (kebutuhan airnya
sangat kecil) sehingga hasil fotosintesis bersihnya juga kecil. Contoh: anggrek,
kaktus, nanas.
2) Kualitas Cahaya Kualitas cahaya menunjukkan panjang gelombang yang
terkandung dalam cahaya. Menurut Penman (1968) dari 75 satuan (unit) cahaya
yang sampai di permukaan bumi atau atmosfer, apabila semua unit tidak
dipantulkan oleh awan, kira-kira 44 % mengandung panjang gelombang yang aktif
untuk fotosintesis (photo-synthetically active wavelengths) dengan panjang
gelombang 0,4 - 0,7 atau 400-700 mg. Panjang gelombang ini umumnya yang
dapat ditangkap/dilihat oleh mata manusia, yaitu: 1) ultraviolet (panjang
gelombang 400-435 m ) 2) biru (panjang gelombang 435-490 m ) 3) hijau
(panjang gelombang 490-574 m ) 4) kuning (panjang gelombang 574-595 m ) 5)
oranye (panjang gelombang 595-626 m ) 6) merah (panjang gelombang 626-750
m )
Universitas Gadjah Mada
Dari panjang gelombang di atas yang efektif untuk fotosintesis adalah oranye,
merah, disusul violet dan biru. Apabila cahaya matahari sampai pada daun, maka
cahaya yang efektif akan disekap, sedangkan sisanya (hijau dan kuning) yang
kurang efektif akan diteruskan ke bawah. Oleh karena itu daun-daun yang
ternaung tidak dapat menghasilkan fotosintat secara maksimal. Untuk
mendapatkan hasil tanaman yang maksimal perlu adanya pengurangan daun
sampai pada batas luas daun tertentu (luas daun yang optimal) yang diukur
dengan indeks luas daun. Yang dimaksud dengan indeks luas daun (leaf area
index atau LAI) adalah perbandingan antara luas daun tanaman dengan luas
lahan yang ditempati oleh tanaman tersebut. LAI optimum untuk tanaman satu
berbeda dengan LAI optimum tanaman yang lain, untuk mendapatkan hasil
tanaman yang maksimum.
3) Durasi atau lamanya pencahayaan (fotopepriodisme) Pada umumnya periode
waktu untuk pertumbuhan aktif suatu tanaman setiap tahun dibatasi oleh
sejumlah faktor. Sebagai contoh pada daerah dengan garis lintang tinggi,
pertumbuhan aktif dibatasi oleh suhu rendah selama musim dingin. Di daerah
tropis, kelembaban yang sesuai selama musim kemarau lebih membatasi
panjangnya musim pertumbuhan tanaman. Dalam pembudidayaan tanaman hams
disesuaikan aktivitas tanaman dengan perubahan kondisi iklim yang terjadi
selama setahun. Apabila tanaman hams bertahan, ia hams menyesuaikan dengan
daerah dimana ia tumbuh. Sejumlah mekanisme atau peristiwa telah terjadi yang
memungkinkan tanaman tumbuh pada waktunya. Salah satu mekanisme yang
paling penting adalah fotoperiodisme, atau kepekaannya pada panjang
hari/lamanya pencahayaan (atau malam). Pengaruh fotoperiodisme paling nyata
adalah pada induksi pembungaan yaitu peralihan tanaman dari fase vegetatif ke
fase reproduktif. Akan tetapi fotoperiodisme dapat mempenganihi sejumlah
aspek lain dari fase reproduktif, meliputi lamanya pembungaan, panjang periode
reproduktif, pembentukan tepungsari yang dapat hidup (viable) dan pembentukan
buah dan biji. Tanggapan tanaman terhadap fotoperiodisme dikelompokkan
dalam: a) Tanaman hari netral (day neutral plants): tanaman yang dalam
pembungannya tidak dipengaruhi oleh lamanya pencahayaan. Pada tanaman ini
suhu yang lebih tinggi umumnya memacu/mempercepat pembungaan tanaman.
Universitas Gadjah Mada
b) Tanaman hari pendek absolut (A bsolut short day plants): tanaman yang hanya
akan berbunga apabila lamanya pencahayaan lebih pendek dari panjang hari
spesifik atau kritis. c) Tanaman hari panjang absolut (Absolut long day plants):
tanaman yang hanya akan berbunga apabila panjang hari atau lamanya
pencahayaan lebih panjang dari panjang hari spesifik atau kritis. d) Tanaman hari
pendek kuantitatif (Quantitative short day plants): hari pendek mempercepat
pembungaan yaitu tanggapan kuantitatif pada hari pendek yang ada, tidak
memerlukan adanya lama pencahayaan kritis sebelum terjadi pembungaan. Akan
tetapi umumnya tanaman akan berbunga jika mendapatkan lama pencahayaan
yang panjang dalam periode waktu yang cukup. Suhu yang lebih tinggi umumnya
memacu proses pembungaan. e) Tanaman hari panjang kuantitatif (Quantitative
long day plants): pembungaan tanaman dipacu oleh hari panjang dan dihambat
oleh hari pendek. Suhu yang lebih tinggi umumnya memacu proses pembungaan,
teristimewa dalam panjang hari yang lebih pendek. Sebagian besar tanaman
semusim yang sudah beradaptasi di daerah tropis termasuk dalam kelompok
tanaman hari pendek kuantitatif, misalnya tanaman kedelai, jagung, padi, dan
sorghum.
4) Arah datangnya cahaya Arah datangnya cahaya berkaitan dengan jumlah
cahaya yang dapat diterima tanaman. Cahaya yang datangnya condong akan
memberikan energi yang lebih kecil daripada yang datangnya dari arah vertikal,
sehingga pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman juga akan berbeda. Cahaya
matahari pada pagi hari lebih baik bagi pertumbuhan tanaman yang masih muda
(pada pembibitan dan pesemaian). Oleh karena itu dalam membuat atap
pembibitan umumnya miring ke arah barat (atap bagian timur lebih tinggi dari
bagian barat).
e. Angin Angin sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, terutama angin yang
tidak terlalu kencang karena angin atau udara yang bergerak merupakan
penyedia gas CO2 yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis.
Dalam budidaya tanaman, pengaturan arah barisan tanaman hams
memperhatikan arah angin. Apabila arah barisan tegak lurus dengan arah
Universitas Gadjah Mada
datangnya angin, akan terjadi turbulensi udara sehingga pucuk tanaman
terombang-ambing dan akhimya dapat merusakkan tanaman. Pengaruh angin
terhadap pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Pengaruh langsung adalah: 1) kerusakan mekanis tanaman seperti
daun sobek, jaringan tanaman memar, akar tanaman terangkat dan terhempas 2)
tanaman rebah misalnya pada tanaman padi, gandum, jagung, tebu, sehingga
akan menurunkan hasil tanaman 3) di daerah padang pasir menyebabkan erosi
tanah sehingga tanaman sulit tumbuh 4) mempengaruhi tipe hujan dan
kelengasan atmosfer di suatu daerah. Pengaruh tidak langsung: 1)
mempengaruhi kecepatan transpirasi 2) angin kencang yang panas merusak
pembungaan 3) evaporasi sekresi stigma bunga gugur 4) keseimbangan air
dalam tanaman terganggu pembentukan buah sedikit
Oleh karena pengaruh angin tersebut, baik langsung maupun tidak langsung,
maka di daerah pertanian yang banyak angin diperlukan penanaman tanaman
pematah angin. Selain pengaruh langsung dan tidak langsung, angin juga
berperan dalam: penyerbukan bunga, penyebaran biji, buah, dan
mikroorganisme. Di daerah temperate atau subtropis, angin yang panas kadang-
kadang menguntungkan karena dapat menghambat penyebaran penyakit karat
kuning pada tanaman gandum.
f. Gas-gas dalam atmosfer Atmosfer yang mengelilingi bumi mengandung
campuran gas-gas: karbon dioksida (0,03 %), oksigen (20,95 %), nitrogen (78,09
%), argon (0,93 %), dan beberapa macam gas (0,02 %) dalam proporsi yang tetap.
Variasi lain dapat dijumpai di atas industri yang mengeluarkan asap/uap seperti
SO2, CO2, dan CO, seperti uap air dan partikel-partikel mineral. Karbon dioksida
(CO2): sebagai sumber utama karbon untuk berbagai senyawa organik dalam
tubuh tanaman, juga sebagai penyusun pembuatan karbohidrat tanaman hijau
dalam proses fotosintesis. Fotosintesis kira-kira
Universitas Gadjah Mada
sebanding den gan konsentrasi CO2 udara di sekitar daun tanaman. CO2 yang
terbentuk dalam senyawa organik dalam tanaman kembali ke atmosfer karena
proses respirasi tanaman, tanaman-tanaman yang mati, busuk dan pembakaran
tanaman. Peningkatan pertumbuhan dan hasil yang lebih besar pada tanaman
sayuran dimungkinkan dengan meningkatkan kandungan CO2 dalam rumah kaca.
Gas-gas tertentu seperti SO2, CO, dan HF di udara dalam jumlah yang cukup
akan meracuni tanaman. Kerusakan tanaman juga telah dilaporkan di dekat
pabrik yang menghasilkan alumina (tawas) dan fosfat, karena dari keduanya
dilepaskan fluorin yang menyebabkan kenisakan. Di dekat pabrik semen, partikel-
partikel semen halus yang jatuh juga menyebabkan kerusakan tanaman.
Kandungan CO2 dalam air tinggi, sehingga tumbuhan air dapat memperoleh CO2
tersebut dari air. Kandungan CO2 dalam tanah menyebabkan rendahnya laju
respirasi tanaman dan akhirnya mengganggu aktivitas metabolisme akar.
Oksigen: setiap organisme hidup menggantungkan pada oksigen untuk
kelangsungan hidupnya. Jumlah oksigen dalam udara normal tetap karena
tanaman memberikan oksigen selama proses fotosintesis. Nitrogen: nitrogen
dalam atmosfer menjadi tersedia dalam tanah oleh adanya kilat, hujan dan
penambatan (fiksasi) nitrogen oleh mikroorganisme. Bakteri yang hidup bebas
seperti azotobacter, bakteri simbiotik seperti rhizobium, ganggang biru hijau dan
sebagainya penambat nigtrogen yang baik dalam tanah. Proses dekomposisi
protein tanaman dan hewan yang telah mati oleh mikroorganisme juga
menambah kandungan nitrogen dalam tanah. Nitrogen dalam tanah dapat
tersedia bagi tanaman oleh aktivitas bakteri nitrifikasi. Pengikatan senyawa
nitrogen di permukaan tanah berkisar 100 juta ton per tahun, dan 90 %-nya
berasal dari pengikatan secara biologi (Donald, 1960). Jaringan tanaman
sebagian besar dikonsumsi oleh binatang/hewan sebagai pakan. Bagan nitrogen
jaringan tanaman dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk kotoran atau
jaringan hewan yang mati.
2. Faktor Tanah Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah: a. kelembaban tanah, b. air tanah, c. suhu tanah, d. bahan mineral tanah,
e. komponen anorganik, f. bahan organik tanah, g. organisme tanah, dan h. reaksi
tanah.
Universitas Gadjah Mada
a. Kelembaban tanah Jaringan tanaman mengandung sekitar 90 % air.
Kandungan air dalam tanaman dapat hilang melalui transpirasi yang dapat diganti
hanya dengan penyerapan air dari tanah. Fungsi penting air dalam tanaman
adalah: 1) memberikan turgiditas tanaman sehingga tanaman tetap tegak 2)
mengatur suhu dalam tubuh tanaman 3) berfungsi sebagai pelarut dan pembawa
hara. Keberadaan air dalam tanah membantu tanaman dalam banyak hal: 1)
penyedia bahan mentah esensial untuk produksi karbohidrat melalui proses
fotosintesis. 2) memacu secara fisis, khemis dan biologis aktivitas dalam tanah.
3) sifat-sifat fisik tanah seperti pembentukan struktur, plastititas, penetrabilitas,
friabilitas, kohesi dan sebagainya dirubah oleh kandunganlengas tanah. Di
samping itu konduktivitas dan absorbsivitas juga dipengaruhi oleh kandungan
lengas tanah. 4) bentuk dan kandungan unsur yang berbeda dalam mineral,
perubahan kimia seperti hirolisis, hidrasi dan sebagainya, dan konsentrasi
garamgaram yang berbeda yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh kandungan lengas tanah. 5) mikroorganisme tanah baik yang
menguntungkan maupun merugikan pertumbuhan tanaman dikendalikan oleh
kandungan lengas tanah. 6) difusi gas dalam tanah untuk aerasi tergantung pada
kandungan lengas tanah. Kandungan lengas tanah sangat dinamis dan bervariasi
dari waktu ke waktu. Hubungan air dengan tanah akan dibicarakan dalam mata
kuliah lain.
b. Udara dalam tanah Aerasi tanah mutlak diperlukan untuk absorbsi air oleh akar
tanaman. Absorbsi air oleh akar-akar tanaman terjadi sangat cepat dalam tanah
yang aerasinya baik, sedangkan pada tanah yang padat akan kekurangan
persediaan oksigen. Oksigen diperlukan untuk respirasi akar. Dalam tanah yang
aeasinya baik, CO2 dilepaskan dalam respirasi akar dan mikroorganisme
menukarnya dengan udara di atas tanah. Dalam tanah yang aerasinya jelek akan
terjadi penimbunan karbon dioksida dan mengganggu proses absorbsi air oleh
tanaman.
Universitas Gadjah Mada
Udara dalam tanah juga bermanfaat dalam peningkatan ketersediaan hara dalam
tanah dengan cara: 1) memecah mineral yang tidak larut menjadi garam-garam
yang larut. 2) dekomposisi sisa-sisa tanaman dan hewan. 3) nitrifikasi dan
penambatan nitrogen oleh bakteri.
c. Suhu dalam tanah Suhu dalam tanah di samping mempengaruhi proses fisis
dan khemis yang terjadi di dalam tanah juga mempengaruhi kecepatan absorbsi
air dan zat-zat yang terlarut, perkecambahan biji dan kecepatan pertumbuhan
bagian-bagian tanaman yang ada di dalam tanah. Proses metabolisme tanaman
dan penyerapan air oleh akar yang maksimum umumnya terjadi antara 20-30°C.
Suhu rendah di bawah 200C menyebabkan pengurangan absorbsi air yang cukup
besar. Tanah-tanah yang dingin tidak kondusif untuk pertumbuhan yang cepat
pada sebagian besar tanaman. Suhu tanah merupakan salah satu faktor yang
mengendalikan aktivitas mikroorganisme dan proses penyediaan hara bagi
tanaman. Nitrifikasi tidak dapat terjadi apabila suhu tanah mencapai sekitar 5OC
(40OF).
d. Bahan mineral dalam tanah Kandungan mineral tanah berasal dari pelapukan
batuan dan mineral dan terdiri atas partikel-partikel dalam berbagai ukuran.
Mineral-mineral dasar yang terjadi dalam kulit bumi adalah: felspar (48 %), quartz
(36 %), mica (10 %), limestone (kapur) dan kapur Mg (2 %), hornblent dan augite (1
%), olivine dan serpentine (1 %), clays (1 %), mineral-mineral lain (1 %). Macam
dan banyaknya mineral dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
e. Komponen anorganik Senyawa-senyawa Si, Ca, Mg, Fe, K, Na dan Al
merupakan senyawa penting penyusun tanah. Di samping senyawa di atas, tanah
juga mengandung sejumlah besar unsur mineral lain seperti B, Mn, Mo, Zn, Cu,
Co, J dan F yang diketahui sebagai unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah
sedikit dan dinamakan unsur mikro.
Universitas Gadjah Mada
Jumlah total unsur yang terkandung dalam tanah tergantumg pada bagian batuan
alam mana ia dibentuk dan umur batuan serta produk larutan yang telah
mengalami perlindian/pencucian. Komposisi kimia pada horison yang berbeda
menunjukkan banyak variasi. Komponen tanah terdiri atas: bahan mineral (30 %),
air tanah (30 %), udara tanah (30 %), dan bahan organik tanah (5-10 %). Klasifikasi
tanah berdasar teksturnya dibedakan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi
tanah berdasar tekstur Nama partikel Ukuran partikel (mm) clay 0,0001-0,005 silt
0,005-0,05 very fine sand 0,05-0,10 fine sand 0,10-0,25 medium sand 0,25-0,50
coarse sand 0,50-2,00 Sumber: Morachan (1978). Umumnya tekstur tanah yang
baik mengikat banyak air yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman dalam
periode yang lebih panjang. Penetrasi akar dihambat oleh banyaknya clay dan silt
yang terkandung dalam tanah. Tanah loam adalah yang paling baik untuk
pertumbuhan tanaman apabila mengandung pasir kasar (coarse sand) sebaik
partikel silt dan clay. Tanah loam memiliki aerasi yang baik, infiltrasi dan
pergerakan air baik, penetrasi akar mudah dan juga kapasitas menyimpan air baik
dan subur.
f. Bahan organik Di samping substansi anorganik, tanah juga mengandung bahan
organik dalam jumlah yang berkisar : kurang dari 1 % pada tanah pasir (sandy
soils) sampai 90 % (pada tanah gambut). Bahan organik ditambahkan pada bahan
mineral tanah setiap tahun, meskipun persentase bahan organik kurang dari 5 %
berat kering tanah, hal ini dapat mempenganuhi sifat tanah dan pertumbuhan
tanaman. Bahan organik tanah sebagian besar berasal dari: 1) akar-akar tanaman
dan organisme hidup dalam tanah yang telah mati. 2) daun-daun kering, ranting-
ranting, tanaman dan hewan yang telah mati. Bahan organik tanah merupakan
amber hara mineral esensial untuk pertumbuhan tanaman. Humus yang telah
terdekomposisi dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan air. Bahan organik
dapat mengikatsejumlah besar mineral terutama dalam bentuk ion, dengan
demikianmeningkatkan kapasitas pertukaran ion
Universitas Gadjah Mada
tanah. Bahan organikjuga merupakan amber makanan bagi organisme tanah.
Sebagai sumber hara tanaman, bahan organik mengandung 95 % total nitrogen,
50-60 % total fosfor dan 10-20 % total sulfur.
g. Organisme tanah Bahan organik mentah dalam tanah tidak langsung
digunakan tanaman sebagai makanan. Ia hams mengalami perombakan pertama
dalam humus dan kemudian ke dalam produk sederhana sebelum ia dapat
dimanfaatkan. Pekerjaan/perombakan ini dilakukan oleh mikroorganisme
berbagai jenis yang ada di dalam tanah. Gula, pati, dan protein dirombak pertama
kali, kemudian selulose dan substansi lemak (lipoid), dan terakhir lingin (zat
kayu) dan substansi berkayu. Macam/jenis organisme hidup yang terdapat dalam
tanah dapat berbentuk tanaman (bakteri, actinomycetes, fungi, algae, akar-akar;
rhizoid dan rhizome) dan hewan (protozoa, nematoda, tungau, serangga terutama
semut dan kumbang, cacing tanah, tikes, dan sebagainya). Sejumlah besar
bakteri dan fungsi menyebabkan berkurangnya substansi organik. Mereka
melakukan proses mineralisasi menghasilkan berbagai macam hara yang
tersedia bagi tanaman. Bakteri ammonifikasi merubah protein ke dalam ammonia.
Bakteri nitrifikasi mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Sejumlah
bakteri dan ganggang biru hijau menambat nitrogen dalam tanah dalam kondisi
anaerob pada tanah yang tergenang air, bakteri tertentu menyebabkan
denitrifikasi, melepaskan nitrogen bebas yang hilang di udara. Banyak bakteri
dan fungi patogenik menyebabkan penyakit pada tanaman. Beberapa fungsi
berbentuk mycorrhiza bekerjasama dengan akar tanaman tinggi untuk membantu
tanaman dalam penyerapan air dan mineral. Organisme lain yang lebih besar
seperti cacing tanah, binatang pengerat, dan sebagainya memperbaiki aerasi
tanah. Mereka berperanan dalam pelapukan tanah dan mineral, dan dalam
pembentukan tanah.
h. Reaksitanah Tanah dapat bersifat netral, asam atau basa (alkalin) tergantung
pada komponen garam-garam dasar dan asam. Tan ah-tanah yang netral paling
balk untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman. Tanah asam memsakkan
pertumbuhan tanaman dengan alasan:
Universitas Gadjah Mada
1) keasaman yang tinggi (terutama kandungan aluminium yang tinggi). 2)
keasaman yang tinggi bertentangan/menghambat absorbsi beberapa hara
terutama kation seperti K, Ca, dan Mg yang kadarnya rendah di dalam tanah. Hara
P terikat dalam tanah asam. 3) dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme
dapat menurun. 4) aktivitas bakteri nitrifikasi dan penambat nitrogen dihambat. 5)
jenis penyakit yang disebabkan oleh fungi tertentu seperti penyakit kudis pada
kentang (potato scab) dipacu oleh tanah yang asam. Hal yang sama kebasaan
tanah yang tinggi (high alkalinity) juga berpengaruh kurang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Kebasaan tanah berpengaruh pada ke-beradaan kation
seperti Na, K, Ca, dan Mg dalam tanah.
3.Faktor Biotik Faktor biotik adalah faktor yang berpengaruh menguntungkan
atau merugikan yang disebabkan oleh tanaman lain dan hewan pada tanaman
pertanian. a. Faktor tanaman/tumbuhan Kompetisi dan komplementer antar
tanaman: kompetisi akan terjadi apabila antar tanaman membutuhkan hara, air,
dan sinar matahari. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimum
diperlukan luas daun yang maksimum untuk dapat memanfaatkan sinar matahari,
hara, dan air yang tersedia secara maksimum. Jarak tanam yang sempit
mengurangi hasil per tanaman, sedangkan jarak tanam yang lebar akan
mengurangi hasil total per satuan luas karena jumlah tanaman lebih sedikit. Oleh
karena itu jarak tanam optimum sangat penting dalam praktek budidaya tanaman.
Akan tetapi dalam kasus penanaman tanaman yang berbeda secara bersamaan
seperti penanaman campuran, hasil menjadi lebih baik. Sebagai contoh
penanaman bersama tanaman legume dengan serealia. Kompetisi antara gulma
dengan tanaman: Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh dimana mereka tidal(
dikehendaki baik waktu maupun tempatnya. Gulma dapat menurunkan hasil
tanaman karena berkompetisi dengan tanaman dalam hal mendapatkan air, hara
dan cahaya matahari. Di samping itu keberadaan gulma di antara tanaman
menyebabkan meningkatnya biaya tenaga untuk menyiang dan biaya untuk
peralatan, mempersulit panenan, menurunkan kualitas dan pemasaran, menjadi
tanaman inang serangga, fungsi, virus dan bakteri, dan beberapa jenis gulma
meracun manusia dan temak.
Pada daerah non irigasi, kompetisi antara gulma dan tanaman besar dalam
memperebutkan air. Koefisien transpirasi untuk Bermuda grass (Cynodon
dactylon) adalah 813, sedangkan untuk sorghum hanya 430. Dengan
membebaskan tanah dari gulma, dalam satu are tanah dengan kedalaman 6 kaki,
dapat dihemat 300-500 ton air. Di daerah yang beririgasi, kompetisi terjadi dalam
mendapatkan unsur hara. Gulma di tanah yang bero menghabiskan kelembaban
dan hara tanah. Di samping itu gulma juga akan menutup saluran drainase dan
menghalangi aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian gulma hams
dilakukan untuk mendapatkan aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian
gulma harus dilakukan untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi. Tanaman
dan parasit: Parasit tanaman, untuk dapat hidup tergantung pada tanaman
inangnya. Dalam keadaan yang menguntungkan, parasit berusaha untuk
mempengaruhi komunitas tanaman. Sebagai contoh parasit yang berupa fungi,
bakteri, virus dan sebagainya menyebabkan jenis penyakit yang berbeda pada
tanaman pertanian. Mikroorganisme untuk memperoleh makanannya melalui
perombakan tanaman-tanaman yang sudah mati dan sisa-sisa hewan (saprofit)
atau dengan menyerang tanaman dan hewan yang masih hidup (parasit). Dalam
mendapatkan makanannya, organisme parasit membunuh jaringan dan sel-sel
tanaman inang sehingga tanaman atau bagian-bagiannya rusak dan mati, atau
mengganggu proses metabolisme tanaman yang hidup. Dalam beberapa kasus
mereka juga menghasilkan substansi racun. Pengendalian penyakit dapat
dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan, dengan khemikalia, sanitasi
lahan dan praktek budidaya.
b.Simbiosis Hubungan timbal balik antar organisme secara biologis dinamakan
dengan simbiosis. Simbiosis antara tanaman legume dengan rhizobia penambat
nitrogen sangat nyata dalam meningkatkan hasil tanaman. Tanaman itu sendiri
tidak mampu memanfaatkan unsur nitrogen yang ada di udara/atmosfer untuk
kelangsungan hidupnya. Oleh karena perlu organisme lain untuk
mendapatkannya. Dua kelompok bakteri yang ikut serta dalam
penangkapan/penambatan gas nitrogen dan memanfaatkannya adalah Rhizobium
sp. yang terdapat dalam bintil akar tanaman legume dan beberapa jenis bakteri
yang hidup bebas seperti
Azotobacter dan Aerobacter yang hidup secara aerob heterotrof. Bakteri lain
yang hidup secara anaerob heterotrof adalah Clostridium dan Derxia. Selain
dengan tanaman legume, simbiosis dengan tanaman lain (non legume) sekarang
sudah banyak dikenal, misalnya dengan tanaman Angiospermae ((Alnus,
Casuarina, Cercocarpus, Dryas, Myrica, Comptonia, dan sebagainya) dan
Gymnospermae (Ceratozamia, Cycas, Encephalaaros, Podocarpus, Macrozamia,
dsb). Meskipun demikian, pada simbion tanaman nonlegume ini isolasi terhadap
organisme penambat nitrogennya masih sulit dilakukan, tidak seperti pada
tanaman legume. Pada tanaman Alnus dan Myrica bintil endofit berupa
actinomycetes yang menginfeksi pada kortek nodul/bintil, tidak seperti pada
tanaman legume yang menginfeksi pada jaringan intravasculer (pembuluh).
Simbion pada Gymnospermae Podocarpus berupa phycomycetes yang terjadi
dalam sel kortek nodul. Sebaliknya pasangan Gymnospermae Macrozamia dan
Encephalartos adalah ganggang biru hijau (species Nostoc dan Anabaena) yang
terdapat dalam ruang udara khusus dalam nodul. Ganggang biru hijau juga
menambat nitrogen bersama dengan jamur/fungsi (dalam lichenes) dan dengan
paku air Azolla. Pada Azolla, ganggang simbion adalah Anabaena azollae yang
terdapat pada rongga udara di bawah ujung daun (Duckettet al. cit. Matheson et
al., 1975). Bintil penambat nitrogen pada Trema sp. tanaman tahunan berkayu
(Angiospermae) ditemukan akhir-akhir ini (Trinick, 1973 cit. Matheson et al.,
1975). Simbion pada tanaman cowpea (kacangkacangan) telah diidentifikasi
sebagai bakteri Rhizobium. Sumbangan N pada penambatan tanaman non-
legume Angiospermae cukup besar, sebagai contoh penambatan oleh tanaman
Alnus dan Hippophae menghasilkan 150 kg per hektar per tahun. Akan tetapi
sumbangan/kontribusi dari Gymnospermae sangat kecil. Penambatan nitrogen
simbiotik dengan tanaman legume: Simbiosis antara legume - Rhizobium telah
banyak dipelajari secara luas. Tanaman ini sangat nyata membantu manusia
dalam penyediaan pangan dan pakan. Peranan legume dalam penyediaan pangan
dan pakan karena kemampuannya dalam menambat nitrogen dari udara/atmosfer.
Pada padang penggembalaan (pasture) legum ditanam berasosiasi dengan
spesies rumputan. Legume menyediakan sumber protein yang tinggi pada
tanaman makanan ternak (forage) dan juga menambat nitrogen untuk kebutuhan
dirinya sendiri. Nitrogen menjadi tersedia bagi rumputan setelah sisa tanaman
legume mengalami proses
dekomposisi. Dengan demikian legume sangat penting dalam menyumbang
nitrogen pada sistem padang penggembalaan. Pada sistem pertanaman
(cropping system) tanaman legume penghasil biji dapat menyumbang nitrogen
secara nyata. Sebagai contoh tanaman legume berbiji (grain legume) yang
membentuk nodul dengan baik menambat nitrogen untuk kebutuhan dirinya
sendiri sehingga hasil bijinya berprotein tinggi. Sisa tanaman seperti daun,
batang, akar dan nodul mengandung nitrogen relatif tinggidibandingkan dengan
tanaman non-legume seperti jagung dan sorghum. Kecepatan dekomposisi sisa-
sisa tanaman tergantung pada beberapa faktor seperti: kandungan air, suhu dan
jumlah nitrogen dalam bahan tanaman. Sumbangan nitrogen hasil penambatan
tanaman legume. pada padang penggembalaan dan sistem penanaman banyak
bervariasi tergantung pada jenis, dan kondisi lingkungan. Pada padang
penggembalaan di daerah temperate, penambatan nitrogen umumnya mendekati
150-250 kg N/ha per tahun. Di daerah tropis dan subtropis dimana pertumbuhan
dapat terjadi sepanjang tahun dengan pengairan, hasil penambatan nitrogen lebih
tinggi, mencapai 400 kg/ha per tahun. Penambatan N pada tanaman kedelai
berkisar 80-160 kg N/ha per tanaman. Pada simbiosis tanaman legume, bakteri
menggunakan karbohidrat tanaman inangnya sebagai energi untuk menambat
nitrogen dari atmosfer, sebagian untuk menginfeksi tanaman inang. Bakteri yang
hidup bebas mendapatkan energinya dari bahan organik tanah, menambat
nitrogen bebas dan menggunakan untuk dirinya. Apabila bakteri tersebut mati,
nitrogen yang tersedia dalam jaringan tubuhnya digunakan untuk tanaman.
c. Binatang/hewan Hewan dalam tanah meliputi: protozoa, nematoda, siput, dan
serangga merupakan bagian penting dari lingkungan akar tanaman. Semua
organisme ini membantu dalam proses dekomposisi bahan organik tanah dan
digunakan untuk kepentingan hidupnya. Sebagian dari hewan tanah yang berupa
serangga dan nematoda dapat merusak tanaman sebagai hama, bahkan setelah
panen, biji-biji dapat rusak karena serangga. Rata-rata kehilangan hasil akibat
serangan serangga telah dilaporkan kira-kira 20 % di seluruh dunia. Hewan yang
menguntungkan: banyak tanaman yang dalam penyerbukannya
dibantu/dilakukan oleh serangga. Kumbang dan lebah mungkin merupakan
Universitas Gadjah Mada
penyerbuk tanaman yang sangat penting. Ngengat dan kupu-kupu juga mampu
melakukan penyerbukan. Cacing tanah dapat memperbaiki aerasi dan drainase
tanah sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Hewan-hewan kecil
dan besar juga sangat mempengaruhi kehidupan tanaman karena hewan-hewan
mengkonsumsi tanaman sebagai pakannya. Tanaman pertanian yang terdapat di
dekat habitat hewan-hewan tersebut akan mengalami kerusakan besar apabila
tidak dilakukan pengendalian/ perlindungan.
4.Faktor fisiografik Lapisan geologi dan topografi sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Lapisan geologi: macam/jenis lapisan geologik tidak
hanya mempengaruhi jenis batuan induk yang membentuk tanah, tetapi juga
mempengaruhi macam tanaman yang dapat dibudidayakan. Topografi: sifat atau
keadaan alam permukaan tanah dikenal sebagai faktor topografi, yaitu meliputi: a.
ketinggian tempat b. keterjalan kemiringan c. kemiringan yang terkena cahaya
dan angin d. arah rentetan pegunungan. Faktor topografi berpengaruh pada
kehidupan tanaman oleh adanya modifikasi iklim dan faktor tanah suatu tempat.
ad a. Ketinggian tempat. Ketinggian tempat biasanya berhubungan dengan: 1)
penurunan suhu 2) peningkatan presipitasi 3) peningkatan kecepatan angin Telah
diketahui bahwa kenaikan tinggi tempat per 1000 m akan menurunkan suhu 6-7°C
kecuali pada lembah dan dataran rendah. Peningkatan presipitasi dan kekuatan
angin mempengaruhi keadaan alam tanah dan vegetasi. Bahan organik
meningkat dan kandungan nitrogen serta keasaman tanah. Di pegunungan terjadi
perubahan suhu sesuai dengan ketinggan tempat, memberikan pola sonasi
(pengelompokan) vegetasi tertentu seperti halnya urutan vegetasi yang dijumpai
dari daerah equator ke kutub. ad b. Keterjalan kemiringan. Kemiringan yang terjal
mempercepat run
Universitas Gadjah Mada
off setelah hujan. Hal ini menurunkan kandungan lengas tanah. Di samping tanah
menjadi tidak stabil juga akan menyebabkan terjadinya erosi, humus tidak dapat
terakumulasi sehingga batuan gundul akan nampak. Keadaan ini tidak dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan
konservasi tanah. ad c. Kemiringan yang terkena cahaya dan angin. Lereng
gunung mendapat/terkena intensitas cahaya yang rendah/lemah dan tiupan angin
yang kuat, sebagaimana halnya di lereng bagian utara di daerah temperate dan
pegunungan Himalaya tanaman sulit/kurang untuk mendapatkan cahaya dan
kelembaban. Hal sama dijumpai pada kemiringan bagian barat daerah
pegunungan Tamil Nadu didapatkan tanaman yang rusak karena angin. ad d.
Arah deretan pegunungan. Pembagian curah hujan di seluruh negara selama
musim hujan ditentukan oleh arah rentetan pegunungan. Pola hujan sangat
mempengaruhi type atau jenis tanaman yang dibudidayakan dengan kondisi
kering dan tanah yang berbeda.
5.Faktor antrofik Manusia telah menghasilkan banyak perubahan tanaman di
lingkungan/ sekitarnya. Pengaruh perbaikan oleh pemulia tanaman telah
meningkatkan hasil tanaman, introduksi tanaman dari luar negeri sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Keberhasilan pertanian tidak hanya
tergantung pada pengetahuan fisik, kimia, dan biologis tanah yang baik, tetapi
bahan tanah dan pengelolaannya. Hal yang paling penting hams diperhatikan
dalam budidaya tanaman adalah hubungan antara tanah dan tanaman yang akan
dibudidayakan. Walaupun masalah pengelolaan tanah sangat berbeda dengan
keadaan alam tanah, keadaan iklim dan jenis tanaman yang akan dibudidayakan,
masih merupakan faktor dasar yang hams dikuasai dalam praktek pengelolaan
tanah di manapun. Pengelolaan tanah yang baik hams didasarkan pada petunjuk
sebagai berikut: a.memilih tanaman yang tepat pada tanah tertentu b.memelihara
tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman c.meningkatkan kemampuan
produktivitas tanah d.merekomendasikan metode pertanian yang
menguntungkan secara ekonomi. Pengetahuan tanah dan praktek pengelolaan
tanaman sangat berpengaruh pad
Tinjauan Pustaka

1. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus radiatus L

Kacang hijau akan berkecambah maksimal jika curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln, temperatur 25o

- 27o C dengan kelembaban udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari. Tanaman kacang

hijau relatif tahan kering, namun tetap memerlukan pengairan terutama pada periode kritis pada waktu

perkecambahan, menjelang berbungan dan pembentukan polong (Anonim, 2007).

Untuk kebanyakan tanaman pangan, perubahan ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar

dibanding kenaikan suhu. Jika terjadi pola hujan dengan suhu dan kadar CO2 yang tinggi justru akan

menguntungkan produksi tanaman pangan. Karena manfaat peningkatan CO2 bagi tanaman adalah

untuk fotosintesis (dalam fotosintesis diperlukan CO2 dalam pembentukan karbohidrat/ asimilasi)

(Chrisandini, 2006).

Manfaat pemupukan dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca. Dengan adanya

efek rumah kaca, perbedaan suhu pada malam maupun siang hari tidak terlalu jauh berbeda (stabil).

Hasil yang menguntungkan akan didapat dari tanaman yang berada dalam lingkungan yang dikontrol

dan diberi pengayaan CO2. Hasil tanaman dapat meningkat menjadi sekitar 32 %

(Munawar, 2007).

Pengaruh biologis langsung dari pengaruh peningkatan CO2 pada produktifitas tanaman, sebagai

sesuatu yang tak terpisahkan dengan efisiensi fotosintesis, efisiensi penggunaan air, dan penyerapan

nitrogen (salah satu unsur makro yang berfungsi sebagai komponen protein, asam nukleat, koenzim,

dan klorofil) terkait dengan sumberdaya iklim seperti cahaya, suhu, dan kelembaban. Aspek penting

dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian

dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini, penguapan air/transpirasi akan menjadi
berkurang, sehingga penyerapan air pun berkurang yang artinya efisiensi penggunaan air. Aspek

penting lainnya adalah suatu tanaman yang kekurangan (defisiensi) unsur nitrogen (N) akan mengalami

pertumbuhan yang terhambat, daun yang muda berwarna hijau pucat, dan daun-daun yang tua akan

berwarna kuning serta gugur/ klorosis (Holum, 1992).

Cahaya merupakan faktor abiotik yang membantu pertumbuhan tanaman. Cahaya berpengaruh

terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci

dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman (Kramer dan Kozlowski, 1979).

2. Kedelai (Glycine max, L)

Klasifikasi

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Super Divisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Fabales

Genus: Glycine

Spesies: Glycine max, L

Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah

cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH

tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (Anonim, 2007).

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetative, induksi bunga, pertumbuhan dan diferensiasi

pembungaan, mekar bunga, perkecambahan serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih.

Perkembangan “kekerasan benih” (hard seed edness) dalam benih tanaman kacang – kacangan

tergantung pada suhu dan kelembapan selama pemasakan benih. Periode pemasakan yang panjang

dan laju pengeringan benih yang lambat menyebabkan insiden impermeabilitas selaput benih yang

tinggi yang kemudian melunak tergantung pada amplitude perubahan suhu. Radiasi matahari

berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan (reseptivitas) bunga dan

aktivitas lebah penyerbuk

(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya

tumbuhan hijau). Karena sinar matahari menjadi faktor utama dalam proses fotosintesis selain

karbondioksida dan uap air. Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa
tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar

mentari dapat menghambat proses pertumbuhan (Anonim, 2009).

Radiasi adalah unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang kemudian menentukan hasil panen. Pengaruh radiasi surya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman diantaranya melalui proses fotosintesis, fotomorfogenesis, fotorespirasi,

transpirasi suhu jaringan dan perpanjangan sel. Tiga faktor utama radiasi surya sangat penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran (Las dan

Maladi, 1988).

Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga

kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius

sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat

mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti (Hartati, 2009).

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Acara praktikum Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan tanaman diselenggarakan pada Hari

kamis tanggal Oktober 2011. Pukul 15.00 – 17.00 WIB. Bertempat di Fakultas Pertanian

2. Alat dan Bahan

a. Alat :

1) Pot/ember plastik yang sudah ditanami kacang hijau dan

kedelai

2) Termometer udara

3) Higrometer

4) Lightmeter,

5) Kertas millimeter

6) Timbangan

b. Bahan :

1) Tanaman kacang hijau yang berumur 1 minggu

2) Tanaman kedelai yang berumur 1 minggu

3. Cara Kerja

a. Menyediakan beberapa pot yang sudah ditanami kacang hijau dan kedelai berumur 1 minggu

b. Melakukan penyiraman setiap hari secukupnya

c. Melakukan pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya setiap hari
d. Mengukur tinggi tanaman (pertumbuhan) dilakukan setiap minggu, dan menghitung pertambahan

tinggi tanaman tersebut (tinggi tiap minggu)

e. Berdasarkan hasil pengukuran suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya, kemudian

menghitung data rata-rata harian setiap minggu

f. Mengamati dilakukan sampai awal pertumbuhan generative (sekitar 8 minggu)

g. Menggambarkan hubungan factor-faktor linkungan dengan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman)

D. Pembahasan

1. Kacang Hijau

Dari tabel di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: tanaman kacang hijau pada minggu pertama

memiliki ketinggian 12,8 cm, berada pada suhu 40,86°C dan kelembaban 48,00% serta IRM 749,14 fc.

Kemudian pada minggu ke dua tinggi tanaman 23,3 cm, berada pada suhu 36,00°C dan kelembaban

35,00% serta IRM 1165,00. Kemudian pada minggu ke tiga tanaman memiliki tinggi 31,8 cm, berada

pada suhu 34,50°C dan kelembaban 43,50% serta IRM 417,00 fc. Selanjutnya minggu ke empat

tanaman memiliki tinggi 40,8 cm, berada pada suhu 36,01°C dan kelembaban 41,00% serta IRM

4432,00 fc. Pada minggu ke lima memiliki tinggi 46,8 cm, berada pada suhu 33,67°C dan kelembaban

44,33% serta IRM 730,00 fc. Pada hari ke enam tinggi tanaman 54,7 cm, memiliki suhu 42,80°C dan

kelembaban 40,00% serta IRM 4106,00 fc. Pada minggu ke tujuh tinggi tanaman 56,6 cm, memiliki

suhu 39,70°C dan kelembaban 40,00% serta memiliki IRM 4305,70 fc. Tinggi tanaman pada minggu ke

delapan mencapai 61,3 cm, berada pada suhu 39,00°C dan kelembaban 67,75% serta IRM 4892,25 fc.

Dari tabel 1.1 dapat kita ketahui bahwa tanaman kacang hijau yang berada di rumah kaca tumbuh lebih

cepat dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang berada di bawah naungan dan yang berada di

tempat terbuka. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan tersebut adalah suhu,

kelembaban, dan intensitas radiasi matahari. Namun, faktor hormon juga mempengaruhi pertumbuhan

tanaman tersebut, dengan demikian sangat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Dalam hasil pengamatan, tanaman kacang hijau yang diletakkan di dalam rumah kaca tumbuhnya lebih

cepat karena memiliki suhu, kelembaban dan intensitas radiasi matahari yang lebih terjaga

dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang diletakkan di bawah naungan dan tempat terbuka.

Untuk tanaman kacang hijau yang diletakkan di bawah naungan dan tempat terbuka, faktor suhu,

kelembaban dan intensitas radiasi matahari tidak terjaga dikarenakan faktor alam yang berupa curah

hujan yang tidak menentu, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


Dari tabel 1.1 dan gambar 1.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa tanaman kacang hijau yang diletakkan

di rumah kaca pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang diletakkan

di bawah naungan dan tempat terbuka.

Dari tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa tanaman kacang hijau yang diletakkan di tempat terbuka

mempunyai berat basah dan berat kering yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman kacang hijau

yang diletakkan di rumah kaca dan di bawah naungan. Hal ini dikarenakan di tempat yang terbuka, air

yang diserap oleh akar lebih banyak yang diperoleh dari penyiraman dan air hujan. Sehingga membuat

berat basah dari tanaman kacang hijau tersebut menjadi lebih berat dibandingkan dengan tanaman

kacang hijau yang diletakkan di rumah kaca dan di bawah naungan.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa tanaman kacang hijau yang diletakkan di rumah kaca mempunyai

luas daun lebih besar dibandingkan dengan tanaman padi yang berada di bawah naungan dan yang

berada di tempat terbuka. Hal ini dikarenakan cahaya yang dibutuhkan tanaman kacang tanah yang

diletakkan di rumah kaca terhalangi sehingga memerlukan adaptasi yang berupa memperpanjang dan

memperlebar daun, sehingga cahaya yang diterima bisa maksimal untuk proses fotosintesis. Untuk

memiliki daun lebih sempit dan pendek dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang diletakkan di

rumah kaca, tanaman memerlukan penyinaran yang sangat intensif agar pertumbuhan dan maksimal.

Pada kondisi tanaman di rumah kaca panjang dan lebar daun yang dimiliki tumbuh dengan subur dan

lebat, jika dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang diletakkan di tempat terbuka. Pada

tanaman yang berada di bawah naungan lebih baik dari pada di tempat terbuka. Hal ini dikarenakan

tanaman kacang hiaju yang diletakkan di bawah naungan mendapatkan penyinaran cahanya matahari

yang cukup, yakni tidak terlalu panas dan tidak terlalu basah. Lama penyinaran cahaya matahari lebih

banyak ditempat terbuka dari pada dibawah naungan dan rumah kaca. Mengakibatkan permukaan

daunnya menjadi lebih sempit dan menggulung.

b. Kedelai (Glicine max)

Dari tabel di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: tanaman kedeai pada minggu pertama memiliki

ketinggian 8,7 cm, berada pada suhu 40,86°C dan kelembaban 48,00% serta IRM 749,14 fc. Kemudian

pada minggu ke dua tinggi tanaman 15,9 cm, berada pada suhu 36,00°C dan kelembaban 35,00% serta

IRM 1165,00. Kemudian pada minggu ke tiga tanaman memiliki tinggi 21,8 cm, berada pada suhu

34,50°C dan kelembaban 43,50% serta IRM 417,00 fc. Selanjutnya minggu ke empat tanaman memiliki

tinggi 31,2 cm, berada pada suhu 36,01°C dan kelembaban 41,00% serta IRM 4432,00 fc. Pada minggu

ke lima memiliki tinggi 41,8 cm, berada pada suhu 33,67°C dan kelembaban 44,33% serta IRM 730,00

fc. Pada hari ke enam tinggi tanaman 51,2 cm, memiliki suhu 42,80°C dan kelembaban 40,00% serta

IRM 4106,00 fc. Pada minggu ke tujuh tinggi tanaman 61,1 cm, memiliki suhu 39,70°C dan kelembaban
40,00% serta memiliki IRM 4305,70 fc. Tinggi tanaman pada minggu ke delapan mencapai 70,1 cm,

berada pada suhu 39,00°C dan kelembaban 67,75% serta IRM 4892,25 fc. Data suhu, kelembaban dan

IRM di atas sama dengan data yang ada pada tumbuhan kacang hijau.

Dari tabel 1.1 dapat kita ketahui bahwa tanaman kedelai mulai awl pertumbuhan menunjukkan dapat

tumbuh dengan subur. Dari minggu per minggu bertambah dengan cepat. Rata-rata pertumbuhan

tanaman kedelai berlangsung secara stabil. Hal ini ditunjukkan dengan pertambahan tinggi tanaman

yang konstan, yakni kurang lebih 10 cm. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman kedelai adalah suhu, kelembaban, IRM dan kondisi ligkungan serta unsur hara. Dengan

komponen tersebut apabila tercukupi akan menjadikan tanaman yang subur dan tumbuh dengan baik.

Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Ini ditunjukkan apabila suhu stabil tanaman

akan tumbuh dengan baik dan perpanjangan batang akan tumbuh dengan stabil juga. Suhu yang ideal

untuk tanaman tumbuh sekitar 30-40°C. Suhu tersebut akan berpengaruh terhadap reaksi fotosintesis.

Perbandingan pertumbuhan tanaman yang berada di bawah naungan tumbuh lebih cepat dibandingkan

dengan tanaman yang diletakkan di rumah kaca dan di tempat terbuka. Faktor-faktor yang berpengaruh

dalam pertumbuhan tersebut adalah suhu, kelembaban, dan intensitas radiasi matahari. Namun, faktor

hormon juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut.

Dari hasil pengamatan, tanaman kedelai yang diletakkan di bawah naungan tumbuh lebih cepat

dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan di rumah kaca dan di tempat yang terbuka, karena

kedelai bisa tumbuh optimal pada suhu yang lebih rendah, intensitas radiasi matahari yang lebih rendah,

namun kelembaban yang tinggi dibandingkan pada suhu di rumah kaca dan di tempat terbuka.

Dari tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa tanaman kedelai memiliki IRM yang stabil. IRM (Intensitas

Radiasi Matahari) adalah sinar yang diberikan matahari yag dipancarkan untuk proses kehidupan. IRM

pada praktikum ini dari minggu ke empat mulai stabil. Suhu dan kelembaban dipengaruhi oleh IRM yang

setiap hari berubah-ubah tidak sesuai dengan perkiraan

Tumbuhan kedelai memerlukan suhu dan kelembaban tertentu agar pertumbuhannya tidak terganggu.

Pertumbuhan tanaman kedelai memerlukan suhu yang cukup panas agar proses fotosintesis berjalan

dengan lancar. Apabila terlalu panas tanaman akan kering dan mati, sedangkan terlalu lembab akan

terhambat perkecambahannya. Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tanaman kedelai yang diletakkan di

rumah kaca mempunyai luas daun lebih besar dibandingkan dengan tanaman padi yang berada di bawah

naungan dan yang berada di tempat terbuka. Hal ini dikarenakan cahaya yang dibutuhkan tanaman

kacang tanah yang diletakkan di rumah kaca terhalangi sehingga memerlukan adaptasi yang berupa

memperpanjang dan memperlebar daun, sehingga cahaya yang diterima bisa maksimal untuk proses

fotosintesis. Untuk memiliki daun lebih sempit dan pendek dibandingkan dengan tanaman kedelai yang
diletakkan di rumah kaca, namun memiliki daun yang lebih panjang dan lebar jika dibandingkan dengan

tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat terbuka. Hal ini dikarenakan tanaman kedelai yang

diletakkan di bawah naungan memerlukan sedikit adaptasi dibandingkan dengan tanaman kedelai yang

diletakkan di rumah kaca, sedangkan tanaman kedelai yang diletakkan di tempat terbuka tidak

memerlukan adaptasi lagi untuk memperoleh cahaya matahari yang cukup. Namun berat daun pada

tanaman kadelai yang diletakkan di bawah naungan lebih berat dikarenakan tanaman tersebut lebih

tinggi sehingga mempunyai daun yang banyak pula.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Tanaman kacang hijau memiliki perkecambahan yang cepat, setelah tumbuh dua minggu

pertumbuhan mulai stabil.

b. Suhu yang diperlukan sekitar 33-40,86°C untuk pertumbuhan.

c. Kelembaban rata-rata per minggu 40-48% yang berhubungan pada kondisi sekitar. Tanaman dapat

tumbuh secara maksimal apabila kelembaban dan suhu seimbang.

d. IRM yang mempengaruhi pertumbuhan rata-rata 4106,00–4892,25 fc

e. Tinggi tanaman tumbuh dengan stabil pada minggu ke tiga yakni pertambahannya kurang lebih 10

cm.

f. Saat perkecambahan tanaman berkecambah dengan tidak baik, karena kondisi yang kurang baik dan

cuaca yang kurang mendukung.


materi
Wednesday, 6 November 2013

PENGARUH ANGIN TERHADAP TANAMAN

PENGARUH ANGIN TERHADAP TANAMAN

DI SUSUN OLEH :

RIKI HIDAYAT

Di Bimbing Oleh :

Ir.Hj.T.Rusmawati,M.Si

KELAS : D

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2012/2012

KATA PENGANTANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PENGARUH ANGIN TERHADAP TANAMAN”

Makalah ini berisikan tentang bagaimana pengaruh angin terhadap tanaman, terutama di bidang
pertanian,tanaman sangat berpengaruh terhadap iklim. suhu, kelembaban udara, angin, air, radiasi
matahari merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita.

Pekanbaru, 7 april 2012


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang
lain seperti suhu, kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin akan
berpengaruh terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air
maka akan terbentuk awan. Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang banyak
mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat pula menurunkan suhu udara.

Angin dalam budidaya pertanian dapat berpengaruh langsung seperti merobohkan tanaman.
Namun pengaruh angin secara tidak langsung sangat komplek baik yang menguntungkan maupun
merugikan bagi tanaman. Dengan adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman
dan pembanihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi penyerbukan silang dan
penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Selain itu angin merupakan salah satu penyebar
hama dan patogen yang dapat mempertinggi serangan hama dan penyakit yang akan sangat
merugikan.

2. Rumusan masalah

 Apa pengertian angin?

 Apa pengaruh angin terhadap tanaman?

3. tujuan

Mengetahui manfaat & kerugian angin

Untuk mengetahiui Seberapa besar pengaruh angin pada tanaman

BAB II

Pembahasan
1. pengertian angin

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah yang mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah kecepatannya sedang
arahnya adalah darimana datangnya angin.

. Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada ketinggian
dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan angin merupakan faktor
yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup
oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena
itu, kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya.. Dalam mengukur
kecepatan angin terdapat istilah kecepatan angin rata-rata. Kecepatan angin rata-rata adalah jumlah
seluruh kecepatan angin pada saat pengamatan di bagi dengan jumlah pengamatan tanpa
memperhatikan arah angin.. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok.
Kecepatan angin dapat diukur dalam satuan meter per detik, kilometer per jam, atau knot

(1 knot– sekitar 0,5 m/s).

Arah angin diukur dalam satuan derajat yaitu utara 360°, selatan180°, timur 90°, barat 270°,
dan seterusnya. Beberapa contoh angin yang diberi nama sesuai dengan arah datangnya angin yaitu
angin darat adalah angin yang datang dari arah darat, angin laut adalah angin yang datang dari laut .

Pada permukaan bumi terdapat atmosfer yang diakibat perbedaan dalam menerima energi
matahari, maka dalam skala luas/global angin membentuk sirkulasi tertentu. Oleh karena itu maka
angin memiliki laju dan arah. Di samping angin yang bergerak dalam skala luas terdapat angin yang
terjadi di lokasi tertentu atau disebut angin lokal. Contoh dari angin lokal adalah angin laut dan angin
darat.

2. pengaruh angin terhadap tanaman


Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang optimum dimana
tanaman tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya, kelembaban udara yang berpengaruh
terhadap penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan daun, maupun pergerakan
awan, Membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga Membawa gas-gas yang
sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

*Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam penyerbukan tanaman.
angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga dan
pembenihan alamiah. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga
penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran
benih dan akan menimbulkan penyerbukan silang.

*Dari segi kerugiannya, angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya dalam Penyerbukan,
karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi. Dan juga dapat
menyebarkan hama penyakit seperti perkembangan jamur.

Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang sangat lembab
sangat menguntungkan bagi perkembangan jamur. Serangan patogen cenderung akan meluas bila
kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa patogen dipencarkan oleh angin.
Dari hasil penelitian Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu musim tanam
tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan kelembaban udara.
Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan kecepatan angin yang diikuti dengan
menurunnya kelembaban udara akan mendukung pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual
untuk memencarkan konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.

Selain sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi peningkatan jumlah luka pada
tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah.
Penyebaran penyakit yang sangat cepat dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung
atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena
hembusan keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang
diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka dan hal ini memungkinkan
terjadinya infeksi.

Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin karena jamur
membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai
ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun
spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara
yang paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya penyakit tertentu
hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan sering sangat pendek. Pada umumnya
spora akan mati karena kekeringan dan sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu,
sedangkan pada waktu mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang rentan.
Semakin cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh keberadaannya.

Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan lingkungan karena
adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar
tidak terjadi penyerbukan silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang
dapat dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang dapat
disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan arah
angin dapat sedikit dikendalikan seperti menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin
perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman
sejauh 150 – 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin. Dengan adanya
pematah angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman dapat sedikit ditekan sehingga
penyebaran patogen akan lebih kecil.

BAB III

Penutup

KESIMPULAN

Angin selain sebagai unsur cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kondisi disekitar tanaman.
Selain pengaruhnya banyak bermanfaat bagi tanaman, potensi kerugian tanaman yang disebabkan
adanya angin juga besar. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan terhadap lingkungan agar fungsi
angin lebih mengarah pada hal yang mendukung budidaya pertanian. Usaha pengelolaan angin di
lahan pertanian memang sangat sulit. Namun usaha masih dapat dilakukan walaupun hanya
berpengaruh kecil.

SUMBER RUJUKAN

Fahrizayusroh. 2010. Penyebaran Penyakit Melalui Angin.


http://fahrizayusroh.wordpress.com, [10 April 2010].

Tantawi, A. R. 2007. Hubungan Kecepatan Angin Dan Kelembaban Udara Terhadap Pemencaran
Konidium Cercospora Nicotianae Pada Tembakau.Agritrop, 26 (4) : 160– 167.
Tjasyono, B. 2004.Kli matologi . ITB: Bandung.

Kartasapoetra,Ance Gunarsih,Ir.,1993. “klimatologi pengaruh iklim terhadap tanah dan tanaman.


Jakarta:Bumi Aksara.

Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.

Posted by okta dwi wijaya at 02:09


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

2 comments:

1.

redi rusmana3 March 2014 at 21:22

suwun mas jay, tugas ku iki

Reply

2.

okta dwi wijaya11 November 2014 at 20:37

hahaha.....oyi podo2 tuu


Reply

Add commentLoad more...

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Google+ Followers

Search This Blog

Laman

 Beranda

Blog Archive

 ► 2015 (1)
o ► November (1)

 ▼ 2013 (7)
o ▼ November (7)
 PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN “ Rintangan - rinta...
 Stratifikasi sosial
 PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP TANAMAN
 TANAMAN C3-C4 DAN CAM
 makalah pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman
 PENGARUH ANGIN TERHADAP TANAMAN
 Perbedaan Tanaman Jenis C3, C4 dan CAM

About Me

Odiwa Eku
View my complete profile

Entri Populer
Subscribe To
 PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP TANAMAN
PAPER PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP
TANAMAN PENGERTIAN CAHAYA MATAHARI Cahaya Atom
matahari adalah sumber energi utama bagi... Posts

 TANAMAN C3-C4 DAN CAM


Atom
TANAMAN C3-C4 DAN CAM Berdasarkan tipe fotosintesis, Comments
tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3,
C4, dan CAM (crassulacea...
Total Pageviews
 PENGARUH ANGIN TERHADAP TANAMAN

PENGARUH ANGIN TERHADAP TANAMAN DI SUSUN 157,316


OLEH : RIKI HIDAYAT Di Bimbing Oleh : I r
.Hj.T.Rusmawati,M.Si KELAS : D UN...

 makalah pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman

makalah pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman BAB


I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Air merupakan
sumber kehidupan, tan...

 Stratifikasi sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari berbagai


perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi
kehidupan mereka yang menonj...

 Perbedaan Tanaman Jenis C3, C4 dan CAM

Perbedaan Tanaman Jenis C3, C4 dan CAM PERBEDAAN


TANAMAN C3, C4 DAN CAM TANAMAN C3 (DAUR
CALVIN) TANAMAN ...

 PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN “ Rintangan -


rintangan Mental Dalam Pembangunan Ekonomi di
Indonesia ”

MAKALAH PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN


"Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi
di Indonesia" Disusun Oleh:...

 Tanaman Kopi
Tanaman kopi ialah tanaman biji-bijian yang dimanfaatkan
buahnya. Secara umum buah kopi ini dimanfaatkan sebagai
minuman setelah diolah den...

Picture Window theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai