Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang bernilai ekonomi relatif tinggi karena sebagai bahan ekspor yang dapat

memberikan keuntungan bagi petani dan sebagai sumber devisa negara. Karena

nilai ekonomi kakao cukup signifikan dalam kontribusinya pada ekonomi rakyat

maka pengembangan kakao terus digalakkan baik aspek budidaya maupun

pascapanen.Tanaman kakao (Theobroma Cacao) merupakan salah satu komoditi

ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah, disamping permintaan

dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sector

agroindustri. Selain itu kakao merupakan komoditas perkebunan utama didunia.

Komoditas ini dicari karena merupakan bahan baku pembuatan cokelat. Biji kakao

yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan

aromanya seperti yang ada di pasaran sekarang. Banyak sekali produk dengan

bahan baku cokelat yang sangat familiar dengan kehidupan modern saat ini,

seperti kue cokelat, ice-cream cokelat, ataupun minuman cokelat. Salah satu kiat

sukses bertanam kakao adalah keberhasilan dalam pengendalian penyakit (Badan

Litbang Pertanian. 2007).

Ada beragam jenis penyakit dan hama yang menyerang kakao, Penyakit

merupakan suatu keadaan tanaman yang pertumbuhannya terganggu akibat

adanya organisme pengganggu. Dengan demikian untuk mempermudah user

menentukan penyakit serta solusi pengendalian dari ahli pakar tanaman kakao

1
diperlukan suatu kemampuan untuk membuat suatu aplikasi sistem pakar dalam

mendiagnosis penyakit tanaman kakao sehingga dapat menghasilkan kesimpulan

cara solusi pengendalian yang tepat.

1.2 Tujuan PKL (Praktek Kerja Lapangan)

Adapun tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah :

1. Agar dapat mengikuti Ujian Nasional dan kita bisa menambah ilmu dan

wawasan.

2. Sebagai sarana komunikasi Antara siswa SMK dengan Pembimbing yang

ada di lahan praktek.

3. Agar siswa bisa memahami dan memantapkan mengembangkan pelajaran

yang di dapatkan di sekolah atau di tempat PKL.

4. Kita juga bisa mengikuti potensi buat siswa setelah dihadapkan pada

berbagai masalah di lapangan.

5. Kita juga bisa meningkatkan suatu keterampilan kita untuk membentuk

kemampuan kita dalam melakukan hal yang ada di tempat PKL.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Kita bisa melihat tanaman yang belum pernah kita lihat dan kita dapat

mengetahui tanaman yang ada di tempat praktek.

2. Kita bisa bergaul dengan masyarakat meskipun kita bisa bersosialisasi

dengan masyarakat.

3. Kita bisa melihat tanaman yang belum pernah kita lihat dan kita dapat

mengetahui tanaman yang ada di tempat praktek.

4. Dan dapat menambah percaya diri untuk melakukan budidaya tanaman.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DESKRIPSI TANAMAN KAKAO

- Kingdom : Phyta

- Division : Spermatophyta

- Sub Division : Angiospermae

- Kelas : Dicotyledoneae

- Sub Kelas : Dialypetalae

- Ordo : Marvales

- Family : Sterculiaceae

- Genus : Theobroma

- Spesies : Theobroma Cacao L

2.2 BOTANI TANAMAN

a. Akar

Di samping untuk memperkuat berdirinya tanaman kakao, akar

tanaman ini berfungsi untuk menyerap air dan zat-zat makanan

yang terlarut di dalam air dari dalam tanah serta mengangkut air

dan zat-zat makanan ke tempat-tempat yang memerlukan. Tanaman

kakao mempunyai akar tunggang yang disertai dengan akar

serabut dan berkembang di sekitar permukaan tanah kurang lebih

sampai 30 cm. Pertumbuhan akar dapat mencapai 8 m ke arah

samping dan 15 m ke arah bawah. Ketebalan daerah perakarannya

30-50 cm. Pada tanah dengan permukaan air rendah, akar tumbuh

3
panjang, sedangkan pada kedalaman air yang tinggi dan tanah liat,

akar tidak begitu dalam dan tumbuh lateral dekat dengan permukaan

tanah.

b. Batang

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan

curah hujan dan kelembaban yang tinggi sehingga tanaman tumbuh

tinggi. Batang tanaman kakao tumbuh tegak, tinggi tanaman di kebun

pada umur 3 tahun dengan kisaran 1,8-3 m dan pada umur 12 tahun

mencapai 4,5-7 m sedangkan kakao yang tumbuh liar ketinggiannya

mencapai 20 m. Kakao yang diperbanyak dengan biji akan

membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer.

Letak pertumbuhan cabang- cabang primer disebut jorket

dengan ketinggian 1,2 - 1,5 m dari permukaan tanah. Jorket tersebut

tidak ditemukan pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif.

Tanaman kakao memiliki dua bentuk cabang, yaitu cabang

orthotrop (cabang yang tumbuh ke atas) dan cabang plagiotrop

(cabang yang tumbuh ke samping). Dari batang dan kedua jenis cabang

tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air atau wiwilan yang banyak

menyerap energi sehingga akan mengurangi pembungaan dan

pembuahan. Jorket merupakan tempat percabangan orthotrop ke

plagiotrop dengan sifat percabangan dimorfisme. Sudut arah

pertumbuhan cabang primer berkisar 45° dengan warna cokelat

muda sampai cokelat tua, permukaan beralur, keadaan bantalan

4
buah jelas, jarak antar bantalan buah 5-10 cm. Sudut arah

pertumbuhan cabang sekunder sekitar 60°, warna cokelat muda

sampai cokelat tua, alur permukaan kurang tegas sampai tegas

dengan jarak antar ketiak daun 2-5 cm.

c. Daun

Daun Warna flush bervariasi dari kecokelatan, cokelat, cokelat

kemerahan, merah kecokelatan, kemerahan, merah, merah muda,

merah cerah, merah tua, dan kuning kemerahan. Daun muda

berwarna kuning, kuning cerah, cokelat, merah kecokelatan, hijau

kecokelatan, hijau kemerahan, dan hijau, panjang daun 10-48 cm dan

lebar antara 4-20 cm. Permukaan atas daun tua hijau dan

bergelombang, sedangkan permukaan bawah daun tua berwarna

hijau muda, kasar, dan bergelombang. Daun kakao merupakan daun

tunggal (folium simplex), pada tangkai daun hanya terdapat satu

helaian daun. Tangkai daun (petiolus) berbentuk silinder dan

bersisik halus (tergantung pada tipenya), pangkal membulat, ujung

runcing sampai meruncing dengan panjang ± 25–28 mm dan

diameter ± 3-7,4 mm. Warna tangkai daun bervariasi, yaitu

hijau, hijau kekuningan, dan hijau kecokelatan. Bangun daunnya bulat

memanjang (oblongus). Ujung daun (apex folii) meruncing

(acuminatus) dan pangkal daun (basis folii) berbentuk runcing

(acutus), kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang daun

sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya di puncak

5
daun yang membentuk sudut lancip. Tepi daun (margo folii) rata

(integer) sampai agak bergelombang, daging daun tipis tetapi kuat

seperti perkamen. Susunan tulang daun (nervatio) menyirip

(penninervis), hanya mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan

dari pangkal ke ujung daun dan merupakan terusan dari tangkai

daun, alur tulang daun tampak jelas.

d. Bunga
Letak sebaran bunga dan buah pada batang dan cabang atau

bersifat cauliflora. Bunga kakao terdapat hanya sampai cabang

sekunder. Bunga kecil dan halus berwarna putih sedikit ungu

kemerahan dan tidak berbau, diameter bunga 1 - 2 cm. Bunga

kakao tergolong bunga sempurna terdiri dari daun kelopak (calyx)

sebanyak 5 helai berwarna merah muda dan benang sari (androecium)

berjumlah 10 helai. Panjang tangkai bunga 2 - 4 cm. Warna

tangkai bunga beragam dari hijau muda, hijau, kemerahan, merah

muda, dan merah. Dalam keadaan normal, tanaman kakao dapat

menghasilkan bunga sebanyak 6000– 10.000 per tahun dan hanya

sekitar 5% yang dapat menjadi buah.Bunga tidak menghasilkan

nektar dan tidak memiliki aroma (Cheeseman, 1932; Urquhart, 1961).

Namun demikian, menurut Stejskal (1969) ada dua jenis nektar

mikroskopis, yaitu (1) multiseluler silinder dengan ukuran 60-450

mikron yang terdapat pada tangkai bunga, sepal, dan ovarium, dan (2)

uniselular kerucut dengan ukuran 20-25 mikron yang terletak di

6
garis antara kelopak dan staminod. Nektar tersebut memiliki bau

yang menarik bagi nyamuk jantan dan serangga lepidopterous.

Rumus bunga kakao adalah K5 C5 A(5 0 + 5 2) G (5), artinya bunga

tersusun dari 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun

mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran,

masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran

yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga tanaman kakao

dibedakan menjadi 2: (1) bersifat self fertil atau self compatible, yaitu

tanaman kakao yang berbunga dapat dibuahi oleh serbuk sari dari

bunga tanaman itu sendiri, dan (2) bersifat self steril atau self

incompatible, yaitu kakao yang berbunga hanya dapat dibuahi oleh

serbuk sari dari bunga klon lainnya. Self incompatible tersebut

merupakan ketidakmampuan tanaman kakao yang fertil dan biseksual

untuk menghasilkan zigot setelah penyerbukan sendiri.

Inkompatibilitas biasanya di bawah kontrol genetik yang kuat

oleh hanya beberapa lokus gen. Genotipe dari dua tanaman pada

lokus-lokus tertentu menentukan apakah satu perkawinan

memungkinkan atau tidak. Jadi bukan hanya selfing yang tertolak

melainkan juga penyerbukan silang tertentu.Inkompatibilitas

mencegah serbuk sari untuk berkecambah pada kepala putik atau

memperlambat pertumbuhan tabung serbuk sari melalui tangkai putik.

Sistem inkompatibilitas pada tanaman kakao sangat kompleks dan

melibatkan beberapa lokus gen. Baik lokus yang sporotifik maupun

7
gemetofitik self- incompatibility ada pada tanaman kakao Tanaman

yang self-fertile maupun self-infertile dari T. cacao telah

ditemukan. Self- inkompatibility mendominasi populasi alam

di dua tipe inkompatibilitas yang berbeda tersebut secara

fundamental dibedakan berdasarkan efek lokus-lokus gen

inkompatibilitas. Gen dari mikrogametofit, yaitu serbuk sari

menentukan apakah serbuk sari dapat berkecambah dan tabung

serbuk sari normal pada kasus inkompatibilitas gametofitik.

Inkompatibilitas sporofitik merupakan reaksi inkompatibilitas yang

tergantung pada genotipe tanaman induk serbuk sari. Seluruh serbuk

sari dari suatu tanaman selalu menunjukkan reaksi inkompatibilitas

yang sama pada kasus sporofiti self-incompatibility. Tetapi tidak

demikian pada sistem yang gametofitik Bunga kakao membuka pagi

hari (sekitar fajar) dan kepala sari pecah sebelum matahari terbit.

Putik biasanya diserbuki 2 sampai 3 jam kemudian dari saat

matahari terbit sampai matahari terbenam (Cheeseman, 1932).

Putik reseptif pada semua bagian, tidak hanya di bagian puncak

saja seperti pada kebanyakan bunga (Sumner, 1962).

Penyerbukan yang terbaik adalah tengah hari dan umumnya terjadi

dengan bantuan lebah (Hymenoptera), kupu-kupu/ngengat

(Lepidoptera), dan lalat kecil pengusir hama (Diptera).

8
e. Buah dan biji

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada

dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak

putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang

ketika muda berwarna merah, setelahmasak berwarna jingga.Kulit buah

memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling.

Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas, kulit buahnya tebal

tetapi lunak dan permu-kaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forastero,

permukaan kulit halus; tipis, tetapi liat. Buah akan masak setelah berumur

enam bulan. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah.

Jumlahnya beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah. Jika dipotong

melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling

melipat dan bagian pangkalnya menempel pada poros lembaga

(embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk

tipe forastero. Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna

putih, rasanya asam manis dan diduga mengandung zat penghambat

perkecambahan.

2.3 SYARAT TUMBUH

a. Iklim

1. Curah Hujan

Distribusi curah hujan sepanjang tahun curah hujan 1.100-3.000

mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun kurang

baik karena berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah. Daerah

9
yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih

dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air

yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima

tanaman dari curah hujan. Dari segi tipe iklim, kakao sangat ideal ditanam

pada daerah-daerah tipenya iklim A (menurut Koppen) atau B (menurut

Scmidt dan Fergusson). Di daerah-daerah yang tipe iklimnya C

(menurut Scmidt dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao

karena bulan keringnya yang panjang. Dengan membandingkan curah hujan

di atas dengan curah hujan tipe Asia, Ekuator dan Jawa maka secara

umum areal penanaman kakao di Indonesia masih potensial untuk

dikembangkan. Adanya pola penyebab curah hujan yang tetap akan

mengakibatkan pola panen yang tetap pula.

2. Suhu

Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air,

sinar matahari dan kelembaban. Faktor- faktor tersebut dapat dikelola

melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Suhu sangat

berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan

daun. Menurut hasil penelitian, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah

o o o o
30 –32 C (maksimum) dan 18 -21 C (minimum). Kakao juga dapat

o
tumbuh dengan baik pada suhu minimum 15 C per bulan. Suhu ideal

o
lainnya dengan distribusi tahunan 16,6 C masih baik untuk pertumbuhan

kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang. Berdasarkan

10
o o
keadaan iklim di Indonesia suhu 25 -26 C merupakan suhu rata-rata

tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu daerah-daerah tersebut sangat

o
cocok jika ditanami kakao. Suhu yang lebih rendah dari 10 C akan

mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju

pertumbuhannya berkurang. Suhu yang tinggi akan memacu pembungaan,

tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika

o o
berlangsung pada suhu 23 C. Demikian pula suhu 26 C pada malam

hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada suhu

o o
23 -30 C. Suhu tinggi selama kurun waktu yang panjang berpengaruh

terhadap bobot biji. Suhu yang relative rendah akan menyebabkan biji

kakao banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dibandingkan dengan

suhu tinggi. Pada areal tanaman yang belum menghasilkan, kerusakan

tanaman sebagai akibat dari suhu tinggi selama kurun waktu yang

panjang ditandai dengan matinya pucuk. Daun kakao masih toleran sampai

o
suhu 50 C untuk jangka waktu yang pendek. Suhu yang tinggi tersebut

menyebabkan gejala nekrosis pada daun.

3. Sinar Matahari

Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis

yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi

pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan

mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek.

11
Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk

mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks luas daun optimum.

Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun

rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya

pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya

di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada

pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya

matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang

lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak.

b. Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal

persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan

dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar bahan

organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan

sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah

kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan

konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik

yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.

1. Sifat kimia tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang

memiliki pH 6-7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4;

paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya

ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada

12
pH rendah. Di samping faktor kemasaman, sifat kimia tanah yang juga

turut berperan adalah kadar bahan organik. Kadar bahan organik

yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa

sebelum panen. Untuk itu bahan organik pada lapisan tanah setebal 0-15

cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75

persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur

tanah yang gembur. Usaha meningkatkan kadar bahan organik dapat

dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun

pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun

daun gliricidia yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg

per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1

kg per ha. Kulit buah kakao sebagai bahan organik sebanyak 900 kg per

ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg

MOP, dan 8 kg kieserit. Sebaiknya tanah-tanah yang hendak ditanami

kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8

me/100 gram contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 me/100 gram, pada

kedalaman 0-15cm.

2. Sifat fisik tanah

Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat

berpasir dengan komposisi 30-40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20

persen debu. Susunan demikian akan mem-pengaruhi ketersediaan air

dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat

yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga

13
menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latosol dengan fraksi liat yang

tinggi ternya-ta sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan

tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung

kerikil masih baik bagi tanaman kakao.Tanaman kakao menginginkan

solum tanah minimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu

mendukung pertum-buhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat

dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.

Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu

mencip-takan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang.

Karena itu, kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang

mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk

itu kedalaman air tanah disyaratkan minimal 3 meter.

Kriteria pH tanah digolongkan menjadi :

- pH 4 – 4,5 = amat sangat asam

- pH 5 – 5,5 = amat asam

- pH 5,5 -6 = asam sedang

- pH 6,0 – 7,0 = sedikit asam

- pH 7,0 = netral

- pH 7,0 -8,5 = alkalis sedang

- pH 8,5 -9,0 = alkalis kuat

3. Kedalaman tanah

Di samping faktor fisik di atas, kakao juga menginginkan solum

tanah minimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu

14
medukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan

pedoman umum untuk mendukung pertumbuh-an kakao. Kedalaman

efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan

kondisi yang menjadikan akar bebas berkembang. Karena itu, kedalaman

efektif dapat berkaitan juga dengan air tanah yang mempengaruhi

aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu

kedalaman air tanah yang disarankan minimal 3 m. Faktor kemiringan

lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Semakin miring suatu

areal, semakindalam pula air tanah yang dikandungnya. Pembuatan

teraspada lahan yang kemi-ringanya 8 persen dan 25 persen, masing-

masing dengan lebar 1 m dan 1,5 m. Sedangkan lahan yang

kemiringannya lebih dari 40 persen sebaiknya tidak ditanami kakao. Di

samping faktor terbatasnya air tanah, hal itu juga didasarkan atas

kecenderungan yang tinggi tererosi.

c. Daerah

Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung

fosfor antara 257-550 ppm pada berbagai kedalaman (0-127,5 cm),

dengan persentase liat dari 10,8- 43,3 persen; kedalaman efektif 150

cm; tekstur rata-rata 0- 50 cm > SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari

permukaan tanah150 cm; pH-H2O (1:2,5) = 6-7; bahan organik 4 persen;

KTK rata-rata 0-50 cm > 24 me/100 gram; kejenuhan basa rata- rata 0-50

cm > 50%. Tanah yang digunakan untuk pertanaman kakao dapat

dikelompokkan manjadi 4 kelompok berdasarkan sifat fisik dan

15
kimianya. Keempat kelompok tersebut adalah: (1) tanah-tanah yang

sesuai, (2) cukup sesuai, (3) kurang sesuai, dan (4) tidak sesuai dengan

menetapkan sebaran tingkat pembatas sifat fisik dan kimia tanah,

penerapan kriteria tanah tersebut dapat dijadikan pedoman umum bagi

rencana penanaman suatu areal apakah sesuai atau tidak bagi

pertanaman kakao.

16
BAB III

PELAKSANAAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di laksanakan mulai tanggal 26 Juli

2023 sampai dengan 26 September 2023 bertempat di PT. OFI Kabupaten Sigi

Provinsi Sulawesi Tengah.

Jalan : Jl. Raya Palu Gimpu

Desa : Watukilo

Kecamatan : Kulawi Selatan

Kabupaten : Sigi

Provinsi : Tengah

3.2 KEGIATAN-KEGIATAN

A. Kegiatan Tehnik Budidaya

Adapun kegiatan- kegiatan teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Pada

budidaya tanaman kakao yang ada pada kegiatan PKL di PT.OFI adalah :

1. Pengendalian Penyakit Tanaman Kakao

a. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora)

b. Penyakit Jamur Upas (Upasia salmonicolor)

c. Penyakit Kanker Batang Tanaman Kakao

d. Penyakit Vsd (Vaskular Streak Dieback)

2. Pengendalian Hama Tanaman Kakao

a. Ulat Jaran (Dasychira inclusa)

b. Kutu Putih (Pseudococcus Lilacinus)

17
c. Ulat Kilan (Hyposidea infixaria)

d. Ulat Matahari (Parasa lepida dan Ploneta diducta)

e. Kakao Mot atau Lalat Buah (Acrocercops cranerella)

f. Pengerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)

g. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp)

1. Pengendalian Penyakit Tanaman Kakao

a. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora)

(Gambar 1. Busuk Buah Kakao)

Buah kakao yang terserang penyakit ini akan terdapat bercak berwarna cokelat

kehitaman dari ujung hingga pangkal buah.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi kebun,

melakukan kultur teknis, atau juga dapat dengan cara menyemprotkan fungisida

setiap 2 minggu sekali atau juga bisa dengan cara penggunaan klon yang tahan

terhadap hama dan penyakit.

b. Penyakit Jamur Upas (Upasia salmonicolor)

18
(Gambar 2. Jamur Upas)

Penyakit jamur ini menyerang bagian batang dan cabang tanaman kakao.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mengoleskan pestisida

pada bagian batang atau cabang yang terserang, melakukan penyemprotan

pestisida, melakukan pemangkasan, atau dengan memangkas bagian batang atau

cabang yang terserang kemudian membakarnya.

c. Penyakit Kanker Batang Tanaman Kakao

(Gambar 3. Kanker Batang)

19
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Phythotora palmivora yang

penyerang bagian batang dan cabang tanaman kakao. Tanaman kakao yang

terserang penyakit ini akan memiliki bercak hitam pada bagian batang atau

cabang, kemudian bercak tersebut membusuk.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kelembapan

kebun.

d. Penyakit Vsd (Vaskular Streak Dieback)

(Gambar 4. Vsd (Vaskular Streak Dieback)

Penyakit pada tanaman kakao ini disebabkan oleh infeksi cendawan

Oncobasidium theobromae. Penyakit ini menyerang tanaman pada fase

pembibitan hingga produksi. Biasanya serangan penyakit ini dimulai pada bagian

pucuk ranting tanaman kakao. Apabila terserang penyakit ini maka daun kakao

akan menguning dan memiliki bercak berwarna hijau muda dan mengalami

kerontokan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melepaskan

predator alami untuk penyebab penyakit ini yaitu Trichoderma.

20
2. Pengendalian Hama Tanaman Kakao

a. Ulat Jaran (Dasychira inclusa)

(Gambar 5.Ulat Jaran “Dasychira inclusa”)

Hama yang menyerang tanaman kakao ini merupakan anggota dari familiki

Limanthriidae. Hama ini memiliki bulu gatal pada bagian dorsal mirip seperti

rambut pada leher kuda.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan melepaskan predator alami ulat ini

yaitu Apanteles mendosa dan Carcelia spp atau juga dapat dengan melakukan

penyemprotan menggunakan insektisida kimia.

b. Kutu Putih (Pseudococcus Lilacinus)

(Gambar 6.Kutu Putih“Pseudococcus Lilacinus”)

21
Hama yang satu ini menyerang buah kakao yang masih kecil, bagian buah yang

pertama adalah bagian pangkal buah selanjutnya menjalar kebagian buah lainnya,

buah yang terserang hama ini akan memiliki pertumbuhan yang terhambat

kemudian buah tersebut kering dan mati.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara memangkas bagian yang

terserang hama lalu membakarnya, bisa juga dengan melepaskan predator

alaminya seperti Scymus sp, semut hitam atau parasit Coccophagus preudococci,

atau bisa juga dengan menyemprotkan bahan kimia.

c. Ulat Kilan (Hyposidea infixaria)

(Gambar 7.Ulat Kilan“Pseudococcus Lilacinus”)

Ula Kilan (Hyposidea infixaria) merupakan hama yang termasuk dalam famili

Geometridae. Hama ini menyerang pada saat tanaman berumur sekitar 2 hingga 4

bulan, ham ini memakan daun muda tanaman kakao dan yang disisakan hanya

bagian tulang daunnya saja.

22
d. Ulat Matahari (Parasa lepida dan Ploneta diducta)

Gambar 8.Ulat Matahari“Parasa lepida dan Ploneta diducta”)

Ulat matahari merupakan hama yang menyerang pada bagian daun muda, kuncup

daun dan juga bunga kakao yang masih muda. Spesies ulat matahari yang sering

menyerang tanaman kakao yaitu Parasa lepida dan Ploneta diducta.

e. Kakao Mot atau Lalat Buah (Acrocercops cranerella)

Gambar 9. Kakao Mot atau Lalat Buah (Acrocercops cranerella)

Hama ini merupakan anggota dari famili Lithocolletidae. Hama ini menyerang

bagian buah, buah kakao yang diserang adalah kakao yang masih muda. Buah

23
yang terserang hama ini akan memiliki kulit buah berwarna kuning pucat, biji

tidak mengembang dan juga lengket.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi kebun,

menyelumbungi buah dengan plastik atau yang lainnya dengan bagian bawah

terbuka, melepaskan predator alami hama ini seperti semut hitam dan juga jamur

antagonis Beauveria bassiana dengan cara di semprotkan.

f. Pengerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)

Gambar 10. Penggerek Kakao Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)

Hama ini biasanya menyerang buah yang memiliki panjang sekitar 8 cm, buah

yang terserang akan memiliki belang kuning hijau atau kuning jingga, terdapat

lubang bekas keluar larva, biji kecil saling melekat dan berwarna hitam, saat buah

di goyang maka tidak berbunyi.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemangkasan,

mengatur waktu panen, melakukan penyelumbungan buah, atau juga dapat

menyemprotkan insektisida.

24
g. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp)

Gambar 11. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp)

Buah kakao yang terserang hama ini akan memiliki bercak cekung dengan warna

cokelat kehitaman dan ukurannya sekitar 2 hingga 3 mm, biasa nya bercak itu

berada pada ujung buah. Buah yang terserag hama ini kemudian akan kering dan

mati, apabila hama ini menyerang ranting atau pucuk daun maka daun serta

ranting akan layu, kering kemudian meranggas.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida,

melepaskan predator alaminya yaitu semut hitam.

B. Integrasi dan Partisipasi Masyarakat (IPM)

Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bertempat di

PT. OFI, peserta selain melaksanakan kegiatan praktek juga melakukan

Integrasi dan Partisipasi dengan masyarakat (IPM) setempat.

Adapun IPM ini bertujuan untuk :

25
- Melatih diri untuk berkomunikasi dengan Pembimbing dan karyawan

dalam kegiatan PKL di PT. OFI.

- Mengembangkan bakat dan minat siswa.

- Turut membantu dan melaksanakan kegiatan Karyawan dan

pembimbing selama berada di lokasi PKL PT OFI.

Adapun jenis-jenis kegiatan tersebut antara lain :

- Membantu karyawan PT. OFI dalam Perbaikan tempat pembibitan

kakao.

- Membantu karyawan PT. OFI dalam pembuatan estimasi kakao.

- Membantu karyawan PT. OFI dalam kegiatan sanitasi lahan dan

pemangkasan, membersihkan gulma pada tanaman kakao bersama

rekan siswa-siswi dan pembimbing di PT. OFI.

- Turut membantu dan melaksanakan kegiatan sambung samping,

sambung pucuk dan pemupukan tanaman kakao selama berada dilokasi

PKL.

26
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.OFI

Kecamatan Kulawi Selatan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah maka

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyakit tanaman utama pada tanaman kakao antara lain : Penyakit Busuk

Buah (Phytophthora palmivora), Kanker Batang, Vascular Streak Dieback

(VSD), Jamur Upas, Penyakit Antraknose. Pengendalian penyakit tanaman

kakao ini berbeda, tiap pengendalian penyakit harus dilakukan secara

benar dengan berpedoman dengan konsep PHT.

2. Untuk menanggulangi serangan penyakit busuk buah kakao yang

disebabkan oleh P.palmivora disarankan pengendalian penyakit ini

dilakukan pada buah berumur 1 bulan. Perlunya perhatian khusus terutama

bagi petani terhadap penyakit busuk buah kakao karena dapat

menyebabkan kerugian produksi.

b. Saran

Adapun dalam pelaksanaan Prektek Kerja Lapangan (PKL) beberapa

hal yang perlu diperhatikan :

1. Teknik Pengendalian Hama dan Pemyakit Pada Budidaya Tanaman Kakao

yang telah di ajarkan oleh PT. OFI sebaiknya di terapkan di daerah

selawesi tengah dan khususnya di kulawi Tengah kabupaten sigi.

27
2. Pada pelaksanaan PKL yang akan datang sebaiknya dilaksanakan di

PT.OFI.

3. Alangkah baiknya PKL tahun berikutnya lebih kompak dan di siplin.

4. Sebaiknya PKL untuk tahun berikutnya di laksanakan mulai mulai dari

bulan September.

28
DAFTAR PUSTAKA

Jenis-jenis Penyakit hama (arti). URL:http://pedoman Pengendalian

Hama.go.id. Sumber :Google.com

Badan Litbang Pertanian. 2007. Prospek dan Arah

Pengembangan Agribisnis Kakao. Ed II.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu

Kakao Nasional. Bahan presentasi Dirjenbun pada bulan Nopember

2008

Cheeseman, 1932 ,Urquhart, 1961. Modern Insecticide and Work Production

Kakao. University of California Chapman & Hall Ltd. 296 p

Sumner, 1962. Exploring Landsat ”. Kakao Journal of IT, Engineering and

Applied Sciences Research (IJIEASR).

Urquhart, 1961. Modern Insecticide and Work Production Kakao. University

of California Chapman & Hall Ltd. 296 p

29
LAMPIRAN 1

JURNAL KEGIATAN

30
LAMPIRAN-LAMPIRAN

31
32

Anda mungkin juga menyukai