KUNJUNGAN
LAPANG KE
PERKEBUNAN K
AKAO
Diposkan pada 2 Maret 2016 oleh ayuningkarimah
I. PEN
DAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kakao merupakan tanaman tahuna yang diambil bijinya untuk dimanfaatkan
menjadi bahan olahan makanan seperti cokelat. Meski bukan tanaman asli
Indonesia, tanaman kakao sudah berkembang di Indonesia. Perkebunan kakao yang
ada di Indonesia sebagian besar di kelola oleh perkebunan rakyat.
Meskipun sebagian besar perkebunan kakao di kelola oleh rakyat, produktifitas dan
kualitas kakao masih kurang baik. Hal tersbut dapat disebabkan karena
pemeliharaan yang kurang terjadwal, dan pengolahan pasca panen yang belum
baik. Meskipun begitu, tidak semua perkebunan rakyat menghasilkan kakao yang
kurang baik dan tidak berkualitas.
Beberapa faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan panen kakao adalah benih
atau bibit yang ditanam, proses pemeliharaan yang dilaksanakan. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi kualitas kakao olahan adaah pengolahan pasca penen,
misalnya proses fermentasi dan pengeringannya.
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai budidaya kakao mulai dari penyiapan
bahan tanam, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen
hingga pasca penen kakao.
B. TUJUAN
Tujuan kunjungan lapang ini adalah:
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Steruliaceae
Marga : Theobroma
Tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji, setelah mencapai 0,9-1,5 meter
akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette). Jorket merupakan tempat
perubahan pola percabangan dari tipe ortotrop ke plagiotrop. Pembentukan jorket
didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruas-ruasnya
tidak memanjang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3-6 cabang
yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk 0-60º dengan arah
horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang plagiotrop).
Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral (fan)
sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun.
Jika dibudidayakan di kebun, pada umur tiga tahun, tinggi tanaman ini dapat
mencapai 1,8-3 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5-7 m. Tinggi
tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor
tumbuh yang tersedia.
2. Daun
Helai daun tanaman kakao dapat berbentuk bulat memanjang (oblongus), ujung
daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang
daun menyirip dan menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata,
daging daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa hijau tua tergantung pada
kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. permukaan daun
licin dan mengkilap.
Daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daun
panjangnya 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya
sekitar 2,5 cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan bersisik halus. Salah satu sifat
khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di
pangkal dan ujung tangkai daun.
Pertumbuha daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak tetapi berkala.
Masa tumbuh tunas-tunas baru dinamakan pertunasan atau flushing. Setiap tunas
membentuk 3-6 lembar daun sekaligus. Setelah masa bertunas selesai, kuncup-
kuncup daun kembali dorman (istirahat) selama periode tertentu. Kuncup-kuncup
akan bertunas lagi oleh rangsangan faktor lingkungan.
3. Akar
Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya segian besar akar
lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah pada kedalaman (jeluk)
0-30 cm. Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat , laju
pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk mencapai panjang 50 cm
diperkirakan memakan waktu 2 tahun. 56% akar lateral kakao tumbuh pada jeluk
0-10 cm, 26% pada jeluk 1-20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm dan 4% tumbuh pada
jeluk di atas 30 cm dari permukaan tanah. jangkauan jelajah akar lateral jauh di
luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya
ruwet.
4. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari
bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin memebesar dan menebal atau bisa disebut dengan bantalan
bunga (chusion). Bunga kakao mempunyai rumus . Artinya, bunga kakao disusun
oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari
tetapi hanya 1 lingkaran yang fertile dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat
pada benang dari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.
Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). daun mahkota panjangnya 6-8 mm,
terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binantang dan
biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel
dan berwarna putih.
5. Buah
Buah yang ketika muda berwarna hijau ketika masak berwarna kuning. Ada juga
varietas kakao yang apabila muda kulit buahnya berwarna merah, ketika masak
berwarna orange. Buah kakao akan masak setelah berumur 5-6 bulan. Warna
kotiledon kakao ada yang berwarna putih (pada jenis Criollo) dan ada yang
berwarna ungu (pada enis forester).
Kulit buah kakao memeiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-
seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal
tetapi lunak dan permukaannya kasar. Pada tipe forastero, permukaan kulit buah
umumnya halus, kulitnya tipis tetapi keras dan liat.
6. Biji
Jumlah biji kakao dalam satu buah beragam, yaitu berkisar 20-50 butir. Biji
tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jika dipotong melintang,
tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian
pangkalnya menempel di poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih
untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forstero.
Biji kakao dibungkus oleh daun buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam
manis dan mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging
buah terdapat kulit biji yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio. Biji
kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya mengandung zat
penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang biji berkecambah di dalam
buah yang terlambat dipanen karena daging buahnya telah kering (Puslitkoka,
2010).
Sedangkan fisiologi pada tanaman kakao diantaranya yaitu kakao memiliki laju
fotorespirasi tinggi yaitu 20%-50% dari hasil total fotosintesis. Fotorespirasi
meningkat seiring naiknya laju suhu udara. Tidak seperti fotosintesis, fotorespirasi
tidak menghasilkan energy bermanfaat bagi tanaman. Sehinga tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Upaya menekan laju fotorespirasi fotorespirasi identic
dengan upaya meningkatkan produktivitas.
III. MET
ODE
PRAKTIKUM
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam kunjungan lapang ke perkebunan kakao ini adalah
pertanaman kakao dan pabrik pengolahan kakao.
B. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja dalam kunjungan lapang ke perkebunan kakao ini adalah:
Batang atau cabang yang dipangkas adalah cabang yang sudah tidak produktif lagi.
Pemangkasan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menggantikan posisi
percabangan yang rusak supaya sempurna kembali. Sedangkan tunas air dipelihara
untuk mengganti percabangan yang rusak. Untuk pewiwilan, dilakukan setiap
bulan sebanyak dua rotasi yaitu pada awal bulan hingga pertengahan dan
pertengahan bulan hingga akhir bulan.
Varietas yang digunakan oleh perkebunan kakao ini adalah varietas criollo dan
varieatas forestero. Criollo mempunyai ciri-ciri berwarna merah ketika masih
muda dan ketika sudah matang berwarna jingga. Daging buahnya lebih tipis dan
produksinya lebih tinggi dari pada forestero. Varietas ini kurang tahan terhadap
hama dan penyakit. Sedangkan forestero kulit buahnya berwarna hijau ketika
masih muda dan buah yang sudah matang, kulit luarnya berwarna kuning. Dan
kulit buahnya tebal. Sebenarnya ada juga varietas trinitario yang merupakan hasil
persilangan forester dan criollo, namun jumlahnya sangat sedikit.
Pada mulanya bibit kakao di perkebunan ini diperoleh dari Longsum Sumatera
yang merupakan benih/bibit turunan pertama. Penyemaian di perkebunan ini
dilakukan pada tahun 1992.
Untuk teknik penyemaiannya, langkah pertama yaitu memilih buah yang akan
dijadikan benih. Buah yang dipilih adalah buah yang berada di dekat cabang
primer. Selanjutnya bagian biji yang akan disemai dipotong. Buah kakao dipotong
di bagian ujung dan pangkal masing-masing sepertiga bagian, dan biji pada bagian
tengah yang akan dipakai sebagai benih. Kemudian biji digosok dengan abu gosok
lalu dan dibuang kulit arinya lalu disemai.
Benih disemai di atas karung yang sudah dairi baru kemudian benih diletakkan di
atas karung tersebut. Setelah itu, benih ditutp karung lagi. Selanjutnya ketika sudah
mucul akar dan berkecambah, bibit dipindah ke polybag. Sebelum dipindah, tanah
di dalam polybag harus dalam keadaan lembab baru di tanam setengahnya dalam
tanah di polybag. Selama dalam di polybag, dilakukan penyiraman dua kali sehari
pemeliharaan sebanyak dua kali sebulan. Biasanya hama yang sering terdapat pada
tanaman kakao di fase ini adalah belalang, semut, tungau, rayap dan lain-lain.
Setelah disemai, bibit dipindah dengan kriteria yaitu tingginya sudah mencapai 50
cm sampai 1 m, tidak dalam kondisi plus, bebas hama penyakit. Sebelum menanam
di bentuk pancang lubang berukuran 2m x 2,5 m atau 2 m x 3 m, 3 x 3 atau 4 x 4
disesuaikan luas lahannya.
Penyulaman biasanya dilakukan apabila ada bibit yang tidak tumbuh. Maka, pada
saat pembibitan jumlah benih yang ditanam di persemaian harus dilebihkan sekitar
5% dari jumlah benih yang akan ditanam untuk mengantisipasi adanya bibit yang
tidak tumbuh dengan baik atau mati. Kegiatan penyulaman biasanya dilakukan
pada saat bibit berumur 5 bulan sampai 1 tahun.
Penyiangan dilahan ada 2 macam yang pertama yaitu hiding atau penyiangan
secara manual dengan cara dicabut atau menggunakan cangkul, sabit, parang dan
sebagainya. Penyiangan biasanaya dilakukan sebulan setelah penanaman di lahan.
Penyiangan ini rutin dilakukan setiap bulan. Penyiangan yang kedua yaitu
penyiangan secara chemisatau secara kimia menggunakan herbisida berbahan
kimia. Penyiangan secara kimia ini dilakukan sebelum pemupukan. Untuk gulma
berdaun sempit seperti alang-alang, herbisida yang digunakan adalah round up, top
star. Sedangkan untuk gulma berdaun lebar menggunakan herbisida jeis biosap.
Dalam kegiatan pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk pabrikan, bukan
pupuk organik seperti Urea, MOP, RP atau dolomit. Dalam setahun, pemupukan
dilakukan sebanyak dua kali yaitu awal bulan (Januari, Februari atau Maret) dan
akhir tahun (misalnya November). Dosis pemupukan disesuaikan dengan dosis
anjuran yang tertera dalam kemasan pupuk.
Hama penyakit yang meyerang selama tanaman berada di lahan yaitu Helopeltis
(penghisap buah), siosera, phitoptorak, koletrotikum, kalpesium, apogonia dan
beberapa hama sepert, tikus yang menyebabkan hasil buah menjadi menurun
kualitasnya.
Tanaman kakao ini baru dapat berproduksi setelah berumur 4 tahun setelah tanam.
Dalam setahun, untuk dapat berbuah, tanaman kakao membutuhkan waktu selama
enam bulan. Pada umumnya panen raya kakao terjadi sekitar bulan Juli, Agustus
atau September. Pada masa-masa ini, kakao dapat dipanen tujuh hari sekali.
Sedangkan panen terendah terjadi sekitar Desember, Januari atau Februari. Interval
waktu panen pada saat low crop yaitu 10 hari. Luas lahan perkebunan kakao ini
sekitar 227 hektar. 110 hektar merupakan lahan konservasi artinya tanahnya dapat
ditanami tanam berkayu seperti pohon jati atau mahoni dan sebagainya. Sisanya
yaitu berupa lahan produktif dengan luas sekitar 111,6 hektar.
Dalam satu tahun, perkebunan kakao ini mampu menghasilkan Biji Cacao Basah
(BCB) sebanyak 31 ton. Namun jumlah ini termasuk kurang maksimal karena
banyak pohon yang terserang hama, sehingga produktivitas pohon berkurang.
Cara pemanenan kakao yaitu dengan cara memotong tangkai dimana kakao
melekat, bukan dengan cara diuntir atau diputar menggunakan tangan. Namun
tangkai yang dipotong tersebut harus disisihkan artinya tidak dipotong semua. Hal
tersebut bertujuan agar tangkai yang terpotong tersebut bisa menjadi bakal tumbuh
tunas baru sehingga setelah panen tangkai tetap terawat dan tidak rusak atau mati.
Pemotongan kakao pada tangkai dilakukan menggunakan pisau panen, semakin
tinggi posisi kakao yang harus diambil, maka pisau panennya juga semakin
panjang ada yang berukuran 2 m; 2,5 m; 3 m; 3,5m dan 4 m sesuai dengan tinggi
pohon.
Rendemen kakao biasanya sekitar 25%. Sedangkan pada musim kemarau
rendemennya berkisar antara 30%-35%. Rendemen kakao ketika musim kemarau
biasanya tinggi. Sedangkan pada musim hujan rendmennya turun. Pada bulan
basah biasanya hasil buahnya lebih jelek dari pada hasil di musim kemarau, karena
kadar airnya tinggi.
Pemupukan diberikan di sekitar tajuk tanaman dengan cara dibenam. Kulit kakao
yang dikupas dibiarkan saja. Biasanya ada petani yang mengambil untuk pakan
ternak, sedangkan cangkangnya digunakan untuk kayu bakar.
Sensus produksi biasanya dilakukan setiap bulan, setiap minggu, atau bahkan
harian. Kegiatan tersebut sebelumnya sudah dirapatkan terlebih dahulu oleh
pimpinan. Setiap bulan dilakukan pewiwilan, pangkas bentuk, pangkas
pemeliharaan dan panen.
Untuk proses pengendalian hama dan penyakit misalnya tupai atau tikus dilakukan
dengan cara diburu, ditembak atau secara manual. Untuk cara kimia, menggunakan
obat racun atau menggunakan umpan seperti layaknya menggunakan racun tikus di
rumah.
Hama selnjutnya yaitu penggerek batang. Pengendalain secara manual dengan cara
dicari lalu dibunuh. Pengendalian secara kimia dengan di suntik lalu lubang
tersebut ditutup menggunakan kapas yang sudah diberi obat, sehingga hama
tersebut mati didalam batang.
Analisa jumlah atau prosentase placenta, biji muda dan biji yang terserang
fitoptora (penyakit) dalam satu kali panen.
Placenta =
Biji muda =
Biji yg terserang fitptora (penyakit)
=
Selama proses fermentasi, terjadi perubahan kimia antara zat gula dan asam yang
akan menghasilkan yeas atau ragi. Pembalikan pada saat fermentasi dilakukan
menggunakan sekop kayu sebanyak dua hari sekali. Suhu fermentasi yang
dibutuhkan di hari pertama yaitu 30ºC-40ºC, di hari kedua suhunya 40ºC-45ºC, dan
hari ketiga 45ºC-50ºC serta di hari keempat 35ºC-45ºC. Suhu di hari keempat
menurun, karena sudah terjadi fermentasi dengan sempurna.
Fermentasi pada biji kakao ada dua, yaitu fermentasi eksternal dan fermentasi
internal. Fermentasi eksternal adalah fermentasi yang bertujuan untuk
menghancurkan fluk/flup pada biji kakao. Sedangkan fermentasi internal
merupakan fermntasi yang bertujuan untuk mematikan biji kakao artinya biji sudah
tidak bisa dijadikan benih untuk dibudidayakan. Pada dasarnya dengan
dilakukannya fermentasi akan menambah aroma khas cokelat jika diolah nantinya.
Fermentasi bisa diakhiri apabila kadar air sudah turun sampai 50% dan biji
berwarna keungu-unguan.
Setelah kering, dilakukan analisa yaitu muldi (jamur) dan sleti (biji yang tidak
terfermentasi dengan sempurna). Caranya yaitu biji dibelah, jika terdapat warna
keputih-putihan berarti biji tersebut terkena muldi. Jika berwarna keungu-unguan
maka biji terkena sleti.
Langkah selanjutnya yaitu mencari rendemen atau prosentase biji basah ke kering.
Standar rendemen kakao adalah 38% jika keatangan saat pemetikan diatas 60%.
Apabila kematangan sat pemetikan dibawah 60% maka rendemennya akan turun,
sehingga harus membuat resume penyebab endemen tersebut turun, kenapa harus
dipetik dibawah 60% apakah karena pengaruh curah hujan dan lain-lain. Cara
mencari rendemen kakao yaitu kering:basah x 100%.
Pada awal tahun 1550, penanaman kakao semakin meluas hingga keseluruh
dataran Eropa. . Beberapa pabrik kemudian berdiri, seperti di Lisbon (Portugal),
Genoa, Turin (Italia) dan Marseilles (Prancis). Selanjutnya, perdagangan biji kakao
di Amerika dan Eropa menjadi berkembang pesat.
Pada tahun 1888, Henri D. MacGilavry-orang yang mengenal sifat-sifat baik kakao
dari Venezuela, terutama mengenai mutunya- mendatangkan puluhan semaian
kakao jenis baru dari Venezuela, tetapi yang bertahan hidup hanya satu pohon.
Pada saat tanaman kakao tersebut mulai menghasilkan, hasil buahnya kecil, berbiji
gepeng dan warna kotiledonnya ungu. Namun, setelah biji-biji yang dihasilkan
tersebut ditanam kembali dapat menghasilkan tanaman yang sehat dengan kondisi
buah dan biji yang besar. Keunggulan lainny adalah tanaman yang dihasilkan tidak
disukai hama Hellopeltis sp. dan penggerek buah kakao (PBK). Dari hasil tanaman
tersebut, kemudian dipilih beberapa pohon sebagai pohon induk yang kemudian
dikembangkan secara klonal. Upaya ini dilakukan di Perkebunan Djati Runggo
(dekat Salatiga, Jawa Tengah) dan telah menghasilkan klon-klon yang diberi nama
DR atau kependekan dari Djati Runggo. Dengan penemuan klon-klon DR (DR 1,
DR 2 dan DR 38) tersebut, perkebunan kakao dapat bertahan hingga akhirnya
berkembang di Jawa Timur dan Sumatera.
Perkebunan kakao di Indonesia terus berkembang, Indonesia tercatat sebagai salah
satu negara pembudidaya tanaman kakao paling luas di dunia dan termasuk negara
penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana dengan nilai
produksi tahunannya mencapai 572 ribu ton. (Wahyudi, 2008).
Hingga kini, perkebunan kakao di Indonesia terus mengalami perkembangan yang
cukup signifikan mulai tahun 2010 hingga 2014 berturut-turut adalah 1.650.356 ha,
1.732.641 ha, 1.774.463 ha, 1.852.944 ha dan 1.944.663 ha, sehingga rata-rata
pertumbuhan perkebunan kakao di Indonaesia sebesar 4,15% per tahun
(Kementerian Pertanian, 2015).
Jenis kakao yang terbanyak dibudidayakan menurut Sunanto, dalam Jurniati (2013)
adalah jenis:
1. Pembukaan lahan
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, lahan perkebunan juga perlu
disiapkan agar kakao dapat tumbuh dengan baik. Jika lahan yang akan digunakan
sebagai pertanaman kakao merupakan bekas areal hutan ataupun pertanaman lain
maka hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
Selain tanaman pisang dan kelapa, tanaman kayu-kayuan seperti tanaman jati
(Tectona grandis) dan Sengon (Albisia falcata) dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman tepi kebun atau tanaman sela pada pertanaman kakao. Pada pertanaman
kakao tersebut tetap dimanfaatkan penaung lamtoro atau gamal, sedangkan jati dan
sengon ditanam dalam double row 3 x 2 m dengan jarak antar barisan jati atau
sengon 24-30 m. yaitu sebagai berikut (Agussalim, et al,. 2009).
xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++
xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++
xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++
xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++
xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++
GAMBAR 1.
TATANAN
PETANAMAN
KAKAO
DENGAN
PENAUNG
TANAMAN
KAKAO DAN
TANAMAN
KAYU-KAYUAN
Keterangan:
Lubang tanam dibuat kurang lebih 6-3 bulan sebelum tanam dengan membiarkan
tanah galian teronggok di sekitar lubang 2-3 bulan. Hal ini bertujuan agar unsur-
unsur yang bersifat racun berubah menjadi tidak meracuni. Sebulan sebelum tanam
tanah galian dikembalikan ke dalam lubang, agar kondisi tanah berada dalam
keseimbanangan dengan kondisi lingkungan disekitarnya. (Wahyudi, 2008).
1. Pembuatan rorak
Rorak adalah galian yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk menempatkan
pupuk organik dan sebagai lubang drainasi. Rorak dapat diisi seresah tanaman
kakao dan sisa hasil pangkasan dan gula kemudian ditutup tanah. lalu dibuat rorak
baru disebelah lain pokok tanaman . Apabila rorak sudah terisi penuh dengan
pupuk organik dan sisa-sisa tanaman, maka rorak baru dapat dibuat disis lain
pokok tanaman selain sisi luar poko tanaman pada bibir teras untuk mencegah
terjadinya longsor. Rorak dapat dikatakan sebagai tindakan konservasi tanah dan
air di perkebunan kakao. Pada waktu hujan deras rorak dapat berfungsi sebagai
lubang drainasi untuk mempercepat penyusutan air hujan yang menggenang di atas
permukaan tanah. Pada lahan miring pembuatan rorak dapat menekan erosi karena
dapat mengurangi aliran permukaan yang dapat menekan erosi. (Wahyudi, 2008)
Pembibitan
Sebelum dikecambahkan, benih kakao harus dibersihkan terlebih dahulu daging
buahnya dengan abu gosok atau pasir. Biji kakao yang akan dijadikan benih
diambil dari buah kakao bagian tengahnya yang sudah masak, sehat dan berasal
dari tanaman yang sudah cukup umur. Lalu untuk pengecambahannya
menggunakan karung goni dalam ruangan, dan setelahnya dilakukan penyiraman
dua kali sehari.
Setelah menyiapkan polybag berukuran 30 x 20 cm dan tebal 0,8 cm sebagai
tempat pembibitan, selanjutnya yaitu menyiapkan media tanah yang dicampur
pupuk kandang dan pasir lalu dimasukka ke dalam polybag. Tinggi naungan
buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar matahari yang masuk tidak
terlalu banyak. Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari. Sedangkan penyiangan
dilakukan secara kondisional melihat areal pembibitan. Pemupukan saat
pembibitan menggunakan pupuk N P K (2 : 1 : 2). Saat bibit berumur 1 bulan
dosisnya sebanyak 1 gr/bibit, saat bibit berumur 2 bulan dosisnya 2 gr/bibit, umur
3 bulan dosisnya 3 gr/bibit dan umur 4 bulan dosisnya 4 gr/bibit. Pemupukan
dilakukan dengan cara ditugal. Penjarangan atap naungan dimulai umur 3 bulan
dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan (Agussalim, et al., 2009).
Penanaman
Pada saat bibit kakao ditanam, pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan
naungan sementara sudah berumur 1 tahun. Bibit kakao ditanam apabila pohon
penaung berfungsi baik dengan kriteria intensitas cahaya yang diteruskan penaung
30-40% dari cahaya langsung. Penanaman kakao yang baik dilakukan pada awal
musim hujan. Kriteria bibit yang siap dipindah ke kebun yaitu sudah berumur 4-5
bulan, tingginya 40-60 cm, jumlah daun minimal 12 helai dan diameter batang
sekitar 0,7-1,0 cm.
Alat yang harus disiapkan untuk menanam bibit kakao adalah cangkul, pisau besar
yang tajam, keranjang, alat angkut untuk mengangkut bibit. Bibit yang sudah
diangkut dan diecer harus selesai ditanam hari itu juga. Bibit mati yang kerdil
segera disulam dan dilakukan sampai umur 1 tahun setelah tanam. Setelah itu
bagian dasar /kantong plastik dipotong. Kantong plastik dimasukkan ke dalam
lubang tanam yang digali seukuran volume tanah dalam kantong plastik. Salah satu
sisi kantong di sayat dari bawah ke atas, lalu lubang tanam diisi dengan tanah
kembali hingga pemuh dan bibit berdiri tegak. Kemudian kantong plastik ditarik
keatas kemudian tanah dipadatkan. Pada waktu memadatkan tanah, sebaiknya
dihindari pecahnya tanah kantong plastik. (Agussalim, 2009)
Pemeliharaan tanaman
Beberapa kegiatan pemeliharaan yaitu penyiraman, pemupukan, pemangkasan,
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman tanaman sewaktu masih
bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/ pohon.
Pemupukan
Pemberian pupuk anorganik melalui tanah dengan meletakkan pupuk di sekitar
tajuk tanaman mengelilingi pohon dengan kedalaman 30 cm kemudian ditutup
kembali dengan tanah setebal 5 cm untuk menghindari kehilangan pupuk melalui
penguapan. Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur
nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup (Agussalim, 2009).
TABEL 1. DOSIS
PEMUPUKAN
TANAMAN
KAKAO
BERDASARKA
N UMUR
TANAMAN Dosis pupuk Makro (per ha)
TSP (kg)
Kieserite
UMUR (bulan) Urea MOP/KCl (kg) (MgSO4) (kg)
2 15 15 8 8
6 15 15 8 8
10 25 25 12 12
14 30 30 15 15
18 30 30 45 15
22 30 30 45 15
TABEL 2. DOSIS
PEMUPUKAN
TANAMAN
KAKAO
BERDASARKA
N KEKAHATAN
UNSUR HARA
GEJALA PEMUPUKAN untuk tanaman dewasa
Normal
Kahat Nitrogen
Pemangkasan
Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan
pertumbuhan vegetative yang baik. Pohon pelindung/penaung juga dilakukan
pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik (Agussalim,
2009). Pemangkasan dalam budidaya tanaman kakao juga bertujuan untuk
mencapai efisiensi pemanfaatan sinar matahari, sehingga tanaman mampu mencapi
produktivitas yang tinggi (Abdoellah dan Soedarsono, 1996) dalam Ika Wulan
Ermayasari, 2010).
Berdasarkan tanaman yang akan di pangkas, pemangkasan dalam budidaya kakao
ada 2 macam yaitu pemangkasan tanaman pokok dan pemangkasan tanaman
penaung (ACIAR, 2009).
Penanaman klon yang tahan penyakit misalnya klon DRC 16, sca 12, ICS 6
dan hibrida DR1 x sca 12 DRC 16 x sca 6 dan DRC 16 x sca 12.
Menjaga sanitasi kebun yaitu dengan memetik semua buah yang busuk,
kemudian membenam di dalam tanah sedalam 30 cm.
Kultur teknis yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan pemangkasan
tanaman kakao sehingga kelembaban di dalam kebun turun.
Pengendalian secara kimia yaitu dengan penyemprotan buah-buah secara
preventif dengan fungisida berbahan aktif tembaga (Copper Sandoz,
Cupravit, Vitigran blue, Cobox, dll) dengan onsentrasi formulasi 0,3% dan
selang waktunya 2 minggu (Disbun Jatim, 2009)
1. Kanker Batang
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang sama dengan penyebab penyakit busuk
buah. Gejala kanker diawali dengan adanya bagian batang/cabang menggembung
berwarna lebih gelap/ kehitam-hitaman dan permukaan kulit retak. Bagian tersebut
membusuk dan basah serta terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak
seperti lapisan karat. Jika lapisan kulit luar dibersihkan, maka akan tampak lapisan
di bawahnya membusuk dan berwarna merah anggur kemudian menjadi coklat
(Hindayana, 2002).
Penyebaran penyakit kanker batang sama dengan penyebaran penyakit busuk buah.
Penyakit ini dapat terjadi karena pathogen yang menginfeksi buah menjalar
melalui tangkai buah atau bantalan bunga dan mencapai batang/cabang. Penyakit
ini berkembang pada kebun kakao yang mempunyai kelembaban dan curah hujan
tinggi atau sering tergenang air (Hindayana, 2002).
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan secara mekanis dan kultur teknis. Cara
mekanis, yaitu memotong cabang/ranting sakit sampai 15 cm pada bagian yang
masih sehat; membersihkan /mengeruk benangbenang jamur pada gejala awal dari
cabang yang sakit, kemudian diolesi dengan fungisida. Cara kedua adalah dengan
kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban
kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kakao.
(Hindayana, 2002)
1. Jamur akar
Ada tiga jenis penyakit jamur akar pada tanaman kakao, yaitu: (1) Penyakit jamur
akar merah; (2) Penyakit jamur akar coklat; (3) Penyakit jamur akar putih.
Penyakit jamur akar merah disebabkan jamur Ganoderma pseudoforeum.
Penularannya melalui kontak akar yang sakit dengan tanaman yang sehat. Penyakit
akar cokelat disebabkan jamur Fomes lamaoensis. Penularan jamur melualui
kontak langsung antara akar yang sakit dan sehat tetapi penularannya sangat
lambat. Sedangkan penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Fomes lignosus.
Penularannya melalui perantara rhizomorf yang dapat menjalar bebas di dalam
maupun di atas tanah.
Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman baru bekas hutan. Pembukaan
lahan yang tidak sempurna, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari
tanaman sebelumnya tertinggal di dalam tanah akan menjadi sumber penyakit.
Ketiga jenis penyakit ini mempunyai gejala: daun menguning, layu dan gugur,
kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Untuk mengetahui penyebabnya,
harus melalui pemeriksaan akar.
Buah yang dipetik berumur 5,5 – 6 bulan dari berbunga, berwarna kuning atau
merah. Tangkai buah dipotong dengan menyisakkan 1/3 bagian tangkai buah.
Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga
pembentukkan bunga terganggu dan apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus
produksi buah akan menurun.pemetikan dilakuakan pada pagi hari dan pemecahan
buah dilakukan siang hari. Biji dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam karung
sedangkan kulit buah dimasukkan ke dalam rorak yang sudah disediakan
(Agussalim, 2009).
GAMBAR 2.
PENANGANAN
PASCA PANEN
KAKAO
1. Buah kakao
Buah kakao yang diolah adalah buah yang dipetik tepat masak dengan kriteria
buah berwarna kekuningan untuk buah yang warna kulitnya merah pada saat masih
muda, atau berwarna kuning tua atau jingga untuk buah yang warna kulitnya hijau
kekuningan pada saat masih muda.
2. Sortasi Buah
Buah yang kualitasnya baik segera dipisahkan dengan buah yang rusak karena
hama atau penyakit. Buah yang sehat langsung diproses fermentasi sedangkan
buah yang rusak terserang hama atau penyakit segera dikupas kulitnya. Setelah
diambil bijinya, kulit buah segera ditimbun dalam tanah untuk mencegah
penyebaran hama atau penyakit ke seluruh kebun.
3. Pemeraman buah
Pemeraman buah kakao dilakukan untuk mengurangi kandungan lendir atau pulp
(sampai batas tertentu) yang melapisi biji kakao basah serta untuk memperoleh
jumlah yang sesuai untuk pengolahan.
Pemeraman baik dilakukan terutama pada saat panen rendah sambil menunggu
buah hasil panen terkumpul cukup banyak 400 – 500 buah atau setara dengan 35 –
40 kg biji kakao basah, agar jumlah minimal untuk fermentasi dapat dipenuhi.
Pada tahap pemeraman ini, apabila sortasi buah tidak dilakukan dengan cermat,
maka tingkat kehilangan panen akibat busuk buah akan cukup tinggi.
Pemeraman buah dilakukan dengan menimbun buah kakao hasil panen di kebun
selama 5 – 12 hari tergantung kondisi setempat dan tingkat kematangan buah
dengan cara :
4. Pemecahan Buah
Pemecahan buah kakao dilakukan untuk mengeluarkan dan memisahkan biji kakao
dari kulit buah dan plasentanya. Pemecahan buah harus dilakukan secara hati-hati
agar tidak melukai atau merusak biji kakao. Disamping itu juga harus dijaga agar
biji kakao tetap bersih atau tidak tercampur dengan kotoran dan tanah. Dalam
pemecahan buah kakao hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam proses fermentasi biji adalah:
Sarana fermentasi biji yang ideal adalah dengan menggunakan kotak dari
kayu yang diberi lubang-lubang. Untuk skala kecil (40 kg biji kakao)
diperlukan kotak dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 40 cm
dan tinggi 50 cm. Untuk skala besar 700 kg biji kakao basah diperlukan
kotak dengan ukuran lebar 100 – 120 cm, panjang 150 – 165 cm dan tinggi
50 cm. Jika peti fermentasi sulit diperoleh, dapat digantikan dengan
keranjang bambu.
Tinggi tumpukan biji kakao minimal 40 cm agar dapat tercapai suhu
fermentasi 45º C – 48º C.
Berat biji yang difermentasi minimal 40 kg. Hal ini terkait dengan
kemampuan untuk menghasilkan panas yang cukup sehingga proses
fermentasi biji dapat berjalan dengan baik.
Pengadukan/pembalikan biji dilakukan setelah 48 jam proses fermentasi.
Lama fermentasi biji optimal adalah 4 – 5 hari (4 hari bila udara lembab dan 5 hari
bila udara terang). Proses fermentasi biji yang terlalu singkat (kurang dari 3 hari)
menghasilkan biji ungu agak keabu-abuan sedangkan biji yang tidak terfermentasi
akan menghasilkan biji slaty dengan tekstur pejal. Proses fermentasi biji yang
terlalu lama (lebih dari 5 hari) menghasilkan biji rapuh dan berbau kurang sedap
atau berjamur. Keduanya merupakan cacat mutu.
Fermentasi biji dapat dilakukan dengan menggunakan kotak kayu atau keranjang
bambu. Cara fermentasi biji dengan menggunakan kotak kayu adalah sebagai
berikut:
Tahapan perendaman dan pencucian biji adalah biji direndam selama 1 – 2 jam,
kemudian dilakukan pencucian ringan secara manual atau mekanis.
Biji kakao dari buah yang sudah diperam selama 7 – 12 hari tidak perlu dicuci
karena kadar kulitnya sudah rendah.
7. Pengeringan Biji
Pengeringan biji bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kakao menjadi ≤ 7,5 %
supaya aman untuk disimpan. Pengeringan biji dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu :
1. Penjemuran :
2. Penjemuran dilakukan dengan menggunakan cahaya matahari langsung di
atas para-para atau lantai jemur. Saat cuaca cerah dengan lama waktu
penyinaran 7 – 8 jam per hari, untuk mencapai kadar air maksimal 7,5 %
diperlukan waktu penjemuran 7 – 9 hari.
3. Tebal lapisan biji kakao yang dijemur 3 – 5 cm (2 – 3 lapis biji atau 8 – 10
kg biji basah per m2).
Setiap 1- 2 jam dilakukan pembalikan.
1. Alat penjemur sebaiknya dilengkapi dengan penutup plastik untuk
melindungi biji kakao dari air hujan. Bila matahari terik, plastik dibuka dan
digulung.
2. Mekanis :
3. Dilakukan dengan menggunakan mesin pengering. Penggunaan mesin ini
sebaiknya secara berkelompok karena membutuhkan biaya investasi yang
besar.
4. Dengan pengaturan suhu 55 – 60 0C, diperlukan waktu 40 – 50 jam untuk
dapat mencapai kadar air biji kakao maksimal 7,5 %.
5. Kombinasi penjemuran dan mekanis:
6. Dilakukan penjemuran terlebih dahulu selama 1 – 2 hari (tergantung cuaca)
sehingga mencapai kadar air 20 – 25 %.
7. Setelah biji kakao dijemur, dimasukkan ke dalam mesin pengering. Dengan
cara ini, diperlukan waktu di mesin pengering selama 15 – 20 jam untuk
dapat mencapai kadar air maksimal 7,5 %.
8. Sortasi dan Pengelompokan (Grading) Biji Kering
Sortasi biji kering kakao bertujuan untuk mengelompokan biji kakao berdasarkan
ukuran, dan memisahkan dari kotoran atau benda asing lainnya seperti batu, kulit
dan daun-daunan.
Dalam pengemasan dan penyimpanan biji kakao yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
Biji yang telah disortasi kemudian dikemas dalam karung, dengan berat
bersih per karung 60 kg.
Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi, jenis mutu
dan identitas produsen menggunakan cat dengan pelarut non minyak.
Penggunaan cat berminyak tidak dibenarkan karena dapat mengkontaminasi
aroma biji kakao.
Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih, kelembaban tidak melebihi 75
%, ventilasi cukup, dan tidak dicampur dengan produk pertanian lainnya
yang berbau keras karena biji kakao dapat menyerap bau-bauan.
Tumpukan maksimum biji kakao adalah 6 karung, tumpukan karung diberi
alas dengan palet dari papan-papan kayu setinggi 8 – 10 cm, jarak dari
dinding 15 – 20 cm. Jarak tumpukan karung dari plafon minimum 100 cm.
Jelaskan secara rinci kegiatan praktikum anda
Setelah sampai di lokasi praktikum, kami melakukan kunjungan lapang di
perkebunan yang lokasinya ada di daerah Ajibarang. Diperkebunan tersebut
biasanya rutin melakukan pemangkasan. Pemangkasan yang sering dilakukan ada
tiga yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan
produksi. Pangkas bentuk dilakukan setahun sekali untuk membuat percabangan
kokoh dan simetris serta kuat. Pangkas pemeliharaan dilakukan empat kali setahun
yaitu pada Januaru, Maret, Juli, September. Sedangkan pangkas produksi hanya
dilakukan sekali pada November atau Desember setelah panen raya. Karena
biasanya setelah panen raya, pohonnya agak rusak maka dilakukan pemangkasan
yang bertujuan untuk memaksimalkan produksi.
Batang atau cabang yang dipangkas adalah cabang yang sudah tidak produktif lagi.
Pemangkasan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menggantikan posisi
percabangan yang rusak supaya sempurna kembali. Sedangkan tunas air dipelihara
untuk mengganti percabangan yang rusak. Untuk pewiwilan, dilakukan setiap
bulan sebanyak dua rotasi yaitu pada awal bulan hingga pertengahan dan
pertengahan bulan hingga akhir bulan.
Varietas yang digunakan oleh perkebunan kakao ini adalah varietas criollo dan
varieatas forestero. Criollo mempunyai ciri-ciri berwarna merah ketika masih
muda dan ketika sudah matang berwarna jingga. Daging buahnya lebih tipis dan
produksinya lebih tinggi dari pada forestero. Varietas ini kurang tahan terhadap
hama dan penyakit. Sedangkan forestero kulit buahnya berwarna hijau ketika
masih muda dan buah yang sudah matang, kulit luarnya berwarna kuning. Dan
kulit buahnya tebal. Sebenarnya ada juga varietas trinitario yang merupakan hasil
persilangan forester dan criollo, namun jumlahnya sangat sedikit.
Pada mulanya bibit kakao di perkebunan ini diperoleh dari Longsum Sumatera
yang merupakan benih/bibit turunan pertama. Penyemaian di perkebunan ini
dilakukan pada tahun 1992.
Untuk teknik penyemaiannya, langkah pertama yaitu memilih buah yang akan
dijadikan benih. Buah yang dipilih adalah buah yang berada di dekat cabang
primer. Selanjutnya bagian biji yang akan disemai dipotong. Buah kakao dipotong
di bagian ujung dan pangkal masing-masing sepertiga bagian, dan biji pada bagian
tengah yang akan dipakai sebagai benih. Kemudian biji digosok dengan abu gosok
lalu dan dibuang kulit arinya lalu disemai.
Benih disemai di atas karung yang sudah dairi baru kemudian benih diletakkan di
atas karung tersebut. Setelah itu, benih ditutp karung lagi. Selanjutnya ketika sudah
mucul akar dan berkecambah, bibit dipindah ke polybag. Sebelum dipindah, tanah
di dalam polybag harus dalam keadaan lembab baru di tanam setengahnya dalam
tanah di polybag. Selama dalam di polybag, dilakukan penyiraman dua kali sehari
pemeliharaan sebanyak dua kali sebulan. Biasanya hama yang sering terdapat pada
tanaman kakao di fase ini adalah belalang, semut, tungau, rayap dan lain-lain.
Setelah disemai, bibit dipindah dengan kriteria yaitu tingginya sudah mencapai 50
cm sampai 1 m, tidak dalam kondisi plus, bebas hama penyakit. Sebelum menanam
di bentuk pancang lubang berukuran 2m x 2,5 m atau 2 m x 3 m, 3 x 3 atau 4 x 4
disesuaikan luas lahannya.
Penyulaman biasanya dilakukan apabila ada bibit yang tidak tumbuh. Maka, pada
saat pembibitan jumlah benih yang ditanam di persemaian harus dilebihkan sekitar
5% dari jumlah benih yang akan ditanam untuk mengantisipasi adanya bibit yang
tidak tumbuh dengan baik atau mati. Kegiatan penyulaman biasanya dilakukan
pada saat bibit berumur 5 bulan sampai 1 tahun.
Penyiangan dilahan ada 2 macam yang pertama yaitu hiding atau penyiangan
secara manual dengan cara dicabut atau menggunakan cangkul, sabit, parang dan
sebagainya. Penyiangan biasanaya dilakukan sebulan setelah penanaman di lahan.
Penyiangan ini rutin dilakukan setiap bulan. Penyiangan yang kedua yaitu
penyiangan secara chemisatau secara kimia menggunakan herbisida berbahan
kimia. Penyiangan secara kimia ini dilakukan sebelum pemupukan. Untuk gulma
berdaun sempit seperti alang-alang, herbisida yang digunakan adalah round up, top
star. Sedangkan untuk gulma berdaun lebar menggunakan herbisida jenis biosap.
Dalam kegiatan pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk pabrikan, bukan
pupuk organik seperti Urea, MOP, RP atau dolomit. Dalam setahun, pemupukan
dilakukan sebanyak dua kali yaitu awal bulan (Januari, Februari atau Maret) dan
akhir tahun (misalnya November). Dosis pemupukan disesuaikan dengan dosis
anjuran yang tertera dalam kemasan pupuk.
Hama penyakit yang meyerang selama tanaman berada di lahan yaitu Helopeltis
(penghisap buah), siosera, phitoptorak, koletrotikum, kalpesium, apogonia dan
beberapa hama sepert, tikus yang menyebabkan hasil buah menjadi menurun
kualitasnya.
Tanaman kakao ini baru dapat berproduksi setelah berumur 4 tahun setelah tanam.
Dalam setahun, untuk dapat berbuah, tanaman kakao membutuhkan waktu selama
enam bulan. Pada umumnya panen raya kakao terjadi sekitar bulan Juli, Agustus
atau September. Pada masa-masa ini, kakao dapat dipanen tujuh hari sekali.
Sedangkan panen terendah terjadi sekitar Desember, Januari atau Februari. Interval
waktu panen pada saat low crop yaitu 10 hari. Luas lahan perkebunan kakao ini
sekitar 227 hektar. 110 hektar merupakan lahan konservasi artinya tanahnya dapat
ditanami tanam berkayu seperti pohon jati atau mahoni dan sebagainya. Sisanya
yaitu berupa lahan produktif dengan luas sekitar 111,6 hektar.
Dalam satu tahun, perkebunan kakao ini mampu menghasilkan Biji Cacao Basah
(BCB) sebanyak 31 ton. Namun jumlah ini termasuk kurang maksimal karena
banyak pohon yang terserang hama, sehingga produktivitas pohon berkurang.
Cara pemanenan kakao yaitu dengan cara memotong tangkai dimana kakao
melekat, bukan dengan cara diuntir atau diputar menggunakan tangan. Namun
tangkai yang dipotong tersebut harus disisihkan artinya tidak dipotong semua. Hal
tersebut bertujuan agar tangkai yang terpotong tersebut bisa menjadi bakal tumbuh
tunas baru sehingga setelah panen tangkai tetap terawat dan tidak rusak atau mati.
Pemotongan kakao pada tangkai dilakukan menggunakan pisau panen, semakin
tinggi posisi kakao yang harus diambil, maka pisau panennya juga semakin
panjang ada yang berukuran 2 m; 2,5 m; 3 m; 3,5m dan 4 m sesuai dengan tinggi
pohon.
Rendemen kakao biasanya sekitar 25%. Sedangkan pada musim kemarau
rendemennya berkisar antara 30%-35%. Rendemen kakao ketika musim kemarau
biasanya tinggi. Sedangkan pada musim hujan rendmennya turun. Pada bulan
basah biasanya hasil buahnya lebih jelek dari pada hasil di musim kemarau, karena
kadar airnya tinggi.
Pemupukan diberikan di sekitar tajuk tanaman dengan cara dibenam. Kulit kakao
yang dikupas dibiarkan saja. Biasanya ada petani yang mengambil untuk pakan
ternak, sedangkan cangkangnya digunakan untuk kayu bakar.
Sensus produksi biasanya dilakukan setiap bulan, setiap minggu, atau bahkan
harian. Kegiatan tersebut sebelumnya sudah dirapatkan terlebih dahulu oleh
pimpinan. Setiap bulan dilakukan pewiwilan, pangkas bentuk, pangkas
pemeliharaan dan panen.
Untuk proses pengendalian hama dan penyakit misalnya tupai atau tikus dilakukan
dengan cara diburu, ditembak atau secara manual. Untuk cara kimia, menggunakan
obat racun atau menggunakan umpan seperti layaknya menggunakan racun tikus di
rumah.
Hama selnjutnya yaitu penggerek batang. Pengendalain secara manual dengan cara
dicari lalu dibunuh. Pengendalian secara kimia dengan di suntik lalu lubang
tersebut ditutup menggunakan kapas yang sudah diberi obat, sehingga hama
tersebut mati didalam batang.
Penyakit Fitoptora juga sering menyerang areal perkebunan. Penyakit tersebut
merupakan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh cendawan. Penyakit ini
biasanya menyerang buah size empat dan dua. Pencegahan terhadap penyakit ini
yaitu dengan menjaga sanitasi lingkungan dan rutin melakukan pemangkasan.
Sedangkan pengendalian kimia penyakit ini menggunakan fungisida diotin 45
dengan interval sebulan adalah 3-4 kali jika serangannya berat, jika serangan
ringan penyemprotan dilakukan sebulan dua kali.
Setelah dijelaskan mengenai kegiatan budidaya di lahan dengan pekerja di areal
perkebunan, selanjutnya kami melakuka dijelaskan terkait proses pengolahan biji
kakao hingga siap di ekspor.
Berdasarkan keterangan dari Pak Darsono yang melakukan dan mengawasi proses
pasca panen kakao, setelah dipanen dan dikupas, biji kakao harus melalui beberapa
tahap pasca panen seperti penimbangan yang bertujuan untuk mengetahui julah
produksi yang masuk pada hari itu. Biji kakao setelah panen ini tidak perlu dicuci
terlebih dahulu tetapi langsung ditimbang, jika dicuci warna nya akan menjadi
jelek. Setelah ditimbang, dilakukan analisa terhadap placenta, biji muda, biji
terserang fitoptora. Cara menghitungnya yaitu dengan mengambil sampel secara
acak, misalnya 5 kg dari 250 kg biji yang masuk. Hasil analisa yaitu seumpama
placentanya 10 gram, 10 gram / 5 kg (5000 gram) x 100%= 0,2% x Biji Cacao
Basah (BCB) yang masuk hari itu sehingga di dapat prosentasenya.
Analisa jumlah atau prosentase placenta, biji muda dan biji yang terserang
fitoptora (penyakit) dalam satu kali panen.
Placenta =
Biji muda =
Biji yg terserang fitptora (penyakit)
=
Selama proses fermentasi, terjadi perubahan kimia antara zat gula dan asam yang
akan menghasilkan yeas atau ragi. Pembalikan pada saat fermentasi dilakukan
menggunakan sekop kayu sebanyak dua hari sekali. Suhu fermentasi yang
dibutuhkan di hari pertama yaitu 30ºC-40ºC, di hari kedua suhunya 40ºC-45ºC, dan
hari ketiga 45ºC-50ºC serta di hari keempat 35ºC-45ºC. Suhu di hari keempat
menurun, karena sudah terjadi fermentasi dengan sempurna.
Fermentasi pada biji kakao ada dua, yaitu fermentasi eksternal dan fermentasi
internal. Fermentasi eksternal adalah fermentasi yang bertujuan untuk
menghancurkan fluk/flup pada biji kakao. Sedangkan fermentasi internal
merupakan fermntasi yang bertujuan untuk mematikan biji kakao artinya biji sudah
tidak bisa dijadikan benih untuk dibudidayakan. Pada dasarnya dengan
dilakukannya fermentasi akan menambah aroma khas cokelat jika diolah nantinya.
Fermentasi bisa diakhiri apabila kadar air sudah turun sampai 50% dan biji
berwarna keungu-unguan.
Setelah kering, dilakukan analisa yaitu muldi (jamur) dan sleti (biji yang tidak
terfermentasi dengan sempurna). Caranya yaitu biji dibelah, jika terdapat warna
keputih-putihan berarti biji tersebut terkena muldi. Jika berwarna keungu-unguan
maka biji terkena sleti.
Langkah selanjutnya yaitu mencari rendemen atau prosentase biji basah ke kering.
Standar rendemen kakao adalah 38% jika keatangan saat pemetikan diatas 60%.
Apabila kematangan sat pemetikan dibawah 60% maka rendemennya akan turun,
sehingga harus membuat resume penyebab endemen tersebut turun, kenapa harus
dipetik dibawah 60% apakah karena pengaruh curah hujan dan lain-lain. Cara
mencari rendemen kakao yaitu kering : basah x 100%.
V. KESI
MPULAN
Berdasarkan hasil praktikum budidaya tanaman kakao, dapat disimpulkan bahwa:
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Lada adalah sejenis rempah-rampah yang juga sering punya sebutan lain yaitu merica.
Bagian yang diambil dari tanaman lada adalah bijinya. Biji lada ini punya fungsi yang sangat penting
untuk membuat bumbu penyedap dari berbagai jenis masakan. Rasanya sedikit pedas namun bisa
membuat lezat dan nikmat masakan. Yang istimewa dari lada ini adalah, hampir semua jenis
masakan di dunia selalu menggunakannya.
Selain melezatkan lada juga punya fungsi yang lain bagi tubuh manusia. Yaitu bisa
membantu kelancaran peredaran darah, menghangatkan tubuh dan lain-lain. Maka tidak
mengherankan bila sejak jaman dulu banyak orang yang melakukan budidaya tanaman lada ini di
kebun atau ladang yang mereka miliki. Bahkan pada masa lalu, lada menjadi salah satu komoditas
hasil bumi yang sangat berharga. Karena nilai jualnya sangat tinggi terutama di negara-negara
Eropa. Hal inilah yang menjadi penyebab dari penjelajahan bangsa Eropa ke Asia, Afrika dan
sebagian Amerika. Dari sini pula permulaan sejarah penjajahan atau kolonialisasi dimulai.
1. Potensi Pasar
Dari jaman dulu sampai sekarang, lada tetap menjadi primadona di dunia perdagangan hasil
bumi terutama untuk rempah-rempah. Karena nilai transaksi dagangnya terus mengalami
peningkatan. Ini suatu pertanda bila pangsa pasar hasil budidaya tanaman lada tetap bagus,
sehingga tidak perlu membuat khawatir. Bahkan menurut kabar terakhir, pada tahun-tahun
mendatang permintaan lada juga cenderung naik.
Karena pangsa pasarnya sangat luas, maka kita juga mesti berani untuk meningkatkan
kapasitas produksi serta perluasan budidaya tanaman lada ini. Sehingga mau tidak mau kita juga
harus menambah tenaga untuk mengolahperkebunan serta hasil panennya. Tentu akan menjadi
suatu hal yang membanggakan bila kita bisa membantu para pencari tenaga kerja agar mereka bisa
memperoleh panghasilan.
Saat ini negara pengekspor terbesar biji lada adalah negara Vietnam. Sementara Indonesia
berada di urutan kedua. Kenapa kita tidak bisa menjadi yang nomor satu? Karena jumlah produksi
kita juga masih terbatas.
Jangankan untuk ekspor, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja kadang masih
kurang. Ini merupakan tantangan bagi kita untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi dari
budidaya tanaman lada, sehingga nilai ekspornya juga bisa meningkat. Maka pemasukan negara dari
hasilekspor untuk sektor perkebunan juga bisa lebih tinggi.
4. Potensi Lingkungan
Proses produksi hasil budidaya tanamanlada sampai saat ini selalu bersifat alami. Jadi bisa
dikatakan bila industri perkebunan tanaman lada itu ramah lingkungan karena tidak menimbulkan
pencemaran, kerusakan lingkungan dan hal-hal lain yang merugikan kehidupan alam dan ekosistem
di dalamnya.
- Tujuan
Tujuan dari kegiatan fieldtrip ini adalah untuk mengetahui dan malihat secara langsungteknik
budidaya tanaman lada dilapangan.
- Kegunaan
Setelah kegiatan fieldtrip ini dilakukan mahasiswa dapat mengetahui teknik yang digunakan
secara dalam budidaya tanaman lada mulai baik dari segi pemeliharaan secara umum maupun dari
pengolahan pada pasca panen.
BAB II
METODOLOGI
Kegiatan praktikum lapng ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2012 yang berlokasi di
perkebunan lada kelompok tani di kabupaten Bulukumba.
Dalam kegiatan fieldtrip ini alat yang digunakan adalah alat tulis menulis.
c. Metode Pelaksanaan
a. Hasil
Kegiatan fieldtrip ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan pada salah
satu perkebunan lada kelompok tani Kab. Bulukumbai. Dikebun ini kita mengamati pertanaman lada
yang berumur 8 tahun dan salah satu varietasnya adalah varietas lampung. Dalam kebun tersebut
terdiri dari beberapa jenis tanaman budidaya seperti tanaman vanili, pisang dan beberapa jenis
tanaman tahunan yang dibudidayakan, akan tetapi dikebun tersebut Proses budidaya tanaman lada
yang dilakukan petani mulai dari pembibitan, bahan tanam yang digunakan yaitu stek yang diambil
dari sulur tanah, sulur cabang dan sulur gantung yang memiliki kelebihan masing – masing.
Pengolahan tanah dilakukan dengan melakukan kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan ditanami
lada kemudian dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter. Pada umumnya petani
menggunakan pohon hidup sebagai pohon yang digunakan untuk panjatan tanaman lada yaitu
gamal yang ditanam 1 tahun sebelum penanaman lada. Tiga bulan sebelum penanaman dilakuakan
pembuatan lubang tanam 30 x 30 cm pada ajir, setelah itu dilakukan pemupukan dasar dengan
menggunakan pupuk kandang.
b. Pembahasan
Tanaman lada akan mulai berproduksi pada umur 2,5 tahun tetapi bunga pertama
dikelurkan atau dilakukan perompesan bunga. Setelah tiga tahun lada bisa berproduksi dengan baik
dan puncak produksi pada tahun kelima sampai tahun ke lima belas dan umur tanaman sampai
mencapai produksi maksimal yaitu 30 tahun setelah itu dilakukan peremajaan tanaman dengan
menggunakan sulur dari tanaman itu sendiri selanjutnya dipelihara kembali.
Proses panen dilakukan secara bertahap dengan memilih buah yang sudah layak panen
dengan melihat buah 2 – 3 buah yang masak dalam satu tandan maka dilakukan pemanenan atau
dengan melihat buah yang sudah tua berwarna hijau tua atau hijau kekuning – kuningan. proses
pasca panen yang dilakukan tergantung tujuan yaitu apabila yang akan dijual diolah menjadi lada
putih proses pasca panenya mulai dari perendaman buah dalam karung pada air mengalir selama 14
hari. Selanjutnya dilakukan pemisahan biji dari kulit biji dengan cara dirontok, kemudian dicuci
dengan air bersih. Setelah itu dilakukan penjemuran hingga diperolah hasil lada putih.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah kegiatan fieldtrip ini dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa budidaya
tanaman lada tidak begitu mudah harus membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang tinggi,
tetapi semuanya itu akan terasa mudah jika dibandingkan dengan tingkat harga tanaman lada di
pasar lokal maupun internasional.
b. Saran
Dalam kegiatan fieldtrip ini sebaiknya mahasiswa lebih aktif dan lebih memperhaitkan
penjelasan mengenai teknis budidaya tanaman lada.