DIDATARAN TINGGI
DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD RAMDAN (2018009
2. UTAMI PINAYUNGAN (2018009107)
3. YOLANDA RIFKA MELIANA (2018009087)
4. THEODORUS FEBRIANTO TRISCA (2018009
5. FIRMANUS PAONG LOSOR (2018009
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki dataran tinggi yang tersebar hampir di seluruh
pulau yang ada di Indonesia. Dataran tinggi tersebut memiliki komoditas-
komoditas tanaman yang sangat bervariasi. Tidak hanya bervariasi,
komoditas-komoditas yang terdapat di dataran tinggi memiliki karakteristik
dan penanganan yang berbeda.
Pembudidayaan kacang tanah di Indonesia telah lama dilakukan oleh
petani. Kacang tanah umumnya ditanam di lahan kering. Namun saat ini
penanaman kacang tanah telah merambah ke lahan sawah menggunakan pola
penanaman dua kali padi, dan satu kali palawija.
Sedangkan wortel merupakan sayuran yang memiliki peranan besar
dalam menyediakan pangan bagi manusia. Wortel mempunyai kandungan
vitamin A dan beta karoten yang sangat tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai bahan baku obat dan kosmetik.
Pada makalah kali ini, penulis akan menyampaikan hal-hal yang
berkaitan dengan tanaman kacang dan wortel.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana jenis mikroklimat yang cocok untuk tanaman wortel dan
kacang tanah?
2. Bagaimana morfologi tanaman wortel dan kacang tanah?
3. Bagaimana siklus hidup tanaman wortel dan kacang tanah ?
4. Bagaimana modifikasi mikroklimat tanaman wortel dan kacang tanah ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis mikroklimat yang cocok untuk tanaman wortel
dan kacang tanah
2. Untuk mengetahui morfologi tanaman wortel dan kacang tanah
3. Untuk mengetahui siklus hidup tanaman wortel dan kacang tanah
4. Untuk mengetahui modifikasi mikroklimat tanaman wortel dan kacang
tanah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mikroklimat
a. Mikroklimat tanaman wortel (Dancus carota L.)
Tanaman Wortel (Dancus carota L.) ternyata tidak berasal dari Indonesia
yang memiliki iklim tropis, melainkan berasal dari daerah sub-tropis seperti Asia
Timur dan Asia Tengah. Tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun namun,
untuk benihnya agar dapat tumbuh dibutuhkan suhu yang rendah dan lembab
untuk bisa tumbuh dengan baik. Suhu optimal agar tanaman ini bisa tumbuh
adalah dengan suhu minimum 90C dan suhu maksimum 200C. Selanjutnya, agar
sayuran umbi ini bisa tumbuh lebih optimal, dibutuhkan suhu udara antara
15,60C - 210C. Di Indonesia tanaman wortel banyak ditanam di dataran tinggi
pada ketinggian antara 1.000 -1.200 m dpl. Tanaman wortel dapat pula ditanam
di dataran medium yang ketinggiannya lebih dari 500 m dpl.
Tanaman wortel akan dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur, subur, mengandung banyak bahan organik (humus), serta memiliki tata
udara dan tata air yang berjalan baik (tidak menggenang). Tanah jenis ini adalah
tanah andosol yang pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi. Keasaman
tanah yang dibutuhkan untuk tanaman wortel berkisar antara 5,5 - 6,5. Jika pH
tanah kurang dari 5,0 , maka tanaman wortel tidak dapat membentuk umbi.
2. Morfologi
a. Morfologi tanaman wortel
KINGDOM : Plantae (Tumbuhan)
SUB KINGDOM : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
SUPER DIVISI : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
DIVISI : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
KELAS : Magnoliopsida (Tumbuhan Dikotil)
SUB KELAS : Rosidae
ORDO : Apiales
FAMILI : Apiaceae
GENUS : Daucus
SPESIES : Daucus carota L.
Tanaman Wortel memiliki tipe daun majemuk dengan lanset (garis-
garis) bertangkai 4 hingga 7 yang berukurang panjang. Tangkai daun tersebut
berstruktur tebal dan kaku namun berpermukaan halus. Tumbuhan pisang
memiliki ujung daun yang berbentuk rompang dan daging daun yang sangat
tipis. Walaupun begitu, daun Wortelnya sendiri sangat lemas dan tipis.
Untuk batangnya memiliki ciri-ciri berkayu keras dan berbentuk bulat
dengan diameter 1 – 1,5 cm. Warnanya secara umum adalah jingga
kekuningan. Batangnya tidak memiliki cabang tetapi terdapat tangkai daun
yang menempel dengan ukuran panjang, menyerupai cabang batang.
Batang ini merupakan tempat menyimpan dan penyebaran air hasil
fotosintesis dan lingkungan. Wortel memiliki tipe akar serabut serta tunggang.
Pertumbuhan akar tunggang mengalami perubahan bentuk seiring berlalunya
waktu yang akhirnya menjadi tempat penyimpanan makanan. Akar tanaman
Wortel yang baik berukuran besar dan bulat memanjang dengan diameter 6
cm, panjang 30 cm tergantung dari varietasnya.
Tanaman Wortel juga memiliki bunga yang tumbuh di ujung tanaman,
berbentuk paying ganda dengan warna putih kemerahan. Tangkai dari bunga
terlihat sedikit pendek dan tebal, bunga tersebut terletak pada bidang lengkung
yang sama dengan tangkainya. Penyerbukan bunga Wortel menghasilkan buah
dan biji dengan ukuran yang sangat kecil dan berbulu.
Untuk bijinya, Wortel memiliki biji tertutup dan berkeping dua yang
digunakan sebagai produksi tanaman. Ciri-ciri bijinya berbentuk kecoklatan
dengan panjang 3 mm dan lebar 1,5 mm. Setiap gram benih Wortel memiliki
sekitar 200 biji.
Umbi Wortel, yang lebih sering dikenal sebagai sayuran Wortel ini
terbentuk dari akar tunggang yang telah berubah fungsi. Ukuran umbi ini
bervariasi, umumnya berdiameter 3,5 cm – 6,5 cm dengan berat kisaran 100
gram – 300 gram.
4. Modifikasi mikroklimat
a. Modifikasi mikroklimat tanaman wortel
Pada saat ini, modifikasi mikroklimat untuk tanaman wortel
belum ditemukan.
b. Modifikasi mikroklimat tanaman kacang
Lahan kering iklim kering di Indonesia cukup luas, di Jawa
mencapai 29%, Sulawesi 31%, Maluku 21%, dan Nusa Tenggara
termasuk Bali lebih dari 50% dari total luas lahan pertanian yang
ada di masing-masing tempat tersebut. Di lahan kering beriklim
kering dengan tipe iklim D3 (3–4 bulan basah/tahun) hingga E
(bulan basah <3 bulan/tahun) air hujan menjadi kunci utama
keberhasilan bertanam palawija. Lahan-lahan beriklim tersebut
banyak ditemukan di daerah pesisir utara Jawa Timur, sebagian
Pulau Sulawesi dan Maluku serta hampir sebagian besar kepulauan
di Nusa Tenggara. Di daerah tersebut, petani hanya memiliki
musim tanam sekali dalam setahun, karena setelah tanaman
pertama dipanen hujan sudah mulai berhenti, sehingga kalau
dipaksakan tanam lagi, tanamn akan mengalami kekeringan. Oleh
karena itu petani seperti diwajibkan untuk menanam jagung
sebagai bahan pangan utama, baru kemudian memikirkan
kemungkinan dapat menanam komoditas lain dengan tanpa
mengganggu produksi jagung.
Lahan beriklim D3, penerapan pola jagung–kacang tanah
mempunyai risiko kekeringan, sehingga akan lebih aman apabila
kacang tanah ditanam secara sisipan menjelang jagung dipanen.
Sedangkan di daerah berilkim E (bulan basah kurang dari 3
bulan/tahun), petani umumnya tidak mau menanggung resiko
gagal dalam menanam tanaman pangan, terutama jagung. Sesudah
jagung dipanen, kondisi tanah sudah kering sehingga tidak dapat
ditanami tanaman palawija lain termasuk kacang tanah. Oleh
karena itu agar petani tetap menghasilkan bahan pangan utama
(jagung) dan tanaman lain sebagai sumber pendapatan tunai, maka
antara jagung dan tanaman penghasil pendapatan tunai (kacang
tanah) harus ditanam secara bersama-sama. Sebagai contoh di
daerah beriklim E di Wongsorejo-Banyuwangi, mampu diperoleh
hasil jagung 56% lebih tinggi dari jagung petani monokultur
dengan hasil 2.75 t/ha dan masih menghasilkan kacang tanah 0.87
t/ha polong kering pada tumpansari jagung dan kacang tanah
dengan populasi 67% dan kacang tanah 63% dari populasi
normalnya (Indrawati dan Rozi 1994 Dalam Harsono dan
Heriyanto 1996).
Perakitan paket teknologi budidaya kacang tanah di lahan
kering iklim kering di sentra produksi Kab. Tuban, Propinsi Jawa
Timur telah dilakukan dan telah diperoleh paket teknologi
budidayanya. Paket teknologi telah diuji dalam penelitian
pengembangan dengan luas pertanaman 25 hektar melibatkan 68
petani kooperatorTabel 31. Paket teknologi budidaya kacang tanah
di lahan kering tipe iklim E di Tuban, Jatim.
Faktor yang berpengaruh terhadap ragam produktivitas adalah
ketrampilan dan umur petani, luas pemilikan serta kondisi fisik lahan
(di beberapa tempat kandungan batu kapur terlihat sampai ke
permukaan tanah). Dari keragaman produktivitas tersebut, 30% petani
mampu memperoleh hasil diatas 2,0 t/ha dan hanya kurang dari 10%
petani berproduksi di bawah 1,50 t/ha. Keuntungan lain dari penerapan
teknologi budidaya ini adalah meningkatnya persentase konversi dari
polong basah ke polong kering mencapai 58% dibanding 47% cara
petani serta ukuran biji dari rata-rata 39 g/100 biji menjadi 44 g
dengan paket teknologi anjuran.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Suhu optimal agar tanaman wortel bisa tumbuh adalah dengan suhu
minimum 90C dan suhu maksimum 200C. Selanjutnya, agar sayuran umbi ini
bisa tumbuh lebih optimal, dibutuhkan suhu udara antara 15,60C - 210C. Di
Indonesia tanaman wortel banyak ditanam di dataran tinggi pada ketinggian
antara 1.000 -1.200 m dpl. Tanaman wortel dapat pula ditanam di dataran
medium yang ketinggiannya lebih dari 500 m dpl.