Anda di halaman 1dari 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA

TANAMAN KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jack)
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Pada
awal perkembangannya dari Sumatera Utara dan sekarang berkembang ke hampir seluruh pulau Sumatera bahkan
Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Buah sawit khususnya daging buahnya (sabut) menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) sedangkan bijinya menghasilkan
minyak inti atau palm kernel atau PKO (Palm Kernel Oil). Tetapi yang paling banyk dimanfaatkan adalah CPO.
CPO dan PKO ini digunakan sebagai bahan pangan untuk membuat minyak goreng, lemak pangan, margarine, dll.
Sedangkan untuk produk non pangan digunakan sebagai bahan pembuat sabun, deterjen, surfaktan, pelunak, pelapis,
pelumas, sabun metalik, bahan bakar mesin diesel, dan kosmetik.
Sedangkan hasil sampingan dari kelapa sawit diantaranya bungkil inti sawit, arang tempurung, pellet ampas inti sawit,
pupuk abu, pupuk organic dari abu janjang (setelah proses pengomposan).
Menurut sejarahnya kelapa sawit berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit ini cocok ditanam di luar daerah asalnya
termasuk Indonesia. Pertama kali kelapa sawit datang ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai diusahakan secara
komersial pada tahun 1911. Produk kelapa sawit ini menjadi salah satu komoditi perkebunan yang handal. Dari tahun
1940 sampai tahun 1970-an, produsen terbesar minyak kelapa sawit adalah Nigeria. Saat ini produsen terbesar minyak
kelapa sawit dunia adalah Malaysia (Indonesia produsen kedua setelah Malaysia). Pengekspor minyak kelapa sawit
terbesar adalah Malaysia dan diikuti oleh Indonesia. Sedangkan konsumen minyak sawit dunia sampai tahun 1990 adalah
Taiwan dan diikuti oleh Indonesia.

Kelapa sawit dibedakan atas beberapa varietas berdasarkan :


ketebalan tempurung ,
daging buah, dan
warna kulit buah.
Juga dikenal beberapa varietas-varietas unggul yang mempunyai keistimewaan antara lain menghasilkan produksi
yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lainnya.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dikenal 5 varietas kelapa sawit, yaitu :

Dura, dicirikan dengan tempurung yang cukup tebal (2-8 mm) dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian
luar tempurung, daging buah relatif tipis dan persersentase daging buah terhadap buah bervariasi 35-50%.
Kernel biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Rendemennya berkisar 16-18%. Dura sebagai
induk betina.

Pisifera, dicirikan dengan ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, daging biji sangat tipis sekali. Jenis ini tidak dapat
diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril
sebab bunga betina gugur pada fase dini, sehingga dalam persilangan digunakan sebagai induk jantan.
Persilangan antara induk Dura dengan Pisifera menghasilkan varietas Tenera.

Tenera, varietas ini mempunyai sifat yang berasal dari induknya yaitu Dura dan Pisifera. Varietas ini banyak
ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini. Dicirikan dengan tempurung yang menipis (0,5 - 4 mm), terdapat
lingkaran serabut disekelilingnya. % tase daging buah terhadap buah tinggi, berkisar antara 60-95%. Tandan
buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukurannya relatif lebih kecil.
Rendemennya berkisar 22-24%.

Macro carya, tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, daging buahnya tipis sekali.

Diwikka-wakka, Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka
dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikka-wakkapisifera, dan diwikka-wakkatenera.

Page 1 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Varietas Macro carya dan Dwikka-wakka jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Jenis kelapa sawit yang diharapkan adalah jenis yang mengandung rendemen tinggi sebab bisa menghasilkan
minyak olahan yang tinggi, sehingga banyak perkebunan-perkebunan mengusahakan jenis Tenera.
Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yaitu :

Nigrescens, Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman
pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

Virescens, Waktu muda berwarna hijau dan ketika masak warnanya jingga kemerah-merahan,tetapi ujungnya
tetap kehijauan, varietas ini jarang dijumpai dilapangan.

Albescens, waktu muda buah berwarna keputih-putihan, setelah masak kekuning-kuningan dan ujungnya
berwarna ungu kehitaman. Varietas ini jarang dijumpai.

Varietas unggul, sangat dianjurkan untuk ditanam di perkebunan, dihasilkan dari hibridisasi/persilangan buatan antara
varietas Dura sebagai induk betina dan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan ini terbukti selama
bertahun-tahun mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas yang lain. Salah satu sumber
benih induk kelapa sawit di Indonesia adalah Pusat Penelitian dan Perkebunan Marihat di Pematang Siantar (Sumatera
Utara).
Bagian-bagian Tanaman Kelapa sawit :
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang,
daun. Sedangkan bagian generatif meliputi alat perkembangbiakan yaitu bunga dan buah.
I. Bagian vegetatif :
1. Akar, mempunyai akar serabut, tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, dan akar
tersier. Akar primer tumbuh ke bawah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder , tersier dan akar
kuartener tumbuh sejajar permukaan air tanah, bahkan akar tersier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke
tempat unsur hara. Disamping itu juga akan tumbuh akar nifas yang timbul di atas permukaan tanah atau di
dalam tanah yang mempunyai aerasi baik. Akar kuartener berfungsi sebagai penyerap unsur hara, jika tidak
terdapat akar-akar rambut.
2. Batang, batang tidak berkambium, karena termasuk tanaman monokotil, dan tidak bercabang. Berbentuk silinder
dengan diameter berkisar 20-75 cm atau tergantung pada keadaan lingkungan. Tinggi batang bertambah 45
cm/th, tergantung kondisi lingkungan, bisa juga mencapai 100 cm/tn. Tinggi maksimum mencapai 15-18 m, di
alam bisa mencapai 30 m, tanaman yang tinggi menyulitkan dalam pemetikan buah. Batang juga berfungsi
sebagai penyangga tajuk, menyimpan dan mengangkut hara. Batang selain itu juga dapat digunakan sebagai
bahan konstruksi, pulp (bahan baku kertas), bahan kimia, atau sebagai sumber energi.
3. Daun, Susunan daun mirip dengan daun kelapa yaitu ,membentuk susunan daun majemuk. Daun-daun
membentuk pelepah yang panjangnya mencapai 7,5-9 m. Jumlah anak daun per pelepah berkisar 250-400 helai.
Tanaman yang normal mempunyai pelepah daun 40-60 buah. Umur daun sampai tua 6-7 tahun. Daun yang sehat
terlihat segar berwarna hijau tua.
II. Bagian generatif
1. Bunga, mulai berbunga sekitar umur 2 tahun. Termasuk tanaman berumah satu artinya satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina yang masing-masing terangkai dalam suatu tandan.Rangkaian bunga jantan dan
betina ini terpisah. Setiap rangkaian muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar masih terselubung
dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina, dengan melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya
lonjong memanjang, ujung kelopak bunga agak meruncing, dan garis tengah bunga lebih kecil dibandingkan
bunga betina. Bunga betina bentuknya agak bulat dengan kelopak bunga agak rata dan garis tengah bunga besar.
Hal ini penting untuk melakukan penyerbukan buatan.
2. Buah, warna buah tergantung varietas dan umurnya. Mulai penyerbukan sampai buah panen 5-6 bulan (cuaca
kering yang panjang bisa menghambat pematangan buah).Tanaman kelapa sawit yang sudah normal
menghasilkan kira 20-22 tandan/th, dengan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/th.
Pada tahun I berat tandan buah segar (TBS) berkisar 3-6 kg, sedangkan dengan semakin tuanya , berat tandan
Page 2 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

semakin bertambah , yaitu 25-35 kg/tandan. Jumlah buah pada tandan yang tua bisa mencapai 1600 buah,
dengan berat per buah 20-30 g dan panjang berkisar 2-5 cm.
Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit
A. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap petumbuhan dan produksi kelapa sawit. Kelapa sawit cocok tumbuh
antara 15o LULS.
Unsur iklim yang penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah :
a. Curah Hujan , optimum pada CH 2000-2500 mm/th dengan distribusi merata sepanjang tahun (tanpa bulan
kering yang berkepanjangan).
b. Sinar matahari, diperlukan untuk produksi karbohidrat dan juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah.
Optimum penyinaran 5-7 jam/hari.
c. Suhu, Suhu optimum berkisar 29-30oC. Suhu akan mempengaruhi masa pembungaan dan kematangan buah.
d. Kelembaban dan angin, faktor ini sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban
udara akan membantu mengurangi penguapan, sedangkan angin akan membantu penyerbukan alamiah.
Kelembaban optimum 80-90%, Suhu, sinar matahari, lama penyinaran, CH, dan evapotranpirasi akan
mempengaruhi kelembaban.
B. Tanah
Tanaman kelapa sawit tidak terlalu menuntut persyaratan dalam hal tanah. Akan tetapi kemampuan berproduksi pada
masing-masing jenis tanah akan berbeda. Sifat tanah yang utama sebagai media tumbuh kelapa sawit adalah sifat
kimia dan sifat fisika.
a) Sifat Kimia tanah, dapat tumbuh pada pH 4,0-6,5, tetapi optimum pada pH 5-5,5. Sifat kimia ini penting
dalam hal dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah.
b) Sifat fisik, dalam hal ini tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan
tanah, kedalaman permukaan air tanah. Idealnya tanaman kelapa sawit mebutuhkan tanah yang gembur,
subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, tekstur mengandung liat dan debu 25-30%, datar,
serta berdrainase baik.
Berdasarkan sifat kimia dan sifat fisik tanah, bentuk lahan, kedalaman tanah, kandungan batu-batuan, kemampuan tanah
untuk pertumbuhankelapa sawit dapat dibagi atas 4 kelas yaitu :
-Kelas I (S1) : Kesesuaiaan tinggi, produksi lebih dari 24 ton TBS/ha/th.
-Kelas II (S2) : Kesesuain sedang, produksi lebih dari 19-24 ton TBS/ha/th
-Kelas III (S3) : Kesesuaian terbatas, produksi lebih dari 13-18 ton TBS/ha/th
-Kelas IV (N) : Tidak sesuai, produksi kurang dari 12 ton TBS/ha/th
Budidaya Kelapa Sawit
Dalam membudidayakan tanaman kelapa sawit pertama kali yang harus dipersiapkan adalah pengadaan bibit, ini
berhubungan dengan masalah pengangkutan. Secara umum pengadaan bibit kelapa sawit secara generatif, karena cara ini
paling mudah. Tetapi untuk skala banyak cara ini mengalami kendala. Selain itu secara ekonomi tanaman yang berasal
dari biji ini berproduksi lebih lama, kemungkinan terjadi penyimpangan dari sifat induknya. Dan juga adanya varietasvarietas tertentu yang sulit untuk dikecambahkan. Bagi orang awam masalah bibit liar dengan dengan bibit unggul sukar
untuk membedakannya. Berdasarkan kenyataan itu maka sekarang dikenal bibit yang berasal dari kultur jaringan. Cara ini
lebih praktis dan mampu mengatasi kendala yang dihadapi. Walaupun demikian tidak semua perkebunan kelapa sawit
mampu mengusahakan bibit yang berasal dari kultur jaringan. Sebab untuk menghasilkan bibit ini memerlukan
laboratorium dan tenaga khusus yang ahli.
Untuk menghindari penananam benih atau bibit liar, sebaiknya dipilih bibit kelapa sawit yang telah diuji dan benar-benar
terbukti kualitasnya. Berdasarkan permasalahan di atas dengan Adanya SK Menteri Pertanian No.
KB.320/261/Kpts/5/1984, Pusat Penelitian Marihat, Balai Penelitian Perkebunan Medan, dan P.T. Socfin Indonesia
ditunjuk secara resmi sebagai sumber dan produsen benih unggul kelapa sawit . Benit unggul tersebut berasal dari
persilangan Dura Deli x Pisifera SP 540 dan Dura Dumpy x Pisifera SP 540.
Ciri-ciri kecambah yang layak ditanam adalah :
Page 3 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan.


Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula,
Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah
Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.
Pembibitan, terbagi atas 2 yaitu pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main nursery).
A. Pembibitan awal (pre-nursery), bertujuan untuk mendapatkan bibit yang merata pertumbuhannya sebelum
dipindahkan ke pembibitan utama.
a) Persiapan pembibitan awal :
Pembuatan bedengan pembibitan dengan ukuran panjang 10 m, lebar 1,20 m jarak antar bedengan 0,80 m,
dengan arah bedengan Utara-Selatan.
Bedengan ditinggikan dari permukaan tanah dan diberi lapisan pasir agar air mudah meresap dan tidak
tergenang.
Bedengan diberi naungan (tinggi 2,5 m, dibuat dari pelepah sawit dan lain-lain)
Mempersiapkan kantong polybag ukuran 15 cm x 22 cm, dan berlobang.
Kantong plastik diisi tanah top soil seberat 0,5 kg kemudian disusun dalam bedengan.
Pemesanan Kecambah
b) Penanaman kecambah :
Sebelum penanaman, tanah dalam polybag disiram
Penyiangan rumput yang tumbuh dalam polybag 2 minggu sekali, diantara bedengan digaruk atau disemprot
dengan herbisida pratumbuh.
Pemupukan diberikan jika ada gejala defisiensi yaitu dengan pupuk Urea atau pupuk majemuk dengan dosis 2
g/l air dan disemprotkan.
Pemberantasan hama dan penyakit : semut, kumbang malam dan lain-lain disemprot dengan insektisida, dan
terhadap ulat-ulat dilakukan dengan hand picking (dipungut) dan untuk penyakit cendawan dipakai fungisida
atau memotong bagian yang terinfeksi.
c) Seleksi bibit :
Diseleksi bibit yang normal dan membuang bibit abnormal.
Waktu seleksi bibit dilakukan saat kecambah diterima dan setelah umur 3 bulan
% tase seleksi 5-10%, tergantung perawatan.
Bibit normal umur 3 bulan biasanya terbentuk 3-4 daun.
Bentuk bibit tidak normal adalah : bibit terputar, bibit kerdil, anak daun tergulung, anak daun sempit dan
berkerut, tumbuh tegak dan kaku, ujung anak daun bulat, bibit menderita penyakit tajuk. Bibit yang tidak
normal ini harus dibuang.
d) Pemindahan bibit ke polybag besar (main-nursery) :
Mulai umur 1,5 bulan, naungan mulai di perjarang
Umur 2,5-3 bulan, bibit harus memiliki 3-4 helai daun dan merupakan saat terbaik untuk memindahkan ke
main-nursery.
Bibit yang dipindahkan diangkut dengan kotak kayu yang bermuatan 30-35 polybag.
B. Pembibitan Utama (main-nursery)
1). Lahan pembibitan utama

Mempersiapkan polybag ukuran 40x60 cm, tebal 0,2 mm, diberi 8 baris lobang dari tengah ke bawah dengan
jarak 5 cm, diameter 0,80 cm.

Polybag diisi tanah top soil 2-3 cm dari atas dikosongkan agar waktu memupuk dan menyiram tidak terbuang.

Pemancangan dan penyusunan polybag :


Pemancangan dilakukan sebelum polybag disusun
Jarak tanam 70x70 cm jika bibit akan dipindahkan ke lapangan pada umur 9 bulan, dan 90x90 cm untuk
bibit yang akan dipindahkan ke lapangan umur 12 bulan atau lebih.
2). Penanaman dalam polybag
Page 4 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Satu hari sebelum ditanam polybag disiram air sampai jenuh


Tanah dalam polybag dibuat sebesar polybag pre-nursery

Bibit dari pre-nursery dilepas dari polybag dan ditanam ke dalam polybag main-nursery, kemudian ditekan
supaya bibit dapat tegak lurus dan padat
3). Pemeliharaan
a). Penyiraman, digunakan sistem selang plastik, berkepala gembor atau sprinkler. Penyiraman dilakukan 2 kali
sehari, yaitu pagi dan sore masing-masing 1-2 liter per bibit, jika hujan 7 mm tidak diperlukan penyiraman.
b). Pembersihan rumput, rumput dalam polybag (secara manual) dan antara polybag dibersihkan (dengan
herbisida), pemberantasan didalam polybag sekali 2 minggu dan diluar polybag sekali 2-3 minggu, untuk
mengurangi penguapan air dipakai mulsa gergaji yang diletakkan di permukaan polybag.
c). Pemupukan, berguna untuk memperbaiki kandungan unsur hara tanah agar tersedia bagi tanaman, pemberian
pupuk setelah bibit berumur 2 minggu dengan cara dibenamkan ke dalam tanah; pemupukan dilakukan 1
minggu sekali sampai umur bibit 6 minggu, selanjutnya dilakukan tiap 2 minggu hingga tanaman berumur 52
minggu seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Umur bibit
Jenis dan dosis pupuk (g/bibit)

(Minggu)
15:15:6:4
12:12:17:2
Kieserit
25
2,5
0
0
69
5
0
0
10 17
10
0
0
18 21
12,5
0
0
22 29
0
15
5
30 37
0
20
7,5
38 52
0
25
10
d). Pemberantasan hama dan penyakit, pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan gulma yang dapat
menjadi sumber hama dan penyakit; pemberantasan hama yang menyerang secara ringan cukup dengan
pengutipan ulat dan serangan berat dilakukan dengan penyemprotan, interval sekali 2 minggu, tergantung
kebutuhan.
e). Seleksi bibit, untuk mendapatkan bibit-bibit yang baik seleksi dilakukan untuk membuang bibit yang
abnormal; dilakukan umur 4 bulan, 8 bulan dan pada saat pindah ke lapangan umur 12 bulan; % tase seleksi
terhadap bibit abnormal 10-15%; Bentuk bibit yang abnormal dicirikan sebagai berikut : bibit tegak dan kaku,
sudut pelepah dengan batang kecil, permukaan tajuk rata, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit
tumbuh lemah dan terkulai, terserang penyakit tajuk dan bentuk anak daun tidak sempurna seperti sudut
daunnya tajam, lebarnya sangat kecil, pendek, dan terlalu rapat/jarang tersusun pada rachis.
f). Pemindahan untuk ke lapangan, pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur 12 bulan sejak benih
dikecambahkan di pre-nursery; 2 minggu sebelum dipindahkan polybag diputar 180 o untuk memutuskan akarakar yang telah tembus ke tanah; bibit berada di pre nursery tidak lebih dari 9 bulan.(14 Nov)
C. Penanaman
a). Persiapan lahan, sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum penanaman. Ukuran lobang tergantung umur bibit,
45x45x45 cm, 60x60x50 cm, 60x60x60 cm.
b). Umur dan tinggi bibit, yang terbaik adalah bibit yang berumur 12 bulan; tinggi bibit dianjurkan 70-180 cm.
c). Waktu tanam, penanaman sebaiknya di awal musim hujan. Penanaman di musim kemarau dapat menyebabkan
kematian, selain itu juga membutuhkan air yang banyak sehingga menambah biaya; paling sedikit 10 hari setelah
penanaman turun hujan secara berturut-turut (Di Indonesia penanaman pada bulan Oktober atau November).
d). Cara, susunan, dan jarak tanam; Pembibitan dengan kantong plastik sangat mudah pada waktu dipindahkan.
Bagian bawah polybag disayat dahulu sebelum dimasukkan ke dalam lubang tanam, setelah berada di dalam
lubang tanam bagian kiri dan kanan polybag disayat dengan hati-hati. Lubang ditimbun dengan tanah sedikit dan
jangan dinjak-injak untuk menjaga akar tanaman tidak rusak. Jarak tanam optimal kelapa sawit 9 m untuk tanah
datar dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang,
atau segitiga sama sisi. Dari hasil penelitian susunan segitiga sama sisi merupakan yang paling ekonomis untuk 1
hektar dapat memuat 143 pohon.
D. Perawatan Tanaman
Perawatan merupakan tindakan yang terpenting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Dimana hal ini menentukan
Page 5 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

masa non produktifnya. Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai
masa non produktif yang pendek, dengan demikian kelapa sawit lebih cepat berproduksi. Perawatan kelapa sawit
meliputi : penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi, dan
penyerbukan buatan.
a

Penyulaman, Tanaman yang mati atau pertumbuhan kurang baik dilakukan penyulaman. Penyulaman maksimal
2-3% dari seluruh bibit yang ditanam. Penyulaman dilakukan pada musim hujan. Bibit yang digunakan adalah
bibit yang seumur.

Penanaman tanaman sela, pada saat tanaman masih muda bisa dilakukan penanaman tanaman sela. Tanaman
yang digunakan adalah tanaman yang berumur pendek, seperti sayur-sayuran, jagung, kacang tanah , dll.
Penanaman tanaman sela ini harus diperhatikan , bisa berkemungkinan menjadi tidak menguntungkan dimana
justru mengganggu tanaman pokok.

Pemberantasan gulma, gulma yang tumbuh disekitar tanaman perlu diberantas. Penurunan hasil disebabkan
karena kompetisi terhadap air, unsur hara , ruang tempat hidup, cahaya, CO 2, dan juga sebagai inang hama dan
penyakit. Pemberantasan dapat secara mekanis, kimiawi.

Pemangkasan, atau penunasan adalah pembuangan daun-daun tua. Bisa juga untuk tanaman muda dengan
tujuan mengurangi penguapan. Tujuan pemangkasan :
membantu penyerbukan,
mengurangi penghalangan pembesaran buah dan
kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun,
membantu/ memudahkan pada waktu panen,
mengurangi perkembangan epifit, dan,
untuk kebersihan pohon.
Pemangkasan memakai alat chisel (dodos), egrek (arit bergagang bambu panjang) atau kampak petik, dengan rotasi 6-8
bulan. Untuk tanaman yang belum menghasilkan 6 bulan sekali, sedangkan yang sudah menghasilkan buah 8 bulan
sekali.
e

Pemupukan, merupakan tindakan perawatan yang sangat penting. Pemupukan bertujuan untuk menambah
ketersediaan unsur dara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Bisa pupuk
tunggal , majemuk (N,P,K,B,Mg). Dosis pupuk yang digunakan tergantung kesuburan tanah, umur tanaman.
Agar dosis pemupukan tepat maka dilakukan analisis tanah dan daun.

Umur tanaman
(bulan)
1
3
5
8
12
16
20
24
28
32

Urea
0,15
0,25
0,25
0,35
0,50
0,50
0,50
0,75
0,75
1,00

TSP
0,50
0,75
1,00
1,00
-

Jenis pupuk (kg/pohon/tahun)


MOP
Kieserit
Garam Borium
0,15
0,10
0,15
0,10
0,25
0,15
0,02
0,50
0,25
0,50
0,25
0,03
0,50
0,35
0,75
0,50
0,50
0,75
0,50
1,00
0,75
-

Sedangkan dosis untuk tanaman menghasilkan (TM) yaitu umur 7-9 tahun untu tiap hektar/tahun adalah :
- Ammonium sulfat (SA) 286 kg
- TSP
143 kg
- Kalium khlorida
357 kg
- Kieserite
143 kg
- Garam borium
7,2 kg
Pemberian dilakukan 2 kali setahun, pemupukan I pada awal musim hujan (September Oktober), pemupukan II
pada akhir musim hujan (Maret-April). Pemberian pupuk dengan cara menyebarkan secara merata dalam piringan.
Untuk TBM pada jarak 20 cm dari pokok sampai batas piringan. Untuk TM berjarak semakin jauh dari pokok
pohon. Dapat juga dengan membuat parit kemudian ditimbun.
Page 6 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Kastrasi, adalah pebuangan bunga, baik bunga jantan maupun betina sebelum areal tersebut di polinasi. Kastrasi
bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama penyakit, dengan
tujuan pada panen pertama dianggap seragam baik berat tandan maupun waktu panen. Kastrasi dilakukan sejak
tanaman mengeluarkan bunga sampai tanaman berumur 33 bulan. Kastrasi dilakukan ketika bunga baru keluar
dari ketiak daun dan belum membesar dipotong dengan alat tertentu tanpa melukai batang atau pangkal pelepah
daun. Rotasi sekali sebulan.

Penyerbukan buatan, Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (dalam satu pohon terdapat bunga jantan
dan betina , yang terpisah rangkaiannya dan tidak bersamaan masaknya), sehingga penyerbukan secara alami
dari segi ekonomi kurang intensif karena jumlah buah yang dihasilkan relatif rendah. Penyerbukan buatan
dilakukan untuk membantu penyerbukan alami yang terganggu karena jumlah bunga jantan kurang atau musim
hujan yang panjang. Penyerbukan dapat dilakukan oleh manusia atau dengan bantuan serangga penyebuk kelapa
sawit (SPKS) Elaeidobius kamerunicus.

E. Hama dan penyakit kelapa sawit


Kelapa sawit tergolong tanaman yang kuat. Tetapi tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Hama yang
menyerang umumnya dari jenis serangga, juga ada dari jenis hewan kelompok mamalia yang bisa menyebabkan
kerugian. Penyakit yang menyerang kelapa sawit ada beberapa mikroorganisme antara lain jamur, bakteri, dan
virus.
Tindakan pemberantasan/pencegahan dari hama dan penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
a). Secara fisik/mekanis, antara lain pengambilan /pengumpulan hama dan penyakit , secara fisik/mekanis,
pembongkaran dan pembakaran tanaman yang terserang, sanitasi kebun, dll.
b). Secara biologis, dengan menggunakan binatang/organisme lain sebagai musuh sebagai parasitisme dan
predator.
c). Secara khemis, menggunakan pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida, nematisida, akarisida, dll).
Hama utama pada tanaman kelapa sawit TBM jenisnya tidak sama dengan TM. Pada tanaman muda sasaran utamanya
adalah bagian tanaman yang paling penting yaitu umbut, daun, dan bunga.
Beberapa jenis hama terdapat pada kelapa sawit :
a

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros Linn.), kumbang ini menggerek pucuk kelapa sawit sampai umur
tanaman 2,5 tahun. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemakaian insektisida dicampur dengan serbuk
gergaji (tetapi kurang berhasil). Peletakan kapur barus pada ketiak pelepah daun ternyata cukup baik karena
dapat mengusir kumbang, tetapi harus sering dilakukan. Insektisida lainnya yang dapat dipakai adalah Basudin
10 G, Furadan 3 G, Curater 3G, dengan dosis 10-15 g/pohon. Secara biologis dapat dimanfaatkan virus
Baculvirus dan Metaahizium anisopliae pada media larva.

Apogonia sp., Hama serangga ini menyerang daun, serangga ini keluar pada senja hari. Serangan terutama pada
bagian luar yang berbatasan dengan hutan atau semak.

Belalang, belalang yang menyerang terutama Valanga sp. Serangan menimbulkan lobang-lobang kecil pada
daun muda, menyebabkan busuk pada tepi lobang dan pada populasi yang tinggi hampir semua permukaan
daun berlobang dimana akhirnya daun akan mengering. Tanaman tidak mati tapi pertumbuhannya sangat
tertekan karena asimilasi terganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi lingkungan, dengan
menyemprot kan insektisida pada bibit yang belum ditanam dilapangan. Secara khemis pemberantasan dapat
dilakukan dengan menyemprotkan Bidrin 200 g/100 l air yang dicampur denagan bahan perekat atau Tenix 10
g/bibit pada kantong polibag beberapa hari sebelum tanam.

Ulat api dan ulat kantong, termasuk hama pemakan daun dari ordo Lepidoptera famili Licodidae (ulat api), dan
famili Psychidae (ulat kantong). Bila populasi hama ini belum terlalu tinggi pengendalian cukup dengan
pengutipan (secara manual) dengan penjepit kemudian dicelupkan ke dalam racun serangga. Tetapi bila
populasi tinggi maka dapat dilakukan dengan penyemprotan memakai insektisida Bayrusil 25 EC 750 cc/ha,
Dimecron 60 Scw 1.000 cc/ha, Ekalux 25 EC 750 cc/ha, Bactospeine WP 350 g/ha, Thuricide 350 g/ha, dll/
Dapat juga dengan menginfus akar atau batang dipakai Azodrin 60 WSC, Tamaron 600 LC 10 cc/pohon, dll.
Dapat juga dengan pengendalian secara biologis menggunakan pemangsa setora nitens yaitu Eocanthecona
furcellata dan Cantheconidae javana.

Penggerek bunga, Bunga yang terserang akan gugur, sedangkan buah muda yang terkena tidak akan sempurna

Page 7 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

perkembangannya (tidak berinti). Selain menyerang bunga jantan juga menyerang pelepah daun muda.
Pencegahannya dengan sanitasi lingkungan, Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan Thiodan
35 EC 2 g/L, Dipterex 95 SL 1,5 cc/L, Agrolene 26 WP 2,5 g/L dicampur dengan perekat dan disemprotkan
pada tandan bunga dapat mengatasi serangan.
f

Nematoda, daun-daun yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Selanjutnya daun berubah
menjadi kuning dan mengering. Terjadi pembusukan pada tandan bunga dan tidak membuka, sehingga tidak
menghasilkan buah. Nematoda yang menyerang adalah Rhadinaphelenchus cocophilus ,. Hama ini menyerang
akar, Pemberantasanya adalah pohon yang terserang diracun dengan natrium arsenit. Untuk sumber infeksi
setelah tanaman mati/ kering dibongkar lalu dibakar.

Tungau , yang menyerang adalah jenis tungau merah (Olygonychus) yang panjangnya 0,5 mm, hidup sepanjang
tulang anak daun sambil menghisap cairan. Gejalanya daun berubah warna dari hijau menjadi perunggu
mengkilat (bronz). Pembenerantasan dengan menyemprotkan akarisida yang mengandung bahan aktif
tetradidon 75,2 g/L (Tedion 75 EC) dengan konsentrasi 0,1 0,2 %.

Pimelephila ghesquirei. Pada daun muda terdapat lubang atau bekas gereken dari ulat hama ini, sehingga
apabila ada angin kencang, daun menjadi patah. Telur dari hama ini ditempatkan di bawah daun yang belum
membuka, kemudian setelah beberapa hari menetas menjadi larva yang berukuran 3-4 cm, berwarna merah tua
dan berubah menjadikekuningan sesuai dengan perkembangannya, siklusnya 35-45 hari. Pemberantasannya
dengan cara memotong bagian yang terserang, tetapi bila serangan berat disemprot dengan Parathion 0,02%.

Ulat kantong (Metisa plana dan Mahasena corbetti dan Crematosphisa pendula), gejalanya daun tidak utuh dan
berlubang, kerusakan dimulai dari lapisan epidermis, selanjutnya daun mengering. Kerusakan oleh hama ini
menyebabkan penurunan hasil mencapai 40% pada tahun pertama. Pemberantasan secara khemis dengan timah
arsenat 2,5 kg/ha dalam air 25 L atau insektisida yang mengandung bahan aktif triklorfon 707 g/L (Dipterex
700 ULV) 1,5-2 kg/ha dilarutkan dalam air 15-20 l. Pemberantasan secara biologis dengan menyebarkan
predator dan parasit. Parasit yang dipakai antara lain Callimerus arcufer, Brachymeria sp, Apenteles sp,
Filistina sp, dll. Sedangkan predator yang dipakai adalah Sycanus dichotomus.

Penggerek tandan buah (Tirathaba mundella), ulat ini berwarna coklat muda sampai cokelat tua mencapai
panjang 4 cm. Hama ini meletakkan telur pada tandan buah dan setelah menetas larvanya akan melubangi bua,
akibatnya buah menjadi berlubang. Pemberantsan secara khemis memakai abahan aktif triklorfon 707 g/L atau
endosulfan 350 g/L. Jenis insektisida adalah Dipterex 700 ULV dan Thiodan 35 EC dengan dosis 0,55 kg/ha
dilarutkan ke dalam 370 L air. Dapat juga dilakukan pengendalian secara biologis.

Tikus (Rattus tiomaniicus, Rattus sp.), gejalanya pertumbuhan menjadi tidak normal, terutama pada bibit dan
tanaman muda. Sedangkan pada TBM terjadi kerusakan pada tandan buah dan bunga yang masih muda.
Pemberantasannya umumnya sulit, karena hidupnya sangat luas. Pemberantasan antara lain dengan cara
emposan pada sarangnya. Secara biologis dengan predator seperti kucing, ular, burung hantu (Tyto alba)

Hama lainnya bisa dari jenis mamalia, seperti tupai, babi hutan, dll.

Penyakit pada tanaman kelapa sawit :


Penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah jenis mikroorganisme seperti jamur, bakteri, dan virus.
Penyakit ini sangat sukar diberantas. Tindakan pemberantasan dapat dengan pemotongan bagian tanaman yanag
terserang, pembongkaran, dan pembakaran. Karena sulit untuk memberantasnya cara yang terbaik adalah tindakan
pencegahan, seperti penggunaan bibit yang resisten, isolasi, pemusnahan/pembakaran pohon-pohon yang sakit
dengan menggunakan bahan kimia, beberapa penyakit yang menyerang tanaman sawit adalah :
a. Blast disease (penyakit akar), disebabkan oleh jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp. Dengan gejala

daun tumbuh tidak normal, lemah, dan berubah warna dari hijau menjadi kuning (nekrosis). Nekrosis dimulaia
dari ujung daun beberapa hari kemudian tanaman mati. Tanaman yang terserang akarnya membusuk.
Pencegahan merupakan cara yang terbaik dimulai dari persemaian agar didapatkan bibit yang sehat dan kuat,
pemberian air yang cukup dan naungan pada musim kemarau, dll.
b. Basal stem rot atau Ganoderma (penyakit busuk pangkal batang) disebabkan oleh Ganoderma applanatum, G.

Lucidum, G. Pseudofferum. Gejalanya daun hijau pucat dan daun muda yang terbentuk sedikit. Daun yang tua
layu, patah pada pelepah, dan menggantung pada batang. Selanjutnya pangkal batang menghitam, getah
(gum=blendok) keluar dari tempat yang terinfeksi, dan akhirnya batang membusuk dengan warna coklat muda.
Page 8 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Akhirnya bagian atas tanaman berjatuhan dan batang roboh. Pencegahan, sebelum penanaman sumber infeksi
dibersihkan, terutama areal kelapa sawit yang merupakan lahan bekas kelapa atau kelapa sawit, tunggul harus
dibongkar dan dibakar. Pemberantasannya tanaman yang terserang harus dibongkar dan dibakar.
c. Upper stem rot (penyakit busuk batang atas), disebabkan oleh jamur Fomex noxius. Gejala serangan daun

bagian bawah berubah warna dan akhirnya mati. Keadaan terus berkembang sampai kuncup daun terserang,
selanjutnya terjadi pembusukan pada batang, sekitar 2 m dari permukaan tanah. Penyakit ini berhunbungan
dengan defisiensi unsur K dan infeksi spora saat pemangkasan. Pemberantasannya bagian tanaman yang baru
terserang sedikit dapat ditolong dengan pembedahanatau pemotongan. Bekas pemotongan ditutupi dengan obat
penutup luka (protectant) seperti ter arang. Apabila tanaman sudah tidak bisa tertolong harus dibongkar. Selain
itu dapat juga dengan penambahan unsur K, untuk mengurangi penderitaan pohon yang terserang.
d. Dry basal rot (penyakit busuk kering pangkal batang) disebabkan jamur Ceratocystis paradoxa . Gejala

serangan tandan buah membusuk, pembentukkan bunga terhambat dan diikuti dengan patahnya pelepah daun
bagian bawah, akhirnya tanaman kering dan mati. Jamur menyerang melalui akar atau bekas luka akibat
pemangkasan. Tanaman yang berumur 4-10 tahun lebih peka terhadap penyakit ini, dan 2-3 tahun kemudian
setelah terkena penyakit ini akan mati. Pencegahan dengan menghidarkan sumber infeksi dan mengusahakan
varitas yang tahan. Pemberantasannya dengan cara dibongkar dan dibakar.
e. Spear rot (busuk kuncup), sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Gejala serangan kuncup

(spear) membusuk dan berwarna kecokelat-cokelatan, setelah dewasa kuncup bengkok dan melengkung.
Pemberantasannya dengan memotong bagian kuncup yang terserang.
f.

Bud rot (penyakit Busuk titik tumbuh) disebabkan oleh bakteri Erwinia arsidea, penyakit ini berkaitan erat
dengan serangan kumbang Oryctes rhinoceros, dimana setelah hama menyerang titik tumbuh, kemudian
dilanjutkan dengan serangan penyakit ini yang merupakan serangan sekunder. Pemberantasannya belum ada
cara yang efektif.

g. Dll.

Panen
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya masak 5-6 bulan kemudian setelah penyerbukan.
Proses pemasakan kelapa sawit dapat dilihat dari perobahan warna kulit buahnya dari hijau pada buah muda menjadi
jingga waktu masak tetapi ini tergantung pada jenis dari kelapa sawit. Pada saat itu kandungan minyak pada daging
buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang buah kelapa sawit akan lepas dari tandannya, ini dikenal dengan istilah
membrondol.
Panen meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon
ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta ke pabrik. Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu
sebab tujuan panen adalah untuk memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. Kwalitas minyak
sawit dipengaruhi oleh cara pemanenannya, maka kriteria panen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen,
rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti.
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat.
Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh.
Kriteria tersebut adalah :
1. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang dari 10 butir.
2. Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
Secara praktis digunakan suatu aturan umum yaitu setiap 1 kg TBS terdapat 2 brondolan yang jatuh.
Cara Panen.
Cara panen mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk
mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Panen pada saat buah kelewat masak akan mengakibatkan
Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA) meningkat. Ini akan merugikan yang berakibat mutu
menjadi menurun. Sebaliknya bila dipanen pada muda yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walau
ALB-nya lebih rendah.
Panen untuk pohon yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan untuk tanaman
yang tingginya 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan
untuk pemanenan dengan tinggi di atas 10 m (arit bergagang panjang/ egrek)
Page 9 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Rotasi dan sistem panen. Rotasi disini adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada
tempat yang sama. Biasanya di perkebunan di Indonesia menggunakan rotasi 7 hari.
Produksi, tergantung beberapa faktor yaitu jenis bibit, jenis tanah, iklim, dan teknik budidaya. Keadaan optimum produksi
dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton CPO.

Page 10 of 10

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI UTAMA . PS. Agribisnis TP 2015-2016. , DOSEN : IR. PRIMA NOVIA, MP

Anda mungkin juga menyukai