Anda di halaman 1dari 88

BUDIDAYA TANAMAN PALA

(Myristica fragrans Hout)


Pala (Myristica Fragan Haitt), satu lagi jenis tanaman
asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Tanaman asli Kepulauan Banda Maluku ini
merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi telah
menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak
masa Romawi. Tanaman pala menyebar ke Pulau
Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok
yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai
1295 pembudidayaan tanaman 777777
pala terus meluas
sampai Sumatera.
Tanaman pala (Myristica Fragrans Hout)merupakan
tanaman asli Indonesia, sudah terkenal sebagai
tanaman rempah sejak abad ke 18. Sampai saat ini
Indonesia merupakan produsen pala terbesar dunia
(70 – 75 %). Negara produsen lainnya adalah grenada
sebesar 20 – 25 %, kemudian selebihnya india,
srilanka, dan Malaysia.

7777777
SENTRA PENANAMAN
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman
pala di Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan
daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi, Irian
Jaya. Aceh dan Maluku.

. JENIS TANAMAN
777777777777777777
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
Myristica fragrans Houtt,
Myristica argentea Ware,
Myristica fattua Houtt,
Myristica specioga Ware,
Myristica Sucedona BL,
Myristica malabarica Lam.
7777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777
Selain sebagai rempah-rempah pala juga
7777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777
berfungsi untuk menghasilkan minyak
7777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777
777777777777777777777777777777777777
astiri
yang banyak digunakan untuk industri
pengalengan, makanan dan kosmetik
dimana
semua bagiannya dapat di manfaatkan dan
mempunyai harga ekonomis.
• MANFAAT TANAMAN PALA

• Tanaman pala dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil
minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Berikut manfaat
pala berdasarkan tiap jenis tanamannya :
• Kulit batang dan daun
• Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang
dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
• Fuli
• Fuli atau salut biji pala adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman
pala, disebut “bunga pala”. Dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae
arillus atau macis. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri.
• Biji pala
• Biji pala sebagai rempah-rempah, mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap
untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar. Minyaknya juga dipakai sebagai
campuran parfum atau sabun. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri
yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk
obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-­muntah dan lain-lainya.
• Daging buah pala
Diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal
daging buah pala.
• Hampir semua bagian tanaman pala dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
penanganan dan pengembangan tanaman pala pada skala agrobisnis merupakan peluang usaha yang
sangat menjanjikan untuk digeluti
 Sebagian besar pala di Indonesia diusahakan oleh
perkebunan rakyat (98,84 %), budidayanya
ekstensif atau jarang dipelihara, dan umur
tanaman rata- rata sudah tua (>30 tahun).
 Sentra produksi pala di Indonesia antara lain
Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, dan Aceh.
 Komoditas pala yang diperdagangkan di pasaran
dunia adalah biji, fuli (kulit biji pala), dan minyak
atsiri.
777777777777777777777777777777777777
77777777777
1. Batang dan daun digunakan untuk minyak astiri
2. Fuli digunakan untuk bahan 7makanan dengan harga pasar
saat ini Rp.160.000,-/kg, (harga bln Juli 2011)
3. Biji pala digunakan untuk rempah-rempah dengan nilai
perdagangan Rp. 60.000,-/kg di Tolitoli dan Rp.90.000/kg di
Menado. (harga bulan Juli 2011)
4. Daging buah pala digunakan untuk makanan manisan
dengan harga Rp.10.000,-/kg dan 20.000,-/kg di menado

Mempunyai pohon 40 pala berumur 9 tahun


sanggup menghasilkan Rp.250.000,- perhari
 Daging buah pala banyak digunakan untuk industri
makanan dan minuman di dalam negeri.
 Biji dan fuli digunakan dalam industri pengawetan
ikan, pembuatan sosis, makanan kaleng, dan adonan
kue karena aroma minyak atsiri dan lemak yang
dikandungnya meningkatkan nafsu makan.
 Minyak pala merupakan bahan baku industri obat-
obatan, pembuatan sabun, parfum dan sebagainya.
Biji, Fuli, dan Minyak Atsiri Pala
77
Klasifikasi 77
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Magnoliidae
                         Ordo: Magnoliales
                             Famili: Myristicaceae 
                                 Genus: Myristica
                                     Spesies:  Myristica fragrans Houtt
JENIS POHON PALA
1. Pala Banda → Myristica fragrans
 Paling umum dibudidayakan di Indonesia, India,
Grenada, dan Malaysia.
 Berasal dari Pulau Banda, Maluku.
 Kualitas biji dan fulinya adalah yang terbaik. 
 Bentuk percabangan pohon teratur,
daunnya kecil sampai sedang, buahnya bulat.  
 Biji besar dan fulinya tebal berkualitas baik, dan
harum khas pala.
Pala Banda
2. Pala Papua → Myristica argentea
 Berasal dari Papua atau Irian.
 Bentuk pohon bulat, tinggi, besar dan rimbun.
 Percabangan tidak teratur, daunnya tebal dan
lebar.  
 Ciri khas yang paling menonjol adalah bentuk
buahnya lonjong dan besar.
 Daging buah yang tebal dan besar cocok untuk
bahan manisan, asinan, minuman, dan bahan-
bahan makanan serta minuman lainnya.  
 Melihat keragaan pohonnya, pala jenis ini cocok
sebagai pohon pelindung dan penghijauan.
Pala
Papua
3. Pala Patani → Myristica succenadea
 Berasal dari Halmahera dan banyak
dibudidayakan di Maluku Utara.
 Bentuk pohon piramidal sampai lonjong.

 Bentuk buahnya agak lonjong.

 Bijinya bulat sampai lonjong dan fulinya agak


tebal.
 Kualitas biji dan fulinya agak kurang
dibandingkan Pala Banda.
Pala
Patani
4. Pala Bacan atau Pala Hutan → Myristica speciosa

 Bentuk pohonnya bulat dan rimbun,


percabangan tidak teratur dan daunnya lebar dan
agak tipis.

 Ciri khasnya adalah buah dan bijinya kecil sebesar


biji kacang tanah dengan fulinya yang tipis.

 Pala jenis ini hanya cocok sebagai pohon


pelindung dan penghijauan.
Pala
Bacan
MORFOLOGI
1. Batang
 Bentuk pohon pala berpenampilan indah, tinggi 10 -
20 m, mahkota pohonnya meruncing, berbentuk
piramidal (kerucut), lonjong (silindris), dan bulat,
dengan percabangan relatif teratur.
 Berdasarkan informasi dari para petani pala di Maluku,
penentuan pohon pala jantan dan betina secara dini
atau pada bibit dapat diduga dari sudut percabangan.
 Percabangan mendatar diduga pohon betina, dan sudut
percabangannya meruncing diduga pohon jantan.
Batang Tanaman Pala
2. Daun
 Daun berwarna hijau gelap dan mengkilap.
 Penentuan jenis kelamin secara dini dapat
diduga dari bentuk helaian daun.
 Bentuk helaian daun lebih terkulai merupakan
ciri pala betina, sedangkan bentuk helaian daun
yang relatif lebih kecil dengan letak daun lebih
tegak menunjukkan pala jantan.
Daun Tanaman Pala
3. Bunga
 Pala merupakan tanaman berumah dua (dioecous)
dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
individu/pohon yang berbeda, dan ada juga yang
bunganya hermaprodit
 Pada umumnya dari 100 biji yang ditanam
biasanya yang menjadi tanaman betina hanya 55 %,
40 % jantan dan 5 % hermaprodit. Hal ini
merugikan karena produksi per hektar menjadi
rendah karena banyaknya tanaman jantan dan
posisinya jauh dari tanaman betina.
 Untuk mendapatkan komposisi dan posisi tanaman
jantan dan betina yang tepat di lapangan, maka jenis
kelamin pala harus dapat diketahui sejak dini pada
saat di pembibitan.
 Komposisi yang ideal adalah 1 tanaman jantan untuk
8 betina.
 Selain komposisi (sex ratio ), posisi yang tepat antara
tanaman betina dan jantan di lapangan juga perlu
diperhatikan agar tanaman betina dapat berproduksi
secara optimal.
 Pengaturan komposisi jantan dan betina di
kebun sulit dilakukan apabila tanaman pala
diperbanyak dengan cara generatif (biji),
karena jenis kelamin tanamannya tidak dapat
diketahui secara pasti.
 Teknik menyambung (grafting ) bisa dijadikan
sebagai solusi untuk mendapatkan bahan tanam
pala dengan kelamin yang jelas.
Komposisi Ideal Jantan dan Betina
Tanaman Pala Patani
 Bunga pala keluar dari ujung cabang dan ranting,
dan berwarna kuning

 Pohon jantan dicirikan oleh habitus yang lebih kecil


dari betina, cabang lebih tegak, daun lebih kecil dan
menghasilkan banyak bunga jantan dalam bentuk
rangkaian yang membawa 3 sampai 15 bunga per
kuntum, sedangkan pada pohon betina bunganya
sekitar 1 sampai 3 per kuntum.
Bunga pala
Bunga Tanaman Pala
Bunga Bunga
Jantan Betina
4. Buah dan Biji
 Buahnya bulat sampai lonjong, berwarna hijau
kekuning-kuningan, apabila masak akan berbelah
dua, diameter 3 - 9 cm.

 Daging buahnya tebal dan rasanya asam.

 Biji berbentuk bulat sampai lonjong, warnanya


coklat dan mengkilap pada bagian luarnya, kernel
bijinya berwarna keputih-putihan, dan fulinya
berwarna merah gelap dan ada pula yang putih
kekuning-kuningan, membungkus biji
menyerupai jala.
Buah, Biji, dan Fuli Tanaman Pala
SYARAT TUMBUH
 Pala merupakan jenis tanaman tropis yang dapat
tumbuh subur di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi, curah hujan 2.000 sampai 3.500 mm per
tahun sangat baik untuk budidaya pala.
 Tanaman pala dapat hidup dengan baik di wilayah
yang memiliki ketinggian 0 – 700 m dpl.
 Suhu yang dikehendaki adalah 20 – 30 ⁰C, dengan
kelembaban 50 - 80 %.
 Derajat keasaman tanah sebaiknya tidak kurang dari
5,5 dan tidak lebih dari 7.
 Kesesuaian lahan dan iklim tanaman pala
Variabel Kriteria lokasi

Amat sesuai Sesuai Hampir sesuai

Ketinggian  (m dpl) 0-700 700-900 900

Curah hujan (mm/th) 2000-3500 1500-2000 1500-4500

Hari hujan (hari/th) 100-160 80-100 atau 160-180 80 atau 180

Temperatur (°C) 25-28 20-25 25 atau 31

Kelembaban nisbi (%) 60-80 55-60 55 atau 85

Drainase Baik Agak baik s/d baik Agak baik

Tekstur tanah Berpasir Liat (lempung) berpasir Liat

Kemasaman (pH) netral Agak masam/ netral  


BUDIDAYA PALA
1. Perbanyakan Tanaman
 Tanaman pala dapat diperbanyak secara
generatif dengan biji, dan cara vegetatif dengan
cangkok,sambungan pucuk, okulasi, dan susuan.
 Perbanyakan secara generatif lebih mudah dan
cepat dilakukan. Kelemahannya adalah (1)
benihnya belum tentu sama dengan induknya,
karena adanya proses persilangan, dan (2)
kelamin pohonnya belum dapat diketahui.
 Perbanyakan secara vegetatif bisa diketahui
kelamin pohonnya dari mulai pembibitan.
Alur Perbanyakan Tanaman Pala
Perbanyakan Generatif
Bibit berumur 6 bulan, Bibit siap ditanam di
naungan dikurangi secara lapangan setelah berumur
bertahap hingga intensitas 1–2 tahun dengan ketinggian
cahaya masuk ±75 %. 80 -100 cm.
PEMBIBITAN
Perbanyakan Vegetatip Susuan
Perbanyakan Vegetatip Sambung Pucuk
Pala betina hasil sambung pucuk umur 2 bulan
dan 12 bulan di lapangan
Pala hasil sambung pucuk, umur 2,5 tahun sudah
menghasilkan buah
Tanaman Pala Hasil Sambung Pucuk
• HASIL PENGAMATAN PRODUKSI BUAH PALA
• HASIL EPICOTYL GRAFTING
• • Pada umur 8 tahun menghasilkan rata-rata
• 1000 buah.
• • Pertumbuhan kuat dengan kanopi kompak.
• • Tinggi tanaman pada tahun ke-9 adalah 3,5
• m dengan lebar kanopi 3,5 m.
• • Serangan busuk buah sangat rendah. Buah
• rontok tidak ada.
• • Bobot buah rata-rata 75 gram, biji kering 9
• gram, fuli kering per buah 1,33 gram.
• Sebagai tanaman sela di kebun kelapa, buah pala menghasilkan ratarata
• 480 gram fuli kering dan 3122 kg biji kering per hektar pada umur
• 8 tahun. Fuli berwarna merah gelap dan biji hitam mengkilap dan tebal.
• PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
• UNTUK POHON PALA
• • Pupuk organik (pupuk kandang kambing, sapi
• atau kompos yang sudah matang) diberikan
• setahun sekali kali yaitu, pada awal musim hujan
• masing-masing sebanyak 2,5-5 kg/pohon.
• • Pupuk organik diberikan dengan cara disebar
• di daerah perakaran pala kemudian ditimbun
• dengan tanah.
Perbanyakan Cara Stek

Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang
dengan 0,5% larutan hormaon IBA.
Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4
bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya.
Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup
banyak.
Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% . Penyetekan
dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah
terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk
kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan
kemudian sudah tampak perakaran.
2. Penanaman
• Jarak tanam pala yang diperbanyak secara generatif 9 x
10 m atau 10 x 10 m, jarak tanam pala yang diperbanyak
secara vegetatif (grafting) adalah 5 x 5 m atau 6 x 6 m.
• Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm pada tanah
gembur, pada tanah yang berliat tinggi ukuran lubang
tanam lebih besar yaitu 100 x 100 x 100 cm.
• Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, untuk menjaga
tanaman muda dari sengatan matahari langsung perlu
dibuatkan naungan dari tiang bambu atau kayu dengan
atap daun kelapa atau alang-alang, sampai tanaman
berumur 1 - 1,5 tahun setelah tanam.
Bibit yang baru di
pindahkan ke lapangan
Komposisi dan posisi penanaman tanaman pala
jantan dan betina di lapangan dari
bibit hasil sambung pucuk
3. Pemeliharaan
 Penyulaman → dilakukan sejak umur 1 bulan di
lapangan
 Penyiangan gulma
 Pemupukan
 Pupuk organik (pupuk kandang kambing,
sapi atau kompos yang sudah matang)
diberikan setahun sekali yaitu, pada awal
musim hujan sebanyak 2,5-5 kg/pohon.
 Pupuk anorganik → konsep 4 T
 Pengendalian HPT
4. Panen
 Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 - 8
tahun dan baru pada umur 10 tahun dapat
berproduksi secara menguntungkan.
 Tanaman pala hasil sambungan/grafting sudah
berbuah umur 2,5 - 3 tahun.
 Produksi tanaman pala terus meningkat dan
pada umur 25 tahun mencapai produksi
tertinggi dan dapat terus berproduksi sampai
umur 60 - 70 tahun.
 Produksi buah 1000 - 7500 butir/pohon/tahun.
•  PANEN
Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun
telah berproduksi secara menguntungkan.
• Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi
tertinggi.
• Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik
(dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga
dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah
tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat
bijinya yang diselaputi fuli warna merah.
• Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka
pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di
tanah.
• Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen
raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan
panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan
memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling
tebal.
 Buah pala dapat dipanen setelah berumur 3 - 4
bulan untuk minyak, dan berumur 10 bulan untuk
rempah, fuli, manisan.
 Tanda-tanda buah pala yang sudah cukup tua (umur
10 bulan) adalah jika sebagian buah pala dari suatu
pohon sudah merekah. Biji yang dihasilkan akan
berwarna hitam dan baik untuk dijadikan sumber
benih.
 Pemanenan dilakukan dengan menggunakan galah
yang pada bagian ujungnya diberi keranjang, atau
dengan cara memetik langsung dengan menaiki
batang dan memilih buah-buah yang telah tua.
 Dalam satu tahun pala dapat dipanen dua kali.
• Kualitas biji pala ditentukan oleh:


Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas, tetapi
menentukan kualitas pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat
biasanya kita akan dapatkan buah-buah yang kecil.

• Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala yang


dihasilkan. Akibat dari pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah
diserang oleh hama atau penyakit (terbelah putih) sehingga kualitas buah
kurang baik.

• Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada waktu masih muda,
biji dan fuli yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian pula
dengan prosesing yang kurang baik, misalnya penjemuran yang dilakukan
secara tergesa-gesa, biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.
 PASCAPANEN
Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah
yang sudah masak dibelah dan antara daging buah,
fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala
tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya
bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu
disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam
yaitu: 
1. yang gemuk dan utuh;
2. yang kurus atau keriput; dan
3. yang cacat.
• Pemecahan Tempurung Biji
Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

Dengan tenaga manusia : Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan
dengan cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara
memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau
tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.

• Dengan mesin : Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat
diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan
oleh manusia, yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala
sehingga yang
tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga,
waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis
dari isi biji juga lebih kecil.
• Pengeringan Biji

Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk
menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari
pada lantai jemur/tempat lainnya.

• Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan
mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepas
bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar
8–10 %.

• Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit
buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji.

• Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan ukuran
besar kecilnya isi biji: 

1.Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
2. Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
3. Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
• Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala yang
banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu: 
Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana
(seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur dinding/tembok).

• Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2–
3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua
isi biji.

• Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin-
anginkan sampai kering.

• Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan
fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH 3 B 1 ) atau karbon bisulfida (CS
2).
Ciri-ciri buah pala yang sudah tua dan siap dipanen
(umur 10 bulan)
PASCA PANEN
Sirup pala Balsem
Produk Olahan Tanaman Pala
• PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
• UNTUK POHON PALA
• • Pupuk organik (pupuk kandang kambing, sapi
• atau kompos yang sudah matang) diberikan
• setahun sekali kali yaitu, pada awal musim hujan
• masing-masing sebanyak 2,5-5 kg/pohon.
• • Pupuk organik diberikan dengan cara disebar
• di daerah perakaran pala kemudian ditimbun
• dengan tanah.
• HASIL PENGAMATAN PRODUKSI BUAH PALA
• HASIL EPICOTYL GRAFTING
• • Pada umur 8 tahun menghasilkan rata-rata
• 1000 buah.
• • Pertumbuhan kuat dengan kanopi kompak.
• • Tinggi tanaman pada tahun ke-9 adalah 3,5
• m dengan lebar kanopi 3,5 m.
• • Serangan busuk buah sangat rendah. Buah
• rontok tidak ada.
• • Bobot buah rata-rata 75 gram, biji kering 9
• gram, fuli kering per buah 1,33 gram.
• Sebagai tanaman sela di kebun kelapa, buah pala menghasilkan ratarata
• 480 gram fuli kering dan 3122 kg biji kering per hektar pada umur
• 8 tahun. Fuli berwarna merah gelap dan biji hitam mengkilap dan tebal.

Anda mungkin juga menyukai