b. Buah
Buah jati ” Janggleng” (orang jawa), bentuknya kecil dan keras (diameter 5-20 mm), terbungkus oleh
sebuah kelopak berdaging yang gugur setelah buah-buahnya jatuh. Inti buah meruncing ke bawah
dan dikelilingi oleh sebuah penutup tak berdaging, tapi bergabus seperti bunga karang (spons),
berwarna coklat dan merupakan selapis bulu yang tebal terjalin satu sama lain. Kulit buah sangat
keras dan berwarna putih. Hanya inti buah yang mudah dibelah dengan pisau dan biasanya berisi 4
kotak (panjang 3-6 mm, dan lebar 4 mm), tiap kotak berisi satu biji. Biji jati sangat tebal dan berlemak,
tetapi jarang tiap biji terbentuk sempurna.
c. Daun
Letak dua helai daun jati di tangkai daun yang pendek, selain itu juga jati memiliki daun bulat telur
terbalik dan bukan merupakan daun sempurna, letak helaian daun jati pada batang muda
berhadapan. Daun pada bagian atas berwarna hijau dan permukaannya kasar. Bagian bawah warna
daun jati hijau kekuning-kuningan, berbulu halus dan terdapat rambut kelenjar, daun muda jati
berwarna merah. Ukuran daun jati bervariasi, daun jati muda memiliki panjang 80-100 cm dan lebar
sekitar 60-70 cm. Jati termasuk jenis yang menggugurkan daunnya bila kekurangan air. Tetapi pada
daerah yang masih memiliki air pada musim kemarau, jati tetap berdaun dan tidak meranggaskan
daunnya.
d. Batang
Pada jati muda, batang berbentuk segi empat. Perubahan dari bentuk segi empat ke bentuk bulat
umumnya terjadi pada umur 3-4 tahun. Di tanah yang subur, dengan penutupan tajuk cukup rapat
menyebabkan pertumbuhan batang yang meninggi lebih dominan dan percabangannya dimulai pada
ketinggian 18-20 m. Untuk kondisi tempat tumbuh yang kurang bagus, karena tandus, sering terjadi
kebakaran, adanya penggembalaan, banyaknya alang-alang, maupun karena tegakan kurang rapat,
pertumbuhan jati cenderung melengkung.
Pada umumnya pohon jati memiliki daun yang kurang lebat tetapi karena daunnya yang lebar, tajuk
memberi naungan yang lebat dan merata, bentuk tajuk tidak beraturan sampai bulat telur pada
tegakan yang kurang rapat tinggi tajuk agak rendah, dahan jati umumnya bengkok dan memiliki
banyak tangkai dengan ranting berbentuk penampang segi empat dan berbulu halus.
e. Akar
Susunan akar jati pada waktu muda berupa akar tunggang yang sangat cepat tumbuhnya. Akar
tunggang kemudian mengalami percabangan sehingga akar pokok tidak nyata, jati memiliki akar yang
sensitif terhadap kekurangan zat asam.
Pada kondisi tanah yang baik (subur, remah, tidak padat, tidak terdapat lapisan batu) panjang akar
dapat mencapai 2-3 m. Tetapi, jika kondisi tanah kurang baik, akar menjadi dangkal dengan panjang
70-80 cm. Akar cabang memiliki cabang-cabang yang lebih halus, panjangnya rata-rata mencapai ± 3
m. Akar-akar halus ini mengambil zat hara dari dalam tanah.
Selain itu juga akar jati mengalami persaingan, jika tanaman jati muda yang berbatasan dengan
hutan tua, jati tua di pinggir dekat hutan tua ini tentu lebih kecil, kurang subur tumbuhnya dari pada
tanaman jati muda di tengah-tengah. Keadaan tersebut disebabkan karena persaingan akar dalam
mencari air, zat hara, zat asam atau pembakar. Untuk membuktikn terjadinya persaingan akar
tersebut, dapat di buat parit yang agak dalam diantara hutan tua dan tanaman jati. Dengan adanya
parit ini, karena akar dari hutan tua tidak dapat menjalar ke lapangan tanaman jati muda, jati muda di
pinggir tidak menjadi kecil atau kurang subur tumbuhnya.
2.8.4.Multiplikasi
Multiplikasi atau perbanyakan propagul bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan
tanaman yang diperbanyak seperti tunas, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga
sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini perbanyakan tunas
dirangsang, umumnya untuk mendorong percabangan tunas lateral atau merangsang pembentukan
tunas adventif. (Yusnita, 2004).
2.8.6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah pengkondisian planlet atau tunas mikro di lingkungan baru yang aseptik di luar
botol dengan media tanah ,arang sekam atau pupuk kandang, sehingga planlet dapat bertahan dan
terus tumbuh menjadi bibit yang siap ditanam di lapang. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan
baru dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan
yang tinggi.
Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah
bibit dan lapangan sangat jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar
botol berkelembaban jauh lebih rendah, tidak aseptik dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih
tinggi daripada kondisi di dalam botol. Planlet lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh
dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik serta suplai hara mineral dan sumber energi
cukup (Yusnita, 2004).
. Pembuatan dan Sterilisasi Media Jati
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara
kultur in vitro. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2004). Pembuatan media
tanam dalam perbanyakan tanaman secara in vitro merupakan kegiatan yang paling penting dan
memerlukan ketelitian serta pemahaman yang jelas dalam proses pembuatannya.
Pembuatan media kultur Jati harus dilaksanakan dengan cermat, sabar dan teliti dalam
mengerjakannya terutama dalam penimbangan bahan, sehingga komposisi media tepat dan baik
untuk pertumbuhan dari tanaman yang dikulturkan. Pembuatan media kultur jati di Puslitbang
Perhutani Cepu dimulai dari sterilisasi botol kultur. Botol kultur yang akan digunakan dalam
pembuatan media sebelumnya dicuci dengan menggunakan detergen dan dibilas di air mengalir
sampai bersih dan dikeringkan di rak-rak botol kultur sehingga siap digunakan sebagai wadah
media. Setelah menyiapakan botol kultur yang steril, kemudian menyiapkan tutup botol. Setelah
itu membuat larutan stok media. Kegiatan selanjutnya larutan stok yang dibuat yaitu stok ZPT,
unsur hara mikro dan unsur hara makro.
Tahapan-tahapan dalam pembuatan media:
a) Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang di butuhkan dalam pembuatan media diantaranya adalah hotplate atau panci,
gelas baker, batang pengaduk, autoclave, gelas ukur, shaker, sendok teh, kompor gas, liquid
dispenser, botol kultur, timbangan analitik, sendok spatula, kontainer atau kereta dorong, pH
meter dan label.
· Liquid Dispenser
Alat ini digunakan untuk mempermudah dalam pembagian media kedalam botol, pada alat ini
tertera ukuran sesuai dengan yang diinginkan.
Persiapan Eksplan Jati (Tectona grandis L)Sumber eksplan yang digunakan untuk produksi
bibit Jati (Tectona grandis L). Secara in vitro yaitu berupa tunas apikal dan tunas lateral. Jika
eksplan berasal dari tunas lateral sebaiknya di pilih yang agak tua, karena untuk daya
tumbuhnya lebih cepat, jika menggunakan tunas lateral yang terlalu muda tidak akan tumbuh
daun malahan tumbuh propagul. Dan jika sumber eksplan yang digunakan itu berasal dari tunas
apikal sebaiknya digunakan tunas apikal yang belum mekar jadi daun.
Tanaman induk jati yang digunakan dalam perbanyakan sebaiknya memiliki sifat-sifat seperti:
b) Tidak doreng
c) Bebas dari hama dan penyakit
d) Tinggi bebas cabang12-16 cm
e) Kemampuan meluruhkan batang.
Tahapan-tahapan inisiasi:a) Eksplan yang sudah steril dipotong dengan ukuran ± 0,5 × 0,5
cm2 atau lebih besar (tergantung pada besar kecilnya eksplan), pemotongan dilakukan secara
steril.
b) Setiap botolditanami 1 atau 2 eksplan, tergantung pada besar kecilnya eksplan dengan
menggunakan media inokulasi awal (IA).
c) Eksplan diberi label (nama penanam, no klon, tanggal penanaman, jenis jati)
d) Eksplan diletakkan di rak kultur ruang steril dan dipelihara selama satu bulan. Setiap harinya
diamati apakah eksplan terkontaminasi atau tidak. Jika terkontaminasi maka dilihat dulu apakah
bisa diselamatkan atau tidak. Eksplan yang diselamatkan biasanya yang terkena serangan
bakteri yang biasanya berasal dari getah eksplan yang ditanam dan kondisi eksplan sehat serta
dapat tumbuh dengan baik. Jika terserang jamur otomatis tidak dapat diselamatkan dan dibuang.
Kegiatan penyelamatan biasanya menggunakan media subkultur (MS), bukan media IA. Lama
pemeliharaan setelah penyelamatan biasanya 1 bulan dipelihara di rak kultur pada ruang steril
e) Setelah satu bulan isolasi eksplan maka tanaman mulai disegarkan.