Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN JATI

Disusun Oleh :

SELVI SULVIA

NPM : 2001030009

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, November 2023

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
BAB 1I PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Karakteristik Tanaman Jati............................................................... 2
2.2 Teknik Budidaya Jati........................................................................ 3
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 11
3.2 Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jati (Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai
banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang
dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lahan dan lingkungan seperti hutan
dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan, lahan kering, lahan
basah, hutan tanaman industri dan lahan perkebunan. Jati telah dikenal baik oleh
masyarakat Indonesia, karena kualitas kayunya tergolong kelas awet Idan kelas
kuat I. Kualitas kayu yang tinggi membuat kayu jati banyak diminati oleh orang
khususnya pengrajin kayu. Kayu jati memiliki nilai seni ukir tinggi dan
serbaguna, dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan perkakas untuk mebel.
Pengembangan jati secara massal dan komersial masih sangat menjanjikan
karena kualitas dan corak atau seni dari kayu jati tidak pernah turun, sehingga
kebutuhan akan kayu jati selalu meningkat sesuai dengan perkembangan zaman.
Tanaman jati termasuk dalam famili verbenaceae, dimana daerah
penyebarannya meliputi; Negara-negara India, Birma, Kamboja, Thailand,
Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati dapat tumbuh dengan baik di beberapa
daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara.
Secara umum, tanaman jati dapat dibudidayakan secara generatif dan
vegetatif. Dimana pembudidayaan jati secara generatif dapat dilakukan dengan
cara memperbanyak tanaman jati melalui biji yang ditanam secara langsung,
sedangkan pembudidayaan tanaman jati secara vegetatif dapat dilakukan dengan
cara memperbanyak tanaman jati tersebut menggunakan bagian-bagian atau organ
dari tanaman jati tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik tanaman jati ?
2. Bagaimana teknik budidaya jati?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Tanaman Jati


Pohon jati adalah jenis pohon dengan nama ilmiah Tectona grandis Linn.
F. Pohon ini termasuk pohon penghasil kayu berkualitas tinggi. Dalam bahasa
Inggris, pohon yang dikenal dengan nama “teak” ini menghasilkan kayu jati yang
sangat kuat dan awet. Hasil dari kayu pohon jati saat ini banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan manusia, misalnya bahan baku furniture, mebel,
peralatan rumah tangga serta penyangga struktur bangunan.
Kayu jati merupakan komoditas hasil hutan andalan bagi berbagai daerah
di Indonesia, seperti Blora, Jepara, Grobogan, Pati dan Sragen yang memiliki
beberapa sentra pengrajin mebel berbahan utama kayu jati. Jenis pohon jati
dengan mutu terbaik biasanya diperoleh dari pohon yang telah berusia lebih dari
80 tahun. Dengan kata lain, semakin tua jati maka semakin baik juga dalam
menghasilkan kualitas jati yang lebih kuat.
2.1.1 Klasifikasi Taksonomi Pohon Jati
Pohon Jati atau yang juga dikenal dengan nama “teak” dalam bahasa
Inggris merupakan serapan dari kata “thekku” dalam bahasa Malayalam, yaitu
bahasa dari Kerala, India bagian Selatan. Spesies pohon jati mempunyai
klasifikasi taksonomi sebagai berikut:

Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Superdivisi Spermatophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Subkelas Asteridae
Ordo Lamiales
Famili Verbenaceae
Genus Tectona
Spesies Tectona grandis Linn. f.

2
2.1.2 Ciri-Ciri Jati
Pohon jati termasuk tanaman yang mudah ditemukan di Indonesia.
Bentuknya tinggi besar dengan daya tahan yang kuat serta stabil, walaupun
terkena angin atau hujan lebat. Tanaman ini tumbuh subur di tempat yang
memiliki curah hujan antara 1.200-2.000 mm per tahun. Berikut ini ciri-ciri
morfologis dan karakteristik jati diantaranya yaitu:
a. Akar
Saat masih muda, akar pohon jati berkembang pesat. Namun, tidak lama
kemudian akar tunggangnya bercabang sehingga menutupi akar utamanya. Arah
tumbuh akarnya ke samping dan bercabang lagi menghadap tegak lurus ke bawah.
Apabila tanahnya subur dengan aerasi dan air tanah dalam) susunan akar dapat
mencapai 1,5-2 meter. Tapi, jika tanahnya gersang maka susunan akarnya sangat
dangkal yaitu berkisar antara 70-80 cm saja. Karena kedalaman akarnya, pohon
jati tahan terhadap segala guncangan dan terpaan angin.
b. Batang
Pohon jati mampu tumbuh dengan diameter batang pohon berukuran 1,8
meter hingga 2,4 meter dengan ketinggian pohon mencapai 40 meter hingga 45
meter, serta tinggi bebas cabang sekitar 20 meter hingga 25 meter. Batang jati
tumbuh tegak lurus dengan bentuk yang silindris dan tipe percabangan tetragonal.
Kulit batang jati berwarna kuning keabuan dan berstruktur retak atau pecah
dangkal dengan alur memanjang batang.
c. Daun
Daun jati memiliki bentuk seperti bulat telur terbalik dan menempel pada
batang secara berpasangan. Permukaannya ditumbuhi bulu halus pada sisi atas
serta bawah. Pada musim kemarau, daun pohon jati akan menggugurkan daunnya
atau bersifat meranggas. Tujuannya yaitu untuk beradaptasi pada kondisi cuaca
yang kering dan air hujan yang berkurang.
d. Bunga dan Buah
Bunga jati mempunyai bunga biseksual yang akan berbunga pada musim
penghujan atau sekitar bulan Oktober sampai November di pulau Jawa. Bentuk
bulirnya bercabang dan tersusun, panjangnya sekitar 40-70 cm, berbulu halus,

3
berwarna putih, dan berkelamin dua. Apabila sudah waktunya berbunga maka
tajuk akan berwarna keputihan. Buah dari pohon jati berbentuk drupe dan
termasuk dalam biji orthodoks yang dapat dipanen pada bulan Mei hingga
September.
2.1.3 Jenis kayu Jati
Kayu jati sangat beragam dan bermacam-macam. Berikut ini beberapa
jenis kayu jati yang terkenal diantaranya yaitu:
a) Jati Emas
Jenis kayu jati ini merupakan kayu yang paling banyak dibudidayakan
oleh banyak orang. Hal ini dikarenakan jati emas mampu untuk tumbuh lebih
cepat dan hidup lebih lama dari jenis jati lainnya. Jati emas dapat tumbuh hanya
dalam kurun waktu 6 hingga 14 tahun saja , jati emas sudah siap untuk
dijadikan furniture rumah atau kayu komersial. Ciri-ciri jati emas yang paling
mencolok adalah kulitnya yang berwarna lebih gelap dengan pori-pori yang besar.
Kelebihan dari kayu jati emas diantaranya yaitu:
 Usia batang pohon jati dan kayu lebih tahan lama,
 Pohon tumbuh lebih cepat,
 Batang pohon lurus dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan,
 Ranting pohon yang lurus dan kokoh, bisa menjadi kayu tambahan,
 Harga kayu lebih murah dibandingkan jenis jati lainnya,
 Tidak harus mencari supplier, karena bisa ditemukan di mana-mana.
Kekurangan jati emas antara lain:
 Pada bagian pangkal kayu sering ditemukan cekungan, sehingga ketika kayu
dipotong tidak sampai bawah dan hasilnya lebih sedikit,
 Jika sudah ditebang, kayu tidak begitu awet dan rentan lembab,
 Kadar air cukup tinggi.
b) Jati Perhutani
Kayu jati perhutani atau TPK, merupakan jenis jati yang dirawat langsung
oleh Perhutani. Karena hal inilah yang menjadikan jenis jati ini menjadi sangat
istimewa. Jenis pohon jati ini membutuhkan perawatan spesial karena masa
tumbuhnya yang lebih lama dan membutuhkan perhatian lebih dalam perawatan.

4
Pohon jati perhutani memiliki waktu tumbuh yang sangat lama sekitar 20 tahun
hingga menjadi pohon dewasa. Penebangan jati perhutani tidak bisa ditebang
secara sembarangan. Setiap proses penebangan harus melewati izin dari dinas dan
diseleksi untuk memastikan jika kualitas kayu sesuai standar.
Kelebihan jati perhutani diantaranya yaitu:
 Serat kayu dari jenis jati ini sangat padat,
 Jati perhutani awet dan lebih kuat dibandingkan dengan jenis jati lainnya,
 Memiliki warna 3D, sehingga terlihat lebih hidup dan bertekstur,
 Diameter dari batang kayu cukup besar,
 Batang kayu lurus dan mudah ditebang,
 Kualitasnya di atas rata-rata karena diseleksi secara ketat,
 Mengandung minyak alami pada akar dan batang pohon jati.
Kekurangan jati perhutani yaitu:
 Karena budidaya dan pengolahannya yang dijaga dengan ketat, harga kayu jati
perhutani jauh diatas rata-rata jenis jati lainnya.
c) Jati Rakyat
Jenis jati selanjutnya adalah jati rakyat. Jati rakyat memiliki ciri batang
yang bengkok dan pori-pori yang padat. Masa pertumbuhan jati rakyat lebih lama
dibandingkan jati emas. Kayu jati rakyat baru bisa dipanen dan disulap menjadi
mebel ketika pohon telah berusia 14 hingga 26 tahun. Pori-pori dari kayu jati ini
bisa padat dikarenakan masa tumbuhnya yang lamban. Ciri khas dari jari rakyat
adalah gubal kayunya yang lebih sedikit bila dibandingkan jati perhutani dan jati
emas.
Kelebihan jati rakyat diantaranya yaitu:
 Harganya lebih murah dari jati emas dan jati perhutani,
 Kayu hasil tebangannya bisa ditemukan di mana saja.
Kekurangan jati rakyat yaitu:
 Kadar air dan gubalnya cukup tinggi,
 Warna kayu pucat, sehingga kurang diminati.

5
2.1.4 Habitat Pohon Jati
Pohon jati cocok untuk tumbuh di kawasan iklim tropis di Indonesia. Iklim
tropis yang memiliki kondisi dan cuaca dengan curah hujan berikisar 1.200 hingga
2.000 mm per tahun dan dengan kelembaban 60% hingga 80% sangat mendukung
bagi pertumbuhan jati. Ketika memasuki musim kemarau dengan kondisi curah
hujan yang menurun, daun-daun jati akan berguguran. Pada daerah yang
mengalami kemarau panjang, pohon jati yang tumbuh akan memiliki lingkaran
tahun yang bernilai artistik dan berestetika tinggi.
Ketinggian ideal bagi pertumbuhan jati ialah pada ketinggian 700 mdpl.
Tanah yang sesuai bagi tanaman jati adalah tanah yang mempunyai kadar pH 6-8,
memiliki aerasi yang baik, serta mengandung kapur dan fosfor, seperti jenis tanah
lempung, lempung berpasir, dan liat berpasir. Di Indonesia, pohon jati umumnya
tumbuh subur di hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan,
hutan tanaman industri, lahan kering tidak produktif, lahan basah tidak produktif,
dan lahan perkebunan.

2.2 Teknik Budidaya Jati


Budidaya jati adalah kegiatan untuk menghasilkan kayu jati dengan cara
menanam dan merawat pohon jati. Jati merupakan salah satu jenis kayu yang
bernilai ekonomi tinggi, sehingga budidaya jati memiliki prospek yang baik.
Berikut adalah teknik budidaya jati yang dapat dilakukan:
1. Pemilihan lahan
Lahan yang cocok untuk budidaya jati adalah lahan yang memiliki iklim
tropis dengan curah hujan 1.500-2.000 mm per tahun dan suhu 27-36 derajat
Celcius. Tanah yang cocok untuk budidaya jati adalah tanah yang gembur, subur,
dan memiliki pH 4,5-7.
2. Pembukaan lahan
Lahan yang akan ditanami jati perlu dibersihkan dari semak-semak dan
gulma. Kemudian, lahan dicangkul atau dibajak untuk menggemburkan tanah.

6
3. Pembibitan
Perbanyakan tanaman jati dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) atau
vegetatif (cangkok). Pembibitan dengan biji dilakukan dengan cara menyemai biji
jati yang sudah tua dan berkualitas. Biji jati dapat disemai di persemaian atau
langsung di lahan. Pembibitan dengan cangkok dilakukan dengan cara mengambil
ranting jati yang sudah tua dan sehat. Ranting jati tersebut kemudian
dicangkokkan ke media tanam yang telah disiapkan.
4. Penanaman
Penanaman jati dilakukan pada awal musim hujan. Bibit jati yang akan
ditanam harus memiliki tinggi minimal 50 cm dan diameter batang minimal 1 cm.
Jarak tanam jati yang umum digunakan adalah 2,5 x 2,5 meter. Lubang tanam
berukuran 30 x 30 x 30 cm dibuat terlebih dahulu sebelum bibit jati ditanam.
5. Perawatan
Perawatan jati meliputi penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama
dan penyakit. Penyiraman dilakukan secara rutin, terutama pada musim kemarau.
Pemupukan dilakukan setiap 3-4 bulan sekali dengan menggunakan pupuk
kandang atau kompos. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara
menggunakan pestisida atau insektisida sesuai dengan rekomendasi.
6. Panen
Jati dapat dipanen setelah berumur 10-20 tahun. Namun, jati dapat dipanen
lebih awal jika diperlukan. Panen jati dilakukan dengan cara menebang pohon jati
dengan gergaji atau kampak. Kayu jati yang telah ditebang kemudian dipotong-
potong sesuai kebutuhan.
2.2.1 Kiat Mempercepat Panen Kayu Jati
Berdasarkan hasil penelitian, persentase perkecambahan benih jati
tertinggi sebesar 40 persen didapatkan dari perlakuan hormon giberelin 10 ppm.
Pemberian hormon tersebut menyebabkan batang menjadi lebih tinggi, daun yang
terbentuk lebih banyak, dan lebih panjang bila dibandingkan dengan tanaman
lainnya.

7
a. Lingkungan tanam
Pertumbuhan jati dapat maksimal bila lingkungan tanam yang dipilih
memiliki curah hujan sekitar 1.200–2.000 mm per tahun dengan 3–5 bulan kering,
temperatur 19–36°C, intensitas cahaya 75–100 persen, kemiringan kurang dari 8
persen, keasaman tanah sekitar 6–7, dan ketinggian lokasi berada di 0–700 m dpl.
Umumnya, jati tumbuh subur di tanah pegunungan batu kapur.
b. Jarak tanam
Jarak tanam yang tepat dapat memberikan ruang bagi tanaman jati dan
mengurangi persaingan unsur hara yang ketat. Selain itu, tanaman bisa
mendapatkan sinar matahari serta sirkulasi udara yang baik. Jarak barisan diatur
antara 6–8 m, sedangkan larikan antara 4–6 m.
c. Pola tumpang sari
Pola tumpang sari dapat menguntungkan tanaman jati karena pekebun
akan selalu membersihkan lahan, mendangir lahan, dan memberikan pupuk pada
tanamannya. Kegiatan tersebut dapat memberikan dampak positif pada tanaman
jati.
d. Perawatan yang baik
Tunas-tunas baru yang muncul segera dipotong agar pertumbuhan
terkonsentrasi pada batang yang tumbuh ke atas. Pemotongan tunas dilakukan
hingga tanaman berumur 1 tahun. Tanaman jati diberikan pupuk tambahan dan
pendangiran setiap 3 bulan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pohon jati adalah jenis pohon dengan nama ilmiah Tectona
grandis Linn. F. Pohon ini termasuk pohon penghasil kayu berkualitas tinggi.
Dalam bahasa Inggris, pohon yang dikenal dengan nama “teak” ini menghasilkan
kayu jati yang sangat kuat dan awet. Hasil dari kayu pohon jati saat ini banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, misalnya bahan baku furniture,
mebel, peralatan rumah tangga serta penyangga struktur bangunan. Berikut adalah
beberapa tips untuk budidaya jati yang berhasil:
 Pilihlah bibit jati yang berkualitas.
 Lakukan penanaman pada awal musim hujan.
 Lakukan perawatan secara rutin, terutama penyiraman dan pemupukan.
 Lakukan pengendalian hama dan penyakit secara berkala.
Dengan menerapkan teknik budidaya jati yang tepat, maka hasil budidaya
jati akan optimal dan dapat memberikan keuntungan yang besar.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Perhutani 2001 Petunjuk pelaksanaan penjarangan hutan tanaman kayu jati.


Cetakan ke-2. Biro Pembinaan Sumberdaya Hutan. PT. Perhutani
(Persero) Unit I Jawa Tengah. Semarang, Indonesia
Anggraeni, I. dan Asmaliyah 2008 Hama dan penyakit tanaman jati (Tectona
grandis L.f.). Dalam: Hendromono, B. Leksono, A. dan Setyabudi (eds).
Prosiding Seminar Potensi dan Tantangan Pembudidayaan Jati di
Sumatera, 30 November 2007. Puslitbang Hutan Tanaman. Badan Litbang
Kehutanan. Bogor, Indonesia. 2. Silvikultur Jati

10

Anda mungkin juga menyukai