KAYU JATI
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari
keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul “KAYU
JATI” ini dapat di selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam
pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi kami agar
lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Jati (Tectona grandis L. f.) merupakan salah satu jenis kayu yang memiliki corak unik dan
elegan, kuat, awet, stabil, dan mudah dikerjakan. Pohon Jati adalah sejenis pohon penghasil
kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m.
Berdaun besar, yang luruh dimusim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa
Inggris). Secara historis nama tectona berasal dari bahasa portugis (tekton) yang berarti
tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman ini dalam bahasa jerman dikenal dengan
nama teck atau teak baun, sedangkan di inggris dikenal dengan nama teak. (Sumarna Y.
2001)
Dalam sistem klasifikasi tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. f.
Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian
Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f. Jati dapat tumbuh di
daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah
tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips
yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa. Jati memiliki pertumbuhan yang
lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses
propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas
kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan
tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena
adanya lapisan luar biji yang keras. (https://id.wikipedia.org/wiki/Jati).
2.2 CIRI-CIRI KAYU JATI
Jati memiliki tekstur kayu agak kasar dengan serat lurus. Kulit jati berwarna abu-abu
kecoklatan. Sementara itu, batang bagian tengah (teras) berwarna coklat muda dan bagian
dalam (galih) berwarna coklat kemerahan. Permukaan kayu jati relatif licin dan memiliki
corak yang estetis (Mawardi, P. 2012).
Ciri-ciri dan sifat utama dari kayu jati :
a. Memiliki kekuatan dan keawetan yang sangat baik
b. Berwarna coklat muda hingga coklat tua
c. Mudah dipotong – potong dan mudah diolah menjadi banyak produk
d. Tidak mudah berubah bentuk akibat perubahan cuaca.
e. Memiliki bobot yang berat dan kokoh
Sedangkan ciri kimia kayu jati diantaranya kadar selulosa 47,5%; lignin 29,9%; pentosan
14,4%; abu 1,4%; silika 0,4%; dan nilai kalori 5,081 kal/gram (Mawardi, P. 2012).
Menurut data statistik dari Departemen Kehutanan (2004), pada tahun 2003 produksi log
Indonesia mencapai 10.086.217,06 m3 yang berasal dari hutan alam, hutan tanaman
industri dan hutan rakyat. Perkembangan industri perkayuan yang pesat tentunya juga
menimbulkan hasil samping berupa limbah. Dalam proses pengolahan kayu hanya sekitar
60-70% dari komoditi kayu yang diolah menjadi produk, dengan limbah sisa kayu dan
serbuk gergajiannya mencapai jumlah kurang lebih 30-40% (Darmaji, dkk. 1998) atau
sekitar 3,03- 4,03 juta m3 untuk tahun 2003.