Disusun Oleh :
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas ”Struktur Kayu” tentang
Ketahanan Alami Kayu Jati Asal Sulawei Tenggara ini dalam bentuk maupun isinya
yang sederhana.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
pembuatan perahu dan industri kerajinan "meja gembol" yang dibuat dari bonggol
atau akar pohon jati oleh pengrajin di Sulawesi Tenggara. Masyarakat di Sulawesi
Tenggara mempercayai bahwa kayu jati yang berasal dari Muna mempunyai kualitas
yang lebih baik, sehingga mereka enggan atau ragu untuk menggunakan kayu jati
yang berasal dari Kendari Selatan untuk berbagai keperluan primer seperti mebeler,
kerangka daun pintu atau jendela, tiang rumah ataupun keperluan konstruksi lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ketahanan alami kayu jati (Tectona grandis L.f.) asal Sulawesi Tenggara
yaitu dari Kabupaten Kendari Selatan dan Muna terhadap serangan rayap tanah.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempertegas pemanfaatan kayu jati yang
berasal dari kedua daerah tersebut.
1.3 Tujuan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ketahanan alami kayu jati asal Sulawesi Tenggara
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kebutuhan. Pengertian
kayu disini adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon
di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkn bagian-
bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan
dalam bentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.
3
3. Kayu gubal, bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang
masih hidup, terletak disebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai
penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan.
4. Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-
perubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam,
disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain
proses kehidupan
5. Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun
(tidak mutlak pada pusat bontos).
6. Lingkaran tahun tumbuh antara kayu yang terbentuk pada permulaan
dan pada akhir suatu musim. Lingkaran-lingkaran tahun ini
menunjukkan umur pohon.
7. Jari-jari dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang, berfungsi
sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses di daun
guna pertumbuhan pohon.
1. Berat jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara
minimum 0,20 (ky. Balsa) hingga BJ 1,28 (ky. Nani) (Damandauw JF,
1982). Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya,
semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.
3. Warna-warna kayu
Warna kayu ada beraneka macam, antara lain warna kuning, keputih-
putihan,coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan
4
dan lain sebagainya. Warna kayu ini disebabkan oleh zat-zat pengisi
warna dalam kayu yang berbeda-beda.
4. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan air atau kelembaban. Sifat higroskopik merupakan suatu
petunjuk bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban
dan suhu udara.
5. Tekstur
a) Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dan lain lain.
b) Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, sonokeling dan lain lain.
c) Kayu bertekstur kasar, contoh : kempas, meranti dan lain lain.
6. Serat
Serat kayu ini berhubungan dengan sifat kayu yang menunjukkan arah
sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat
dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan
kayu.
7. Berat Kayu
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun,
rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang terkandung
dan zat-zat Ekstraktif Di Dalamnya.
8. Kekerasan Kayu
a) Kayu sangat keras, contoh : balau, giam, dan lain-lain.
b) Kayu keras, contoh : kulim, pilang dan lain-lain.
c) Kayu sedang kekerasannya, contoh : mahoni, meranti, dll.
5
2.1.3 Jenis-Jenis Kayu Untuk Lantai
1. Kayu Jati
Jati sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai jenis kayu yang
benar-benar Top. Memiliki kekerasan kelas I dan keawetan kelas I
dan II membuat kayu jati ini banyak peminatnya. Selain dari itu,
kayu jati banyak dipiliha karena memiliki corak alami yang sangat
bagus.
Bahkan menurut beberapa sumber, corak dari kayu jati ini adalah
corak paling baik diantara jenis kayu lain yang ada d
Indonesia..Salah satu kelebihan kayu jati lain adalah memiliki
ketahanan terhadap rayap yang sangat baik.
2. Kayu Ulin
Kayu ulin adalah jenis kayu paling keras dan paling awet diantara
kayu lain yang cocok untuk lantai kayu. Kayu ulin memiliki tingkat
keras kelas I dan tingkat awet kelas I, tahan terhadap perubahan
6
cuaca, bahkan jika kayu ini difungsikan dalam air kekuatan kayu ini
dapat diandalkan.
Kayu ulin banyak digunakan untuk penahan rel kereta api, kapal
laut, dan jenis-jenis keperluan lain yang membutuhkan kayu super
kuat. Kayu ulin juga sangat sering digunakan untuk decking dan
lantai kayu luar ruangan karena ketahanan terhadap cuaca tersebut.
3. Kayu Bengkirai
4. Kayu Sonokeling
Kayu sonokeling ini memiliki kelebihannya sendiri yang tidak
dimiliki kayu jenis lain. Yaitu warnanya yang hitam. Kayu hitam ini
menjadi daya Tarik sendiri bagi anda yang menyukai warna-warna
unik, khas dan eksklusif maka tidak heran jika lantai kayu
7
sonokeling tidak pernah kehilangan peminatnaya. Bukan hanya dari
osegi warna khasnya, kayu ini juga tergolong kayu keras kelas II
dan kayu awet kelas I dan II membuat kayu ini kami pilih dan
menjadi parian pilihan untuk anda.
5. Kayu Keruing
Kayu keruing juga termasuk jenis kayu yang memiliki khasnya
sendiri. Dimana kayu ini memiliki tingkat kekerasan kelas II dan
tingkat keawetan kelas II serta ketahanannya terhapa perubahan
cuaca membuat kayu ini bisa dijadikan alternative pengganti kayu
Ulin yang harganya mahal.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
9
3.2 Uji Lapangan
kayu contoh diambil dari 2 lokasi yaitu hutan jati di Kendari Selatan dan
Muna untuk masing-masing kelas umur II dan III. Kemudian kayu digergaji menjadi
contoh uji beberapa potongan kayu jati yang berukuran 2 cm x 2 cm x 0,8 cm
(panjang x lebar x tebal). Kayu contoh di uji ditanam di dua lokasi yaitu Arboretum
BPPKS dan di SPUC Barisallo. Pengujian dilakukan selama 6 buln. Contoh uji dinilai
berdasarkan derajat serangan rayap dengan menggunakan standar ASTM (1986).
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tabel diatas terlihat bahwa jati kendari selatan mengalami penguragan
berat lebih besar dari pada jati muna untuk masing-masing kelas umur yang di ikuti
oleh mortalitas rayap yang lebih kecil. Hasil penelitian menunjukan bahwa jati
kendari selatan dan muna memepunyai berat jenis yang relatif besar yaitu 0,648 dan
0,730. Data tersebut menunjukan bahwa berat jenis jati kendari selatan lebih rendah
dari berat jenis jati muna, sehingga rayap lebih mudah untuk mencerna kayu jati dari
kendari selatan.
11
Kayu gubal jati baik yang berasal dari Kendari Selatan maupun Muna dari dua
kelas umur masing-masing mendapat serangan rayap, namun serangan yang terjadi
sangat kecil. Menurut Martawijaya et al (1982), kayu jati termasuk kayu kelas awet
dan kelas kuat II ini berarti jati termasuk jenis kayu yang tahan terhadap serangan
organisme perusak kayu, selain itu jati memiliki struktur yang keras dengan BJ 0,67
sehingga rayap sukar untuk mencerna kayu jati. Seperti diketahui bahwa mekanisme
pencernaan selulosa kayu oleh rayap diawali dengan proses mekanis yaitu menggigit
dan menggerus kayu menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dilanjutkan proses
enzimatik. Oleh karena itu, tingkat kekerasan akan mempengaruhi kemampuan rayap
untuk mencerna kayu (Arief, 1998).
Sebagaimana diketahui bahwa rayap dapat mencerna kayu dengan
menggunakan enzim selulase, yang disekresikan oleh rayap itu sendiri maupun
protozoa yang terdapat di usus belakang rayap. Enzim selulase dapat menjalankan
fungsinya untuk menguraikan substrat kayu apabila substrat tersebut dapat dikenali.
Pada kayu gubal, substrat kayu selulosa yang masuk ke dalam saluran pencernaan
tidak mengalami perubahan sehingga enzim mampu menguraikannya menjadi
komponen gula yang lebih sederhana. Hasil dekomposisi inilah yang dimanfaatkan
oleh rayap sebagai sumber makanan untuk mempertahankan hidup dan menghindari
sifat kanibalistik yang dimilikinya (Arif, 1998). Oleh karena itu, ditemukan
pengurangan berat yang relatif lebih besar pada jati Kendari Selatan dan diikuti
dengan tingkat mortalitas yang rendah.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa ada interaksi antara lokasi tempat
tumbuh kayu dan bagian kayu yang diambil, demikian pula pengaruh bagian kayu
dan lokasi nyata, yang berarti kedua bagian kayu yang diumpankan ke rayap
mendapat respon yang berbeda.
12
Tabel 4.2 Analisis Keragam Pengurangan berat kayu jati asal Sulawesi Tenggara
Sumber keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F. Hitung
(Source of variance) (Degree of freedom) (Sum of square) (Mean Kuadrat) (F. Calc)
Lokasi 1 0,046818 0,046818 21,23*
Galat 2 0,004410 0,002205
Bagian 1 0,184832 0,184832 83,83*
Interaksi 1 0,046818 0,046818 21,23*
Galat 2 0,004410 0,002205
Keterangan : Beda nyata
Berdasarkan sidik ragam (Tabel 2 dan 3) terlihat bahwa lokasi tempat tumbuh
dan bagian kayu berpengaruh nyata terhadap pengurangan berat kayu jati, tetapi tidak
nyata terhadap mortalitas rayap tanah. Lokasi tempat tumbuh berpengaruh nyata
terhadap pengurangan berat kayu, karena pengaruh beberapa faktor tempat tumbuh
seperti kondisi tanah, cuaca/iklim setempat yang berbeda. Tanah tempat tumbuh jati
Muna lebih berkapur dibandingkan dengan tanah jati Kendari Selatan, selain itu
Muna memiliki cuaca yang lebih panas dari Kendari Selatan. Menurut Martawijaya,
dkk (1981), jati tumbuh baik pada tanah sarang, terutama pada tanah yang
mengandung kapur, dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C-F, curah
13
hujan rata-rata 1200-2000 mm per tahun, pada ketinggian 0-700 m dari permukaan
laut. Menurut Pandit dan Ramdan (2002), keadaan lingkungan pertumbuhan dan
umur berpengaruh terhadap jumlah relatif kayu teras dan kayu gubal dalam batang
pohon. Kelas umur berpengaruh sangat nyata terhadap pengurangan berat, karena
menurut Panshin dan De Zeeuw (1970), dimensi sel akan bertambah nilainya sesuai
dengan bertambahnya umur pohon sampai pada umur tertentu. Hal ini akan
berpengaruh terhadap berat jenis kayu.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil ternyata kedua lokasi tempat tumbuh dan bagian
kayu memberikan respon rata-rata pengurangan berat contoh uji tidak sama, dimana
kayu yang berasal dari Kendari Selatan mengalami pengurangan berat yang lebih
besar. Sedangkan bagian kayu yang mengalami pengurangan berat yang lebih besar
adalah kayu gubal.
14
contoh uji. Sedangkan contoh uji yang dipasang jauh dari pusat koloni tentu akan
berlangsung lebih lama. Besarnya koloni dan kepadatan populasi juga berpengaruh
terhadap tingkat serangan pada contoh uji.
15
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan pada penelitian ini tentang Ketahanan Alami Kayu Jati asal
Sulawesi Tenggara yaitu :
1. Bagian kayu gubal memilki ketahanan terhadap serangan rayap tanah
(Coptotermes sp) lebih rendah dibandingkan dengan kayu teras.
2. Lokasi tempat tumbuh dan dan bagian kayuberpengaruh nyata terhadap
mortalitas rayap tanah.
3. Baik jati muna maupun jati kendari selatan memilki ketahanan yang sama
(sangat tahan terhadap serangan rayap tanah dilapangan)
16
DAFTAR PUSTAKA