Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

“KAYU”

OLEH :

Kelompok 1

Aditya Ardana Darilva 2201022001


Deana Maisyaroh 2201022014
Ivony Nurul Thilia 2201022049
Muhammad Fikri Ardani 2201022025
Zahra Nisrina Ramadhany 2201022040

KELAS : 1-B D3 TEKNIK SIPIL

DOSEN PENGAMPU :
EFFENDI ST.,M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Kayu” dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi dan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu Bapak
Effendi ST.,M.T yang telah memberikan amanahnya kepada kami sehingga kami
dapat mengambil pembahasan ini dalam rangka pengembangan wawasan terhadap
ilmu yang diberikan
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih tedapat kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat memberikan
kontribusi bagi penulis, sehingga makalah ini dapat diperbaiki menjadi makalah
yang bermanfaat dan layak untuk dijadikan sumber acuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada. Atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan
terimakasih.

Padang, 7 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Kayu ....................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Kayu ....................................................................................... 3
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kayu ........................................................... 14
2.4 Sifat-Sifat Kayu ...................................................................................... 15
2.5 Sifat Higrokopis Kayu ............................................................................ 19
2.6 Sifat Mekanik Kayu ................................................................................ 20
2.7 Sifat Fisis Kayu ...................................................................................... 27
2.8 Macam-Macam Retakan pada Uji Tekan dan Geser Kayu .................... 34
BAB III PENUTUP ..............................................................................................39
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 39
3.2 Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan


tersedia dalam berbagai macam spesies di negara tropis seperti Indonesia.
Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai banyak jenisnya sekitar 3000-
4000 jenis pohon. Kayu mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan
lain seperti beton, baja, dan lain-lain. Diantaranya ringan, mudah dalam
pelaksanaan, dapat mudah didaur ulang, nilai estetika dan relatif ekonomis.
Kayu sebagai bahan bangunan sampai saat ini masih hanya dipakai untuk
struktur atap dan kusen. Sedangkan untuk struktur balok, kolom dan lantai
masih jarang ditemui. Untuk itu diperlukan pengembangan teknologi
pengolahan kayu sehingga dapat dijadikan andalan sebagai bahan bangunan
alternatif yang aman dan ekonomis. Kayu adalah salah satu bahan
konstruksi ringan yang masih banyak digunakan di Indonesia, antara lain
untuk keperluan rumah tinggal, jembatan dan lain-lain. Yang dianggap
penting dalam perdagangan dan telah diselidiki hanya sekitar ±150 jenis
pohon yang memenuhi syarat untuk konstruksi bangunan. Keuntungan dari
kayu adalah sebagai bahan struktur bangunan yang tahan terhadap gempa
serta memiliki nilai estetika dan nilai seni yang tinggi. Apalagi seperti
kondisi saat ini yang sering mengalami gempa, masyarakat lebih memilih
kayu sebagai bahan struktur bangunan. Dalam kehidupan kita sehari-hari,
kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan
tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu yang setiap jenisnya
mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu
tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan
penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk

1
suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu.
Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari
pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih
kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontiyu atau terlalu mahal. Maka, sesuai
dengan latar belakang tersebut, penulis akan menguraikan beberapa tentang
sifat-sifat kayu dan penggunaannya dalam bidang teknik sipil.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan


masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kayu?
2. Apa saja jenis-jenis dari kayu?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari kayu?
4. Apa saja sifat-sifat dari kayu?
5. Apa yang dimaksud dengan sifat higroskopis kayu?
6. Apa yang dimaksud dengan sifat mekanik kayu?
7. Apa yang dimaksud dengan sifat fisis kayu?
8. Apa saja macam-macam keretakan pada uji tekan dan geser kayu?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah tentang “Kayu” adalah untuk


memenuhi tugas dalam mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi, untuk
mengetahui tentang sifat-sifat dari kayu, untuk mengetahui cara memilih
kayu yang baik, cara pemeliharaan kayu agar tahan lama, agar kita
mengetahui kriteria kayu yang baik dalam struktur bangunan, serta
penggunaannya dalam bidang teknik sipil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kayu

Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan


mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan
teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru
oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang
diperoleh dari hasil pengumpulan pohon-pohon di hutan, yang merupakan
bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana
yang lebih banyak dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan.Baik
berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.
(Dumanauw.JF, 1990)
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta serat tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu merupakan
bahan yang dapat menyerap udara disekitarnya (higroskopis), dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya,
kadar air kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian.
Jika menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari
bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh kimiawi.
Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat
menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya
sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah
serat kayu.

2.2 Jenis-Jenis Kayu

1. Jati
Siapa orang Indonesia yang tidak pernah mendengar nama
Kayu Jati? Kayu yang memiliki predikat kayu kuat ini sering kali
menjadi patokan bahan kayu yang berkualitas bagi banyak orang.

3
Kayu yang memiliki warna umum coklat ini memiliki urat bewarna
coklat gelap yang berjarak antara satu dengan yang lainnya sedikit
jarang. Kayu Jati sebenarnya dibawa ke Indonesia sekitar tahun
1800 oleh Belanda ke Indonesia dan tumbuh subur di beberapa
daerah panas di pulau Jawa, dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.
Kayu Jati yang berkualitas tinggi biasanya di supply oleh daerah
yang memiliki temperatur panas dan tanah yang berkapur seperti di
Jawa Tengah.
Kayu Jati terkenal akan kekuatan dan kepadatannya, yang
mempengaruhi durabilitas kayu ini. Minyak didalam Kayu Jati
dianggap membuatnya menjadi lebih tahan rayap, dan pori-pori nya
yang kecil menyebabkan kayu ini dapat di finishing sangat halus.
Kepadatan Kayu Jati membuatnya menjadi kayu favorit untuk
dibuat ukiran. Kayu jati memiliki kekerasan antara 630-720 Kgs/M3
Kayu Jati saat ini juga sering diburu bekas-nya untuk
menghasilkan produk berkesan rustic, dan dengan berbagai karakter
yang disebutkan tadi Kayu Jati sangat cocok untuk di jadikan
furniture berkelas dan bahan bahan ukiran.
2. Meranti
Kayu Meranti atau sering juga disebut Kayu Kalimantan
merupakan kayu yang sering dipergunakan untuk membuat kusen,
furniture dan panel. Mendapat julukan Kayu Kalimantan karna
meskipun dapat tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai
negara tropis, Kayu Meranti tumbuh paling baik di daerah
Kalimantan. Batang Kayu Meranti dapat tumbuh hingga 70 meter
dengan diameter bisa mencapai 4 meter lebih. Kayu Meranti yang
bahasa latinnya Mahoni Philipina sering kita temui berwarna coklat
kemerahan dan tanpa urat (grain), dijual di toko material sebagai
papan atau kaso.
Kayu Meranti memiliki tingkat kekerasan antara 580-770
Kgs/m. Selain sebagai bahan bangunan dan furniture, Kayu Meranti

4
juga dapat di jadikan Pulp untuk kertas dan buah Tangkawang dari
beberapa jenis Meranti dapat dijadikan bahan baku untuk kosmetik.
Berdasarkan karakteristik dari Kayu Meranti, Kayu ini lebih cocok
digunakan untuk bahan bangunan atau furniture yang finishingnya
menggunakan cat.
3. Merbau
Kayu yang berasal dari Maluku dan Papua ini merupakan
jenis kayu keras dan memiliki julukan sebagai Kayu Besi. Kayu
Merbau telah menjadi primadona lokal dan eksport sejak lama karna
kualitasnya yang superior. Kayu Merbau berwarna coklat abu gelap
atau merah coklat gelap dengan arah serat yang hampir lurus. Kayu
ini dapat tumbuh menjulang hingga 50 meter dengan diameter
hingga 2 meter. Karna kekerasan dan durabilitasnya, Kayu Merbau
banyak dijadikan sebagai parkit untuk lantai, tiang bangunan, bak
truk hingga digunakan sebagai bahan konstruksi jembatan. Saat ini
harga Kayu Merbau cukup bersaing dengan harga Kayu Jati.
Daya tahan Kayu Merbau yang tinggi juga dapat
diaplikasikan sebagai material konstruksi laut. Dalam
pengolahannya, Merbau tidak sulit untuk dipotong dan di finishing,
tapi cukup sulit untuk dibubut dan di paku karna meskipun keras
memiliki sifat getas karna serat-seratnya yang pendek. Dengan
karakteristiknya tersebut, Kayu Merbau dapat dijadikan andalan
sebagai bahan bangunan dan konstruksi.
4. Albasia
Kayu Sengon atau Albasia merupakan kayu khas daerah
tropis dan dapat dengan mudah ditemui diberbagai toko material
dalam bentuk kaso atau papan. Kayu Albasia termasuk kayu yang
lunak dan sulit untuk langsung di finishing, karakternya yang
berbulu dan berpori-pori besar dan mudah patah membuat Kayu ini
tidak dapat langsung dijadikan material pembuat produk. Meskipun
demikian permintaan Albasia yang meningkat dari tahun ketahun

5
memberikan bukti bahwa penggunaan dan manfaat yang disadari
produsen atas kayu ini juga semakin luas. Kenyataannya kayu yang
mudah untuk di oleh ini dipergunakan sebagai bahan utama
pembuatan kayu olahan seperti triplex dan blockboard, stick ice
cream, pensil, korek api hingga bahan baku untuk kertas.
Papan dan balok Kayu Albasia sering kita temukan menjadi
material bangunan penyangga dan sementara, digunakan untuk
packing pada shipping atau pallet untuk barang. Warna nya putih
kotor bercampur coklat tampa urat, berpori-pori besar dan lunak.
5. Cendana
Wangi, itulah kesan pertama yang anda dapatkan pada kayu
Cendana. Kayu yang sering digunakan sebagai bahan baku dupa dan
produk-produk kerajinan ini sebenarnya bukan merupakan golongan
pohon yang tinggi bahkan bisa disebut sebagai parasit. Pohon
Cendana hanya tumbuh hingga 15 meter dengan diameter batang
hanya 30 cm, sulit dibudidayakan dan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk dapat dipanen namun sangat diminati dipasaran
menjadikan kayu ini relatif cukup mahal, bahkan dijual dengan
takaran kilogram. di Indonesia Kayu Cendana putih dapat tumbuh
subur di daerah NTT (Nusa Tenggara Timur) dan telah menjadi
komoditas eksport sejak lama.
6. Ulin
Kayu Ulin merupakan salah satu kayu yang dapat
dijadikan sebagai material pembuat kapal yang berasal dari
Kalimantan dan Sumatra bagian selatan. Kayu Ulin dapat tumbuh
hingga 50cm dengan diameter hingga lebih dari 1 meter. Kayu Ulin
terkenal sangat tahan perubahan suhu, kelembaban, tidak mudah
dimakan rayap dan pengaruh air karna bersifat berat dan keras.
Kayu Ulin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
terutama konstruksi. Di daerah tempat ditemukannya banyak Kayu
Ulin yaitu Kalimantan, kayu ini sejak dahulu kala dipergunakan

6
sebagai bahan pembuat rumah panggung bagi penduduk lokal.
Selain itu Kayu Ulin juga sering dimanfaatkan oleh penduduk lokal
untuk digunakan sebagai bahan kerajinan seperti patung hingga
perhiasan. Kayu Ulin termasuk Kelas Kuat I dan Kelas Awet I
dengan berat jenis 1.04.
7. Eboni
Kayu yang memiliki nama latin Diospyros Celebica ini, kini
sudah cukup langka. Perpaduan warna hitam dan coklat dengan urat
yang kontras pada kayu yang terkenal dengan nama Macassar
Ebony dan Black Ebony ini membuatnya menjadi kayu yang sangat
diburu oleh bangsa Jepang, Eropa dan Amerika. Kegiatan eksport
kayu ini mencapai puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah
mencapai 26.000 m3 dan terus menurun hingga kini ditetapkan oleh
IUCN dan 2000 WCN (World Conservation Union) Red List of
Threatened Species sebagai kayu yang dilindungi.
Pohon Kayu Eboni dapat tumbuh hingga 40m dengan
diameter hingga 1 meter dan merupakan kayu kelas awet 1 dan kelas
kuat 1 dengan berat jenis rata-rata 1.05 (0.90-1.14), dengan berat
jenis ini kayu Eboni tergolong berat dan tidak dapat mengapung di
air. Kayu dengan urat yang eksotis ini kerap dijadikan bahan baku
pembuatan alat musik seperti gitar, piano hingga biola. Kayu ini juga
digunakan sebagai tongkat, ukir-ukiran, patung dan juga perhiasan.
8. Trembesi
Beberapa waktu yang lalu, sebuah perusahaan rokok
membuat program CSR dengan penanaman ribuan bibit pohon
Trembesi, alasannya pohon Trembesi merupakan salah satu jenis
pohon yang dapat menyerap hingga 28.5 ton gas CO2. Selain
manfaatnya sebagai penyerap gas CO2 yang baik, Kayu Trembesi
kini juga semakin diminati oleh pasar lokal dan Asia untuk dijadikan
bahan baku furnitur, ukiran dan patung. Hal ini disebabkan oleh urat
Kayu yang dimiliki Kayu Trembesi yang menawan.

7
Kayu Trembesi mudah tumbuh diberbagai daerah Tropis dan
curah hujan yang tinggi mulai dari Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi,
Maluku hingga Nusa Tenggara. Kayu Trembesi dapat tumbuh
hingga mencapai 40m dengan diameter hingga 4.5 meter. Kayu
Trembesi yang juga disebut Kayu Meh di daerah Jawa yang berarti
“hampir menyerupai Kayu Jati ini sering diubah menjadi furniture
indoor yang tebal-tebal dan lebar hingga 1.5meter, hal ini
disebabakan kekuatannya yang kurang dan cukup lentur sehingga
pengolahan kayu ini lebih condong dipotong lebih besar. Kepadatan
atau Density Kayu Trembesi yang kurang membuatnya kurang
cocok dijadikan bahan baku furniture outdoor. Selain menjadi bahan
baku Furniture, Kayu Trembesi juga sering digunakan sebagai
bahan pembuat veneer.
Kayu Trembesi memiliki berat jenis 0.60 dengan tingkat
keawetan kelas IV dan Kelas Kuat III. Pohon Kayu. Kayu Trembesi
kurang awet karna menghasilkan minyak kayu yang membuatnya
tahan terhadap serangan rayap lebih sedikit dibandingkan dengan
Kayu Jati.
9. Bangkirai
Kayu yang memiliki nama lain Yellow Balau atau Balau ini
banyak ditemukan di Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di
Indonesia, Kayu ini banyak dipasok dari hutan Kalimantan. Kayu
Bangkirai dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter hingga
120 cm. Kayu ini bewarna kuning kecoklatan dengan kekerasan
antara 880-990 kg/m3 hingga 1050 kg/m3 pada kekeringan 12%.
Pada suhu normal Kayu Bangkirai dapat kering dalam waktu 12
hingga 1 bulan. Ikatan antar serat yang kuat dan mudah diolah
menjadikan kayu ini cocok untuk decking, outdoor furniture, dan
berbagai keperluan konstruksi lainnya namun pada beberapa jenis
bangkirai seratnya cenderung mudah terbuka dam mudah melintir

8
sehingga tidak disarankan dipergunakan pada konstruksi yang
membutuhkan kestabilan tinggi.
Kayu Bangkirai cukup terkenal didunia perkayuan dengan
tingkat keawetan dari kelas I hingga kelas III dan Kelas Kuat I dan
II. Kayu Bangkirai memiliki berat jenis rata-rata 0.91.
10. Kamper
Dahulu kala penggunaan getah beberapa jenis Kayu Kamper
menjadi kapur barus merupakan kegiatan bisnis primadona yang
membuat Sumatera menjadi terkenal. Penggunaan kapur barus dapat
ditemui pada buku History of Sumatera (1783) yang ditulis oleh
William Marsden, Kimiya’Al-‘Ltr (Abad ke-9) yang ditulis oleh Al-
Kindi dan Actius dari Amida (502-578) serta berbagai tulisan
lainnya yang mempropagandakan penggunakan kamper/kapur
barus, bahkan disebutkan pula bahwa pada abad ke 2 masehi
terdapat bandar dagang yang terkenal menjual kapur barus bernama
Barosai. Kini penggunaan kapur barus semakin meluas dan dibuat
pula sintetisnya dengan terpentin. Selain wangi, kapur barus juga
dipergunakan untuk mengawetkan mayat dan tidak disukai oleh
hama. Demikian pula kayu kamper, kayu ini termasuk kayu yang
tahan hama sehingga banyak diminati banyak orang.
Kayu Kamper berwarna coklat muda hingga coklat
kemerahan dan hampir mirip dengan Kayu Mahoni. Kayu Kamper
termasuk Kayu berkelas awet II, III dengan kelas kuat I dan II,
Meskipun Kamper dapat ditemui diberbagai daerah, Kayu Kamper
yang berasal dari Samarinda terkenal halus dibandingkan dengan
daerah yang lain. Selain Kamper Samarinda, dipasaran dikenal juga
Kamper Singkil, Kamper Kapur dan Kamper Banjar.
11. Sonokeling
Ini dia Rosewood-nya Indonesia, Sonokeling, Sonobrit,
Sonosungu atau Sanakeling merupakan kayu yang memiliki corak
yang indah, bewarna coklat gelap dengan alur-alur berwarna hitam

9
membuat kayu ini terlihat sangat eksotis. Pohon Kayu Sonokeling
dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter mencapai 2 meter.
Pohon ini dapat ditemui di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur
terutama didaerah-daerah yang berbatu dan agak kering.
Kayu Sonokeling dimanfaatkan untuk membuat berbagai
jenis produk, mulai dari furniture, alat musik, hingga alat-alat olah
raga. Dengan Berat jenis 0.77-0.86 dengan kadar air 15%, Kayu ini
juga termasuk kayu indah kelas 1, kelas awet I dan kelas kuat II.
Karna Sonokeling termasuk kayu keras, maka kayu ini dahulunya
sering digunakan sebagai bahan konstruksi dan bahan pembuat
kusen-kusen mewah yang kuat. Kayu Sonokeling yang juga
memiliki kadar air yang rendah serta cukup menghasilkan minyak
kayu juga terkenal tahan akan serangan rayap dan jamur pembusuk
kayu.
12. Sungkai
Kayu berwarna terang ini merupakan material Kayu yang
sering digunakan oleh pengrajin untuk membuat furniture indoor.
Kayu Sungkai juga diolah oleh industri menjadi veneer yang warna
dan coraknya banyak diminati oleh pasar. Dengan corak Kayu
perpaduan antri warna kuning, coklat muda dan kuning setelah
kuning, Kayu Sungkai dapat mempertegas kesan segar dan compact
pada furniture indoor.
Dipasaran harga Kayu Sungkai jelasnya lebih murah di
bandingkan harga Kayu Jati atau Sonokeling, oleh karna itu
pemakaiannya juga lebih luas dibandingkan Kayu Jati, Sonokeling
atau Ulin yang kelasnya lebih tinggi. Dari segi kualitas, meskipun
coraknya cukup menawan, kayu ini hanya termasuk kayu Kelas
Kuat II dan III dan Kelas Awet II dan III juga. Massa jenis dan bobot
Kayu Sungkai apalagi jika telah melalui proses Kiln atau
pengeringan akan lebih berat sedikit di bandingkan Kayu Pinus,

10
Oleh karna itu, penggunaannya disarankan bukan untuk keperluan
outdoor kecuali dengan treatment khusus.
13. Pinus dan Cemara
Dari beberapa artikel yang saya baca, pada dasarnya Pohon
Pinus dan Cemara memiliki ciri fisik dan nama latin yang berbeda
pula, namun corak kayu nya tidak berbeda terlalu signifikan. Kayu
Cemara memiliki warna yang lebih menonjol dibandingkan Kayu
Pinus, Kayu Cemara terkesan lebih merah dan pekat dibandingkan
warna Kayu Pinus yang lebih kuning dan terang. Selain itu Kayu
Cemara memiliki banyak (mata) karna lebih banyak ranting dan
cabang dibandingkan Kayu Pinus.
Pinus dan Cemara memiliki banyak manfaat, mulai dari segi
religius (sering digunakan sebagai pohon natal) hingga kesehatan.
Selain itu, Kayu nya juga dapat dimanfaatkan untuk banyak hal.
Kayu Pinus dan Cemara terkenal lembek dan mudah rusak,
kepadatan kayunya yang kurang justru dimanfaatkan untuk produk-
produk kayu yang membutuhkan pengolahan ringan, disposable dan
flamabelity yang tinggi seperti korek api dan palet kayu untuk
shipping. Kayu Pinus dan Cemara termasuk Kayu dengan Kelas
Awet dan Kuat level III. Kayu Pinus dan Cemara memiliki
densitas/kepadatan 480-520 kg/m3 dan kadar air MC 12% dan butuh
waktu 12-15 hari untuk pengeringan.
Meskipun Kayu Pinus dan Cemara kini sering digunakan
untuk furniture, sebaiknya perlu diingat bahwa kayu ini merupakan
kayu dengan kekuatan dan keawetan rendah, warnanya mudah
berubah dibawah sinar matahari. Disarankan jika dipergunakan
sebagai furniture sebaiknya menggunakan ukuran yang tebal dan
tidak terkena air.
14. Kelapa
Diberbagai belahan dunia, kayu kelapa telah dipergunakan
sebagai material untuk berbagai keperluan karna keberlimpahannya

11
di alam. Mulai dari kerajinan hingga furniture, Kayu Kelapa menjadi
Kayu yang hampir semua orang kenali. Kayu Kelapa telah
digunakan sebagai tiang-tiang bangunan hingga jembatan karna
kekuatannya. Kayu ini memiliki corak yang unik, perpaduan coklat
tua dan coklat muda yang kontras yang berbentuk lurus-lurus. Serat-
serat kayu kelapa cukup pendek sehingga pada papan olahan dari
kayu kelapa terlihat seperti goresan-goresan pendek. Serat berwarna
gelap merupakan serat yang lebih keras dibandingkan serat yang
lebih terang.
Kayu Kelapa tergolong kayu Kelas Kuat II dan III dengan
berat jenis dari 0,5 hingga 0,9 tergantung umur dari pohon tersebut.
Densitas Kayu Kelapa rata-rata 400 kg/m3 dengan diameter batang
hingga 50cm dan hampir lurus keatas.
Salah satu produk akhir dari Kayu Kelapa yang saat ini
menjadi produk andalan ekspor adalah parket Kayu Kelapa. Parket
Kayu Kelapa saat ini menjadi primadona dipasar Eropa karna
menjadi salah satu produk olahan Kayu yang mendapat predikat Eco
Labelling.
Kayu ini dapat diolah dengan baik menggunakan mesin-
mesin namun sulit untuk diberi bahan pengawet karna termasuk
kayu yang padat. Kayu Sonokeling sejak tahun 1998 dicatat sebagai
kayu yang dilindungi karna sudah terancam punah, oleh karna itu
bijak menggunakannya dan memanfaatkannya secara efektif dan
efisien adalah keharusan bagi pengguna nya.
15. Mahoni
Butuh kayu untuk di bengkok-kan (bend) dan mampu
bertahan lama dalam bentuk tertentu serta sangat baik difinishing
duco atau alami maka Kayu Mahoni merupakan kayu yang tepat.
Baik secara vertikal maupun secara horizontal Kayu Mahoni cukup
baik dalam uji tekan sehingga dapat diaplikasikan penggergajian
dari berbagai arah dengan baik. Karna kayu ini lebih lunak

12
dibandingkan Kayu Jati, Kayu ini cukup mudah untuk di ukir dan
dibentuk sesuai keinginan.
Kayu Mahoni cukup tahan terhadap serangan hama kayu,
dan ketika di proses seperti pemotongan atau dipaku tidak mudah
retak, dan cukup mudah untuk diampelas. Kayu ini tahan terhadap
keretakan saat di steam pada proses pembengkokan. Kayu Mahoni
memiliki ciri fisik berwarna merah pada bagian dalamnya, berpori-
pori kecil dan plain (coraknya tidak terlalu kelihatan).
Pohon Kayu Mahoni dapat dipanen pada umur 7 hingga 15
tahun, dan dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Penggunaan
Kayu Mahoni cukup luas karna kekuatan dan ketersediaanya yang
cukup banyak sehingga banyak digunakan didunia konstruksi dan
pertukangan. Pohon Kayu Mahoni dapat tumbuh hingga berdiameter
125cm dengan tinggi 35-45 m. Pohon ini sering ditanam dipinggir
jalan karna ditengari dapat mengurangi polusi udara hingga 69% dan
membantu penangkapan air serta berdaun lebat sehingga menjadi
peneduh dipinggir jalan.
16. Kayu Aren
Orang yang sakti dan punya ilmu kebal, jika ditusuk dengan
ruyung tetap akan mati. Kepercayaan orang Sunda terhadap pepatah
ini dapat ditemukan logikanya, Kayu Aren atau Ruyung terhitung
keras dan jika disabet pinggirannya setajam sembilu. Pengolahan
Kayu Aren dapat merusak mesin pengolah seperti ketam mesin dan
gergaji lebih cepat dibandingkan kayu yang lain, hal ini disebabkan
Kayu Aren memiliki urat kayu yang berwarna hitam yang sangat
keras. Karna masih dalam keluarga Palma, Kayu Aren memiliki
corak seperti Kayu Kelapa, namun perbedaan yang kontras dapat
terlihat dari warna-nya yang jauh lebih gelap dibandingkan Kayu
Kelapa.
Aren, Enau, Hanau, Peluluk, Moka dan banyak lagi sebutan
untuk tumbuhan aren ini memiliki pohon yang dapat tumbuh hingga

13
25 m dengan diameter hingga 65cm. Bagian batang Aren yang dapat
digunakan sebagai papan adalah bagian agak luar hingga 10cm
kearah dalam. Sedangkan bagian dalamnya lebih mudah rusak karna
lebih lunak. Selain batang, Kayu Aren kita kenal sebagai penghasil
gula merah, aren atau enau, dan penghasil kolang-kaling. Tidak
sedikit yang mengubah air enau menjadi tuak diberbagai daerah di
Indonesia karna air nira cepat terfementasi di udara.
Di negara Jepang, parket Kayu Aren yang berwarna hitam
cukup disukai meskipun eksportir mengatakan bahwa biasanya
mereka lebih meyukai warna-warna kayu yang terang. Di daerah
seperti Sulawesi, Kayu Aren biasanya digunakan sebagai papan,
gagang pisau, gagang cangkul dan empulurnya dijadikan untuk
penyaluran air.
Selain berbagai jenis kayu yang sudah disebutkan tadi,
Indonesia memiliki banyak jenis kayu endemik dan kayu-kayu yang
berkualitas tinggi lainnya yang harus kita jaga
keberlangsungan supplynya serta dapat kita manfaatkan untuk
berkarya. Untuk itu yuk kita tingkatkan pengetahuan dan skill kita
dalam memahami material ini agar kita dapat menghasilkan nilai
tambah dari berbagai material mentah yang disediakan oleh alam
seperti kayu.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kayu

1. Kelebihan Kayu
a. Bobotnya ringan (BJ dibawah 1).
b. Memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap pengaruh
kimia dan listrik.
c. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk
dijadikan barang lain.
d. Mudah didapat , murah , dan mudah dikerjakan.

14
e. Cukup awet/ tahan lama
f. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan
habis, apabila dikelola dengan baik.
g. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bias ditiru
oleh bahan lain yang dibuat oleh tangan manusia
h. Pada umumnya kayu yang berat jenisnya tinggi mempunyai
modulus elastisitas dan kekuatan yang tinggi pula(sesuai
dengan kelas kuatnya)
i. Cukup tahan terhadap beban tekan dan beban tarik.
2. Kekurangan Kayu
a. Kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti serat arah
yang membentuk penampang, spiral dan diagonal, mata
kayu, dll
b. Daya muai dan susut yang besar (bersifat higroskopis)
c. Kurang awet.
d. Pada pembebanan dalam jangka panjang, pinjaman cukup
besar.
e. Mudah terbakar.
f. Apabila proses pengeringan kurang baik akan menimbulkan
serangan cendawan/jamur.
g. Disenangi serangga/kumbang kayu.
h. Cacat pada kayu mengakibatkan kekurangan atau kesulitan
pada penggunaan dan pengerjaa kayu.
i. Cacat pertumbuhan awal, akan menjadi cacat pada kayu
setelah pohon ditebang.

2.4 Sifat-Sifat Kayu

1. Sifat Fisik Kayu


Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat
kayu.Makin berat kayu itu, umumnya membuat kuat pula kayunya.

15
Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.
Jenis berat ditentukan antara lain oleh dinding sel yang tebal, dan
rongga sel kecilnya yang membentuk pori-pori.
a. Keawetan alami kayu
Yang dimaksud dengan keawetan alami, ialah
ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak
kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan
makhluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan.
Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di
dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur
racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut
tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak
kayu. Teknik mengawetan kayu :
1. Mengawetkan Kayu dengan Pelapis
Teknik untuk mengawetkan kayu yang pertama adalah
menggunakan pelapis. Dengan menggunakan cara ini maka
permukaan kayu akan diberi cairan bahan pengawet yang mampu
menolak kutu atau rayap serta mengurangi pengaruh cuaca.
Cairan yang bisa digunakan sebagai pengawet dan pelapis ini
berupa tir, oli, minyak, cat, dan solar.

2. Teknik Mengawetkan Kayu dengan Perendaman


Teknik perendaman yang satu ini bisa kamu lakukan untuk
pengawetan kayu secara tradisional. Dengan melakukan
perendaman, dipercaya mampu meresapkan bahan pengawet
sampai ke serat kayunya. Teknik untuk mengawetkan kayu yang
satu ini cukup efektif digunakan karena dapat dilakukan sekaligus
pada kayu dalam jumlah yang banyak, dengan biaya yang relatif
terjangkau. Larutan yang biasanya digunakan untuk perendaman
kayu ini biasanya berupa larutan garam atau larutan campuran
minyak dan air. Jika kamu hendak melakukan pengwetan kayu
dengan metode ini, kamu bisa menggunakan tiga macam yaitu
perendaman panas, perendaman dingin, dan kombinasi
perendaman panas dingin.

3. Teknik Vakum dengan Penekanan Penuh


Teknik pengawetan kayu vakum dan tekanan metode sel penuh
ini sendiri dilakukan dengan memasukkan kayu yang akan
diawetkan ke dalam tangki kemudian ditutup rapat. Proses
pengosongan udara dilakukan selama kurang lebih 90 menit,
selama teknik pengosongan inilah bahan pengawet kayu
dimasukkan ke dalam tangki sampai penuh melalui selang khusus.

16
4. Teknik Vakum dan Penekanan Metode Sel Kosong
Teknik pengawetan kayu secara modern selanjutnya adalah teknik
vakum dan penekanan metode sel kosong. Cara ini sendiri
dilakukan dengan memasukkan kayu ke dalam tangki. Kemudian
dalam kondisi tangki tertutup rapat diberi tekanan selama 20
menit. Dalam vase inilah cairan pengawet kemudian dimasukkan
kedalam tangki dan proses pemberian tekanan ditingkatkan
selama 2 jam. Setelah itu, cairan pengawet kayu kemudian
dikeluarkan dan dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahapan proses
vakum untuk membersihkan bahan pengawet yang masih
menempel pada kayu.

b. Warna kayu
Ada bermacam macam, antara lain warna kuning,
keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman,
kemerah-merahan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
Warna suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut : umur pohon dan kelembaban udara. Kayu pohon
yang lebih tua dapat lebih gelap dari kayu pohon yang lebih
muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula
warnanya dari kayu yang basah. Kayu yang lama berada di
luar bisa lebih gelap, juga bisa lebih pucat daripada kayu
yang segar.
c. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan udara atau kelembaban.Suatu
petunjuk, bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab
udara disekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu

17
sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.
Masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu
basah atau kering. mengakibatkan kayu itu akan
mengembang atau menyusut.
d. Tekstur
Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Yang
dimaksud dengan sel kayu ialah serat-serat kayu. Jadi dapat
dikatakan tekstur ialah ukuran relatif serat-serat kayu.
Berdasarkan teksturnya, jenis kayu digolongkan kedalam:
• Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dan
lain-lain.
• Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, senokeling dan
lain-lain.
• Kayu bertekstur kasar, contoh : kempas, meranti ddan
lain-lain.
e. Serat
Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang
menunjukkan arah umum sel-sel kayu didalam kayu
terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah serat
dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada
permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah
sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel
itu menyimpanag atau membentuk sudut terhadap sumbu
batang, dikatakan kayu itu berserat mencong.
f. Kekerasan
Pada umunya terdapat hubungan langsung antara
kekerasan kayu dan berat kayu.Kayu-kayu yang keras juga
termasuk kayu-kayu yang berat.Sebaliknya kayu ringan
adalah kayu yang lunak. Cara mematikan kekerasan kayu
ialah dengan memotong kayu tersebut dengan arah
melintang. Kayu yang sangat keras akan sulit dipotong

18
melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan
hasil potongannya akan memberi tanda kilau pada kayu.
Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan
melintangnya akan memberikan hasil yang kasar dan suram.
g. Kesan raba
Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang
diperoleh pada saat kita meraba permukaan kayu tersebut.
Ada kayu yang bila diraba memberi kesan kasar, halus, licin,
dingin dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda itu
untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung dari : tekstur kayu,
besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif
di dalam kayu.
2. Sifat Mekanik Kayu
Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu adalah kemampuan
kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan
muatan dari luar adalah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai
kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Dalam
hal ini dibedakan menjadi beberapa macam kekuatan sebagai
berikut:
a. Keteguhan tarik
Kekuatan atau keteguhan tarikan suatu jenis kayu
ialah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha menarik kayu itu.Kekuatan tarik terbesar pada kayu
ialah sejajar arah serat.
b. Keteguhan tekan/kompresi
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan
kayu untuk menahan muatan jika kayu itu digunakan untuk
penggunaan tertentu.
c. Keteguhan lengkung (lentur)
Ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-

19
beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus
dipukul oleh kayu tersebut.
d. Keuletan
Kayu yang sukar dibelah, dikatakan ulet. Dalam
keuletan ini, keuletan kayu diartikan sebagai kemampuan
kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau
tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan
kerusakan sebagian.
e. Kekerasan
Kekerasan kayu dapat diartikan sebagai kemampuan
kayu untuk manahan kikisan (abrasi).
3. Sifat Kimia Kayu
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan
kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu.Selain itu juga dapat
menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapatkan
hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu daun
lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur:
• Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
• Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
• Bahan yang diendapkan dalam kayu selama proses
pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif.

2.5 Sifat Higrokopis Kayu

Skar (1989) mengemukakan bahwa kayu sebagaimana bahan


berlignoselulosa lainnya memiliki sifat higroskopis yaitu dapat menyerap
atau melepas air dari lingkungannya. Tsoumis (1991) menambahkan bahwa
air yang diserap dapat berupa uap air atau air dalam bentuk air cair

20
Pada kondisi lembab, kayu kering akan menghisap atau menaik uap
air, sedangkan pada keadaan kelembaban udara yang rendah, kayu basah
akan melepaskan uap air. Sifat higroskopis ini menyebabkan kayu pada
kondisi dan kelembaban tertentu dapat mencapai suatu keseimbangan, yang
berarti kadar air kayu tidak akan mengalami perubahan. Tsoumis (1991)
mengemukakan bahwa kadar air keseimbangan ini merupakan sebuah
ukuran higroskopisitas.

2.6 Sifat Mekanik Kayu

Sifat mekanik kayu adalah sifat yang berhubungan dengan ukuran


kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang membebani kayu. Kayu
yang dibebani ini akan menyebabkan tegangan dalam kayu tersebut dan
dapat mengubah bentuk kayu. Perubahan bentuk kayu ini dapat terjadi
akibat adanya beban (gaya luar) yang membebani kayu, perubahan kadar air
(adanya gaya pada seluruh bagian kayu), dan perubahan suhu (adanya muai
dan susut pada kayu).
Untuk mengetahui berbagai parameter mengenai sifat mekanik
kayu, dilakukan pengujian yang berdasarkan standar pengujian. Standar ini
dilakukan agar menghasilkan hasil pengujian yang seragam pada setiap
pengujian. Standar yang digunakan dalam pengujian sifat mekanik kayu
diantaranya adalah ASTM (American Society for Testing and Materials) di
Amerika Serikat, BS (British Standard) di Inggris, DIN (Deutsches Institut
fur Normung) di Jerman, dan JIS (Japanese Industrial Standard) di Jepang.
Sifat mekanik kayu antara lain adalah kekuatan tarik (tensile
strength), kekuatan tekan (compressive strength), kekuatan geser (shear
strength), kekuatan lentur (bending strength), sifat kekakuan (stiffness),
sifat keuletan (toughness), sifat kekerasan (hardness), dan sifat ketahanan
belah (cleavage resistance). Sifat mekanik kayu ini diuji dengan metode
“destructive testing” yang dibagi menjadi contoh kecil bebas cacat (small
clear specimen) dan contoh ukuran pakai (full scale). Hasil uji ini kemudian

21
dipakai untuk menentukan kekuatan aman kayu / allowable stress / working
stress / tegangan yang diperkenankan / tegangan izin.
Sifat mekanik kayu yaitu kemampuan kayu untuk menahan beban
yang berasal dari luar. Yang mempengaruhi sifat mekanik kayu yaitu:
• Faktor luar, terdiri dari: pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur dan serangga
perusak kayu.
• Faktor internal, terdiri dari: berat jenis kayu, kadar air, cacat mata
kayu, dan penyimpangan arah serat kayu.

1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-
gaya yang berusaha menarik kayu (beban tarik). Terdapat 2 (dua)
macam keteguhan tarik, yaitu:
• Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
• Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Gambar 1. Keteguhan Tarik Sejajar dan Tegak Lurus Kayu

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik


sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil
dari kekuatan tarik sejajar arah serat.
Uji kekuatan tarik dilakukan dengann cara merampingkan
bagian tengah kayu spesimen. Bagian yang dibuat ramping
merupakan bagian yang diamati kerusakannya, apabila kerusakan
tidak terjadi pada bagian ini maka data tidak valid dan pengujian
harus diulang dengan spesimen kayu yang baru. Kecepatan uji

22
penarikan ini 1 mm/ min untuk paralel to grain test (tes tarik sejajar
serat) dan 2,5 mm/ min untuk tension perpendicular to grain test (test
tarik tegak lurus serat).
∆𝐿
𝜀=
𝐿
Dimana:
𝜀 : strain / tegangan
∆𝐿 : pertambahan panjang (cm)
𝐿 : panjang awal (cm)
2. Keteguhan Tekan atau Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk
menahan muatan/beban (beban tekan). Terdapat 2 (dua) macam
keteguhan tekan yaitu:
• Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
• Keteguhan tekan tegak lurus arah serat

Gambar 2. Keteguhan Tekan atau Kompresi Kayu

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil


daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
Dimensi batang panjang memiliki dimensi panjang 11 kali
dimensi penampang terkecil. Pada batang pendek sifat kekakuan
batang tidak berperan pada kekuatan batang. Batang inilah yang
dipakai untuk pengujian contoh kecil bebas cacat (small clear
specimen).

23
Pada batang panjang (tiang) beban tekan menyebabkan
terjadinya tekukan (beban Euler). Sifat kekakuan batang sangat
berperan terhadap kekuatannya, maka perlu diperhatikan faktor
tekuk. Semakin tinggi sifat kekakuan batang maka kekuatannya
semakin besar. Tegangan tekan sejajar serat maksimum biasa
disimbolkan dengan MCS (Maximum Crushing Strength).
Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan gaya
searah serat kayu. Sama dengan kekuatan tarik, kekuatan tekan pada
kayu dapat dirumuskan.
𝑃
𝜎=
𝐴
Dimana:
𝜎 : stress / tegangan (kg/cm2)
𝐹 : gaya tekan (kg)
𝐴 : luas penampang (cm2)

Perbedaanya ada pada strain. Jika pada pengujian tarik ∆L


adalah penambahan panjang, sedangkan untuk pengujian tekan ∆L
adalah pengurangan panjang.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser
dari bagian lain di dekatnya (beban bergeser). Terdapat 3 (tiga)
macam keteguhan, yaitu:
• Keteguhan geser sejajar arah serat
• Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
• Keteguhan geser miring

24
Gambar 3. Keteguhan Geser Kayu

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar daripada


keteguhan geser sejajaar arah serat. Kecepatan pembebanan dalam
uji ini adalah 0,6 mm/ min.
4. Keteguhan Lengkung (Lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan
beban mati maupun hidup selain beban pukulan (beban luntur).
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu:
• Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan
gaya yang mengenainya secara perlahan.
• Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan
gaya yang mengenainya secara mendadak.

Gambar 4. Keteguhan Lengkung Kayu

5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk mempertahankan
bentuk dan ukurannya apabila kayu tersebut mendapatkan beban.

25
Disimbolkan dengan MOE (Modulus of Elasticity). Sifat ini berlaku
untuk tekan, tarik, geser, dan lentur. Khusus kekakuan untuk geser
diberi istilah “Modulus of Rigidity”. Semakin besar MOE maka
semakin besar sifat kekakuannya yang menyebabkan semakin sulit
kayu tersebut dirubah bentuknya.
Untuk melakukan pengujian modulus elastisitas, digunakan
alat uji three point bending. Untuk memperoleh nilai modulus
elastisitas, dari hasil pengujian three point bending kemudian
dimasukkan ke dalam rumus:
𝑚
𝐸 = ( 𝑔𝑙 ) ( )
3

48𝐼 𝛿

𝑤ℎ3
𝐼=
12
Dimana:
E : modulus elastisitas (Mpa)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
L : panjang specimen (mm)
I : inersia penampang (mm4)
m : massa pemberat (kg)
𝛿 : defleksi (mm)
𝑤 : lebar specimen (mm)
ℎ : tebal specimen (mm)
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah
tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau
tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas
proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen
dan kerusakan sebagian atau secara singkat, sifat keuletan kayu
adalah kemampuan kayu untuk menyerap energi akibat beban
pukulan.

26
Kayu yang ulet adalah kayu yang sukar pecah atau patah
meski dibebani sampai beban maksimum. Kayu yang tidak ulet akan
mudah patah. Cara pengujian keuletan kayu dilakukan dengan cara:
• Increament drop impact test (diberi beban pukulan berulang)
• Single drop impact test (beban pukul diberikan sekali saja)
• Twisting/tortion test (contoh uji diberi beban puntir/torsi)
Cara uji yang saat ini biasa dipakai adalah “Single drop impact
test”. Sifat ini juga dikenal dengan “kekuatan pukul” dan
pengujiannya disebut pula sebagai “lentur dinamik” atau “dynamic
bending”.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya
yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-
sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang
ketahanan terhadap pengausan kayu. Kekerasan kayu berhubungan
dengan berat dan berat jenis kayu. Contoh kayu yang sangat keras:
balau, giam, kayu besi, dll. kayu keras yaitu: kulim, pilang, dll. Kayu
sedang yaitu: mahoni, meranti, dll. Kayu lunak yaitu: pinus, balsa,
dll.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah
yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar.
Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk
pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah
dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.

27
Gambar 5. Keteguhan Belah Kayu

Contoh uji ini mirip dengan tarik tegak lurus serat. Tujuan
dari uji ini adalah untuk melihat kemampuan kayu mengikat paku.
Cacat interlocked grain (serat berpadu) biasanya meningkatkan
ketahanan belah kayu, akibat serat yang membelit.

2.7 Sifat Fisis Kayu

1. Kadar Air Kayu


Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat dalam
kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya.
Air dalam kayu terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas yang
terdapat pada rongga sel dan air terikat (imbibisi) yang terdapat pada
dinding sel. Kondisi dimana dinding sel jenuh dengan air sedangkan
rongga sel kosong, dinamakan kondisi kadar air pada titik jenuh
serat. Kadar air titik jenuh serat besarnya tidak sama untuk setiap
jenis kayu, hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan
komponen kimia. Pada umumnya kadar air titik jenuh serat besarnya
berkisar antara 25-30%. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa
besarnya titik jenuh serat berkisar antara 20-40%.
2. Berat Jenis dan Berat Jenis Zat Kayu
Berat jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan
kerapatan air. Berat jenis disebut juga kerapatan relative. Simpson,
et.al, (1999) mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara
kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomali air

28
(4,4°C), dimana kerapatan air pada kondisi tersebut besarnya adalah
1 g/cm3.
Untuk menentukan berat jenis digunakan berat kering oven
dan volume pada (a) basah, (b) kering oven, dan (c) pada kadar air
12%. Di Amerika lebih disukai ukuran berat jenis kayu menurut
volume berat basah, sedangkan di Eropa lebih senang dengan
volume berat kering tanur. Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu
berbeda-beda dan tergantung dari: kandungan zat-zat dalam kayu,
kandungan eksktraktif serta kandungan air kayu. Berdasarkan
volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat
kayunya. Klasifikasi yang ada terdiri dari:
a. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3
b. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36 – 0,56
c. Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu
umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan
kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu merupakan salah satu sifat fisik
kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya.
Berat Jenis Kayu dan Kulit
0.7
0.58
0.50
0.46

0.36 0.39
0.35 0.34

Gambar 6. Berat Jenis Kayu dan Kulit

29
Berdasarkan pada Gambar 6, terlihat bahwa berat jenis kayu
rata-rata tertinggi pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia)
sebesar 0.58 dan terendah pada jenis Akasia mangimum (Acacia
mangium) sebesar 0.34. Nilai berat jenis kayu rata-rata menurut arah
vertikal batang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Berat dan Jenis Kayu Rata-Rata Menurut Arah
Vertikal Batang
Jenis Kayu Berat Jenis
Pangkal Tengah Ujung
Sengon Buto 0.36 0.29 0.29
Karet 0.50 0.48 0.46
Gmelina 0.46 0.38 0.34
Sengon Buto 0.35 0.31 0.30
Mangium 0.34 0.34 0.30
Sonokeling 0.58 0.61 0.58
Angsana 0.39 0.36 0.33

Berdasarkan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai berat


jenis secara umum pada bagian pangkal lebih tinggi dibanding
bagian tengah dan ujung. Semakin ke ujung nilai berat jenisnya
semakin rendah. Berat jenis tertinggi terdapat pada jenis Sonokeling
pada posisi batang bagian pangkal yaitu sebesar 0.58, sedangkan
terendah terdapat pada jenis Sengon buto pada posisi batang bagian
tengah dan ujung sebesar 0.29.

0.7
0.60
0.51
0.48
0.6 0.44
0.41
0.35
0.30
0.5

0.4

30
Gambar 7. Berat Jenis Kulit Kayu pada Berbagai Jenis Kayu

Berdasarkan pada Gambar 7, terlihat bahwa berat jenis kulit


rata-rata tertinggi pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar
0.6 dan terendah pada jenis Angsana sebesar 0.3.
Kayu yang berasal dari bagian pangkal umumnya sudah
terbentuk kayu dewasa (mature wood), yaitu massa kayu yang
didominasi oleh kayu akhir dengan sel-sel penyusunnya memiliki
didnding sel yang tebal dan rongga sel yang kecil, sehingga
kerapatannya juga lebih tinggi. Selain itu kayu pada bagian pangkal
juga sudah terbentuk kayu teras yang lebih banyak.
Pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda,
dimana secara fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif
sehingga dinding selnya relatif lebih tipis dibanding dengan dinding
sel jaringan yang sudah tua. Haygreen dan Bowyer (2003)
mengemukakan bahwa semakin tinggi berat jenis dan kerapatan
kayu, semakin banyak kandungan zat kayu pada dinding sel yang
berarti semakin tebal dinding sel tersebut.
Kadar Air (Kayu dan Kulit) dan Kadar Air Titik Jenuh Serat
(TJS)

80

60

40

Gambar 8. Kadar Air Kayu Segar

31
Berdasarkan pada Gambar 8, terlihat bahwa kadar air kayu
rata-rata tertinggi pada jenis Sengon (Paraserianthes falcataria)
sebesar 137.21% dan terendah pada jenis Sonokeling (Dalbergia
latifolia) sebesar 74.32%. Nilai kadar air kayu rata-rata menurut arah
vertikal batang disajikan pada Table 2.
Tabel 2. Nilai Kadar Air Kayu Menurut Arah Vertikal Batang
Jenis Kayu Berat Jenis
Pangkal Tengah Ujung
Sengon Buto 108.58 155.24 149.50
Karet 87.90 81.17 78.07
Gmelina 131.00 146.54 120.00
Sengon Buto 137.21 144.19 96.17
Mangium 120.04 119.69 90.65
Sonokeling 74.32 65.09 66.18
Angsana 95.81 102.24 91.06

Berdasarkan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai kadar


air tertinggi terdapat pada jenis Sengon buto pada posisi batang
bagian tengah yaitu sebesar 155.24%, sedangkan terendah terdapat
pada jenis Sonokeling pada posisi batang bagian tengah sebesar
65.09%.

100 78.8

Gambar 9. Kadar Air Kulit Kayu

32
Berdasarkan pada Gambar 9, terlihat bahwa kadar air kulit
rata-rata tertinggi pada jenis Angsana sebesar 211.075% dan
terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis) sebesar 33.286%.
Haygreen dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa dalam
bagian xylem, air umumnya lebih dari separoh berat total, artinya
berat air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar daripada
berat bahan kayu kering. Bakar, dkk (1998) mengemukakan bahwa
pengaruh gaya gravitasi bumi yang menyebabkan pengiriman air ke
bagian yang lebih tinggi memerlukan tekanan kapiler yang lebih
besar.
Banyak faktor yang mempengaruhi variasi tersebut seperti
tempat tumbuh, iklim, lokasi geografis dan spesies itu sendiri.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat seperti kelembaban,
tersedianya cahaya matahari dan zat-zat makanan, angin dan suhu
dapat mempengaruhi berat jenis. Hal ini sebagian besar ditentukan
oleh tinggi tempat, aspek kemiringan, garis lintang, tipe tanah,
komposisi tegakan dan jarak tanam. Semua faktor ini dapat
mempengaruhi ukuran dan ketebalan dinding sel sehingga
mempengaruhi kapasitas sel dalam menampung molekul air.
90
79.91
80

70

60 38.99
29.855
50 25.82 23.615
22.865
18.255
40

30

Gambar 10. Kadar Air Titik Jenuh Serat Kayu

33
Berdasarkan pada Gambar 10, terlihat bahwa kadar air titik
jenuh serat kayu rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina
arborea) sebesar 79.91% dan terendah pada jenis karet (Hevea
braziliensis) sebesar 18.25%. Penyimpangan KA TJS pada kayu
Gmelina diduga karena kayu tersebut merupakan kayu juvenile,
dimana sel-sel pada kayu tersebut merupakan sel-sel yang masih
muda. Kayu tersebut pada saat setelah dikeringkan terjadi penurunan
berat yang sangat signifikan (kayu tersebut mengalami perubahan
bentuk dalam hal ini tidak silindris seperti bentuk awalnya)
sebagaimana disajikan pada Gambar 6 berikut.

Bagian yang hilang

Gambar 11. Kerusakan pada Kayu Gmelina yang Telah Dikeringkan

Persentase Rongga Sel Terisi Air


80

70

60

50

40

30

20

Gambar 12. Persentase Rongga Sel Terisi oleh Air

Berdasarkan pada Gambar 12, terlihat bahwa persentase


rongga sel terisi oleh air rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina
(Gmelina arborea) sebesar 70.42% dan terendah pada jenis Akasia
mangium sebesar 43.65%. Tingginya persen rongga sel berisi air

34
pada kayu Gmelina yang diukur disebabkan karena terjadinya pecah
kayu seperti yang disajikan pada Gambar 6 setelah kayu dikeringkan
sehingga terjadi keabnormalan data pada kadar air TJS, akibatnya
hal ini berpengaruh terhadap besarnya persen rongga yang terisi oleh
air. Dalam literatur disebutkan bahwa maksimum rongga sel berisi
air sebesar 50%.

2.8 Macam-Macam Retakan pada Uji Tekan dan Geser Kayu

Berdasarkan SNI 03-3958-1995 dan SNI 03-3400- 1995 untuk


menghitung kuat tekan sejajar kayu dan kuat geser menggunakan rumus:

1. Kuat Tekan Kering Udara


Dalam pengujian kuat tekan kering udara menggunakan tiga
sampel dengan kode TKU-1, TKU-2 dan TKU-3. Hasil pengujian di
laboratorium menunjukan besarnya beban tekan pada sampel uji,
sehingga dapat dicari kuat tekan seperti rumus diatas.
Perhitungan kuat tekan kering udara dapat didapatkan kuat
tekan sejajar kayu ulin rata-rata yaitu 17,58 MPa, Maka dapat
diklasifikasikan E20 berdasarkan tabel pengklasifikasian SNI
7973:2013.
Pengujian Kuat tekan sejajar serat kering udara tersebut
terjadi beberapa jenis keretakan seperti yang telah dijelaskan di
dalam SNI 03-3958- 2002. Jenis keretakan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut.

35
Tabel 3. Keretakan pada Sampel Kuat Tekan Sejajar Serat
Kering Udara

Retak memanjang yang terjadi pada TKU-1 dikarenakan


adanya tarik dengan arah penjalaran retak sejajar arah serat.
Sedangkan pada TKU-2 terjadi retak geser dikarenakan retak
menjalar dan mengikuti arah serat. Kedua tipe keretakan yang terjadi
pada kayu ulin ini merupakan salah satu ciri bahwa kayu ini
merupakan kayu kuat.
2. Kuat Tekan Kering Oven
Benda uji tekan sejajar serat kering oven berjumlah tiga
benda uji. Terdiri dari TKO-5, TKO-7 dan TKO-8 yang diberikan
total wrap dan silica gel untuk menjaga suhu dari sampel tersebut
dan kadar air oven dari kayu ulin. Hasil pengujian di laboratorium
berupa beban maksimum sehingga dapat dicari kuat tekan sejajar
serat menggunakan rumus.
Sampel kuat tekan sejajar serat kering oven dilakukan
pengujian pada saat sampel masih mengandung 14,33% air
didalamnya. Perhitungan kuat tekan sejajar serat kering oven
didapatkan kuat tekan sejajar kayu ulin rata-rata yaitu 26,69 MPa
sedangkan pada kuat tekan sejajar serat kering udara yaitu 17,58
MPa. Dari hasil yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa kuat

36
tekan sejajar kayu ulin lebih besar apabila kayu ulin dalam keadaan
kering oven daripada kering udara. Berdasarkan SNI 7973:2013
yaitu nilai desain dan modulus elastisitas lentur acuan, kuat tekan
sejajar serat kayu ulin kering oven terletak pada E25.
Hal ini dapat terjadi karena saat kayu mengering dibawah
titik jenuh serat, sebagian besar kekuatan dan sifat elastis bertambah.
Hal ini terjadi karena saat air dikeluarkan dari dinding sel, molekul-
molekul berantai panjang bergerak saling mendekat dan menjadi
terikat lebih kuat. Kenaikan kekuatan umumnya mulai tampak pada
saat kadar air dibawah titik jenuh atau dibawah 25%.
Pengujian Kuat tekan sejajar serat kering udara tersebut
terjadi beberapa jenis keretakan seperti yang telah dijelaskan di
dalam SNI 03-3958- 2002. Jenis keretakan tersebut seperti tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Keretakan pada Sampel Kuat Tekan Sejajar Serat
Kering Oven

Retak memanjang yang terjadi pada TKO-8 dikarenakan


adanya tarik dengan arah penjalaran retak sejajar arah serat.
Sedangkan pada TKO-7 terjadi retak geser dikarenakan retak
menjalar dan mengikuti arah serat. Kedua tipe keretakan yang terjadi
pada kayu ulin ini merupakan salah satu ciri bahwa kayu ini
merupakan kayu kuat.

37
3. Kuat Geser Kering Udara
Benda uji geser kayu ulin kering udara berjumlah tiga benda
uji yang terdiri dari GKU-1, GKU-2 dan GKU-3. Pengujian di
laboratorium menunjukan besarnya beban geser pada sampel uji
sehingga dapat digunakan rumus untuk mendapatkan nilai kuat
geser. Perhitungan kuat geser kering udara didapatkan rata-rata dari
pengujian tersebut yaitu 3,04 MPa sehingga berada pada E25.
Pengujian Kuat tekan geser serat tersebut terjadi keretakan
seperti yang telah dijelaskan di dalam SNI 03-3400-2002. Jenis
keretakan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Retak yang
terjadi yaitu retak belah, retak ini disebabkan karena terjadi pada
sampel arah sejajar serat yaitu vertikal.
Tabel 5. Keretakan pada Sampel Benda Uji Geser

4. Kuat Geser Kering Oven


Benda uji yang digunakan pada penelitian ini diberikan
perlakuan khusus yaitu pemberian plastic wrap dan silica gel supaya
tetap berada dalam kondisi kering oven saat dilakukannya pengujian
dan nilai kadar air oven.
Hasil beban maksimum yang didapat dari pengujian di
laboratorium dapat digunakan untuk mendapatkan kuat geser
dengan menggunakan rumus sehingga mendapatkan kuat geser.
Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan nilai rata-rata
dari kuat geser tersebut yaitu 2,81 MPa dan berada pada E23
sedangkan dalam keadaan kering udara 3,04 MPa. Namun dari hasil
yang didapatkan, tidak memiliki perbedaan yang besar, jadi untuk

38
kekuatan geser arah horizontal kayu ulin tidak terlalu signifikan
antara hasil kering udara dan kering oven.
Pengujian Kuat tekan geser serat tersebut terjadi keretakan
seperti yang telah dijelaskan di dalam SNI 03-3400-2002. Jenis
keretakan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Retak yang
terjadi yaitu retak belah, retak ini disebabkan karena terjadi pada
sampel arah sejajar serat yaitu vertikal.
Tabel 6. Keretakan Sampel Uji Benda Geser

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan


mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan
teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru
oleh bahan-bahan lain. Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap udara
disekitarnya (higroskopis), dan dapat mengembang dan menyusut sesuai
kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu merupakan salah satu
syarat kualitas produk kayu gergajian.
Terdapat bermacam-macam jenis kayu yang ada di Indonesia, salah
satunya yaitu jati, mahoni, meranti, dan lain-lain. Kayu memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan, seperti bobotnya ringan (BJ dibawah 1),
memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik,
dan lain-lain. Sedangkan kekurangan dari kayu yaitu kurang homogen
dengan cacat-cacat alam seperti serat arah yang membentuk penampang,
spiral dan diagonal, mata kayu, dan lain-lain. Kayu juga memiliki
bermacam-macam sifat, baik dari sifat fisik, sifat mekanik, sifat kimia dan
sifat higroskopis, dan sifat fisis.

3.2 Saran

Penulis menyadari jika makalah yang disajikan masih terdapat


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang
membangun dari pembaca akan sangat membantu dalam perbaikan dan
pengembangan makalah ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Iswanto AH. Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu. Fak
Pertan Univ Sumatera Utara. 2008;

2. Izza Aini. Makalah Teknologi Bahan Kayu [Internet]. [cited 2023 Mar 9].
Available from: https://www.scribd.com/doc/307274680/Makalah-
Teknologi-Bahan-I-Kayu#

3. Rizki Zakaria. Pengertian kayu, Sejarah kayu, Bagian-bagian kayu, Sifat


fisik kayu, dan Jenis-jenis kayu di Indonesia [Internet]. 2016 [cited 2023 Mar
9]. Available from: https://rizkizkr.wordpress.com/2016/12/12/pengertian-
kayu-sejarah-kayu-bagian-bagian-kayu-sifat-fisik-kayu-dan-jenis-jenis-
kayu-di-indonesia/

4. Zega Hutan. Mengenal Kadar Air Kayu [Internet]. 2020 [cited 2023 Mar 9].
Available from: https://www.zegahutan.com/2020/03/mengenal-kadar-air-
kayu.html

5. Mas Dian Jaya. Kayu. Politek Negeri Bali [Internet]. 2018 [cited 2023 Mar
9]; Available from: https://masdianjaya.wordpress.com/2018/11/16/tugas-
teknologi-bahan-makalah-kayu/

6. Idris M, Kamaldi A, Novan A, Jurusan D, Sipil T, Teknik F, et al. Kekuatan


Tekan Sejajar dan Geser Kayu Ulin ( Eusideroxylon Zwageri ) di Kota
Pekanbaru Berdasarkan SNI 7973 : 2013. 2019;13(April).

41

Anda mungkin juga menyukai