Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

MACAM-MACAM KAYU BUAT KONTRUKSI, KONTRUKSI


YANG MENGGUNAKAN KAYU DI DALAM MAUPUN DI LUAR
NEGRI, SERTA MACAM-MACAM SAMBUNGANNYA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Kayu

DISUSUN OLEH :
OPIK HIDAYAT
8.13.04.08.0.024
PROGRAM STUDI STRUKTUR KAYU
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT
2015

Pada bulan puasa yang penuh berkah ini kami panjatkan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan puasa serta kami
telah berhasil menyelesaikan Makalah ini yang akan membahas tentang Macam
Sambungan, Kayu dan Kontruksi kayu.
Makalah ini berisikan tentang macam-macam sambungan, macam-macam kayu
buat kontruksi dan serta kontruksi yang menggunakan kayu didalam maupun diluar
negri. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
khususnya kepada mahasiswa teknik sipil agar lebih memahami tentang pelajaran
struktur kayu, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalau
Saya harapkan demi target makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terimakasi kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin...

Mojokerto, 21 Juni 2015

Opik Hidayat

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 2 of 49

DAPTAR ISI
Cover.................................................................................................................................1
Kata Pengantar...................................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
BAB II ISI
A. Macam-Macam Nama Kayu di Indonesia............................................................5
B. Kontruksi yang Menggunakan Kayu di Dalam atau Luar Negri........................18
C. Macam-macam Sambungan Kayu......................................................................24
1. Sambungan Baut............................................................................................24
2. Sambungan dengan Paaku.............................................................................30
3. Sambungan Pasak..........................................................................................34
4. Sambungan Gigi............................................................................................38
BAB III PENUTUP
A. Simpulan..............................................................................................................46
B. Saran...................................................................................................................46
C. Daftar Pustaka......................................................................................................46

BAB I PENDAHULUAN

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 3 of 49

Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama
dikenal masyarakat,didapatkan dari semacam tanaman yang tumbuh di alam dan
dapat diperbaharui secara alami. Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam
pengerjaan, ringan, sesuai dengan lingkungan (environmental compatibility) telah
membuat kayu menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan
(light construction). Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari
oleh kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi keindahannya.
Secara alami kayu memiliki bermacam-macam warna dan bentuk serat,
sehingga untuk bangunan exposematerial kayu tidak banyak memerlukan perlakuan
tambahan. Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu
diperhatikan sifat-sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan kayu, sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan kayu.
Keterbatasan penggunaan kayu selama ini terjadi dikarenakan keterbatasan kayu
alami yang lurus dan relative panjang sudah jarang didapatkan, serta kayu dengan
tingkat kekuatan yang tinggi sudah semakin berkurang. Oleh karena itu, maka
teknologi sambungan dan komposit material sangat penting pada perancangan
struktur kayu.

BAB II ISI

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 4 of 49

A. MACAM-MACAM KAYU
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.
Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian
banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum
terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa
(karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap
atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama
dalam keadaan kering.
Ada banyak sekali jenis-jenis kayu. Dalam konstruksi dan pemakaian kayu sebagai
bagian dari konstruksi bangunan seseorang harus benar-benar mengetahui dan
memahami sifat-sifat serta jenis-jenis kayu yang biasa digunakan sebagai konstruksi
bangunan itu sendiri.
Kayu memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Mudah didapatkan di toko-toko material.
2. Banyak dikuasai oleh tukang lokal.
3. Bahan kayu dapat dibentuk, dipotong, dan digunakan secara fleksibel.
Kelebihan-kelebihan dari kayu sebagai bahan konstruksi bangunan itu sendiri tentu
memberikan keuntungan bagi kita sendiri, namun dibalik kelebihan-kelebihannya itu
kayu juga memiliki kekurangan-kekurangan. Berikut kekurangan dari kayu:
1. Mudah terbakar, dan dapat dimakan rayap.
2. Dapat mengembang dan menyusup.
3. Bentang atap dengan konstruksi kayu seringkali terbatas karena ukuran kayu
di pasaran adalah 4 meter.
4. Harga kayu semakin lama semakin mahal karena semakin berkurangnya stok
kayu dari alam.

Macam-macam Kayu untuk Bahan Konstruksi


1

Kayu Jati

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 5 of 49

Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah.
Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama
sebagai material bahan bangunan.

Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena
kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas
dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai
ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah
pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani
dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2
daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas
kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih.
Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi
finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut
diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan
kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
2

Kayu Merbau

Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai
alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna
kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau
memiliki tekstur serat garis terputus putus.Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis.
Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan
dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan
melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 6 of 49

termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di
pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
3

Kayu Bengkire

Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Sifat kerasnya juga
disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan.
Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan
pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak
mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan
untuk material konstruksi berat seperti atap kayu.
Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering
menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor
flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau
Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut
yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal
lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat
kemerahan.
4

Kayu Kamper

kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih
terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki
serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil
dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak
sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan
untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi.
Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah
daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah
lain di Kalimantan.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 7 of 49

Kayu Kelapa

Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga
harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa
termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk
garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada
kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena
pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai
Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari
Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.

Kayu meranti merah

Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga
merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus,
kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai
di luar ruangan.Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan.
7

Kayu karet

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 8 of 49

Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya
tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman
di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara
Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
WarnaKayu :
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau
dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras.
Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Densitas :
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara
435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.sehingga kayu karet dapat digunakan
sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi.
8

Kayu gelam

Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu, Kayu bakar, pagar,
atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai
sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk
cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang
aktif untuk bahan penyerap.

Kayu ulin

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 9 of 49

Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta
bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan
tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan
Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian,
tabulin dan telian. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50
m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m.
Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut. Kayu ulin banyak digunakan sebagai
konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan
untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat
khusus awet dan kuat.
10 Kayu akasia

Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori
dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti
mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang
berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650
kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah,
kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini
mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai
bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
1. Kayu merupakan bahan bangunan memiliki banyak kelebihan untuk digunakan
material dan konstruksi bangunan karena mudah ditemukan dan mudah
dibentuk sesuai keperluan.
2. Kayu memiliki kuat tarik dan kuat lentur serta kekuatannya yang lain yang cukup
baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
3. Kayu memiliki beberapa jenis sambungan yang dapat diterapkan untuk kayu
sebagai bahan konstruksi bangunan.
4. Kayu memiliki tekstur yang khas yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan kelas
mutunya, kayu karet, tata dan tusam dapat dimanfaatkan untuk bahan
bangunan struktural, sedangkan yang lain dapat dimanfaatkan untuk bahan
bangunan non struktural.Kayu yang diteliti baik yang berasal dari hutan tanaman
(HTI) maupun dari tanaman rakyat tergolong kelas kuat III-V, hanya karet dan
gmelina tergolong kelas kuat II-III.

Daftar nama-nama kayu di Indonesia

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 10 of 49

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu
bangunan. Akan tetapi hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%) yang memiliki nilai
ekonomi dan lebih sedikit lagi, 260 jenis, yang telah digolongkan sebagai kayu perdagangan.
[1]

Berikut ini adalah daftar nama-nama kayu atau kelompok kayu menurut nama
perdagangannya, sesuai dengan Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 163/KptsII/2003 tanggal 26 Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan
Iuran Kehutanan; dengan beberapa penyesuaian.

Daftar isi

1 Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersial Satu

2 Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua

3 Kelompok Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu

4 Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua

5 Rujukan

Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersial Satu


Nama
No
Perdaganga
.
n

Nama Ilmiah

Nama-nama Daerah
Damar (Jw.), dama (Slw.), damar
bindang (Klm.), damar sigi (Smt.).
(Ingg.): kauri pine.

1. Agatis

Agathis spp.

2. Balau

Shorea spp. (misalnya S.


Damar laut (Smt.), semantok (Aceh),
materialis Ridl., S. maxwelliana
amperok, anggelam, selangan batu
King, S. scrobiculata Burck);
(Klm.)
Parashorea spp.

Shorea spp. (mis. S. collina


3. Balau merah
Ridl., S. guiso (Blanco) Bl.)

Balau laut, damar laut merah, batu


tuyang, putang, lempung abang. Ingg.:
red selangan.

4. Bangkirai

Shorea spp. (mis. S. kunstleri


King, S. laevis Ridley, S.
laevifolia Endert); Hopea spp.
(mis. H. celebica Burck, H.
semicuneata Sym.)

Benuas, balau mata kucing, hulo dereh,


puguh, jangkang putih, kerangan
(Smt.), bubuh (Bk.)

5. Damar

Araucaria spp. (mis. A.

Alloa, ningwik, pien (Pap.). Ingg.:

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 11 of 49

cunninghamii D. Don, A.
hunsteinii K.Schum.)

araucaria.

6. Durian

Durio spp. (terutama Durio


carinatus Mast.); Coelostegia
spp.

Durian burung, lahong, layung, apun,


begurah, punggai, durian hantu,
enggang

7. Gia

Homalium tomentosum (Roxb.)


Delingsem (Jw.), kayu batu, melunas,
Benth., Homalium foetidum
kayu kerbau, momala (Slw.)
(Roxb.) Benth.

8. Giam[2]

Cotylelobium spp. (mis. C.


burckii Heim, C. lanceolatum
Craib, C. melanoxylon Pierre

Giam durian, resak bukit tembaga; giam


padi, resak daun kecil, resak batu; giam
tembaga, resak daun lebar; resak
gunung

9. Jelutung

Dyera spp.

Pulai nasi, pantung gunung, melabuai

10. Kapur

Dryobalanops spp. (di antaranya


Kamper (kayu), kayu kayatan, empedu,
D. oblongifolia Dyer, D.
keladan
sumatrensis (Gmelin) Kosterm.)

11.

Kapur
petanang

Dryobalanops oblongifolia Dyer

Kapur guras (Smt.), kapur paya (Mly.),


kelansau (Swk.)

12. Kenari

Kerantai, ki tuwak, binjau, asam-asam,


Canarium spp., Dacryodes
kedondong (kedundung), resung,
spp. , Santiria spp., Trioma spp.
bayung, ranggorai, mertukul

13. Keruing

Dipterocarpus spp. (mis. D.


Keruing arong, kekalup; Lagan sanduk,
applanatus V.Sl., D. baudii
mara keluang; Keruing tempudau;
Korth., D. elongatus Korth. dll.) tempurau, merkurang, kawang, apitong

14. Kulim

Scorodocarpus borneensis Becc. Kayu bawang hutan (Klm.)

15. Malapari

Pongamia pinnata (L.) Pierre

Malapari

16. Matoa

Pometia spp.; mis. P. pinnata


Forster & Forster, P. ridleyi
King

Kasai, taun, kungki, hatobu, kayu sapi


(Jw.), tawan (Mlku.), ihi mendek (Irian
Jaya)

17. Medang

Cinnamomum spp.

Sintuk, sintok lancing, ki teja, ki tuha,


ki sereh, selasihan

Meranti
kuning

Shorea spp. (di antaranya: S.


acuminatissima Sym., S.
balanocarpoides Sym., S.
faguetiana Heim, S. gibbosa
Brandis, Shorea scollaris V.Sl.;

Damar hitam, damar kalepek; Damar


hitam katup; Bangkirai guruk,
karamuku; Damar buah, merengkuyung; Damar tanduk. Ingg.: yellow
seraya.

Meranti
merah

Shorea spp. (di antaranya: S.


johorensis Foxw., S. lepidota
BI., S. leprosula Miq., S. ovalis
BI., S. palembanica Miq., S.
platyclados V.Sl. ex Foxw., S.
leptoclados Sym., dll.)

Majau, meranti merkuyung; Meranti


ketrahan; Meranti tembaga, kontoi
bayor; Meranti kelungkung;
Tengkawang majau; Banio, ketir;
Seraya merah, campaga, lempong,
kumbang, meranti ketuko, cupang.
Ingg.: red seraya, red lauan.

18.

19.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 12 of 49

Shorea spp. (di antaranya: S.


assamica Dyer, S. bracteolata
Dyer, S. javanica K. et. Val., S.
20. Meranti putih lamellata Foxw., S. ochracea
Sym., S. retinodes V.SI., S.
virescens Parijs, S. koordersi
Brandis, dll.)

Damar mesegar; Bunyau, damar


kedontang; Damar mata kucing, damar
kaca, damar kucing; Damar tunam,
damar pakit; Damar kebaong, baong,
bayong, baung, belobungo, kontoi
tembaga; Balamsarai, damar mansarai;
Damar maja, kontoi sabang; Kikir,
udang, udang ulang, damar hutan,
anggelam tikus, maharam potong,
pongin, awan punuk, mehing (Smt.,
Kal.); Damar lari-lari, lalari, temungku,
tambia putih (Slw.), Damar tenang
putih, hili, honi (Mlku.). Ingg.: white
meranti.

21. Merawan

Hopea spp. (mis. H. dasyrrachis Tekam, tekam rayap; Bangkirai tanduk,


V.Sl., H. dyeri Heim, H. sangal emang, amang besi; Cengal, merawan
Korth., dll.)
telor; Ngerawan, cengal balau

22. Merbau

Intsia spp. (terutama I. bijuga


O.K., I. palembanica Miq.)

Merbau asam, ipi (NT.), kayu besi


(Papua); Ipil, anglai, maharan; Tanduk
(Mlku.)

23. Mersawa

Anisoptera spp. (mis. A. laevis


Ridl., A. marginata Korth., A.
thurifera Bl.)

Cengal padi, damar kunyit; Masegar


(Smt.), ketimpun (Klm.), mersawa daun
besar; tabok, tahan

24. Nyatoh

Palaquium spp., Payena spp.,


Madhuca spp.

Suntai, balam, jongkong, hangkang,


katingan, mayang batu, bunut, kedang,
bakalaung, ketiau, jengkot, kolan

25. Palapi

Heritiera (Tarrietia) spp.; mis.


H. javanica (Bl.) Kosterm., H.
Mengkulang, teraling; Dungun,
simplicifolia (Mast.) Kosterm.,
talutung, lesi-lesi.
H. littoralis Ait., H. sylvatica S.
Vidal

26. Penjalin

Celtis spp.

Rempelas, ki jeungkil, ki endog (Sd.),


cengkek (Jw.), pusu (Sumbawa)

27. Perupuk

Lophopetalum spp.; mis. L.


javanicum (Zoll.) Turcz., L.
multinervium Ridl., L.
subobovatum King, L.
wightianum Arn.

Kerupuk (Smt.), pasana (Klm.),


mandalaksa (Jw.), aras

28. Pinang

Pentace spp.

Melunak, ki sigeung, ki sinduk,


kelembing

29. Pulai

Alstonia spp. (di antaranya A.


pneumatophora Back., A.
Kayu gabus, rita, gitoh, bintau, basung,
scholaris R.Br., A. spatulata Bl., pule, pulai miang. Ingg.: white
A. macrophylla Wall., A.
cheesewood, milkwood, milky pine.
spectabilis R.Br.)

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 13 of 49

Tulasan (Smt.), mandung (Min.), mala


(Jw.)

30. Rasamala

Altingia excelsa Noroa

31. Resak

Vatica spp.; mis. V. maingayi


Dyer, V. oblongifolia Hook.f., V. Damar along, resak putih
rassak Bl.

Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok


Komersial Dua
No
.

Nama
Perdagangan

Nama Ilmiah

Nama-nama Daerah

1. Bakau

Rhizophora spp. dan


Bruguiera spp

Tumu, Lenggadai, Jangkar, Tanjang,


Putut, Busing, Mata buaya

2. Bayur

Pterospermum spp.

Balang, Walang, Wadang, Wayu

3. Benuang

Octomeles sumatrana Miq.

Benuang bini (Klm.), winuang (Slw.)

4. Berumbung

Adina minutiflora Val.);


Pertusadina spp.

Kayu lobang, Barumbung, Kayu


gatal

5. Bintangur

Calophyllum spp.; mis. C.


calaba L., C. inophyllum L.,
Bintangor, penaga; Nyamplung;
C. papuanum Lauterb., C.
Sulatri; Bunoh, bintangur bunut
pulcherrimum Wall.ex
Choisy, C. soulattri Burm.f.

6. Bipa

Pterygota spp.

7. Bowoi

Serianthes minahassae Merr.


& Perry (Syn. Albizia
Rayango, Merang, Terangkuse
minahasae Koord.)

8. Bugis

Koordersiodendron pinnatum
Grepau
Merr.

9. Cenge

Mastixia rostrata BI.

Cenge, Cingo

10. Duabanga

Duabanga moluccana BI.

Benuang laki, Takir, Aras, Raju mas

11. Ekaliptus

Eucalyptus spp.; mis. E. alba


Kayu putih; Leda, aren (Mlku.),
Reinw.ex Bl., E. deglupta
tampai; Ampupu (Timor),
Bl., E. urophylla S.T. Blake

12. Gelam

Melaleuca spp.

Kayu putih

13. Gempol

Nauclea spp.

Wosen, Klepu pasir, Anggrit

14. Gopasa

Vitex spp.

Teraut, Laban

Kayu wipa

Cratoxylum spp.; mis. C.


Gerunggang/Deru
15.
arborescens (Vahl) Bl., C.
m
cochinchinense (Lour.) Bl.

Madang baro; Mampat, butun;


kemutul, temau; edat

16. Jabon

Kelampayan (Mly.), laran (Klm.),

Anthocephalus spp. (A.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 14 of 49

chinensis (Lamk.) A.Rich ex


Walp. dan A. macrophyllus
semama (Amb.). Ingg.: cadamba.
(Roxb.) Havil.)
17. Jambu-jambu

Syzygium spp. [3]

Kelat, Ki tembaga, Jambu

18. Kapas-kapasan

Exbucklandia populnea R.
Brown

Hapas-hapas, Tapa-tapa, Leman

19. Kayu kereta

Swintonia spp.

Rengas sumpung, Merpauh, Bagel


mirah

20. Kecapi

Sandoricum spp.

Papung, Kelam, Sentul

21. Kedondong Hutan Spondias spp.

Coco, Kacemcem leuweung

22. Kelumpang

Kepuh, Kalupat, Lomes

23.

Kembang
semangkok

Sterculia spp.

Scaphium macropodum J. B. Kepayang, merpayang (Smt.)

24. Kempas

Koompassia malaccensis
Maing.

Hampas, impas, tualang ayam

25. Kenanga

Cananga sp.

Kananga

26. Keranji

Dialium spp.; mis. D. indum


L., D. platysepalum Baker,
Kayu lilin; Maranji
D. procerum (v.Steen.) Stey

27. Ketapang

Terminalia spp.

Kalumpit, Klumprit, Jelawai, Jaha

28. Ketimunan

Timonius spp.

Seranai, Temirit, Kayu reen

29. Lancat

Mastixiodendron spp.

Kundur, Modjiu, Raimagago

30. Lara

Metrosideros spp. dan


Xanthostemon spp.

Lompopaito, Nani, Langera

31. Mahang

Macaranga spp.

Merkubung, Mara, Benua

32. Medang

Litsea firma Hook f.;


Dehaasia spp.

Manggah, Huru kacang, Keleban,


Wuru, Kunyit

33. Mempisang

Mezzetia parviflora Becc.;


Mahabai, Hakai rawang, Empunyit,
Xylopia spp.; Alphonsea spp.;
Jangkang, Banitan, Pisang-pisang
Kandelia candel Druce

34. Mendarahan

Myristica spp., Knema spp.

Darah-darah, Tangkalak, Au-au, Ki


mokla, Kumpang, Kayu luo, Huru

35. Menjalin

Xanthophyllum spp.

Lilin, Ki endog, Segi landak

36. Mentibu

Dactylocladus stenostachys
Oliv.

Jongkong, merebung

37. Merambung

Vernonia arborea Han.

Merambung, sembung

38. Punak

Tetramerista glabra Miq.

Kayu malaka (Smt.), cerega (Klm.)

39. Puspa

Schima spp.; terutama S.


wallichii Korth.

Seru (Jw.), simartolu (Smt.), madang


gatal (Klm.)

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 15 of 49

40. Rengas

Gluta aptera (King) Ding


Hou

Rengas tembaga, Rangas

41. Saninten

Castanopsis argentea A. DC.

Sarangan (Jw.), ki hiur (Sd.),


kalimorot

42. Sengon

Paraserianthes falcataria (L)


Jeungjing, Tawa kase, Sika (Maluku)
Nielsen

43. Sepat

Berrya cordofolia Roxb.

44. Sesendok

Endospermum spp.; mis. E.


Sendok-sendok, kayu labuh (Smt.),
diadenum (Miq.) Airy Shaw,
kayu bulan (Mly.), garung (Klm.);
E. moluccanum (T & B)
Kayu raja (Mlku.)
Kurz, E. peltatum Merr.

45. Simpur

Dillenia spp.; mis. D.


grandifolia Wall., D. obovata Sempur, segel, janti, dongi
Hoogl., D. pentagyna Roxb.

46. Surian

Toona sureni Merr.

Suren, kalantas

47. Tembesu

Fagraea spp.; mis. F.


fragrans Roxb., F. sororia
J.J. Sm.

Tomasu (Smt.), kulaki (Slw.),


malbira, ki tandu

48. Tempinis

Sloetia elongata Kds.

Damuli, Kayu besi

49. Tepis

Polyalthia glauca Boerl.

Banitan, Pemelesian, Kayu tinyang,


Kayu bulan, Banet, Kayu kalet

50. Tenggayun

Parartocarpus spp.

Buku ongko, Pejatai, Purut bulu

51. Terap

Artocarpus spp.

Cempedak, Kulur, Tara, Teureup

52. Terentang

Campnosperma spp.; mis. C.


auriculatum (Bl.) Hook.f., C. Tumbus (Smt.), pauh lebi
brevipetiolatum Volkens, dll.

53. Terentang ayam

Buchanania spp.

Pauhan, Antumbus, Talantang

54. T u s a m

Pinus spp.

Pinus, Damar batu, Uyam

55. Utup

Aromadendron sp.

Utup

Waru gunung, Kalong

Kelompok Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu


Nama
No
Perdaganga
.
n
1.

Eboni
bergaris

Nama Ilmiah
Diospyros celebica Bakh.

2. Eboni hitam Diospyros rumphii Bakh.


3. E b o n i

Nama-nama Daerah
Maitong, Kayu lotong, Sora, Amara
Kayu hitam, Maitem, Kayu waled

Diospyros spp.; di antaranya D. Baniak, Toli-toli, Kayu arang, Kanara,


areolata King et G., D.
Gito-gito, Bengkoal, Malam

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 16 of 49

cauliflora BI., D. ebenum Koen,


D. ferrea Bakh., D. lolin Bakh.,
D. macrophylla BI.

Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua


Nama
No
Perdaganga
.
n

Nama Ilmiah

Nama-nama Daerah

1. Bongin

Irvingia malayana Oliv.

Pauh kijang, Sepah, Kayu batu

2. Bungur

Lagerstroemia speciosa Pers.

Ketangi, wungu (Jw.), tekuyung, benger

3. Cempaka

Michelia spp., Elmerrillia spp.

Minjaran, Wasian, Manglid, Sitekwok,


Kantil (Jw.), Capuka

4. Cendana

Santalum album L.

Kayu kuning, Lemo daru

5. Dahu

Dracontomelon spp.; mis. D.


dao Merr. & Rolfe, D.
mangiferum Bl.

Dao, basuong (Smt.), sengkuang (Mly.),


koili

6. Johar

Senna spp.[4]

Juar, Trengguli, Sebusuk, Bobondelan

7. Kuku

Pericopsis mooniana Thw.

Kayu laut, Papus, Nani laut

8. Kupang

Ormosia spp.

Kayu ruan, Saga

9. Lasi

Adina fagifolia Ridl.

Adina, Kilaki

10. Mahoni

Swietenia spp.; mis. S.


macrophylla King, S. mahagoni Mahoni
(L.) Jacq.

11. Melur

Alau, cemantan (Klm.); Jamuju, kayu


Dacrydium spp.; Podocarpus
embun (Slw.), sampinur bunga (Smt.);
spp. dan Phyllocladus spp. Mis.
Sampinur tali; Kayu cina; Ki merah,
Dacrydium junghuhnii Miq.
Sandu

12. Membacang Mangifera spp.

Ambacang, Asam, Limus piit,


Mempelam, Wani, Mangga

13. Mindi

Melia spp.; terutama M.


azedarach L.

Bawang kungut

14. Nyirih

Xylocarpus granatum J. Konig

Nyireh, Niri

15. Pasang

Quercus spp.

Mempening, Baturua, Kasunu, Triti

16. Perepat darat

Combretocarpus rotundatus
Dans.

Marapat, Teruntum batu

17. Raja bunga

Adenanthera spp

Saga, Segawe, Klenderi

18. Rengas

Gluta spp.; Melanorrhoea spp.

Ingas, Suloh, Rangas, Rengas burung

19. Ramin

Gonystylus bancanus Kurz

Gaharu buaya, Medang keladi, Keladi,


Miang

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 17 of 49

20. Sawo kecik

Manilkara spp.; mis. M.


fascicularis H.J. Lam & Maas
Geest., M. kauki (L.) Dub.

Subo, Ki sawo

21. Salimuli

Cordia spp.

Kendal, Klimasada, Purnamasada

22. Sindur

Sindora spp.; mis. S.


Sepetir (Mly.), sasundur (Klm.),
bruggemanii de Wit, S. coriacea
mobingo (Slw.)
Maing., S. wallichii Graham

23.

Sonokemban
Pterocarpus indicus Willd.
g

Angsana, Linggua, Nala, Candana

24. Sonokeling

Dalbergia latifolia Roxb.

Linggota, sono sungu, sonobrits

25. Sungkai

Peronema canescens Jack

Jati seberang, Jati londo

26. Tanjung

Mimusops elengi L.

Sawo manuk (Jw.), karikis (Slw.)

27. Tapos

Elateriospermum tapos BI.

Kelampai, Setan, Kedui, Wayang

28.

Tinjau
belukar

Pteleocarpus lampongus Bakh. Lontar kuning

29. Torem

Manilkara kanosiensis H.j. L. et


Sawai, Torem
B. M.

30. Trembesi

Samanea saman Merr.

Ki hujan

31. Ulin

Eusideroxylon zwageri T.et B.

Kayu besi, bulian, kokon

32. Weru

Albizia procera Benth.

Beru, Ki hiyang, Bengkal

B. KONTRUKSI YANG MENGGUNAKAN KAYU DIDALAM MAUPUN DI LUAR


NEGRI
Pada dasarnya kayu dibedakan menjadi 2 bagian besar yang dikategorikan
berdasarkan jenis daunnya. Yang pertama adalah kayu daun lebar dan kayu daun
jarum. Pengelompokan ini berhubungan erat dengan struktur pori-pori serta
kekerasan kayu tersebut. Dalam istilah international biasa disebut dengan Softwood
(kayu daun jarum) dan hardwood (kayu daun lebar).
Prinsip perbedaan daun tersebut membedakan struktur kayu, daun jarum
berbentuk silindris, sedangkan daun lebar memiliki jari-jari daun.
KAYU Daun Jarum
Memiliki kekerasan lebih rendah dibandingkan dengan kayu daun lebar. Biasanya
bentuk logs (batang pohon) lebih silindris karena proses fotosintesis lebih panjang.
Paling mudah mengenal jenis kayu ini dari pohonnya, akan tetapi bisa pula dikenali
melalui laboratorium dari struktur serat kayunya.
KAYU Daun Lebar
Bersifat lebih keras dan lebih berat. Struktur serat kayu biasanya berbelok-belok dan
sangat kuat ikatan antar pori-pori kayu. Proses pengeringan lebih lama daripada
kayu dari jenis daun
Kamu mau tahu produk kayu laminasi untuk konstruksi di luar negeri. Baik, akan
saya tampilkan beberapa ya

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 18 of 49

1. LeMay Car Museum, Tacoma, Washington.

Gambar 1. LeMay Car Museum, Tacoma, Washington


Struktur di atas dibuat dari kayu kecil-kecil itu lho, yang dirangkai jadi satu memakai
adhesive (lem). Itu khan sekarang jadi gede. Teknik seperti ini kelihatannya belum
ada lho di Indonesia. Kapan ya ada. Ini detailnya.
2. Detail konstruksi kayu dengan teknik laminasi di USA.

Detail konstruksi kayu dengan teknik laminasi di USA.


Ternyata konstruksi kayu dengan teknik laminasi tidak terbatas pada bangunan
gedung seperti gambar di atas. Di Norwegia telah digunakan untuk bangunan

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 19 of 49

jembatan, bahkan telah didesain dapat dilalui kendaraan tank tempur. Bayangkan
itu, mereka menyebutnya sebagai jembatan kayu terkuat di dunia. Ini buktinya.

Gambar

6.

Gambar

7.

Jembatan Kayu Sungai Rena di Norwegia, bentang 45 m

Penampang tengah jembatan kayu sungai Rena


Struktur kayu di Swedia adalah seperti halnya struktur dari material yang lain, jadi
peralatan yang digunakan untuk proses konstruksinya juga tidak main-main seperti
yang dipakai pada struktur baja juga. Perhatikan.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 20 of 49

Erection tahap pertama modul jembatan kayu laminasi.


Jika diperhatikan bahwa modul-modul struktur kayunya adalah persis seperti modulmodul pada struktur baja. Cara penyambungan tiap-tiap elemen memakai insertsteel, yah seperti sambungan baja, hanya saja tentu bagian yang terlemah adalah
bagian kayu, sehingga dimensinya ditentukan oleh kekuatan kayu. Untuk konstruksi
seperti ini, penggunaan teknologi adhesive sudah bukan sesuatu yang asing lagi.

Gambar 9. Proses erection jembatan kayu sungai Rena


Ternyata untuk deck-nya atas digunakan pelat beton precast (tebal 130 mm).
Memang sih untuk lantai maka bahan material yang paling cocok saat ini adalah
beton, mantap dan cukup kuat. Menarik juga khan ada struktur gabungan kayu dan

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 21 of 49

beton, dimana kayu disini menjadi struktur utama. Perhatikan cara pemasangan
lantai precastnya sebagai berikut.

Pemasangan lantai precast di atas jembatan kayu.


Jika melihat tulangan di atas deck precast tersebut, maka itu mestinya tulangan
geser yang di atasnya akan dicor beton lagi, semacam topping begitu. Jadi total
tebal beton precast dan cast-in-situ adalah sebesar 310 mm. Maklum beban rencana
khan kendaraan tank tempur milik tentara Norwegia.
Hal menarik yang perlu dilihat adalah detail sambungan precast deck ke elemen
kayu laminasi bagian atas. Dari gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa sistem
sambungan precast deck dan kayu adalah tidak menyatu, mereka bisa bergeser. Ini
penting untuk antisipasi kembang susut kedua bahan yang berbeda. Ini hebatnya
perancangan struktur yang mereka buat. Mau lihat detail hubungan deck dan kayu,
adalah sbb:

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 22 of 49

Gambar 11. Detail sambungan precast deck dan kayu laminasi atas.
Perhatikan ada bagian yang dapat menyebabkan precast deck berdeformasi tidak
sama dengan kayunya. Jadi ketika terjadi kembang susut pada deck, tidak
menyebabkan timbulnya tegangan akibat efect restraint pada rangka kayu. Yah mirip
seperti struktur statis tertentu begitu, yaitu tidak dipengaruhi oleh terjadinya
deformasi.
Akhirnya ketika sudah jadi seperti di bawah ini maka nggak mengira kalau jembatan
yang dapat dilalui oleh kendaraan tank tempur tersebut adalah dibuat dari kayu.

Jembatan kayu sungai Rena, Norwegia, saat peresmian Agustus 2006

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 23 of 49

Yah begitulah sedikit tentang perkembangan konstruksi kayu di luar negeri. Adakah
yang dapat kita kemukakan ke luar berkaitan dengan penelitian dan usaha
pengembangan kita tentang struktur kayu. Jika anda melihat hal-hal di atas, apakah
kita masih menganggap bahwa struktur kayu adalah minoritas.
Rasa-rasanya pengajaran struktur kayu yang ada selama ini perlu dilihat lagi,
masihkah relevan dengan perkembangan di dunia. Jadi adalah menarik terjadi di
sini, bahwa material struktur unggulan yang ada, adalah dimulai dulu dari [1]beton,
[2]baja dan terakhir [3]kayu. Sedangkan di belahan lain ternyata berbeda, informasi
teman menunjukkan bahwa di Jepang yang populer untuk konstruksi adalah material
[1]baja, [2]kayu dan baru terakhir [3]beton. Ada apa itu.
Moga-moga ini menginspirasi teman-teman untuk mau menggeluti struktur kayu,
tetapi dengan cara pandang yang berbeda. Itu kalau kita tidak mau ketinggalan dari
luar sana.

3. Metropol Parasol, Seville, Spanyol

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 24 of 49

Karya spektakuler dari Arsitek Jurgen Mayer H. dinobatkan struktur kayu terbesar di
dunia. Karya Jurgen ini dibuka pada awal tahun lalu di Sevilla, Spanyol.
Bangunan unik ini mirip dengan payung kayu dengan panel bergelombang yang
menjadi tempat berteduhnya plaza, ruang ritel, dan kafe di bawahnya.
C. MACAM-MACAM SAMBUNGAN.
1. Sambungan dengan baut.
Baut sebagai alat penyambung yang dibebani banyak dipakai meskipun
sebetulnya tidak begitu baik karena:

Efisiensi rendah

Deformasi besa

Tegangan-tengan dalam arah sambu-ngan maupun pada penampang baut


dianggap rata dalam perhitungan. Sesungguhnya pembagian tegangantegangan itu seperti pada gambar 1.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 25 of 49

Gambar 1

Yang menentukan kekuatan patah Pp bukan kekuatan-kekuatan tarik dan


geser melainkan kokoh desak kayu pada lubang serta kekuatan baut.
Beberapa negara telah menetapkan syarat-syarat dan cara perhitungan serta
perencanaan berdasarkan pe-nyelidikan-penyelidikan sendiri. Syarat-syarat
dan cara-cara itu untuk Indonesia telah ditetapkan dalam PPKI Pasal 14
sebagai berikut :

1. Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St. 37 atau dari besi yang
mempunyai kekuatan paling sedikit seperti St. 37.
2. Lubang baut
dari 1,5 mm.

harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak boleh lebih

3. Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8), sedangkan untuk


sambungan, baik bertampang satu maupun bertampang dua, dengaan tebal kayu
lebih besar dari 8 cm, harus dipakai baut dengan garis tengah paling kecil 12,7 mm
(1/2).
4. Baut harus disertai pelar ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5
mm dengan garis tengah 3 d, atau jika mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3
d, di mana d = garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap, maka
tebal pelat ikutan dapat diambil minimum 0,2 d dan maksimum 4 mm.
5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu,
yaitu golongan-golongan I, II dan III. Agar sambungan dapat memberi hasil
kekuatan yang sebaik-baiknya (uitgenut), hendaknya diambil dari angkaangka yang tertera di bawah ini (gambar 2).

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 26 of 49

Golongan I :
Sambungan bertampang satu :
b = 4,8

= 50 db1 (1 0,6 sin ) atau


= 240 d2 (1 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua :

b = 3,8
= 125 db3 (1 0,6 sin ) atau
= 250 db1 (1 0,6 sin ) atau
= 480 d2 (1 0.35 sin )

Gambar 2
Golongan II :
Sambungan bertampang satu :
b = 5,4

= 40 db1 (1 0,6 sin ) atau

= 215 d2 (1 0,35 sin )

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 27 of 49

Sambungan bertampang dua :


b = 4,3

= 100 db3 (1 0,6 sin ) atau

= 200 db1 (1 0,6 sin ) atau

= 430 d2 (1 0,35 sin )

Golongan III :
Sambungan bertampang satu :
b = 6,8

= 25 db1 (1 0,6 sin ) atau

= 170 d2 (1 0,35 sin )

Sambungan bertampang dua :


b = 5,7

= 60 db3 (1 0,6 sin ) atau

= 120 db1 (1 0,6 sin ) atau

= 340 d2 (1 0,35 sin )

= kekuatan sambungan dalam kg

= sudut antara gaya dan arah serat kayu

b1 = tebal kayu tepi dalam cm

b3 = tebal kayu tengah dalam cm

d = garis tengah baut dalam cm

6. Jika pada sambungan bertampang satu, salah satu batangnya adalah dari besi
(baja) atau pada sambungan bertampang dua pelat-pelat menyambungnya dari
besi (baja), maka harga-harga S dalam rumus-rumus tersebut dapat dinaikkan
25%.
7. Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi dalam keadaan selalu
terendam dalam air atau untuk bagian konstruksi yang tidak
terlindung dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi, maka di
dalam perhitungan, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 2/3. Apabila baut
tersebut dipergunakan untuk konstruksi yang tidak terlindung
tetapi kayu itu
dapat mengering dengan cepat, maka didalam perhitungan, kekuatanya harus
dikalikan dengan angka 5/6.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 28 of 49

8. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh mua-tan tetap


dan muatan angin atau untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya
diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan tidak tetap, maka kekuatan
sambungan dapat dinaikkan dengan 25%.
9. Penempatan baut-baut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
(gambar 3)
a. Arah gaya sejajar demgam arah serat kayu.
Jarak minimum:
-antara sumbu baut dan ujung

kayu (kayu muka)

yang dibebani .........7 d dan 10 cm


-antara sumbu baut dalam arah gaya............ 6 d
-antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya
.. 3 d
-antara sumbu baut dengan tepi kayu............ 2 d
b. Arah gaya tegak lurus arah serat
Jarak minimum :
-antara sumbu baut dengan tepi kayu yang
dibebani ............ 5 d

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 29 of 49

-antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah


gaya ........... 5 d
-antara sumbu baut dengan tepi kayu yang tidak
dibebani ........... 2 d
-antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya
............. 5 d
c. Arah gaya membentuk sudut (0o < 90o) dengan arah gaya serat kayu
Jarak minimum :
- antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 30 of 49

alam arah gaya, ditentukan dengan menginterpolasi


lurus di antara harga ....................... 5 d dan 6 d
tetapi harus juga dipenuhi
jarak minimum antara sumbu
kayu yang dibebani 2 d
-

baut

dan

tepi

antara sumbu baut dan sumbu baut dalam arah gaya ditentu-kan dengan nilai
interpolasi lurus di antara harga .. 5 d dan 6 d

-antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani


2d
-antara baris baut dan baris baut dalam arah gaya 3 d
Perlemahan luas tampang batang konstruksi rangka kayu dengan sambungan
baut dengan paku :
2. Sambungan dengan paku.
Dibandingkan dengan sambungan baut maka sambungan dengan paku :

mempunyai efesiensi yang lebih besar

memberi pelemahan yang lebih kecil yaitu kira-kira 10%,


yang sering kali diabaikan saja.

Kekuatan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat-cacat


kayu juga kurang

adalah lebih kaku

beban-beban pada penampang lebih merata

untuk kayu yang tidak terlalu keras dan bila kayu yang harus
disambung

tidak terlalu tebal, maka tidak perlu dibor, sehingga dapat


dikerjakan oleh setengah tukang.
Terdapat banyak teori dan hasil pengujian mengenai
umum dapat didasarkan atas :

sambungan paku. Teori

Lenturan seperti balok yang dipengaruhi daya penahan


terhadap lentur dan kokoh desak kayu.

Tarikan dalam paku

Dalam PKKI syarat-syarat serta cara-cara perhitungan dan perencanaan telah


ditetapkan berdasarkan peraturan di Jerman untuk sambungan paku biasa
maupun checktests oleh LPMB. Untuk sambungan-sambungan paku istimewa,
seperti dengan penggunaan pelat buhul dari plywood, cara
Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 31 of 49

perhitungan ini tidak dapat dipakai dan perlu diperhatikan penyelidikanpenyelidikan baru yang telah menghasilkan rumus-rumus dengan :
- Mengabaikan pengauh tarikan dalam paku
- Menganggap beban-beban ideal plastis
Peraturan sambungan paku menurut PKK I adalah sebagai berikut :
a. Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang melintang yang
berbentuk bulat persegu atau beralur lurus.
b. Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam daftar V PKKI bawah ini
dan berlaku untuk tebal kayu seperti tertera dalam daftar tersebut. Kekuatan
paku tersebut
tidak tergantung dari besar sudut yaitu sudut antara arah
gaya dan arah serat kayu.
3..Untuk sambungan yang menyimpang dari Daftar Va dapat dipakai rumusrumus di bawah ini dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera
dalam gambar 4 dan syarat-syarat kd dalam Daftar Va.
a. Sambungan bertampang satu :

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 32 of 49

b. Sambungan bertampang dua:


= gaya yang diperkenankan per paku
b1

= tebal kayu

= diameter paku (Daftar Va.)


= kokoh desak kayu

4. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan


tegak
lurus arah
serat, asal pembengkokan tersebut tidak akan merusakkan
kayu.
5. Apabila dalam satu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku, maka kekuatan
paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi
dengan 20%.
6. Pada sambungan dengan paku,
paku.

paling sedikit harus digunakan 4 batang

7. Jarak paku minimum harus memenuhi syarat-syarat seperti ditunjukkan dalam


gambar 5 :
a. Dalam arah gaya
12 d untuk tepi kayu yang dibebani
5 d untuk tepi kayu yang tidak dibebani

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 33 of 49

10 d jarak antara paku dalam satu barisan


b. Dalam arah tegak lurus arah gaya
5 d untuk jarak sampai tepi kayu
5 d untuk jarak barisan paku

BEBAN YANG DIIPERKENANKAN PER PAKU MENURUT DAFTAR Va PKKI

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 34 of 49

Catatan :

BD = Berat jenis kering udara


= Kokoh desak kayu yang diperkenankan

Untuk paku-paku yang ukurannya memenuhi syarat untuk sambungan


bertampang dua, bila digunakan sambungan bertampang dua, maka kekuatan
paku menjadi 2 x dari daftar tersebut.
3. Sambungan Pasak (key)
Pasak digunakan untuk menyambung dua bagian batang (poros) atau memasang roda, roda
gigi, roda rantai dan lain-lain pada poros sehingga terjamin tidak berputar pada poros.
Pemilihan jenis pasak tergantung pada besar kecilnya daya yang bekerja dan kestabilan
bagian-bagian yang disambung.
Untuk daya yang kecil, antara naf roda dan poros cukup dijamin dengan baut tanam (set
screw).
Dilihat cara pemasangannya, pasak dapat dibedakan yaitu :
c. Pasak memanjang
Jenis pasak memanjang yang banyak digunakan ada bermacam-macam yaitu :
Sunk Keys (pasak benam)
Pasak benam ada beberapa jenis yaitu :
d. Pasak benam segi empat (Rectangular Sunk key)

Lebar pasak b = 4d
Tinggi pasak t = 32 b
dimana : d = diameter poros

e. Pasak bujur sangkar (Square key)


Bentuknya smaa seperti Rectangular sunk key, tetapi lebar dan tebalnya sama yaitu :
b = t = 4d
f. Parallel Sunk key (pasak benam sejajar)
Bentuknya sama seperti di atas, tapi penggunaannya bila pemakaian di atas belum mampu
memindahkan daya, maka pasak tersebut dipasang sejajar
g. Pasak Berkepala (Gib head key) Pasak ini digunakan biasanya untuk poros berputar bolak
balik

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 35 of 49

b = 4d
t = 32
b = 6d

e. Pasak Tembereng (woodruff key) Pasak jenis ini digunakan untuk poros dengan puntir /
daya tidak terlalu besar.

f. Pasak Pelana (Saddle key) Jenis pasak ini pemakaian umum untuk menjamin hubungan
antara naf roda dengan poros.

g. Tangent key Pemakaiannya sama seperti pasak pelana, tetapi pasaknya dipasang dua
buah berimpit.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 36 of 49

h. Pasak bulat (Round keys) Jenis pasak ini, biasanya digunakan untuk memindahkan
daya relatip kecil.

h. Pasak gigi (Splines) Jenis pasak ini bahannya dibuat satu bahan dengan poros dan
biasanya digunakan untuk memindahkan daya serta putaran yang cukup besar dan arah
kerja putarannya bolak balik.

Perhitungan kekuatan pasak memanjang

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 37 of 49

Bila direncanakan poros tersebut mampu memindahkan daya sebesar P (KW) dengan
putaran (n) rpm, maka sudah barang tentu pasak yang akan direncanakan tersebut juga
harus mampu meneruskan daya dan putaran, sehingga besar torsi (T) yang bekerja pada
poros yaitu :
T = nP260 (N.m) atau T = 16

p d3

dimana : p = daya yang akan dipindahkan (watt)


n = putaran dalam (rpm)
d = Diameter poros

p = Tegangan puntir yang diizinkan untuk bahan poros


Dalam perencanaan pasak, besar torsi yang terjadi lebih besar dari torsi yang harus
dipindahkan yaitu :
Tp = k. T
dimana : Tp = Total untuk perencanaan pasak
T = Torsi yang bekerja pada poros
k = Faktor perencanaan = 1,25 s/d 1,5
Bila diameter poros serta Torsi untuk perencanaan pasak telah diketahui, maka gaya
keliling yang bekerja pada pasak dapat dicar yaitu :
F = 2/dTp . 1) dimana : d = diameter poros
Dalam perencanaan pasak, ada dua kemungkinan pasak tersebut rusak atau putus :
a. Putus akibat gaya geser
b. Putus akibat tekanan bidang
Bila pasak tersebut diperhitungkan kemungkinan putus akibat gaya geser maka :

g
---------- > F = L b g 2)
F=A

dimana : A = Luas penampang kemungkinan putus tergeser


= L b

g = Tegangan geser yang diizinkan untuk bahan pasak.


Dari pers. 1 & 2 diperoleh :
2/dTp = L b

g ===== > Tp = L b 2d g . 3)

Bila diperhitungkan kemungkinan rusak akibat tekanan bidang :


Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 38 of 49

F = A D
dimana : D = Tegangan bidang yang diizinkan untuk bahan pasak
A = Luas bidang pasak yang menekan / bersinggungan terhadap bidang poros.
= L 2t
------ > F = L 2t D dimana Tp = F 2d
===== > Tp = L 2t 2d D 4)
Bila pasak harus mampu menahan gaya geser dan gaya tekan, maka dari pers. 3 & 4
diperoleh :

g = L 2t D
b g = 2t D ==== > tb =

L b 2d

gD

Untuk ukuran lebar dan tebal pasak biasanya sudah distandarisasi maka hasil perhitungan
harus dipilih ukuran yang ada pad astandarisasi.Bila hasil perhitungan, ukurannya tidak
ada yang cocok dalam tabel pasak, maka ukuran pasak yang diambil adalah ukuran yang
lebih besar.

4. Sambungan Gigi
Sambungan gigi termasuk sambungan tradisional dimana penyaluran gaya tidak
menggunakan alat sambung melainkan memanfaatkan luas bidang kontak. Sambungan gigi
banyak ditemui pada titik buhul kuda-kuda dan jembatan rangka kayu dan juga berfungsi
untuk meneruskan gaya desak. Gaya desak itu akan membentuk sudut a dengan sumbu
batang tepi.
Kekuatan sambungan ini mengandalkan kekuatan geseran dan kuat tekan/tarik kayu
pada penyelenggaraan sambungan. Kekuatan tarikan atau tekanan pada sambungan bibir
lurus di atas ditentukan oleh geseran dan kuat desak tampang sambungan gigi. Dua kekuatan
tersebut harus dipilih yang paling lemah untuk persyaratan kekuatan struktur. Adapun rumus
yang dipergunakan adalah:
P geser = ijin a b
Dimana : ijin = Kuat / tegangan geser ijin kayu tersambung
b = lebar kayu
a = panjang tampang tergeser
P desak = ijin b t

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 39 of 49

Dimana :

ijin = Kuat / tegangan ijin desak kayu tersambung

b = lebar kayu
t = tebal tampang terdesak
Agar menghasilkan tekanan desak yang ekonomis diusahakan :
1

Sudut bagi luar kedua batang tersebut dibuat sama

Tinggi gigi dibuat sekecil mungkin.

Gambar 1 Sambungan Gigi


Macam-macam Bentuk (Model) Sambungan Gigi :
1. Sambungan gigi tunggal
2. Sambungan gigi rangkap
3. Sambungan gigi dengan pelebaran
4. Sambungan gigi dipertinggi
1

Sambungan Gigi Tunggal


Menurut Pasal 16 Ayat 1 PKKI
Gesekan antara kayu dengan kayu di dalam perhitungan di abaikan.
Syarat dalamnya gigi tm :
tm < 1/4 h untuk a < 50o
tm < 1/6 h untuk a < 60o
dengan :
h = Tinggi batang kayu horisontal
a = Sudut antara batang horisontal & diagonal.
S .Cos
// .b
Panjang kayu muka lm harus dihitung =

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 40 of 49

dan lm > 15 cm
dengan,
S
= Gaya batang diagonal.
b
= Lebar batang horisontal.

//

lm = Panjang kayu di muka sambungan gigi.


= Tegangan ijin geser batang horisontal.

Agar dalam perencanaan sambungan gigi memenuhi syarat teknis , maka perlu ditetapkan
tinggi

yang

dibutuhkan

dari

pada

sambungan

gigi

(tv

atau

tm).

Berdasarkan Gambar, gaya S diuraikan menurut arah kemiringan gigi dan tegak lurus
kemiringan giginya, sebagai berikut :
N = S . cos 1/2 a
ds ds
tm = tv / cos 1/2 a
Jika N sejajar arah serat, maka
=

//

Tetapi karena pada batang diagonal N membentuk sudut 1/2 a dengan arah serat maka :
1
ds = 1 = ds / ( ds / ds )sin
ds
2
2
dan nilai inilah yang harus dipakai.
Selanjutnya,

Sehingga didapat,

1
ds
2

N
tm . b

1
1
S . cos .cos
2
2
1 =
ds
t
.
b
v
2

1
S . cos 2
2
t v=
b. 1
ds
2

Sambungan

/2
Gigi

Pasal 16 Ayat 2 PKKI t


untuk
sambungan
dalamnya

gigi


syarat

Rangkap
menyebutkan bahwa
dengan gigi rangkap

kedua
t

tv

harus
memenuhi
seperti

sambungan

pada

gigi tunggal.
l

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 41 of 49

Disamping itu harus memenuhi pula tm2 - tm1 > 1 cm. Dengan membuat gigi rangkap
eksentrisitas dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali. Gigi rangkap mempunyai
kejelekan, bahwa dalam pelaksanaan oleh tukang-tukang kayu gigi tersebut sering dibuat
tidak sesuai ukurannya, sehingga gaya yang dipikul oleh masing-masing gigi tidak sesuai
dengan perhitungan kita.
Didalam hal ini hendaklah diusahakan agar kedua gigi itu dibebani gaya yang sama besar
(atau hanya berbeda sedikit). Disamping itu dipandang dari sudut keamanan, gaya geser H
seluruhnya dianggap didukung oleh gigi kedua (yang belakang) saja.
Panjang kayu muka, lm2 =

S . cos
b.h

Untuk memenuhi syarat : tm2 - tm1 > 1 cm dan S1 = S2 , maka gigi kedua tidak dapat dibuat
menurut garis bagi sudut luar, melainkan dibuat tegak lurus batang serong.


tv

tm
lm

S1
tm

lm

S2

tv
h

Gambar 3 Sambungan Gigi Rangkap Menurut Sudut Bagi Luar.


dengan,

b = Garis bagi sudut luar


tm= Tinggi gigi miring.
tv = Tinggi gigi vertikal.

Sambungan Gigi Diperlebar


Baik batang horisontal (vertikal) maupun diagonal pada titik buhul itu diperlebar dengan
menempatkan papan-papan pelebaran dikedua sisi batang asli. Hubungan antara batang asli
yang horisontal (vertikal) dengan papan-papan sambungannya mudah diselesaikan. Untuk
menempatkan pelebaran itu cukup digunakan beberapa baut lekat saja, sebab sambungan itu
merupakan sambungan desak.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 42 of 49

Gambar 4 Sambungan Gigi dengan Pelebaran Menurut Sudut Bagi Luar.


4

Sambungan Gigi Dipertinggi


Dengan mempertinggi batang mendatar besarnya tv dapat diperbesar hingga memenuhi
syarat-syarat perhitungan. Pekerjaan dan perhitungan menjadi lebih

sederhana. Batang-

batang mendatar dipertinggi sebesar tv menurut perhitungan, sehingga disini tidak diperlukan
pembuatan gigi.
Cukuplah sudah jika papan-papan tambahan itu dibuat bentuknya yang sesuai dengan
giginya. Sebagai alat sambung dapat dipergunakan kokot, cincin belah, baut biasa, paku, dan
sebagainya. Alat-alat sambung itu harus dapat mendukung gaya mendatar H seluruhnya.
Kejelekan dari pada cara ini, adalah kayu muka akan menjadi terlalu besar, berhubung
besarnya jarak minimum yang dituntut oleh letaknya alat-alat sambung.

Gambar 5 Sambungan Gigi Dipertinggi Menurut Sudut Bagi Luar.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 43 of 49

Dalam perhitungan kekuatan sambungan gigi, gesekan antara kayu dengan kayu harus
diabaikan.
1. Sambungan Gigi Tunggal
Pada sambungan gigi tungga l, dalamnya gigi 1/3 h (h adalah tinggi komponen
str mendatar), panjang kayu muka (lm) : 1,5 h lm 200 mm. Pada bagian pertemuan
(takikan), kayu diagonal harus dipotong menyiku dg sudut 90o. Gaya tekan terfaktor (Nu) dpt
dihitung dg pers:
Nu

faktor tahanan geser = 0,75.

faktor waktu sesuai jenis pembebanan.

lm

panjang kayu muka.

lebar komponen str mendatar.

Fv

kuat geser sejajar serat terkoreksi.

em

eksentrisitas pada penampang netto akibat adanya coakan sambungan.

gaya tekan terfaktor


sudut

antara

komponen

str

diagonal

thd

komp

str

mendatar.

Sambungan Gigi Rangkap (Majemuk)


Apabila gaya tekan terfaktor (Nu) melebihi kemampuan dukung sambungan gigi

tunggal, maka dpt dicoba sambungan gigi majemuk/rangkap spt gambar berikut. Sambungan
gigi majemuk juga disarankan untuk sudut sambungan melebihi 45o. Pada sambungan gigi
majemuk terdapat dua gigi dan dua panjang muka yg masing2 diatur sebagai berikut:
dalamnya gigi pertama, tm1 30 mm
dalamnya gigi kedua, tm2 tm1 + 20 mm dan tm2 1/3 h

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 44 of 49

panjang kayu muka pertama, lm1 200 mm dan lm1 4 tm1


Gaya tekan terfaktor (Nu) bagian kayu muka pertama:
Gaya tekan terfaktor (Nu) bagian kayu muka kedua:
Dengan:
lm

= panjang kayu muka rerata

lm1

= panjang kayu muka pertama

lm2

= panjang kayu muka kedua

em

= eksentrisitas rerata pd pnp netto

em1

= eksentrisitas bagian kayu muka pertama

em2

= eksentrisitas bagian kayu muka kedua

Fm1

= luas bidang tumpu kayu pertama

Fm2

= luas bidang tumpu kayu kedua

Apabila dalam perhitungan panjang lm terlalu besar, maka ada beberapa macam usaha untuk
memenuhi syarat-syarat struktur, yaitu :

Dipakai gigi rangkap,

Memperlebar batang kayu (setempat saja),

Mempertinggi batang kayu (setempat saja),

Menggunakan kokot pada bidang takikan

Contoh Soal
Ditentukan gaya pada batang diagonal 4200 kg, sudut = 35 o. Tegangan ijin tekan sejajar
serat adalah 85 kg/cm2 dan tegangan ijin tekan tegak lurus serat adalah 25 kg/cm2 Diketahui

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 45 of 49

kayu kelas II, konstruksi terlindung, dan beban permanen). Ukuran batang keduanya adalah
16/16. Hitunglah besar tv dan apakah kayu tersebut layak untuk digunakan?
Diketahui :
S = 4200 kg

ds

= 35o

ds
//

= 85 kg/cm2

= 25 kg/cm2

b = 16 cm
Karena menggunakan kayu kelas II maka digunakan rumus:
t v=

S
73 . b

t v=

S
73 . b

Ditanya :
t v = ?
Kontrol tegangan = ?
Jawab :

t v=

4200
73 . 16

t v =3,5959 cm
Dipakai

t v =4 cm

Jadi,
t m=

t m=

tv
1
cos
2

4
1
cos( 35)
2

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 46 of 49

t m=

4
0.954

t m=4,19 cm
Didapat dari daftar 20 pada buku konstruksi kayu hal.168
(1/ 2) =

66,94 kg/cm2

Sehingga didapat,
1
s . cos
2
=
t m .b
1
4200.cos 35
2
=
4,19 .16
=59,75 kg/cm2

(1/ 2) =
Jadi, =59,75 kg/cm2 <
66,94 kg/cm2 sehingga kayu tersebut layak (aman)
untuk digunakan.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 47 of 49

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
Demikianlah makalah ini saya susun dengan mengumpulkan data dari
berbagai media. Mungkin malakah ini masih jauh dari kata sempurna, namun kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar nantinya kami akan
lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya.
Sekian kami ucapkan terima kasih atas bimbingan dosen pengajar yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
B. Saran
Kayu memiliki sifat dekoratif menarik karena memiliki corak yang indah pada
bidang tangensialnya, olek karena itu cocok untuk tujuan dekoratif, selain itu
beberapa jenis kayu juga memiliki kemampuan untuk dipergunakan dalam
bidang kontruksi bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Bill Tice. (2009). Technology Upgrade: MAKING the GRADE, Canadian


Wood Product, March / April 2009, page 11-13

Rune B. Abrahamsen and Lillehammer . (2008). NORWAY Bridge across


Rena River Worlds strongest timber bridge, 10th World Conference on
Timber Engineering, June 2-5, 2008 Miyazaki, Japan

http://www.apawood.org/media_center_cat.cfm?cat=697

Anonimous. 1976. Mengenal Beberapa Jenis Kayu Papua. Dinas Kehutanan Provinsi
Dati I Irian Jaya.
Anonim. 2010. Merbau (Instia bijuga). http://matoa.org/merbau-intsia-bijuga/[26
November 2010].
[Dephut] Departemen Kehutanan Pepublik Indonesia. 1992. Manual Kehutanan
Jakarta : Depertemen Kehutanan Republik Indonesia.
Mahfudz, Pudjiono S, Widyatmoko AYPBC, Yudohartono TP. 2004. Kumpulan
Abstrak Merbau. Yogyakarta: Departemen Kehutanan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Mahfudz, Pudjiono S, Pudja TP, Batseba AS. 2006. Merbau (Instia spp) dan Upaya
Konservasinya. Yogyakarta: Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.
Mardianto, A. 2005. Analisis Pengaruh Komunikasi Atasan Bawahan dan Motivasi
Terhadap Kinerja di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang
Surakarta.
Sutarahardja, S. 2010. Penyusunan Alat Bantu Dalam Inventarisasi Hutan. Bogor.
Departemen Kehutanan dan APHI.

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 48 of 49

http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu-yang.html
http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.com/2013/03/jenis-dan-ciri-kayu-untukbahan-konstruksi.html
http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/bahanajar/Mulyati/Struktur%20Kayu/Materi
%20Pertemuan%20I,II,III.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196012241991011NANDAN_SUP RIATNA/KB_D-3/Sambungan_Kayu.pdf

Anonim. 2010. Materi Kuliah Teknik Sipil. Website:


http://www.crayonpedia.org/mw/TEKNIK_STRUKTUR_BANGUNAN_DENGAN_KONST
RUKSI_KAYU_12.2
Anonim. 2011. Teknik Struktur Bangunan dengan Konstruksi Kayu 12.2. Website:
http://www.crayonpedia.org/mw/TEKNIK_STRUKTUR_BANGUNAN_DENGAN_KONST
RUKSI_KAYU_12.2

Anonim. 2006. Perencanaan Sambungan Gigi. Website:


http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pertemuan%20ke-9%20perencanaan
%20sambungan%20gigi&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBcQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fbatagem.com%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2010%2F01%2FPertemuan-9-Perencanaan-SambunganGigi.ppt&ei=OMymTqWqBMnlrAeGu9nhDQ&usg=AFQjCNEurjj8Bo7pt28mvtiBWKg
yduRHWw

Struktur Kayu Teknik Sipil Universitas Islam Majapahit

Page 49 of 49

Anda mungkin juga menyukai