PENDAHULUAN
Salah satu bentuk kebudayaan Tana Toraja yang masih bertahan hingga saat ini
adalah arsitektur rumah tradisional Tana Toraja yang unik dan berbeda
dibandingkan dengan arsitektur daerah lain. Ciri utama dari arsitektur rumah
tradisional Tana Toraja ialah bentuk atap yang menjulang pada bagian depan dan
belakangnya sehingga menyerupai bentuk kapal. Di bawah ini adalah gambar
tampak samping dan tampak depan Rumah Tongkonan, terlihat bentuk atapnya
yang menyerupai bentuk kapal.
1
2
Masyarakat Tana Toraja mempercayai bahwa bumi yang kita huni ini terbagi
menjadi 4 penjuru, dengan filosofinya masing-masing :
1. Bagian Utara, disebut Ulunna Langi, yaitu bagian yang paling mulia.
2. Bagian Timur, disebut Matallo, yaitu tempat matahari terbit, tempat
kebahagiaan dan kehidupan berasal.
3. Bagian Selatan, disebut Pollo’na Langi’, sebagai bagian yang berlawanan
dengan bagian yang mulia, tempat segala sesuatu yang tidak baik.
4. Bagian Barat, disebut Matampu’, tempat matahari terbenam, diartikan
sebagai tempat kesusahan dan kematian.
Selain itu, masyarakat Tana Toraja juga memiliki kepercayaan terhadap 3 personal
yang pantas menjadi pujaan dan sesembahan pada upacara dan pengucapan rasa
syukur, yaitu:
Untuk mencapai bentuknya yang sempurna seperti yang ada saat ini, rumah
tradisional Tana Toraja Melalui 4 tahapan perkembangan yaitu:
Berdasarkan data Peta Indeks Ancaman Gempa Bumi Indonesia, daerah Tana
Toraja dikategorikan memiliki tingkat ancaman level berbahaya. Berikut disajikan
gambar lokasi Kabupaten Tana Toraja pada Gambar 1.3. Daerah dengan garis
merah adalah Tana Toraja, terletak pada Provinsi Sulawesi Selatan.
Tercatat pada 22 Desember 2012 terjadi sebuah gempa bumi berkekuatan 5 skala
Richter yang berpusat di 38 kilometer Barat Laut Tana Toraja. Masyarakat Toraja
merasakan getaran yang cukup keras akibat gempa tersebut. Tidak diketahui secara
pasti dampak akibat gempa bumi tersebut, terutama terhadap struktur bangunan
Rumah Tongkonan milik penduduk Tana Toraja.
5
juga dilakukan untuk menyederhanakan bentuk struktur yang cukup rumit untuk
dimodelkan dalam software yang digunakan peneliti.
2. Pembebanan yang diberikan pada struktur berupa beban mati, beban hidup,
beban angin dan beban gempa sesuai dengan SNI 03-1727-1989 tentang
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan gedung.
3. Beban gempa mengacu pada SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan Non-Gedung.
4. Analisis beban gempa yang digunakan adalah analisis gempa metode ragam
spektrum (response spectrum analysis).
5. Analisis prilaku elemen kayu struktur Rumah Tongkonan mengacu pada SNI-
5 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu.
6. Beban gempa arah vertikal tidak diperhitungkan sesuai dengan jenjang
pendidikan yang ditempuh peneliti.
7. Material yang digunakan ialah kayu cempaka hutan, dikategorikan ke dalam
kayu kelas kuat III, sesuai dengan data pada hasil penelitian Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku
berjudul “Arsitektur Tradisional Tana Toraja”.
8. Bentuk struktur Rumah Tongkonan dimodelkan mengacu kepada pada hasil
penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang
ditulis ke dalam buku berjudul “Arsitektur Tradisional Tana Toraja” dan juga
mengacu kepada replika Rumah Tongkonan yang berada di anjungan
Sulawesi Selatan di Taman Mini Indonesia Indah.
9. Bentuk struktur yang tidak diketahui dimodelkan sedemikian rupa sehingga
mendekati bentuk asli dari Rumah Tongkonan, dengan penyederhanaan yang
dilakukan untuk mempermudah analisis.
10. Dimensi penampang bagian-bagian Rumah Tongkonan mengacu pada hasil
penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang
ditulis ke dalam buku berjudul “Arsitektur Tradisional Tana Toraja”.
11. Beberapa bagian Rumah Tongkonan yang dimensi penampangnya tidak
disebutkan pada hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku berjudul “Arsitektur Tradisional
Tana Toraja” diasumsikan dengan ukuran standar yang biasa digunakan saat
ini.
8
12. Struktur Balok penopang lantai disederhanakan, sehingga balok tangdan bitti
dan balok tangdan lambe dianggap sebagai beban titik yang membebani
susunan balok di bawahnya.
13. Bentuk atap dirancang dengan berbagai penyederhanaan, sehingga
dimungkinkan di modelkan pada software Autocad dan SAP200.
14. Pengaruh waktu pada kayu, termasuk pelapukan dan degradasi diabaikan
mengingat keterbatasan data yang dimiliki peneliti.