Anda di halaman 1dari 7

ANALISA KEPEKAAN 7 ASAS DESAIN

ESTETIKA GUBAHAN

DI BUAT OLEH :
HERI SUSANTO
19.84.0168

UNIVERSITAS AMIKOM
YOGYAKARTA
Analisis Tujuh Prinsip Desain pada Bangunan Gedung Sate Bandung

Abstrak
Gedung Sate merupakan salah satu existing building yang ada di Kota Bandung. Bangunan tersebut
adalah pusat pemerintahan provinsi Jawa Barat dan merupakan bangunan monumental serta
menjadi ikon Jawa Barat. Keberadaan bangunan tersebut menjadi pusat perhatian masyarakat tidak
hanya masyarakat Jawa Barat, Indonesia tetapi juga mancanegara. Peranannya dalam memberikan
contoh akan sangat berpengaruh bagi masyarakat. Karena itu penting bagi bangunan tersebut untuk
dilakukan penilaian. Dengan mengetahui bagaimana pencapaian bangunan tersebut dalam
menerapkan konsep green building, pengelolaan gedung diharapkan dapat berkelanjutan dan
produktivitas pengguna juga dapat ditingkatkan. Di masa mendatang Hal tersebut dapat menjadi
awal dan contoh yang baik bagi pengelolaan bangunan pemerintah khususnya dan bangunan lain
pada umumnya.

Pendahuluan
Salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana
merancang,membangun,merenovasi tidak
hanya gedung dan infrastruktur,tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup
manusia.teknik sipilmempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya
pengetahuanmatematika, fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer
mempunyai peranan masing-masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat
kebutuhan manusia dan pergerakannya, Perkembangan industri jasa konstruksi yang melaju
dengan pesat dan cepat, seiring dengan perkembangan teknologi dan kondisi krisis serta
tantangan yang muncul, seperti kecenderungan perekonomian yang berbasis informasi dan
kecenderungan teknologi terutama dalam bidang struktur dikarenakan
adanya perluasan area industri dan bisnis secara global yang pasti menuntut pengembangan
pembangunan di Indonesia untuk dapat berperan aktif dalam memanfaatkan nya.

Pembahasan
Terdapat prinsip desain dalam arsitektur yang terbagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Keseimbangan
2. Irama
3. Tekanan
4. Skala
5. Proporsi
6. Urut-urutan
7. Kesatuan
Bangunan ini mencakup 7 asas desain estetika gubahan massa arsitektur, yaitu :
1 . KESEIMBANGAN

Bangunan ini memiliki keseimbangan yang simetris dimana antara sisi kanan dan kiri terlihat sama.
Dengan adanya ornament tusuk sate pada menara sentralnya menandakan adanya keseimbangan
yang mana menjadi batas antara sisi kanan dan kiri. Bangunan ini memiliki keseimbangan yang
simetris terlihat dari bentuk bagian atap, penempatan jendela, dan tiang serta memiliki luasan yang
sama antara sisi kanan dan kiri. Keseimbangan simetris ini ditujukan untuk menampilakan nilai-nilai
atau kesan formal karena bangunan ini difungsikan sebagai perkantoran. Dengan adanya
keseimbangan yang simetris dengan menunjukan bentuk, warna, dan bidang menunjukan adanya
keserasian dan keselarasan pada bangunan ini.

2 . IRAMA
Adanya irama perulangan bentuk pada jendela yaitu elemen lengkungan yang ritmis, hal ini
menimbulkan kesan dinamis sehingga bangunan tidak terlihat kaku. Selain itu perulangan bentuk
jendela yang berbeda yaitu pada lantai di atasnya yang berbentuk persegi dan perulangan bentuk
atap sehingga menciptakan irama arsitektur yang anggun, indah dan unik.

3 . TEKANAN
Tekanan atau focal point dari gedung ini adalah pada menaranya yaitu berupa ornament tusuk sate
yang menjadi penanda dari tanah kota bandung, hal ini di fungsingan sebagai ciri khas dari daerah
ini. Selain itu penggunaan atap yang bersusun pada menara yaitu menggunakan gaya pura yang ada
di bali hal ini juga untuk melambangkan gaya arsitektur yang ada di asia khususnya Indonesia.
4 . SKALA
Gedung Sate berbentuk bangunan persegi panjang, membentang dari selatan ke utara, dan
bersumbu lurus ke tengah-tengah Gunung Tangkubanparahu. Sayap timur Gedung Sate ditempati
Kantor Pusat Pos dan Giro yang pada tempo dulu disebut PTT. Sedangkan bangunan tambahan pada
sayap barat, merupakan Gedung DPRD Propinsi Jawa Barat yang baru dibangun sejak tahun 1977. Di
bagian timur dan barat Gedung Sate terdapat dua ruangan besar yang mengingatkan pada ruang
dansa (ballroom) yang sering terdapat pada bangunan Eropa. Kedua ruangan ini diperindah dengan
dua lampu gantung. Tidak diketahui jelas, kedua ruangan besar ini digunakan untuk kegiatan apa
pada masa kolonial Belanda. Namun, sejak menjadi pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat,
keduanya dikenal dengan sebutan aula barat dan aula timur. Tempat ini sering digunakan untuk
berbagai kegiatan atau acara resmi. Di sekeliling kedua aula ini terdapat ruangan-ruangan yang
ditempati beberapa biro beserta stafnya.

5 . PROPORSI

Proporsi yang di timbulkan karena adanya perbandingan betuk dan ukuran yang berbeda pada
jendela dan atap yang sesuai sehingga satu bagian dengan bagian lainnya dapat memperoleh satu
kesatuan irama bentuk yang ekspresif.

6 . URUT URUTAN
Lobby dan ruang aula yang cukup besar dan spacious diciptakan dari void yaitu ruang kosong
menerus yang menyatukan lantai dasar dan lantai di atasnya. Kehadiran ruang terbuka di bagian
belakang menciptakan inner court (taman terbuka di dalam gedung) yang biasanya juga terdapat
pada model bangunan Mediterania. Di taman itu biasanya terdapat air mancur yang menciptakan
suasana sejuk karena uap air menyebar ke dalam ruang tertiup angin dan cahaya matahari
7 . kesatuan
Adanya kesan kesatuan terlihat pada bagian jendela dan pintu dengan berbagai bentuk dan ukuran
yang berbeda. Pada bagian bawah terlihat lebih besar dan mempunyai lengkungan sedangkan pada
bagian atasnya terlihat lebih kecil dan berbentuk persegi, dan pada lantai di atasnya lagi memiliki
jendela yang sama besarnya namun di bagi beberapa persegi dengan menggunakan beberapa
kolom-kolom kecil, dengan tersusunnya beberapa unsur bentuk dan ukuran jendela menjadi satu
kesatuan menimbulkan kesan utuh dan serasi. Begitu pula pada bagian atap dengan menggunakan
perulangan dan bentuk yang berbeda. Dalam hal ini seluruh unsur pada bangunan saling menunjang
dan membentuk satu kesatuan yang lengkap, tidak berlebihan dan tidak kurang.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari makalai ini, dapat disimpulkan bahwa Gedung Sate di Bandung dibangun
agar bisa menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda, tepat setelah Batavia dinilai tidak lagi pantas
menjadi ibu kota karena perkembangannya. Pengguna awal gedung ini ditargetkan adalah
Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum. Namun dialih fungsikan sehingga hanya Jawatan
Pekerjaan Umum yang menggunakan gedung ini. Pada tanggal 3 Desember 1945, terjadi peristiwa
berdarah dimana peristiwa tersebut merenggut nyawa 7 orang pemuda yang mempertaruhkan
nyawa mereka untuk mempertahankan gedung yang indah tersebut dari pasukan-pasukan Gurkha
yang berusaha menyerang.

DESKRIPSI
Gedung Sate adalah kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Bangunan ini merupakan aset
sejarah yang dikenal tidak hanya dalam skala nasional, tetapi juga internasional. Lebih dari
90 tahun umurnya saat ini, Gedung Sate masih kokoh berdiri dan menjadi saksi perjalanan
pemerintahan Jawa Barat menuju tercapainya masyarakat yang gemah ripah repeh rapih
kerta raharja. Semula, gedung indah ini disebut Gedung Hebe, yang diserap dari singkatan
GB atau Gouvernements Bedrijven. Namun sejak 1960-an, masyarakat Bandung dan
sekitarnya memberi nama Gedung Sate. Sebutan ini terus dipakai hingga sekarang.
Alasannya, tak lain karena di puncak menara gedung terdapat tusuk sate dengan enam
ornamen berbentuk jambu air. Konon, keenam ornamen tersebut melambangkan modal
awal pembangunan pusat pemerintahan sebesar enam juta gulden. Tusuk sate yang
tertancap di puncak bangunan ini semakin menguatkan ciri khasnya.
ANALISIS KARYA ARSITEKTURAL
STASIUN KOTA BARU MALANG

DI BUAT OLEH :
HERI SUSANTO
19.84.0168

UNIVERSITAS AMIKOM
YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai