Abstrak
Kata Kunci :
Pendahuluan
Hewan dan tumbuhan telah menjadi contoh bagi manusia dalam melakukan adaptasi
terhadap lingkungan. World Wide Fund , 2019 dalam salah satu artikelnya yang ditulis oleh
Frank Gutana, Habitat and Adaptation menyatakan bahwa setiap spesies beradaptasi dengan
lingkungannya, dan adaptasipun dilakukan dengan 3 cara yaitu berevolusi secara sifat,
menghasilkan struktur tubuh khusus dan menciptakan desain tempat tinggal yang adaptif.
Segala desain yang dihasilkan merupakan hasil dari evolusi sejak awal spesies tersebut ada.
Michael Pawlyn dalam bukunya mengatakan bahwa manusia seharusnya belajar kepada
hewan dan tumbuhan untuk menciptakan sebuah mahadesain yang dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia.
Penerapan struktur bangunan berdasarkan desain dari alam seperti contoh diatas
disebut biomimikri. Berdasarkan KBBI, biomimikri didefinisikan sebagai desain dan produksi
bahan, struktur, dan sistem yang dimodelkan pada entitas dan proses biologis. Sementara oleh
Biomimicry Institute didefinisikan sebagai pendekatan inovasi untuk mencari solusi
berkelanjutan dengan meniru pola dan strategi alam yang telah teruji oleh waktu. Sementara
dalam sudut pandang arsitektural, arsitek Maria Lorena Lehman mendefinisikan biomimikri
sebagai pemanfaatan untuk menjadikan bangunan lebih lebih alami, terintegrasi, efisien, dan
sehat.
Penerapan biomimikri dalam menghasilkan suatu desain arsitektur tidak terbatas hanya
pada penciptaan ruang yang luas, namun juga dalam berbagai aspek arsitektural lainnya.
Dalam tesis ini , akan dibahas bahwa aplikasi Biomimikri dalam bidang arsitektur dapat
meningkatkan kualitas pengontrolan lingkungan termal, pengelolaan air dan penciptaan
struktur bangunan melalui penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam dunia arsitektur , suhu di dalam ruangan adalah suatu faktor penting dalam
menciptakan ruangan yang nyaman. Namun, penggunaan AC maupun heater berbasis
teknologi listrik dianggap tidak ramah lingkungan sehingga dibutuhkan sebuah solusi baru.
Hewan dan tumbuhan sudah memiliki desain bentuknya masing masing untuk mengontrol
suhu yang mereka rasakan. Dalam pembahasan ini pengontrolan suhu akan dibagi menjadi 2 ,
yaitu menjaga suhu tinggi dan suhu rendah.
Menjaga suhu tinggi dilakukan oleh hewan dan tumbuhan dengan mengurangi pelepasan
kalor. Hewan mamalia darat melakukan pengontrolan kalor dengan menambah lapisan
insulasi lemak, sedangkan hewan selain mamalia seperti pinguin menggunakan insulasi pada
kulit mereka. Kedua insulasi ini bekerja dengan menempatkan sebuah ruang udara diantara 2
lapisan untuk mengurangi pelepasan kalor. Sebuah material dikembangkan oleh penemu
bernama Rick Nelson dan insinyur material ,Bill Watts, mengadaptasi insulasi kulit pinguin
tersebut. Material itu dinamakan solaroof yang memiliki konsep yaitu mengisi ruang kosong
diantara 2 lapisan dengan gelembung udara yang mirip dengan ruang udara pada kulit pinguin,
sehingga saat udara dingin , panas tidak akan keluar.
Contoh lain adalah kebiasaan tanaman groundsel di lembah pegunungan Kenya dimana
mereka menyusun lapisan tebal dari daun yang mati untuk menciptakan ruangan insulasi dengan
tujuan mencegah pelepasan kalor dan menjaga air didalam tumbuhan tidak membeku di musim
dingin. Atelier Ten dan Michael Wilford , dua arsitek dari singapore , sedang mengembangkan
konsep tersebut untuk menciptakan material yang dapat mengontrol pelepasan kalor. Michael
Pawlyn dalam bukunya biomimicry in Architecture menjelaskan bahwa konsep penyusunan daun
mati tersebut dinamakan shading system dan sejak dahulu digunakan oleh masyarakat di
pedalaman peru untuk menciptakan bangunan yang tetap hangat pada saat musim dingin dengan
menyusun daun daun tua sebagai atap mereka. Apabila konsep ini dikembangkan lebih lanjut
dengan menggunakan material yang lebih maju, maka sebuah produk material akan dapat
diciptakan untuk meningkatkan kualitas pengontrolan kalor dalam suatu bangunan.
Untuk mengontrol suhu rendah, biasanya arsitek menempatkan kolam di suatu ruangan,
dengan tujuan uap air evaporasi dari kolam tersebut dapat menurunkan suhu ruang.
Namun ,konsep ini tidak menyebarkan suhu rendah secata merata. Pada tumbuhan, terdapat
proses kapilarisasi, yaitu proses merambat naiknya air melalui medium yang sangat kecil
seperti jaringan pembuluh. Seorang arsitek bernama Jerry Tate, menggabungkan konsep
evaporasi dengan kapilarisasai. Jerry Tate menciptakan suatu rancangan desain bangunan
yang dikelilingi material tipis sebagai medium perambatan air , sehingga bangunan akan terus
mendapatkan suplai suhu dingin. Rancangan tersebut dipublikasikan pertama kali pada IHub
competition scheme. Tantangan selanjutnya adalah untuk menciptakan jaringan kapiler yang
mengelilingi bangunan tersebut, sehinga dibutuhkan penelitian dan pengembangan lebih
lanjut untuk menciptakan material tersebut.
Pengelolaan Air
Kumbang Namibian fog-basking adalah sebuah contoh hewan yang dapat memanen air
segarnya sendiri walaupun tiggal di gurun pasir. Caranya melakukan itu adalah dengan pergi
ke tempat yang tinggi pada malam hari. Karena warnanya hitam pekat, ia dapat meradiasikan
panas ke langit malam dan menjadi lebih dingin dari pada lingkungan sekitarnya. Perbedaan
temperatur ini menciptakan kondensasi titik titik air pada punnggung kumbang. Konsep pada
kumbang ini telah diteliti secara detail oleh biologis Andrew Parker yang bekerja sama
dengan QinetiQ untuk menciptakan sebuah material yang dapat membantu kondensasi
( panen air ).
Penciptaan struktur bangunan yang efisien adalah suatu hal yang penting dalam dunia
arsitektur. Seorang profesor dalam bidang biomimetics di Departemen Teknik Mesin
University of Bath , Julian Vincent mengatakan “ Material is expensive , but shape is cheap”.
Kalimat tersebut menerangkan bahwa penciptaan bentuk bangunan yang efisien dapat
mengurangi penggunaan material yang mahal dan berlebihan.
Berdasarkan Penjelasan dan contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
biomimikri pada bidang arsitektur dapat membantu dalam meningkatkan kualitas bangunan.
Faktor pertama yang dapat ditingkatkan dengan aplikasi biomimikri adalah kualitas
penciptaan struktur yang efisien ( kuat namun tidak memerlukan banyak material ) melalui
teknik melipat material maupun menciptakan struktur bangunan yang bercabang-cabang.
Setelah itu kualitas pengontrolan lingkungan termal melalui aplikasi insulasi , shading system,
serta kapilarisasi air. Dan peningkatan kualitas pengelolaan air melalui peristiwa kondensasi.
Setelah mengetahui bahwa manusia dapat belajar dari alam dalam menciptakan sebuah
desain, maka perlu disadari bahwa indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan
fauna yang pintar menggunakan desain untuk beradaptasi dengan lingkungan. Maka, perlu
adanya penelitian yang dilakukan untuk mempelajari desain-desain tersebut yang sudah
tersedia di alam Indonesia , agar semakin banyak permasalahan di bidang arsitektur yang
dapat di selesaikan.