Anda di halaman 1dari 19

Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH


Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

Khairul Huda
Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang
irul_huda@gmail.com

Abstak

Agama Islam masuk ke Tanah Melayu tidak dalam kekosongan budaya, melainkan kaya
akan budaya-budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging seperti warna dasar
negara Indonesia. Islam kemudian mewarnai dalam setiap gerak budaya di ranah melayu.
Sehingga budaya melayu pada selanjutnya sangat diwarnai oleh Islam, seperti tasawuf dan
seterusnya. Kontruksi dialektis antara Islam dan Budaya Melayu inilah kemudian menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia sebagai bagian dari ekspresi Islam Nusantara.

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya

Pendahuluan Etnik-etnik serumpun lain pada


umumnya menempati suatu daerah
Sebenarnya apa yang disebut orang
tertentu. Tetapi orang Melayu tidak.
Melayu bukanlah suatu komunitas etnik
Mereka tinggal di beberapa wilayah yang
atau sukubangsa sebagaimana dime-
terpisah, bahkan di antaranya saling
ngerti banyak orang dewasa ini. Ia
berjauhan. Namun di mana pun berada,
sebenarnya mirip dengan bangsa atau
bahasa dan agama mereka sama, Melayu
kumpulan etnik-etnik serumpun yang
dan Islam. Adat istiadat mereka juga
menganut agama yang sama dan
relatif sama, karena didasarkan atas asas
menggunakan bahasa yang sama. Ke
agama dan budaya yang sama. Karena itu
dalamnya melebur pula penduduk
tidak mengherankan apabila Kemelayuan
keturunan asing seperti Arab, Persia,
identik dengan Islam, dan kesusastraan
Cina dan India, disamping keturunan
Melayu identik pula dengan kesusastraan
dari etnik Nusantara lain. Semua itu
Islam. Bagi mereka yang tidak
dapat terjadi karena selain mereka hidup
mengetahui latar belakang sejarahnya
lama bersama orang Melayu, karena juga
fenomena ini tidak mudah dipahami.
memeluk agama yang sama serta
Untuk itu uraian tentang sejarahnya
menggunakan bahasa Melayu dalam
sangat diperlukan.
penuturan sehari-hari. Inilah yang
menyebabkan orang Melayu memiliki Setidak-tidaknya ada delapan
keunikan tersendiri dibanding misalnya faktor yang menyebabkan orang Melayu
orang Jawa atau Sunda. mengidentifikasikan diri dan

78 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

kebudayaannya dengan Islam. Pertama, berkembangnya komunitas Islam di


faktor perdagangan; Kedua, perkawinan, Nusantara. Kegiatan perdagangan dan
yaitu antara pendatang Muslim dengan penyebaran Islam kemudian juga
wanita pribumi pada tahap awal melibatkan penduduk pribumi, termasuk
kedatangan Islam; Ketiga, faktor politik orang Melayu dan etnik-etnik pesisir lain
seperti mundurnya kerajaan Hindu dan yang meleuk agama Islam. Tradisi dagang
Buddha seperti Majapahit dan Sriwijaya; (merantau untuk berniaga) lantas
Keempat, faktor kekosongan budaya pasca tumbuh di kalangan etnik pesisir ini.
runtuhnya kerajaan Buddhis Sriwijaya di Islam dan ”Negeri” Melayu
kepulauan Melayu; Kelima, hadirnya
ulama sufi atau faqir bersama tariqat- Masuk dan berkembang pesatnya
tariqat yang mereka pimpin; Keenam, agama Islam di Indonesia pada abad ke-
pengislaman raja-raja pribumi oleh para 13–17 M memunculkan banyak
ulama sufi atau ahli tasawuf; ketujuh, pendapat yang berbeda-beda bahkan
dijadikannya bahasa Melayu sebagai saling bertentangan. Khususnya tentang
bahasa penyebaran Islam dan bahasa darimana agama ini datang dan siapa
pengantar di lembaga-lembaga yang membawanya masuk. Begitu pula
pendidikan Islam; delapan, mekarnya mengenai saluran-saluran komunikasi
tradisi intelektual baru di lingkungan yang digunakan sehingga memungkinkan
kerajaan-kerajaan Melayu sebagai agama ini diterima secara luas oleh
dampak dari maraknya perkembangan penduduk Nusantara dalam waktu yang
Islam. relatif singkat.

Faktor perdagangan telah sering Semula diduga bahwa yang


dikemukakan. Agama Islam muncul di membawa dan memperkenalkan agama
Nusantara disebabkan kehadiran ini di kawasan ini ialah pedagang-
pedagang-pedagang Muslim dari negeri pedagang dari Gujarat, India. Sejak itu
Arab dan Persia sejak abad ke-8 dan 9 perdagangan dipandang sebagai saluran
M. Dengan ramainya kegiatan pelayaran utama bagi pesatnya perkembangan
dan perdagangan yang dilakukan kaum Islam di kepulauan Nusantara. Tetapi
Muslimin pada abad-abad berikutnya, penelitian lebih lanjut menunjukkan
terutama dari abad ke-11 hingga abad ke- bahwa faktornya sangat kompleks.
17 M, perkembangan agama Islam ikut Sebelum berkembang pesat, Islam harus
marak pula. Pada mulanya komunitas menempuh jalan yang berliku-liku dan
Islam tumbuh di kota-kota pesisir yang rumit serta panjang, dan faktornya bukan
merupakan pelabuhan utama atau transit hanya perdagangan semata-mata.
pada zamannya. Bukti-bukti yang lebih absah
Di sini tidak sedikit pedagang seperti berita-berita Arab, Persia, Turki,
Muslim asing itu tinggal lama dan kawin dan teks-teks sejarah lokal memperkuat
mawin dengan penduduk setempat. keterangan bahwa Islam hadir di
Semua itu merupakan cikal bakal kepulauan Nusantara dibawa langsung

79 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

dari negeri asalnya oleh pedagang- memeluk agama Islam. Dengan


pedagang Arab, Persia dan Turki. munculnya kerajaan-kerajaan ini maka
Gujarat dan bandar-bandar lain di India perlembagaan Islam, termasuk lembaga
seperti Malabar dan Koromandel pendidikan, dapat didirikan. Semua
hanyalah tempat persinggahan saja itulah yang memungkin penyebaran
sebelum mereka melanjutkan pelayaran agama Islam dan transformasi budayanya
ke Asia Tenggara dan Timur Jauh. dapat dilakukan.
Pada abad ke-12 dan 13 M, Faktor lain bagi pesatnya
disebabkan banyaknya kekacauan dan perkembangsan Islam ialah mundurnya
peperangan di Timur Tengah termasuk perkembangan agama Hindu dan
Perang Salib, mendorong penduduk Buddha, mengikuti surutnya kerajaan
Timur Tengah semakin ramai melakukan Hindu dan Buddha yang diikuti oleh
kegiatan pelayaran ke Asia Tenggara mundurnya peranan politiknya. Abad ke-
(Hasan Muarif Ambary 1998; Azyumardi 13 M ketika agama Islam mulai
Azra 1999). berkembang pesat di kepulauan Melayu,
sebagai contoh, ditandai dengan
Faktor yang turut menentukan
mundurnya kerajaan Sriwijaya atau
bagi bertambah ramainya kegiatan
Swarnabhumi. Pusat imperium Buddhis
perdagangan bangsa Arab dan Persia di
di Nusantara ini mulai mengalami
Asia Tenggara ialah invasi beruntun
kemunduran disebabkan ronngrongan
bangsa Mongol yang dipimpin oleh
dua kerajaan Hindu Jawa – Kediri dan
Jengis Khan ke atas negeri-negeri Islam
Singasari – disusul dengan krisis
sejak tahun 1220 M yang berakhir
ekonomi yang membelitnya. Seabad
dengan jatuhnya kekhalifatan Baghdad
berikutnya negeri ini dua kali diserbu
pada 1258 M. Peristiwa ini mendorong
Majapahit, sebuah imperium Hindu yang
terjadinya gelombang perpindahan besar-
mulai bangkit di Jawa Timur. Serbuan
besaran kaum Muslimin ke India dan ke
terakhir pada penghujung abad ke-14 M
Asia Tenggara. Bersama mereka hadir
menyebabkan negeri itu hancur dan
pula sejumlah besar faqir dan sufi
tamat riwayatnya (Wolter 1970).
pengembara dengan pengikut tariqat
yang mereka pimpin (John 1961; Ismail Mundurnya kerajaan Sriwijaya
L. Faruqi 1992). menyebabkan daerah-daerah taklukannya
melepaskan diri dan muncul menjadi
Kepulauan Melayu merupakan
kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Di
gerbang masuk terdepan bagi pelayaran
antaranya ialah Lamuri, Aru, Pedir,
ke timur. Karena itu tidak heran jika
Samalangga dan Samudra di pantai
kerajaan-kerajaan Islam awal seperti
timur, dan Barus di pantai barat.
Samudra Pasai (1270-1514 M) dan
Malaka (1400-1511 M) muncul di sini. Menjelang akhir abad ke-13 M,
Kerajaan-kerajaan ini tumbuh dari kerajaan-kerajaan kecil itu berhasil
pelabuhan atau bandar dagang, dan dipersatukan dan bergabung di bawah
menjadi kerajaan Islam setelah rajanya imperium baru, Samudra Pasai. Setelah

80 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

rajanya yang pertama, Meura Silu aristokratik, walaupun dipeluk juga oleh
memeluk agama Islam dan berganti masyarakat di luar istana dan vihara,
nama menjadi Malik al-Saleh, kerajaan ini tetapi budaya baca tulis dan tradisi
berubah menjadi kerajaan Islam. Pada intelektualnya tidak meluas ke tengah
tahun 1340 M Sriwijaya diserbu oleh masyarakat. Sebab pendidikan
Majapahit yang menjadikan negeri itu diperuntukkan hanya untuk kaum
semakin lemah dan kehilangan pamor. bangsawan. Islam hadir sebagai agama
Sebaliknya Samudra Pasai, walaupun juga egaliter dan populis. Agama ini tidak
digempur oleh Majapahit dan banyak mengenal sistem kasta dan kependetaan,
sekali harta kerajaan itu yang dirampas, dan karenanya memungkinkan
masih dapat melanjutkan eksistensinya keterlibatan segenap lapisan masyarakat
sebagai bandar dagang utama di Selat dalam seluruh bidang kehidupan,
Malaka. termasuk dalam pendidikan dan
intelektual.
Pada tahun 1390 M raja terakhir
Sriwijaya, Paramesywara yang masih Lembaga pendidikan Islam sejak
muda, berhasrat memulihkan kedaulatan awal dibuka untuk segenap lapisan
negerinya. Lantas ia memaklumkan diri masyarakat dan golongan. Lagi pula
sebagai titisan (avatara) Boddhisatwa. Ini Islam adalah agama kitab. Belajar
membuat murka penguasa Majapahit. menulis dan membaca diwajibkan bagi
Ibukota Sriwijaya lantas diserbu sekali seluruh pemeluknya. Demikianlah,
lagi dan kali ini dihancur leburkan. dengan berkembangnya Islam membuat
Bersama ratusan sanak keluarga, karib tradisi keterpelajaran lambat laun juga
kerabat, pendeta dan pegawainya, berkembang.
Paramesywara berhasil melarikan diri. Karena itu, menurut al-Attas
Mula-mula ke Temasik, Singapura (1972), datangnya Islam menyebabkan
sekarang, dan akhirnya ke Malaka di
kebangkitan rasional dan intelektual yang
mana dia mendirikan kerajaan baru. bercorak religius di Nusantara yang tidak
Karena letaknya yang strategis, Malaka pernah dialami sebelumnya. Kecuali itu
segera berkembang menjadi bandar Islam juga mendorong terjadinya
dagang regional yang penting di Selat perubahan besar dalam jiwa bangsa
Malaka.Pada tahun 1411 M, Melayu dan kebudayaannya. Islam
Paramesywara memeluk agama Islam menyuburkan kegiatan ilmu dan
setelah menikah dengan putri raja Pasai. intelektual serta membebaskan mereka
Maka negerinya muncul menjadi dari belenggu mitologi yang menguasai
kerajaan Islam baru kedua setelah jiwa mereka sebelumnya.
Samudra Pasai (Wolter 1970).
Hadirnya Islam membuka
Begitulah sejarah awal pesatnya lembaran baru dan menyebabkan
perkembangan agama Islam di kepulauan terjadinya proses perubahan sosial,
Nusantara. Berbeda dengan agama ekonomi dan politik yang sangat
Buddha yang hadir sebagai agama elite mendasar (Kern 1917; Schrieke 1955).

81 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

Lebih jauh lagi, oleh karena pesatnya pemahaman dan pendidikan yang
perkembangan ini dihantar oleh diperoleh kaum Muslimin, ajaran Islam
maraknya kegiatan pelayaran dan kian dipahami lebih mendalam. Memeluk
perdagangan, sedangkan Islam memiliki agama Islam tidak sekadar formalitas.
kecenderungan terhadap aktivisme Di kepulauan Melayu dan pesisir
keduniaan dan sosial, maka ethos dan Jawa tradisi intelektual Islam mulai
budaya dagang pun bangkit di kalangan terbentuk. Kitab-kitab keagamaan dan
etnik yang memeluk agama ini, terutama sastra Islam telah ditulis dengan
yang tinggal di pesisir. produktifnya dalam bahasa Melayu dan
Jawa Madya. Pengaruh tasawuf sangat
Tahapan Perkembangan Islam dominan dalam pemikiran keagamaan
dan penulisan karya sastra. Implikasi
Agama Islam berkembang tahap
rasional dan intelektual dari ajaran Islam
demi tahap di kepulauan Nusantara,
kian dilibatkan dalam penyebaran agama
melalui jalan yang berliku-liku dan
Islam. Pada masa ini kita menyaksikan
berbeda di daerah yang satu dengan yang
semakin terintegrasinya kebudayaan
lain. Masa-masa penyebarannya itu juga
Melayu dengan Islam.
tidak berjalan serentak di wilayah yang
berbeda-beda. Ketika di suatu kawasan Tahap III berlangsung pada abad
baru berada dalam tahap pengenalan ke-17 M, adalah tahapan penyempurnaan
dasar-dasar dan pokok ajaran agama, di pemahaman ajaran Islam dan tradisi
daerah lain telah memasuki fase intelektualnya. Pada masa ini kita
pengenalan implikasi-implikasi rasional menyaksikan suburnya penulisan sastra
dan intelektual dari ajaran Islam tentang dan kitab keagamaan dalam bahasa
Tauhid. Secara umum tahapan-tahapan Melayu. Pokok-pokok yang dibahas
perkembangan itu dari abad ke-13 s/d dalam kitab-kitab Melayu meliputi
awal abad ke-20 dapat dibagi lima. bidang-bidang seperti fiqih ibadah dan
muamalah, fiqih duali (ketatanegaraan),
Tahap I, dari awal abad ke-13 M
syariah, usuluddin, kalam, tasawuf
hingga pertengahan abad ke 15 M, dapat
falsafah dan tasawuf akhlaq, tafsir al-
disebut tahapan pemelukan secara
Qur‘an, ilmu hadis, eskatologi,
formal. Yang ditekankan ialah
historiografi, tatabahasa (nahwu), retorika,
pengenalan dasar-dasar kosmopolitanis
ilmu ma`ani (semantik), estetika
Islam, ketentuan dasar pelaksanaan
(balaghah), astromomi, ilmu hisab,
syariat agama dan fiqih.
perkapalan, ekonomi dan perdagangan,
Tahap II, dari akhir abad ke-15 sastra dan seni, ketabiban, farmasi, dan
hingga akhir abad ke-16 M. Periode ini lain-lain. Kemajuan yang dicapai di
proses islamisasi kepulauan Melayu bidang intelektual ini mempermantap
berjalan dengan pesat diikuti kian kedudukan dan perkembangan bahasa
tersebarnya Islam ke berbagai pelosok Melayu.
Nusantara. Berkat meningkatnya tingkat

82 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

Tahap IV pada abad ke-18 – 19, relevan sebagai model pendidikan


terjadi proses ortodoksi atau penekanan alternatif di tengah derasnya proses
terhadap syariah. Ini memberi dampak sekularisasi pendidikan nasional.
besar bagi perkembangan tariqat. Walaupun umat Islam tidak berhasil
Beberapa tariqat sufi mengalami menyalurkan aspirasinya dalam bidang
pembaruan dan tumbuh menjadi politik sejak Pemilu 1955, namun
organisasi keagamaan yang kian bangunan budayanya masih tetap utuh.
memberikan perhatian pada aktivisme Pada tahapan pertama, daya tarik
keduniaan. Islam yang menyebabkan penduduk
Pada abad ke-18 dan 19 M proses Nusantara memeluk agama ini ialah
ortodoksi ini mendorong lahirnya watak dan semangat egaliternya, serta
gerakan anti-kolonial yang merata di kehidupan pemeluknya yang awal yang
seluruh kepulauan Nusantara. Pengaruh terdiri dari para pedagang yang kaya,
gerakan pemurnian agama yang muncul makmur dan terpelajar. Dengan
di Arab Saudi pada akhir abad ke-18, memeluk agama ini penduduk pribumi
Wahabisme, semakin memperkuat berpeluang meningkatkan taraf hidup
kecenderungan pada syariat dan fiqih. dan status sosialnya. Misalnya dapat
Tidak berarti tasawuf falsafah terhambat berpartisipasi dalam perdagangan
perkembangannya. Pada tahapan ini regional dan antar pulau, serta dapat
Islam muncul sebagai kekuatan efektif memasukkan anak-anak mereka ke
menentang kolonialisme. Sementara itu lembaga-lembaga pendidikan yang
proses islamisasi juga terus berlangsung, didirikan di mana saja terdapat
bahkan kian deras dan Islam semakin komunitas Muslim.
mengukuhkan diri sebagai faktor Melalui cara itu pula mereka
inetgratif atau pemersatu bangsa menjadi bagian dari masyarakat
Indonesia.
kosmopolitan dan naik martabatnya.
Tahap V munculnya gerakan Sudah menjadi kebiasaan di mana saja
pembaharuan (tajdid). Gerakan-gerakan terdapat komunitas Islam dalam jumlah
keagamaan tumbuh menjadi gerakan besar, di situ hadir pula para pendakwah
kebangsaan. Sebagian seperti SI (Sarekat dan guru agama. Masjid-masjid didirikan,
Islam) menekankan pada perjuangan begitu pula madrasah. Pengajian-
politik, sebagian lagi seperti pengajian diselenggarakan secara intensif.
Muhammadiyah menekankan pada Penggunaan kesenian sebagai
bidang sosial seperti pendidikan dan media dakwah merupakan daya tarik
dakwah. Islam tradisional juga bangkit, yang lain. Inilah yang dilakukan wali
ditandai dengan berdirinya organisasi sanga di Jawa seperti Sunan Bonang,
seperti NU. Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan
Lembaga pendidikan tradisional, Kalijaga dan Sunan Gunungjati. Seorang
khususnya pesantren, mengalami sejarawan Persia abad ke-15 M yang
revitalisasi dan dari waktu ke waktu kian tinggal lama di Malabar, Zainuddin al-

83 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

Ma`bari, menulis dalam bukunya Tuhfat lain-lain. Mereka adalah di antara


al-Mujahidin bahwa banyak penduduk sukubangsa-sukubangsa Nusantara yang
India Selatan dan Nusantara tertarik memiliki budaya dagang yang kuat.
memeluk agama Islam setelah Khusus etnik Bugis, Makassar, dan
menyaksikan dan mendengar pembacaan Madura, memiliki tradisi pelayaran jarak
riwayat hidup dan perjuangan Nabi jauh yang tangguh hinggga kini. Semua
Muhammad s.a.w. yang disampaikan itu merupakan dampak dari kedatangan
dalam bentuk syair dan dinyanyikan. dan perkembangan Islam.
Terutama dalam peringatan Maulid Nabi Pemakaian bahasa Melayu sebagai
(Ismail Hamid 1983). media penyebaran agama dan bahasa
Yang dimaksud Zainuddin al- pengantar di lembaga-lembaga
Ma`bari ialah pembacaan Kasidah Burdah, pendidikan, terutama sejak abad ke-16
Syaraful Anam, Syair Rampai Maulid, dan M, memudahkan penduduk Nusantara di
yang sejenis itu yang hingga sekarang kota-kota pelabuhan memahami ajaran
masih kita saksikan di kalangan Islam dan sekaligus memudahkan orang-
masyarakat Muslim tradisional di seluruh orang Islam dari berbagai etnik itu saling
dunia Islam. Media kesenian ini pulalah berkomunikasi dan berinteraksi.
yang digunakan para wali di Jawa dan Ditambah lagi dengan kesamaan
tariqat-tariqat sufi, seperti misalnya agama yang mereka anut. Sebagai
pembacaan Rawatib Syekh Samman, dampaknya, sebagaimana terjadi pada
Rawatib Syekh Abdul Jadir Jailani, dan lain- akhir tahapan kedua nanti, bahasa
lain. Melayu mengalami proses islamisasi yang
Kian meningkatnya jumlah Muslim begitu deras. Yaitu dengan diserapnya
pribumi dari berbagai etnik dalam ratusan kata-kata Arab dan Persia, yang
jaringan dan kegiatan perdagangan, tidak sedikit di antaranya adalah istilah-
menyebabkan terjadinya perubahan istilah tehnis ilmu-ilmu agama dan
sosial dan ekonomi. Mereka yang tinggal falsafah Islam.
di kota-kota pelabuhan mulai banyak
Derasnya proses islamisasi bahasa
yang meninggalkan pasar tradisional, Melayu itu tampak secara menonjol
menjadi perantau dan pelayar yang dalam risalah dan syair-syair tasawuf
tangguh. Hamzah Fansuri, seorang cendikiawan
Dengan demikian mobilitas sosial sufi abad ke-16 M. Dalam karya-
terjadi baik secara horisontal maupun karyanya itu kita menjumpai lebih 2000
secara vertikal. Etos dan budaya dagang kata-kata Arab diserap dalam bahasa
juga berkembang. Ini bisa kita lihat pada Melayu (Abdul Hadi W. M. 2000).
etnik-etnik Pesisir yang telah lama Pemakaian huruf Arab Melayu juha
memeluk Islam dan menjadikan Islam meluas.
sebagai bagian dari dirinya seperti Tidak hanya penulis kitab Melayu
Minangkabau, Bugis, Makassar, Banjar, menggunakan huruf ini, tetapi juga
Madura, Jawa Pesisir, Palembang, dan

84 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

penulis dari daerah lain di kepulauan bahasa yang mudah dipahami, namun
Nusantara seperti Jawa, Sunda, Madura, jelas pesan yang ingin disampaikannya
Bugis, Makassar, Banjar, Sasak, tanpa perlu melakukan pendangkalan.
Minangkabau, Mandailing, Palembang, Baru pada tahapan kedua implikasi
Bima, Ternate dan lain-lain. rasional dan intelektual dari pokok-
pokok ajaran Islam, seperti Tauhid,
Demikianlah segera setelah agama
dilibatkan dalam mengkomu-nikasikan
Islam berkembang pesat, segera pula
ajaran Islam. Demi-kianlah penyampaian
agama ini memperlihatkan watak dan
ajaran Islam dan jiwa kebudayaannya itu
wajah kebudayaannya yang berbeda dari
tahap demi tahap pada akhirnya sampai
dua agama sebelumnya, Hindu dan
juga ke tujuannya (Braginsky 1998).
Buddha yang lebih dahulu hadir di Asia
Tenggara. Karena yang penting memberikan
dasar-dasar keimanan yang kuat, dan
Perbedaannya yang menyolok
memperkenalkan kosmopolitanisme
ialah: Pertama, dalam Islam hanya ada
Islam sebagai pegangan hidup, pada
teks suci tunggal yang utuh dan mantap,
tahap awal ini tidak dirasakan perlu
karena itu tidak membingungkan
menyertakan implikasi-implikasi rasional
penganut-nya. Dalam agama Hindu dan
dan intelektual yang terlalu jauh
Buddha terdapat banyak teks suci yang
sehubungan dengan konsep Tauhid yang
sukar dipelajari penganutnya yang awam.
merupakan ajaran sentral Islam (al-Attas
Kedua, ajaran ketuhahan dan sistem 1972).
peribadatan Islam lebih sederhana dan
Pengajaran dan ceramah tentang
jelas, serta mudah dipahami. Ia
berbagai perkara berkenaan dengan
mengharuskan hubu-ngan mesra antara
keimanan dan ketaqwaan, atau yang
penganutnya dengan Sang Khaliq tanpa
bersangkut paut dengan rukun Islam dan
perantaraan pendeta.
rukun iman, dirasakan cukup memadai.
Ketiga, Islam adalah agama yang Tentunya dengan menggunakan uraian
egaliter sebagaimana telah dijelaskan. yang mudah dicerna. Begitu pula
Tiadanya sistem kasta mendorong ceramah yang berhubungan dengan ide-
penduduk kepulauan Nusantara cepat ide kemasyarakatan dalam Islam,
tertarik pada agama ini. Dengan masuk disampaikan sesederhana mungkin.
Islam mereka berpeluang besar menjadi
Tidak diperlukannya uraian yang
pemimpin keagamaan dan masyarakat
bercorak intelektual sebagian disebabkan
asal saja memenuhi syarat seperti
karena pemahaman tentang Tauhid atau
memperoleh pendidikan yag juga terbuka
kepercayaan akan keesaan Tuhan dalam
kepada semua lapisan dan golongan
pikiran penduduk Nusantara masih
masyarakat.
kabur. Konsep-konsep ketuhanan yang
Kecuali itu para pendakwah Islam diajarkan Hinduisme dan Syamanisme
yang awal dalam menyampaikan masih berpengaruh. Jika implikasi
khotbah-khotbahnya menggunakan rasional dan inetelektual dari Tauhid

85 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

disertaka, maka kemungkinan akan dan sufi, atau para pemimpin tariqat
terjadi kekaburan yang membingungkan dengan gilda-gilda mereka. Sumber-
(al-Attas 1972). Yang dapat dilakukan sumber sejarah lokal banyak
untuk mengikis pengaruh kepercayaan memberikan keterangan ini. Misalnya
lama itu ialah dengan memperkenalkan Hikayat Raja-raja Pasai (ditulis pada akhir
dasar-dasar kosmopolitanisme Islam. abad ke-14 M) yang menceriterakan
bahwa raja Samudra Pasai dan penduduk
Dasar-dasar kosmopolita-nisme
negeri itu diislamkan oleh Syekh Ismail,
Islam itu antara lain ialah pandangan
seorang faqir yang berlayar bersama 70
bahwa hidup di dunia ini bersifat
pengikutnya dari Yaman. Gibb (1957)
sementara, sedang kampung halaman
mengatakan kepada kita bahwa seorang
manusia sebenarnya ialah akhirat.
musafir Arab dari Maroko, Ibn Batutah
Dari Pasai dan Aceh, Islam yang mengunjungi negeri itu pada tahun
kemudian tersebar ke wilayah-wilayah 1345-6 M, memberitakan bahwa raja
lain di kepulauan Nusantara. Kerajaan- negeri itu sangat egaliter dan suka
kerajaan Islam pun bermunculan di berbincang dengan ulama-ulama madzab
pulau-pulau lain sejak abad ke-16 M Syafii dan para cendekiawan Persia dari
setelah penguasa setempat memeluk Bukhara dan Samarqand. Dia berjalan
agama Islam dan kerajaannya terlibat kaki ke masjid setiap hari Jumat. Usai
dalam kegiatan perdagangan regional. salat Jumat sang raja biasa bertatap muka
Di Jawa muncul kerajaan Demak, dan berbincang dengan orang
Banten, Pajang, Mataram, Cirebon dan kebanyakan sebelum kembali ke istana.
Madura pada abad ke-16 – 17 M; di
Maluku kerajaan Ternate dan Tidore
Tiga Lingkaran Pusat Peradaban
pada abad ke-16 juga; di Sulawesi Buton,
Selayar dan Gowa, di Nusatenggara Faktor penting lain yang
Bima dan Lombok, di Kalimantan menyebabkan Islam berkembang pesat
Banjarmasin dan Pontianat, dan ialah penempatan pusat-pusat lingkaran
seterusnya pada abad ke-17 dan 18 M peradaban di tiga titik yang tepat, yaitu
(Hasan Muarif Ambary 1998). Istana, Pesantren dan Pasar (Taufik
Abdullah 1988, dalam Sidiq Fadil 1991).
Di kepulauan Melayu sendiri
Istana sebagai pusat kekuasaan berperan
pusat-pusat kekuasan dan peradaban
di bidang politik dan penataan
Islam yang lain juga muncul menyusul
kehidupan sosial. Di sini dengan
kemunduran Aceh Darussalam sejak
dukungan ulama yang terlibat langsung
awal abad ke-18 M. Misalnya Palembang,
dalam birokrasi pemerintahan, hukum
Johor, Riau, Banjarmasin, Minangkabau,
Islam dirumuskan dan diterapkan. Di
dan lain-lain.
sini pula kitab sejarah ditulis sebagai
Tidak banyak ekspedisi militer landasan legitimasi bagi penguasa
diperlukan dalam proses islamisasi itu Muslim. Pesantren berperan di bidang
Yang paling aktif bergerak ialah para wali pendidikan, dan merupakan pusat

86 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

kebudayaan kedua setelah istana. Di sini menentukan bagi luasnya penyebarannya


jaringan-jaringan pengajian agama di ke berbagai wilayah Nusantara lain. Di
lingkungan masyarakat luas dibangun, di tengah komunitas yang majemuk ini
kota atau pun di pedesaan, begitu pula tentu saja terdapat masjid yang
tema-tema pengajian. Di sini pula kitab- merupakan tempat mereka berkumpul
kitab keagamaan ditulis dan disalin untuk dan menghadiri pengajian-pengajian
disebarkan. keagamaan. Di sini pula madrasah-
madrasah didirikan, dan buku-buku
Peran pesantren, atau dayah dan
keagamaan didatangkan dari negeri Arab
meunasah di Aceh, surau di Minangkabau,
dan Persia, dikirim ke pesantren untuk
semakin menonjol pada abad ke-18 M di
disalin, disadur atau diterjemahkan agar
seluruh pelosok Nusantara. Ia sekaligus
dapat disebarluaskan.
berperan sebagai pusat kegiatan tariqat
sufi. Lembaga yang semula bersifat Di sini pula dirancang strategi
kedaerahan ini berkembang menjadi penyebaran agama mengikuti jaringan-
lembaga supra-daerah yang jaringan emporium yang telah mereka
kepemimpinan dan peserta didiknya bina sejak lama. Tentu saja tiga titik
tidak lagi berdasarkan kesukuan. Ia pusat lingkaran peradaban ini saling
tumbuh menjadi lembaga universal yang mendukung satu dengan yang lain, dan
menerima guru dan murid tanpa saling berinteraksi. Ini tercermin dalam
memandang latar belakang suku dan tatanan kota yang dibangun pada zaman
daerah asal. Pada masa itulah pesantren kejayaan imperium dan emporium Islam.
atau dayah mampu membentuk jaringan Kota-kota Islam di Nusantara
kepemimpinan intelektual dan dibangun mengikuti model kota di negeri
penyebaran agama dalam berbagai Arab dan Persia. Ia berbeda dengan
tingkatan dan antar-daerah (lihat juga kota-kota pada zaman Hindu dan kota-
Azyumardi Azra 1999).
kota lama di Eropa. Kota-kota lama di
Sedangkan pasar berperan di Eropa dibangun dengan menempatkan
bidang ekonomi dan perdagangan. Pasar istana sebagai bagian yang terpisah dari
merupakan daerah pemukiman para keseluruhan tatanan kehidupan kota.
saudagar, kaum terpelajar dan kelas Kota-kota Islam menempatkan istana
menengah lain, termasuk para perajin, sebagai bagian integral dari kehidupan
yang berhadapan langsung dengan situasi kota.
kultural yang sedang berkembang. Di Dengan begitu istana tidak terasing
sini orang dari berbagai etnik dan ras dan dapat berinteraksi secara dinamis
yang berbeda-beda bertemu dan dengan pusat-pusat peradaban di luarnya
berinteraksi, serta bertukar pikiran seperti lembaga pendidikan dan pasar.
tentang masalah perdagangan, politik, Model kota seperti itu memungkinkan
sosial dan keagamaan. istana mempengaruhi kebudayaan kota
Di sini pula perkembangan bahasa dengan kuat lewat kehidupan di
Melayu mengalami dinamika yang pesantren dan pusat pemukiman para

87 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

saudagar, perajin dan cendikiawan yang puncaknya, muncul sastrawan besar


disebut Pasar atau Bazzar (Fylstinsky seperti Hamzah Fansuri dan murid-
1971, melalui Braginsky 1998). muridnya, antara lain Syamsudin al-
Sumatrani, Abdul Jamal, Hasan Fansuri
Penataan kota seperti itu dan
dan lain-lain. Karangan-karangan mereka
penempatan tiga titik lingkaran pusat
pada umumnya sarat dengan uraian
peradaban, semakin efektif berfungsi
berkenaan doktrin Wahdat al-Wujud
ketika proses islamisai memasuki
(‗kesatuan transenden wujud‘)yang
tahapan kedua. Yaitu ketika implikasi
bercorak filosofis dan intelektual.
rasional dan filosofis dari konsep Tauhid
mulai disertakan dalam menyampaikan Salah satu kecenderungan kuat
ajaran Islam. Dan terutama sekali pada pada tahapan ini ialah cara menafsirkan
tahapan ketiga nanti. Islam tidak cukup hukum agama dan sistem kekuasaan
diterima secara formal atau berdasarkan sesuai dengan konteks perkembangan
aspek legallistik formal. Jika itu yang masyarakat yang tatanan sosialnya
ditekankan, maka Islam tidak akan bercorak agraris feodal dan kesukuan,
berakar sedemikian mendalam di dalam dan menyukai hal-hal yang bersifat magis
jiwa, pikiran dan pandangan hidup dan supernatural. Teks-teks Jawa yang
penduduk Nusantara. menggambarkan proses pengislaman
penduduk oleh para wali pada abad ke-
Pendalaman terhadap ajaran Islam
16 M, dengan jelas memperlihatkan hal
pada tahapan kedua ini dilakukan dengan
ini. Tetapi peringkat ini kemudian
pengenalan konsep-konsep metafisika,
dilanjutkan dengan penafsiran metafisika
epistemologi, etika dan estetika sufi.
dan psikologi sufi yang bercorak
Pada masa ini ulama-ulama pribumi
filosofis, dan penafsiran teologi dari para
mulai mengambil alih peranan ulama dari
mutakallimun yang bercorak rasional.
luar, termasuk dalam struktur birokrasi
pemerintahan. Mereka juga tampil Setelah itu penulisan historiografi
sebagai cendekiawan yang mahir dan penafsiran estetika sufi dilakukan
menyampaikan persoalan-persoalan melalui penciptaan karya sastra dan seni
keagamaan melalui karangan-karangan Islam yang lain. Maka dasar-dasar tradisi
ilmiah dan sastra dalam bahasa lokal, intelektual Islam pun telah diletakkan
khususnya bahasa Melayu dan Jawa, di secara kokoh. Begitu pula dasar-dasar
samping dalam bahasa Arab. adab dan estetikanya.
Tidak mengherankan apabila pada Tahapan kedua dan ketiga itu
tahapan ini penulisan kitab keagamaan berlangsung tepat ketika imperium besar
berkembang subur, khususnya di Aceh di Nusantara, kesultanan Aceh
yang merupakan imperium Islam Darussalam, mulai menyongsong puncak
terbesar di Nusantara pada abad ke-16 kejayaannya sebagai pusat peradaban dan
dan 17 M. Pada peralihan abad ke-16 kegiatan perdagangan.. Negeri ini telah
dan 17 M, ketika tahapan kedua memiliki perguruan tinggi Islam
perkembangan Islam mencapai terkemuka, Jami` al-Bayt al-Rahman, sejak

88 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

awal abad ke-16 M. Lembaga pendidikan dikembangkan, serta selalu diperbarui,


ini berkembang pesat menjelang akhir yang mengikat baik tampilan universal
abad yang sama. dan kosmoplitannya di satu pihak, dan
tampilan lokal dan nasionalnya di lain
Di sinilah kader-kader ulama dan
pihak. Dua tradisi ini menyediakan
cendikiawan Muslim terkemuka
sumber-sumber ide dan ilham yang
memperoleh pendidikan. Mereka tidak
berlimpah bagi kreativitas penganutnya.
hanya datang dari Sumatra, tetapi juga
dari berbagai wilayah lain di Asia Yang pertama, tradisi besar yang
Tenggara. Dari sini mereka mulai terkandung dalam tasawuf filosofis dan
membentuk jaringan intelektual atau syariat. Jika syariat memuat ketentuan-
ulama di seluruh Nusantara. Islam dan ketentuan hukum positif dalam
bahasa Melayu lantas muncul sebagai menjalankan peribadatan dan keharusan
kekuatan integratif bagi etnik-etnik yang membangun tatanan masyarakat Muslim
berbeda-beda di kepulauan Nusantara. yang berpegang pada al-Qur‘an dan
sunnah Rasul, maka tasawuf mempunyai
Tasawuf dan Transformasi
pandangan dunia yang inklusif yang
Kebudayaan
mendorong bangkitnya budaya dagang
Dalam konteks Indonesia dan dan aktivisme dalam kegiatan sosial dan
transformasi Islam ke dalam kebudayaan intelektual. Yang kedua, tradisi kecil
Melayu, abad ke-17 M merupakan seperti tercermin dalam mistisisme
periode penting. Islam tampil sebagai popular yang dikembangkan tariqat-
faktor utama perekat etnik Nusantara tariqat sufi dan aliran-aliran fiqih tertentu
yang bhineka. Peradaban ini yang di Indonesia telah benar-benar
membuktikan dirinya sebagai peradaban berfungsi, terutama dalam membentuk
yang didasarkan atas rasionalitas dan budaya-budaya lokal yang unik.
inetlektualitas, dibanding atas mitologi
Dua tradisi ini berkembang sebagai
dan ritual. Kerasionalan ini didasarkan
kelanjutan dari dialog lama antara
pula atas sendi-sendi keimanan yang
kecenderungan ortodoksi dan
tidak kalah kuatnya, sehingga tidak
heterdoksi, rasionalitas dan mitos,
mengherankan kelak apabila Gellner
keperluan akan tertib sosial dan anarki,
(1992) mengatakan, ―Dari peradaban
hukum Tuhan dan adat istiadat bikinan
tulis dunia (baca Kristen, Hindu,
manusia, kota dan desa (Gellner 1981).
Konfusianisme dan Islam), kelihatan
hanya Islam yang dapat Begitulah tahap II dan III
mempertahankan keimanan pra- perkembangan Islam di kepulauan
industrialnya dalam abad 21 yang akan Melayu sangat ditentukan oleh pesatnya
datang.‖. perkembangan ilmu tasawuf dan syariat.
Pada tahap kedua, derasnya proses
Ini disebabkan karena Islam
islamisasi kepulauan Melayu itu ditandai
mempunyai dua tradisi yang saling
dengan dua gejala dominan dalam
melengkapi, terus dipertahankan dan
kehidupan intelektual: Pertama,

89 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

munculnya banyak sekali karangan, baik bayang Tuhan di muka bumi‘ (Zill Allah
prosa maupun puisi, berisi renungan- fi al-`ardh), sedang raja yang zalim dan
renungan tasawuf yang mendalam menurutkan egonya disebut ‗Bayang-
tentang masalah ketuhanan dan bayang Iblis di muka bumi‘.
hubungan manusia dengan Tuhan, serta Berdasarkan anggapan ini penulis
arti penciptaan dan kedudukan manusia Taj al-Salatin mengemukakan bahwa
di alam dunia; Kedua, munculnya teori selama raja yang tidak adil tidak
kekuasan yang bertolak dari pendekatan menimbulkan kekacauan dan anarki,
sufistik dan diungkapkan melalui karya maka tidaklah terlalu diacuhkan apalagi
sastra (lihat juga Taufik Abdullah 2002). dihormati. Ini karena mereka ini telah
Gejala pertama tampak pada karya memalingkan wajahnya dari Allah,
Hamzah Fansuri, berupa sejumlah - menyimpang dari hukum Tuhan dan
risalah tasawuf yang begtu filosofis dan menolak syariat. Konsep tentang tatanan
mendalam, seperti Syarab al-`Asyiqin pemerintahan yang ideal menurut Islam
(Minuman Orang Berahi) dan Asrar al- juga dipertegas. Yaitu dengan
`Arifin (Rahasia Ahli Makrifat), serta mengukuhkan lembaga yudikatif (qadi)
syair-syairnya yang indah dan memikat. yang berperan merumuskan dan
Dalam karangan-karangan sufi dari melaksanakan hukum Islam, serta
Barus itu derasnya proses islamisasi mendampingi raja dalam menjalankan
kebudayaan Melayu tampak bukan saja pemerintahan. Pemberlakuan lembaga
pada persoalan yang dikemukakan, tetapi yudikatif ini juga berfungsi untuk
juga pada konsep-konsep yang membatasi kekuasaan raja agar tidak
mendasari pemikirannya. sewenang-wenang. Didukung oleh fungsi
ulama sebagai pemberi legitimasi bagi
Gejala kedua tampak pada
kekuasaannya, raja lantas tidak dapat
munculnya kitab ketatanegaraan
berbuat sewenang-wenang (Abdul Hadi
bercorak sastra, Taj al-Salatin (Mahkota
W. M. 2003).
Raja-raja), karangan Bukhari al-Jauha..
Buku ini selesai dituliis pada 1603 M Yang tidak kalah penting ialah
menguraikan adab pemerintahan yang bahwa sejak munculnya karangan-
ideal menurut Islam. Konsep-konsep karangan Hamzah Fansuri dan Bukhari
dan pemerintahan raja-raja Melayu al-Jauhari, kegiatan penulisan kitab dan
banyak diturunkan dari kitab ini. Negara sastra bertambah subur. Kitab-kitab yang
tidak lagi dipandang sebagai sekadar ditulis di Aceh pada abad ke-17 M ini
refleksi dari kedirian seorang raja, tetapi berperan besar dalam transformasi
juga sebagai pranata yang merupakan pemikiran keagamaan dan kebudayaan di
terwjudnya kesatuan yang harmonis Indonesia. Bukti luasnya penyebaran dan
antara raja dan rakyat, makhluq dan pengaruh kitab-kitab Aceh ialah
Khaliq, yaitu dengan melaksanakan banyaknya salinan naskah dari kitab-
keadilan dalam pemerintahan. Raja yang kitab tersebut yang dibuat oleh penyalin
adil dan dipandang sebagai ‗Bayang- di daerah yang berbeda-beda di berbagai

90 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

pusat penyebaran Islam di kepulauan berarti bahwa kehidupan atau dunia ini
Nusantara. Demikianlah proses tidak penting. Dunia menjadi penting
islamisasi tahapan kedua dan ketiga itu karena di sini seseorang harus
berlangsung di kepulauan Melayu. mengumpulkan bekal sebanyak-
banyaknya agar bisa pulang ke kampung
Untuk mengetahui seberapa besar
halamannya dengan selamat. Bekal yang
pengaruh pemikiran ulama-ulama dan
dimaksud ialah amal saleh dan amal
cendekiawan sufi terhadap kebudayaan,
ibadah (Abdul Hadi W. M. 2003).
sangat banyak contoh bisa diberikan.
Tetapi cukuplah beberaja dikemukakan Konsep ini dikembangkan
di sini. Dalam wilayah politik dan berdasarkan sebuah hadis, ”Kun fi al-
ketatanegaraan, konsep seperti ‗raja adil dunya ka’annaka gharibun aw ’abiru sablin
raja disembah‘, ‗raja sebagai ulil albab‘ wa `udhdha nafsahu min ashabi al-qubur‖
dan lain-lain dapat dicari sumbernya (‖Jadilah orang asing di dunia ini,
dalam kitab Taj al-Salatin, Bustan al- singgahlah sementara dalam
Salatin, dan lain-lain. Begitu pula konsep perjalananmu, dan ingatlah akan azhab
seperti Dar al-Salam yang digunakan oleh kubur.‖). Ini berlaku bagi seluruh
raja-raja Nusantara untuk menyebut pemeluk agama Islam. Konsep inilah
nama negerinya seperti Samudra Dar al- yang melahirkan etos atau budaya
Salam, Aceh Dar al-Salam, Brunei Dar dagang, semangat jihad, pengurbanan
al-Salam, dan lain-lain, bersumber dari diri dan semangat mementingkan
kitab-kitab sejenis. Begitu juga sebutan kepentingan sosial di atas kepentingan
raja-raja Melayu seperti Syah dan Sultan, diri. Hamzah Fansuri menerjemahkan
dan gelarnya seperti Khalifah Allah di kata-kata gharib (asing) menjadi ‗dagang‘,
muka bumi. Gelar serupa digunakan pula yang dalam bahasa Melayu berarti orang
oleh raja-raja Jawa seperti Sultan Agung, yang merantau ke negeri asing untuk
Amangkurat IV, Hamengkubawana, berniaga. Penerjemahan itu dilakukan
bahkan juga Pangeran Diponegoro, sejalan dengan konteks sejarah masuk
dengan berbagai tambahan. dan berkembangnya agama Islam di
kepulauan Nusantara yang dimulai
Salah satu konsep penting dalam
dengan kedatangan para pedagang Arab
tasawuf yang demikian mempengaruhi
dan Persia. Pada waktu bersamaan ia
pandangan hidup dan gambaran dunia
menghubungkannya dengan konsep faqr
(Weltanschaung) orang Melayu dan
yang telah dikenal dalam tasawuf.
masyarakat Muslim Nusantara lain ialah
konsep ‗faqir‘ atau ‗dagang‘. Konsep ini Jika ditelusuri secara mendalam,
djelaskan secara rinci mula-mula oleh arti yang dikandung dalam konsep faqr
Hamzah Fansuri dan penulis kitab Taj a- dan dagang, dapat dikatakan mendasari
Salatin. semangat sosialisme religius yang
terpancar dari ajaran kemasyarakatan
Dijelaskan bahwa walaupun dunia
Islam yang intipatinya adalah keadilan
ini merupakan tempat persinggahan
sosial dan pemarataan kesempatan
sementara bagi manusia, namun tidak

91 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

berusaha. Semangat ini mendasari dengan syariah. Kemungkinan


kehidupan masyarakat Muslim sejak munculnya berbagai paham heterodoks
awal, seperti tercermin dalam kehidupan dalam tubuh tasawuf yang tidak
pesantren, tariqat dan gilda-gilda sufi diinginkan oleh para pendukung syariah,
(ta`ifa) (Tirmingham 1972). sama besarnya dengan kemungkinan
munculnya pemikiran liberal yang
Kegiatan perdagangan yang
dianggap nyleneh dan menyimpang
dilakukan pedagang Muslim dan gilda-
seperti terjadi pada perkembangan
gilda itu tidak hanya membuat makmur
Mu`tazila. Jika ketegangan itu muncul,
para pedagang, tetapi juga perajin,
maka kekuatiran akan terjadinya
tukang dan muballigh. Di lingkungan
disintegrasi dalam masyarakat Muslim
pedesaan para petani dan kiyahi juga ikut
sangat beralasan. Ini rupa-rupanya
menikmati kemakmuran, sebagaimana
disadari oleh ulama-ulama di Nusantara
anggota tariqat yang lain. Begitulah
sejak akhir abad ke-17 M, sebagaimana
gagasan kefakiran melahirkan semacam
tercermin dalam tulisan-tulisan
kolektivisme
Nuruddin al-Raniri.
Nuruddin al-Raniri sebenarnya
Syariah dan Aktivisme Islam seorang ahli tasawuf dan malahan
Syariah dan tasawuf dipandang mengaku sebagai penganut paham
oleh ahli-ahli sejarah kebudayaan sebagai wujudiyah Ibn `Arabi. Tetapi karena
sendi utama terbentuknya kebudayaan pengalaman buruk yang disaksikan di
Islam. Ini benar terutama semenjak abad India, di mana penafsiran yang
ke-13 M, khususnya di bagian timur berlebihan terhadap ajaran Ibn `Arabi
Dunia Islam, sebelum dan terlebih-lebih melahirkan paham sinkretik dan
sesudah jatuhnya kekhalifatan Baghdad heterodoks pada abad ke-16 M, maka
ke tangan bangsa Mongol pada 1258 M. sejak kehadirannya di Aceh pada tahun
Ketakhadiran falsafah rasional ala al- 1637 M Nuruddin al-Raniri gencar sekali
Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, tidak mengecam pengikut dan pemimpin
menyebabkan peradaban Islam wujudiyah. Kecaman itu tertuju pada
kehilangan dimensi rasional dan ahli-ahli tasawuf yang cenderung
intelektual oleh karena falsafah berpikiran pantheistik dan memandang
sebenarnya telah merembes masuk ke remeh syariah. Sebagai seorang sufi,
dalam tasawuf. Khususnya melalui Nuruddin sebenarnya tidak memandang
pemikiran Imam al-Ghazali, Suhrawardi tasawuf itu tidak penting. Namun
al-Maqtul dan Ibn `Arabi yang sangat dengan lebih menekankan pada syariah,
besar pengaruhnya bagi perkembangan pemikirannya lantas kehilangan banyak
tradisi intelektual Islam. dimensi filosofis yang dimiliki tasawuf
pada umumnya ketika itu.
Tetapi sebagaimana falsafah,
tasawuf juga mengandung benih-benih Dengan munculnya Nuruddin al-
pemikiran yang dapat bertabrakan Raniri, proses ke arah ortodoksi pun

92 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

mulai. Penekanan pada syariah dan fiqih, popular di kalangan ulama dan raja-raja
yang merupakan rincian syariah, lantas Melayu hingga abad ke-19 M.
menjadi gejala dominan pada tahapan Karena berbagai alasan yang dapat
keempat perkembangan Islam. Tradisi dimengerti, yaitu demi tegaknya syiar
penafsiran ajaran agama yang bercorak Islam dan kokohnya perkembangan
hermeneutik lantas diganti dengan masyarakat Islam, penekanan terhadap
penafsiran rasional formal. Tasawuf syariah ini mendapat sambutan luas dari
lantas lebih dipahami sebagai media ulama dan raja-raja pesisir, serta sejumlah
untuk meningkatkan intensitas ibadah tariqat sufi dan pesantren-pesantren di
dan penyempurnaan akhlaq. Konsep berbagai pelosok Nusantara. Penguasa
zuhud (semacam asketisme) pesisir menyambut baik karena
diterjemahkan menjadi kesalehan sosial memerlukan kepastian hukum dalam
dan pengendalian diri dari memelihara keamanan dan ketertiban
kecenderungan materialisme dan negara, serta dalam mengatur kegiatan
hedonisme yang merusak kepribadian perdagangan di dalam dan dengan luar
seorang Muslim, sebagaimana diajarkan negeri.
oleh al-Ghazali. Penekanan terhadap
syariah ini juga melahirkan pandangan Peranan ulama dan martabatnya
hidup yang lebih berorientasi kepada lantas lebih naik lagi di mata masyarakat.
aktivitas sosial dan keduniaan Mereka juga semakin terlibat jauh dalam
(Azyumardi Azra 1999). birokrasi pemerintahan dan ikut
menentukan kebijakan politik. Tidaklah
Tetapi tokoh yang paling mengejutkan apabila pusat-pusat
berkompeten dalam menjelaskan kekuasaan Islam yang telah terrsebar luas
kecenderungan ini ialah Abdul Rauf al- di Nusantara pada abad ke-18 M
Singkili. Ulama yang masih mempunyai berlomba-lomba melahirkan ulama-
pertalian darah dengan Hamzah Fansuri
ulama terkemuka di bidang fiqih dan
ini merupakan sufi pertama di Nusantara syariah. Contoh terbaik ialah Abdul
yang menyusun kitab kodifikasi hukum Samad al-Falimbangi, Arsyad al-Banjari,
Islam yang komprehensif dalam bahasa Daud al-Fatani, Nawawi al-Bantani, dan
Melayu. Karyanya yang terkenal ialah lain-lain. Mereka adalah ahli tasawuf,
Mir`at al-Tullab fi Tashil Ma`rifat Ahkam tetapi cenderung menekankan
al-Syar`iyyah atau Cermin bagi mereka signifikansi syariah dan fiqih.
yang meuntut ilmu fiqih pada
memudahkan mengenal segala hukum Tentu saja pengaruh awal dari
Syara` Allah. Kitab ini menjadi semacam kitab Abdul Rauf itu dirasakan di Aceh
kitab induk bagi mereka yang ingin sendiri. Kesultanan Aceh dengan tegas
mempelajari syariah dalam bahasa menerapkan Syariat Islam. Dalam
Melayu. Mir`at al-Tullab menjadi rujukan undang-undang kerajaan itu dikatakan
utama penyusunan undang-undang Islam misalnya bahwa ―Diwajibkan bagi rakyat
di Nusantara dan menjadi bacaan yang Aceh untuk belajar dan mengajar agama
Islam dan syariat Nabi Muhammad s.a.w.

93 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

atas mazhab ahlul Sunnah wal Jama`ah‖. Daftar Kepustakaan


Orientasi pada aktivitas keduniaan juga
ditekankan. Misalnya seperti disebutkan
Abdul Hadi W. M. (2000). Tasawuf Yang
dalam undang-undang Aceh: Tertindas: Kajian Hermeneutik
―Diwajibkan bagi rakyat Aceh belajar Terhadap Karya-karya Hamzah
dan mengajar jual beli di dalam dan luar Fansur. Jakarta: Paramadina.
negeri; belajar dan mengajar mengukir; ——————— (2003). ―Taj al-Salatin:
memelihara ternak yang halal dan Adab Pemerintahan Dari
bermanfaat; mengerjakan kenduri Nanggroe Aceh Darussalam‖.
Dalam Adab dan Adat: Refleksi
Maulid.‖ (Ibrahim Alfian 2005).
Sastra Nusantara. Penyelenggara
Pola penerapan syariat dalam Abdul Hadi W.M, Edwar Djamaris dan
pemerintahan lokal dan pengintegrasian Amran Tasai. Jakarta: Pusat
tasawuf ke dalam tradisi masyarakat Bahasa.
Muslim sebagaimana berlaku di Aceh, ——————— (2005). ―Aceh dan
juga diikuti oleh kerajaan-kerajaan pesisir Kesusastraan Melayu‖. Dalam
lain di kepulauan Nusantara seperti di Aceh Kembali
Kalimantan, Sulawesi, Banten, Madura, Ke Masa Depan. Ed. Sardono W.
Bima, dan lain-lain. Penerapan ini lebih Kusuma. Jakarta: Institut
ditekankan pada soal-soal yang Kesenian Jakarta.
berhubungan dengan kewajiban Al-Attas, S. M. Naquib (1970). The
mempelajari agama dan peningkatan Mysticism of Hamzah Fansuri.
Kuala Lumpur: Universiti Malaya
kesejahteraan masyarakat di bidang
Press.
ekonomi..
————————— (1972).
Preliminary Statement on a General
Theory of the Islamization of Malaysia
Indonesian Archipelago. Kuala
Lumpur: Universiti Malaya Press.
Azyumardi Azra (1999). Renaisans Islam
Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan
Kekuasaan. Jakarta: Rosda.
Braginsky, V. I. (1998). Yang Indah, Yang
Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra
Melayu Dalam Abad 7-19. Jakarta:
INIS.
——————— (2004). Satukan
Hangat dan Dingin: Kehidupan
Hamzah Fansuri,
Pemikir dan Penyair Sufi Melayu. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka.

94 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

Drewes, G. W. J. (1978). An Early Muhammad Hatta (1979). Bung Hatta


Javanese Code of Muslim Ethics. The Berpidato, Bung Hatta Menulis.
Hague: Jakarta: Mutiara.
Martinus Nijhoff. Gellner, Ernest Nicholson, R. A. (1982). The Kashf al-
(1992). Posmodernism, Reason and Mahjub: The Oldest Persian Treatise
Religion. London and New York: on Sufism by Ali Uthman al-Hujwiri.
Routledge. New Delhi: Taj Company.
Gibb, H. R. (1957). Ibn Batuta: Travels in Noordyn (1972). Islamisasi Makassar.
Asia and Africa 1325-1354. Jakarta: Bhratara.
London: Routledge & Kegan Nurcholis Madjid (1987). Islam,
Paul. Kemodernan dan Keindonesiaan.
Hasan Muarif Ambary (1998). Bandung: Mizan.
Menemukan Peradaban: Arkeologi Oman Fathurrahman (2005). ―Naskah
dan Islam di Indonesia. Jakarta: dan Rekonstruksi Sejarah Islam
Pusat Penelitian Arkeologi Lokal: Contoh Kasus dari
Nasional. Minangkabau‖. Dalam Mimbar
Ibrahim Alfian (2005). ―Refleksi Gempa- Vol. 22. No. 3:260-8.
Tsunami: Kegemi-langan Dalam Ricklefs, M. C. (1993). A History of
Sejarah Aceh‖. Dalam Aceh Modern Indonesia since c. 1300.
Kembali ke Masa Depan. Ed. London:Macmillan.
Sardono W. Kusuma. Jakarta:
Institut Kesenian Jakarta. Ruslan Abdulgani (1995). Problem
Nasionalisme, Regionalisme dan
Iskandar, Teuku (191987). ―Shamsuddin Keamanan di Asia Tenggara.
as-Sumaterani Tokoh Yogyakarta: Duta Wacana
Wujudiyah‖. Dalam Tokoh-tokoh University Press.
Sastera Melayu. Ed. Mohamad
Daud Mohamad. Kuala Lumpur: Schrieke, B. (1955). Indonesian Sosilogical
Dewan Bahasa dan Pustaka. Studies. The Hague & Bandung:
Van Hoeve.
Ismail Hamid (1983). Kesusastraan Melayu
Lama dari Warisan Peradaban Sidiq Fadil (1990). ―Pengislaman Dunia
Islam. Petaling Jaya, Selangor: Melayu: Transformasi
Fajar Bakti Sdn. Bhd. Kemanusiaan dan Revolusi
Kebudayaan‖. Dalam Dewan
Ismail R. Faruqi (1992). Atlas Kebudayaan Budaya 12 Bil 11, November.
Islam. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka. Taufik Abdullah (1988). ―Ke Arah
Perencanaan Strategi Kultural
Jansen, G. H. (1983). Islam Militan. Terj. Pembinaan Umat‖. Dalam Pak
Armahedi Ma Mahzar. Bandung: Natsir 80 Tahun. Ed. H. Endang
Pustaka. Saifuddin Anshari dan M. Amien
John, A. H. (1961). ―Sufism as a Rais. Jakarta: Media Dakwah.
Category in Indonesian ——————- (2002). ―Pemikiran
Literature and History‖. JSAH 2, Islam di Nusantara Dalam
July:10-23.
Perspektif Sejarah‖.
Kern, H. (1917). Versperiche geschifter VI.
The Hague: Martinus Nijhoff.

95 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016
Khairul Huda : Islam Melayu dalam Pusaran Sejarah.....

Makalah diskusi peluncuran buku


Ensiklopedi Tematos Dunia Islam.
Jakarta 5 September.
Tirmingham, J. S. (1972). The Sufi Orders
in Islam. Oxford: Oxford
University Press.
Uka Tjandrasasmita (1975). Sejarah
Nasional Indonesia III: Jaman
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Winstedt, R. O. (1961). A History of
Classical Malay Literature. Kuala
Lumpu: Oxford University Press.
Wolters, O. W. (970). The Fall of Sriwijaya
in Malay History. Ithaca, New
York: Cornell University.

96 TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama


Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai