Khairul Huda
Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang
irul_huda@gmail.com
Abstak
Agama Islam masuk ke Tanah Melayu tidak dalam kekosongan budaya, melainkan kaya
akan budaya-budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging seperti warna dasar
negara Indonesia. Islam kemudian mewarnai dalam setiap gerak budaya di ranah melayu.
Sehingga budaya melayu pada selanjutnya sangat diwarnai oleh Islam, seperti tasawuf dan
seterusnya. Kontruksi dialektis antara Islam dan Budaya Melayu inilah kemudian menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia sebagai bagian dari ekspresi Islam Nusantara.
rajanya yang pertama, Meura Silu aristokratik, walaupun dipeluk juga oleh
memeluk agama Islam dan berganti masyarakat di luar istana dan vihara,
nama menjadi Malik al-Saleh, kerajaan ini tetapi budaya baca tulis dan tradisi
berubah menjadi kerajaan Islam. Pada intelektualnya tidak meluas ke tengah
tahun 1340 M Sriwijaya diserbu oleh masyarakat. Sebab pendidikan
Majapahit yang menjadikan negeri itu diperuntukkan hanya untuk kaum
semakin lemah dan kehilangan pamor. bangsawan. Islam hadir sebagai agama
Sebaliknya Samudra Pasai, walaupun juga egaliter dan populis. Agama ini tidak
digempur oleh Majapahit dan banyak mengenal sistem kasta dan kependetaan,
sekali harta kerajaan itu yang dirampas, dan karenanya memungkinkan
masih dapat melanjutkan eksistensinya keterlibatan segenap lapisan masyarakat
sebagai bandar dagang utama di Selat dalam seluruh bidang kehidupan,
Malaka. termasuk dalam pendidikan dan
intelektual.
Pada tahun 1390 M raja terakhir
Sriwijaya, Paramesywara yang masih Lembaga pendidikan Islam sejak
muda, berhasrat memulihkan kedaulatan awal dibuka untuk segenap lapisan
negerinya. Lantas ia memaklumkan diri masyarakat dan golongan. Lagi pula
sebagai titisan (avatara) Boddhisatwa. Ini Islam adalah agama kitab. Belajar
membuat murka penguasa Majapahit. menulis dan membaca diwajibkan bagi
Ibukota Sriwijaya lantas diserbu sekali seluruh pemeluknya. Demikianlah,
lagi dan kali ini dihancur leburkan. dengan berkembangnya Islam membuat
Bersama ratusan sanak keluarga, karib tradisi keterpelajaran lambat laun juga
kerabat, pendeta dan pegawainya, berkembang.
Paramesywara berhasil melarikan diri. Karena itu, menurut al-Attas
Mula-mula ke Temasik, Singapura (1972), datangnya Islam menyebabkan
sekarang, dan akhirnya ke Malaka di
kebangkitan rasional dan intelektual yang
mana dia mendirikan kerajaan baru. bercorak religius di Nusantara yang tidak
Karena letaknya yang strategis, Malaka pernah dialami sebelumnya. Kecuali itu
segera berkembang menjadi bandar Islam juga mendorong terjadinya
dagang regional yang penting di Selat perubahan besar dalam jiwa bangsa
Malaka.Pada tahun 1411 M, Melayu dan kebudayaannya. Islam
Paramesywara memeluk agama Islam menyuburkan kegiatan ilmu dan
setelah menikah dengan putri raja Pasai. intelektual serta membebaskan mereka
Maka negerinya muncul menjadi dari belenggu mitologi yang menguasai
kerajaan Islam baru kedua setelah jiwa mereka sebelumnya.
Samudra Pasai (Wolter 1970).
Hadirnya Islam membuka
Begitulah sejarah awal pesatnya lembaran baru dan menyebabkan
perkembangan agama Islam di kepulauan terjadinya proses perubahan sosial,
Nusantara. Berbeda dengan agama ekonomi dan politik yang sangat
Buddha yang hadir sebagai agama elite mendasar (Kern 1917; Schrieke 1955).
Lebih jauh lagi, oleh karena pesatnya pemahaman dan pendidikan yang
perkembangan ini dihantar oleh diperoleh kaum Muslimin, ajaran Islam
maraknya kegiatan pelayaran dan kian dipahami lebih mendalam. Memeluk
perdagangan, sedangkan Islam memiliki agama Islam tidak sekadar formalitas.
kecenderungan terhadap aktivisme Di kepulauan Melayu dan pesisir
keduniaan dan sosial, maka ethos dan Jawa tradisi intelektual Islam mulai
budaya dagang pun bangkit di kalangan terbentuk. Kitab-kitab keagamaan dan
etnik yang memeluk agama ini, terutama sastra Islam telah ditulis dengan
yang tinggal di pesisir. produktifnya dalam bahasa Melayu dan
Jawa Madya. Pengaruh tasawuf sangat
Tahapan Perkembangan Islam dominan dalam pemikiran keagamaan
dan penulisan karya sastra. Implikasi
Agama Islam berkembang tahap
rasional dan intelektual dari ajaran Islam
demi tahap di kepulauan Nusantara,
kian dilibatkan dalam penyebaran agama
melalui jalan yang berliku-liku dan
Islam. Pada masa ini kita menyaksikan
berbeda di daerah yang satu dengan yang
semakin terintegrasinya kebudayaan
lain. Masa-masa penyebarannya itu juga
Melayu dengan Islam.
tidak berjalan serentak di wilayah yang
berbeda-beda. Ketika di suatu kawasan Tahap III berlangsung pada abad
baru berada dalam tahap pengenalan ke-17 M, adalah tahapan penyempurnaan
dasar-dasar dan pokok ajaran agama, di pemahaman ajaran Islam dan tradisi
daerah lain telah memasuki fase intelektualnya. Pada masa ini kita
pengenalan implikasi-implikasi rasional menyaksikan suburnya penulisan sastra
dan intelektual dari ajaran Islam tentang dan kitab keagamaan dalam bahasa
Tauhid. Secara umum tahapan-tahapan Melayu. Pokok-pokok yang dibahas
perkembangan itu dari abad ke-13 s/d dalam kitab-kitab Melayu meliputi
awal abad ke-20 dapat dibagi lima. bidang-bidang seperti fiqih ibadah dan
muamalah, fiqih duali (ketatanegaraan),
Tahap I, dari awal abad ke-13 M
syariah, usuluddin, kalam, tasawuf
hingga pertengahan abad ke 15 M, dapat
falsafah dan tasawuf akhlaq, tafsir al-
disebut tahapan pemelukan secara
Qur‘an, ilmu hadis, eskatologi,
formal. Yang ditekankan ialah
historiografi, tatabahasa (nahwu), retorika,
pengenalan dasar-dasar kosmopolitanis
ilmu ma`ani (semantik), estetika
Islam, ketentuan dasar pelaksanaan
(balaghah), astromomi, ilmu hisab,
syariat agama dan fiqih.
perkapalan, ekonomi dan perdagangan,
Tahap II, dari akhir abad ke-15 sastra dan seni, ketabiban, farmasi, dan
hingga akhir abad ke-16 M. Periode ini lain-lain. Kemajuan yang dicapai di
proses islamisasi kepulauan Melayu bidang intelektual ini mempermantap
berjalan dengan pesat diikuti kian kedudukan dan perkembangan bahasa
tersebarnya Islam ke berbagai pelosok Melayu.
Nusantara. Berkat meningkatnya tingkat
penulis dari daerah lain di kepulauan bahasa yang mudah dipahami, namun
Nusantara seperti Jawa, Sunda, Madura, jelas pesan yang ingin disampaikannya
Bugis, Makassar, Banjar, Sasak, tanpa perlu melakukan pendangkalan.
Minangkabau, Mandailing, Palembang, Baru pada tahapan kedua implikasi
Bima, Ternate dan lain-lain. rasional dan intelektual dari pokok-
pokok ajaran Islam, seperti Tauhid,
Demikianlah segera setelah agama
dilibatkan dalam mengkomu-nikasikan
Islam berkembang pesat, segera pula
ajaran Islam. Demi-kianlah penyampaian
agama ini memperlihatkan watak dan
ajaran Islam dan jiwa kebudayaannya itu
wajah kebudayaannya yang berbeda dari
tahap demi tahap pada akhirnya sampai
dua agama sebelumnya, Hindu dan
juga ke tujuannya (Braginsky 1998).
Buddha yang lebih dahulu hadir di Asia
Tenggara. Karena yang penting memberikan
dasar-dasar keimanan yang kuat, dan
Perbedaannya yang menyolok
memperkenalkan kosmopolitanisme
ialah: Pertama, dalam Islam hanya ada
Islam sebagai pegangan hidup, pada
teks suci tunggal yang utuh dan mantap,
tahap awal ini tidak dirasakan perlu
karena itu tidak membingungkan
menyertakan implikasi-implikasi rasional
penganut-nya. Dalam agama Hindu dan
dan intelektual yang terlalu jauh
Buddha terdapat banyak teks suci yang
sehubungan dengan konsep Tauhid yang
sukar dipelajari penganutnya yang awam.
merupakan ajaran sentral Islam (al-Attas
Kedua, ajaran ketuhahan dan sistem 1972).
peribadatan Islam lebih sederhana dan
Pengajaran dan ceramah tentang
jelas, serta mudah dipahami. Ia
berbagai perkara berkenaan dengan
mengharuskan hubu-ngan mesra antara
keimanan dan ketaqwaan, atau yang
penganutnya dengan Sang Khaliq tanpa
bersangkut paut dengan rukun Islam dan
perantaraan pendeta.
rukun iman, dirasakan cukup memadai.
Ketiga, Islam adalah agama yang Tentunya dengan menggunakan uraian
egaliter sebagaimana telah dijelaskan. yang mudah dicerna. Begitu pula
Tiadanya sistem kasta mendorong ceramah yang berhubungan dengan ide-
penduduk kepulauan Nusantara cepat ide kemasyarakatan dalam Islam,
tertarik pada agama ini. Dengan masuk disampaikan sesederhana mungkin.
Islam mereka berpeluang besar menjadi
Tidak diperlukannya uraian yang
pemimpin keagamaan dan masyarakat
bercorak intelektual sebagian disebabkan
asal saja memenuhi syarat seperti
karena pemahaman tentang Tauhid atau
memperoleh pendidikan yag juga terbuka
kepercayaan akan keesaan Tuhan dalam
kepada semua lapisan dan golongan
pikiran penduduk Nusantara masih
masyarakat.
kabur. Konsep-konsep ketuhanan yang
Kecuali itu para pendakwah Islam diajarkan Hinduisme dan Syamanisme
yang awal dalam menyampaikan masih berpengaruh. Jika implikasi
khotbah-khotbahnya menggunakan rasional dan inetelektual dari Tauhid
disertaka, maka kemungkinan akan dan sufi, atau para pemimpin tariqat
terjadi kekaburan yang membingungkan dengan gilda-gilda mereka. Sumber-
(al-Attas 1972). Yang dapat dilakukan sumber sejarah lokal banyak
untuk mengikis pengaruh kepercayaan memberikan keterangan ini. Misalnya
lama itu ialah dengan memperkenalkan Hikayat Raja-raja Pasai (ditulis pada akhir
dasar-dasar kosmopolitanisme Islam. abad ke-14 M) yang menceriterakan
bahwa raja Samudra Pasai dan penduduk
Dasar-dasar kosmopolita-nisme
negeri itu diislamkan oleh Syekh Ismail,
Islam itu antara lain ialah pandangan
seorang faqir yang berlayar bersama 70
bahwa hidup di dunia ini bersifat
pengikutnya dari Yaman. Gibb (1957)
sementara, sedang kampung halaman
mengatakan kepada kita bahwa seorang
manusia sebenarnya ialah akhirat.
musafir Arab dari Maroko, Ibn Batutah
Dari Pasai dan Aceh, Islam yang mengunjungi negeri itu pada tahun
kemudian tersebar ke wilayah-wilayah 1345-6 M, memberitakan bahwa raja
lain di kepulauan Nusantara. Kerajaan- negeri itu sangat egaliter dan suka
kerajaan Islam pun bermunculan di berbincang dengan ulama-ulama madzab
pulau-pulau lain sejak abad ke-16 M Syafii dan para cendekiawan Persia dari
setelah penguasa setempat memeluk Bukhara dan Samarqand. Dia berjalan
agama Islam dan kerajaannya terlibat kaki ke masjid setiap hari Jumat. Usai
dalam kegiatan perdagangan regional. salat Jumat sang raja biasa bertatap muka
Di Jawa muncul kerajaan Demak, dan berbincang dengan orang
Banten, Pajang, Mataram, Cirebon dan kebanyakan sebelum kembali ke istana.
Madura pada abad ke-16 – 17 M; di
Maluku kerajaan Ternate dan Tidore
Tiga Lingkaran Pusat Peradaban
pada abad ke-16 juga; di Sulawesi Buton,
Selayar dan Gowa, di Nusatenggara Faktor penting lain yang
Bima dan Lombok, di Kalimantan menyebabkan Islam berkembang pesat
Banjarmasin dan Pontianat, dan ialah penempatan pusat-pusat lingkaran
seterusnya pada abad ke-17 dan 18 M peradaban di tiga titik yang tepat, yaitu
(Hasan Muarif Ambary 1998). Istana, Pesantren dan Pasar (Taufik
Abdullah 1988, dalam Sidiq Fadil 1991).
Di kepulauan Melayu sendiri
Istana sebagai pusat kekuasaan berperan
pusat-pusat kekuasan dan peradaban
di bidang politik dan penataan
Islam yang lain juga muncul menyusul
kehidupan sosial. Di sini dengan
kemunduran Aceh Darussalam sejak
dukungan ulama yang terlibat langsung
awal abad ke-18 M. Misalnya Palembang,
dalam birokrasi pemerintahan, hukum
Johor, Riau, Banjarmasin, Minangkabau,
Islam dirumuskan dan diterapkan. Di
dan lain-lain.
sini pula kitab sejarah ditulis sebagai
Tidak banyak ekspedisi militer landasan legitimasi bagi penguasa
diperlukan dalam proses islamisasi itu Muslim. Pesantren berperan di bidang
Yang paling aktif bergerak ialah para wali pendidikan, dan merupakan pusat
munculnya banyak sekali karangan, baik bayang Tuhan di muka bumi‘ (Zill Allah
prosa maupun puisi, berisi renungan- fi al-`ardh), sedang raja yang zalim dan
renungan tasawuf yang mendalam menurutkan egonya disebut ‗Bayang-
tentang masalah ketuhanan dan bayang Iblis di muka bumi‘.
hubungan manusia dengan Tuhan, serta Berdasarkan anggapan ini penulis
arti penciptaan dan kedudukan manusia Taj al-Salatin mengemukakan bahwa
di alam dunia; Kedua, munculnya teori selama raja yang tidak adil tidak
kekuasan yang bertolak dari pendekatan menimbulkan kekacauan dan anarki,
sufistik dan diungkapkan melalui karya maka tidaklah terlalu diacuhkan apalagi
sastra (lihat juga Taufik Abdullah 2002). dihormati. Ini karena mereka ini telah
Gejala pertama tampak pada karya memalingkan wajahnya dari Allah,
Hamzah Fansuri, berupa sejumlah - menyimpang dari hukum Tuhan dan
risalah tasawuf yang begtu filosofis dan menolak syariat. Konsep tentang tatanan
mendalam, seperti Syarab al-`Asyiqin pemerintahan yang ideal menurut Islam
(Minuman Orang Berahi) dan Asrar al- juga dipertegas. Yaitu dengan
`Arifin (Rahasia Ahli Makrifat), serta mengukuhkan lembaga yudikatif (qadi)
syair-syairnya yang indah dan memikat. yang berperan merumuskan dan
Dalam karangan-karangan sufi dari melaksanakan hukum Islam, serta
Barus itu derasnya proses islamisasi mendampingi raja dalam menjalankan
kebudayaan Melayu tampak bukan saja pemerintahan. Pemberlakuan lembaga
pada persoalan yang dikemukakan, tetapi yudikatif ini juga berfungsi untuk
juga pada konsep-konsep yang membatasi kekuasaan raja agar tidak
mendasari pemikirannya. sewenang-wenang. Didukung oleh fungsi
ulama sebagai pemberi legitimasi bagi
Gejala kedua tampak pada
kekuasaannya, raja lantas tidak dapat
munculnya kitab ketatanegaraan
berbuat sewenang-wenang (Abdul Hadi
bercorak sastra, Taj al-Salatin (Mahkota
W. M. 2003).
Raja-raja), karangan Bukhari al-Jauha..
Buku ini selesai dituliis pada 1603 M Yang tidak kalah penting ialah
menguraikan adab pemerintahan yang bahwa sejak munculnya karangan-
ideal menurut Islam. Konsep-konsep karangan Hamzah Fansuri dan Bukhari
dan pemerintahan raja-raja Melayu al-Jauhari, kegiatan penulisan kitab dan
banyak diturunkan dari kitab ini. Negara sastra bertambah subur. Kitab-kitab yang
tidak lagi dipandang sebagai sekadar ditulis di Aceh pada abad ke-17 M ini
refleksi dari kedirian seorang raja, tetapi berperan besar dalam transformasi
juga sebagai pranata yang merupakan pemikiran keagamaan dan kebudayaan di
terwjudnya kesatuan yang harmonis Indonesia. Bukti luasnya penyebaran dan
antara raja dan rakyat, makhluq dan pengaruh kitab-kitab Aceh ialah
Khaliq, yaitu dengan melaksanakan banyaknya salinan naskah dari kitab-
keadilan dalam pemerintahan. Raja yang kitab tersebut yang dibuat oleh penyalin
adil dan dipandang sebagai ‗Bayang- di daerah yang berbeda-beda di berbagai
pusat penyebaran Islam di kepulauan berarti bahwa kehidupan atau dunia ini
Nusantara. Demikianlah proses tidak penting. Dunia menjadi penting
islamisasi tahapan kedua dan ketiga itu karena di sini seseorang harus
berlangsung di kepulauan Melayu. mengumpulkan bekal sebanyak-
banyaknya agar bisa pulang ke kampung
Untuk mengetahui seberapa besar
halamannya dengan selamat. Bekal yang
pengaruh pemikiran ulama-ulama dan
dimaksud ialah amal saleh dan amal
cendekiawan sufi terhadap kebudayaan,
ibadah (Abdul Hadi W. M. 2003).
sangat banyak contoh bisa diberikan.
Tetapi cukuplah beberaja dikemukakan Konsep ini dikembangkan
di sini. Dalam wilayah politik dan berdasarkan sebuah hadis, ”Kun fi al-
ketatanegaraan, konsep seperti ‗raja adil dunya ka’annaka gharibun aw ’abiru sablin
raja disembah‘, ‗raja sebagai ulil albab‘ wa `udhdha nafsahu min ashabi al-qubur‖
dan lain-lain dapat dicari sumbernya (‖Jadilah orang asing di dunia ini,
dalam kitab Taj al-Salatin, Bustan al- singgahlah sementara dalam
Salatin, dan lain-lain. Begitu pula konsep perjalananmu, dan ingatlah akan azhab
seperti Dar al-Salam yang digunakan oleh kubur.‖). Ini berlaku bagi seluruh
raja-raja Nusantara untuk menyebut pemeluk agama Islam. Konsep inilah
nama negerinya seperti Samudra Dar al- yang melahirkan etos atau budaya
Salam, Aceh Dar al-Salam, Brunei Dar dagang, semangat jihad, pengurbanan
al-Salam, dan lain-lain, bersumber dari diri dan semangat mementingkan
kitab-kitab sejenis. Begitu juga sebutan kepentingan sosial di atas kepentingan
raja-raja Melayu seperti Syah dan Sultan, diri. Hamzah Fansuri menerjemahkan
dan gelarnya seperti Khalifah Allah di kata-kata gharib (asing) menjadi ‗dagang‘,
muka bumi. Gelar serupa digunakan pula yang dalam bahasa Melayu berarti orang
oleh raja-raja Jawa seperti Sultan Agung, yang merantau ke negeri asing untuk
Amangkurat IV, Hamengkubawana, berniaga. Penerjemahan itu dilakukan
bahkan juga Pangeran Diponegoro, sejalan dengan konteks sejarah masuk
dengan berbagai tambahan. dan berkembangnya agama Islam di
kepulauan Nusantara yang dimulai
Salah satu konsep penting dalam
dengan kedatangan para pedagang Arab
tasawuf yang demikian mempengaruhi
dan Persia. Pada waktu bersamaan ia
pandangan hidup dan gambaran dunia
menghubungkannya dengan konsep faqr
(Weltanschaung) orang Melayu dan
yang telah dikenal dalam tasawuf.
masyarakat Muslim Nusantara lain ialah
konsep ‗faqir‘ atau ‗dagang‘. Konsep ini Jika ditelusuri secara mendalam,
djelaskan secara rinci mula-mula oleh arti yang dikandung dalam konsep faqr
Hamzah Fansuri dan penulis kitab Taj a- dan dagang, dapat dikatakan mendasari
Salatin. semangat sosialisme religius yang
terpancar dari ajaran kemasyarakatan
Dijelaskan bahwa walaupun dunia
Islam yang intipatinya adalah keadilan
ini merupakan tempat persinggahan
sosial dan pemarataan kesempatan
sementara bagi manusia, namun tidak
mulai. Penekanan pada syariah dan fiqih, popular di kalangan ulama dan raja-raja
yang merupakan rincian syariah, lantas Melayu hingga abad ke-19 M.
menjadi gejala dominan pada tahapan Karena berbagai alasan yang dapat
keempat perkembangan Islam. Tradisi dimengerti, yaitu demi tegaknya syiar
penafsiran ajaran agama yang bercorak Islam dan kokohnya perkembangan
hermeneutik lantas diganti dengan masyarakat Islam, penekanan terhadap
penafsiran rasional formal. Tasawuf syariah ini mendapat sambutan luas dari
lantas lebih dipahami sebagai media ulama dan raja-raja pesisir, serta sejumlah
untuk meningkatkan intensitas ibadah tariqat sufi dan pesantren-pesantren di
dan penyempurnaan akhlaq. Konsep berbagai pelosok Nusantara. Penguasa
zuhud (semacam asketisme) pesisir menyambut baik karena
diterjemahkan menjadi kesalehan sosial memerlukan kepastian hukum dalam
dan pengendalian diri dari memelihara keamanan dan ketertiban
kecenderungan materialisme dan negara, serta dalam mengatur kegiatan
hedonisme yang merusak kepribadian perdagangan di dalam dan dengan luar
seorang Muslim, sebagaimana diajarkan negeri.
oleh al-Ghazali. Penekanan terhadap
syariah ini juga melahirkan pandangan Peranan ulama dan martabatnya
hidup yang lebih berorientasi kepada lantas lebih naik lagi di mata masyarakat.
aktivitas sosial dan keduniaan Mereka juga semakin terlibat jauh dalam
(Azyumardi Azra 1999). birokrasi pemerintahan dan ikut
menentukan kebijakan politik. Tidaklah
Tetapi tokoh yang paling mengejutkan apabila pusat-pusat
berkompeten dalam menjelaskan kekuasaan Islam yang telah terrsebar luas
kecenderungan ini ialah Abdul Rauf al- di Nusantara pada abad ke-18 M
Singkili. Ulama yang masih mempunyai berlomba-lomba melahirkan ulama-
pertalian darah dengan Hamzah Fansuri
ulama terkemuka di bidang fiqih dan
ini merupakan sufi pertama di Nusantara syariah. Contoh terbaik ialah Abdul
yang menyusun kitab kodifikasi hukum Samad al-Falimbangi, Arsyad al-Banjari,
Islam yang komprehensif dalam bahasa Daud al-Fatani, Nawawi al-Bantani, dan
Melayu. Karyanya yang terkenal ialah lain-lain. Mereka adalah ahli tasawuf,
Mir`at al-Tullab fi Tashil Ma`rifat Ahkam tetapi cenderung menekankan
al-Syar`iyyah atau Cermin bagi mereka signifikansi syariah dan fiqih.
yang meuntut ilmu fiqih pada
memudahkan mengenal segala hukum Tentu saja pengaruh awal dari
Syara` Allah. Kitab ini menjadi semacam kitab Abdul Rauf itu dirasakan di Aceh
kitab induk bagi mereka yang ingin sendiri. Kesultanan Aceh dengan tegas
mempelajari syariah dalam bahasa menerapkan Syariat Islam. Dalam
Melayu. Mir`at al-Tullab menjadi rujukan undang-undang kerajaan itu dikatakan
utama penyusunan undang-undang Islam misalnya bahwa ―Diwajibkan bagi rakyat
di Nusantara dan menjadi bacaan yang Aceh untuk belajar dan mengajar agama
Islam dan syariat Nabi Muhammad s.a.w.