Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AWAL TERBENTUKNYA KOMUNITAS DAN ENTITAS POLITIK MUSLIM DI


KAWASAN ALAM MELAYU (KERAJAAN-KERAJAAN MELAYU ISLAM)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Peradaban Melayu

Oleh:

Kelompok 4

Eni Kartini : 2120402025

Rahman Wijanarko : 2120402009

Dosen Pengampu : Bapak Santosa, M. Hum.

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023

1
PENDAHULUAN

Islam memiliki karakteristik global, yang mana bisa diterima dalam setiap ruang dan
waktu. Namun saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah, karakteristik globalnya seolah -
olah hilang melebur ke dalam berbagai kekuatan lokal yang dimasukinya. Satu kecendrungan
dimana biasa Islam mengadaptasi terhadap kepentingan mereka. Khususnya dikawasan
Nusantara, dimana disana identik dengan budaya melayu, budaya Melayu yang ada di
Nusantara menjadikan Agama Islam disana berkarakter Islam melayu. Islam dan masyarakat
tradisional Melayu pada dasarnya adalah bentuk Islam pribumi, yang dianut sebagai prinsip
prinsip akidah dengan ajaran-ajaran ritualnya yang bersifat wajib. Islamisasi orang-orang
Melayu, seperti itu juga yang dialami oleh orang-orang ditempat lain, tidak pernah berlangsung
secara sekaligus, akan tetapi melalui proses yang berjalan secara bertahap – tahap.

Sebelum islam datang ke tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut


annimisme, hinduisme, dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya Islam secara
berangsur-angsur mulai meyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu
Nusantara. Proses islamisasi di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peranan kerajaan Islam.
Berawal ketika Raja setempat memeluk Islam, selanjutnya diikuti para pembesar istana, kaum
bangsawan dan kemudian rakyat jelata. Dalam perkembangan selanjutnya, kesultanan
memainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan kesultanan sebagai institusi politik
Muslim, pembentukan dan pengembangan institusi-institusi Muslim lainnya, seperti
pendidikan dan hukum (peradilan agama) tetapi juga dalam peningkatan syiar dan dakwah
Islam.1

1
http://ainalyakin123.blogspot.com/2016/01/makalah-islam-dan-peradaban-melayu.html

2
PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Islam di Kawasan Melayu

Islam datang dikawasan Melayu diperkirakan pada sekitar abad ke-7. Kemudian
mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal yang
diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. Awal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang
antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir, Yaman, atau Teluk Persia)
atau dari daerah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar, dan Bangladesh), dengan kerajaan-
kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau dengan di Maja Pahit di Jawa.
Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-15 ditandai dengan banyaknya
pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka, Aceh, maupun di Jawa seperti di
pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak, dan sebagainya. Muslim melayu yang tersebar
antara semenanjung Malaya dengan Indonesia, diperkirakan berjumlah 170 juta jiwa. 2

Pusat-pusat kekuatan ekonomi masyarakat Islam secara tidak langsung terlembagakan


dalam bentuk kota-kota dagang atau munculnya para saudagar muslim, baik di Malaka, Aceh,
maupun pesisir-pesisir pulau jawa. Saudagar-saudagar Arab, kelompok-kelompok sufi, dan
para mubaligh dari teluk persia, Oman maupun dari Gujarat-Persia tersebut atau dari berbagai
tempat lain dari Timur Tengah terus berakumulasi dengan kekuatan lokal, hingga terbentuknya
komunitas politik, yakni kesultanan pada abad ke-16. Dari sana para saudagar mendapat
perlingdungan dan semangat lebih untuk meneruskan langkah-langkah ekonomi dan
dakwahnya untuk menembus wilayah-wilayah Timur lainnya, seperti daerah-daerah Jawa,
serta daerah Maluku, seperti Ambon, Ternate, Tidore, dan seterusnya, termasuk Kalimantan,
pulau-pulau Sulu dan Filipina.3

Pengaruh persia terhadap kebudayaan Melayu juga sangat terasa pada pemikiran-
pemikiran seni dan bahasa. Banyak pola-pola kata dan bahasa yang di adopsi dari pola-pola
Persia, simana huruf akhiran “th” yang selalu dibaca tegas seperti pada kata masyaraka(t),

2 Citra muslim tinjauan sejarah dan sosiologi/Dr. Akbar S. Ahmed, Penerbit: ERLANGGA
3 Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Bandung: Mizan,2002) hlm 20-21

3
makluma(t), khiyana(t), dan sebagainya. Sementara dalam pola bahasa Arab akhiran “t” selalu
dibaca mati dan diganti dengan akhiran “h”; khiyanah, ma’lumah, dan sebagainya.Istilah-
istilah lain seperti cilla (duduk bersila), bazar (pasar) dan sebagainya, termasuk pada pola dan
wujud seni sastra Melayu yang hampir separuhnya terpengaruh Persia.

Mengenai teori kedatangan Islam di Melayu terdapat banyak pendapat dan masing-
masing pendapat diikuti dengan bukti-buktinya.Memang banyak hal yang dipermasalahkan
apabila membicarakan apabila membicarakan tentang kedatangan Islam.meskipun demikian
maka teori kedatangan Islam meliputi tiga hal pokok yakni dari mana asal kedatangan Islam
waktu kedatangan Islam dan siapa yang membawa Islam itu sendiri. Namun terlepas dari teori
tersebut yang jelas Islam pada awalnya bertapak di kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai,
Aceh, Malaka, Riau, dan kota-kota pelabuhan lainnya. Hal ini disebabkan karena Kepulauan
Melayu memang berada di persimpangan jalan laut bagi para pedagang yang akan melakukan
perjalanan perniagaan. Misalnya pedagang Arab, Persia, India, dan China dengan dua arah
bolak balik. Oleh sebab itu secara umum dikatakan bahwa Islam disebarkan oleh para pedagang
muslim yang melakukan perdagangan ke berbagai wilayah.4

B. Awal-Mula Terbentuknya Komunitas Muslim di Kawasan Melayu

Sebelum kesultanan demak lahir, penyebaran agama islam dijawa sudah dilakukan baik
dari orang asing maupun bumi putera sendiri. Ada pun cara-cara penyebaran yang dilakukan
antara lain melalui pernikahan dengan wanita setempat, dakwah, pendidikan, dan kesenian.
Sebagai penyebaran agama islam, beberapa antaranya tergolong dalam wali songo, penyebaran
agama islam juga ditunjukan kepulau-pulau lain, seperti maluku, lombok, kalimantan, dan
sulawei, penyebaran tersebut dipelopori oleh para ulama, termasuk wali song, dan
mendapatkan dukungan dari para penguasa.

Hal semacam ini tampak dalam penyebaran islam misalnya dikalimantan selatan. Pada
tahap awalnya islam disebarkan dinusantara melalui jalur perdagangan, dalam arti islam
dibawa dan diperkenalkan pada masyarakat nusantara oleh para pedagang asing.

4
. http://ainalyakin123.blogspot.com/2016/01/makalah-islam-dan-peradaban-melayu.html

4
Kata melayu di dapat didokumen cina sejak tahun 644 M yg menceritakan pengiriman
utusan dari sumatera bagian selayab kecina. Menurut dokumen tersebut peziarah budha kecina
sudah dua kali dtang kedaerah ini pertama kejambi tahun 671 dan kedua kemelayu yang berada
disriwijaya.begitu juga catatan rahib budha I-Tsing menggunakan kata ma-lo-yu untuk tentang
dua kerajaan yang disinggahinya tahun 675 M yaitu kerajaan melayu disungai batanghari dan
kerajaan sriwijaya dipalembang. Pada catatan kesusasteraan cina juga menyebutkan bahwa,
pengembara yang singgah kenusantara mendapati bahasayang di tuturkan oleh penduduk
setempat bahasa KUN-LUN yang dipercaya oleh penyelidik sebagai bahasa melayu kuno.

Defenisi melayu menurut etimologi menurut beberapa pendapat adalah kata melaya
kependekatan himalaa yaitu tempa himalaya yaitu tempat bersaji, kata melayapura menunjuk
kota melayu atau kerajaan melayu,dalam kata bahassa jawa kuno kata melayu bermaksud
mengembara atau pergi kemana-mana, Van der tuuk menyebutkan kata melayu berarti
menyeberang yang merujuk kepada orang melayu yang melayu menyeberang atau menukar
agama mereka dari agama hindu-budha kepada agama islam.

Pengertian yang sempit yaitu dikatakan melayu dengan ciri-ciri yang lazim berbahasa
melau, kebudayaan melayu dan beragama islam seperti beragama islam seperti dikemukakan
pelembagaan malaysia perkara 13. Sedangkan berdasarkan etnik dengan berbhasa melayu dan
kebudayaan melayu walapun tidak beragama islam yaiu oraang-orang melayu seperti yang
terdapat dalam pelembagaan malaysia,orang-orang melayu yang mendiami kawasan selatan
thai, pesisir Sumatra Utara (Medan, Deli, Serdang, Palembang, Riau, dan Lingga)

Pengertian luas melayu lebih mengutamakan ras dan peradaban maka dikemukakan lah
konsep dunia melayu hampir setiap masyarakat melayu memiliki dan mengklaim pengertian
melayu secara geografis,ras,dan budaya menuru sifat dan keadaan mereka diberbagai tempat
mereka diasia tenggara, ini karna banyaknya pengertian melayu dan sedikit pengertian itu
bermakna sama.maka sampai saat inipun pengertia istilah melayu secara khas masih berbeda.
Namun paling tika dapat mengambil suatu garisan bahwa melayu menujuk satu bangsa,
wilayah, suku, kerajaan, peradaban, dan lain-lain yang berhubungan dengan melayu.

- Masuknya Islam diwilayah Melayu

Sebenarnya yang disebut melayu bukanlah suau komunitas etnik atau suku bangsa.
Namun dalam hal ini masyarakat merupakan kumpulan etnik-etnik serumpun yang menganut
agama yang sama dengan menggunakan bahasa yang sama. Etnik-etnik serumpun yang lain

5
pada umumnya menempati suatu daerah tertentu. Dimanapun berada bahasa dan agama mereka
sama, melayu dan islam.kepulauan melayu merupakan gerbang masuk terdapat bagi pelayaran
ketimur. Karna itu tidak heran jika kerajaan-kerajaan islam awal seperti samudra pasai.

Masuknya islam dimelayu menurut beberapa ahli ada beberapa teori yaitu

a. Islam datang langsung dari arab tepatnya hadramaut sekitar abad 7 M.

b. Islam datang ketanah melayu dari india yang bermazhab syafiin yakni dari gujarat,
sia tenggara melalui perdagangan karna banyak ditemukan kota pelabuhan dan pusat-
pusat perdagangan.

c. Islam datang dari benggali yang anak keturunan mereka menyebar kepasai islam
datang pertama kali disenanjung melaya pada abad ke-11 melalui kantong phanrang
(vietnam).

Adapun masuknya islam dimasyarakat melayu dimadagaskar dibawa oleh pedagag arab
dan masyarakat melayu dari nusantara.kedatangan islam ketanah melayu secara damai diserap
baik-bai hamir seluruh kalangan bahkan menjadi peroses islamisasi dari berbagai sendi
kehidupan seperti dalam hal politik telah menggubah kerajaan melayu dengan sistem
kesultanan.dalam hal ini Azyumardi azra dalam bukunya diasia tenggara mengemukakan
“dengan kedatangan islam entitas politik melayu kemudian secara variatif disebut ”kerajaan
dan kesultanan”. Bahkan gelar sultan diperoleh dari pengguasa tertentu ditimur tengah dan
penguasa islam di Turki. Istilah-istilah dan jabatan politik pun sarat dengan identitas politik
islam.

Dalam bidang hukum kerajaan atau kesultanan melayu pun mengadopsi dan menerakan
hukum islam diwilayah kekuasaan masing-masing.misal hukum potong tangan atau potong
kaki bagi pencuri pada kerajaan di Aceh, Brunai, Banten, dan beberapa kesultanan
disemenanjung malaya. Selain itu juga hukuman keras diberlakukan pada kejahatan seksual
misal dikesultanan Pattani seorang bangsawan yang menghukum mati anak perempuan yang
terbukti melakukan pelanggaran seksual. Di Kesultanan jambi mewajibkan rakyatnya memakai
pakaian panjang. Begitu juga di Makassar kaum perempuan diwajibkan memakai pakaian
model arab. Selain itu kaum lelaki yag telah menjadi muslim diperintahkan untuk berambut
pendek.

6
Di dalam Makalah ini, kami telah merangkum beberapa rangkaian riset sejarah
mengenai awal dari terbentuk nya entitas atau pun embrio politik pemerintahan berupa kerajaan
Islam yang berhasil menjadi perintis ataupun pusat awal kehidupan politik Islam di wilayah
Melayu, di antara nya Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina.

1. Indonesia

Sampai saat ini waktu kedatangan islam diindonesia belum diketahui secara pasti.dan
memang sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan mulai diterima oleh suatu komunitas
tertentu. Disamping wilayah Nussantara yang luas dengan banyak daerah perdagangan yang
memungkinkan terjadinya kontak dengan orang asing, mengakibatkan suatu daerah mungkin
lebih awal menerima pengaruh islam dari pada daerah lain.

Di Indonesia sendiri yang menjadi pusat perdagangan karena merupakan wilayah yang
sangat sangat strategis yang menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang di hampit atau
wilayah sebagai pertemuan antara dua lautan luas yakni Samudra Hindia dan juga Samudra
Pasifik, juga dua benua yakni Australia dan Asia, sehingga setiap yang di bawa oleh para
pelancong atau penjelajah pasti singgah atau memutuskan tinggal di wilayah Indonesia khusus
nya wilayah pesisir pantai karena merupakan jalur utama perdagangan pada saat itu. Tak heran
ujung Sumatera atau wilayah Utara tepat nya menjadi wilayah pertama yang di masuki
saudagar atau para dai yang kemudian menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut.

1. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai bermula dari penyebaran agama Islam di kawasan Melayu
pada abad ke-7 dan ke-8. Penyebaran agama Islam ini diawali oleh para pedagang Arab yang
datang untuk berdagang di kawasan tersebut. Mereka membawa ajaran Islam dan
memperkenalkannya kepada penduduk setempat. Beberapa penduduk Melayu yang menerima
ajaran Islam kemudian pergi ke Arab untuk mempelajari lebih dalam tentang agama tersebut.

Pada awal abad ke-13, telah ada sebuah kerajaan Islam bernama Perlak yang berdiri di
kawasan yang sekarang menjadi Aceh. Raja Perlak saat itu bernama Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat, yang dikenal sebagai seorang penguasa yang bijaksana dan
adil. Namun, pada tahun 1267, Kerajaan Champa di Vietnam menyerang Perlak dan berhasil
mengalahkan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat. Setelah
kekalahan itu, para pengungsi dari Perlak lalu mencari tempat yang lebih aman untuk tinggal.

7
Para pengungsi tersebut kemudian menemukan sebuah pulau kecil di ujung utara
Sumatera yang merupakan wilayah dari Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini didirikan oleh
seorang yang bernama Sultan Malikul Saleh.

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang didirikan di wilayah Melayu.
Sebagai kerajaan Islam besar pertama di wilayah Melayu, tentu Samudera Pasai menjadi pusat
perkembangan Islam di wilayah Melayu. Sultan Malikul Saleh sendiri merupakan seorang
muslim yang taat dan memperhatikan perkembangan Islam di kerajaannya.

Sultan Malikul Saleh menetapkan hukum-hukum Islam sebagai hukum negara dan
memerintahkan penduduk untuk mematuhi ajaran Islam. Selain itu, Sultan Malikul Saleh juga
membangun masjid-masjid dan sekolah-sekolah agama di seluruh kerajaannya. Hal ini
membuat Samudera Pasai menjadi pusat pendidikan Islam yang terkenal di wilayah Melayu.

Kerajaan Samudera Pasai juga terkenal sebagai pusat perdagangan. Pasai adalah
pelabuhan penting yang menghubungkan perdagangan di Melayu dengan perdagangan di India,
Cina, dan Timur Tengah. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan menjadi
tempat yang strategis.

Adapun Sistem pemerintah yang digunakan oleh kerajaan Samudera Pasai adalah
sistem pemerintahan monarki dengan pemerintah dipimpin oleh seorang sultan yang
memerintah secara turun-temurun. Dalam perkembangannya juga Samudera Pasai memliki
kerajaan bawahan atau vasal yang tunduk dibawah Sultan Samudera Pasai.

2. Kesultanan Perlak

Kesultanan Peureulak atau Kesultanan Perlak adalah kesultanan yang disebut-sebut


sebagai pemerintahan Islam pertama di Indonesia dan bahkan di wilayah Melayu. Kesultanan
Perlak merupakan kesultanan yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh
sekarang disebut-sebut antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292. Peureulak atau Perlak
terkenal sebagai suatu daerah penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk
pembuatan kapal, dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama "Negeri Perlak".

Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai
pelabuhan niaga yang maju pada abad ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain
berasal dari Arab dan Persia. Hal ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di daerah ini,
terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan

8
setempat. Karena zona wilayah yang strategis itu pula dalam waktu singkat bandar Perlak
dijadikan bandar utama di pantai timur Sumatera bagian utara. Wilayah tersebut terus tumbuh
dan berkembang hingga menjadi kota perdagangan internasional, yang banyak disinggahi
pedagang dari penjuru dunia, termasuk pedagang muslim.

Naskah Hikayat Aceh mengungkapkan bahwa penyebaran Islam di bagian utara


Sumatra dilakukan oleh seorang ulama Arab yang bernama Syeikh Abdullah Arif pada tahun
506 H atau 1112 M. Lalu berdirilah kesultanan Peureulak dengan sultannya yang pertama
Alauddin Syah yang memerintah tahun 520–544 H atau 1161–1186 M. Sultan yang telah
ditemukan makamnya adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat tahun 608 H atau 1211 M.

Buku Zhufan Zhi yang ditulis Zhao Rugua tahun 1225, mengutip catatan seorang ahli
geografi, Chou Ku-fei, tahun 1178 bahwa ada negeri orang Islam yang jaraknya hanya lima
hari pelayaran dari Jawa. Mungkin negeri yang dimaksudkan adalah Peureulak, sebab Zhufan
Zhi menyatakan pelayaran dari Jawa ke Brunei memakan waktu 15 hari. Eksistensi negeri
Peureulak ini diperkuat oleh musafir Venesia yang termasyhur, Marco Polo, satu abad
kemudian. Ketika Marco Polo pulang dari Tiongkok melalui laut pada tahun 1291, dia singgah
di negeri Ferlec yang sudah memeluk agama Islam.

Sultan Pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang
beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat, yang
membangun Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Beliau mengubah nama
ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya,
Putri Meurah Mahdum Khudawi, yang belakang sekali dimakamkan di Paya Meuligo,
Peureulak, Aceh Timur.

Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah,
arus Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi
perang saudara sela kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak telah
tersedia sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan
Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari arus Syiah naik tahta. Pada belakang
pemerintahannya terjadi lagi pergolakan sela kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan
oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.

Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum
Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat

9
tahun sela Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi
dua bagian:

Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988),
dan Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah
Johan Berdaulat (986 – 1023).

Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal sewaktu Kerajaan Sriwijaya


menyerang Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan
Sriwijaya sampai tahun 1006.

Pada saat Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin
Shah II Johan Berdaulat (memerintah 1230 – 1267), beliau menjalankan politik persahabatan
dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:

1. Putri Ratna Kamala, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad
Shah (Parameswara).

2. Putri Ganggang, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al Malik Al-
Saleh.

Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul
Aziz Johan Berdaulat. Pada tahun 1267, Kerajaan Champa di Vietnam menyerang Perlak dan
berhasil mengalahkan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat. Setelah
kekalahan itu, para pengungsi dari Perlak lalu mencari tempat yang lebih aman untuk tinggal.
Kemudian para pengungsi tersebut menemukan sebuah pulau kecil di ujung utara Sumatera.
Pulau itu dinamakan Pulau Samudera atau Pulau Pasai. Setelah Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera
Pasai di bawah pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir bin
Al Malik Al-Saleh yang merupakan anak dari menantu Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat atau Sultan ke-17 dari kerajaan Perlak. 5

5
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Sejarah Perkembangan Islam di
Thailand” Penulis : Lukman Hadi Subroto.

10
2. Malaysia

1. Kerajaan Kedah Tua

Kerajaan Islam pertama yang ada di Malaysia adalah Kerajaan Kedah Tua. Kerajaan
ini didirikan pada abad ke-5 oleh seorang raja bernama Phra Ong Mahawangsa, yang berasal
dari wilayah Melayu Tua. Kerajaan Kedah Tua adalah kerajaan Hindu-Buddha yang kemudian
beralih menjadi kerajaan Islam pada abad ke-12. Pada masa itu, Kerajaan Kedah Tua menjadi
pusat agama Islam di wilayah Melayu.

Pada awalnya, Islam masuk ke Kerajaan Kedah Tua melalui pedagang Arab dan India
yang melakukan perdagangan dengan kerajaan tersebut. Namun, pengaruh Islam semakin kuat
ketika Raja Kedah Tua yang ke-9, Raja Merong Mahawangsa, memeluk agama Islam pada
abad ke-12. Sejak itu, Kerajaan Kedah Tua menjadi kerajaan Islam pertama di Malaysia dan
wilayah Melayu. Raja-raja Kedah Tua memerintah dengan mengikuti prinsip-prinsip agama
Islam, dan banyak dari mereka membangun masjid-masjid dan memperkenalkan ajaran-ajaran
Islam ke dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, pada abad ke-15, Kerajaan Kedah Tua mengalami kemunduran karena
serangan dari kerajaan-kerajaan lain di wilayah Melayu. Kerajaan ini kemudian digantikan oleh
Kerajaan Kedah yang baru, yang masih ada hingga saat ini. Meskipun Kerajaan Kedah Tua
tidak lagi berdiri, namun warisan budaya dan agama Islam yang diperkenalkan oleh kerajaan
ini masih terus hidup di Malaysia dan wilayah Melayu hingga saat ini. Dalam sejarah, Kerajaan
Kedah Tua menjadi tonggak penting dalam perkembangan Islam di Malaysia dan Asia
Tenggara.

Adapun Sistem pemerintahan kerajaan Kedah Tua didasarkan pada prinsip monarki
yang berdaulat. Raja atau Sultan Kedah Tua adalah kepala negara dan kepala pemerintahan
yang memerintah kerajaan. Selain itu, terdapat pula Dewan Undangan Negeri yang bertugas
untuk memberikan nasihat dan membantu Raja dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan.

Sistem pemerintahan Kerajaan Kedah Tua terdiri dari beberapa komponen, antara lain:

1. Raja atau Sultan

11
Raja atau Sultan adalah kepala negara dan kepala pemerintahan yang memerintah
kerajaan. Raja memiliki kekuasaan tertinggi dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan tata kelola kerajaan.

2. Dewan Undangan Negeri

Dewan Undangan Negeri adalah badan legislatif yang terdiri dari sejumlah anggota
yang dipilih oleh Raja atau Sultan Kedah Tua. Anggota dewan ini bertugas untuk memberikan
nasihat dan membantu Raja dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan.

3. Pegawai Kerajaan

Pegawai Kerajaan adalah para pejabat yang bertanggung jawab atas tata kelola
pemerintahan dan pembangunan di wilayah kerajaan. Mereka melaksanakan keputusan Raja
atau Sultan dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan negara serta administrasi
pemerintahan.

4. Masyarakat

Masyarakat adalah warga negara yang tinggal di wilayah kerajaan Kedah Tua. Mereka
memiliki peran penting dalam memelihara keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan wilayah
kerajaan.

Sistem pemerintahan Kerajaan Kedah Tua juga memiliki aturan dan norma yang harus
diikuti oleh seluruh komponen yang ada. Seluruh kebijakan dan tindakan pemerintah harus
sesuai dengan aturan dan norma tersebut.

3. Brunei Darusalam

Islam menjadi agama dibrunei ketika rajanya Awang Alak Betatar masuk islam dan
berganti nama menjadi sultan Muhammad syah tahun 1406-1408. Lalu seluruh istana masuk
islam. Kemudian islam berkembang pesat ketika Brunei mengambil alih pusat penyebaran
islam, kebudayaan islam dan perdagangan ketika malaka jatuh oleh portugis tahun 1511
yange menyebabkan para mubaligh dan pemuka agama Islam atau Ulama banyak yang
berpindah tempat ke wilayah Brunei Darussalam.

1. Kesultanan Brunei

12
Menurut catatan sejarah, kerajaan Brunei telah ada sejak abad ke-7 Masehi. Pada saat
itu, wilayah ini masih menganut agama Hindu sebagai agama kerajaan. Menurut para ahli,
Islam mulai masuk ke wilayah Brunei Darussalam pada sekitar tahun 977. Adapun yang
mengislamkan Brunei Darussalam kala itu adalah para pedagang Muslim yang berasal dari
China. Kedatangan mereka mampu menyebarkan Islam hingga berkembang selama beberapa
abad setelahnya. Pesatnya perkembangan Islam dibuktikan dengan Raja Awang Alak Betatar,
yang masuk Islam pada 1406, dan mengubah namanya menjadi Sultan Muhammad Shah
menjadikannya raja Islam Brunei Darussalam yang pertama. Dan pada masa kekuasaan Sultan
Brunei ke-5, Sultan Bolkiah, Brunei menjadi kerajaan yang kuat dan meliputi seluruh Borneo
dan sebagian Filipina, terutama pulau Mindanao

Sultan Muhammad Shah memimpin Brunei selama 10 tahun, dan pada masa
pemerintahannya, ia memperkenalkan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Hal ini
mengakibatkan banyak orang Brunei yang memeluk Islam dan membuat Islam semakin
berkembang di wilayah ini.

Setelah Sultan Muhammad Shah meninggal, putranya yang bernama Sultan Ahmad
menjadi sultan kedua dari kerajaan Brunei. Ia memerintah selama 35 tahun dan berhasil
mengembangkan ekonomi kerajaan dengan membuka hubungan dagang dengan negara-negara
tetangga. Selama masa pemerintahannya, Brunei menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia
Tenggara.

Adapun Sistem Pemerintahan Kerajaan Islam tertua di Brunei memiliki sistem


pemerintahan monarki absolut. Artinya, kekuasaan tertinggi berada di tangan seorang sultan
atau raja, yang memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh wilayah dan rakyatnya. Sultan atau raja
dianggap sebagai pemimpin politik dan spiritual kerajaan.

Sultan atau raja Brunei dibantu oleh Dewan Pengadilan Tinggi, yang terdiri dari para
menteri dan penasihat yang dipilih oleh sultan. Dewan ini bertanggung jawab atas kebijakan
pemerintah dan membantu sultan dalam mengambil keputusan strategis untuk kepentingan
kerajaan.

Selain itu, sistem pemerintahan di Brunei juga mencakup sistem birokrasi yang terdiri
dari berbagai jabatan seperti wazir, bendahara, penghulu, dan banyak lagi. Setiap jabatan
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, dan masing-masing dipilih oleh sultan.

13
Di samping itu, Brunei juga memiliki sistem pengadilan Islam yang berbeda dari sistem
pengadilan sipil. Sistem pengadilan Islam di Brunei didasarkan pada hukum syariah dan
dipimpin oleh seorang hakim yang ahli dalam hukum.

4. Thailand

1. Kerajaan Pattani Darussalam

Umat Muslim adalah minoritas di Thailand. Di Negeri Gajah Putih tersebut, para
pemeluk Islam umumnya ditemui di beberapa provinsi, seperti Pattani, Yala, Narathiwat, Satun,
dan Songkhla. Provinsi-provinsi itu dulunya termasuk dalam wilayah Kerajaan Pattani Raya,
kesultanan Melayu yang berdiri pada sekitar abad ke-15.

Para ahli sejarah mengungkapkan bahwa ada beberapa teori tentang awal masuknya
Islam di Thailad.

Salah satu teori menyebut bahwa Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10, melalui
pedagang Arab. Teori lain menyebut bahwa Islam masuk ke Thailand dibawa oleh Kerajaan
Samudra Pasai di Aceh. Ada pula pendapat lain yang mengemukakan bahwa Islam masuk
Thailand bahkan sebelum Kerajaan Thailand berdiri, yakni pada abad ke-9. Hal itu dibuktikan
dengan temuan lukisan kuno yang menggambarkan Muslim Arab di Ayuthaya, sebelum
berdirinya Kesultanan Pattani. Teori lain menjelaskan bahwa penyebaran Islam di Asia
Tenggara merupakan misi dakwah masa Khalifah Umar bin Khattab.

Secara historis, Islam menyebar di Asia Tenggara melalui Malaka, Aceh, Semenanjung
Malaya, dan Siam di Thailand. Dikalangan para ahli belum ditemukan kesepakatan tentang
kapan awal mula masuknya Islam di Thailand. Namun, sebagaimana dinyatakan Chapakiya,
para ahli sepakat bahwa wilayah Thailand yang pertama sekali dimasuki Islam adalah Patani.
Dalam sejarah Islam di Thailand, negeri Patani pernah eksis sebagai sebuah kerajaan Islam
yang masyhur yang diberi nama Patani Darussalam. Pada pertengahan abad ke-18 dan awal
abad-19, Patani benar-benar menjadi pusat dan gedung agama Islam terbesar yang berperanan
di Asia Tenggara, bahkan telah melahirkan ulama-ulama besar yang perannya masih dirasakan
sampai sekarang.

Sebelumnya, Pattani merupakan kerajaan Hindu bernama Langkasuka, yang pernah


menjadi kerajaan Buddha setelah ditaklukkan Sriwijaya. Setelah beberapa abad berkuasa,

14
Kerajaan Pattani kemudian masuk Islam pada awal abad ke-16 ketika rajanya menjadi Muslim.
Raja Pattani pertama yang masuk Islam adalah Phya Tuk Naqpa, yang kemudian mengganti
namanya menjadi Sultan Ismail Syah. Ketika Sultan Ismail Syah masuk Islam, banyak rakyat
Pattani yang kemudian menjadi pemeluk Islam pada sekitar tahun 1457. Hal itu menjadi tanda
bahwa Islam berkembang di Pattani, dan sejak saat itu, Islam menjadi agama resmi di
Kesultanan Pattani. Pada abad ke-17, ditemukan bahwa Kesultanan Pattani telah menerapkan
kebijakan dengan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam. Hal ini kemungkinan pengaruh
dari hubungan yang intensif antara Asia Tenggara dengan para pedagang dari Arab. Pattani
kemudian menjadi salah satu pusat pengajian tamadun berunsur sastra Islam dan keilmuan
yang melahirkan ulama-ulama terkemuka. Selain itu, Pattani juga menjadi disegani sebagai
tempat kegiatan Islam yang mengajarkan hukum Islam berlandaskan Al-Qur’an dan hadis.
Sistem pendidikan Islam di Pattani juga berkembang dengan meniru sistem asrama atau
pesantren seperti di Timur Tengah. Sistem pendidikan pesantren tersebut banyak dibangun oleh
para tokoh ulama Pattani. Selain membangun pesantren, para tokoh ulama juga membangun
masjid.6

5. Filipina

Sumber-sumber Islam memberikan informasi bahwa masuknya Islam di Filipina sekitar


tahun 1365 M. Langkah pertama dimulai dengan datangnya orang Islam di Mindanao pada
awal abad ke 14. Di Pulau Sulu penyebar Islam pertama bernama Masha’ika tahun 1365.

Langkah kedua yakni Syarif Makhdin tahun 1381, yang membawa masuknya Islam ke
wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Beliau
adalah seorang tabib dan ulama Arab yang juga disebut Karimul Makhdum yang tercatat
sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut.

Langkah ketiga Raja Bagindo seorang bangsawan Minangkabau datang bersama


pengikutnya tahun 1390 dan beliau diangkat sebagai pemimpin setempat. Kemudian Syarif
Abu Bakar datang pada tahun 1434 yang merupakan seorang arab dari Johor, Malaysia yang
kemudian menikahi anak dari Raja Bagindo lalu beliau diangkat sebagai raja dan mulailah

6 Kompas.com “Sejarah Perkembangan Islam di Thailand” penulis: Lukman Hadi Subroto

15
kesultanan Sulu dan beliaulah yang pertama mendirikan pemerintahan Islam di sana. Di bawah
pemerintahan syarif Abu Bakar hampir seluruh Filipina dikuasai Islam.

Lalu Syarif Muhammad bin Ali datang dari Johor tahun 1486 M dan dinobatkan
menjadi raja di Mindanao dengan gelar Sultan Mangendanao. Melalui jalur dagang Islam
menyebar di utara. Pada tahun 1521 sebuah pemukiman Islam berdiri di Manila dan sebuah
lagi di Tondo.

Dari sini dapat dilihat bahwa telah terjadi asimilasi. Berbagai suku dan bangsa datang
ke Filipina waktu itu. Seperti adanya bangsa Arab datang, bangsa Melayu, sehingga dapat
dipastikan bahwa terjadi pembauran budaya yang diikat dengan satu kepercayaan yaitu Islam.
Waktu itu, di kepulauan Filipina terdapat banyak kerajaan dan kaum muslim menduduki posisi-
posisi penting di dalamnya. Mereka juga menguasai sebagian besar kerajaan meskipun
mayoritas penduduknya beragama pangan tetapi mereka sangat dihormati dan dihargai
penduduk pangan karena dianggap pantas menduduki pos-pos penting. Itu semua tak lain
karena kaum muslim dikenal berkepribadian menarik, berpendidikan giat dan amanah. Di
antara kerajaan yang masyhur kala itu adalah kerajaan Sulu, Manila, dan Mindanao. Penting
untuk diingat bahwa Manila (Ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata “amanillah” atau
yang berarti “kota yang berada di bawah Perlindungan Allah” ini menandakan betapa besarnya
pengaruh Islam-Arab di Filipina.

1. Kesultanan Sulu

Kesultanan Sulu adalah sebuah pemerintahan Muslim yang pernah menguasai Laut
Sulu di Filipina Selatan. Kesultanan ini didirikan pada tahun 1450. Pada zaman
kegemilangannya, negeri ini telah memperluas perbatasannya dari Mindanao hingga bagian
timur negeri Sabah (sekarang bagian dari Sabah dan Kalimantan Utara).

Kesultanan Sulu didirikan pada 17 November 1450 oleh seorang penjelajah kelahiran
Johor dan ulama Sharif ul-Hashim. Paduka Mahasari Maulana al Sultan Sharif ul-Hashim
menjadi nama lengkap pemerintahannya, Sharif-ul Hashim adalah singkatannya. Dia menetap
di Buansa, Sulu. Setelah perkawinan Abu Bakar dan dayang-dayang (putri) setempat
Paramisuli, ia mendirikan kesultanan. Kesultanan memperoleh kemerdekaannya dari
Kekaisaran Brunei pada tahun 1578.

Dalam Kakawin Nagarakretagama, negeri Sulu disebut Solot, salah satu negeri di
kepulauan Tanjungnagara (Kalimantan-Filipina) yaitu salah satu kawasan yang menjadi daerah

16
pengaruh mandala kerajaan Majapahit di Nusantara. Negeri Sulu terletak di lepas pantai
Kepulauan Nusa Utara, Sulawesi Utara. Wilayah Kesultanan Sulu saat ini pernah berada di
bawah pengaruh Kekaisaran Brunei sebelum memperoleh kemerdekaannya sendiri pada tahun
1578. Setelah itu, permukiman paling awal yang diketahui di daerah ini segera ditempati oleh
kesultanan yang berada di Maimbung, Jolo. Pada waktu itu, Sulu dipanggil dengan nama Lupah
Sug.

Pada tahun 1380, seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makdum memperkenalkan
Islam di Kepulauan Sulu. Kemudian tahun 1390, Raja Bagindo yang berasal dari Minangkabau
melanjutkan penyebaran Islam di wilayah ini. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah
mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu. Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari
Johor yaitu Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan
Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan
pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, ia memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu
dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashim Abu Bakr". Gelar
"Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang
Dipertuan. Pada tahun 1703, Kesultanan Brunei menganugerahkan bagian timur Sabah kepada
Kesultanan Sulu atas bantuan mereka menumpas pemberontakan di Brunei. Pada tahun yang
sama, Kesultanan Sulu menganugerahkan Pulau Palawan kepada Sultan Qudarat dari
Kesultanan Maguindanao sebagai hadiah perkawinan Sultan Qudarat dengan puteri Sulu dan
juga sebagai hadiah persekutuan Maguindanao dengan Sulu. Sultan Qudarat kemudian
menyerahkan Palawan kepada Spanyol.

2. Kesultanan Mindanao

Kesultanan Maguindanao yaitu sebuah pemerintahan Melayu Islam yang memerintah


sebagian Mindanao di Filipina selatan. Pengaruh kesultanan ini mengembang dari
semenanjung Zamboanga ke teluk Sarangani. Di masa keemasannya, kesultanan ini
memerintah seluruh Mindanao dan juga pulau-pulau yang berdekatan.

Pendiri kerajaan ini adalah Shariff Mohammed Kabungsuwan yang berasal dari Johor
yang awal nya memperkenalkan agama Islam di tanah ini pada abad ke-12. Menurut tradisi
Maguindanao, Muhammad Kabungsuwan adalah anak dari Syarif Zainal Abidin, seorang
keturunan Arab yang menetap di Johor, dengan salah seorang putri dari Sultan Johor. Mereka
memiliki tiga orang anak: Ahmad yang berdakwah ke Brunei, Alawi yang berdakwah ke Sulu,
serta yang termuda Muhammad Kabungsuwan.

17
Muhammad Kabungsuwan datang dari Johor dan tiba di Malabang, Cotabato, pada
tahun 1475. Ia datang bersama Suku Samal-Bajau yang sudah beragama Islam, dan dengan
bantuan mereka berhasil mengatasi perlawanan penduduk asli setempat. Selain Suku Samal-
Bajau, upaya Muhammad Kabungsuwan juga dibantu oleh Tabunaway, seorang datu setempat.
Setelah berhasil menguasai Lembah Cotabato, Muhammad Kabungsuwan menetap di sana
sedangkan Suku Samal-Bajau berpindah terus ke Teluk Sarangani dan Teluk Davao.

Muhammad Kabungsuwan selanjutnya menikahi putri-putri datu atau kepala suku


setempat. Banyak penduduk asli di sekitar Lembah Cotabato kemudian memeluk Islam, di
antaranya adalah suku-suku Magindanao, Slangan, Matampay, Lusud, Katittwan, Simway, dan
lain-lain. Sebagian penduduk asli ada pula yang menolak bergabung dan menjauh ke
pegunungan, yang merupakan nenek moyang dari suku-suku asli Bilaan, Monobo, Subanun,
Tiruray, Tagabilis, dan lain-lain pada saat ini.

Pada sekitar tahun 1515, Syarif Kabungsuwan mendirikan Kesultanan Maguindanao.


Anak keturunan Muhammad Kabungsuwan dari putri-putri datu setempat melanjutkan upaya
penyebaran agama, sehingga suku-suku Iranun (pesisir Malabang) dan Maranao (danau Lanao)
secara keseluruhan juga telah memeluk Islam pada saat kedatangan kolonial Spanyol. Bekas
provinsi Shariff Kabunsuan di Filipina dinamakan berdasarkan namanya. Kesultanan ini jatuh
ke tangan Spanyol dengan raja terakhir yakni, Sultan Mastura Qudarat III dan akhir nya
berkesudahan menjadi sebagian dari Filipina. Sebelum jatuh ke tangan Spanyol perlu diketahui
bahwasanya lama sekali bagi Spanyol untuk menaklukkan wilayah Islam di bawah
pemerintahan kerajaan Sulu dan juga Kerajaan Mindanao karena berkat kegigihan dari para
pemimpin kaum muslimin bahkan pemimpin dari kapal Spanyol yakni Fernando de
Magellansh di bunuh oleh oleh pemimpin Islam kerajaan Sulu saat itu bernama Lapu-lapu,
bahkan jenazah nya pun di tahan dan tak di berikan kepada bangsa Spanyol. Bangsa Spanyol
pun sampai mengirim empat ekspidisi berikut nya untuk menaklukkan wilayah Islam. Karena
hal ini bangsa Spanyol memberikan julukan kepada muslim dengan sebutan “Moro”. 7

7Moro adalah istilah yang umumnya digunakan oleh para penulis eropa terhadap umat Islam d Afrika
Utara dan Andalusia Spanyol. Mulanya istilah tesebut digunakan orang-orang romawi kepada
penduduk Mauritania d Afrika Barat dengan sebutan Mauri (berasal dari bahasa Punisia berati Barat).
Kemudian orang-orang Spanyol meminjam istilah itu menjadi Moro untuk para pemeluk Islam yang
telah ditaklukkan negerinya. Dari Istilah ini kemudian orang Inggris menggunakan kata Moor sebagai
sebutan untuk kaum muslimin Spanyol dan Afrika Utara. Istilah Moro selanjutnya digunakan orang
Spanyol dan Afrika Utara. Istilah Moro selanjutnya digunakan orang Spanyol kepada umat Islam yang
dijumpainya di Filipina sewaktu mereka menaklukkan negeri tersebut.

18
C. Awal-Mula Terbentuknya Entitas Politik di Kawasan Melayu

Di Nusantara umumnya entitas atau masyarakat politik disebut kerajaan. A.C. milner
menyebutnya sebagai “kondisi memiliki seorang raja“, entitas politik islam ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari entitas politik pada masa-masa pra-islam, dimana raja-raja
mempunyai kedudukan yang sangat pentingdm dan sering dipandang sebagai pribadi yang
tercerahkan.

Dari berbagai sumber, disepakati bahwa budaya awal masyarakat Indonesia adalah
budaya yang identik dengan animisme dan dinamisme. Animisme ialah suatu paham dimana
setiap benda memiliki animus atau jiwa yang diyakini memiliki pengaruh bagi manusia, seperti
azimat-azimat, tongkat dan sebagainya. Sedangkan dinamisme ialah kepercayaan dimana
setiap benda memiliki kekuatan seperti gunung-gunung, batu-batu dan sebagainya. Pada
perkembangannya budaya yang mencirikan budaya primitif ini, mulai beralih ke budaya
Hindu-Budha, meminjam istilah dari Taufik Abdullah yang mengatakan bahwa pra-Islam
masyarakat terlebih dahulu mengalami yang namanya “Hindunisasi”, proses Hindunisasi ini
memberikan landasan yang kuat bagi pondasi kebudayaan masyarakat melayu. Tampilnya
Islam, sebagai agama dan kekuatan dagang di tanah melayu, tidak serta merta merusak
landasan ini, tetapi secara perlahan-lahan mengubah dasar ideologinya.

Abdul Karim dalam bukunya menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang berubah pasca
kedatangan Islam.

Pertama, dibidang ketuhanan, ditetapkan tauhid yang patut dipuja dan diyakini
memiliki kekuasaan Yang Maha Besar ialah Allah Yang Tunggal. Ke-dua, Manusia dihadapan
Allah SWT memiliki derajat yang sama, kemuliaan diperoleh apabila manusia bertawakal
kepada Allah SWT, dan taqwa menjadi ukuran kemuliaan. Ke-Tiga, kehidupan manusia dalam
masyarakat terikat dalam kesatuan dan persatuan yang terbagi-bagi menurut susunan
kemasyarakatan. Ke-empat, kehidupan bermasyarakat diatur oleh aturan-aturan yang dibuat
secara bersmusyawarah sesuai dengan kehendak bersama. Ke-lima, nikmat Allah yang tertuang
dilangit, bumi, dan diantara keduanya harus dinikmati secara merata.

Pada mulanya kedatangan Islam lebih menekankan atau memperhatikan unsur-unsur


yang berhubungan dengan keyakinan dan peribadatan atau ritual, tetapi pada
perkembangannya, Islam juga mengarahkan manusia untuk berbudaya, karena Islam

19
menganggap bahwa kebudayaan merupakan bagian dari agama. Seperti pernyataan Hargibb
yang dikutip oleh Nasir yang mengatakan bahwa “Islam is indeed much-morew than a system
of theology, it is complete civilization”, Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama,
ia adalah suatu peradaban yang sempurna, lebih lanjut Nasir menambahkan bahwa landasan
perdaban Islam adalah kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya, sementara landasan
kebudayaan Islam adalah agama, dalam Islam agama bukanlah kebudayaan, tetapi agama dapat
melahirkan kebudayaan.

Hal diatas bersesuaian dengan hasil kajian sebagian besar sarjana dan peneliti yang
mengkaji islam dikawasan nusantara, mereka sependapat bahwa sejak era formatif pada masa
awalnya, Islam memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah, sosial budaya, intelektual,
politik dan ekonomi Nusantara atau Asia Tenggara umumnya. Dalam konteks ini Judith Nagata,
ahli Islam Asia Tenggara, menyimpulkan bahwa “It is almost imposible to think of Malay
without reference to Islam”. Hal ini menjelaskan bahwa mustahil rasanya jika memikirkan
Melayu tanpa mengkaitkan dengan Islam. Begitu juga Ernest Gellner yang menyatakan Islam
telah menjadi cara hidup dan sebagai high culture oleh masyarakat muslim pribumi, termasuk
di nusantara. Setidaknya ke-dua ungkapan ini memberikan jawaban bahwa pernyataan “Dunia
Melayu adalah Dunia Islam dan Budaya Melayu adalah Budaya Islam”, bukanlah suatu
ungkapan yang berlebihan, tetapi memang landasan budaya masyarakat melayu pada saat itu
adalah Islam.8

KESIMPULAN

Islam datang dikawasan Melayu diperkirakan pada sekitar abad ke-7. Kemudian
mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal yang
diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. SAwal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang
antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir, Yaman, atau Teluk Persia)
atau dari daerah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar, dan Bangladesh), dengan kerajaan-
kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau dengan di Maja Pahit di Jawa.

8 http://devijulianti97.blogspot.com

20
Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-15 ditandai dengan
banyaknya pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka, Aceh, maupun di Jawa
seperti di pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak, dan sebagainya.

Pusat-pusat kekuatan ekonomi masyarakat Islam secara tidak langsung terlembagakan


dalam bentuk kota-kota dagang atau munculnya para saudagar muslim, baik di Malaka, Aceh,
maupun pesisir-pesisir pulau jawa. Saudagar-saudagar Arab, kelompok-kelompok sufi, dan
para mubaligh dari teluk persia, Oman maupun dari Gujarat-Persia tersebut atau dari berbagai
tempat lain dari Timur Tengah terus berakumulasi dengan kekuatan lokal, hingga terbentuknya
komunitas politik, yakni kesultanan pada abad ke-16. Dari sana para saudagar mendapat
perlingdungan dan semangat lebih untuk meneruskan langkah-langkah ekonomi dan
dakwahnya untuk menembus wilayah-wilayah Timur lainnya, seperti daerah-daerah Jawa,
serta daerah Maluku, seperti Ambon, Ternate, Tidore, dan seterusnya, termasuk Kalimantan,
pulau-pulau Sulu dan Filipina.

Sampai saat ini waktu kedatangan islam diindonesia belum diketahui secara pasti.dan
memang sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan mulai diterima oleh suatu komunitas
tertentu.disamping wilayah itu nusantara yang luas dengan banyak daerah perdagangan yang
memungkinkan terjadinya kontak dengan orang asing, mengakibatkan suatu daerah mungkin
lebih awal menerima pengaruh islam dari pada daerah lain. Beberapa ahli menyebutkan bahwa
berdasarkan berita cina dari dinasti tang, islam sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat
indonesia pada abad ke-VII-VIII M. beria tersebut meneceritakan bahwa orang ta-shih
mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan holing yang dipimpin ratu simo karena
pemerintah di holing sangat kuat.meskipun hal itu tidak dapat diartikan bahwa orang islam
belum menjejakan kakinya dibumi indonesia.namun paling tidak memungkinkan belum
terbentuknya komunitas muslim.

Sebenarnya yang disebut melayu bukanlah suau komunitas etnik atau suku bangsa.
Namun dalam hal ini masyarakat merupakan kumpulan etnik-etnik serumpun yang menganut
agama yang sama dengan menggunakan bahasa yang sama. Etnik-etnik serumpun yang lain
pada umumnya menempati suatu daerah tertentu. Dimanapun berada bahasa dan agama mereka
sama, melayu dan islam.kepulauan melayu merupakan gerbang masuk terdapat bagi pelayaran
ketimur. Karna itu tidak heran jika kerajaan-kerajaan islam awal seperti samudra pasai. Abad
ke-13 agama islam mulai berkembang pesat dikepulauan melayu, karena pada saat itu agama
hindu dan budha mengalami kemunduran pada peranan politiknya.yang ditandai dengan

21
mundurnya kerajaan sriwijaya dan swarnabumi dan dengan krisisnya ekonomi yang
membelitnya.

Daftar Pustaka

http://ainalyakin123.blogspot.com/2016/01/makalah-islam-dan-peradaban-melayu.html

Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi/Dr. Akbar S. Ahmed, Penerbit : ERLANGGA.

Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Bandung: Mizan, 2002).

http://ainalyakin123.blogspot.com/2016/01/makalah-islam-dan-peradaban-melayu.html

Kompas.com “Sejarah Perkembangan Islam di Thailand” Penulis : Lukman Hadi Subbroto.

http://devijulianti97.blogspot.com

Heru Susetyo (2009). The journal of a Muslim traveler: Sebuah jurnal perjalanan melintasi
Asia, Amerika, Eropa, & Australia. PT Mizan Publika.

SKI Fakultas Adab UIN Yogyakarta, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Yogyakarta:
Penerbit PUSTAKA, 2006.

Apipudin. (2008). Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.

22

Anda mungkin juga menyukai