NIM : 11200210000082
Kelas/Semester : C/4
SOAL
JAWABAN
2. Pada saat itu, kerajaan Islam mengalami masa kejayaan yang berlangsung di abad ke-
12 hingga abad ke-13. Terdapat faktor yang mempengaruhi kerajaan ini yaitu adanya
kesibukan perdagangan. Ditandai dengan munculnya kerajaan pertama, yaitu kerajaan
Samudera Pasai. Kerajaan ini merupakan kerajaan penyebar agama Islam di abad
11-12 yang dimana membuat jumlah penganut agama Islam melangkahi jumlah
penganut agama Hindu-Buddha. Lalu, Seiring perkembangan masa kejayaan
kerajaan islam, terdapat jaringan yang dimana menyebabkan tersebarnya kerajaan
Islam di nusantara, yaitu jaringan perdagangan dan jaringan keilmuan. Dalam
jaringan perdagangan, penyebaran Islam dan jaringan perdagangan dilewati oleh 2
jalur,
a. jalur darat (jalur sutra) yang memiliki tujuan para pedagang itu adalah ke
selat malaka, karena selat malaka itu strategis sehingga para pedagang dapat
melakukan penyebaran ke berbagai wilayah.
b. Jalur Laut juga bertujuan menuju ke selat malaka. Sedangkan jaringan
keilmuan, pada saat tersebarnya kerajaan-kerajaan Islam di nusantara,
pendidikan menjadi pusat perhatian karena politik digabungkan dengan
semangat para mubalig utk mengajarkan Islam. Hal itu merupakan sebuah
penunjang agar cepat tersebarnya agama Islam di berbagai wilayah.
Kemudian terdapat juga kerajaan-kerajaan yang menjadi pusat studi Islam yaitu:.
Samudera pasai
Kesultanan Banten,
Kesultanan Palembang.
Solidaritas dalam umat beragama : solidaritas itu sendiri merupakan sebuah rasa
kebersamaan, simpati, kesatuan kepentingan, semua itu sebagai salah satu anggota
dari suatu perasaan yang dimiliki suatu kelompok untuk kepentingan bersama.
Sedangkan umat beragama diartikan sebagai suatu kondisi sosial yang dimana
masing-masing masyarakatnya memiliki perbedaan agama, tetapi bisa dengan itu
mereka bisa hidup berdampingan tanpa mengurangi hak dasar nya. Di Indonesia
dicontohkan seperti toleransi agama yang ada di lingkungan masyarakat. Nah
dengan adanya toleransi yang terjadi antara masyarakat yang berbeda agama,
membuktikan bahwa adanya sikap keterbukaan antar sesama.
3. A. Teologi, Fiqh, dan Tasawuf ketiga bidang pemikiran ini telah melahirkan beragam
pandangan, pendapat, dan aliran. Dalam teologi, misalnya kita mengenal pandangan atau
aliran Sunni, Syi’ah, Khawarij dan lain-lain. Masing-masing melahirkan puluhan aliran
yang lain. Dalam fiqh kita mengenal mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Pada
masa awal aliran fiqh tidak hanya empat, melainkan puluhan. Beberapa di antaranya yang
masih sering dikutip pandangannya antara lain adalah Laits bin Sa’d, Al-Awza’i, Ibnu
Jarir al-Thabari, Daud al-Zhahiri, Sufyan al-Tsauri, Abu Tsaur dan Ibnu Syubrumah.
Semuanya mujtahid besar dari kalangan Sunni. Mereka juga mempunyai murid-murid
yang pendapatnya tidak selalu sejalan dengan guru mereka. Belum lagi aliran fiqh dari
kaum Syi’ah yang juga beragam. Demikian juga dalam tasawuf. Dalam bidang ini, kita
mengenal tiga aliran besar; Falsafi, Sunni dan Salafi. Masing-masing memiliki
pandangan, sejumlah aliran dan ratusan tokoh yang satu atas lain berbeda pendapatnya.
Beberapa tokohnya antara lain Hasan al Bashri, Rabi’ah al Adawiyah, al Hallaj,
Suhrawardi, al Ghazali dan Ibnu Arabi.
B. karena masyarakat muslim memiliki prinsip hidup bermasyarakat yaitu adanya
musyawarah, kesetaraan, tasamuh, amanah, adil dan tolong menolong.
4. - Tarekat dan tasawuf : dari temuan sejarah bahwa Islam masuk di Nusantara pada abad
ke 7 M sedangkan di Jawa pada abad ke 11 M. Tetapi pada saat itu Islam hanya menjadi
agama para pendatang. Kemudian terjadi proses islamisasi Nusantara secara besar-
besaran pada abad ke 14 atau awal abad 15. Abad ini bersamaan dengan masa keemasan
perkembangan tasawuf yang ditandai dengan munculnya aliran tarekat di Timur Tengah.
Kemudian tarekat menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Nusantara, melalui para
penyebar agama Islam. Pada akhirnya tarekat mencapai puncak yakni di abad ke 17-18,
yang bersamaan dengan orang-orang Jawa yang naik haji. Sampai saat ini tarekat tidak
kurang dari 44 tarekat yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
- Bahasa Arab : Penyerapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia bersamaan dengan
masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal itu terjadi karena pada umumnya hal yang
berkaitan dengan akidah (keimanan), syariat (ibadah), dan akhlak (perilaku) dinyatakan
dalam bahasa Arab. perkembangan kosakata dari bahasa Arab memiliki sejarah yang
panjang. Jika kosakata bahasa asing lainnya masuk ke Indonesia melalui media
perdagangan ataupun kekuasaan politik, kosakata bahasa Arab masuk ke dalam khazanah
pemakaian bahasa Indonesia melalui media agama Islam. Kosakata itu telah merasuki
berbagai sendi kehidupan masayarakat Indonesia sehingga tidak terasakan sebagai
kosakata bahasa asing. Contohnya seperti Nama shalat wajib lima waktu dipakai sebagai
penanda waktu, bahkan hingga kini dalam kehidupan masyarakat perdesaan jam penanda
waktu bukan kebutuhan utama.
- Jawi : adanya dampak dari penyebaran agama Islam di Indonesia adalah adanya
akulturasi bahasa Arab dengan bahasa Melayu. Maka dari itu, aksara jawi dapat diartikan
sebagai kombinasi aksara hasil akulturasi antara aksara Arab dengan bahasa Melayu di
Indonesia. Kemudian terdapat pula aksara jawi. Aksara jawi yaitu aksara campuran hasil
akulturasi aksara Arab yang terdiri dari 29 huruf dari "("اalif) sampai "("يya) dan
ditambah dengan huruf yang bukan huruf Arab yaitu “ca” ( )چ,’’nga”( )ڠ,’’pa”()ڤ, ‘’nya”
( )ڽ,’’ga” ( )ڬdan “va” ()ۋ. Huruf - huruf tersebut dibuat oleh orang Melayu dengan
menambahkann tanda diakritik sebagai pembeda bunyi untuk variasi fonem bahasa
Melayu.
- Pegon : aksara Pegon merupakan aksara yang berbahasa Jawa yang di tulis dengan
Aksara Arab. Penggunaan Aksara pegon ini bersamaan dengan penyebaran ajaran Islam
di Jawa yang dilakukan oleh para Ulama. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, kemudian
penggunaan aksara Arab sangat di butuhkan untuk mempelajari Al-Quran beserta
memahami Tafsirnya dan juga kitab-kitab Hadist, lalu para Ulama merumuskan dan
mengkombinasikan antara aksara Arab dengan bahasa Jawa yang sehari-hari digunakan
oleh masyarakat Jawa agar menyampaikan dan menyebarkan ajaran - ajaran Islam
tersebut dengan mudah di mengerti dan di pahami oleh masyarakat Jawa yang tidak
mengerti Bahasa Arab.
- Selametan : selametan diartikan sebagai salah satu adat atau budaya orang Jawa,
selametan juga dikenal sebagai ritual keagamaan yang terkenal bagi masyarakat Islam di
pulau Jawa. Selametan sudah menjadi kebutuhan masyarakat di pulau Jawa yang
bertujuan untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman dan bebas dari gangguan makhluk
yang nyata atau kasar.