Anda di halaman 1dari 6

MASYARAKAT MUSLIM BERBASIS KERAJAAN/KESULTANAN

Jaringan Kerajaan Dan Pembentukan Solidaritas Islam

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Masyarakat Muslim Indonesia)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum

Dr. Abd. Wahid Hasyim, MA

Disusun Oleh :

Yulfita Irpani ( 11200210000021 )

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
PEMBAHASAN

A. Islam di Nusantara
Islam yang ada di Nusantara adalah sebuah keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan
konteks islam di kawasan dunia lainnya. Bahkan jika keunikan tersebut dibandingkan
dengan Islam di kawasan Arab. Keunikan tersebut diurai dalam beberapa hal yaitu
jumlah pemeluknya yang terbanyak, adanya berbagai aliran ideologi, adanya berbagai
macam kultur-budaya, adanya berbagai macam ajaran, mampu berdampingan dengan
budaya asli dan lain sebagainya. Keunikan tersebut menjadikan Islam di Nusantara sejak
dulu sangat menarik untuk dipandang banyak orang dan masyarakat muslim. Islam di
Nusantara berbagai macam pernak-perniknya tersebut menarik minat banyak kalangan
terdidik untuk mempelajari dan mengkajinya. Mengkajinya dari berbagai aspek
keilmuannya. Salah satu pernak-pernik yang sangat menarik tersebut antara lain
mengenai sejarah masuknya Islam di Nusantara dan bagaimana perkembangannya.
Dalam hal perkembangan Islam, pada titik inilah Islam di Nusantara diibaratkan laksana
sebuah intan, yang pantulan cahayanya berpendar ke berbagai arah.
Islam dimulai di Nusantara melalui kehadiran individu-individu dari Arab atau penduduk
asli sendiri yang memeluk islam. Dengan akhirnya islam bisa menyebar ke beberapa
wilayah Nusantara.

B. Jaringan Keilmuan Di Nusantara


Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran dalam bidang politik, tradisi
keilmuannya tetap berlanjut. Samudera Pasai berfungsi sebagai pusat studi Islam di
Nusantara. Namun, ketika kerajaan Malaka telah masuk Islam, pusat studi keislaman
tidak lagi dipegang oleh Samudera Pasai. Kemudian Malaka ikut berkembang sebagai
pusat studi Islam di Asia Tenggara. Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh
Islam, terbukti adanya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai
ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Kemajuan ekonomi Kerajaan Malaka telah
mengundang banyak ulama dari Mancanegara.

Hubungan antar kerajaan Islam, misalnya Samudera Pasai, Malaka, dan Aceh
Darussalam, sangat bermakna dalam bidang budaya dan keagamaan. Ketiganya tersohor
12
dengan sebutan Serambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan pengajaran agama
Islam di Indonesia. Untuk mengintensifkan proses Islamisasi, para ulama telah
mengaang, menyadur dan menerjemahkan karya-karya keilmuan Islam. Sultan Iskandar
Muda adalah Raja yang sangat memperhatikan pengembangan pendidikan dan
pengajaran agama Islam. Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Goa di
Sulawesi Selatan pernah menuntut ilmu di Aceh sebelum melanjutkan ke Mekkah.
Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkili telah muncul ulama Minangkabau Syekh
Burhanuddin Ulakan yang terkenal sebagai pelopor pendidikan Islam di Minangkabau.
Karya-karya susastra dan keagamaan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam.

Kerajaan-kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu
Islam. Hal itu menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.di Banten,
fungsi kerajaan sebagai lembaga pendidikan sangat mencolok. Pada abad ke-17, Banten
sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di Pulau Jawa. Para ulama dari berbagai
Negara menjadikan Banten sebagai tempat untuk belajar.

Di Palembang, kerajaan (keraton) juga difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu agama.
Sultan Palembang yang mendorong perkembangan intelektual keagamaan, seperti Sultan
Ahmad Najamuddin (1757-1774) dan Sultan Muhammad Baha’uddin (1774-1804). Pada
masa pemerintahan mereka, telah muncul banyak ilmuan asal Palembang yang produktif
melahirkan karya-karya ilmiah keagamaan. Berkembangnya pengajaran Islam, telah
berhasil menyatukan wilayah Nusantara yang sangat luas.

C. Capaian Peradaban Islam di Nusantara


Nusantara merupakan salah satu peradaban kuno yang ada di dunia. Peradaban ini
dibangun sejak sebelum masehi dengan bukti adanya sebuah kerajaan kuno yang
bernama Kerajaan Kandis yang berkuasa di wilayah Lubuk Jambi, Riau. Kerajaan ini
meninggalkan jejak-jejak arkeologis yang berada di tengah hutan adat Lubuk Jambi.
Jejak arkeologis tersebut berwujud batu-batu kuno diduga sebagai pagar batas kerajaan,

1
Nor Huda, Islam Nusantara…hlm.32
2
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Yogyakarta:penerbit pustaka, 2006), hlm.33
tiang batu diduga sebagai menara kerajaan dan goa yang diduga sebagai pintu gerbang
kerajaan.
Kerajaan Kandis adalah Kerajaan Tertua yang di temukan oleh para arkeolog dan
sejarawan. Jika ditelusuri lebih lanjut, kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara,
dari berbagai suku dan agama, dimulai kerajaan Kandis sampai terakhir Kesultanan
Langkat di sumatera Utara yang berdiri pada 1877 M, maka ada sejumlah 75 kerajaan.
Kerajaan-kerajaan tersebut menyebar ke seantero Nusantara dengan berbagai wujud
peradabannya masing-masing.
Akan halnya tentang peradaban Islam di Nusantara yang ada sejak abad 1 Hijriah atau 7
Masehi, ia berdampingan erat dengan peradaban asli Nusantara. Selama ini yang kita
ketahui bahwa hadirnya Islam tidak pernah mengelimnir bahkan mengganti peradaban
yang sudah ada di daerah dakwah Islam. Islam sebagai budaya dan ajaran selalu
berdampingan erat, dan bisa dikatakan beberapa ada yang saling bersinkretik. Keduanya
saling berakulturasi dengan mesra, sebab dakwah Islam di Nusantara bernuansa
kedamaian.
Karena berdampingan itulah, pemandangan sampai detik ini menunjukkan bahwa budaya
asli daerah masih lestari. Begitu pula dengan Islam sebagai peradaban juga
menampakkan wajahnya dengan cantas.

D. Sistem Solidaritas ( Ashabiyah )


Sistem Solidaritas yang dibangun dalam sebuah wilayah kemudian menjadi kerajaan atau
Negara idealnya harus diikat dengan sistem nilai keagamaan. Aristokrasi yang dibangun
dengan pondasi agama akan memiliki kekuatan lebih merubah fungsi pemimpin Negara
(khalifah) dari mengekang kekuatan sosial menjadi kekuatan untuk menjaga syariah
agama.
Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa ketika peradaban telah sampai pada peradaban
kerajaan (Umran) maka akan muncul sifat alamiah manusia yang akan membahayakan
Negara tersebut. Beberapa sifat tersebut yaitu :
Pertama, terpusatnya kepemimpinan ditangan seseorang. Ketika kepemimpinan telah
terpusat pada seseorang yang berasal dari golongan terkuat dari kelompok solidaritas
islam (Ashabiyah).3
Kedua, keberhasilan dalam melakukan penaklukan berdampak pada kekayaan dan
kenikmatan serta melemahnya solidaritas (Ashabiyah), keberanian dan hidup dalam
kondisi yang lapang dan cukup.
Ketiga, munculnya sifat kepatuhan dan malas. watak Negara adalah menerapkan
peraturan dan menuntut kepatuhan kepada seluruh rakyatnya. Hal ini menyebabkan
terbentuknya sifat patuh dan malas ditengah masyarakat. Sifat patuh dan malas yang
kemudian terwariskan pada generasi selanjutnya dari solidaritas yang memerintah
menyebabkan solidaritas tersebut kehilangan kemampuan untuk melakukan penaklukan.

3
Ibid hlm.32
Kesimpulan

Peradaban Islam di Nusantara merupakan sejarah yang penuh dinamisasi. Sebagai


capaian peradaban Islam di Nusantara menunjukkan keunikan tersendiri. Semua terjadi
sebab aliran, budaya dan corak islam yang berbeda-beda. Semua menunjukkan betapa
besar dan bernilainya peradaban Islam di Nusantara di kancah dunia. Dinamisasi tersebut
akan selalu berjalan dan berproses. Sebab, muslim Nusantara bisa dikatakan sebagai
muslim yang terus berfikir dan terbuka.
Kerajaan-kerajaan Islam telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu
Islam. Hal itu menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat. Di
Banten, fungsi kerajaan sebagai lembaga pendidikan yang sangat mencolok. Pada abad
ke-17. Banten sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di Pulau Jawa.
Semua kesultanan memiliki andil dalam mengembangkan Khasanah Peradaban Islam di
Bumi Nusantara. Tidak hanya itu, kesultanan-kesultanan juga memiliki peran yang besar
dalam mengorbarkan berbagai perlawanan terhadap colonial Portugis dan Belanda yang
menjajah dan menguasai Bumi Nusantara.

Daftar Pustaka

Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pusatka Al-Kautsar


Ahmad Y Samantho, Atlantis Nusantara…hlm. 329-331
Edhe, Dea. 2011. Kerajaan Besar Islam Nusantara. Bandung: CV
Dea Art Pustaka
H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, 2003. Kerajaan Islam Pertama di Jawa,
Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti
Hasan, Muarif Ambary. 1998. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis
Islam Indonesia. Jakarta: Wancana Ilmu

Anda mungkin juga menyukai