Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH ISLAMISASI DI

INDONESIA

KELOMPOK 1

Ketua : Reinhart Manuel


Notulen : Arum Sekar Sumiarty
Moderator : Gianina manurung
Anggota : - Nayla Atika
- Dara Muslia
- Melisa Ulandari
- Erwin ferizi

A. Pendahuluan
Kepercayaan dan agama yang berkembang sebelum Islam masuk ke
Indonesia yakni animisme, dinamisme, agama Hindu dan Budha. Agama dan
kebudayaan Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui kontak perdagangan.
Sedikit banyak telah berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan masyarakat
Nusantara. Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah
mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek
kehidupan, seperti: berdirinya kerajaan Tarumanegara, Singhasari, Majapahit, dan
sebagainya.
Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai disertai dengan jiwa toleransi
dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan
penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha). Ia di bawa oleh pedagang-
pedagang Arab dan Gujarat di India yang tertarik dengan rempah-rempah.
Kemudian, mereka membentuk koloni-koloni Islam yang ditandai dengan
kekayaan dan semangat dakwahnya.

B. Pembahasan

Sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara terjadi melalui proses yang panjang
serta secara bertahap. Selain beberapa teori dengan ragam versinya terkait
masuknya ajaran Islam, ada pula 6 jenis saluran Islamisasi di Indonesia, apa saja?
Sebelum ajaran Islam masuk dan berkembang di Indonesia, sebagian besar
masyarakat Nusantara memeluk agama Hindu, Buddha, atau aliran kepercayaan.
Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha pun banyak bermunculan di Nusantara,
beberapa yang terbesar seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.
Kerajaan bercorak Islam pertama di Nusantara adalah Kesultanan Samudera Pasai
di Aceh yang muncul sejak abad ke-13 Masehi. Sedangkan kerajaan Islam di Jawa
yang kemudian menggeser kedudukan Majapahit adalah Kesultanan Demak yang
berdiri pada akhir abad ke-15 M seiring dengan hadirnya Wali Songo sebagai
perintis syiar Islam di Jawa.
Proses dan Jenis 6 Saluran Islamisasi di Jawa Agama Islam masuk dan
berkembang di Nusantara dengan cara-cara damai. Para Wali Songo bahkan
menyebarkan ajaran Islam dengan menyesuaikan diri terhadap budaya yang sudah
ada sebelumnya. Dengan cara-cara seperti itu, agama Islam pun dapat diterima
oleh masyarakat Nusantara. Berikut ini 6 saluran Islamisasi di Indonesia :

1. Saluran Perdagangan

Proses penyebaran Islam di Nusantara pertama kali melalui saluran perdagangan.


Pada abad ke-7 hingga abad ke-16 M, kaum saudagar muslim dari berbagai
belahan dunia seperti Arab, Persia (Iran), India, bahkan Cina, singgah di berbagai
pelabuhan di Nusantara untuk melakukan transaksi perdagangan.Relasi niaga ini
kemudian memunculkan interaksi antara para pedagang asing yang beragama
Islam itu dengan orang-orang Nusantara di berbagai tempat yang disinggahi. Tidak
sedikit para saudagar muslim itu yang menetap di daerah-daerah pesisir di
Nusantara. Lambat-laun, tempat yang mereka tinggali berkembang menjadi
perkampungan muslim. Interaksi yang sering muncul saling mempengaruhi antara
satu dengan lainnya. Pengaruh ini membuat pergeseran dalam sistem kehidupan
bermasyarakat di Nusantara, termasuk dalam hal kepercayaan.

2. Saluran Pernikahan

Bermukimnya para pedagang muslim di beberapa wilayah di Nusantara


menimbulkan interaksi dengan masyarakat setempat. Banyak orang asing tersebut
yang kemudian menikah dengan perempuan asli Nusantara yang kemudian
menjadi salah satu saluran Islamisasi, yakni melalui pernikahan. Pernikahan antara
orang asing beragama Islam dengan pribumi juga terjadi di kalangan bangsawan
atau istana yang membuat penyebaran Islam semakin masif dan efektif. Saluran
Islamisasi melalui pernikahan menjadi akar yang kuat untuk membentuk
masyarakat muslim. Inti dari masyarakat adalah keluarga. Setelah memiliki
keturunan, maka persebaran Islam semakin meluas.
3. Saluran Tasawuf
Saluran Islamisasi di Nusantara berikutnya adalah melalui tasawuf. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tasawuf adalah ajaran atau cara untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Para pendakwah Islam di Indonesia
mengajarkan tasawuf kepada masyarakat dengan cara yang mudah dimengerti dan
disesuaikan dengan tradisi yang sudah ada sebelumnya. Cara ini membuat proses
Islamisasi di Nusantara dapat berjalan dengan baik dan efektif.

4. Saluran Pendidikan

Kaum wali, ulama, ustaz, syekh, guru agama, tokoh masyarakat, hingga para
pemimpin muslim memiliki peran besar dalam persebaran Islam di Nusantara.
Mereka menyebarkan islam dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai
tempat untuk memperdalam ajaran Islam. Murid atau santri yang telah mempelajari
ilmu agama dan kemudian keluar dari pesantren untuk menyebarluaskan ajaran
Islam di tempat-tempat lain, atau mendirikan pesantren sendiri sehingga semakin
memperluas proses Islamisasi di Indonesia.

5. Saluran Kesenian
Seni dan budaya juga bisa menjadi saluran Islamisasi yang efektif. Ajaran Islam
dipadukan dengan berbagai jenis seni yang sudah ada sebelumnya, seperti seni
musik, seni tari, seni pahat, seni bangunan, seni ukir, seni pertunjukan, seni sastra,
dan lain sebagainya. Di bidang seni pertunjukan, misalnya, pertunjukan wayang
disisipi dengan cerita-cerita atau tokoh-tokoh dalam ajaran Islam. Begitu pula
dengan seni musik. Beberapa wali sengaja menggubah tembang atau lagu dalam
bahasa Jawa yang berisi tentang ajaran Islam. Penggunaan gamelan juga demikian
untuk menarik masyarakat. Dalam sektor seni bangunan bisa dilihat dari Masjid
Menara Kudus yang menampilkan akulturasi antara corak bangunan Hindu dengan
Islam, juga masjid-masjid lain atau bangunan lainnya di Nusantara.
6. Saluran Politik

Pengaruh raja dalam persebaran Islam di Nusantara sangat besar. Jika seorang raja
sudah memeluk agama Islam, maka warga istana dan rakyat di wilayah kerajaan itu
akan berbondong-bondong turut masuk Islam. Salah satu contohnya adalah
Kesultanan Demak. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, adalah pangeran dari
Majapahit. Raden Patah berguru kepada Wali Songo dan kemudian masuk Islam
hingga akhirnya mendirikan Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di
Jawa. Berdirinya Kesultanan Demak dengan Raden Patah sebagai rajanya yang
telah masuk Islam kemudian berbondong-bondong diikuti oleh sebagian besar
rakyatnya. Kehadiran Kesultanan Demak pada akhirnya meruntuhkan Kerajaan
Majapahit dan semakin banyak orang yang memeluk Islam.

C. Perkembangan Islam di Indonesia

a. Perkembangan Wilayah dan Kekuatan Politik Islam

Menurut Prof. Haidar, bahwa masuknya Islam ke berbagai daerah di Indonesia


tidak dalam waktu yang bersamaan. Namun para sejarawan sepakat bahwa
Sumatera
adalah daerah pertama yang didatangi Islam, kemudian berlanjut ke tanah jawa.
Hal ini
dikarenakan situasi politik di tanah Jawa yaitu melemahnya kerajaan Majapahit
yang menyebabkan Bupati-bupati di daerah Pesisir memeluk Islam. Seiring waktu
Islam
menjadi kekuatan baru dalam proses perkembangan masyarakat Jawa. Modus
ekonomi/perdagangan membawa perkembangan Islam ke belahan Timur
Indonesia,
Maluku pada abad ke-14 Masehi, Sulawesi Selatan abad ke-15 dan kemudian
berlanjut ke
daerah Kalimantan, Banjarmasin pada awal abad ke-16 tepatnya tahun 1550²⁹ abad
ke-14 dan berkembang pesat pada abad ke-15 s/d abad ke-16 Masehi. Dari Aceh
Islam kemudian berkembang ke daerah Jawa yaitu Jepara, Tuban, Gresik pada
abad ke-
14 (1450 Masehi). Kemudian berlanjut ke daerah Ternate dan Tidore pada abad ke-
15,
yaitu pada tahun 1460. Sepuluh tahun kemudian Islam masuk ke daerah Demak
pada
tahun 1480, dan berkembang pesat dengan berdirinya kerajaan Demak 1575-1580
Masehi. Islam sampai ke daerah Banten dan Cerebon, pada tahun yang bersamaan
yaitu
1525 atau abad ke-15 Masehi. Sedangkan daerah Kalimantan; Buton dan
Banjarmasin
Islam datang pada abad ke-16 Masehi(1580). Perkembangan Islam di daerah ini
ditandai
berdirinya kerajaan Banjar 1980-1588. Pada tahun yang sama dengan berakhirnya
kerajaan Islam Banjar berdiri pula kerajaan Islam Mataram 1588-1749. Masuk dan
berkembangnya Islam di Makasar terjadi diawal abad ke-16 yaitu 1605-1669.
Proses islamisasi yang dilakukan para da’i melahirkan komunitas-komunitas
muslim di berbagai daerah yang mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Menurut Prof. Haidar perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari
perkembangan politik. Kerajaan-kerajaan Islam sebagai kekuatan politik disatu sisi
dan
semangat dakwah para muballigh sangat memengaruhi proses islamisasi di
Indonesia.
Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Perlak yang berdiri pada 1 Muharram
225
H/840 M.30 Secara sosio-politik puncak pengaruh Islam, paling mudah dibuktikan
dengan
tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam diberbagai wilayah Indonesia. Sebagian
merupakan
tranformasi dari kerajaan sebelum datangnya Islam ke Indonesia, sebagian yang
lain
berdiri sebagai kerajaan Islam. Kerajaan-kerjaan Islam tersebut adalah:

1. Wilayah Sumatera
1) Kerajaan Samudera Pasai (1226-1517);
2) Kerajaan Inderagiri (1347-1945);
3) Kerajaan Jambi (1550-1906)
4) Kerajaan Aceh Darussalam (1641-1675)
5) Kerajaan Palembang (1659-1823)
6) Kerajaan Siak (1723-1946)
7) Kerajaan Kampar (1725-1946)

2. Wilayah Jawa

1) Kesultanan Cirebon (1430-1666)


2) Kesultanan Demak (1500-1550)
3) Kesultanan Banten (1524-1813)
4) Kesultanan Pajang (1568-1618)
5) Kesultanan Mataram (1586-1755)

3. Wilayah Nusa Tenggara


1) Kesultanan Lombok dan Sumbawa (1674–1958)
2) Kerajaan Bima (1620-1958)

4. Wilayah Maluku

1) Kerajaan Ternate (1527)


2) Kerajaan Tidore (1801)

5. Wilayah Sulawesi

1) Kerajaan Bone (1330-1905)


2) Kerajaan Wajo (1399-1957)
3) Kerajaan Gowa-Tallo (1605-1946)

6. Wilayah Kalimantan
1) Kerajaan banjar (1520-1905)
2) Kerajaan Kutai (1575-1960)
3) Kerajaan Pontianak (1771)

Terlepas dari polemik tanpa akhir oleh para ahli sejarah tentang jalur masuknya
Islam ke Indonesia tidak mengubah satu hal bahwa Islam mengalami
perkembangan yang
sangat signifikan dan menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia. Hal ini
dibuktikan
dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam sebagai sebuah kekuatan politik. Dalam
catatan sejarah masing-masing kerajaan Islam tersebut memiliki peran dalam
perkembangan Islam di Indonesia.

D. Penutup

Tulisan ini menyimpulkan bahwa: teori-teori yang ada saling menguatkan dan
menyempurnakan. Misalnya teori yang menyebut Islam datang ke Indonesia
pertama kali
abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, dimaknai dengan sampainya individu-
individu
pemeluk Islam dari Arabia, Persia atau India ke Indonesia. Teori ini kemudian
disempurnakan dengan teori yang menyatakan Islam datang abad ke-13 Masehi
yang
dimaknai dengan terdapatnya orang pribumi dalam komunitas yang besar.
Sedangkan
teori yang menyatakan bahwa tanah Arab merupakan daerah asal kedatangan Islam
dikuatkan teori lain bahwa dalam perjalanannya ke Indonesia terjadi peran dan
pengaruh wilayah Persia dan India. Demikan juga tentang tempat pertama yang
didatangi
Islam yaitu Barus dan Pasai, ini dianalisa dengan perspektif bahwa Islam sampai
ke
Indonesia melalui jalur perdagangan. Peta perdagangan menunjukkan bahwa jalur
pantai
sebelah timur pulau Sumatera lebih dominan dibanding jalur pantai barat dan di
sisi lain
pantai timur Sumatera lebih kondusif untuk dilayari.
Di sisi lain ulama merupakan tokoh sentral dalam proses kedatangan dan
perkembangan Islam di Indonesia. Kedatangan dan perkembangan Islam di
Indonesia
dilakukan pertama kali oleh pedagang pedagang Arab yang kemudian dilanjutkan
oleh
para da’i dari kalangan Sufi profesional. Sosok ulama Sufi melekat kuat pada dua
sosok:
pertama, saudagar yang menyebarkan Islam melalui perdagangan sekaligus
pemompa
detak jantung perekonomian rakyat; dan kedua, pada sosok sultan yang
menyebarkan
Islam melalui kekuasaannya. Karakteristik yang mengkristal pada diri da’i, inilah
yang
membuat perkembangan Islam berlangsung secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai