Anggot Kelompok:
1. M Antoni
2. Rizky Berliana P
3. Silvi Septya R
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Saat islam untuk pertama kalinya datang ke Indonesia, pada waktu itu berbagai kepercayaan dan agama
seperti Budha, Hindu, dinamisme dan anisme sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia. Bahkan disebagai
besar wilayah Indonesia sudah berdiri kerajaan-kerajaan yang menganut agama Budha dan Hindu.
Contohnya, kerajaan Sriwijaya di Sumatera, kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Taruma Negara di
Jawa Barat dan masih banyak kerajaan yang lainnya. Akan tetapi, Islam datang ke wilayah-wilayah itu bisa
diterima dengan baik, sebab Islam datang dengan cara yang baik pula, mereka pembawa ajaran Islam datang
dengan prinsipi-prinsip persamaan antar manusia, perdamaian, ketentraman, serta menghilangkan kasta dan
perbudakan yang sebelumnya sering terjadi di wilayah itu. Sehingga, tidak ada paksaan dari masyarakat di
sana saat diajak untuk mengucapkan dua kalimah syahadat, mereka melakukannya dengan senang hati.
Kalau bicara tentang kapan islam mulai datang dan masuk ke Indonesia, menurut para ahli sejarah, islam
masuk k Indonesia pada abad ke tujuh masehi atau abad pertama hijriyah. Namun dari sumber lain, ada yang
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai masuk ke Indonesia saat para pedagang dari Arab mulai singgah dan
memasuki wilatyah Indonesa. Waktu itu saat masih pemerintahan sahabat nabi, Khulafaur Rasyidin.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Berbeda dengan agama lain yang datang ke Indonesia dengan cara penindasan, peperangan dan pemaksaan.
Islam masuk ke Indonesia dengan cara perdamaian, para pembawa ajaran agama Islam pada waktu itu dengan
sabar dan gigih menjelaskan tentang ajaran Islam pada penduduk setempat. Mereka pun tidak memaksa
penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. Karena, dalam ajaran islam itu tidak ada paksaan, Para ulama
berpegang teguh pada prinsip salah satu ayat Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 256.
Adapaun cara dan proses masuknya islam di Indonesia melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
1. Perdagangan
Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat dengan cara perdagangan. Hal ini bisa terjadi, karena orang-
orang Melayu yang ada di Indonesia pada waktu itu berhubungan dengan orang arab dalam hal perdagangan.
Mereka sudah sangat dekat antara satu sama lain. Jadi, saat pedagang arab mulai menyebarkan pemahaman
agama Islam, para orang melayu pun mudah untuk menerimanya.
Lambat tapi pasti, orang Melayu mulai banyak masuk ajaran Islam. Pengaruh Islam semakin kuat pada waktu itu
setelah berdirinya kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Maka makin ramailah para
pedangang Arab serta ulama yang datang ke Indonesia. Disamping mereka berdagang untuk mencari
keuntungan duniawi, mereka juga sambil berdakwah untuk menambah amal mereka. Berbisnis sambil
berdakwah, dunia dapat akhirat juga dapat.
2. Kultural
Maksud dengan kultural ini, penyebaran pemahaman Islam di Indonesia menggunakan media kebudayaan.
Contohnya yang dilakukan oleh para wali songo di pulau Jawa. Sunan Kali Jaga pada waktu itu berdakwah
dengan mengembangkan kesenian wayang kulit, dia mengisi pementasan wayang yang biasanya isinya itu
bertema ajaran Hindu, dia ganti dengan ajaran Islam. Kemudian ada juga Sunan Muria berdakwah dengan
mengembangkan Gamelannya. Sedangkan Sunan Giri berdakwah dengan cara membuat banyak sekali mainan
anak-anak seperti cublak Suweng, Jalungan, Jamuran dan lain sebagainya. Para Sunan ini cerdik sekali, mereka
membawa pemahaman ajaran Islam dengan menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh kaumnya.
Kebetulan pada waktu itu masyarakat Indonesia khususnya Jawa, mereka sangat menyukai kesenian-kesenian
itu.
3. Pendidikan
Salah satu cara efketif memasukan pemahaman ajaran Islam pada waktu itu dengan melalui pendidikan, dan
pesantren adalah lembaga pendidikan yang paling strategis untuk melakukannya. Kebanyakan para da’i dan
mubalig dalam menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Indonesia, mereka it keluaran dari pesantren.
Contohnya Datuk Ribandang yang merupakan keluaran dari pesantrn milik Sunan Giri, dia adalah seorang yang
mengislamkan kerajaan Gowa Tolla di Kalimantan timur. Selain Datuk Ribandang, banyak santri-santri Sunan
Giri yang menyebar ke pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Kangan, Haruku, Madura, Bawean hingga
Nusa Tenggara. Sampai saat ini, pesantren masih menjadi strategi yang efektif untuk menyebarkan ajaran
Islam ke seluruh indonesia.
4. Kekuasaan Politik
Penyebaran Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan para Sultan. Contohnya di pulau Jawa,
Kesultanan Demak merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung penyebaran agama Islam. Ada juga di
pulau Sulawesi yaitu Raja Gowa-Tolla yang menjadi pelindung bagi para da’i menyebarkan ajaran Islam di sana.
Para Sultan dan Raja saling berkomunikasi, tolong menolong dalam melindungi perkembangan dakwah Islam
di Indonesia. Kekompakkan para sultan ini juga menjadi cikal bakal lahirnya negara Indonesia.
Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia
1. Perkembangan Islam di Sumatera
Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan
pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut masing-masing berdiri kerajaan islam pertama di indonesia, yaitu Kerajaan
Islam Perak dan Samudera Pasai.
2. Perkembangan Islam di Jawa
Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya
sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu sahabat
nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai pedagang.
Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para
da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.
3. Perkembangan Islam di Kalimantan
Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah
melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak. Jalur kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka melakukan
ekspedisi ke pulau Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan banyak sekali da’i ke
luar pulau Jawa, salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi.
Salah satu da’i yang terkenal pada waktu itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
4. Perkembangan Islam di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing,
salah satunya pedagang mulim dari Jawa, Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini,
menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15
atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.
Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja
Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat
perkembangan Islam di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham ajaran Islam.
Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i
dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi,
Pulau Gebi dan Pulau Waigio.
Kerajaan islam di indonesia
Berkembangnya agama Islam secara cepat dan meluas di Indonesia terutama
di daerah pesisir karena adanya kontak dagang antara pedagang Islam dengan
pedagang Indonesia. Para pedagang Islam dari Gujarat dalam menyiarkan
agama Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau kekerasan.
Sehingga banyak pedagang maupun penduduk Indonesia pada masal lampau
yang tertarik kepada Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal kasta.
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra
Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan
Malik al Saleh. Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten
Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan
pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada
tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan
Islam Samudra pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik
Al Tahir. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai
mendapat kunjungan Ibnu Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta
menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan bandar utama pelabuhan
yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini menjadi tempat bongkar muat
barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar
negeri (India dan Cina).
b. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau
Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia sebenarnya adalah salah seorang bupati di kerajaan Majapahit
yang berkedudukan di Demak dan telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah. Keadaan ini
mendorong Raden Patah untuk mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti
Raden Patah telah melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat
dukungan pula dari daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Jepara. Tuban dan Gresik.
Dalam waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Di samping itu Demak menjadi pusat
penyiaran agama Islam. Apalagi setelah malaka Jatuh (dikuasai) oleh Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan
Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Karena hal itu merupakan
ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak mengirim armada tentaranya dipimpin
oleh Pati Unus untuk mengusir Portugis di Malaka mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan Potugis memiliki armada
lebih kuta dan lengkap.
Meskipun usaha untuk merebut Malaka dari Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami kegagalan, namun peristiwa
ini patut dibanggakan karena mereka gagah berani menghadapi bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati Unus diberi gelar
Pangeran Sabrang Lor artinya Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus. Pemerintahannya hanya
berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan
Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu pada masa pemerintahannya Demak
mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak tetap antipati
terhadap penjajah Potugis. Apalagi Portugis terus meluaskan
jajahannya hingga ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Portugis datang
ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan Pajajaran. Portugis
menjalin kerjasama dengan raja Pajajaran dengan membuat
kesepakatan untuk menghadapi pasukan Islam Demak. Portugis
merencanakan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia
berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau pengikut yang turut
bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo
diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di
Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka
sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan
Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama Sutowijoyo. Ia memiliki
bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah
Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka
Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu
menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo
dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran
Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu
lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan
demikian tamatlah kerajaan Pajang.
d. Kerajaan Islam Mataram.
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama Sutowijoyo yang bergelar Panembahan
Senopalti Ing
Alaga Sayidin Pantagama. Letak kerajaan ini berada di Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah
dikerajaan Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin
melepaskan diri dari kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon dan Galuh.
Namun upaya mereka untuk melepaskan diri tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang kemiliteran
berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut.
Kemudian pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun demikian ia dinilai telah berhasil
meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya setelah Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram
diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak.
Pada awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang masing-masing dilakukan oleh Demak dan
Ponorogo. Tetapi Mas Jolang berhasil memadamkan pemberontakan tersebut. Pemberontakan terhadapnya tampaknya
belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha
menumpas pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung dan belum berhasil
dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak mampu menjalankan tugas pemerintahan
karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-sakitan. Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti
oleh Mas Rangsang. Ia ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan. Pada masa pemerintahannya kerajaan
Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang petanian, agama dan kebudayaan, Mataram ketika itu merupakan
kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas Rangsang sendiri. Wayang
sebagai kesenian yang digemari rakyat berkembang pesat pula.Pada masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633)
ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan bulan. Oleh sebab itu Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan
sebutan Sultan Agung.
e. Kerajaan Cirebon.
Hasanuddin seperti juga ayahnya, giat menyiarkan agama Islam. Pada waktu itu kerajaan Pakuan Pajajran masih menganut agama
Hindu. Kerajaan Islam Banten di bawah pemerintahan Hasanuddin makin hari makin kuat kedudukannya. Sementara itu kerajaan
Pakuan makin terjepit dan lemah. Meskipun demikian ia tidak memanfaatkan untuk menyerang kerajaan Pakuan Pajajaran. Tetapi
Hasanuddin meluaskan pengaruhnya ke Lampung. Bahkan kemudian ia menikah dengan putri Sultan Indrapura. Oleh mertuanya
Hasanuddin dihadiahi tanah di daerah Selebar.
Setelah Hasanuddin wafat digantikan oleh putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia meluaskan daerah kekuasaannya dan menaklukan
Pakuan Pajaran (tahun 1579). Kemudian pada thaun 1580 Pangeran Yusuf wafat.
Setelah wafatnya Pangeran Yusuf, Kerajaan Islam Banten dipimpin oleh Maulana Muhammad. Pada tahun 1596 Maulana
Muhammad berusaha meluaskan daerah kekuasaannya dengan mencoba menaklukan Palembang yang ketika itu menjadi saingan
Banten di bidang perdagangan. Pada waktu itu Palembang diperintah oleh Ki Gede Ing Suro yang berasal dari Surabaya.
Palembang nyaris jatuh ketangan Maulana MUahammad dan pasukannya. Tetapi karena Maulana Muhammad gugur di tengah
pertempuran, maka serangan dihentikan dan tetara Banten ditarik mundur kembali ke Banten.
Setelah Maulan Muhammad wafat timbul persoalan di kalangan kerajaan karena yang seharusnya menggantikannya adalah
putranya, Abdul Mufakkir. Tetapi pada waktu itu Abdul Mufakkir baru berumur 5 bulan. Maka pemerintahan sementara dipegang
oleh seorang mangkubumi. DAlam perkembangannya kemudian muncul orang kuat bernama Pangeran Ranamenggala yang
mengendalikan Banten mendampingi Abdul Mufakkir yang belum dewasa. Renamenggala wafat tahun 1624.
Kejayaan kerajaan Banten berlangsung sekitar tahun 1600. Pada waktu itu banten merupakan bandar pelabuhan terbesar. Banyak
pedagang dari dalam dan luar pulau Jawa singgah untuk membeli maupun menjual lada, cengkeh, dan pala.
Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir di mana Belanda terus melakukan
blokade-blokade yang mengakibatkan sempitnya ruang gerak kerajaan Islam Banten. Walaupun demikian semangar rakyat Banten
yang anti penjajah Belanda tetap menyala.
g. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore.
Pada abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti ternate, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-
kerajaan tersebut, ternyata kerajaan ternate dan Tidore yang berkembang lebih maju. Hal ini disebabkan hasil buminya yang
berupa rempah-rempah terutama cengkeh. Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara dan Timur tengah yang pergi berlayar
ke Ternate. Para saudagar membawa barang-barang dagangan berupa pakaian, beras dan sebagainya untuk dipertukarkan
dengan rampah-rempah.
Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi
kerajaan Islam. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya orang-orang Portugis banyak yang
datang berdagang di Maluku. Tetapi mereka sering berbuat onar seperti melakukan monopoli dagang secara paksa, bertindak
sewenang-wenang, mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran antara penduduk
Maluku dengan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570 Portugis dengan Sultan Ternate sepakat untuk melakukan
perjanjian damai melalui perundingan. Tetapi Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada dalam perundingan, ia pun
dibunuh oleh orang Portugis atas suruhan gubernur mereka.
Setelah Sultan Harun wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Baabullah. Peristiwa pengkhiantan keji Portugis
terhadap Sultan Harun menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Terlebih lagi Sultan Baabullah sebagai putranya. Ia bersumpah
akan membalas dendam kematian ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari bumi Maluku. Denan semangat
yang membara Baabullah memimpin pasukannya bertempur melawan terntara Portugis. Perang berkobar selama 4 tahun
lamanya (1570-1574. Akhirnya benteng Portugis di Ternate berhasil dikuasai Baabullah dan pasukannya. Orang-orang Portugis
yang masih hidup menyerah. Kemudian mereka diperintahkan dengan segera angkat kaki dari Maluku khususnya Ternate.
Sehak itu daerah Maluku Utara bersih, tidak diganggu lagi oleh orang-orang Portugis. Pada masa pemerintahannya kerajaan
Islam Ternate mencapai zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya Ternate, kerajaan Tidore berubah menjadi
kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh sultan Tidore. Kedua kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai,
saling menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan Spanyol kedua kerajaan ini diadu domba.
Sehingga nyaris terjadi petentangan yang menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan kerajaan menyadari hal ini. Mereka
tidak mau diadu domba dengan bangsa sendiri. Kemudian kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi Portugis.
h. Kerajaan Islam Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam
perkembangannya kerajaan Gowa dan Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan letak
kerajaan ini sangat strategis dan menguntungkan yakni terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku. Kedua
kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang rajanya telah menganut agama Islam bersepakat menyatukan kerajaan mereka menjadi kerajaan
Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi bernama
Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.
Disamping memimpin pemerintahan, raja dan mangkubumi kerajaan Islam Makassar tersebut sangat giat pula dalam menyiarkan agama
Islam. Oleh karena usahanya itu, Maka Makassar menjadi sebuah kerajaan Islam yang sangat kuat. Daerah kekuasaanya tidak hanya
meliputi sebagian besar Sulawesi dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Nusa Tenggara.
Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah Sultan hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Ia adalah salah
seorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan Islam Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih dalam menentang penjajah
Belanda. Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin agar melarang rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal
itu dianggap pelanggaran monopoli. maka Sultan hasanuddin dengan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan
sekalian umat manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh dari tempat bangsa tuan ini
semata-mata untuk perdagangan tuan".
Penjajahan belanda terus berupaya untuk menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada waktu itu sedang terjadi perselsihan antara Sultan
Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng. Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba.
Belanda dalam hal ini memihak Aru Palaka dan secara bersama memerangi Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar pertempuran hebat
(tahun 1666-1669) antar Belanda (VOC) beserta Aru Palaka di satu pihak dengan Sultan Hasanuddin, dan Malaka Sultan Hasanuddin
terdesak dan Makasar hampir jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat perjanjian damai yang dikenal
dengna perjanjian Bongaya (1667).
Walaupun perjanjian telah disepakati, namun Belanda yang licik selalu melanggar perjanjian dengan bertindak sewenang-wenang. Hal ini
membangkitkan kembali kemarahan Sultan Hasanuddin. Kemudian ia mengangkat senjata kembali memerangi Belanda.
Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin mendapat tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka akhirnya pada tahun 1669 Sultan
Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai penjajah Belanda. Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar
tetap tumbuh semangat anti penjajahan. karena itu banyak diantara merek yang pergi merantau ke Madura, Banten dan sebagainya
membantu daerah-daerah yang masih berperang melawan Belanda.
A. GERAKAN POLITIK ISLAM