Anda di halaman 1dari 10

Rahmat Islam Bagi Nusantara

ANGGEL AULIA
XII – BAHASA

SMAN 92 JAKARTA
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. Masuknya Islam Ke Nusantara (Indonesia)
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh
para pedagang muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari
para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia
dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang
Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori
ini berlandaskan sebuah berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera

B. Strategi Dakwah Islam Di Nusantara


Dari pembahasan tentang masuknya Islam ke Nusantara, dapat dipahami bahwa masuknya agama
Islam ke Indonesia terjadi secara periodik, tidak sekaligus. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai
strategi penyebaran Islam dan me dipergunakan oleh para pedagang dan mubaligh dalam penyebaran
Islam dan media yang dipergunakan oleh para pedagang dan mubaligh dalam penyebaran islam di
indonesia
Salah satu arti "strategi" yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Dalam konteks dakwah Islam, strategi
dakwah yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para mubaligh, yang membawa
misi Islam di dalamnya.
Dari kajian di atas dan berbagai literatur, setidaknya terdapat beberapa kegiatan yang dipergunakan
sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya adalah: perdagangan,
perkawinan, pendidikan, kesenian, dan tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut:
1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah
perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-
7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia,
termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan sebagainya. Mereka turut ambil bagian dalam
perdagangan di negeri-negeri bagian Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia.
2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social ekonomi yang lebih baik daripada
kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para
wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim. Hanya saja
1
ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu.
Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena proses pengislaman hanya dengan
mengucapkan dua kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.
3. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para ulama banyak yang
mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama
memberikan pengajaran ilmu kelslaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian para santri
mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka dianggap mampu, mereka
kembali ke kampong halaman untuk mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang
sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik
dari segi jumlah maupun mutunya.
4. Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah tasawuf.
Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan
banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukkan wayang.
Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di wilayah ini. Jalur politik
juga ditempuh ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non Islam, baik di Sumatera, Jawa,
maupun Indonesia bagian Timur.
7. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang menyebarkan Islam di
lingkungannya, antara lain: Dato'ri Bandang menyebarkan agama Islam di daerah Gowa (Sulawesi
Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang
penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan
Selatan). Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu:
1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4) Sunan Giri (Raden Paku)
5) Sunan Derajat (Syarifuddin)
6) Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8) Sunan Muria (Raden Umar Said)
2
9) Sunan Gunung Jati (Faletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai:
a. penyebar agama Islam
b. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
c. penasihat raja-raja Islam
d. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.

C. Perkembangan Islam Di Nusantara


1. Perkembangan Islam di Sumatera
Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman ajaran islam
daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut masing-masing
berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan Samudera Pasai.
2. Perkembangan Islam di Jawa
Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal kedatangan Islam ke
pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu
pada tahun 674 M-675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pemah singgah di
Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai pedagang. Mungkin pada waktu itu
Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para
da'i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai
dengan Jawa begitu pesat.
3. Perkembangan Islam di Kalimantan
Bomeo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana melalui tiga jalur.
Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak Jalur kedua Islam disebarkan oleh
para da'i dari tanah jawa. Mereka melakukan ekspedisi ke pulau Kalimantan sejak Kerajaan Demak
berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan banyak sekali da'i ke luar pulau Jawa, salah
satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu kedatangan para da'i yang berasal dari tanah
Sulawesi. Salah satu da'i yang terkenal pada waktu itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
4. Perkembangan Islam di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini menjadi daya tarik
sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa, Malaka, Sumatera dan Manca
Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini, menyebabkan perkembangan Islam di
Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun
1440 Islam mulai masuk ke Maluku.
Pada tahun 1460 M, raja Temate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut sejarawan Belanda
yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin.
3
Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di Maluku
dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham ajaran Islam.
Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate
dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke Irian. Para raja-
raja Islam dari Maluku, da'i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke Irian, Wilayah-wilayah di
Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau Waigio.

D. Kerjaan Islam
Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-kerajaan islam di Nusantara.
Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-mubaligh yang telah
memeluk agama Islam terlebih mulai semakin gencar menyebarkan agama islam ini di sekitar
Malaka, dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar selat malaka, seperti Kerajaan
Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran, terdapat
kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang. Kerajaan Islam Mataram,
Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lainnya.
1) Kerajaan Perlak
Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia, yang pada saat itu dikenal
dengan nusantara. Pada saat itu Perlak merupakan salah satu kota dagang yang sangat terkenal. Raja
pertama dan kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Kerajaan Perlak
atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar petengahan abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1 Muharram 225 H (840 M).
Terdapat beberapa bukti tertulis yang menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan islam
pertama di Indonesia.
Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh Syeh Syamsul Bahri
Abdullah. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah yang dikarangan oleh Saiyid Abdullah Ibn
Saiyid Habib Saifuddin. Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi, naskah yang dikarang oleh Abu
Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan islam pertama di
Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan ini, yaitu
A. Makam Raja Benoa
Pada batu nisan Raja Benoa (Benoa merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Perlak) ditulis
menggunakan huruf arab. Makan Raja Benoa ini terletak di tepi Sungai Trenggulona. Diperkirakan
nisan ini dibuat sekitar abad ke-4 H tau ke-5 H.
B. Mata uang perlak
Merupakan mata uang tertua di nusantara, mata uang ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu terbuat dari
tembaga atau kuningan, perak (kupang), dan emas (dirham)

4
C. Stempel kerajaan
Terdapat stempel kerajaan Negeri Bandahara (kereajaan yang merupakan bagian dari Kerajaan
Perlak) yang menggunakan huruf arab. Pada stempel tersebut tertulis kalimat "Al Wasiq Billah
Kerajaan Negeri Bendahara Syah 512". Itulah, beberapa peninggalan dari kerajaan yang diperkirakan
merupakan kerajaan islam tertua di Indonesia sekitar abad ke-12 M Kerajaan Perlak mulai mengalami
kemunduran.

2) Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini trletak di Kabupaten Lokseumae, Aceh Utara,
Kerajaan ini merupakan gabungan dari 2 kerajaan yang sedang mengalami kemunduran, yaitu
Kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa daerah pada
saat itu. Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu Syeh dari Makkah, Syeh Ismail. Marah Silu
merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja yang mendapat gelar Sultan Malik al
Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al Saleh meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik al Tahir (1297-1326) kerajaan Samudra
Pasai menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama islam.
Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan oleh putranya Sultan
Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir (1326-1348).
Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan Samudra Pasai berkembang pesat,
kerajaan ini banyak menjalin kerjasama dengan beberapa kerajaan islam di dunia lainnya, seperti
kerajaan-kerajaan di India dan Arab. Pada tahun 1348 Sultan Ahmad meninggal dan digantikan oleh
Sultan Zainal Abidin. Namun, pada tahun 1521 M kerajaan ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh
Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa peninggalan, seperti makam Sultan
Malik al Saleh, makam Sultan Zainal Abidin, naskah surat Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla,
cakra donya, dan stempel kerajaan.

3) Kerajaan Aceh Darussalam


Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini terletak di daerah yang sekarang
dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh Besar. Raja pertama Kerajaan Aceh, yaitu Raja Ibrahim
(1514-1528), yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali Kerajaan
Aceh menjadi kerjaan yang besar dan kokoh. Namun, ia memimpin dalam waktu yang tidak lama.
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Salahuddin
(1528-1537), kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-
1568), yang medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan keberhasilannya mengusai beberapa
wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-
1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang
5

sangat luat. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menjalin kerjasama dengan para pemimpin islam di
Arab. Hubungan yang terjalin tersebut pada masa kekhalifahan Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah satunya adalah karena semakin
menguatnya pengaruh Belanda di Malaka. Kemunduran tersebut ditandai dengan jatuhnya beberapa
wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain karena faktor tersebut,
juga karena faktor perebutan kekuasaan diantara pewaris kerajaan. Beberapa peninggalan Kerajaan
Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman, makam Sultan Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh,
Benteng indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan Gunongan.

4) Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada awalnya wilayah ini
bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Karena semakin lemahnya pengaruh
Kerajaan Majapahit, hal tersebut mengakibatkan beberapa penguasa daerah mulai membangun
wilayah kekuasaannya sendiri. termasuk penguasa islam di pesisir pantai Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden Patah sebagai raja dari
Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah diangkat menjadi raja, Raden Patah mendapat gelar
Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar, dan wilayah bagian utara
pulau jawa merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat ulama penempati peranan
penting di dalam kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah penasehat kerajaan. Tahun 1207
Raden Patah digantikan oleh Putranya yang bernama Pati Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati
Unus atau yang sering dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh menyerang
Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan Trenggono. Kerajaan
ini mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan antar pewarisnya. Beberapa peninggalan
Kerajaan demak, yaitu Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek, Kentongan,
Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam Wudhu, dan Makrusah.

5) Kerajaan Pajang
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang lebih dikenal dengan Jaka
Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan Trenggono, setelah menikah dengan putri Sultan
Trenggono, Jaka Tingkir menjadi penguasa di Pajang. Setelah Sultan Trenggono meninggal Jaka
Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang, dan memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan digantikan oleh putranya,
Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan Pangeran Benowo, Pangeran Arya Pangiri dari Demak
mencoba untuk merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami kegagalan. Pangeran Benowo
menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya, Sutowijoyo

6) Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara dari Yogyakarta. Kerajaan
6
ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari Pangeran Benowo. Sutowijoyo memiliki gelar
Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama setelah naik tahta pada tahun 1586. Pada tahun
1601 Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas Jolang, yang memiliki gelar Panembahan Seda
ing Krapyak. Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati Martapura, karena
sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya meninggal. Selanjutnya ia digantikan oleh
Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia mengganti
gelamnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia mengganti gelamnya lagi
menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngaburrahman Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran Islam sangat luas. Kerajaan ini terletak di
bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu, namun Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan bercorak
islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue kipo, kerajinan perak,
pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah kotagede, batu datar, dan sastra gendhing karya
Sultan Agung.

7) Kerajaan Islam Cirebon


Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden Fatahillah atau lebih dikenal dengan
Sunan Gunung Jati, Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Jawa Barat. Raden Fatahillah
berjasa dalam menyebarkan agama islam di Jawa Barat.
Karena kedudukannya sebagai Wali Songo, sehingga ia banyak dihormati oleh raja-raja lain di pulau
Jawa, seperti raja dari Demak dan Pajang. Di bawah kepemimpinannya juga Kerajaan Cirebon ini
memiliki banyak wilayah kekuasaan. Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan
oleh cicitnya yang bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650 Panembahan meninggal dan
digantikan oleh putranya yang bergelar Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya
meninggal Kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya, Martawijaya
(Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami' Pakuncen, Masjid Sang
Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makan, dan beberapa
benda pusaka.

8) Kerajaan Islam Banten


Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang merupakan anak dari Sunan
Gunung Jati. Setelah berhasil menaklukan Banten pada tahun 1525 Sunan Gunung Jati menyerahkan
kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat dan memiliki banyak wilayah
kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera selatan dan Kelampung. Sultan Hasanudin menikah dengan
putri Kerajaan Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.
Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki Ageng Tirtayasa. Beberapa
peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu Istana Keraton Surosowan Banten, Istana Keraton
Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk,
Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris Panunggul Naga.
7
9) Kerajaan Islam Banjar
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan Selatan. Dengan bantuan dari Kerajaan
Demak, Kerajaan Banjar berhasil meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Nagaradaha,
kerajaan yang menguasai Banjarmasin pada saat itu. Bantuan tersebut tidak diberikan secara gratis,
ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan Banjar, yaitu memeluk agama islam.
Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra. Setelah masuk islam mendapat gelar
Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia digantikan oleh Sultan Rahmatullah (1545-1570). Dalam waktu
yang cukup singkat agama islam juga mulai dianut olh masyarakat di Kalimantan, seperti Bugis, dan
masyarakat bagian timur Kalimantan. Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan
Suriansyah dan Candi Agung Amuntai.

10) Kerajaan Kutai Kalimantan Timur


Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja pertama kerajaan tersebut adalah Aji
Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Sekitar abad ke-16 M. kerajaan ini pernah menaklukan
Kerajaan Kutai Martadipura (Kerajaan Kutai bercorak Hindu-Budha), sehingga kedua kerajaan
tersebut dapat disatukan dan namanya berubah menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini sekitar abad ke- 17 M. yang
dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan. Karena raja pada saat itu telah memeluk agama islam sehingga
ia segera membangun sebuah masjid di daerah tersebut. Selain membangun sebuah masjid, ia juga
membuka pengajaran agama islam.

E. GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA


Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat bahwa
penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India.
Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di
negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia
mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih
di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap
pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan,
keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa oleh
Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh
keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di
Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu.
Campumya Islam dengan elemen- elemen Hindu menambah mudah tersiamnya agama itu di kalangan
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu
itu.
Sebagian besar tersiamnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik.
Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan
pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi
8
toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu
sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha. Setelah
kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka
masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan
Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad, sehingga sulit
dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau peninggalan agama
Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan Tradisi Islam". Seperti kebiasaan
menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada
bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini
benda-benda bertuah dan sebagainya.

F. MENERAPKAN PERILAKU MULIA


Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari pelajaran tentang
dakwah islam di nusantara antara lain sebagai berikut
1) Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan segalanya demi tersebarrya syiar
islam
2) Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan informasi
terkini dari valid mengenai sejarah islam,mengingat terbatasnya sumber data dan perdebatan para
pakar tentang validitas data-data sejarah
3) Meneladani sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya islam yang
mengedepankan cara damai
4) Menjadikan semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan lain-lain)
sebagai sarana dakwah
5) Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas) tanpa mengukur jerih payah dalam berdakwah dengan
penghasilan
6) Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi muda
7) Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali kejayaan islam

G. Kesimpulan
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam
suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara
teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir, kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap,
dan bertindak manusia, baik secara individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu, dan
sejarah islam di indonesia diawali dari sebelum masa penjajaha atau masa para wali sampai dengan
masa sekarang atau masa reformasi.

Anda mungkin juga menyukai